Proposal Kasus Waham Revisi-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN WAHAM KEBESARAN DAN DIAGNOSA MEDIS GANGGUAN PSIKOTIK LIR-SKIZOFRENIA AKUT DI PURI ANGGREK RSJ MENUR SURABAYA



Disusun Oleh: Mahasiswa Semester I Pendidikan Profesi Ners: Ana Putri Sanjaya



P27820820005



Is Naning Tiyas N.



P27820820027



Arikhah Nafsiyah



P27820820006



Nadya Fitri P.



P27820820033



Bella Rara W.



P27820820009



Nobia Esa Paramita



P27820820038



Cindy Aprilia P



P27820820011



Nur Harirotus S.



P27820820041



Dhian Tiara Sari



P27820820013



Nur Ilma Amalia



P27820820042



Diana Shindy



P27820820014



Putri Alvianita



P27820820043



Elita Rezi Safira



P27820820016



Rahma Amalia S.



P27820820044



Hasrining Tri S.



P27820820022



Vika Fatimah Sani



P27820820049



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PFORESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021



ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN WAHAM KEAGAMAAN DAN DIAGNOSA MEDIS GANGGUAN PSIKOTIK LIR-SKIZOFRENIA AKUT DI RUANG PURI ANGGREK RSJ MENUR SURABAYA



Oleh: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PFORESI NERS POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA PERIODE PRAKTIK 22 MARET--09 APRIL 2019



Telah dilaksanakan sebagai seminar pada tanggal: 07 April 2021



Menyetujui, Pembimbing Akademik



Pembimbing Ruangan



Kastubi, S.Kep, Ns, M.Kes NIP. 19630607 199003 1 002



Titin Suprihatin.,S.Kep.Ns NIP. 19810530 2008801 2 004



Mengetahui, Kepala Ruangan



Isti Wahyuningsih.,S.Kep.,Ns NIP. 19660705 198703 2 004



ii



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas karunia-Nya proposal seminar ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Proposal seminar ini berjudul “Seminar



Kasusasuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Diagnosa Keperawatan Gangguan Waham Kebesaran Dan Diagnosa Medis Gangguan Psikotik LirSkizofrenia Akut Di Puri Anggrek Rsj Menur Surabaya ” ditulis dengan tujuan untuk memberikan wawasan pada semua pembaca. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Ibu Dosen selaku pembimbing pendidikan, serta Bapak/ibu CI yang telah membimbing kami selama penyusunan seminar kasus ini dan semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya laporan ini. Kritik dan saran kami harapkan untuk kesempurnaan proposal seminar ini, sehingga dapat bermanfaat untuk penulis dan pembaca.



iii



DAFTAR ISI Cover ---------------------------------------------------------------------------------------Lembar Pengesahan ----------------------------------------------------------------------Kata Pengantar ----------------------------------------------------------------------------Daftar Isi -----------------------------------------------------------------------------------Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang -------------------------------------------------------------------1.2. Rumusan Masalah --------------------------------------------------------------1.3. Tujuan ---------------------------------------------------------------------------1.4. Manfaat ---------------------------------------------------------------------------Bab II Tinjauan Pustaka 2.1. Konsep Dasar Perubahan Proses Pikir: Waham ----------------------------2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan -----------------------------------------Bab III Tinjauan Kasus 3.1. Pengkajian -----------------------------------------------------------------------3.2. Diagnosa Keperawatan ---------------------------------------------------------3.3. Analisa Data ---------------------------------------------------------------------3.4. Rencana Tindakan Keperawatan ----------------------------------------------3.5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ------------------------------------Bab IV Pembahasan ----------------------------------------------------------------------Bab VI Penutup 4.1. Kesimpulan ----------------------------------------------------------------------4.2. Saran ------------------------------------------------------------------------------Daftar Pustaka ------------------------------------------------------------------------------



iv



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Kesehatan jiwa atau mental didefinisikan sebagai keadaan baik di mana setiap individu menyadari potensi dirinya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat, serta dapat memberikan kontribusi untuk dirinya atau masyarakatnya (WHO, 2014). Pada tahun 2012, hasil survey World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa sekitar 450 jiwa penduduk di seluruh dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa, hal ini berarti bahwa jumlah penduduk dunia 10% nya mengalami gangguan kesehatan jiwa. Kenyataan serupa ditunjukkan dengan adanya laporan dari hasil riset bank dunia dan hasil survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan bahwa penyakit yang merupakan akibat masalah kesehatan jiwa mencapai angka 8,1 % yang merupakan angka tertinggi dibanding presentasi penyakit lain (Anindita, 2012). Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa Skizofrenia merupakan penyakit mental berat yang mempengaruhi lebih dari 21 juta orang di dunia (WHO, 2016). Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang ditandai dengan disorganisasi pola pikir yang signifikan dan dimanifestasikan dengan masalah komunikasi dan kognisi; gangguan persepsi terhadap realitas yang dimanifestasikan dengan halusinasi dan waham; dan terkadang penurunan fungsi yang signifikan (O'Brien, Kennedy & Ballard, 2014). Berdasarkan kriteria dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV-Text Revision V (DSM-IV-TR V) (Tandon, et al., 2013), diagnosis skizofrenia terkonfirmasi apabila memiliki dua atau lebih karakteristik dan gejala, salah satu gejalanya adalah delusi/ waham. Waham merupakan kepercayaan yang jelas salah dan mengindikasikan suatu keabnormalan pada isi pikir individu (Kiran & Chaudhury, 2009). Berdasarkan Data Rekam Medis tanggal 22-26 Maret 2021 prevalensi gangguan jiwa di Ruang Puri Anggrek Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya menduduki populasi terbanyak ke-2 setelah halusinasi dengan jumlah pasien sebanyak 8 orang. Proses pikir adalah bagaimana ekspresi diri klien. Proses pikir klien diobservasi melalui kemampuan berbicaranya. Terdapat banyak sekali macammacam gangguan proses pikir, salah satunya adalah waham. Waham adalah



1



keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial (Stuart, 2007). Kemunculan skizofrenia pada seseorang akan memicu konflik dalam keluarganya. Skizofrenia adalah suatu stressor yang sangat besar bagi keluarga sehingga mereka akan mengerahkan segala sumberdaya yang dimiliki untuk menghadapinya. Tidak jarang ini akan memakan waktu lama dan menyebabkan keluarga berkurang ketahanannya dalam merawat. Konflik dalam keluarga semakin membesar yang berakibat pada gangguan penyempitan holding environment dalam keluarga. Anggota keluarga semakin kesulitan menghadapi konflik dan menjaga relasi satu sama lain termasuk dengan klien itu sendiri. Kondisi yang kurang kondusif ini tidak cocok bagi klien dan dapat memperbesar kerentanan klien untuk kambuh (Arif, 2006). Klien yang mengalami skizofrenia membutuhkan asuhan keperawatan secara komprehensif yang juga melibatkan kolaborasi dengan tim kesehatan lain dan juga keluarga untuk meningkatkan kesembuhan klien (Dalami, 2010). Sampai saat ini, fokus utama keperawatan jiwa telah meluas yang mengarah pada penanganan klien yang dirawat. Seiring perkembangan waktu, pelayanan kesehatan jiwa mulai muncul dari rawat inap memasuki lingkup rawat jalan. Saat ini juga terdapat pelayanan kesehatan mental berkembang dengan adanya pelayanan kesehatan mental komunitas. Perawatan jiwa yang dapat diberikan dalam komunitas adalah untuk pencegahan karena menyediakan terapi supportif, transisional, atau terapi tingkat lanjut untuk klien yang kembali dari lingkungan rawat inap (Doenges, Townsend, dan Moorhouse, 2007). Berdasarkan uraian diatas maka kelompok tertarik untuk mengangkat masalah keperawatan untuk waham, dengan judul : “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien dengan Diagnosa Medis Acute Schizophrenia-Like Psychotic Disorder dan Diagnosa Keperawatan Waham di Ruang Puri Anggrek RSJ Menur Surabaya.” 1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis merumuskan bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. M dengan masalah utama Waham di Ruang Puri Anggrek RSJ Menur Surabaya.



