Risiko Perubahan Tingkat Bunga [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MANAJEMEN RISIKO RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA



Disusun oleh



:



1. Yunita Putri U.A



14.05.52.0011



2. Nadya Dinda PMK



15.05.52.0015



3. Sulistyani Utari



15.05.52.0030



4. Afrizal Surya S.



15.05.52.0313



5. Wisnu Wicaksono



15.05.52.0319



KATA PENGANTAR



Puji syukur penyusun persembahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani, sehingga dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Manajemen resiko ini .Mungkin di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membantu untuk pembuatan makalah-makalah selanjutnya sangat diharapkan agar pembuatan makalah-makalah selanjutnya menjadi lebih baik lagi, Akhir katapenyusun mengucapkan banyak terima kasih atas kritik dan saran yang membantu untuk kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya, Dan semoga makalah ini juga berguna untuk kita semua.



Semarang,



September 2017



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................................



i



DAFTAR ISI.................................................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.........................................................................................



1



1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................



2



1.3 Tujuan .......................................................................................................



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian risiko suku bunga..................................................................



3



2.2 Karakteristik Perubahan Risiko Suku Bunga.......................................



3



2.3 Pengukuran Risiko Perubahan Tingkat Bunga : Metode Penilaian Kembali ( Reprecing Model )...................... ........... ..........................



5



2.4 Pengukuran Risiko Perubahan Tingkat Bunga : Metode Jangka Waktu ( Maturity Model)......................................................................



9



2.5 Pengukuran Risiko Perubahan Tingkat Bunga : Metode Durasi.........



14



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan................................................................................................



24



DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN



1.1



LATAR BELAKANG Saving & Loan (dikenal juga sebagai thrift) merupakan lembaga bannk community based (memfokuskan pada masyarakat lokal) yang sudah ada sejak tahun 1800-an. Lembaga tersebut diatur dengan ketat samapai tahun 1980-an. Beberapa peraturan tersebut adalah pembatasan tingkat bunga yang bisa ditawarkan ke deposan. Peraturan tersebut juga mencakup tipe pinjaman yang bisa ditawarkan yang terbatas. Pada tahun 1970-an, banyak bank di AS, termasuk S&L mengalami aliran kas keluar karena adanya persaingan dari instrumen money-market fund, yang memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi. Pada saat yang sama, dana bank banyak yang tertanam di hipotik (mortgage, misal kredit rumah atau KPR) yang mempunyai jangka waktu yang panjang. Pada saat tingkat bunga naik, nilai aset tersebut menjadi turun. Pada masa kepresidenan Jimmy Carter, peraturan terhadap S&L diperlonggar, sehingga S&L bisa memberikan kredit utang lebih bervariasi. Kongres juga meningkatkan batas deposito yang bisa diasuransikan dari $40.000 menjadi $100.000 per rekening. Pada masa kepresidenan Reegan, deregulasi S&L semakin cepat, sehingga S&L bisa menyamai bank : bisa menawarkan deposito dengan tingkat bunga sesuai pasar, pinjam dari Federal Reserve (bank sentral), memberikan kredit komersial, dan mengeluarkan kartu kredit. Hal tersebut merupakan penyimpangan dari misi awal S&L. Deregulasi tersebut membuat pengawasan terhadap S&L lemah. Disamping itu S&L terdorong untuk memberikan lebih banyak pinjaman yang terlalu berisiko, pinjaman dimana mereka tidak punya keahlian untuk mengevaluasinya. Pinjaman mortgage banyak yang didasarkan pada bunga tetap dengan jangka waktu panjang. Dalam situasi ini, keahlian bank untuk memperkirakan tingkat bunga di masa mendatang menjadi penting. Jika bank under-estimate tingkat bunga dimasa mendatang, tingkat bunga tetap yang dibebankan pada nasabah menjadi terlalu rendah. Jika tingkat bunga meningkat, bank tersebut akan mengalami kerugian. 1



Nampaknya situasi semacam itulah yang terjadi. Inflasi di Amerika Serikat pada tahun 1980-an meningkat tajam, yang mengakibatkan kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga tersebut menyebabkan kehancuran banyak S&L. Beberapa faktor lain disebut juga sebagai penyebab krisis S&L, antara lain: harga properti yang berfluktuasi tinggi, deregulasi, kurangnya pengawasan dari lembaga yang berwenang, kesalahan manajemen dan dalam beberapa situasi kejahatan (fraud). Sekitar 1.000 S&L mengalami kebangkrutan. Biaya total dari krisis tersebut diperkirakan mencapai $150 miliar, sekitar $125 miliar ditanggung langsung oleh pemerintah AS, yang meneyebabkan membengkaknya defisit anggaran pada awal tahun 1990-an. Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa kegagalan mengelola risiko perubahan tingkat bunga bisa mengakibatakan kehancuran bank. Bank terutama rentan terhadap risiko perubahan tingkat bunga karena alasan akan terlihat setelah memahami materi ini. Materi ini membicarakan risiko perubahan tingkat bunga, mulai dari memahami karateristik perubahan tingkat bunga, kemudian diteruskan dengan beberapa metode untuk mengukur risiko perubahan tingkat bunga. 1.2



RUMUSAN MASALAH 1. Apakah pengertian dari risiko suku bunga ? 2. Apakah karakteristik dari risiko suku bunga ? 3. Bagaimanakah pengukuran risiko perubahan tingkat bunga ?



1.3



TUJUAN 1.



Mengetahui apakah itu risiko perubahan tingkat suku bunga.



2.



Mengatahui karakteristik dari risiko perubahan tingkat suku bunga.



3.



Mengetahui bagaimanakah pengukuran risiko perubahan tingkat suku bunga.



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA Risiko suku bunga adalah risiko yang di alami akibat perubahan suku bunga yang tejadi di pasaran yang dapat mempengaruhi pendapatan perusahanaan, dan kegagalan mengelola risiko perubahan tingkat bunga bisa mengakibatkan kehancuran bank.



