Revisi Skripsi Noken [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKRIPSI NOKEN DALAM PERSPEKTIF SEJARAH TAHUN 1970 - 2019



OLEH : BENEDIKTUS KRISTIANTO NOBAR ONTU NIM : 2016.III.1.0008



PROGRAM STUDY PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL IKIP PGRI BALI 2020 BAB I PENDAHULUAN



1.1.



Latar Belakang Budaya merupakan suatu hal yang bisa dijadikan sebagai identitas unik dan khas bagi suatu daerah mengenai identitas diri seseorang maupun kelompok.Penting memang mengetahui tentang pengertian budaya, karena hal ini dapat memberikan hal yang positif. Terlebih lagi, Indonesia memiliki banyak sekali budaya. Hal ini  dikarenakan negara maritim ini memiliki banyak ragam suku dan bahasa. Sehingga hal ini membuat banyak para pengunjung dari luar mancanegara berlibur disini memang menjadi suatu kebanggaan bagi Page 2



Indonesia karena memiliki banyak budaya yang amat melimpah dan unik. Jika berbicara mengenai budaya, budaya yang sangat unik terlintas pertama di benak saya adalah budaya “Noken”, yang terdapat di Papua, tempat dimana saya dibesarkan. Noken merupakan sebuah tas yang terbuat dari akar rotan khusus yang berasal dari Papua. Budaya pembuatan noken bahkan sudah ada sejak jaman nenek moyang masyarakat papua dan baru dikenal dunia sejak 1970 atau semenjak jaman perebutan Irian Jaya terhadap Belanda yang saat itu menguasai Papua dibawah komando Soeharto dan sudah di akui oleh UNESCO pada tanggal 04 Desember 2012 sebagai warisan kebudayaan nasional. Bahkan orang asli Papua pun mempunyai filosofi tersendiri mengenai tas noken yang mereka anggap sebagai suatu kebudayaan. Bagi masyrakat Papua sendiri, tas tradisional noken ini memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua terutama kebanyakan di daerah Pegunungan Tengah Papua seperti suku Mee/Ekari, Damal, Suku Yali, Dani, Suku Lani dan Bauzi. Apa hal yang menarik dari tas noken tersebut? Hal yang sangat menarik dari tas noken tersebut adalah bahwa ada nilai budaya yang terkandung didalamnya. Pembuatan tas noken hanya boleh dilakukan oleh wanita Papua yang sudah dewasa. Dikarenakan ketika wanita Papua berhasil membuat sebuah noken, mereka sudah di nyatakan sudah menjadi dewasa. Noken memiliki fungsi yang sama seperti tas pada umumnya. Pada awalnya noken digunakan untuk membawa barang kebutuhan sehari-hari seperti hasil pertanian, sayuran, umbi-umbian, serta untuk menggendong anak yang berusia 0 – 3 tahun. Namun seiring berjalannya waktu, noken mengalami “perubahan bentuk serta fungsi”. Tas noken pun sudah berevolusi bentuk dan fungsinya sesuai dengan perubahan jaman. Untuk menunjang berbagai



Page 3



fungsi tersebut, noken memiliki berbagai macam ukuran. Tentunya, ukuran tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan atau fungsi. Seperti halnya di jaman sekarang siswa di Papua juga masih menggunakan noken yang berukuran kecil untuk keperluan sekolah. Selain itu, noken digunakan dalam upacara dan kenang-kenangan untuk tamu. Para wisatawan yang berkunjung biasanya membeli noken sebagai oleh-oleh. Sebenarnya tidak ada penjelasan khusus mengapa noken di bawa di kepala. Hal itu hanya menjadi kebiasaan masyarakat Papua sejak zaman dulu. Tas noken dibuat khusus oleh para wanita Papua. Biasanya mama-mama Papua mengajarkan anak perempuan mereka belajar membuat noken. Hal itu dilakukan hingga mereka bisa membuat noken sendiri. Kemampuan membuat noken merupakan simbol yang melambangkan kedewasaan. Perempuan Papua tidak boleh menikah jika belum bisa membuat noken. Mereka baru diperbolehkan menikah jika benar-benar mampu membuat noken dengan tangannya sendiri. Kaitan lingkungan dengaan dengan budaya adalah lingkungan ke budaya, atau budaya ke lingkungan, maka lingkungan dan budaya adalah dua hal yang timbal balik dan tidak bisa dipisahkan. Adaptasi ini sebagai proses yang menghubungkan sistem budaya dengan lingkungannya. Dengan adanya pergeseran ekologi lama menuju ekologi baru, maka budaya sebagai obyek kajian hendak diganti dengan populasi organisme sebagai unit dasar analisis. Dalam pergerseran ini budaya sangat penting sebagai mekanisme adaptasi manusia agak diturunkan hingga sebagai salah satu segi dalam perilaku manusia. Oleh sebab itu sejak tahun 1970 – 2019, Noken mengalami perubahan bentuk, fungsi serta nilai dalam kehidupan masyarakat yang didasari pada perubahan jaman, kebutuhan, dan aspek lainnnya. Berikut akan saya ulas pembahasan perubahan bentuk dan fungsi noken tersebut di bab selanjutnya.



Page 4



1.2 Rumusan Masalah



Berdasarkan dari latar belkang di atas, maka saya merumuskan masalah sebagai berikut : 1.2.1



Bagaimana latar belakang perubahan noken dari tahun 1970 - 2019?



1.2.2



Bagaimana perubahan bentuk dan fungsi pada noken dari tahun 1970 - 2019?



1.3 Tujuan Penelitian



Adapun tujuan yang ingin didapatkan dari rumusan masalah tersebuh adalah : 1.3.1



Agar dapat mengetahui latar belakang perubahan noken dari tahun 1970 - 2019.



1.3.2



Agar dapat mengetahui bentuk dan fungsi perubahan pada noken dari tahun 1970 - 2019.



Page 5



1.4



Manfaat Penelitian Dalam suatu penelitian tentu memiliki manfaat - manfaat sehingga hasil yang diperoleh



dalam penelitian tersebut. Selain dapat digunakan oleh peneliti sendiri sebagai ilmu pengetahuan, juga bisa dimanfaatkan orang lain dalam kapasitas kebutuhannya masing - masing. Oleh karena itu maka penelitian tesebut hendaknya memiliki manfaat yang bersifat teori maupun yang bersifat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoritis 1.4.1.1. Hasil penilitian dari permsalahan ini dapat memberikan ilmu pengetahuan yang sudah ada, terutama yang berhubungan dengan budaya serta kemasyarakatan. 1.4.1.2. Perguruan Tinggi diharapakan memperoleh umpan balik sebagai hasil integasi dengan masyarakat, sehingga materi perkuliahan dapat disesuaikan dengan tuntutan masyarakat. 1.4.1.3. Menambah khasana pengetahuan serta memperoleh berbagai kasus berharga yang dapat digunakan sebagai contoh dalam proses pendidikan dalam bidang ilmu pengetahuan.



1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1. Untuk mengetahui fungsi noken itu sendiri dalam perkembangan jaman dalam perspektif sejarah 1.4.2.2. Untuk mengetahui perubahan bentuk noken yang terjadi sejak tahun 1970 – 2019



Page 6



1.5



Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian suatu objek sejarah baik dalam skala kecil maupun dalam skala kecil,



perlu adanya pembatasan atau Ruang lingkup penelitian. Pembatasan tersebutakan saya bagi menjadi tiga aspek, yakni: 1.5.1.Aspek Spatial (Wilayah atau Tempat) Penelitian ini dilakukan di salah satu rumah adat papua yang bersebelahan dengan Biara Postulan St. Fransikus Asisi, Pikhe, Papua. Alasannya saya dulu merupakan salah seorang biarawan yang tinggal di biara itu, sehingga lebih mudah dapat menjangkau informan yang tinggal bersebelahan dengan biara kami, selain hal itu, kakak pertama saya juga merupakan seorang biarawan yang masih tinggal di daerah itu dan bisa dikatakan sebagai informan saya dalam menjangkau penelitian saya. 1.5.2 Aspek Temporal (Waktu) Dari aspek dimensi waktu, peneliti membatasi ruang lingkup penelitian bedasarkan sejarah dan sistem perubahan fungsi dan bentuk noken dalam perspektif sejarah sejak 1970 – 2019. 1.5.3 Aspek Tematis Tema yang diungkap dalam penelitian ini terbatas pada perubahan fungsi dan bentuk noken dalam perspektif sejarah sejak 1970 – 2019 yang berada di Papua, khususnya terlebih di Provinsi Papua Barat, yang terletak di kota Wamena, di daerah Pikhe yang menjadi pusat kota daerah Wamena tersebut.



Page 7



BAB II LANDASAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA, DAN KERANGKA BERFIKIR 2.1



Landasan Teori Dalam melakukan sebuah penelitian dibutuhkan teori - teori yang dapat mendukung



tujuan dari penelitian tesebut, maka penelitian harus mampu memilih teori yang akan di pilih sesuai dengan jenis penelitian dan tujuan dari penelitian yang dilakukan. Landasan teori ini berarti menuntun peneliti dari mana harus memulai pekerjannya dan bagaimana agar data - data atau sumber - sumber sejarahnya disusun dengan baik dan benar. Dengan adanya literatur maka akan mempermudah peneliti dan membuat hasil penelitian mendekat hasil yang sempurna dan peneliti akan dipermudah dalam membuat sebuah kesimpulan dalam penulisan ”Noken dalam perspektif sejarah sejak 1970 – 2019” yang berada di Papua, khususnya terlebih di Provinsi Papua Barat, yang terletak di kota Wamena, di daerah Pikhe, akan di kemukakan beberapa teori sebagai landasan pendukungnya.



2.1.1 Teori Perubahan Sosial Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami hal yang dinamakan dengan perubahan - perubahan. Adanya perubahan - perubahan tersebut dapat diketahui bila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan - perubahan yang terjadi



Page 8



di dalam masyarakat, pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan - perubahan. Tetapi perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu masyarakat yang mengalami perubahan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan - perubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu perubahan. Juga terdapat adanya perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun terbatas. Disamping itu ada juga perubahan - perubahan yang prosesnya lambat, dan perubahan yang berlangsung dengan cepat ( Sumber : http://belajarpsikologi.com/pengertian-perubahan-sosial/ ). Menurut teori ini, perubahan sosial terjadi karena perubahan pada cara pengorganisasian masyarakat, sistem kerja, pola pemikiran, dan perkembangan sosial. Perubahan sosial dalam teori evolusi jarang menimbulkan konflik karena perubahannya berlangsung lambat dan cenderung tidak disadari. 1.