2



1.3



Tujuan Laporan Kasus Adapun tujuan laporan kasus ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Mendapatkan pengalaman dalam Asuhan Keperawatan pada klien dengan waham di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. yang meliputi pengkajian, penegakan



diagnosa,



merencanakan



dan



melaksanakan



tindakan



keperawatan, dan mengevaluasi. 2. Tujuan Khusus Tujuan penulisan Proposal Seminar ini adalah agar penulis mampu: a. Melaksanakan pengkajian data pada klien dengan masalah utama waham. b. Menganalisa data pada klien dengan waham. c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan waham. d. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan waham. e. Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan waham. f. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan waham. 1.4



Manfaat Laporan Kasus Laporan kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Penulis dapat memperdalam pengetahuan tentang asuhan keperawatan yang telah dilakukannya. 2. Penderita



dapat



memaksimalkan



kemampuannya



untuk



dapat



mengendalikan jiwanya sehingga dapat sembuh dari gangguan jiwanya. 3. Bagi Rumah Sakit Jiwa hasil tugas akhir/asuhan keperawatan ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan dalam menentukan kebijakan operasional Rumah Sakit Jiwa agar mutu pelayanan keperawatan dapat ditingkatkan. 4. Pembaca hasil asuhan keperawatan ini semoga dapat menambah pengetahuan dan masukan dalam mengembangkan ilmu keperawatan di masa yang akan dating dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga maupun masyarakat.



3



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Konsep Dasar Perubahan Proses Pikir: Waham 1. Pengertian Waham adalah keyakinan yang salah dan secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 2002). Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus-menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, 2007). Waham adalah termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia (Yusuf, dkk., 2015) 2. Etiologi Keadaan yang timbul sebagai akibat dari pada proyeksi di mana seseorang melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia luar. Individu itu biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan cenderung menarik diri. Keadaan ini sering kali disebabkan karena merasa lingkungannya tidak nyaman, merasa benci, kaku, cinta pada diri sendiri yang berlebihan, angkuh, dan keras kepala. Dengan seringnya memakai mekanisme proyeksi dan adanya kecenderungan melamun serta mendambakan sesuatu secara berlebihan, maka keadaan ini dapat berkembang menjadi waham. Secara perlahan-lahan individu itu tidak dapat melepaskan diri dari khayalannya dan kemudian meninggalkan dunia realitas. Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri dan keutuhan keluarga merupakan penyebab terjadinya halusinasi dan waham. Selain itu kecemasan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur persepsi mengenai perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun sehingga segala sesuatu sukar lagi dibedakan, mana rangsangan dari pikiran dan rangsangan dari lingkungan (Keliat, 1). Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya waham (Keliat, 1998), yaitu: a. Faktor Predisposisi Meliputi perkembangan sosial kultural, psikologis, genetik, biokimia. Jika tugas perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal terganggu maka individu mengalami stres dan kecemasan.



4



Berbagai faktor masyarakat dapat membuat seseorang merasa terisolasi dan kesepian yang mengakibatkan kurangnya rangsangan eksternal. Stress yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme dalam tubuh sehingga membuat tidak mampu dalam proses stimulus internal dan eksternal. b. Faktor Presipitasi Rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya waham yaitu klien mengalami hubungan yang bermusuhan, terlalu lama diajak bicara, objek yang ada di lingkungannya dan suasana sepi (isolasi). Suasana ini dapat meningkatkan stress dan kecemasan. 3. Tanda dan Gejala Waham Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu: klien menyatakan dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah. Menurut Kaplan dan Shadok (1997): tanda dan gejala waham:



a. Status Mental 1) Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas. 2) Mood klien konsisten dengan isi wahamnya. 3) Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga 4) Pada



waham



kebesaran,



ditemukan



pembicaraan



tentang



peningkatan identitas diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal 5) Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas depresi ringan 6) Klien



dengan



waham,



tidak



memiliki



halusinasi



yang



menonjol/menetap., kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.



5



b. Sensorium dan Kognisi 1) Pada waham tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki wham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi. 2) Daya ingat dan proses kognitif klien dengan intak (utuh) 3) Klien waham hampir seluruh memiliki insight (daya tilik diri) yang jelek. 4) Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya, keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan. Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012): a. Waham kebesaran Individu meyakini bahwa dia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini pejabat departemen kesehatan lho!” atau, “Saya punya tambang emas”. b. Waham curiga Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/ mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Saya tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”. c. Waham agama Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh: “Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setip hari”. d. Waham somatik Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh: “Saya sakit kanker” (Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi klien terus mengatakan bahwa dia sakit kanker). e. Waham nihilistik Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meniggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan



6



keadaan nyata. Misalnya, “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”. 4. Proses Terjadinya Waham Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu: a. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need) Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau telepon genggam. b. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem) Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita, malu, dan tidak berharga. c. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external) Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak sesuai dengan kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan pasien tidak merugikan orang lain. d. Fase dukungan lingkungan (environment support) Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lamakelamaan pasien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai



7



terjadi kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong. e. Fase nyaman (comforting) Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial). f. Fase peningkatan (improving) Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan dengan kejadian traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. 5. Rentang Respon Neurobiologi Respon Adaptif



Respon Maladaptif



Pikiran Logis



Distorsi Pikiran      



● Persepsi kuat



● Ilusi



● Sulit berespon



● Emosi konsisten



● Reaksi emosi



● Emosi tidak



dengan pengalaman ● Perilaku sesuai



berlebihan atau kurang



● Berhubungan sesuai



Gangguan Pikiran



terkontrol ● Perilaku disorganisasi



Menurut Stuart dan Laraia (2005), rentang respon waham yaitu terdapat respon adaptif hingga respon maladaptif: a. Respon adaptif terdapat pikiran yang logis. Dibagi beberapa bagian: 1) Persepsi kuat dimana apa yang diyakini seseorang tersebut sangatlah kuat dan tidak bisa di ganggu gugat, serta dapat dibuktikan kebenarannya. 2) Emosi konsisten adalah pengalaman bisa membuat seseorang mengalami atau mempunyai emosi yang stabil atau tetap. 3) Perilaku sesuai yaitu perilaku tidak menyimpang dari kenyataan yang ada 4) Berhubungan sesuai dalam berhubungan antar teman dan keluarga berbeda, jadi seharusnya dalam berhubungan kita harus dapat menyesuaikan diri.



8



b. Dalam rentang respon, terdapat distorsi pikiran yang terdiri dari: 1) Ilusi adalah keadaan proses berfikir yang tidak benar tentang mengartikan suatu benda. 2) Reaksi emosi yaitu dimana tingkat emosi seseorang meningkat bahkan kurang (tidak lagi stabil atau konstan). c. Rentang respon maladaptif terdapat gangguan pikiran. Terbagi beberapa masalah: 1) Sulit berespon adalah sesorang yang terganggu pikirannya akan susah sekali untuk diajak berinteraksi. 2) Emosi dalam tingkatan ini emosi seseorang sudah tidak lagi bisa terkontrol, dia mudah marah, dan mudah tersinggung. 3) Perilaku disorganisasi dimana seseorang berperilaku kacau/tidak sesuai dengan keadaan, mereka menunjukan prilaku yang sesuai dengan pola pikir mereka tersebut. 6. Mekanisme Koping Menurut Stuart and Laraia (2005), perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif meliputi: a. Regresi yaitu berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi ansietas. b. Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi. c. Penyangkalan 7. Akibat Akibat dari waham, dapat terjadinya risiko klien mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Risiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri, orang lain dan lingkungan akibatnya dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakhiri kehidupannya (Keliat, 1999). 8. Penatalaksanaan Menurut Nurarif & Kusuma (2015) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham antara lain: a. Psikofarmalogi 1) Litium karbonat Jenis litium yang paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Litium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar.