2.2 KARAKTERISTIK RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perusahaan menghadapi dua tipe risiko : 1. Risiko perubahan pendapatan Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perubahan pendapatan (menjadi lebih sedikit). Ada dua jenis risiko yang dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan perubahan pendapatan, yaitu : 



Risiko Penginvestasian Kembali Misalkan perusahaan memiliki struktur asset sbb : Aset



Pasiva (Kewajiban)



Obligasi Jangka waktu 1 tahun, bunga Obligasi jangka waktu 2 tahun, dengan 12% per tahun.



bunga 10% per tahun, selama 2 tahun.



Untuk tahun pertama, perusahaan tersebut memperoleh penghasilan bunga 12%, dan membayar kewajiban sebesar 10%. Dengan demikian perusahaan tersebut memperoleh spread (keuntungan) sebesar 2% (12% 10%). Bagaimana dengan tahun ke dua ? Untuk tahun kedua, keuntungan perusahaan akan tergantung dari tingkat bunga investasi obligasi pada tahun kedua. Keuntungan tahun kedua akan tergantung dari tingkat bunga investasi yang akan diperoleh pada tahun kedua. Jika perusahaan dapat memperoleh tingkat bunga sebesar 12% , maka perusahaan tetap akan memperoleh keuntungan. Jika tingkat bunga penginvestasian kembali pada tahun kedua turun menjadi 8% ,



3



maka perusahaan akan memperoleh kerugian sebesar 2% (Spread negative sebesar 2%). Risiko yang dihadapi perusahaan dalam situasi tersebut adalah risiko penginvestasian kembali (reinvestment risk). 



Risiko Pendanaan Kembali Risiko pendanaan kembali merupakan kebalikan dari risiko penginvestasian kembali. Misalkan perusahaan mempunyai struktur asset sbb :



Aset



Pasiva (Kewajiban)



Obligasi jangka waktu 2 tahun, bunga Obligasi jangka waktu 1 tahun, dengan 12% per tahun.



Sama



bunga 10% per tahun.



seperti



sebelumnya,



untuk



tahun



pertama,



perusahaan



memperoleh penghasilan bunga sebesar 12%, dan membayar kewajiban sebesar



10%.



Dengan



demikian



,



perusahaan



memperoleh



spread



(keuntungan) sebesar 2% (12% - 10%). Bagaimana dengan tahun kedua ? Untuk tahun kedua , keuntungan perusahaan akan tergantung dari tingkat bunga obligasi yang dipakai untuk mendanai investasi pada tahun kedua. Jika perusahaan bisa memperoleh tingkat bunga sebesar 10% , maka perusahaan tetap akan memperoleh keuntungan. Namun, jika tingkat bunga pendanaan kembali pada tahun kedua naik menjadi 14%, maka perusahaan akan memperolah kerugian sebesar 2% (spread negative sebesar 2%). Risiko yang dihadapi perusahaan dalam situasi tersebut adalah risiko pendanaan kembali (refinancing risk). 2. Risiko Perubahan Harga Pasar Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perubahan nilai pasar asset dan/atau kewajiban yang dipegang oleh perusahaan. Jika penurunan nilai asset lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai kewajiban, maka perusahaan mengalami kerugian, dan sebaliknya. Secara umum, jika tingkat bunga meningkat maka nilai sekuritas cenderung mengalami penurunan. Nilai suatu sekuritas (missal obligasi) 4



merupakan present value dari aliran kas yang akan diterima investor dimasa mendatang. Namun, jika tingkat bunga meningkat, maka discount rate (tingkat diskonto) juga akan meningkat, yang menyebabkan pembagi menjadi lebih besar, dan present value aliran kas dimasa mendatang semakin kecil. Tingkat penurunan nilai tersebut bisa berbeda dari satu sekuritas ke sekuritas lainnya. Sebagai contoh, jika tingkat bunga meningkat, maka nilai pasar obligasi akan mengalami penurunan. Tetapi obligasi dengan jangka waktu yang lebih lama, nilainya akan turun lebih besar dibandingkan dengan obligasi dengan jangka waktu yang lebih pendek. Hal ini sebaliknya akan terjadi jika tingkat bunga mengalami penurunan. Obligasi jangka waktu lama akan mengalami kenaikan nilai pasar lebih cepat dibandingkan dengan obligasi jangka pendek. Dengan kata lain, nilai pasar obligasi jangka panjang lebih sensitive terhadap perubahan tingkat bunga dibandingkan dengan nilai obligasi jangka pendek. Misal perusahaan mempunyai neraca sebagai berikut : Aset



Pasiva



Obligasi jangka waktu 10 tahun,



Obligasi jangka waktu 2 tahun



Nilai Nominal : Rp 1.000.000,-



Nilai Nominal : Rp 1.000.000,-



Kupon Bunga 10%



Kupon Bunga 10%



Nilai Pasar : Rp 1.000.000,-



Nilai Pasar : Rp 1.000.000,-



Misalkan tingkat yang berlaku adalah 10%, maka nilai obligasi yang menjadi asset dan obligasi kewajiban adalah : Obligasi asset



= 100.000 +……….......+ 1.100.000 = Rp 1.000.000,(1+0,1)1



Obligasi Kewajiban



(1+0,1)10



= 100.000 +…….........+ 1.100.000 = Rp 1.000.000,(1+0,1)1



(1+0,1)2



Obligasi asset dan kewajiban mempunyai nilai pasar yang sama yaitu Rp 1 juta. Misalkan tingkat bunga naik menjadi 12%, maka nilai obligasi keduanya adalah: 5



Obligasi asset



= 100.000 +………+ 1.100.000 = Rp. 886.996 (1+0,12)1



(1+0,12)10



= 100.000 +………+ 1.100.000 = Rp. 966.199



Obligasi Kewajiban



(1+0,12)1



(1+0,12)2



Terlihat bahwa kedua obligasi tersebut mengalami penurunan nilainya. Karena obligasi asset mengalami penurunan lebih besar dibandingkan turunnya obligasi kewajiban, maka perusahaan tersebut mengalami kerugian. 2.3 PENGUKURAN RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA : METODE PENILAIAN KEMBALI (REPRICING MODEL) 



Periode Harian Repricing model mencoba mengukur risiko perubahan tingkat bunga dengan



menggunakan pendekatan pendapatan. Model tersebut ingin melihat bagaimana pengaruh perubahan tingkat bunga terhadap pendapatan yang diperoleh suatu organisasi.