Konsep Perubahan Sosial Setiap masyarakat baik yang tinggal di desa maupun di kota, tentunya mengalami



perubahan dan dinamika sosial budaya. Perubahan dan dinamika sosial ini merupakan akibat dari adanya interaksi antar manusia dan antar kelompok. Artinya, karena masyarakat selalu melakukan interaksi sosial, maka sebuah perubahan sosial tidak bisa di hindari. Proses dinamika atau perubahan sosial pada dasarnya dapat dianalisis atau diamati lebih dalam. Untuk menganalisis proses – proses dinamika serta perubahan masyarakat dan kebudayaan, maka diperlukan pemahaman dalam konsep - konsep perubahan social itu sendiri Page 9



yang meliputi internalisasi konsep – konsep perubahan sosial tersebut memiliki pengertian seperti berikut: a) Enkulturasi Yaitu proses seorang individu dalam mempelajari dan menyesuaikan pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma, dan peraturan - peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses ini sudah dimulai sejak kecil di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan setempat. Seorang individu seringkali belajar dengan meniru berbagai tindakan, kemudian dari tindakan tersebut diinternalisasikan ( dimasukkan ) dalam kepribadiannya. Dengan berkali - kali meniru, tindakannya menjadi suatu pola yang mantap dan norma yang mengatur tindakannya atau menjadi sebuah tindakan yang dibudayakan. Di dalam konteks ini, yang dimaksudkan oleh sang penulis adalah noken yang di anggap sebagai kebudayaan dikarenakan noken dan orang papua tidak bisa dipisahkan, noken dipakai kemana – mana dan di bawa setiap saat, sebagai contoh sejak bayi, orang papua sudah dikenakan noken ( Ibu membawa bayi menggunakan noken ) b) Difusi Yaitu suatu proses penyebaran unsur – unsur kebudayaan dan sejarah hingga ke seluruh dunia. Proses penyebaran ini juga bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok – kelompok manusia dimuka bumi. Dalam konteks ini, yang dimaksudkan oleh penulis bahwa noken pada awalnya lebih dahulu diketahui oleh masyarakat papua di bagian gunung lalu di perkenalkan ke masyarakat papua didaerah pantai.



Page 10



c) Akulturasi Yaitu proses sosial yang timbul ketika seorang individu/ masyarakat bertemu suatu kebudayaan tertentu dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dan kemudian unsurunsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian budaya tersebut. Secara sederhana, akulturasi dipahami sebagai bentuk percampuran kebudayaan asing dan lokal, dengan masih mempertahankan unsur kepribadian budaya lokal. Seperti halnya noken yang di bahas, bahwa di daerah Papua, terdapat suku yang tak terhitung banyaknya, dan setiap suku mempunyai motif noken yang berbeda – beda terlebih motif masyarakat papua gunung dan masyarakat papua pantai. d) Inovasi ataupenemuan Yaitu suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber - sumber alam, energi, dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang kesemua hal tersebut akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk yang baru. Inovasi biasanya berkaitan dengan pembaruan kebudayaan yang khusus mengenai unsur teknologi dan ekonomi ( Sumber :Waluya, Bagja. 2009. Sosiologi 1 : Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah. Jakarta ).



2. Perubahan Evolusi Dan Perubahan Revolusi Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tidak direncanakan atau diarahkan, tapi umumnya membentuk pola yang berulang. Teori linier atau teori perkembangan menyebutkan bahwa perubahan yang terjadi di masyarakat berujung atau menuju satu titik yang sama. Teori Page 11



ini juga merangkum proses evolusi maupun revolusi. Teori gerakan sosial meyakini bahwa suatu perubahan yang terjadi akan selalu melalui jalan yang berliku dan membutuhkan proses yang panjang. Teori modernisasi menyebutkan bahwa perubahan yang terjadi pada suatu negara berkembang akan mencontoh negara industri atau negara yang lebih maju. Seperti halnya dengan Noken yang berubah seiring berkembangnnya jaman dalam bentuk perubahan serta fungsi. Perubahan sosial memiliki berbagai macam bentuk berdasarkan lama waktu berubah, skala, sifat, serta niat terjadinya suatu perubahan yang terjadi pada peristiwa, orang, maupun benda, dan dalam konteks kali ini yang di bahas dalam perubahan sosial adalah noken sebagai benda warisan orang Papua sebagai bentuk kebudayaan. Berdasarkan lama waktu berubahnya, perubahan sosial dibagi menjadi dua, yaitu perubahan lambat ( Evolusi) dan perubahan cepat ( Revolusi ). Dasar dari teori evolusi dapat berupa Unilinear Theories of Evolution yang mengatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan - tahapan tertentu yang dimulai dari yang paling sederhana hingga yang sempurna. Dasar teori evolusi yang kedua adalah Universal Theories of Evolution yang menganggap bahwa perkembangan masyarakat yang terjadi tidak memerlukan faktor tertentu dan bersifat tetap. Terakhir adalah Multilined Theories of Evolution yang fokus pada penelitian-penelitian evolusi masyarakat dengan tahap-tahap perkembangan yang tertentu saja. Untuk memenuhi terjadinya revolusi itu, diperlukan beberapa syarat. Sementara itu, perubahan cepat atau revolusi hanya dapat terjadi jika syarat - syaratnya terpenuhi. Syarat revolusi antara lain adalah keinginan umum, pemimpin yang dapat mengayomi, kesamaan tujuan, serta momentum yang tepat. Bentuk perubahan sosial berdasarkan skalanya dapat dibagi menjadi perubahan besar dan perubahan kecil. Perubahan besar memberikan



Page 12



dampak yang dirasakan oleh masyarakat, contohnya perkembangan teknologi. Sementara itu, perubahan kecil tidak berpengaruh secara langsung ke masyarakat dalam skala besar. Berdasarkan niatnya, perubahan sosial dibagi menjadi perubahan yang dikehendaki, perubahan tidak dikehendaki, dan perubahan tidak direncanakan. Berbeda dengan perubahan yang bersifat revolusi adalah perubahan yang berlangsung dengan dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologi perubahan revolusi adalah perubahan yang terjadi mengenai unsur - unsur masyarakat atau lembaga-lembaga masyarakat yang belangsung cukup cepat ( Sumber : Piot satanpka, sosiologi perubahan sosial, (Jakarta: Prenanda Media, 2004, hlm 152 ) Terakhir, perubahan sosial berdasarkan sifatnya dibagi menjadi perubahan struktural dan perubahan proses. Perubahan struktural memiliki dasar untuk mendorong adanya reorganisasi suatu masyarakat. Sementara itu, perubahan proses adalah perubahan sebagai penyempurnaan sekaligus tambahan dari perubahan yang terjadi sebelumnya. Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tidak direncanakan atau diarahkan, tapi umumnya membentuk pola yang berulang. Teori linier atau teori perkembangan menyebutkan bahwa perubahan yang terjadi di masyarakat berujung atau menuju satu titik yang sama. Teori ini juga merangkum proses evolusi maupun revolusi. Teori gerakan sosial meyakini bahwa suatu perubahan yang terjadi akan selalu melalui jalan yang berliku dan membutuhkan proses yang panjang. Teori modernisasi menyebutkan bahwa perubahan yang terjadi pada suatu negara berkembang akan mencontoh negara industri atau negara yang lebih maju. Seperti halnya dengan Noken yang berubah seiring berkembangnnya jaman dalam bentuk perubahan serta fungsi.



Page 13



Perubahan sosial memiliki berbagai macam bentuk berdasarkan lama waktu berubah, skala, sifat, serta niat terjadinya suatu perubahan yang terjadi pada peristiwa, orang, maupun benda, dan dalam konteks kali ini yang di bahas dalam perubahan sosial adalah noken sebagai benda warisan orang Papua sebagai bentuk kebudayaan. Berdasarkan lama waktu berubahnya, perubahan sosial dibagi menjadi dua, yaitu perubahan lambat (evolusi) dan perubahan cepat (revolusi). Dasar dari teori evolusi dapat berupa Unilinear Theories of Evolution yang mengatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahapantahapan tertentu yang dimulai dari yang paling sederhana hingga yang sempurna. Dasar teori evolusi yang kedua adalah Universal Theories of Evolution yang menganggap bahwa perkembangan masyarakat yang terjadi tidak memerlukan faktor tertentu dan bersifat tetap. Terakhir adalah Multilined Theories of Evolution yang fokus pada penelitian-penelitian evolusi masyarakat dengan tahap-tahap perkembangan yang tertentu saja. Untuk memenuhi terjadinya revolusi itu, diperlukan beberapa syarat. Sementara itu, perubahan cepat atau revolusi hanya dapat terjadi jika syarat - syaratnya terpenuhi. Syarat revolusi antara lain adalah keinginan umum, pemimpin yang dapat mengayomi, kesamaan tujuan, serta momentum yang tepat. Bentuk perubahan sosial berdasarkan skalanya dapat dibagi menjadi perubahan besar dan perubahan kecil. Perubahan besar memberikan dampak yang dirasakan oleh masyarakat, contohnya perkembangan teknologi. Sementara itu, perubahan kecil tidak berpengaruh secara langsung ke masyarakat dalam skala besar. Berdasarkan niatnya, perubahan sosial dibagi menjadi perubahan yang dikehendaki, perubahan tidak dikehendaki, dan perubahan tidak direncanakan.



Page 14



Terakhir, perubahan sosial berdasarkan sifatnya dibagi menjadi perubahan struktural dan perubahan proses. Perubahan struktural memiliki dasar untuk mendorong adanya reorganisasi suatu masyarakat. Sementara itu, perubahan proses adalah perubahan sebagai penyempurnaan sekaligus tambahan dari perubahan yang terjadi sebelumnya.