9



Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium, obat ini juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania. 2) Haloperidol Merupakan obat antipsikotik pertama dari turunan butirofenol. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui. Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada anak-anak yang sering membangkang dan eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motoric berlebih disertai kelainan tingkah laku, seperti : impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi. 3) Karbamazepin Karbamazepin



terbukti



efektif,



dalam



pengobatan



kejang



psikomotor, serta neuralgi trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak berhubungan dengan obat antikolvusan lain maupun obat-obat lain yang digunakan untuk mengobati nyeri pada neuralgi trigeminal. b. Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik low potensial Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti psikotik untuk pasien waham. 1) Antipsikosis



atipikal



(olanzapine,



risperidone)



pilihan



awal



Risperidone tablet 1 mg, 2 mg, 3 mg atau Clozapine tablet 25 mg, 100 mg. 2) Tipikal (Chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100 mg, efektif untuk menghilangkan gejala positif. c. Penarikan diri high potensial Selama seorang mengalami waham, dia cenderung menarik diri dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial. d. ECT tipe katatonik



10



Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyebab mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan katatonik episode. e. Psikoterapi Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi suportif. 2.2



Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian merupakan proses pertama yang dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan. Ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai klien yang sedang dirawat sehingga perawat mengetahui masalah keperawatan apa yang sedang dialami oleh klien. Umumnya klien yang mengalami gangguan orientasi realitas dibawa ke rumah sakit karena sering mengucapkan kata-kata ancaman, mengatakan bahwa ia membenci seseorang. Klien sering membentak bahkan menyerang orang yang dianggapnya mengganggu ketika ia kesal. Klien juga sering merusak barang dan kehilangan kontrol atas dirinya (Damaiyanti dan Iskandar, 2014). Klien juga sering mengungkapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan, flight of ideas, pengulangan kata-kata yang diucapkan. Klien pun secara sering mengungkapkan apa yang diyakininya (bisa tentang agama, kebesaran, kecurigaan, dan keadaan dirinya) secara berlebihan namun tidak sesuai kenyataan yang ada. Biasanya klien tampak tidak memiliki orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak dapat menilai lingkungan dan kenyataan, ekspresi wajah tegang, dan mudah tersinggung (Damaiyanti dan Iskandar, 2014). Data yang didapat langsung oleh perawat dari klien disebut data primer, sedangkan data yang didapat dari keluarga atau catatan tim kesehatan



11



disebut data sekunder. Setelah perawat mendapat data pengkajian, perawat melakukan



analisis



data



untuk



mengelompokkan



datanya



untuk



menyimpulkan masalah keperawatan yang ada pada klien. Secara teori, menurut Doenges, Townsend, Moorhouse (2007) etiologi dari terjadinya waham pada seseorang adalah: a. Psikodinamika Perkembangan



emosi



terhambat



karena



kurangnya



rangsangan/



perhatian ibu. Seorang bayi mengalami penyimpangan rasa aman dan gagal untuk membangun dasar rasa percaya. Ego yang rapuh sebagai akibat dari kerusakan harga diri yang parah, perasaan kehilangan kendali, takut, dan ansietas berat. Sikap curiga terhadap seseorang dimanifestasikan dan dapat berlanjut selama hidup. Proyeksi merupakan mekanisme paling umum yang digunakan sebagai pertahanan melawan perasaan. b. Biologis Pola keterlibatan keluarga relatif kuat yang muncul dikaitkan dengan gangguan ini. individu dari anggota keluarga yang dimanifestasikan gejala gaangguan ini berada pada risiko lebih tinggi untuk mengalaminya dibandingkan dengan populasi umum. Studi pada manusia kembar juga menunjukkan bahwa ada keterlibatan faktor genetik. c. Dinamika keluarga Beberapa ahli teori meyakini bahwa individu paranoid memiliki orang tua yang dingin dan perfeksionis, sering menimbulkan kemarahan, perasaan mementingkan diri sendiri yang berlebihan, dan tidak percaya pada individu. Klien menjadi orang dewasa yang rentan karena pengalaman ini. Data dasar untuk pengkajian klien waham: a. Aktivitas atau istirahat Gangguan tidur karena halusinasi dan pikiran delusi, bangun lebih awal, insomnia, dan hiperaktivitas. b. Kebersihan diri Kebersihan personal kurang, terlihat kusut/tidak terpelihara. c. Integritas ego 1) Dapat timbul dengan ansietas berat; ketidakmampuan untuk rileks, kesulitan yang dibesar-besarkan, mudah agitasi.



12



2) Mengekspresikan perasaan tidak adekuat, perasaan tidak berharga, kurang diterima, dan kurang percaya pada orang lain. 3) Menunjukkan kesulitan koping terhadap stres, menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai (misal penggunaan proyeksi yang berlebihan dn perilaku agresif, melakukan kewaspadaan yang tidak perlu, menghindari penerimaan rasa bersalah). d. Neurosensori 1) Sistem delusi yang tidak ganjil dalam durasi paling sedikit satu bulan. 2) Mengalami emosi dan perilaku kongruen dengan isi sistim keyakinan/ketakutan bahwa diri sendiri ataupun orang terdekat berada dalam bahaya karena diracuni atau diinfeksi;mempunyai penyakit; merasa tertipu oleh pasangan individu, dicurangi oleh orang lain, dicintai atau mencintai dari jarak jauh. 3) Timbul afek yang terkontrol, dingin, tidak emosi; perilaku terjaga/mengelak/perasaan tidak percaya. 4) Bersikap waspada, mencari motif-motif tersembunyi; setiap orang/kejadian berada dalam kecurigaan klien. 5) Menunjukkan



persepsi yang tajam;



menunjukkan



gangguan



pengambilan keputusan tentang persepsi. 6) Delusi referens atau kontrol yang mungkin bekerja sama dengan FBI, CIA, TV/radio. 7) Halusinasi lihat atau dengar yang mencolok tidak selalu ada. e. Keamanan Dapat menunjukkan perilaku berbahaya/menyerang. f. Interaksi sosial 1) Kerusakan bermakna dalam fungsi sosial/perkawinan mungkin terlihat; perilaku dalam semua area kehidupan lain biasanya normal. 2) Umumnya bermasalah dengan hukum. g. Pengajaran atau pembelajaran 1) Awitan paling sering pada kehidupan dewasa pertengahan atau lansia. 2) Dapat memiliki riwayat penyakit fisik/penyalahgunaan zat. Prioritas keperawatan: a. Meningkatkan lingkungan yang aman, keamanan klien/orang lain. b. Menngkatkan lingkungan yang terbuka dan jujur sehingga klien dapat mulai mempercayai diri sendiri/orang lain.



13



c. Mendorong klien/keluarga berfokus pada metode yang ditetapkan untuk koping terhadap ansietas dan tekanan kehidupan. d. Meningkatkan rasa harga diri dan percaya diri. Kriteria pemulangan: a. Koping terhadap rasa ansietas tanpa penggunaan pengobatan atau sikap yang menyerang. b. Mengenal kenyataan; setuju untuk menyerah atau hidup dengan delusi. c. Klien/keluarga/orang terdekat berpartisipasi dalam terapi. d. Keluarga/orang terdekat memberi dukungan emosi bagi klien. e. Pelaksanaan rencana untuk memenuhi kebutuhan setelah pulang. Kebutuhan persiapan pulang: a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan. b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan pakaian. c. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien. d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah. e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah



minum obat. 2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul Masalah keperawatan mengandung tiga komponen penting yaitu: 1) Prioritas masalah yang merupakan masalah utama klien dari beberapa masalah yang dimiliki klien; 2) Penyebab, yaitu salah satu masalah keperawatan yang menyebabkan munculnya masalah utama; dan 3) Akibat yang juga merupakan masalah keperawatan yang muncul karena masalah utama. Ketiga komponen tersebut digambarkan pada pohon masalah berikut: Efek:



Core problem:



Causa:



Risiko kerusakan komunikasi verbal



Perubahan proses pikir: waham



Harga diri rendah



Pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan perubahan proses pikir: waham, diagnosis keperawatan yang mungkin muncul menurut Doenges, Townsend, dan Moorhouse (2007) antara lain: a. Perubahan proses pikir: waham



14



Dapat dihubungkan dengan: 1) Disintegrasi proses pikir, hambatan pengambilan keputusan 2) Konflik psikologis; disintegrasi ego (konfusi tentang lingkungan) 3) Ambivalens dan disertai ketergantungan (bagian dari dilema takutperlu dengan kemampuan untuk memulai sendiri mengisi aktivitas pengalih) Kemungkinan ditandai dengan: 1) Adanya sistem delusi (mungkin waham kebesaran, penganiayaan, referensi, pemantauan, somatik, penuduhan); perintah, obsesi 2) Asosiasi konkret dan simbolik; ide rujukan terhambat 3) Interpretasi lingkungan tidak akurat; ketidaksesuaian kognitif; gangguan kemampuan membuat keputusan 4) Hiperaktivitas sederhana dan aktivitas motorik yang tetap (tindakan ritualistik, perilaku stereotipik) sampai menarik diri dan retardasi psikomotor 5) Pola tidur terganggu b. Hambatan komunikasi verbal Dapat dihubungkan dengan: 1) Hambatan psikologis, psikosis 2) Autistik dan pikiran delusi 3) Perubahan persepsi Kemungkinan ditandai dengan: 1) Tidak mampu mengungkapkan secara rasional 2) Ekspresi verbal, seperti neologisme, ekolalia, asosiatif/kehilangan, bahasa paralogis 3) Ekspresi noonverbal seperti ekopraksia, perilaku stereotipik (ekspresi wajah, bahasa, dan sikap tubuh yang ganjil) c. Harga diri rendah kronis/perubahan penampilan peran/gangguan identitas pribadi Dapat dihubungkan dengan: 1) Proses pikir yang disintegrasi (persepsi, kognisi, afek) 2) Kehilangan/disintegrasi batasan ego 3) Ancaman yang dirasakan pada diri sendiri 4) Disintegrasi perilaku dan afek Kemungkinan ditandai dengan: 1) Ekspresi tidak berharga, perasaan negatif terhadap diri sendiri



