RMK RPS 9 - Kelompok 1 - Teori Akunt [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEORI AKUNTANSI (EKA 441 B) PROSES POLITIK DALAM PENETAPAN STANDAR AKUNTANSI



OLEH: KELOMPOK 1 Ni Kadek Astri Winanti



(1807531001 / 02)



Ni Luh Made Dian Purnami Putri



(1807531005 / 04)



Kadek Meinawati



(1807531013 / 08)



PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2021



1. Konsekuensi Ekonomis Konsekuensi ekonomi adalah sebuah konsep yang menilai bahwa, lepas dari implikasi teori pasar sekuritas yang efisien, pilihan kebijakan akuntansi yang mempengaruhi nilai perusahaan. Beberapa pengertian konsekuensi ekonomi adalah sebagai berikut: 1) Stephen A. Zeff, seorang tokoh akuntansi yang paling persuasif berkaitan dengan konsekuensi ekonomi, mengenalkan konsep ini dalam artikelnya tahun 1978 yang berjudul “The Rise of Economic Consequences”. Menurut Zeff (1978) mendefinisikan economic consequences sebagai dampak laporan akuntansi terhadap perilaku pengambilan keputusan bisnis, pemerintah, dan kreditur. Esensi dari definisi ini adalah bahwa laporan akuntansi dapat mempengaruhi (affect) keputusan nyata oleh manajer dari pihak lain, tidak hanya sekedar menggambarkan



(reflecting)



hasil



keputusan



yang



dibuat.



Zeff



mendokumentasikan beberapa contoh di Amerika Serikat dimana bisnis, asosiasi industri, dan pemerintah mencoba mempengaruhi, atau telah mempengaruhi, standar akuntansi yang disusun oleh Accounting Principles Board (APB) dan pendahulunya the Committee on Accounting Procedure (CAP). 2) Economic consequences adalah konsep yang menyatakan bahwa, walaupun bertentangan dengan implikasi teori pasar modal efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Walaupun dengan implikasi kebijakan teori pasar modal efisien, tampak bahwa pilihan kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi ekonomi bagi pemakai laporan keuangan, walaupun tidak secara langsung mempengaruhi aliran kas perusahaan. Konsekuensi ekonomi adalah konsep yang menegaskan bahwa pilihan kebijakan akuntansi akan mempengaruhi nilai ekonomi perusahaan dan berdampak pada perilaku bisnis, pemerintah, dan kreditur dalam membuat keputusan. Pemahaman konsep konsekuensi ekonomi tentang pilihan kebijakan akuntansi adalah penting dengan alasan sebagai berikut: 1) Konsep tersebut menarik dalam kebenarannya. Banyak kejadian-kejadian menarik dalam penerapan akuntansi berasal dari konsekuensi ekonomi. 2) Saran bahwa kebijakan akuntansi tidak penting bertentangan dengan pengalaman akuntan. Banyak akuntansi keuangan berfokus pada diskusi dan



1



argumen tentang kebijakan akuntansi mana yang harus dipakai dalam kondisi yang berbeda. Konsep konsekuensi ekonomi konsisten dengan pengalaman dunia nyata. 3) Adanya konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan tentang mengapa mereka ada. Hal ini muncul dari kontrak yang disetujui oleh perusahaan, khususnya kontrak kompensasi eksekutif dan kontrak hutang. Dengan melihat bahwa masalah kebijakan akuntansi, kebijakan tertentu yang digunakan oleh perusahaan, waktu dan sifat perubahan dalam pada kebijakan tersebut dapat menjadi sumber informasi penting bagi investor meskipun implikasi pasar efisien. Esensi konsekuensi ekonomi adalah bahwa kebijakan akuntansi dan perubahan kebijakan akuntansi tersebut merupakan suatu permasalahan (matter), terutama permasalahan manajemen. Akan tetapi, apabila hal tersebut merupakan permasalahan bagi manajemen, maka kebijakan akuntansi juga permasalahan bagi investor yang memiliki perusahaan karena manajer dapat mengubah hasil operasi perusahaan yang sesungguhnya dengan melakukan perubahan kebijakan akuntansi. Berikut ini alasan konsekuensi ekonomi (economic consequences) muncul: 1) Konsekuensi ekonomi muncul karena perusahaan melakukan kontrak seperti kompensasi eksekutif (execuitive compesation) dan kontrak utang (debt contract). 2) Kebijakan akuntansi yang digunakan dapat merupakan sumber informasi yang penting bagi investor. Manajer dapat menggunakan sumber informasi berupa pilihan kebijakan akuntansi yang dipilih sebagai signal tentang informasi dari dalam perusahaan. 3) Teori pasar modal efisien gagal menjelaskan perilaku pasar. Berdasarkan teori pasar modal efesien, suatu perusahaan akuntansi direaksi oleh pasar hanya apabila perubahan akuntansi tersebut berpengaruh terhadap arus kas perusahaan. 4) Konsekuensi ekonomi diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan akuntansi walaupun perubahan kebijakan akuntansi tersebut tidak berpengaruh secara langsung terhadap arus kas. Karena itu, konsekuensi ekonomi merupakan salah satu anomaly pasar modal efesien. Teori Akuntansi Positif (PAT) adalah penjelasan terhadap adanya konsekuensi ekonomi.