2.1.2



Teori Fungsionalisme Teori Fungsionalisme menyatakan bahwa ketidakpuasan masyarakat terhadap keadaan



sosial yang sedang berlaku merupakan penyebab utama terjadinya perubahan sosial. Ketidakpuasan ini tidak dirasakan oleh semua anggota masyarakat, sebagian anggota masyarakat tidak menginginkan perubahan. Tapi, jika lebih banyak yang menginginkan perubahan, biasanya perubahan akan terjadi, tetapi apabila hanya kelompok minoritas dengan kekuatan kecil yang menginginkan perubahan, maka perubahan tersebut sulit untuk tercapai. Jika dikaitkan evolusi atau perubahan dengan budaya itu sendiri, maka evolusi atau perubahan merupakan suatu arahan untuk mengalami suatu proses perkembangan jati diri kelompok atau jati diri suatu barang yang mencerminkan asal usul jati diri itu sendiri. Perubahan yang terjadi satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian lain ( Sumber : George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), 21) Jika kita berbicara tentang noken, tentu mainset atau pemikiran pertama yang terlintas di benak kita adalah daerah timur. Karena memang Noken berasal dari Timur Nusantara yang tepatnya berasal dari “Papua”. Pendidikan yang berkarakter dapat menumbuhkan rasa nasionalisme serta kecintaan terhadap barang – barang lokal setempat, yang seperti halnya



Page 15



noken. Setelah Noken di akui oleh UNESCO pada tanggal 04 Desember 2012, sebagai warisan budaya setempat, masyarakat lokal semakin berantusias melestarikan tas noken yang dianggap sebagai budaya leluhur. Bahkan Noken telah berubah fungsi dan bentuknya secara berkala, yang mulanya hanya untuk mengisi ubi dan anak, kini telah dimodifikasi menjadi tas sekolah dengan corak dan warna yang beragam sehingga menambah minat pembeli untuk berbelanja noken. Bahkan dalam Pergub yang terbaru menegaskan bahwa setiap hari kamis para pelajar di imbau mengenakan noken sebagai pembuktian jati diri kepada masyaarakat luar. David Kaplan dan Robert A. Manners mencoba memberikan pemahaman tentang teoriteori antropologi dan perubahan sosial melalui bukunya yang berjudul The Theory of Culture, yang telah diterjemahkan oleh Landung Simatupang. Dalam buku Teori Budaya ini terdiri dari lima bab, antara lain adalah Antropologi: Metode dan Pokok Soal dalam Penyusunan Teori; Oreientasi Teoretik; Tipe-Tipe Teori Budaya; Analisis Formal; dan Epilog: Beberapa Tema Lama dan Arah Baru. Masing-masing dalam setiap bab masih diuraikan lagi menjadi sub-sub bab. Dalam review ini, saya mencoba untuk menyajikannya dengan format yang terdiri dari pengantar, ringkasan dari keselurahan isi buku, kemudian dianalisis kekurangan dan kelebihan dari buku, dan yang terakhir berisi kesimpulan dan jugamemusatkan perhatian pada bagaimana posisi- posisi tertentu membawa serta perbedaan derajat prestise, bukan pada bagaimana individu menguasai posisi – posisi tertentu( Sumber : George Ritzer, Edisi terbaru Teori Sosiologi (Yogyakarta: kreasi wacana, 2004), 253- 254 ) David Kapplan memberikan ringkasan kepada kita bahwa ada dua hal pokok masalah antropologi, yaitu menjelaskan kesamaan dan perbedaan budaya, pemeliharaan budaya maupun perubahannya dari masa ke masa. Untuk melihat persamaan budaya, maka menggunakan



Page 16



kacamata psikobiologis, yaitu kesamaan bentuk dan pola budaya yang cenderung bertitik temu adalah pertumbuhan, perubahan atau perkembangan. Namun, jika melihat perbedaan budaya digunakanlah “infra-spesifik”, yaitu dengan mempelajari mekanisme, struktur, serta saranasarana di luar manusia (alat yang digunakan manusia untuk mentransformasikan dirinya sehingga dapat diketahui perbedaan keyakinan, perilaku, nilai, dan bentuk sosial antara kelompok). Hal inilah yang oleh antropolog disebut budaya. Menurut David Kapplan dan Manners, budaya adalah suatu golongan fenomen yang diberi muatan makna tertentu oleh antropolog dalam rangka menghadapi soal-soal yang mereka coba untuk memecahkannya. Dua alasan bagi antropolog untuk mempertahankan konsep budaya itu dan menjaganya agar tetap dibedakan dari struktur sosial, yaitu (a) organisasi sosial tidaklah merupakan sesuatu yang unik pada manusia, karena sistem sosial manusia adalah sistem sosiokultural yang sejati; dan (b) antropolog telah mempermasalahkan interaksi antara subsistem-subsistem atau institusi-institusi seperti struktur sosial, ideologi dan teknoekonomi sehingga budaya adalah nama yang tepat untuk menyebut sistem yang lebih besar dan induk dari subsistem. Ada dua reaksi para antropolog dalam menyikapi keragaman pengaturan budaya, yaitu relativisme dan komparatif. Relativisme dan komparatif adalah dua hal yang berbeda. Relativisme cederung disebut sebagai tesis ideologisnya, sedangkan komparatif disebut sebagai tesis metodelogis. Budaya dalam pandangan kaum relativis adalah sebagai kebulatan tunggal dan hanya sebagai dirinya sendiri, sedangkan pandangan kaum komparativ adalah sebagai suatu  institusi, proses, kompleks atau ihwal, harus dibedakan dari matriks budaya yang lebih besar dengan cara tertentu sehingga dapat diperbandingkannya. Maka, yang benar dari pandangan ini adalah kaum komparatif karena tidak ada dua kebulatan sosiokultural yang benar-benar sama sehingga harus dipisahkan. Perbedaan lain, para relativis tercengkram oleh soal perbedaan, sedangkan para komparatif Page 17



memperhatikan persamaan maupun perbedaan. Bagi relativ, setiap budaya adalah unik; sedangkan bagi komparatif tidak ada keunikan karena tertutup oleh kesamaan antarbudaya. Relativisme dipandang sebagai dasar metodelogis karena berguna sebagai peringatan dalam mempelajari budaya yang berbeda-beda sehingga agar tidak terpengaruh oleh prakonsepsi kebudayaan sendiri. Maka, komparativ ini hal penting dalam pembentukan teori karena dengan perbandingan ini diperlukan upaya penyeleksian. Maka Leach mengatakan jantung segala persoalan adalah teori. Kemudian, lahir pula evolusionisme modern (Childe, White dan Steward). Hasil pemikiran mereka antara lain: rekaman arkeologis menunjukkan keseluruhan pola perubahan bersifat evolutif dan progresif; bagan evolusi menjadi multilinear dari unilinear; adanya konsep dasar evolusi, yaitu perubahan terarah bukan perubahan siklis; evolusionisem spesifik, lahir pula tipe-tipe struktural. Fungionalisme adalah paham yang menekankan penelitian etnografis, yaitu hubungan antara institusi-institusi atau struktur-struktur suatu masyarakat sehingga membentuk suatu sistem yang bulat. Tokohnya adalah Kingsley Davis. Dasar penjelasan fungsionalisme adalah asumsi (terbuka dan tersirat) bahwa semua sistem budaya memiliki syarat fungsional, atau memiliki kebutuhan sosial (pandangan Radcliffe Brown). Robert Merton memperkenalkan 2 konsep fungsi, yaitu fungsi manifes adalah konsekuensi obyektif yang memberikan sumbangan pada penyesuaian atau adaptasi sistem yang dikehendaki dan disadari oleh partisipan sistem tersebut; dan fungsi laten adalah konsekuensi obyektif dari suatu ihwal budaya yang tidak dikehendaki maupun disadari oleh warga masyarakat. Kesulitan dalam analisis fungsional adalah mempersoalkan pemeliharaan-diri sistem, ia tidak dapat menjelaskan perubahan struktural. Merton mengenalkan konsep dysfunction (disfungsi/fungsi negatif), yaitu suatu institusi negatif



Page 18



budaya dikatakan fungsional manakala memberikan andil bagi adaptasi atau penyesuaian sistem tertentu dan disfungsional apabila melemahkan adapatasi. Maka, timbullah syarat-syarat fungsional, yaitu : 



Jaminan adanya hubungan yang memadai dengan lingkungan dan adanya rekruitmen seksual







Difernsiasi peran dan pemberian peran







Komunikasi







Perangkat tujuan yang jelas dan disangga bersama







Pengaturan normatif atas sarana-sarana







Pengaturan ungkapan afektif







Sosialisasi







Kontrol efektif atas bentuk-bentuk perilaku mengacau (dusruptif).