15



2) Hambatan dalam memutuskan, kognisi, dan persepsi; sistem delusi ptotektif; gangguan perasaan diri (depersonalisasi dan kontrol delusi) 3) Penampilan peran tidak jelas dalam keluarga, lingkungan sosial, dan kerja 4) Ketidak adekuatan perkembangan harga diri dan harapan 5) Ambivalen dan autisme (terganggu dengan penerimaan diri dan anti keberadaan diri) 3. Rencana Asuhan Keperawatan Rencana tindakan keperawatan untuk klien dengan perubahan proses pikir: waham menurut Damaiyanti dan Iskandar (2014) adalah sebagai berikut: Rencana Keperawatan Tujuan (Umum dan Khusus) 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya



2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki



Tindakan Keperawatan 1) Bina hubungan saling percaya dengan klien: beri salam terapeutik (panggil nama klien), sebutkan nama perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik yang dibicarakan, waktu, dan tempat) 2) Jangan membantah dan mendukung waham klien: a. Katakan perawat menerima keyakinan klien: “Saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi menerima. b. Katakan perawat tidak mendukung: “Sukar bagi saya untuk mempercayainya” disertai ekspresi ragu tapi empati. c. Tidak membicarakan isi waham klien 3) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindung: a. Anda berada di tempat aman, kami akan menemani anda. b. Gunakan keterbukaan dan kejujuran. c. Jangan tinggalkan klien sendirian. 4) Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-hari dan perawatan diri 1) Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis 2) Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis (hati-hati terlibat diskusi tentang waham) 3) Tanyakan apa yang biasa klien lakukan (kaitkan dengan aktivitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini 4) Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada.



16



3. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi



1) 2) 3) 4)



5) 4. Klien dapat berhubungan dengan realistis



1) 2) 3)



5. Klien mendapat dukungan keluarga



1)



2) 6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar



1) 2) 3)



Perawat perlu memperhatikan bahwa klien penting. Observasi kebutuhan klien sehari-hari Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa takut, ansietas, marah) Hubungan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (aktivitas dapat dipilih bersama klien, jika mungkin buat jadwal) Atur situasi agar klien mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, realitas orang lain, realitas tempat, dan realitas waktu) Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi realitas Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien Diskusikan dengan keluarga tentang: a. Gejala waham b. Cara merawatnya c. Lingkungan keluarga d. Follow up obat Anjurkan keluarga melaksanakan poin di atas dengan bantuan perawat Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, frekuensi, dan efek samping akibat penghentian Diskusikan perasaan klien setelah makan obat Berikan obat dengan prinsip 5 (lima) benar



Rencana tindakan keperawatan untuk klien dengan perubahan proses pikir: waham juga dapat dibuat dalam bentuk Strategi Pelaksanaan (SP) (Damaiyanti dan Iskandar, 2014): Klien



Keluarga



SP1P 1. Membantu orientasi realita 2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi 3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya 4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian



SP1K 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis waham yang dialami pasien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien



SP2P SP2K 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga harian pasien mempraktikkan cara merawat 2. Berdiskusi tentang pasien dengan waham 17



kemampuan yang dimiliki 2. Melatih keluarga 3. Melatih kemampuan yang mempraktikkan cara merawat dimiliki langsung kepada pasien waham SP3P SP3K 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga membuat harian pasien jadwal aktivitas di rumah 2. Memberikan pendidikan termasuk minum obat kesehatan tentang penggunaan (discharge planning) obat secara teratur 2. Menjelaskan follow up pasien 3. Menganjurkan pasien setelah pulang memasukkan dalam kegiatan harian 4. Implementasi Keperawatan Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini (Kusumawati dan Hartono, 2010). 5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan dan akan terus menerus untuk menilai efek dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dalam asuhan keperawatan dibagi menjadi dua yaitu evaluasi secara formatif (dilakukan setiapselesai melakukan tindakan keperawatan) dan sumatif (dilakukan dengan cara membandingkan respon klien dengan tujuan yang ditentukan). Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan masalah keperawatan perubahan proses pikir: waham menurut Kusumawati dan Hartono (2010) adalah: d. Klien mampu 1) Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan 2) Berkomunikasi sesuai kenyataan 3) Mengonsumsi obat dengan benar dan patuh e. Keluarga mampu 1) Membantu klien mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan 2) Membantu klien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien 3) Membantu klien mengonsumsi obat dengan benar dan patuh



18



BAB III TINJAUAN KASUS Ruangan



: Puri Anggrek RSJ Menur Surabaya



Tanggal Pengkajian : 22 Maret 2021 I.



II.



IDENTITAS KLIEN 1. Nama



: Bp. M



2. Umur



: 37 tahun



3. Tanggal MRS



: 13 Maret 2021



4. Register



: 06.XX.XX



5. Agama



: Islam



6. Status



: sudah menikah



7. Pekerjaan



: Karyawan Swasta



8. Alamat



: Surabaya



9. Informan



: Klien, Perawat, Rekam Medis



KELUHAN UTAMA Klien dibawah ke IGD diantar istri dan keluarga dengan keluhan berbicara melantur sejak 1 minggu. Saat dikaji klien berbicara tentang dakwah yang menjadikan manusia harus sholat, Klien mengatakan dirinya titisan habib novel yang diberi wahyu menyebarkan kebaikan dan memeluk agama islam, klien merasa memiliki ilmu bisa berlari secepat angin dimana ilmu itu dari allah, klien juga bisa melihat jin, melakukan tirakat dan puasa selama 3 minggu dan tidak mengatakan dengan keluarga. Menurut klien istrinya tidak taat dengan beliau karna klien menghimbau istrinya untuk berpuasa dan istrinya tidak mau.



III.



FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Tidak 2. Pengobatan sebelumnya: Tidak pernah 3. Pengalaman



Pelaku/Usia



Korban/Usia Saksi/Usia



Aniaya fisik -



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



-



Aniaya seksual Penolakan KDRT Tindak kriminal



19



Jelaskan



: Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya. Klien



belum



pernah



menjalani



pengobatan



maupun



memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan sebelumya. Keluarga klien tidak mengetahui bahwasannya sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit klien melakukan tirakat puasa bicara dan klien mampu melihat jin merupakan tanda dan gejala penyakit gangguan jiwa. Masalah Keperawatan: Defisit Pengetahuan Keluarga 4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Tidak Hubungan Keluarga



:-



Gejala



:-



Riwayat Pengobatan



:-



Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan 5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Klien mengatakan pada tahun 2014 sempat mengikuti beberapa tes bahasa inggris untuk keperluan beasiswa kuliah 2 kali gagal dan yang ke 3 kali berhasil, klien merasa sedikit frustasi. Masalah Keperawatan: Respon Pasca Trauma IV.



FISIK 1. Tanda Vital : TD: 110/73mmHg 2. Ukur : TB: 160 cm 3. Keluhan Jelaskan



N: 82x/m



S: 37,3oC



RR: 21x/m



BB: 63 kg



: tidak ada : selama dirumah sakit klien tidak memiliki keluhan fisik, hanya saja klien merasa sering mengantuk kemungkinan efek dari obat



Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan V.



PSIKOSOSIAL 1. Genogram



20



Keterangan: : Laki-laki : Perempuan : Sudah meninggal : Klien - - - - - : Tinggal Serumah Jelaskan



: Klien merupakan anak ke 8 dari 9 bersaudara. Kakak ketiga klien sudah meninggal. Klien memiliki 1 istri dan 2 anak. Klien tinggal serumah dengan anak, istri, dan ibu mertuanya. Klien paling dekat dengan istri, tetapi klien juga cukup dekat dengan ibu mertua dan kakaknya yang nomor 6.