Aset



Pasiva (Kewajiban)



Meminjamkan di pinjaman pasar antarbank



Meminjam di pasar antarbank



1 hari



Rp



2M



1 hari



Rp



3M



Commercial Paper 3 bulan



Rp



3M



Tabungan



Rp



3M



Surat Hutang 6 bulan



Rp



5M



Deposito 1 bulan



Rp 10 M



Pinjaman 1 tahun



Rp



6M



Deposito 1 tahun



Rp 10 M



Obligasi 3 tahun



Rp 10 M



Deposito 2 tahun



Rp 10 M



Obligasi 3 tahun tingkat bunga mengambang



Rp



Modal



Rp



Pinjaman bunga tetap jk waktu 10 tahun



Rp 10 M



Total Aset



Rp 41 M



Total Pasiva



Rp 41 M



5M



6



5M



Langkah – langkah yang perlu dilakukan adalah :  Mengidentifikasi dan Mengelompokkan Aset dan Kewajiban yang Sensitif Terhadap Perubahan Tingkat Bunga Misal aset bank pinjaman dipasar antar bank satu hari sebesar Rp 2 miliar, jika tingkat bunga besokberubah (misal naik), maka pendapatan bunga yang diperoleh akan berubah (meningkat dalam hal ini), dengan kata lain aset ini tergolong sensitif terhadap perubahan bunga (rate sensitive assets atau RSA) dan harus dinilai kembali (Reprice) jika bunga harian berubah. Disisi lain melihat sisipasiva, bank meminjam dipasar antar bank sebesar Rp 3 miliar. Jika tingkat bunga besok berubah (contoh : naik), maka biaya bunga juga akan berubah (meningkat). Dengan kata lain, bank memiliki Kewajiban yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga (rate sensitive liabilities atau RSL) sebesar Rp 3 miliar. Kewajiban tersebut harus dinilai kembali ( Reprice ) jika bunga harian berubah.  Menghitung Gap Antara Aset dan Kewajiban yang sensitive terhadap Perubahan tingkat bunga dan Menghitung Perubahan Pendapatan Gap antara RSA dengan RSL bisa dihitung sebagai berikut : GAP = (Rp 2 miliar) – (Rp 3 miliar ) = - Rp 1 miliar Misalkan tingkat bunga meningkat sebesar 1% (misal dari 10% menjadi 11%), maka pendapatan bank tersebut berubah sebesar : Perubahan pendapatan



= (GAP x ( Δ Bunga) = - Rp 1 miliar x 0,01 = -Rp 10 juta



Dengan kata lain bank tersebut mengalami kerugian sebesar Rp 10 juta jika tingkat bunga sebesar 1% 



Periode Lebih dari Satu Hari Dengan menggunakan cara yang sama, kita bisa memperluas kelompok periode dari satu hari menjadi tiga bulan, enam bulan, 1 tahun, 5 tahun, dan lebih dari 5 tahun. Misalkan kita akan menggunakan jangka waktu 1 tahun sebagai basis perhitungan asset dan kewajiban yang sensitive terhadap perubahan tingkat bunga. 7



Identifikasi aset sensitif terhadap perubahan tingkat bunga dalam waktu 1 tahun. Berikut hasil identifikasi tersebut : Meminjam dipinjaman pasar antarbank 1 hari Commercial Paper 3 bulan Surat Hutang 6 bulan Pinjaman 1 tahun Bagian Obligasi 3 tahun yang jatuh tempo tahun ini Obligasi 3 tahun tingkat bunga mengambang Total Aset yang sensitive terhadap perubahan tingkat bunga



Rp 2 M Rp 3 M Rp 5 M Rp 6 M Rp 2 M Rp 5 M Rp 23 M



Untuk obligasi 3 tahun, sebesar Rp 2 M jatuh tempo tahun ini, Karena itu sejumlah Rp 2M akan dinilai ulang jika tingkat bunga berubah. Untuk obligasi dengan tingkat bunga mengambang,karena tingkat bunga ditetapkan kembali selam enam bulan, maka obligasi tersebut akan dinilai ulang setiap enam bulan. Pinjaman dengan bunga tetap dengan jangka waktu 10 tahun tidak masuk dalam perhitungan, karena tingkat bunga tersebut tetap selama 10 tahun, tidak akan berubah meskipun tingkat bunga berubah – ubah. Dari perhitungan diatas, nampak bahwa bank tersebut mempunyai asset yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga selama periode satu tahun (RSA) sebesar Rp 23 M. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi kewajiban yang sensitive terhadap perubahan tingkat bunga untuk periode 1 tahun. Meminjam di pasar antarbank 1 hari Tabungan Deposito 1 bulan Deposito 1 tahun Total Kewajiban yang sensitive terhadap perubahan tingkat bunga



Rp 3 M Rp 3 M Rp 10 M Rp 10 M Rp 26 M



Deposito dengan jangka waktu 2 tahun dan modal bank tidak dimasukkan dalam kewajiban yang sensitive terhadap perubahan tingkat bunga untuk periode satu tahun. Tabungan dimasukkan karena tabungan membayar bunga. Dari perhitungan diatas Nampak bahwa bank tersebut mempunyai kewajiban yang sensitive terhadap perubahan tingkat bunga selama periode satu tahun (Rate sensitive liabilities atau RSL) sebesar Rp 26 M. 8