Perubahan sosial tidak hanya sekedar membicarakan interaksi bentuk-bentuk kehidupan dalam suatu ekosistem tertentu, melainkan membahas cara manusia  (berkat budaya sebagai sarananya) memanipulasi dan membentuk ekosistem itu sendiri. Jadi bukanlah budaya yang membentuk manusia, tapi manusialah yang membentuk budaya itu sendiri yang didasari oleh faktor lingkungan setempat. Perubahan budaya di dasari oleh sebuah hal yang bernama adaptasi. Hal



ini berfungsi untuk melihat kemunculan, pemeliharaan dan transformasi berbagai



konfigurasi budaya. Umumnya, cenderung menekankan teknologi dan ekonomi dalam analisis terhadap budaya, karena dari sisi waktu dan sisi budaya akan terlihat jelas perbedaannya. Menurut Charles O. Frake ekologi budaya memberikan penekanan penting pada konseptualisasai



Page 19



dari tafsir pribumi mengenai lingkungan (faktor ideologis dan psikologis). Dua konsep sentral ekologi budaya dalah ekologi lingkungan dan adaptasi. Pandangan posibilisme lingkungan (environment possibilism), yaitu pandangan yang memperhatikan ciri-ciri habitat alami bukan sebagai penyandang peran penentu melainkan peran pemberi kemungkinan atau pemberi batas. Adaptasi ini sebagai proses yang menghubungkan sistem budaya dengan lingkungannya. Dengan adanya pergeseran ekologi lama menuju ekologi baru, maka budaya sebagai obyek kajian hendak diganti dengan populasi organisme sebagai unit dasar analisis. Dalam pergerseran ini budaya sangat penting sebagai mekanisme adaptasi manusia agak diturunkan hingga sebagai salah satu segi dalam perilaku manusia. Oleh sebab itu sejak tahun 1970 – sekarang, Noken mengalami perubahan bentuk, fungsi serta nilai dalam kehidupan masyarakat yang didasari pada perubahan jaman, kebutuhan, dan aspek lainnnya. Teori fungsional adalah istilah teori yang berasal dari Bahasa Inggris “functional theory” yang berusaha secara fungsionalis melacak faktor penyebab perubahan sosial masyarakat sampai ketidakpuasan masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi memengaruhi kehidupan mereka. Teori ini berhasil mempersingkat perubahan sosial yang tingkatnya moderat, bukan memandang pada konflik sosial sebagai bagian kehidupan manusia. Teori adalah suatu pendapat bagaimana dan kenapa sebuah fakta terjadi (Macionis, 1997:15). Sedangkan Scupin dan De Corse (1995) mendefinisikan teori adalah kumpulan hipotesis yang tidak berhubungan yang menawarkan penjelasan secara umum untuk fenomena natural atau sosial. Salah satu teori Antropologi adalah fungsionalisme. Teori fungsionalisme adalah teori dominan dalam antropologi. Teori ini memandang budaya sebagai satu kesatuan, dan mencoba untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara



Page 20



bagian-bagian masyarakat yang tercipta dan bagaimana bagian ini fungsional (bermakna memiliki konsekuensi yang menguntungkan pada individu dan masyarakat) dan disfungsional (bermakna memiliki konsekuensi negatif). Teori ini memandang masyarakat sebagai sistem yang kompleks yang mana bagian tersebut bekerja bersama untuk mempromosikan solidaritas dan stabilitas; ini menandakan bahwa kehidupan sosia kita dituntun berdasar pada struktur sosial, yang pola perilaku sosialnya secara relatif stabil (Macionis, 1997) Seluruh struktur sosial berkntribusi pada operasi masyarakat. Dua antropolog inggris terkemuka Radcliff Brown dan Bronslaw Malinowski, menggambarkan dua standar teori: Struktural fungsionalisme, yang menekankan pada keunggulan dari masyarakat dan menyusun para individu, dan bagaimana berbagai macam elemenfungsi struktur sosial untuk memelihara permintaan sosial dan keseimbangan. Psikologi strukturalisme, yang mana menekankan pada kbutuhan individual untuk bertemu dengan masyarakat. Kelemahan teori fungsional adalah gagalnya menjelaskan kenapa masyarakat itu berbeda atau justru memiliki kesamaan. Ontropolog fungsionalisme menganggap dunia tertib, memberi sedikit perhatian atau bahkan tidak memberi perhatian pada kompetisi dan konflik (Howard dan DunaifHattis, 1992). Teori ini tidak berhubungan dengan sejarah, mengabaikan proses sejarah. (Scupin dan De Corse, 1995) teori ini juga tidak dapat menjelaskan perubahan sosial dan budaya, sebagaimana ia dulu memandang masyarakat sebagai sesuatu yang stabil dan tetap. meskipun memiliki kelemahan, teori fungsionalisme mempengaruhi perjanjian besar penelitian empirik dalam antropologi. Lantas jika kita kaitkan fungsional dengan sebuah objek “Noken” maka noken mempunyai sebuah bentuk fungsional dan nilai dari bentuk itu sendiri. Seperti yang sudah Page 21



dijelaskan di atas bahwa fungsional bermakna atau memiliki konsekuensi yang menguntungkan pada individu dan masyarakat. Jadi dapat disimpulkan dari Fungsi Noken itu pada dasaranya jika ditilik dari segi budaya adalah untuk mengangkut makanan pokok khas Papua, yakni Ubi atau yang biasa disebut “Hipere”, yang mana seiring perekmbangan jaman, Noken itu sendiri telah mengalami perubahan bentuk fungsional dalam noken itu sendiri, seperti halnya Noken pada jaman sekarang di gunakan berbagai kalangan sebagai pengganti tas sekolah, brand hits, dan lain hal sebagainya. Oleh sebab itu, perubahan bentuk noken takkan merubah bentuk fungsionalnya sebagai tas pembawa barang khas asli Papua.



2.2



Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah sebuah hasil dari argumentasi penalaran keilmuan yang



memaparkan atau memperlihatkan hasil dari kajian pustaka dan penelitian mengenai masalah – masalah tentang suatu topik yang berisikan sebagai gagasan yang harus mendukung oleh berbagai sumber data. Dalam penelitian diperlukan langkah - langkah terhadap kepustakaan dalam bentuk karya ilmiah yang berupa skripsi, Tesis, Desertasi maupun beberapa buku serta majalah untuk mendapatkan sumber – sumber yang jelas dan terkait dengan permasalahan yang diangkat. Sumber data kepustakaan yang di pakai oleh peneliti akan dapat bermanfaat sebagai pendukung atau pustaka pembanding,sehingga menunjukan perbedaan arah penelitian untuk meminimalisir kesamaan kajian dalam penelitianterutama dalam perkembangan budaya noken yang berasal dari Papua. Dalam konteks ini, tentu noken yang akan di bahas. Dikarenakan hanya sedikit sekali orang yang menuliskan tentang noken dari pelaku sejarah. Page 22



Maka kajian pustaka yang di ambil dalam konteks ini di buat oleh Alm. Pastor Frans Lieshout, OFM. yang berjudul ”Manusia Papua dan Budayanya” yang di buat tahun 1999 yang berada pada halaman 102, yang merupakan salah satu tinjauan antropologi orang papua yang mempunyai banyak tulisan mengenai noken di dalamnya. Dalam buku yang ditulis oleh seorang biarawan asal Belanda yang bernama Frans Lieshout, OFM, dia mengatakan bahwa noken pertama kali dibuat oleh masyarakat pegunungan menggunakan serabut kayu untuk mengangkut hasil bumi demi memenuhi kebutuhan hidup sehari hari dan untuk melakukan sistem barter kepada masyarakat pantai. Kemudian masyarakat pantai berusaha mencoba membuat tas serupa yang diberikan oleh masyarakat pegunungan, namun karena jenis pohon yang digunakan untuk membuat noken tidak ada dan jenis pohon yang dimaksud tidak dapat tumbuh disana maka mereka berusaha membuatnya dengan anyaman daun kelapa. Tetapi karena bahan dasarnya tidak kuat maka mereka beralih menggunakan wol sederhana untuk membuat noken tersebut. Hal yang membedakan penelitian beliau dengan penilitian saya adalah beliau menuliskan tentang noken sebagai salah satu dari kebbudayaan Papua sedangkan penelitian saya membahas tentang perkembangan bentuk dan fungsi dari noken itu sendiri secara periodik dari tahun 1970 – 2019. 2.3



Kerangka Berpikir Konsep adalah istilah atau simbol yang menunjukan pada suatu pengertian tertentu,



merupakan teori - teori buku yang digunakan sebagai landasan dasar dalam menjawab semua permasalahan yang diajukan. Hal ini dikarenakan judul, konsep akan mampu menjelaskan dan memberikan arahan terhadap variabel yang akan diteliti sehingga peneliti mempunyai pola pikir yang terarah dan terorganisir. Semakin jelas konsep yang dipaparkan maka semakin memudahkan dalam membahas, menelaah dan menganalisanya sehingga pemahaman yang diperoleh semakin holistick, jelas dan akurat. Maka dalam kerangka berpikir ini akan disajikan Page 23



bagan lengkap beserta keterangan yang akan menjelaskan sedikit arah dari penelitian, yang akan dibahas pada bab selanjutnya . Bagan 2.1 Kerangka Berpikir



Manusia Type equation here .



Mahkluk sosial Makhluk berbudaya



Mahkluk individu/ berkelompok Kebudayaan



Hasil kebudayaan



Sosial



Pendidikan



Sejarah



Sejarah dan perspektif sejarah terhadap bentuk, fungsi, dan jenis noken dalam perkembangannya sejak tahun 1970 - sekarang



Bagaimana latar belakang perubahan noken dari tahun 1970 - 2019



Page 24



Bagaimana bentuk dan fungsi perubahan pada noken dari tahun 1970 -2019



Keterangan : Manusia merupakan mahkluk individu yang membentuk kelompok sosial dan sangat membutuhkan satu sama lain. Peradaban manusia dimulai dengan adanya kepercayaan, serta kebudayaan yang berbeda – beda. Meskipun demikian, namun maksud dan tujuan tetap sama yaitu sama – sama menununjukkan jati diri masyarakat dalam sebuah kebudayaan itu sendiri. Hal ini juga terjadih dalam masyarakat Papua, terlebih di Kota Wamena, daerah Pikhe. Kebudayaan merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan sosial masyarakat. Kebudayaan yaitu hasil cipta dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat, dan setiap kecakapan serta kebiasaan . Adanya kebudayaan ini maka munculah sistem pendidikan untuk memperdalam ajaran budaya dari setiap individu untuk bisa mengimplementasi dalam kehidupan nyata. Budaya juga sebagai faktor terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat, seperti: pengembangan bentuk noken dalam era modernisasi sehingga dipakai oleh semua golongan. Seperti halnya gambar di atas, mau menunjukkan bahwa pada dasarnya manusia adalah sebuah makhluk sosial yang membutuhkan sosialisasi terhadap sesamanya yang di bentuk oleh lingkungan sekitar. Karena daerah iklim Papua merupakan daerah pergunungan dan lembah, oleh sebab itu akar pohon jati khusus yang di ambil serat kayunya telah mengalami perubahan bentuk sosial dari 1970 – 2019, kita telah mendapati banyak sekali perubahan noken modern yang telah di modernisasi sesuai dengan kebutuhan jaman.