Masalah Keperawatan: Tidak Ditemukan Masalah Keperawatan Masalah Keperawatan: Tidak Ditemukan Masalah Keperawatan 2. Konsep Diri 1) Gambaran diri : klien sangat menyukai kepalanya karena kepala untuk memproses pengetahuan/ ilmu 2) Identitas



: klien mengatakan seorang laki-laki klien mengatakan



bekerja sebagai teknisi di perusahaan 3) Peran



: klien mengatakan dirinya sebagai kepala keluarga



yang memiliki 2 anak dan 1 istri 4) Ideal diri



: klien berharap setelah keluar dari RS klien ingin bebas



dan mengajarkan orang-orang untuk memeluk agama islam 5) Harga diri



: klien merasa dirinya dihormati sebagai kepala



keluarga dan di sayangi oleh keluarga Masalah Keperawatan: Tidak Ditemukan Masalah Keperawatan 3. Hubungan Sosial 1) Orang yang berarti



: klien sangat dekat dengan keluarga istrinya



adalah orang yang sangat penting untuknya karena istrinya merupakan cinta sejati dan tempat bercerita susah maupun senang. . Klien paling dekat dengan istri, tetapi klien juga dekat dengan ibu mertua dan kakaknya yang nomor 6.



21



2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/bermasyarakat : klien mengatakan tidak berperan dalam kegiatan kelompok atau masyarakat, karena keluarga melarangnya. Klien tampak berbicara ngobrol dengan teman samping kamarnya 3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien dijauhkan dari masyarakat karena ia menunjukan bahwa orang lain harus mengikuti arahannya, klien suka bersosalisasi di ruangan. Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan 4. Spiritual 1) Nilai dari keyakinan



: klien mengatakan bergama islam. Klien selalu



melakukan amalan-amalan yang diperintah tuhan baik wajib maupun sunnah 2) Kegiatan ibadah



: klien mengatakan rajin sholat 5 waktu,



mengaji dan sering berdzikir. Klien suka menonton ceramah ustad dan habib melalui youtube Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan VI.



STATUS MENTAL 1. Penampilan |__| Tidak rapi



|__| Penggunaan pakaian tidak sesuai



|__| Cara berpakaian tidak seperti biasanya Jelaskan : klien berpakain rapi. Klien menggunakan baju yang disediakan rumah sakit. Terkadang juga memakai sarung Masalah Keperawatan : Tidak Ditemukan Masalah Keperawatan 2. Pembicaraan Cepat



Keras |__| Gagap



|__| Inkoheren







|



| Apatis



|V| Lambat



|__|Membisu |V |Tidak mampu memulai Pembicaraan



Jelaskan : pembicaraan klien tidak sesuai kenyataan, klien sulit memulai percakapan saat mengobrol Masalah Keperawatan : Hambatan Komunikasi Verbal 3. Aktivitas Motorik: |_| Lesu



|__| Tegang



|V| Gelisah



22



|__| Agitasi



|__| TIK



|__| Grimasen



|__| Tremor



| | Kompulsif



Jelaskan : klien terus mondar mandir dan selalu berbicara “ istigfar, mohon ampun“ Masalah Keperawatan: Peningkatan Aktivitas Motorik 4. Alam perasaaan || Sedih |_| Ketakutan|__|Putus asa|__|Khawatir|__| Gembira berlebihan Jelaskan : Klien mengatakan sedih bila mengingat anak dan istrinya, klien merasa bersalah dan menyesal karena sebelum masuk rumah sakit sempat marah kepada anaknya Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan 5. Afek |__ | Datar



|___| Tumpul



|V| Labil



|__| Tidak sesuai



Jelaskan : klien senang, diam, sedih dalam waktu yang cepat Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir 6. lnteraksi selama wawancara |__| Bermusuhan



|__|Tidak kooperatif |__| Mudah tersinggung



|V|Kontak mata kurang



|__| Curiga



|V| Defensif



Jelaskan : Klien ketika dikaji tidak menatap lawan bicara, menunduk, tangan yang selalu memegangi celananya karena menurut klien hal tersebut dilakukan untuk menutupi auratnya. Masalah Keperawatan: Hambatan Komunikasi 7. Persepsi |__| Pendengaran



|V| Penglihatan



|__| Perabaan



|__| Pengecapan



|__| Pembauan



| V | Perasaan



Jelaskan : Saat dikaji, Tn.M selalu mengatakan ”istriku, istriku bertaubatlah istriku.. istighfar istriku” ketika melihat setiap perawat perempuan yang menghampirinya. Masalah Keperawatan: Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan 8. Proses Pikir |__| Sirkumtansial



|__| Tangensial



|__| Kehilangan Asosiasi



|V|Flight of Ideas



|__| Blocking



| | Perseverasi



23



Jelaskan : ketika ditanya klien selalu mengulangi beberapa hal seperti dakwah berulang kali dan berbelit-belit Masalah Keperawatan: Gangguan Proses Pikir 9. Isi Pikir |__| Obsesi



|__| Phobia



|_| Hipokondria



|__| Depersonalisasi



|__| Ide yang terkait



|V| Pikiran Magis



Waham |__| Agama



|



| Somatik



|__| Nihilistik



|__| Sisip pikir



|V| Kebesaran |__| Siar pikir



|__| Curiga |__| Kontrol pikir



Jelaskan : Klien merasa dirinya diberi wahyu oleh habib sebagai titisan habib untuk menyebar kebaikan & memeluk agama islam klien mengatakan bahwa dia memiliki kekuatan menembus dinding dan dapat berlari cepat. Ilmu itu dari habib yang diberi tuhan Masalah Keperawatan: Gangguan Proses Pikir: Waham 10. Tingkat kesadaran |V| Bingung



|__| Sedasi



|__| Strupor



|__| Tempat



|__| Orang



Disorientasi |__| Waktu



Jelaskan : klien merasa bingung kenapa ada di tempat ini (RSJ Menur) Masalah Keperawatan: Gangguan Proses Pikir 11. Memori |__| Gg daya ingat jangka panjang



|__| Gg daya ingat jangka pendek



|__| Gg daya ingat saat ini



|__| Konfabulasi



Jelaskan : dapat mengenali siapa yang mengantar dia ke RSJ Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan 12. Tingkat konsentrasi dan berhitung |__ | Mudah beralih



|__| Tidak mampu berkonsentrasi



|__| Tidak mampu berhitung sederhana Jelaskan : klien dapat berkonsentrasi dan berhitung sederhana Masalah Keperawatan: Tidak Ditemukan Masalah Keperawatan 13. Kemampuan penilaian |__| Gangguan ringan



|__| Gangguan bermakna



24



Jelaskan : ketika diberi pilihan antara makan dan sholat, klien mengatakan “saya memilih sholat dulu, baru saya makan, karena waktu sholat akan habis jika saya makan dulu” Masalah Keperawatan: Tidak Ditemukan Masalah Keperawatan 14. Daya tilik diri |V| Mengingkari penyakit yang diderita



|__| Menyalahkan hal lain



Jelaskan : klien mengatakan tidak sakit jiwa Masalah Keperawatan : Risiko Ketiakefektifan Penatalaksanaan Program terapeutik VII.