2



2. Motivasi Manajemen Baik teori maupun bukti-bukti empiris, menunjukkan bahwa earnings atau laba menjadi target dalam proses penilaian prestasi suatu usaha suatu departemen secara khusus atau perusahaan secara umum. Scott (2006: 344) membagi cara pemahaman atas motivasi manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunis manajer untuk memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi,



kontrak



utang,



dan



political



costs



(opportunistic



Earnings



Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Definisi manajemen diungkapkan oleh Schipper (1989) yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut). Aktivitas laba dapat terjadi karena tiga faktor yaitu dengan cara: pemanfaatan transaksi akrual, perubahan metoda akuntansi, dan penerapan suatu kebijakan. Scott (2006: 346-355) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba adalah sebagai berikut: 1. Motivasi Program Bonus (Motivasi Kontraktual) Ada suatu dorongan untuk melakukan manajemen laba yang timbul dari karakteristik program bonus, dimana kontrak antara perusahaan dan manajer menjadi dasar kompensasi manajerial. Dorongan kontraktual lain adalah untuk tujuan debt convenant atau perjanjian utang yang diprediksi dengan convenant hypothesis. Apabila pihak manajemen mendekati pelanggaran terhadap convenant, maka pihak manajemen cenderung melakukan manajemen laba untuk mengurangi probabilitas pelanggaran convenant dalam debt contract. Jika pada suatu tahun tertentu laba bersih perusahaan rendah (di bawah bogey) maka 3



tindakan manajer adalah menurunkan pendapatan, sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah (taking a bath) yang bermaksud untuk mencapai bonus pada tahun berikutnya. Sedangkan jika pada satu tahun tertentu laba bersih perusahaan tinggi (diatas cap) maka tindakan yang dilakukan manajer adalah menurunkan pendapatan, sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah. Tindakan ini dilakukan karena manajer tidak akan mendapatkan bonus yang lebih tinggi dari target yang telah ditentukan. Intinya manajer akan melakukan manajemen laba pada saat laba bersih berada diantara bogey dan cap. 2. Motivasi Politik (Political Motivations) Perusahaan besar yang aktivitasnya berhubungan dengan publik atau perusahaan yang bergerak dalam industri strategis seperti minyak dan gas akan sangat mudah untuk diawasi. Perusahaan seperti ini cenderung untuk mengelola labanya. Pada periode kemakmuran perusahaan menggunakan prosedur dan praktik-praktik akuntansi yang meminimalkan laba bersih perusahaan. Sebaliknya, publik akan mendorong pemerintah untuk meningkatkan peraturan untuk menurunkan profitabilitas mereka. 3. Motivasi Perpajakan (Taxation Motivations) Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Motivasi perpajakan adalah motivasi yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi laba bersih yang dilaporkan. Dengan jumlah laba yang sedikit, maka akan meminimalkan besarnya pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Namun demikian,kewenangan pajak cenderung untuk memaksakan aturan akuntansi pajak sendiri untuk menghitung pendapatan kena pajak. Seharusnya secara umum perpajakan tidak mempunyai peran besar dalam keputusan manajemen laba. 4. Motivasi Perubahan Chief Executif Officer (Changes of CEO Mativations) Manajemen laba juga terjadi disekitar waktu pergantian CEO. Hipotesis program bonus memprediksi bahwa ketika waktu mendekati pengunduran diri CEO maka tindakan yang dilakukan adalah memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonus mereka. Sedangkan CEO yang kinerjanya buruk akan melakukan manajemen laba untuk memaksimalkan laba mereka dengan tujuan mencegah atau menunda pemberhentian mereka. Motivasi melakukan manajemen