Gap Sebagai Indikator Risiko Tingkat Bunga Gap disebut juga sebagai kumulatif GAP (KGAP) satu tahun RSA dengan RSL, dapat dihitung sbb :



KGAP (Kumulatif GAP) = RSA – RSL = Rp 23 M – Rp 26 M = - Rp 3 M



Bank tersebut memiliki kumulatif gap sebesar negative Rp 3 M. Semakin besar gap (baik negative maupun positif), maka semakin besar eksposur bank atau suatu perusahaan terhadap risiko perubahan tingkat bunga. Jika gap suatu bank positif , maka kenaikan bunga akan menguntungkan bank tsb. Dalam beberapa situasi ini, kita ingin menghitung rasio gap terhadap total asset (gap rasio). Gap rasio bisa dihitungan sebagai gap dibagi total asset. Dalam contoh doatas, gap rasio adalah :



GAP RATIO = -Rp 3 M / Rp 41 M = -0,073 atau -7,3% Gap ratio bermanfaat karena memberikan informasi besarna gap relative terhadap total asset. Sebagai contoh, terdapat dua bank dengan informasi gap sbb : Bank A



Bank B



Gap



-Rp 10 M



-Rp 20 M



Total Aset



Rp 100 M



Rp 500 M



Gap Ratio



-10%



-4%



GAP Bank A lebih kecil dari bank B, sehingga eksposure Bank A terhadap resiko nampak lebih kecil dari Bank B, Tapi jika dibanding total aset terlihat Gap ratio B lebih kecil dibanding A. Jika suatu perusahaan / bank ingin menghilangkan eksposur terhadap resiko perubahan tingkat bunga, 9



maka bank tersebut bisa membuat neraca dengan gap sama dengan nol. Otomatis juga akan kehilangan kesempatan memperoleh perbedaan bunga.



Untuk



itu



bank



menetapkan



gap



tertentu.



GAP



ratio



sebesar plus/minus 15% biasa dilakukan oleh bank. 



Perubahan Tingkat Bunga Yang Berbeda Untuk Aset dan Kewajiban Dalam beberapa situasi perubahan tingkat bunga untuk asset dan kewajiban bisa berbeda. Jika hal itu terjadi, efek perubahan tingkat bunga terhadap pendapatan dan perubahan biaya bisa dihitung satu per satu, berikut ini : Δ Pendapatan bersih = Δ Pendapatan bunga – Δ Biaya bunga Dimana bank mempunyai RSA sebesar Rp 23 M dan mempunyai RSL sebersar Rp 26 M atau gap sebesar –Rp 3 M. misalkan tingkat bunga untuk asset berubah 2% , sementara tingkat bunga untuk kewajiban berubah 1%. Perubahan pendapatan bisa dihitung berikut ini : ΔPendapatan bersih



= (Rp 23 M)(0,02) – (Rp 26 M)(0,01) = Rp 460 juta – Rp 260 juta = Rp 200 juta



Terlihat bahwa bank justru memperoleh keunungan karena pendapatan bunga mengingat lebih besar dibanding dengan biaya bunga.



2.4 PENGUKURAN RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA: METODE JANGKA WAKTU (MATURITY MODEL) 1. Perhitungan Gap Jangka Waktu Metode repricing (penilaian kembali) mempunyai kelemahan terutama karena tidak memperhatikan efek perubahan nilai pasar dari berubahan tingkat bunga. Jika tingkat bunga meningkat, discount rate (tingkat pendiskoanan) akan meningkat. Dalam beberapa situasi metode yang memperhatikan efek perubahan nilai pasar penting diperhatikan. Misal, satu bank membeli obligasi dengan tujuan untuk investasi (dipegang sampai jatuh tempo). Dalam situasi tersebut bank akan mencatat nilai historis obligasi tersebut di neracanya. Bank memperoleh pendapatannya hanya dari kupon bunga yang dibayarkan. 10



Metode repricing akan lebih sesuai dipakai dalam situasi tersebut. Misalkan bank lain membeli obligasi dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan



melalui



trading



(memperjual



belikan



sekuritas)



dalam



situasi



tersebut,bank akan mencatat nilai obligasi di neracanya berdasarkan nilai pasar obligasi. Karena itu nilai pasar obligasi akan dievaluasi (dinilai ulang atau disebut sebagai mark to market) praktis setiap hari. Jika nilai pasar obligasi `lebih kecil dari nilai belinya, bank tersebut merugi, dan sebaliknya. Metode pengukuran risiko perubahan tingkat bunga yang memperhitungkan perubahan nilai pasar akan lebih sesuai dalam situasi tersebut. Metode jangka waktu mengukur perubahan harga pasar suatu aset akibat perubahan tingkat bunga. Suatu bank mempunyai neraca sebagai berikut: Aktiva Pasiva Obligasi jangka waktu 10 tahun Pinjaman jangka pendek, bunga 15% Nilai nominal Rp 10 juta, kupon jangka waktu 2 tahun, nilai nominal = bunga= 15% Rp 180 juta Obligasi jangka waktu 20 tahun Nilai nominal Rp 10 juta, kupon Modal saham Rp 2 juta bunga= 15% Total aset Rp 20 juta Total Pasiva Rp 20juta Misalkan tingkat bunga yang berlaku (yield) adalah 15%. Harga pasar akan sama dengan nilai nominalnya dalam situasi ini. Bank tersebut mempunyai aktiva sebesar Rp 20 juta. Misalkan tingkat bunga meningkat menjadi 17%, maka nilai obligasi tersebut menjadi sebagai berikut: Obligasi Aset 1 = 150.000 (1+0,17)1 Obligasi Aset 2 = 150.000 (1+0,17)1 Pinjaman = 2.700.000 (1+0,17)1