KEBUTUHAN PULANG 1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan Kemampuan memenuhi kebutuhan



Ya



Tidak



Makanan V Keamanan V Perawatan kesehatan V Pakaian V Transportasi V Tempat tinggal V Keuangan V Lain-lain Jelaskan : Klien dapat memenuhi kebutanan makanan pakaian, transportasi, tempat tinggal, keuangan namun klien memerlukan pendampingan dalam perawatan kesehatan (minum obat) Masalah Keperawatan : Gangguan pemeliharaan kesehatan 2. Kegiatan hidup sehari-hari 1) Perawatan diri: Kegiatan hidup sehari-hari



Bantuan



Bantuan



total minimal V Mandi V Kebersihan V Makan Buang air kecil/ BAK Buang air besar/ BAB Ganti pakaian Jelaskan : klien mampu melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri, namun untuk makan dan kebersihan perlu dimotivasi Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan



25



2) Nutrisi



Ya



Apakah anda puas dengan pola



Tidak



V



makan anda? v



Apakah anda akan memisahkan diri? Jika ya, Jelaskan alasannya



:



Frekuensi makanan sehari



: 3 kali



Frekuensi udapan/ snack



: 1 kali



Nafsu makan



: Menurun



Diet Khusus



: tidak ada



Jelaskan : klien mengatakan tidak menghabiskan makanannya karena merasa kenyang Masalah Keperawatan : Resiko Gangguan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh 3) Tidur Apakah ada masalah?



|__| Ya



|v| Tidak



Apakah anda puas setelah bangun tidur ?



|__| Ya



|v| Tidak



Apakah anda kebiasaan tidur siang?



|v| Ya



| | Tidak



Lamanya ±2 jam Apakah ada yang menolong untuk tidur? Waktu tidur malam: 21.00 WIB



|__| Ya



|__| Tidak



Waktu bangun: 04.00 WIB



Apakah ada gangguan tidur ? |__| Sulit untuk tidur



|V| Terbangun saat tidur



|__| Bangun terlalu pagi



|V| Gelisah saat tidur



|__| Semnabolisme



|__| Berbicara dalam tidur



Jelaskan : klien mengatakan tidur siang setelah makan siang, klien sulit tidur pada malam hari. klien mengatakan selalu terbangun saat tidur malam, dan masuk ke kamar kamar pasien lain, dan temannya merasa terganggu jika sudah bangun klien sulit untuk tidur. Masalah Keperawatan : Gangguan Pola Tidur 3. Kemampuan klien dalam Mengantisipasi kebutuhan sendiri Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri Mengatur penggunaan obat Melakukan pemeriksaan kesehatan



26



Ya V V



Tidak V V



Jelaskan : Klien mampu mengantisipasi kebutuhan sendiri dalam hal keinginan sendiri namun tidak bisa mengatur penggunaan obat maupun pemeriksaan kesehatan Masalah Keperawatan : Risiko Ketidakefektifan Pelaksanaan Program terapeutik 4. Klien memiliki sistem pendukung Keluarga Profesional/terapis



Ya v v



Tidak Teman Sejawat Kelompok Sosial



Ya v



Tidak V



Jelaskan : Klien memiliki sistem pendukung yang baik termasuk keluarga, terapis, maupun pasien yang lain. Masalah Keperawatan : Tidak Ditemukan Masalah Keperawatan 5. Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan atau hobi? Jelaskan : Klien mengatakan selama pandemi WFH (work from home), klien hobi menonton youtube tentang habib dan pengajian. Masalah Keperawatan : Tidak Ditemukan Masalah Keperawatan VIII.



MEKANISME KOPING Adaptif



Maladaptif



|V| Bicara dengan orang lain



|__| Minum alkohol



|V| Mampu menyelesaikan masalah



|__| Reaksi lambat/berlebih



|__| Teknik reloksasi



| V | Bekerja berlebihan



|__| Aktifitas konstruktif



| | Menghindar



|__| Olahraga



|__| Mencederai diri



|__| Lainnya



|__| Lainnya



Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Koping Individual



IX.



MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN 1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik: Tidak ditemukan masalah, klien dapat berhubungan baik dengan klien yang lain. 2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: Tidak ditemukan masalah, klien berhubungan baik dengan klien lain maupun tenaga ksehatan. Klien juga selalu mengikuti kegiatan rutin seperti senam pagi dan rehabilitasi.



27



3. Masalah dengan pendidikan, spesifik: Tidak ditemukan masalah, klien mengatakan bahwa klien lulus S2. 4. Masalah dengan pekerjaan, spesifik: Tidak ditemukan masalah, klien mengatakan bahwa klien bekerja di perusahaan sebagai teknisi. 5. Masalah dengan perumahan, spesifik: Tidak ditemukan masalah, klien mengatakan tinggal bersama istri dan anak-anaknya. 6. Masalah ekonomi, spesifik: Tidak ditemukan masalah, klien mengatakan yang bahwa dirinya yang menafkahi istri dan anak-anaknya. 7. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: Tidak ditemukan masalah, klien mengatakan saat sakit dirinya periksa ke klinik/rumah sakit yang terdekat dari rumahnya. 8. Masalah lainnya, spesifik: Tidak ditemukan masaah. Masalah keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan X.



PENGETAHUAN KURANG TENTANG | v | Penyakit Jiwa



|__| Sistem Pendukung



| v | Faktor Presipitasi



|__| Penyakit Fisik



|__| Koping



| v | Obat-obatan



|__| Lainnya Masalah Keperawatan: Defisit Pengetahuan XI.



ASPEK MEDIK Diagnosa Medik



: F23.1 Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia Akut



Terapi Medik



:



1. Alprazolam



: per oral 1 mg 2x1 diberikan pagi dan malam (1-0-1)



2. Depakote ER



: per oral 250 mg 1x1 diberikan siang (0-1-0)



3. Haloperidol



: per oral 5 mg 3x1 diberikan pagi siang dan malam (1-1-1)



Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan



XII.



DATA LAIN 1. Pemeriksaan Darah Lengkap (dilakukan pada tanggal 21 Maret 2021) NO 1. 2. 3. 4. 5. 6.



PARAMETER WBC RGB HGB HCT MCV MCHC



HASIL 5,69 5,00 14,2 41,7 83,4 34,1 28



SATUAN 10^3/uL 10^6/uL g/dL % fL Pg



NILAI RUJUKAN 3,80 – 10 4,40 – 5,90 40,0 – 52,0 80,0 – 100,0 26,0 – 34,0 32,0 – 36,0



7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.



PLT RDW-SD RDW-CV NEUT% LYMPH% MONO% EO% BASO%



247 36,6 11,9 57,6 32,6 6,9 1,9 0,7



g/dL fL % % % % % %



150 - 440 37,0 – 54,0 11,5 – 14,5 50,0 – 70,0 25,0 – 40,0 2,0 – 8,0 2,0 – 4,0 0,0 – 1,0



2. Pemeriksaan Faal Hati (dilakukan pada tanggal 21 Maret 2021) NO PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN 1. SGOT 32 u/L 37 2. SGPT 45 u/L 40 3. Pemeriksaan Urine Lengkap (dilakukan pada tanggal 21 Maret 2021) NO PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN 1. Warna Kuning Kuning tua-muda 2. Kekeruhan Jernih Jernih 3. Nitrit Negative Negative 4. Epitel 1-3 Sel/LP 5. Lekosit 0-1 Sel/LP 6. Erytrosit 0-1 Sel/LP 7. Kristal Negative Negative 8. Silinder Negative Negative 4. Pemeriksaan EEG dan Brain Mapping (dilakukan pada tanggal 25 Maret 2021) Hasil pemeriksaan EEG : Normal ( Bangun dan Tidur Stadium II) Hasil pemeriksaan QEEG : Peningkatan gelombang Theta di Region Sentral bilateral Kesimpulan : pemeriksaan brain mapping saat ini abnormal, mengindikasikan adanya gejala drowsiness dan gangguan atensi XIII.



DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN 1.



Gangguan Proses Keluarga



2.



Respon Pasca Trauma



3.



Hambatan Komunikasi Verbal



4.



Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran/Perasaan



5.



Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran



6.



Gangguan Pemeliharaan Kesehatan



7.



Risiko Gangguan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh



8.



Gangguan Pola Tidur



9.



Risiko Ketidakefektifan Pelaksanaan Program Terapeutik



10. Defisit Pengetahuan XIV.



DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN



29



1.



Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran



30



ANALISA DATA No. 1.