Page 25



BAB III METODE PENELITIAN



Seorang atau sekelompok orang dalam melakukan suatu penelitian tentu mempunyai maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Maka dari itu diperlukan suatu sarana yaitu metode. Metode adalah sarana yang paling penting dalam suatu penelitian, sebab penelitian yang bersifat ilmiah harus menggunakan metode yang tepat agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Menyadari hal itu, maka sebelum adanya peneltian harus memilih metode yang sesuai dengan jenis, macam, dan tujuan penelitian. “Pada umumnya yang disebut metode adalah cara atau prosedur untuk mendapatkan objek. Juga dikatakan bahwa metode adalah cara untuk membuat atau mengerjakan sesuatu dalam sistem terencana dan teratur. Jadi, metode selalu erat hubunganya dengan prosedur, proses



atau



teknik



yang



sistematis



untuk



melakukan



penelitian



disiplin



tertentu”



(Pranoto,2010:11). Sesuai dengan tujuan penelitian dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran sesuai



pengetahuan, yang dilakukan dengan



mengunakan metode - metode ilmiah, sehingga bisa dikatakan bahwa metode memang memegang peranan penting dalam suatu penelitian. Berdasarkan hal-hal diatas, maka dalam peneltian ini metode yang digunakan adalah sebagai berikut:



Page 26



3.1. Heuristik Heuristik merupakan bagian dari peneltian sejarah. Heuristik adalah upaya penelitian untuk menghimpun jejak - jejak sejarah atau mengumpulkan dokumen-dokumen agar dapat mengetahui segala bentuk peristiwa dan kejadian-kejadian bersejarah dimasa lampau.Jejakjejak atau dokumen - dokumen yang berhasil dihimpun itu merupakan data-data yang sangat berharga sehingga dapat dijadikan dasar untuk menelusuri peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi dimasa lampau. Menulis sejarah tidak mungkin dapat dilakukan tanpa adanya sumber sejarah, selain sumber sejarah harus adanya juga jejak sejarah dimana penliti tidak bisa melakukan penelitian tanpa melakukan data terlebih dahulu. Menurut terminologinya “heuristik berasal dari bahasa yunani Heuristiken yang berarti mengumpulkan atau menemukan sumber. Yang dimaksud dengan sumber atau sumber sejarah adalah sejumlah materi sejarah yang tersebar dan terdiferifikasi” (Pranoto,2010:29). Senada dengan pendapat yang dikemukan oleh Pranoto, Edwar L. Poelinggomang juga menggunkapkan pendapatnya mengenai heuristik, yaitu sebagai berikut : Heuristik itu mengikat sifatnya sistematis, maka tahap-tahap dari metode sejarah tidak dapat ditukar balik atau mendahulukan kritik, interprestasi, atau historiografi. Semua jenis tulisan atau penelitin tentang sejarah mendapat sumber sejarah, kisah masa lalu tidak dapat direkonstruksi oleh sejarahwan. Sebelum menentukan teknik pengumpulan sumber sejarah pertama-tama yang perlu dipahami adalah bentuk dari sumber sejarah yang akan dikumpulkan ( poelinggomang,2011:43). Page 27



Heuristik adalah kegiatan yang dilakukan dengan menghimpun jejak-jejak sejarah atau informasi sejarah. Jejak atau sumber sejarah yang digunakan dalam penelitian ini, berupa sumber tertulis, sumber lisan dan sumber benda.



3.1.1



Sumber Tertulis Sumber tertulis adalah sumber yang berupa dokumen tertulis, baik diatas kertas maupun



media lainya. Data yang peneliti kumpulkan dari sumber tertulis mempergunakan etnik study kepustakaan. Study kepustakaan yaitu suatu metode yang dilakukan didalam perpustakaan dengan mengkaji bahan pustaka berupa sumber bacaan, dokumen tertulis, buku-buku refrensi, atau hasil penelitian ini berkedudukan sebagai sumber primer. Sumber tertulis yang digunakan dalam penulisan ini yaitu tentang teks-teks sejarah yang didapat dari buku buku jurnal maupun dialeg tokoh papua yang memperjuangkan noken itu dan budaya itu sendiri, dalam konteks ini yang dimaksudkan sebagai naskah sejarah adalah buku yang di buat Alm. Pastor Frans Lieshout, OFM. yang berjudul ”Manusia Papua dan Budayanya” yang di buat tahun 1999 yang berada pada halaman 102. Dikarenakan hanya sedikit sekali orang yang menuliskan tentang noken dari pelaku sejarah, maka kajian pustaka yang di ambil dalam konteks ini di ambil dari buku Alm. Pastor Frans Lieshout, OFM. yang berjudul ”Manusia Papua dan Budayanya” yang merupakan salah satu tinjauan antropologi orang papua yang mempunyai banyak tulisan mengenai noken di dalamnya.



Page 28



3.1.2 Sumber Lisan Sumber lisan adalah keterangan langsung dari pelaku atau saksi dari peristiwa yang terjadi di masa lampau, atau dari orang-orang yang menerima keterangan itu secara lisan dari orang lain. Sumber lisan yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara atau atau kesaksian langsung pelaku atau membuat pernyataan kepada orang-orang maupun informan yang memiliki keterkaitan langsung dengan sejarah dan pengaruh budaya noken dalam perspektif sejarah dari tahun 1970 - 2019. Data yang peneliti peroleh dari para informan merupakan sumber yang bersifat sekunder dengan cara wawancara. “Dalam hal ini pengambilan informasi dilakukan dengan teknik Snowball Sampling, dimanadi dalam pengunaan teknik ini senantiasa berdasarkan kepada pengetahuan dan tujuan tentang ciri-ciri tertentu yang telah didapat dari populasi sebelumnya”(Mardalis,2009: 58). Dalam penelitian ini yang berkedudukan sebagai informan inti adalah para Frater ( calon pastor ) sebagai putra asli daerah yang bertinggal di Sekolah Tinggi Fajar Timur, STFT, yang selanjutnya akan menunjukan informan selanjutnya yang dianggap mengetahui informasi untuk diminta informasinya, dan informan tersebut selanjutnya mengembangkan informan lanjutan yang ditunjuk untuk mencari data dan pengamatan selanjutnya. Dalam konteks sumber lisan ini, saya mewawancarai salah satu tokoh papua yang berpengaruh sebagai narasumber saya, yakni Fr. Aris Yeimo, Pr., Fr. Yosef Setiadi, Pr., Sebagai salah satu biarawan asli papua yang juga mengenal noken sebagai kebudayaannya. Hasil dari wawancara saya dengan beliau akan saya lampirkan dalam bab yang ke empat.



Page 29



3.1.3 Sumber Benda Sumber benda adalah sumber sejarah yang diperoleh dari peninggalan benda-benda kebudayaan atau bukti langsung dari sejarah yang berbentuk sebuah benda dalam kehidupan nyata. Misalnya sebuah sejarah memang benar adanya karena terdapat benda atau sebuah bukti nyata yang memang benar-benar ada seperti berupa noken – noken tradisional hingga noken modern Jadi sebuah benda bersejarah sangatlah berperan penting demi kelangsungan sebuah penelitian terkait dengan penlitian sejarah yang akan diteliti, benda tersebut berupa sebuah noken dalam perspektif sejarah dari tahun 1970 – 2019. Jadi benda benda yang akan diteliti lebih lanjut mengeni perubahan dan fungsi noken yang signifikan yang saya bagi menjadi tiga periodik nantinya dari jenjang tahun 1970 – 2019. Benda yang dimaksudkan oleh penulis adalah noken – noken yang akan di bahas lebih lanjut pada pembahasan bab empat.



3.2 Kritik Sejarah Setelah sumber sejarah dalam berbagai kategori dikumpulkan, tahap berikutnya adalah verifikasi atau kritik untuk memperoleh keabsahan sumber. “Dalam hal ini dilakukan uji keabsahan tentang keaslian sumber yang dilakukan melalui kritik eksteren dan keabsahan tentang keaslian sumber yang ditelusuri melalui kritik intern”( Abdurahman,2007:68). Dengan demikian jejak sejarah yang diperoleh, perlu dievakuasi dengan kritik sejarah, baik dengan kritik ekstern maupun kritik intern. Hasil yang diharapkan dalam melakukan kritik ini, agar pengaruh subjektivitas yang dihimpun dalam sumber-sumber sejarah dapat dihindari, dan mendekati suatu kebenaran secara ilmiah. Page 30



3.2.1 Kritik Ekstern Kritik ekstern adalah “Analisis terhadap suatu data guna menetapkan keaslian dan autenstisitas data tersebut dan tergantung pada bentuk alami yang teliti”(Sukardi, 2010:206). Kritik sumber juga diartikan suatu penelitian atas asal usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peningalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi dan untuk mengetahui asal mula sumber itu berubah atau tidak : 1.



Kesaksian ini benar –benar diberikan oleh orang ini atau pada waktu ini (authenticity)



2.



Kesaksian yang diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan, tanpa ada suatu tambahan-tambahan atau penghilangan-penghilangan yang substansial( Intergrity ) ( Sjamsuddin,2007:134 ). Kritik ekstern mengacu pada kegiatan untuk menguji kepastian dari jejak-jejak sejarah



atau dokumen serta informasi yang diperoleh, kritik ekstern ini dilakukan terhadap sumber tertulis dan sumber lisan. Untuk sumber terulis dilakukan dengan melihat siapa penulisnya, tahun berapa diterbitkan, apakah kondisinya masih utuh, sedangkan untuk sumber lisan dilihat siapa dan apa latar belakang orang yang dipergunakan sebagai informan.



3.2.2 Kritik Intern Kritik intern adalah “usaha untuk membanding-bandingkan kesaksian sumber dengan menjejerkan kesaksian dari pada saksi-saksi yang tidak saling berhubungan satu sama lainnya. Kritik intern mengacu pada tingkat kebenaran sumber, apakah yang telah didapat bisa dipercaya, dan tidak dimanipulasi. Kritik intern ini dilakukan dengan cara membandingkan antara sumber yang satu dengan sumber yang lainnya sehingga dihasilkan bukti sejarah yang autentik. Page 31



Setelah melalui kedua proses penyaringan tersebut, maka selanjutnya sebagai akhir tahapan pengkritik, sumber-sumber tersebut diuji secara silang untuk mempermudah penyusunan cerita sejarah. Dalam tahap inilah seringkali digunakan bantuan dari disiplin atau sub disiplin dari ilmu lain. Dengan demikian sumber atau data yang telah didapat terkait sejarah dan pengaruh budaya noken dalam perspektif sejarah dari tahun 1970 - 2019, tidak diragukan lagi kebenarannya dan autensitas kesaksian akan didapatkan. Dalam kritik intern ini dilakukan penelitian intrinsik ( penelitian isi sumber ). Apakah pembuat kesaksian mau memberikan kesaksian yang benar. Hal ini dilakukan dengan membandingkan kesaksian dari sumber yang ada. Sumber-sumber sejarah yang telah diuji kebenaranya melalui kritik ekstern maupun kritik intern disebut fakta.