+ ............... + 1.150.000 (1+0,17)10 + ............... + 1.150.000 (1+0,17)20 + 1.150.000 (1+0,17)2



= 9.068.279 = 8.874.447 = 17.429.323



11



Neraca yang baru sesudah perubahan tingkat bunga : Aktiva Oblogasi jangka waktu 10 tahun Nilai nominal Rp 10 juta, kupon bunga= 15% Rp 9.068.279



Pasiva Pinjaman jangka pendek, bunga 15% jangka waktu 2 tahun, nilai nominal = Rp 18juta



Obligasi jangka waktu 20 tahun Nilai nominal Rp 10 juta, kupon bunga= 15% Rp 8.874.447 Total aset Rp 17.942.726



Rp 17.429.323 Modal sahamRp 2 juta Rp 513.403 Total Pasiva Rp 17.942.726



Sesudah kenaikan tingkat bunga, nilai obligasinya pada asset turun. Total asset turun dari Rp20 juta menjadi sekitar Rp17 juta. Nilai pinjaman juga ikut mengalami penurunan, dari RP 18 juta menjadi sekitar Rp 17 juta. Penurunan nilai asset besar dibandingkan dengan penurunan nilai pinjaman,yang mengakibatkan kerugian. Model saham harus menanggung kerugian tersebut, akibatnya nilai saham berkurang dari Rp2 juta menjadi 513.403. kerugian terjadi adalah sekitar



RP1,5 juta.jika tingkat



bunga naik sebesar 18% maka modal saham bank tersebut menjadi negative, yang berarti bank tersebut praktis mengalami kebangkrutan. Bank tersebut dikatakan mempunyai ketidak sesuaian jangka waktu antara asset dengan kewajiban (maturity mis match). Jangka waktu adalah 10 tahun dan 20 tahun, yang jauh lebih panjang dibandingkan dengan jangka waktu pinjaman (sumber dana yaitu 2 tahun. Ketidak sesuaian jangka waktu tersebut muncul eksposur terhadap perubahan tingkat bunga. Semakin besar ketidak sesuaian jangka waktu tersebut. semakin besar risiko perubahan tigkat bunga yang dihadapi bank teersebut. Jangka waktu untuk portofolio asset atau kewajiban bisa dihitung sebagai rata – rata tertimbang dari jangka waktu asset atau kewajiban individual, dengan pembobot adalah niali pasar dari masing – masing asset atau kewajiban tersebut. Jangka waktu asset (maturity of assets atau MA) bisa dihitung sbb : MA = (10 juta/20 juta) (10 tahun) + (10 juta/20 juta) (20 tahun) = 15 tahun. 12



Jangka Waktu kewajiban (maturity of liabilities atau ML) adalah 2 tahun. Gap jangka waktu bisa sebagai : Gap Jangka waktu = MA – ML = 15 – 2 = 13 tahun. Semakin besar Gap jangka waktu (baik positif maupun negative), semakin besar risiko perubahan tingkat bunga yang dihadapi oleh suatu perusahaan / bank. Beberapa perusahaan seperti bank , biasanya secara sengaja maupun karena karakteristik bisnisnya, mempunyai struktur asset atau kewajiban dengan gap jangka waktu yang tidak nol. Sebagai contoh struktur neraca bank yang biasanya terjadi adalah sbb : Asset



Pasiva



Pinjaman (asset) jangka panjang (misal Tabungan dan deposit (dengan jangka memberikan



kredit



kepemilikan waktu 1 tahun)



perumahan atau KPR dengan jangka



Modal saham



waktu 10 tahun),



Bank biasanya memberikan pinjaman jangka panjang dengan bunga tetap. Untuk mendanai pinjaman tersebut, bank menerbitkan tabungan atau deposit dengan jangka pendek. Penabung atau nasabah deposit ingin mempunyai simpanan yang bisa sewaktu-waktu atau cepat. Dengan karakteristik semacam itu,struktur neraca bank nampak seperti diatas. Jika bank ingin mengurangi risiko perubahan tingkat bunga, bank bisa memperkecil gap jangka pendek. Sebagai contoh,bank bisa menurunkan jangk waktu pinjaman , missal dari 20 tahun menjadi 10 tahun. Alternatif lain, bank bisa meningkatka jangka waktu pinjaman, missal dengan menerbiatkan obligasi jangka panjang dengan waktu 10 tahun. Jika bank memperkirakan tingkatan bunga akan meningkat, bank bisa memperkecil gap jangka waktu atau membuat gap. Gap jangka waktu bernilai negative (jangka waktu kewjaiban lebih panjang dibandngkan dengan nilai aset). Dalam situasi tersebut, nilai kewajiban akan turun lebih cepat dibanding dengan nilai aset. (hal yang menguntungkan bagi nilai bank). 13



Jika diperkirakan tingkat bunga akan menurun, maka bank bisa memperbesar gap jangka waktu (jangka waktu asset lebih besar dibandingkan dengan jangka waktu kewajiban). Jika tingkatan bunga turun, nilai asset akan meningkat lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan nila kewajiban (hal yang menguntungkan bagi bank). 2. Imunisasi Dengan Metode Jangka Waktu Jika suatu bank ingin melakukan imunisasi melalui metode jangka waktu, agar perubahan tingkat bunga tidak akan mengakibatkan kerugian, maka bank bisa menyamakan jangka waktu asset dengan jangka waktu kewajiban, sbb : MA = ML atau MA – ML = 0 Jika bank menyamakan sumberdana dengan aset maka neracanya : Aktiva Pasiva Obligasi jangka waktu 10 tahun Pinjaman jangka pendek, bunga 15% Nilai nominal Rp 10 juta, kupon jangka waktu 15 tahun, nilai nominal = bunga= 15% Rp 18 juta Obligasi jangka waktu 20 tahun Modal saham Rp 2 juta Nilai nominal Rp 10 juta, kupon bunga= 15% Total aset Rp 20 juta Total Pasiva Rp 20juta Misal tingkat bunga meningkat menjadi 17% nilai aset dan kewajiban yang baru : Aktiva Oblogasi jangka waktu 10 tahun Nilai nominal Rp 10 juta, kupon bunga= 15% Rp 9.068.279 Obligasi jangka waktu 20 tahun Nilai nominal Rp 10 juta, kupon bunga= 15% Rp 8.874.447 Total aset Rp 17.942.726