DATA DS : -



ETIOLOGI



MASALAH



Resiko Perilaku Kekerasan



Perubahan Proses



Klien mengatakan “saya rasanya bisa berlari dengan



Pikir : Waham Perubahan Proses Pikir :



sangat cepat” -



Klien mengatakan “Saya ini titisan habib”



-



Waham Isolasi Sosial : Menarik



Klien mengatakan “saya



Diri



memiliki kekuatan” DO : -



Klien mempertahankan pendapatnya bahwa klien adalah titisan habib



-



Kontak mata ada



-



31



Kebesaran



RENCANA KEPERAWATAN JIWA No Tgl



Diagnos



Diagnosa Keperawatan



Rencana Tindakan Keperawatan Tujuan



Kriteria Evaluasi



Tindakan Keperawatan



Gangguan



(Umum dan Khusus) Tujuan Umum: pasien



Mar



Proses Pikir:



secara bertahap







Waham



mampu berhubungan



2. Ada kontak mata



dengan realitas



3. Mau berjabat tangan.



25



202



a 1



1



1. Ekspresi wajah



1. Bina hubungan saling percaya dengan



bersahabat.



klien 2. Jangan membantah dan mendukung



4. Mau menjawab salam. Tujuan Khusus:



5. Klien mau duduk



1. Klien dapat



berdampingan.



membina hubungan saling percaya 2. Klien dapat



aktifitas sehari-hari.



dimiliki



dasar interaksi selanjutnya dalam membina klien dalam berinteraksi dengan baik dan benar, sehingga klien mau mengutarakan isi perasaannya.



mengganggu aktivitas sehari-hari dan perawatan diri.



perasaannya. 1. Klien dapat



kemampuan yang



Hubungan saling percaya menjadi



4. Observasi apakah waham klien



mengutarakan isi



memperhatikan



3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi



6. Klien mau



mengidentifikasi



waham klien



Rasional



1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis 2. Diskusikan dengan klien kemampuan



2. Klien dapat mengontrol wahamnya.



yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis (hati-hati terlibat diskusi tentang waham) 3. Tanyakan apa yang biasa klien lakukan (kaitkan dengan aktivitas sehari-hari



32



1. Reinforcement positif dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh klien dan harga diri klien. 2. Klien terdorong untuk memilih aktifitas seperti sebelumnya tentang aktifitas yang pernah dimiliki oleh klien.



dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini. 4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai



3. Dengan mendengarkan klien akan merasa lebih diperhatikan sehingga klien akan mengungkapkan perasaannya.



kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu memperlihatkan bahwa klien 3. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi



1. Kebutuhan klien terpenuhi. 2. Klien dapat melakukan aktivitas secara terarah. 3. Klien tidak menggunakan atau



penting. 1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari



1. Observasi dapat mengetahui



2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak



kebutuhan klien. Dengan



terpenuhi baik selama dirumah maupun



mengetahui kebutuhan yang



dirumah sakit (rasa takut, ansietas,



tidak terpenuhi makan dapat



marah)



diketahui kebutuhan yang akan



3. Hubungan kebutuhan yang tidak



membicarakan



terpenuhi dengan waham.



wahamnya.



4. Tingkatkan aktivitas yang dapat



diperlukan. 2. Dengan melakukan aktifitas klien tidak akan lagi



memenuhi kebutuhan klien dan



menggunakan isi wahamnya.



memerlukan waktu dan tenaga



Dengan situasi tertentu klien



(aktivitas dapat dipilih bersama klien,



akan dapat mengontrol



jika mungkin buat jadwal).



wahamnya



5. Atur situasi agar klien mempunyai 4. Klien dapat berhubungan



1. Klien dapat berbicara dengan realitas.



waktu untuk menggunakan wahamnya. 1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, realitas orang lain,



33



Reinforcement adalah penting untuk meningkatkan kesadaran



dengan realistis



2. Klien mengikuti terapi aktivitas kelompok.



realitas tempat dan realitas waktu). 2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi relalitas



klien akan realistas. Pujian dapat memotivasi klien untuk meningkatkan kegiatan positifnya.



3. Berikan pujian pada tiap kegiatan 5. Klien mendapat dukungan keluarga



positif yang dilakukan klien. 1. Diskusikan dengan keluarga tentang:



1. Keluarga dapat



Perhatian keluarga dan pengertian



membina hubungan







Gejala waham



keluarga akan dapat membantu



saling percaya dengan







Cara merawatnya



klien dalam mengendalikan



perawat.







Lingkungan keluarga



wahamnya.







Follow-up obat



2. Keluarga dapat menyebutkan



2. Anjurkan keluarga melaksanakan point



pengertian, tanda dan



1 dengan bantuan perawat.



tindakan untuk merawat klien dengan 6. Klien dapat



waham. 1. Klien dapat



1. Diskusikan dengan klien dan keluarga



Obat dapat mengontrol waham



menggunakan obat



menyebutkan manfaat,



tentang obat, dosis, frekuensi dan efek



yang dimiliki oleh klien dan dapat



dengan benar



efek samping dan dosis



samping akibat penghentian.



membantu penyembuhan klien



obat.



2. Diskusikan perasaan klien setelah



2. Klien dapat



makan obat



mendemonstrasikan



3. Berikan obat dengan prinsip 5 (lima)



penggunaan obat



benar.



dengan benar 34



3. Klien dapat memahami akibat berhentinya mengmonsumsi obat tanpa konsultasi. 4. Klien dapat menyebutkan prinsip 5 (lima) benar dalam penggunaan obat.



35



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN Tgl/ Jam 25 Maret 2021 Pukul 10.00 WIB



26 Maret 2021 Pukul 09.00 WIB



DX KEP



IMPLEMENTASI



Gangguan Proses Pikir : SP 1 Waham 1. Membantu orientasi pada realita 2. Mendiskuasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi 3. Membantu pasien memenuhi kebutuhan 4. Menganjurkan pasien membuat jadwal kegiatan



Gangguan Proses Pikir : Waham



SP 1 1. Membantu orientasi pada realita 2. Mendiskuasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi 3. Membantu pasien memenuhi kebutuhan



EVALUASI S: “berbincangnya 10 menit saja ya” “saya adalah seorang titisan dari habib, jadi saya harus menyampaikan bagaimana syariat islam yang benar” “saya dapat berbic ara dengan Tuhan secara langsung” O: - Ekspresi pasien tampak bingung - kontak mata kurang - pasien lebih sering melamun dan terdiam ketika ditanya - cara bicara pasien cenderung lambat dan berbelit-belit - sesekali pasien memberikan ceramah pada perawat - Pasien mau berkomunikasi dengan perawat - Pasien belum mampu mengidentifikasi kebutuhannya - Pasien belum mampu membuat jadwal kegiatan harian A: SP 1 belum tercapai P: Pertahankan SP 1 pasien S: “saya mau berbincang 10 menit saja ya” “kita sebagai manusia harus melaksanakan sholat” “Mbak tolong bukaan talinya ini. saya mau kencing di toilet. Saya tidak mau kencing di sini, nanti najis semua” “saya ingin ikut teman-teman pergi ke ruang rehabilitasi. Bermain 36



PARAF



4. Menganjurkan pasien membuat jadwal kegiatan



29 Maret 2021 Pukul 14.00 WIB



Gangguan Proses Pikir : Waham



SP 2 1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Diskusi tentang kemampuan yang dimiliki 3. Latih kemampuan yang dimiliki



badminton” O: - Pasien difiksasi di atas tempat tidur - Ekspresi pasien tampak bingung - kontak mata kurang - cara bicara pasien cenderung lambat - pasien berusaha membuka fiksasinya karena ingin BAK di toilet - Pasien mau berkomunikasi dengan perawat - Pasien mampu mengidentifikasi kebutuhannya - Pasien mampu BAK di toilet setelah fiksasi dilepas oleh perawat - Pasien belum mampu membuat jadwal kegiatan harian A: SP 1 tercapai P: Lanjutkan SP 2 pasien S: “saya mau berbincang 10 menit ya, Mbak” “mari kita bersama-sama mengucapkan sholawat, Mbak” “saya ahli di bidang IT. Itu juga merupakan hobi saya. Selain IT saya suka olahraga. Kadang main badminton dan tenis meja saat rehabilitasi” “main badminton di ruang rehabilitas tidak menentu waktunya” O: - Pasien kooperatif - Pasien mampu menyebutkan dan berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki - Kontak mata cukup



37



- Pasien tampak lesu - cara bicara pasien cenderung lambat dan suara pelan - pasien tidak bisa membuat jadwal kegiatan bermain badminton A: SP 2 belum tercapai P: Pertahankan SP 2 pasien 30 Maret 2021 Pukul 11.00 WIB



Gangguan Proses Pikir : Waham



SP 2 1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Diskusi tentang kemampuan yang dimiliki 3. Latih kemampuan yang dimiliki



S: “berbincang-bincangnya 10 menit saja ya” “saya kok sering mengantuk ya, Mbak. Kepala kadang pusing. Jadi saya banyak tidur akhir-akhir ini” “tadi pagi saya ke ruang rehabilitasi dan bermain badminton. Saya tadi bermain dengan pasien yang lain” “saya juga suka mengaji. Setiap hari saya mengaji” “saya akan mengaji setiap selesai sholat 5 waktu, Mbak” O: - Pasien kooperatif - Kontak mata cukup - cara bicara pasien cukup lambat - pasien membuat jadwal mengaji setiap selesai sholat 5 waktu - Pasien mau mengikuti kegiatan senam di ruang Puri Anggrek dan kegiatan di ruang rehabilitasi A: SP 2 tercapai P: Lanjutkan SP 3 pasien