3.3



Interprestasi Dalam melakukan sebuah penelitian, dibutuhkan suatu rangkain cerita sejarah



berdasarkan fakta-fakta yang telah disimpulkan. Untuk menghasilkan cerita sejarah, fakta yang sudah dikumpulkan harus diinterprestasikan. Fakta sejarah yang sudah terwujud belumlah dapat dimanfaatkan untuk penyusunan cerita sejarah karena masih ada satu langkah atau metode yaitu interprestasi. Fakta-fakta yang telah diperoleh perlu diinterprestasikan sehingga fakta tersebut dapat dihubungkan secara bermakna dalam keseluruhan cerita sejarah yang hendak disusun. Melalui interprestasi jejak-jejak sejarah bisa diwujudkan sebagai fakta sejarah dari kesimpulan yang kita peroleh dari jejak-jejak sejarah disaring dan diuji kebenaranya. Dalam tahapan ini data yang diperoleh dianalisi sehingga melahirkan suatu pemahaman baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya data dan data yang membuat interprestasi menjadi sangat vital. Keakuratan serta



Page 32



analisis yang tajam perlu dilakukan untuk mendapatkan fakta sejarah yang objektif. Dengan kata lain, tahap ini dilakukan sebagai penyimpulan kesaksian atau data yang dapat dipercaya dari bahan-bahan yang ada.



3.4



Historiografi Di dalam akhir dari suatu penlitian, yang harus ditempuh sejarahwan adalah menyusun



cerita sejarah atau penulisan sejarah yang dikenal dengan historiografi, dalam hal ini diperlukan kemampuan dan ketelitian untuk menjaga mutu cerita sejarah yang disusun. “Layaknya laporan penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari awal sampai akhir” ( Abdurahman,2007: 76 ). Hasil interprestasi kemudian dilanjutkan dengan langkah-langkah penyusunan cerita sejarah yang disusun menggunakan prinsip-prinsip tertentu seperti prinsip serealisasi ( cara-cara membuat urutan waktu peristiwa ) dan prinsip kausalisasi ( hubungan sebab akibat ) yang artinya mencari analisis dengan pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana latar belakang masuknya, proses masuknya, dan bagaimanakah pengaruh dan lainya. Selain menggunakan prinsip-prinsip diatas juga dibutuhkan kemampuan sastra untuk menyusun cerita sejarah yang menarik. Sejarah tidak hanya melaporkan kejadian yang merupakan fakta masa lalu yang menguraikan hubungan antara rentetan peristiwa, tetapi juga harus ada saling keterkaitan antara fakta dan data yang diperoleh. Sehingga demikian akan membentuk gambaran yang mudah dipahami.



Page 33



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1



Latar Belakang Perubahan Noken Dari Tahun 1970 - 2019 Noken adalah tas selempang rajut yang terbuat dari benang kasur warna-warni khas



penduduk Papua. Namun sebelum menggunakan benang, masyarakat Papua menggunakan sebatang kayu yang disebut dengan kayu koji. Noken terdiri dari dua jenis yaitu noken Anggrek dan Noken Wol Meskipun memiliki bentuk yang berbeda namun keduanya memiliki fungsi dan nilai seni yang sama dan sangat berharga. Noken dalam perspektif bahasa Indonesia dapat disejajarkan dengan kantong atau tas yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Namun, kantong atau tas tetap menjadi kantong atau tas, noken tetap menjadi noken bagi rakyat Papua. Secara etimologi, kata noken belum jelas asal usul proto bahasanya pada keragaman bahasa yang ada di Tanah Papua. Namun, jika ditelusuri konteks katanya dalam bahasa daerah, secara genetis termasuk dalam kerabat keluarga bahasa West Papua New Guinea, sub group rumpun bahasa Austronesia, yakni Austronesian - Melayu Polinesian - Central Eastern - Eastern Melayu – Polinesian - South Halmahera –West New Guinea – West New Guine – Cenderawasih Bay – Biak (bahasa Biak), yakni inoken‘ tasanya mana tau tas keranjang khas Papua ( Sumber : Noken dan Perempuan Papua, Elisabeth Lenny Marit, 2016 ). Dalam perekmbangannya, sejak tahun 1970 – 2019 tentu noken mengalami berbagai perubahan dari segi sosial, budaya, dan ekonomi yang akan saya bahas di pembahasan berikut.



Page 34



4.1.1



Perubahan Noken Dari Segi Sosial Perlu diketahui bahwa masyarakat Papua terdiri dari dua tipe masyarakat, yaitu



masyarakat gunung yang hidup di daerah pegunungan tengah Papua dan masyarakat pesisir yang hidup di daerah pantai. Sebelum masyarakat Papua berkontak dengan masyarakat luar, orang Papua sudah lebih dahulu menerapkan sistem transaksi barter berupa sumber daya alam antara masyarakat pegunungan dengan masyarakat pantai. Masyarakat pegunungan memberikan hasil alam kepada masyarakat pantai berupa umbi-umbian, sayur, keladi, daging babi dan lain sebagainya. Sebagai imbalan masyarakat pantai juga memberikan hasil alam dari laut berupa ikan, dan sebagainya. Sistem ini sudah berlangsung selama berabad-abad. Untuk menunjang berbagai fungsi tersebut, noken memiliki berbagai macam ukuran. Tentunya, ukuran tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan atau fungsi. Noken itu sendiri telah mengalami perubahan bentuk fungsional dalam noken itu sendiri. Pemakaian noken pun mempunyai nilai strata didalamnya. Untuk orang papua sendiri, jika noken di gantungkan di leher depan dada menggambarkan orang yang memakai noken itu merupakan orang penting yang terhormat, sedangkan yang menggantung noken di samping bahu merupakan orang dari kalangan biasa. Ada makna tersembunyi di balik pembuatan Noken khas Papua ini. Tas yang dibuat oleh para mama di Papua ini memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di sekitar tanah Papua. Dahulu Noken juga menjadi simbol kedewasaan seorang wanita. Jika seorang wanita tidak bisa membuat noken, maka dia dianggap belum dewasa. Noken juga sering digunakan sebagai syarat bagi wanita Papua sebelum menikah. Jadi jika seorang wanita belum bisa membuat noken, dia belum bisa menikah. Namun seiring berjalannya waktu, noken memiliki fungsi dan makna yang lebih beragam selain hanya membawa barang. Noken



Page 35



juga memiliki simbol dan identitas orang Papua dan bagi masyarakat non Papua, noken sebagai penanda bahwa mereka pernah berkunjung ke Papua.



4.1.2



Perubahan Noken Dari Segi Budaya Noken sebagai identitas diri orang Papua karena noken merupakan salah satu warisan



budaya dunia yang berasal dari Indonesia Timur. Karena itu penggunaan noken merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Papua. Terdapat filosofi tersendiri di balik pembuatan Noken khas Papua ini. Tas yang dibuat oleh para mama di Papua ini memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di sekitar tanah Papua. Selain itu noken juga disimbolkan sebagai rahim ibu yang membawa, melindungi dan menjaga sesuatu didalamnya termasuk anak kecil yang masih balita. Bagi masyarakat Papua, noken memiliki makna filosofis dan simbol-simbol kehidupan tersendiri. Noken dianggap sebagai simbol wanita Papua, kesuburan, kekeluargaan, ekonomi, kehidupan yang baik, perdamaian, dan identitas. Sebagai budaya asli Papua, noken memiliki hubungan erat dengan alam. Noken adalah suatu bentuk lambang identitas orang Papua, dan di Papua memiliki lebih dari ratusan suku dan di setiap suku memiliki cara yang berbeda-beda dalam merajut noken. “Jadi setiap suku beda. Ada yang perempuan saja yang merajut, tapi ada juga laki-laki yang bisa merajut”. Selain itu juga noken sebagai bentuk pemersatu orang asli Papua baik yang berada di wilayah Indonesia maupun yang ada di wilayah negara Papua New Guinea. Di masa rezim Soeharto, banyak sekali orang asli Papua yang mendapatkan tekanan dan diskriminatif yang berlebihan dari militer Indonesia sehingga menimbulkan suatu bentuk protes dan perlawanan terhadap negara Indonesia dan pemerintahan Soeharto. Belum lagi transmigran Page 36



masyarakat pendatang yang sekian banyak tinggal menetap di Papua sehingga secara perlahan mereka terusik di tanah sendiri.karena itu mereka mengupayakan untuk mendirikan suatu negara “West Papua” sebagai negara sendiri yang terpisah dari Indonesia. Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pengibaran bendera Bintang Kejora (Bendera bintang kejora adalah lambang sebuah negara yang ingin didirikan sendiri oleh simpatisan Organisasi Papua Merdeka (OPM), yang ingin memerdekakan diri dari NKRI) . Sangat dilarang keras dan memiliki konsekuensi penjara. Karena itu beberapa kalangan (oknum) di Papua berusaha untuk menunjukkan eksistensi identitas mereka untuk membuat sebuah noken yang bergambarkan bendera Bintang Kejora sebagai bentuk halus perlawanan terhadap NKRI. Jika saya boleh berpendapat, nilai noken pertama kali muncul dari hal ini, yang di sebarluaskan dari noken bergambar bintang kejora. Pada saat ini noken sudah banyak digunakan oleh semua kalangan bahkan para guru, murid, orang perkantoran sekalipun merasa bangga dengan menggunakan noken sebagai task has asli Papua. Noken saat ini digunakan hanya untuk gaya semata dan masih memiliki fungsi yang sama yaitu membawa barang bawaan. Saat ini noken sudah dikenal di seluruh mancanegara dan diperkenalkan ke seluruh dunia sehingga masyarakat luar (khususnya orang barat) sehingga model noken ini memiliki nilai dan daya tarik tersendiri. Bagi masyarakat Papua, noken memiliki makna filosofis dan simbol-simbol kehidupan tersendiri. Noken dianggap sebagai simbol wanita Papua, kesuburan, kekeluargaan, ekonomi, kehidupan yang baik, perdamaian, dan identitas. Sebagai budaya asli Papua, noken memiliki hubungan erat dengan alam. Noken terbuat dari bahan dasar serat kulit kayu dan pewarna alami yang berasal dari akar tumbuhan dan buah-buahan hutan. Anyaman yang dibuat oleh para mama Papua umumnya dijadikan sebagai wadah serbaguna. Noken ini umumnya dibuat oleh kaum Page 37