Pasiva Pinjaman jangka pendek, bunga 15% jangka waktu 15 tahun, nilai nominal = Rp 18juta Rp 16.083.293 Modal saham Rp 2 juta Rp1.859.433 Total Pasiva Rp 17.942.726



14



Bank bisa menekan risiko perubahan tingkat bunga dengan menyamakan jangka waktu aset dengan jangka waktu kewajiban tetapi bank tidak bisa sepenuhnya mengimunisasi risiko perubahan tingkat bunga. Hal ini merupakan kelemahan dari metode jangka waktu ( maturity model ) 2.5 PENGUKURAN RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA : METODE DURASI 1. Kelemahan metode jangka waktu



Imunisasi dengan menyamakan jangka waktu aset dengan jangka waktu kewajiban tidak bisa sepenuhnya melindungi modal saham misal Obligasi A B



Perincian Nilai nominal Rp 1 juta, jangka waktu satu tahun, kupon bunga= 10%, dibayarkan setiap semester Nilai nominal Rp 1 juta, jangka waktu satu tahun, kupon bunga= 10%, dibayarkan setiap tahun



Obligasi A



=



50.000 (1 + 0,15)0,5



Obligasi B



= 1.100.000 (1 + 0,15)1



+



1.050.000 (1 + 0,15)1



= 959.669



= 956.552



Meskipun keduanya mempunyai jangka waktu yang sama, jika tingkat bunga meningkat keduanya sama-sama jatuh nilainya, tetapi dengan tingkat penurunan nilai yang berbeda.Obligasi A yang membayarkan bunga setiap tahun mengalami penurunan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi B yang membayarkan bunga setiap tahun.Jika diperhatikan lebih lanjut, perbedaan antara obligasi A dan B terletak pada timing dari aliran kas.Obligasi A membayarkan 50.000 pas semester satu dan dua (akhir tahun), sedangkan obligasi B membayarkan semua bunga sebesar 100.000 pada akhir tahun. Perbedaan tersebut mempunyai implikasi lanjutan, yaitu naik turunnya nilai obligasi bisa berbeda jika tingkat bunga berubah Metode durasi memperbaiki metode jangka waktu karena metode durasi memperhitungkan timing dari setiap aliran kas



15



2. Perhitungan durasi



Durasi bisa didefinisikan sebagai rata-rata tertimbang jangka waktu aliran kas dengan pembobot porposi present value dari setiap aliran kas tersebut. Misal tingkat bunga yang berlaku adalah 10% durasi untuk kedua obligasi boisa dihitung : Waktu Obligasi A (1) (2) ½ 50.000 1 1.050.000



PVIF (5%) (3) 0,952381 0,907029



PV Kas (4)=(2)x(3) 47.619 952.381 1.000.000



Rata-rata tertimbang Jangka waktu (5) 0,0238 0,9524 0,9762



Catatan: 5% adalah 10% dibagi dua, karena dibayarkan tiap semester



Waktu (1) 1



Obligasi B PVIF (2) (10%) (3) 1.100.000 0,909091



PV Kas Rata-Rata tertimbang (4)=(2)x(3) Jangka waktu (5) 1.000.000 1 1.000.000 1



Durasi Obligasi A { [ (47.619)(1.000.000) ] x (1/2)} + { [ (952.381)(1.000.000) ] x (1) = 0,9762 tahun Durasi Obligasi B { [ (1.000.000)/(1.000.000)] x 1 } = 1 tahun Meskipun kedua obligasi tersebut mempunyai jangka waktu yang sama, tetapi durasi obligasi A lebih pendek dibandingkan dengan obligasi B. Hal itu disebabkan karena sebagian aliran kas dari obligasi A diterima lebih awal, yaitu pada semester pertama (periode ½) sebesar Rp 50.000



16



Misalkan kita mempunyai dua obligasi yaitu X danY dengan informasi sebagi berikut: Obligasi



Perincian



X



Nilai nominal Rp 1juta, jangka waktu lima tahun, kupon bunga= 10%, dibayarkan setiap tahun. Nilai nominal Rp 1juta, jangka waktu lima tahun, kupon bunga= 10%, dibayarkan setiap semester



Y



Tingkat bunga yang berlaku (yield) adalah 9% Durasi untuk kedua Obligasi: Tahun



Aliran kas



PVIF (9%) Present Value Proporsi Pv Rata-Rata Aliran Kas tetimbang jangka waktu



(1)



(2)



(3)



1 2 3 4 5



100.000 100.000 100.000 100.000 1.100.000



(4)=(2)x(3) 0,917 0,841 0,772 0,708 0,649



91.743 84.168 77.218 70.842 741.924 1.038.897



(5)



(6)=(5)x(1) 0,088 0,081 0,074 0,068 0,688 1



0,088 O,162 0,222 0,272 3,440 4,186



17



Perhitungan durasi obligasi Y Tahun



(1) 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5



Aliran Kas



(2) 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 1.050.000



PVIF (9%) Present ValueAliran Kas (3) 0,978232 0,955938 0,936107 0,91573 0,895796 0,876297 0,857221 0,838561 0,820308 0,802451



(4)=(2)x(3) 48.911,6 47.846,89 46.805,36 45.786,5 44.789,82 43.814,83 42.861,07 41.928,07 41.015,38 84.257,36 12.463,33