38



31 Maret 2021 Pukul 13.00 WIB



Gangguan Proses Pikir : Waham



SP 3 1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Berikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur 3. Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal



1 April 2021 Pukul 10.00 WIB



Gangguan Proses Pikir : Waham



SP 3 1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Berikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur 3. Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal



Motivasi pasien untuk melakukan kegiatan mengaji sesuai jadwal yang dibuat S: “terserah Mbaknya mau berbincang berapa menit” “saya terkadang malas minum obat, Mbak. Capek rasanya tiap hari minum obat. Saya sakit apa sebenarnya?” “saya selalu meminum obat yang diberikan perawat, Mbak. Tapi saya kurang tau kapan saya minum obat dan obat apa yang diminum” O: - Pasien kooperatif - Kontak mata baik - Pasien tampak lesu dan mengantuk - Cara bicara pasien membaik (tidak lambat) dan suara pelan A: SP 3 belum tercapai P: Pertahankan SP 3 pasien S: “monggo kalau mau berbincang mbak” “saya kadang masih suka mengantuk dan sering tidur, Mbak” “saya adalah orang yang biasa saja. Bukan orang yang special dan bukan siapa-siapa” “kemarin maghrib saya tidur, Mbak. Lupa harus minum obat, jadi perawatnya yang ke kamar saya. “saya akan memasukkan jadwal minum obat jam 7 pagi, 2 siang dan 8 malam” O: 39



-



Pasien kooperatif Pasien tidak mengingat tentang wahamnya Kontak mata pasien baik Cara bicara pasien membaik (tidak lambat) dan dapat bercerita dengan lebih baik - Pasien dapat membuat jadwal kegiatan untuk minum obat A: SP 3 tercapai P: Pertahankan SP 3 pasien Motivasi pasien untuk selalu minum obat sesuai dengan jadwal yang telah dibuat



40



BAB IV PEMBAHASAN 2. Pengkajian Dalam pengkajian ditemukan sebuah kasus waham kebesaran yang terjadi pada Tn.M 37 tahun yang dirawat di ruang Puri Anggrek Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya pada tanggal 22 Maret 2021. Pengumpulan data diperoleh dari klien, perawat yang menangani, serta dari hasil rekam medik. Hasil data yang didapatkan dalam pengkajian faktor predisposisi adalah klien mengalami beberapa kali kegagalan tes Bahasa inggris untuk beasiswa kuliah ke luar negeri. Klien merasa frustasi, selain itu klien juga mengalami kehilangan orang yang disayangi, yaitu tantenya karena sakit. Dari data rekam medis, didapatkan alasan klien masuk rumah sakit adalah klien berbicara ngelantur, mengaku titisan nabi dan mempunyai kekuatan yang tidak biasa (dapat menembus dinding dan berlari cepat). Pada pengkajian keperawatan pada Tn.M data yang ditemukan telah sesuai dengan pengkajian teori yang digunakan sebagai acuan. Menurut teori Budi Anna Keliat (2011) data subjektif pada klien yang mengalami waham kebesaran yaitu meyakini keyakinan yang salah secara terus menerus. Dalam hal ini Tn.M meyakini bahwa dirinya titisan nabi dan memiliki kekuatan yang tidak biasa. 3. Diagnosa Keperawatan Pengkajian dilaksanakan pada Kamis, 25 Maret 2021 di ruang Puri Anggrek Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Dari hasil pengkajian ditegakkan diagnosa utama adalah Gangguan Proses Pikir: Waham. Menurut Budi Anna Keliat (2011), data subjektif pada klien yang mengalami waham kebesaran adalah klien meyakini sesuatu yang tidak sesuai dengan realita. Tn.M menyatakan dirinya adalah titisan nabi dan mempunyai kekuatan yang tidak biasa. Sedangkan data objektifnya adalah klien berbicara ngelantur, kemampuan berbicara lambat dan tampak bingung. Data-data tersebut sesuai dengan kriteria penegakan diagnosa gangguan proses pikir: waham. 4. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perlu dilakukan validasi apakah rencana keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini (Kusumawati dan Hartono, 2011). Kelebihan dan kekurangan selama melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn.M adalah:



41



a. Kelebihan/faktor pendukung Dari diagnosa keperawatan gangguan proses pikir: waham pada interaksi tahap pertama pada tanggal 25 Maret 2021 dilaksanakan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang pertama (SP1) yakni bina hubungan saling percaya dan membantu klien berorientasi pada realita. Sikap klien yang



kooperatif



saat



diajak



berbincang



oleh



perawat



membantu



mempercepat bina hubungan saling percaya sehingga SP1 dapat dicapai dengan cepat dan dapat dilanjutkan SP2 (mengidentifikasi kegiatan yang disukai). b. Kekurangan/faktor penghambat Dalam pelaksanaan rencana keperawatan, terdapat intervensi yang tidak dapat dilaksanakan. Yaitu strategi pelaksanaan tindakan keperawatan untuk keluarga. Hal tersebut tidak dapat terlaksana akibat kondisi pandemi covid 19 sehingga interaksi dengan keluarga pasien sangat terbatas. 5. Hasil Evaluasi Evaluasi diagnosa keperawatan gangguan proses pikir: waham, SP1 dilaksanakan selama 2 hari dan didapatkan evaluasi data subjektif antara lain: klien mampu menjawab salam dari perawat, menyebutkan nama dan identitas lain, serta menyebutkan kegiatan hariannya. Sedangkan pada data objektif didapatkan klien sangat kooperatif saat dilakukan implementasi keperawatan. SP2 juga dilaksanakan selama 2 hari dan didapatkan evaluasi data subjektif antara lain: klien mampu menyebutkan hobi dan kegiatan yang disukai. Pada SP3 perlu dilakukan perhatian khusus, karena klien merasa bosan minum obat dan merasa dirinya tidak sakit. untuk mengatasi hal tersebut, klien diberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya minum obat dan mengajarkan cara minum obat saat dirumah. Kondisi klien saat dilakukan evaluasi telah stabil, berbicara normal, tidak melantur, klien aktif mengikuti kegiatan rehabilitasi.



42



BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.M berlansung selama 6 hari dengan rincian SP1 berlangsung selama 2 hari, SP2 berlangsung selama 2 hari dan SP3 berlangsung selama 2 hari. Selama proses implementasi keperawatan klien kooperatif, klien menjawab setiap pertanyaan yang diberikan dan aktif dalam mengikuti kegiatan rehabilitasi. Selama proses implementasi klien diajarkan membuat jadwal kegiatan harian dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat, hal tersebut dilaksanakan agar kegiatan harian klien tertata dan klien mampu berorientasi pada realita. 4.2. Saran Disarankan pada pembaca agar selalu melakukan update mengenai asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan diagnosa keperawatan waham agar tindakan keperawatan yang diberikan mampu mempercepat pemulihan pasien dengan diagnose keperawaan waham.



43



DAFTAR PUSTAKA Arif, SI. 2006. Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung: Refika Aditama. Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih bahasa: Yasmin Asih. Jakarta: EGC. Dalami, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta. Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama. Doenges, M.E, Townsend, M.C, Moorhouse, M.F. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Jakarta: EGC Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Kaplan dan Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid I. Edisi 7. Jakarta: Binarupa Aksara. Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Courese). Jakarta: EGC. Keliat, B.A., Panjaitan, R.U., dan Helena, N.C.D. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Kiran, C., & Chaudhury, S. 2009. Understanding delusions. Industrial Psychiatry Journal, Vol. 18 issue 1. DOI: 10.4103/0972-6748.57851. Kusumawati dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Lab/UPF Kedokteran Jiwa. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya. Nurarif, A.H., dan Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan DIagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.



44



O'Brien, P. G., Kennedy, W. Z., & Ballard, K. A. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Pskiatrik Teori dan Praktik. Jakarta: EGC Stuart dan Laraia. 2005. Principles dan Pratice of Psychiatric Nursing. 8th Edition. St.Louis: Mosby. Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3 Terjemahan dari Pocket Guide to Psyciatric Nursing, oleh Achir Yani S. Hamid. Jakarta: EGC. Suliswati, dkk. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Varcarolis. 2006. Fundamentalis of Psychiatric Nursing Edisi 5. St. Louis: Elsevier. Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama. Yusuf, Ah., Fitryasari, R.P.K, dan Nihayati, H.E. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.



45