perempuan Papua dan pada masa lalu laki-laki tidak diperkenankan untuk membuatnya. Hal ini karena budaya Papua yang mengharuskan hanya kaum perempuan saja yang membuat dan membawa noken tersebut. Pada awalnya noken digunakan untuk membawa barang kebutuhan sehari-hari seperti hasil pertanian, sayuran, umbi-umbian, serta untuk menggendong anak yang berusia 0 – 3 tahun. Namun seiring berjalannya waktu, noken mengalami “perubahan bentuk serta fungsi”. Tas noken pun sudah berevolusi bentuk dan fungsinya sesuai dengan perubahan jaman. Untuk menunjang berbagai fungsi tersebut, noken memiliki berbagai macam ukuran.Tentunya, ukuran tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan atau fungsi, dan juga perubahan bentuk dan fungsi itu berubah seiring perkembangan jaman. Perubahan pada noken terjadi dikarenakan hal mendasar yakni “kebutuhan”. Kebutuhan yang di sesuaikan dengan perkembangan jaman. Jadi nilai serta bentuk dan fungsi noken pun di buat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang memakainya. Seiring berjalannya waktu setelah orang Papua mengalami kontak dengan orang luar (Misionaris Kristen) kaum laki-laki sudah mulai diperbolehkan membuat noken sendiri meskipun kebanyakan tidak sebagus noken yang dibuat oleh kaum perempuan.Satu hal yang ditegaskan oleh penulis bahwa pada jaman dulu, hanya perempuanlah yang diperkenankan menggunakan noken dikarenakan bagi masyarakat papua sendiri, noken mempuknai makna “Rahim” yang artinya kehidupan dikarenakan noken dulunya dipakai untuk membawa kehidupan ( Bayi yang berusia 0 – 3 tahun ) dan membawa umbi – umbian atau yang di kenal dengan “Hipere”sebagai makanan pokok yang dapat memebrikan kehidupan bagi yang hidup. Namun sekarang perubahan budaya terjadi pada noken yang mana semua golongan dapat menggunakan noken tersebut.



Page 38



(Gambar Papua Menyusui Anaknya menggunkan Noken )



4.1.3



( Gambar Presiden Jokowi Menggunakan Noken tahun 2019)



Perubahan Noken Dari Segi Ekonomi. Dalam perkembangan jaman, masyarakat mulai menyadari bahwa noken mempunyai



nilai jual yang mahal karena noken mempunyai daya tarik atau unsur kebudayaan didalamnya yang membuat noken begitu mahal. Noken mulai mempengaruhi ekonomi khususnya bagi masyarakat Papua itu sendir.Mereka mulai mencoba untukl berdagang atau berjualan noken.Biasanya, ibu – ibu papua berjualan noken di tempat - tempat rawan keramaian supaya kemungkinan terbeli dari pelanggan lebih besar. Ibu – ibu Papua biasanya menawarkan noken dagangannya yang sudah terjahit dengan berbagai motif. Keterampilan ini didapat dari belajar otodidak dan belajar dari teman yang mengetahui lebih dahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh modernisasi tidak meredupkan eksistensi noken sebagai salah satu kearifan lokal Papua, baik itu dari kalangan masyarakat lokal maupun pendatang.Noken tetap punya



Page 39



Ibu



tempat dihati peminatnya. Hal ini ditandai dengan bertambahnya penggemar noken dari waktu ke waktu; dan upaya yang dilakukan pemerintah adalah membuat peraturan wajib pakai noken pada ASN setiap hari kamis. Sedangkan upaya masyarakat adalah memakai noken dan mengenalkannya dengan memanfaatkan modernisasi sebagai medianya. Adapun upaya yang dilakukan oleh komunitas-komunitas pecinta noken adalah membantu memasarkan produk dari para pengrajin noken juga mendorong ekonomi kreatif dengan mengadakan festival atau pekan raya noken. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa eksistensi noken dalam modernisasi pada masyarakat di Papua dapat diakui dan bertahan; dan upaya dalam meningkatkan ekonomi serta menjaga warisan kebudayaan merupakan tanggung jawab bersama ( Sumber : Eksistensi Noken Dalam Modernisasi Pada Masyarakat Di Kota Sorong, Nurul Istiqomah, 2018 )



(Sumber Liputan6.com/penjualnokenpapuatahun2017)



Page 40



Gambar



:



4.2



Perubahan Bentuk Dan Fungsi Pada Noken Dari Tahun 1970 -2019 Berdasarkan hasil wawancara saya dengan para narasumber yang mengetahui tentang



noken sebagai salah satu putra daerah yang akan menjadi pastor atau calon pastor yang disebut sebagai frater yang berepengaruh dipapua, mereka menjelaskan bahwa noken terdiri dari dua jenis yaitu noken anggrek dan noken wol yang keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu mengangkut barang bawaan. Noken anggrek pertama kali dibuat oleh masyarakat pegunungan sehingga jenis noken ini identik dengan masyarakat gunung, sedangkan noken wol dibuat oleh masyarakat pantai sebagai indentitas mereka.Sebelum masyarakat Papua menggunakan noken wol, mereka terlebih dahulu menggunakan noken serabut daun kelapa dan noken kulit kayu atau yang disebut sebagai noken anggrek. Noken wol sendiri baru dibuat pada saat misionaris asal Belanda memperkenalkan benang wol kepada orang Papua. Kontak pertama Papua dengan orang luar adalah masyarakat pantai sehingga merekalah yang pertama kali mengenal kebudayaan luar sehingga peradaban masyarakat Papua yang berada di pantai lebih maju ketimbang masyarakat Papua yang ada di pegunungan. Noken serabut daun kelapa sendiri telah digantikan dengan noken wol karena benang wol lebih kuat dan tahan lama ketimbang noken yang terbuat dari serabut daun kelapa. Selain itu noken wol juga dapat dibuat sesuai dengan berbagai variasi sesuai dengan keinginan ( Sumber : Manusia Papua Dan Budayanya Dalam Suatu Tinjauan Antropologis, Frans Lishout, OFM, 1999 ). Bentuk noken yang dibuat oleh masyarakat pantai jauh lebih kecil ukurannya ketimbang noken yang dibuat oleh masyarakat pegunungan. Hal ini dikarenakan budaya masyarakat pegunungan yang lebih suka menenteng barang barang bawaan mereka yang banyak ke dalam noken dan diangkut menggunakan tali penyangga yang dikaitkan di atas kepala. Tidak jarang Page 41



juga mereka membawa anak mereka yang masih balita ke dalam noken tersebut. Hal ini umumnya dilakukan oleh perempuan-perempuan Papua di daerah pegunungan. Sedangkan bagi masyarakat pantai, noken wol tidak digunakan untuk mengangkut hasil alam dari laut melainkan untuk membawa beberapa peralatan dan biasanya untuk membawa peralatan pancing dan keperluan lainnya. Yang paling unik dari semua noken adalah noken yang berasal dari Asmat yang berada di pesisir selatan Papua. Jenis noken ini disebut dengan Noken Asmat yang dibuat dengan menggunakan serabut kayu, wol dan bulu kasuari. Karena bentuknya yang unik dan proses pembuatannya yang rumit maka nilai dari noken ini jauh lebih mahal ketimbang noken yang lain bila dijual di pasar. Masyarakat Papua biasanya menggunakan Noken untuk bermacam kegiatan, Noken yang berukuran besar (disebut Yatoo) dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman hasil panen, barang-barang belanjaan, atau bahkan digunakan untuk menggendong anak.yang berukuran sedang (disebut Gapagoo) digunakan untuk membawa barang - barang belanjaan dalam jumlah sedang, dan yang berukuran kecil (disebut mitutee) digunakan untuk membawa barang-barang pribadi (Boelaars, 1982: 81). Tas Noken ini sendiri memiliki ukuran yang bervariasi, bahkan ada yang berukuran besar yang biasa dipakai oleh mama-mama yang bekerja sebagai petani dan mampu mengankat bahan hasil bumi yang cukup berat dengan menggunakan tas noken ini, dan uniknya lagi ini digunakan dengan memakai jidat atau bagian depan kepala mereka dengan mengalungkannya ke arah belakang punggung mereka, dan untuk tas noken yang berukuran kecil biasa dipergunakan oleh siswa-siswa pelajar asli putra-putri daerah Papua untuk dipergunakan sebagai tempat buku dan keperluan belajar di bangku sekolah maupun di kampus.