Proporsi PV Rata-rata Aliran Kas tertimbang jangka waktu (5) 0,039244 0,03839 0,037554 0,036737 0,035937 0,035155 0,03439 0,033641 0,032909 0,676042 1



(6)=(5)x(1) 0,019622 0,03839 0,056332 0,073474 0,089843 0,105465 0,120364 0,134565 0,14809 3,38021 4,166355



Meskipun jangka waktu keduanya lima tahun, tetapi durasi untuk keduanya lebih kecil dari lima tahun, karena ada aliran kas yang dibayarkan sebelum tahun kelima. Durasi Y lebih kecil dibandingkan durasi X karena aliran kas Y lebih awal dibayarkan ( karena dibyarkan setiap semester ) dibandingkan obligasi X



Durasi untuk obligasi tanpa kupon ( zero coupon bond atau zeroes )sama dengan jangka waktu obligasi tersebut Tahun



(1) 1 2



Aliran Kas



(2) 0 1.000.000



PVIF (9%) Present ValueAliran Kas (3) 0,917431 0,84168



(4)=(2)x(3) 0 841.680 841.680



Proporsi PV Rata-rata Aliran Kas tertimbang jangka waktu (5)



(6)=(5)x(1)



0 1 1



0 2 2



18



Obligasi zeroes dengan jangka waktu dua tahun mempunyai durasi 2 tahun Obligasi consol adalah obligasi yang tidak mempunyai jatuh tempo. Dapat dihitung dengan : Dc = 1 + (1/R) 3. Karateristik Durasi Durasi akan meningkat jika jangka waktu aset semakin panjang, menurun



jika yield meningkat dan menurun jika kupon bunga meningkat Misalkan ada obligasi dengan karateristik yang sama persis, kecuali jangka waktunya lebih panjang yaitu tahun 2 tahun Tahun



Aliran Kas



(1)



(2)



0,5 1 1,5 2



50.000 50.000 50.000 1.050.000



PVIF (5%) Present ValueAliran Kas (3) 0,952381 0,907029 0,863838 0,822702



(4)=(2)x(3) 47.619,05 45.351,47 43.191,88 863.9837,6 1.000.000



Proporsi PV Rata-rata Aliran Kas tertimbang jangka waktu (5) 0,047619 0,045351 0,043192 0,863838



(6)=(5)x(1) 0,02381 0,045351 0,064788 1,727675 1,861624



Durasi untuk obligasi tersebut adalah 1,86 tahun meningkat dari durasi sebelumnya yaitu, 0,9672 tahun Misalkan ada obligasi lain yang karateristiknya sama persis dengan obligasi M, tetapi yield ( tingkat bunga yang berlaku ) meningkat menjadi 12%



Tahun



(1) 0,5 1



Aliran Kas



(2) 50.000 1.050.00



PVIF (6%) Present ValueAliran Kas (3) 0,943396 0,889996



(4)=(2)x(3) 47.169,81 93.4490,3 981.666,1



Proporsi PV Rata-rata Aliran Kas tertimbang jangka waktu (5) 0,048051 0,952949 1



(6)=(5)x(1) 0,0240 0,9519 0,9759 19



Terlihat bahwa durasi turun dari 0,9762 tahun menjadi 0,9759 tahun.Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika yield menigkat, maka durasi akan menurun



Misalkan ada obligasi lain yang karateristiknya sama persis dengan obligasi M, tetapi kupon bunganya lebih tinggi, misal 15% Tahun



(1) 0,5 1



Aliran Kas



(2) 75.000 1.075.000



PVIF (5%) Present ValueAliran Kas (3) 0,952381 0,907029 1,046485



(4)=(2)x(3) 71.428,57 975.056,7



Proporsi PV Rata-rata Aliran Kas tertimbang jangka waktu (5) 0,068256 0,931744 0,9659



(6)=(5)x(1) 0,0341 0,9318



Terlihat bahwa durasi turun dari 0,9762 tahun menjadi 0,9659 tahun.Hasiil tersebut menunjukkan bahwa durasi akan semakin menurun jika kupon bunga meningkat 4. Interpretasi Ekonomi Durasi



Hubungan antara durasi dengan perubahan harga bisa dirumuskan sebagai berikur :



dP/P = - D ( dR/(1+R)  Term D/(1+R) bisa diringkas dan ditulis menjadi MD ( Modified Duration ), sehingga



dP/P = - MD . dR Misalkan ada obligasi dengan nilai nominal Rp 1 juta, kupon bunga 10%, jangka waktu 5 tahun. Tingkat bunga yang berlaku sama dengan kupon bunga yaitu 10%. Misalkan tingkat bunga naik menjadi 10,01% (naik 0,1% atau naik 10 basis points atau 10 bps), berapa perubahan harga obligasi tersebut ? Durasi obligasi tersebut adalah 4,1699 tahun. Dengan menggunakan formula durasi, perubahan harga bisa dihitung sebagai berikut : dP/P dP/P



= - D [ dR / (1+R) ] = -4,1699 (0,001/(1+0,1)) = -0,003791 atau 0,3791%



20



Perubahan



bunga



mempunyai



bentuk



nonlinier,



sedangkan



durasi



mengasumsikan perubahan yang bersifat linier. Penyesuaian konvektivitas bisa digunakan untuk meningkatkan akurasi metode durasi. 5. Imunisasi Dengan metode Durasi a. Ketidaksesuaian Durasi Aset dengan Kewajiban ( Duration Mismatch )



Jika suatu bank mempunyai durasi yang berbeda antara aset dengan kewajiban, maka bank tersebut menghadapi risiko perubahan tingkat bunga. Semakin besar perbedaan tersebut ( nilai absolut ), maka semakin besar risiko yang dihadapi bank tersebut. Misal :



Aktiva



Pasiva



Obligasi jangka waktu 10 tahun Nominal minimal Rp 10 juta Kupon bunga 15% Obligasi jangka waktu 20 tahun Nilai nominal Rp 10 juta Kupon bunga 15% Total aset