4



laba juga dapat dilakukan oleh CEO baru, terutama jika cost dibebankan pada tahun transisi, melalui penghapusan operasi yang tidak diinginkan atau divisi yang tidak menguntungkan. 5. Penawaran Perdana (Initial Public Offering) IPO Ketika suatu perusahaan dinyatakan go public, informasi keuangan yang ada di dalam persuahaan merupakan sumber informasi penting. Informasi ini dapat digunakan untuk menilai perusahaan oleh calon investor. Untuk mempengaruhi calon investor, manajerakan berusaha menaikkan laba yang dilaporkan. 6. Motivasi Perjanjian Utang (Debt Covenants Motivations) Manajemen laba dengan tujuan untuk memenuhi perjanjian utang timbul dari kontrak utang jangka panjang. Perjanjian utang bertujuan melindungi peminjam



terhadap



tindakan



manajer.



Pelanggaran



terhadap



covenant



mengakibatkan cost yang tinggi pelanggaran terhadap covenant.



3. Contoh Kasus Putusan FASB tentang Akuntansi "Biaya Penuh" Membangkitkan Lobi Minyak



Aturan akuntansi dari Dewan Standar Akuntansi Keuangan tentang bagaimana perusahaan minyak melaporkan keuntungan miliaran dolar telah memicu pertempuran lobi klasik Washington. Ini mengadu otoritas pengaturan standar industri akuntansi dengan sekelompok perusahaan minyak independen. Yang dipertaruhkan adalah keputusan yang diusulkan dari FASB yang dikelola secara pribadi untuk menghilangkan akuntansi biaya penuh (Full Cost). Beberapa pejabat administrasi Carter mengatakan akuntansi biaya penuh cenderung meningkatkan keuntungan, sehingga lebih mudah bagi perusahaan minyak untuk meminjam uang. Kontroversi ini berakar pada ketentuan Undang-Undang Kebijakan dan Percakapan Energi 1975, yang diadvokasi oleh anggota kongres liberal, menyerukan SEC untuk menetapkan standar akuntansi yang seragam, menurut



5



mereka, akan memungkinkan pemerintah memperoleh biaya dan keuntungan industri aktual dari minyak dan gas alam. Pada saat yang sama, industri akuntansi melancarkan serangan melobi DPR dan Senat untuk memastikan bahwa ketentuan tertulis dalam undang-undang yang memungkinkan SEC untuk mengandalkan standar yang diusulkan oleh FASB dan mereka berhasil. Juli lalu FASB mengeluarkan keputusan yang diusulkan untuk mendukung apa yang disebut metode successful efforts yang digunakan oleh perusahaan opil besar, yang memperlakukan biaya eksplorasi sebagai biaya pengeboran pada tahun-tahun terjadinya. Metode full costing, yang umumnya digunakan oleh perusahaan minyak independen yang mencoba meningkatkan daya pinjaman mereka, menganggap biaya eksplorasi seperti yang ditegaskan, yang pada dasarnya menyebarkan kerugian dari pengeboran selama beberapa tahun. Di masa lalu, SEC telah mengadopsi standar yang diusulkan FASB, dan diharapkan untuk melakukannya ketika komisi membuat keputusan tentang metode akuntansi yang digunakan untuk pernyataan pemegang saham pada bulan Desember ini. Sebuah koalisi longgar dari "full costers" yang dipimpin oleh International Paper Co., yang memiliki kepemilikan minyak yang luas, dan Houston Oil and Minerals memasang lobi melawan pelarian FASB. Mereka pergi ke Senator Floyd Haskell (D-Colo.) untuk memungkinkan perusahaan untuk terus menggunakan akuntansi biaya penuh untuk laporan publik. Mereka juga meminta bantuan Senator William Proxmire (D-Wis.) Dan Rep. Henry Reuss (D-Wis.), dan anggota Kongres lainnya untuk menulis surat kepada FASB, menyerukan penjelasan tentang keputusan dewan. Proxmire dan Reuss adalah ketua komite kongres yang mengawasi perbankan. Sampson dan pejabat SEC lainnya dengan cepat mengatakan bahwa perusahaan telah menggunakan metode successful-efforts untuk tujuan perpajakan. Perubahan dalam praktik akuntansi tidak akan membuat perbedaan dalam kerugian atau keuntungan perusahaan. Sebuah studi baru-baru ini oleh Touche Ross, sebuah firma akuntansi yang dikenal secara nasional, dari 36 perusahaan yang menggunakan akuntansi biaya penuh dalam pernyataan pemegang saham menyimpulkan bahwa pergeseran ke metode successful-efforts