Page 42



Bagi masyarakat Papua, noken memiliki makna filosofis dan simbol-simbol kehidupan tersendiri. Noken dianggap sebagai simbol wanita Papua, kesuburan, kekeluargaan, ekonomi, kehidupan yang baik, perdamaian, dan identitas. Sebagai budaya asli Papua, noken memiliki hubungan erat dengan alam. Noken terbuat dari bahan dasar serat kulit kayu dan pewarna alami yang berasal dari akar tumbuhan dan buah-buahan hutan. Anyaman yang dibuat oleh para mama Papua umumnya dijadikan sebagai wadah serbaguna. Noken ini umumnya dibuat oleh kaum perempuan Papua dan pada masa lalu laki-laki tidak diperkenankan untuk membuatnya. Hal ini karena budaya Papua yang mengharuskan hanya kaum perempuan saja yang membuat dan membawa noken tersebut. Pada awalnya noken digunakan untuk membawa barang kebutuhan sehari-hari seperti hasil pertanian, sayuran, umbi-umbian, serta untuk menggendong anak yang berusia 0 – 3 tahun. Namun seiring berjalannya waktu, noken mengalami “perubahan bentuk serta fungsi”.Tas noken pun sudah berevolusi bentuk dan fungsinya sesuai dengan perubahan jaman. Untuk menunjang berbagai fungsi tersebut, noken memiliki berbagai macam ukuran. Tentunya, ukuran tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan atau fungsi, dan juga perubahan bentuk dan fungsi itu berubah seiring perkembangan jaman.Perubahan pada noken terjadi dikarenakan hal mendasar yakni “kebutuhan”. Kebutuhan yang di sesuaikan dengan perkembangan jaman. Jadi nilai serta bentuk dan fungsi noken pun di buat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang memakainya. Dalam sejarah pembuatan noken mengalami tiga bentuk evolusi seiring pemikiran manusia yang semakin maju, yaitu zaman peramu, zaman baru dan zaman modern (Boelaars, 1982: 97-98). Namun kali ini saya membagi menjadi 3 periode rentang tahun antara 1970 – 2000, 2000 – 2010, 2010 – 2019.



Page 43



Lampiran foto dengan para narasumber :



Page 44



4.3.1



Periode Pertama ( 1970 – 2000 ) Di tahun 1970 masuk pada zaman baru atau yang disebut dengan revelation yaitu zaman



dimana masyarakat Papua beradaptasi dengan kebudayaan dan adat istiadat serta kebiasaan masyarakat dari luar Papua. Pada zaman ini merupakan zaman dimana untuk pertama kalinya orang Papua melakukan kontak dengan orang luar yang pada saat itu para misionaris Kristen melakukan penyebaran agama kepada mereka. Pada zaman ini masyarakat Papua masih bergantung kepada alam yang menyediakan kebutuhan bagi mereka. Umumnya masyarakat Papua pada masa itu menggantungkan hidup mereka dari hasil berburu, bertani dan menangkap ikan. Dengan peralatan yang masih sederhana, mereka mampu berjuang guna memperoleh kebutuhan hidup. Setelah ada kontak dengan orang luar maka Papua secara perlahan mengalami perubahan yang cukup baik dan kemajuan yang signifikan termasuk peradaban di Papua. Di masa ini juga semua hal yang belum pernah ada di Papua dibawa ke sana oleh Misionaris untuk diperkenalkan kepada masyarakat Papua dan salah satunya adalah benang wol. Masyarakat Papua pertama kali tidak langsung membuat noken dengan benang wol, tetapi membuat secarik kain yang kelak akan digunakan untuk membuat baju atau penutup aurat. Di samping itu sebelum masyarakat Papua menggunakan noken wol, mereka terlebih dahulu menggunakan noken serabut daun kelapa dan noken kulit kayu atau yang disebut sebagai noken anggrek. Noken wol sendiri baru dibuat pada saat misionaris asal Belanda memperkenalkan benang wol kepada orang Papua. Kontak pertama Papua dengan orang luar adalah masyarakat pantai sehingga merekalah yang pertama kali mengenal kebudayaan luar sehingga peradaban masyarakat Papua yang berada di pantai lebih maju ketimbang masyarakat Papua yang ada di pegunungan. Noken serabut daun kelapa sendiri telah digantikan dengan noken wol karena benang wol lebih kuat dan tahan lama Page 45



ketimbang noken yang terbuat dari serabut daun kelapa. Selain itu noken wol juga dapat dibuat sesuai dengan berbagai variasi sesuai dengan keinginan. Setelah itu muncullah ide untuk membuat noken dari benang wol sehingga nyaman dan praktis untuk digunakan selain menggunakan daun kelapa yang mudah rusak dan cepat lapuk. Meskipun demikian juga tidak menutup kemungkinan bahwa noken anggrek mulai bervariasi seiring berjalannya waktu yaitu noken tas anggrek. Boelaars membagi papua berdasarkan zaman, dalam tulisannya ada juga yang disebut dengan zaman peramu, yang dimaksud dengan zaman peramu menurut Boelaars adalah zaman dimana masyarakat Papua hanya mengandalkan hasil alam untuk kebutuhan hidup mereka dengan menggunakan peralatan sederhana. Ide tentang pembuatan noken berawal pada zaman peramu yaitu ketika Orang Papua berusaha memikirkan bagaimana membawa hasil alam yang berlimpah itu ke rumah mereka (honai). Setelah itu mereka menciptakan tas yang dibuat dari serabut kayu lalu dianyam sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah noken. Pertama kali noken ini dibuat oleh orang Papua di wilayah pegunungan, dan setelah melakukan kontak dengan masyarakat pantai maka mereka juga berusaha membuat noken sendiri yang berbeda dari masyarakat pegunungan sebagai identitas orang Papua di wilayah pesisir pantai. Mereka membuatnya dengan berbahan dasar daun kelapa yang dihiasi dengan beberapa kulit kerang untuk asesoris.



Page 46



(Gambar noken ini adalah bentuk noken berukuran kecil yang disebut dengan mitutee. Jenis noken ini sudah ada sejak zaman peramu dan masih digunakan hingga saat ini)



(Jenis noken ini merupakan jenis noken yang umumnya dibuat oleh masyarakat Papua bagian pesisir. Jenis noken ini dibuat dari ayaman daun kelapa dan merupakan bentuk modifikasi yang lebih baik dan modern ketimbang sebelumnya)



Page 47



4.3.2



Periode Kedua ( 2000 – 2010 ) Periode ini sebenarnya sudah memasuki periode peralihan dari masa ‘revelation’ menuju



masa modern dimana masyarakat Papua sudah terbiasa dengan gaya kehidupan modern yang semuanya serba ada dan serba mudah. Namun pada masa ini juga merupakan masa yang mencekam di sebagian wilayah Papua karena semenjak masa Orde Baru dan pemisahan Timor Leste dari NKRI, gerakan Papua untuk merdeka semakin digaungkan. Banyak sekali konflik atau pertikaian yang terjadi antara masyarakat sipil dan pemerintah pusat, dalam hal ini soal memperjuangkan kemerdekaan Papua versus mempertahankan NKRI. Sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintah, banyak orang Papua yang membuat noken dari kain wol dengan motif Bintang Kejora (lambang perjuangan kemerdekaan Papua) sebagai simbol perlawanan dan anti terhadap Indonesia. Dahulu masyarakat Papua menggunakan noken untuk kebutuhan hidup, namun di masa periode ini penggunaan noken dipakai sebagai identitas diri masyarakat Papua kepada dunia dan motif bintang kejora juga dipakai dalam pembuatan noken sebagai simbol perlawanan. Di masa ini juga bentuk noken mulai mengalami perubahan yang semakin kreatif dan inovatif. Karena berbagai bentuk noken sudah dianyam dan dihias sedemikian cantik sehingga dapat menarik perhatian orang yang ingin membelinya. Noken sebagai tas tradisional dan identitas orang Papua baik yang pengunungan maupun pesisir. Yang paling unik dari semua noken adalah noken dari asmat dimana noken ini selain dibuat menggunakan kayu anggrek, ternyata juga ditambahkan beberapa hiasan dari bulu burung kasuari, kulit kerang, dll sehingga terlihat unik dari yang lainnya.



Page 48



( Noken ini merupakan noken khas asmat yang proses pembuatannya lebih rumit dari noken yang lainnya namun yang paling unik dari semuanya )



Page 49



( Ini adalah noken berukuran besar yang disebut dengan Yatoo yang artinya rahim. Jenis noken dibuat berukuran besar supaya dapat menaruh hasil alam dan juga anak mereka yang masih balita di dalamnya ) 4.3.3



Periode Ketiga ( 2010 – 2019 ) Ini merupakan masa yang sangat memprihatinkan bagi generasi Papua karena mereka



sudah tidak lagi tahu atau peduli dengan kebudayaannya sendiri dan diganti dengan kebudayaan luar yang dianggap lebih baik dan lebih modern. Kebudayaan Papua sudah mengalami pergeseran dengan kebudayaan luar sehingga hanya sedikit orang saja yang masih berpegang teguh dengan adat istiadat dan kebudayaan asli Papua. Semua benda benda yang diciptakan sendiri dari orang asli Papua sudah mengalami pergeseran makna sehingga semuanya hanya tinggal sejarah. Demikian juga halnya noken sebagai tas tradisional dan identitas orang Papua baik yang pengunungan maupun pesisir. Pada saat ini noken sudah mengalami pergeseran makna dan bahkan sudah jarang orang yang menggunakan noken karena diganti dengan tas dari luar yang lebih bagus dan lebih modern. Hal ini paling banyak ditemui di wilayah perkotaan dimana masyarakat Papua mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan perubahan modernisasi yang ada. Noken saat ini digunakan hanya untuk hiasan semata (style) dan masih memiliki fungsi yang sama yaitu membawa barang bawaan. Meskipun banyak orang yang menggunakan noken namun makna filosofis itu sudah mengalami pergeseran seiring berjalannya waktu. Di daerah pengunungan Papua saat ini penggunaan noken masih sering digunakan oleh masyarakat setempat terlebih khusus oleh anak anak sekolah. Kebanyakan mereka menggunakan noken untuk kebutuhan sehari hari dalam hal mengangkut barang bawaan. Alasan mereka lebih



Page 50



memilih noken ketimbang tas modern adalah karena masyarakat Papua dapat memproduksi tas mereka sendiri berupa noken untuk membawa buku, alat tulis dan lain-lain daripada harus



membeli tas modern yang jauh lebih mahal. Bahkan yang viral belakangan ini adalah ketika tas noken digunakan untuk menghitung jumlah perolehan surat suara dalam sebuah pemilihan umum Bupati, Gubernur dan Presiden



(Gambar ini diambil pada saat pemilihan kepala bupati di Kabupaten Dogiai distrik MapiaPapua. Pemilihan ini terbilang unik karena tidak menggunakan kotak suara seperti pada umumnya namun menggunakan noken untuk menampung surat suara) ( Sumber Foto : https://yancearizona.net/konstitusionalitas-noken-pengakuan-model-pemilihanmasyarakat-adat-dalam-sistem-pemilihan-umum-di-indonesia/,2019.)



Page 51