Pinjaman jangka pendek, bunga 15% Jangka waktu 2 tahun Nilai nominal Rp 18 juta Modal saham Rp 2 juta



Rp 20 juta Total pasiva



Rp 20 juta



Jika perusahaan mempunyai bebrap aset atau kewajiban, durasi portofolio aset/kewajiban bisa dihitung seperti DA = wl Al + ......... + wn An DL = wl Ll + .......... + wn Ln Durasi aset dengan demikian adalah : DA



= (10 juta/20 juta)(5,77)+(10 juta/20 juta)(7,198)



= 6,48 tahun



Durasi untuk kewajiban (pinjaman jangka waktu 2 tahun) bisa dihitung dan nilainya 1,87 tahun Gap durasi



= DA – DL



= 6,48 – 1,87 = 4,61 tahun



Gap yang positif menunjukan bahwa jika tingkat bunga naik, bank akan mengalami kerugian, sebaliknya jika gap menunjukkan angka negatif, kenaikan tingkatn bunga akan menguntungkan banl. Semakin tinggi gap durasi, semakin tinggi risiko perubahan tingkat bunga yang dihadapi perusahaan. 21



b. Imunisasi Modal Saham



Bank bisa melakukan imunisasi dengan cara menyamakan durasi aset dengan durasi kewajiban



ΔE = - ( DA – DL.k ) x A x (ΔR/(1+R) Dimana k=L/A (L=hutang, A=aset). Jika DA=DL.k maka ∆E = 0, dan dengan demikian perubahantingkat bunga tidak akan mempengaruhi modal saham. Kembali ke contoh tabel neraca bank di muka, dimana durasi aset adalah 6,48 tahun. Untuk mengimunisasi modal saham, bank bisa menyusun kewajibannya agar mempunyai durasi sedemikian rupa sehingga DA = DL.k dimana k=18 juta/20 juta =0,9 . Durasi kewajiban agar persamaan tersebut terpenuhi adalah DL



= 6,48 / 0,9



= 7,1 tahun



Misalkan bank kemudian menerbitkan obligasi tanpa kupon (zeroes) dengan jangka waktu 7,1 tahun. Supaya nilai pasar obligasi adalah Rp 18 juta (modal saham 2 juta, dan total pasiva sama dengan total aset yaitu 20 juta), dengan bunga adalah 15%, maka nilai nominal obligasi tersebut adalah : Nilai nominal/(1+r)t



Nilai pasar zeroes



=



Nilai nominal



= 18 juta x (1+0,15)7,1



= Rp 48.554.241



c. Imunisasi Rasio Modal



Jika bank ingin mengimunisasi rasio modal, maka bank akan membuat durasi aset sama dengan durasi kewajiban



DA = DL Dalam contoh sebelumnya, dimana durasi aset adalah 6,48 tahun, maka bank perlu membuat durasi kewajiban menjadi 6,48 tahun juga. Misalkan bank menerbitkan obligasi tanpa kupon, maka nilai nominal yang diperlukan adalah (tingkat bunga implisit adalah 15%) Nilai nominal = 18 juta x (1+0,15)6,48



= Rp 43.967.493



22



Rasio modal bank tersebut adalah 2 juta/20 juta = 0,1 atau 10%. Jika bank ingin mempertahankan rasio tersebut, maka bank akan menyamakan durasi aset dengan durasi kewajibannya, misal dalam hal ini adalah 6,48 tahun. Misalkan tingkat bunga meningkat menjadi 17%. Total aset turun menjadi Rp 17.942.726. Nilai pasar kewajiban bisa dihitung menjadi : Nilai pasar zeroes



= 43.967.493 / (1+0,17)6,48



Nilai modal saham



= Nilai aset – Nilai kewajiban



= 16.122.191



= 17.942.726 – 16.122.191 = 1.0820.535 Rasio modal terhadap total aset yang baru = (1.820.535) / (17.942.726) = 0,10146, atau 10,15%. Rasio tersebut sama dengan rasio sebelumnya (selisih karena pembulatan). Dengan kata lain, rasio modal bisa diimunisasi dari perubahan tingkat bunga.



23



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Risiko suku bunga merupakan exposur kondisi keuangan suatu bank terhadap pergerakan suku bunga yang merugikan. Menerima risiko tersebut merupakan bagian yang normal dari bisnis bank, dan dapat merupakan bagian yang penting dalam menciptakan keuntungan dan peningkatan nilai saham. Jika risiko tersebut tidak dikelola dengan baik, risiko tersebut bisa mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi perusahaan (khususnya bank). Risiko perubahan tingkat bunga bisa mengakibatkan ketidakpastian pendapatan bunga dan ketidakpastian harga pasar. Ketidakpastian pendapatan bunga terjadi karena bunga investasi (pendapatan) atau bunga pendanaan (biaya) bisa berubah dengan arah yang tidak diharapkan, sehingga mengakibatkan kerugian.



Ketidakpastian



harga



pasar



terjadi



karena



perubahan



bunga



bisa



mengakibatkan perubahan harga pasar, khususnya penurunan harga pasar (kerugian).Ada beberapa metode untuk mengukur perubahan risiko bunga, yaitu metode penilaian kembali, metode jangka waktu, dan metode durasi. Metode pertama berbasis perubahan pendapatan. Metode jangka waktu dan durasi berbasis perubahan harga pasar. Metode durasi memperbaiki kelemahan metode jangka waktu dalam pengukuran risiko perubahan tingkat bunga. Jika metode jangka waktu hanya memperhatikan saat jatuh tempo suatu instrumen keuangan, maka metode durasi memperhatikan timing dari semua aliran kas yang akan diterima oleh perusaan.Imunisasi bisa dilakukan dengan menyamakan durasi antara aset dan kewajiban.



24



DAFTAR PUSTAKA Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014 ), 127-151