6



akan mengurangi laba yang dilaporkan sebesar 20 persen, dan ekuitas pemegang saham sebesar 16 persen. Pejabat SEC mengatakan mereka menyadari kemungkinan dampak keputusan FASB terhadap beberapa saham perusahaan, analis Wall Street mengatakan bahwa saham Houston Oil and Minerals, yang naik dari 11 pada tahun 1976 menjadi lebih dari 60 awal tahun 1977, adalah salah satu yang mungkin terjadi dan sudah terpengaruh oleh putusan FASB. Seorang eksekutif Houston Oil and Minerals mengatakan bahwa c Pengawas keuangan James Kotting International Paper, berpendapat bahwa pergeseran untuk perusahaannya akan meninggalkan stigma dan mengurangi pendapatan General Crude Co. IPC sebesar $ 8 juta. Beberapa perusahaan menentang keputusan FASB yang secara pribadi menuduh bahwa dewan yang didanai swasta, yang berbasis di Stanford Conn., berpihak pada perusahaan minyak besar. Tujuh anggota dewan termasuk Robert E. May, mantan pengawas keuangan Exxon, dan mantan pejabat dengan dua firma akuntansi yang menangani laporan keuangan perusahaan minyak besar. Anggota staf FASB Norman Mattson menyangkal tuduhan tersebut, mengatakan dewan memutuskan dengan biaya penuh karena cenderung mengaburkan kegagalan. Pejabat Departemen Energi mengakui keputusan FASB jelas lebih disukai oleh perusahaan besar, tetapi mengatakan ada sedikit alasan untuk campur tangan kecuali beberapa independen yang menentang semua perusahaan yang menggunakan upaya yang berhasil dapat menunjukkan bahwa itu akan menghasilkan pengurangan eksplorasi minyak. Seorang bankir investasi Wall Street



menilai



dampaknya



netral,



mengklaim



bahwa



investor



lebih



memperhatikan penambahan cadangan minyak dan gas daripada pendapatan. Namun, ini akan memakan banyak mekarnya saham go go. Sifat dan karakteristik industry minyak dan gas bumi berbeda dengan industri lainnya. Sebagai akibat dari sifat dan karakteristik dari industri minyak dan gas bumi, maka terdapat beberapa perlakuan akuntansi khusus untuk industri tersebut yang berbeda dengan industri lainnya, seperti: a. Adanya sifat untung-untungan (gambling) dari usaha explorasi menimbulkan beberapa alternatif dalam penggunaan metode pengakuan biaya atas cadangan yang tidak berisi minyak atau gas (dry hole).



7



b. Ada pendapat yang menyatakan bahwa pengakuan biaya harus dikaitkan dengan aktivitas sampai diketemukannya cadangan minyak atau gas di suatu negara, sehingga semua biaya yang terjadi ditangguhkan dan akan dikapitalisasi sebagai bagian dari cadangan minyak yang ditemukan di negara tersebut. c. Pendapat lain menyatakan bahwa biaya yang terjadi untuk pencarian minyak dan gas harus dikaitkan dengan hasil dari aktivitas pencarian suatu cadangan. Perbedaan perlakuan akuntansi terjadi karena adanya perbedaan pandangan dalam perlakuan biaya yang dikapitalisasikan,beban yang diakui serta perhitungan amortisasinya. Sehingga perbedaan tersebut pada akhirnya memperkenalkan konsep pencatatan biaya dengan dasar Full Cost Method dan Successful Effort Method yang pada akhirnya mengakibatkan perbedaan pada laporan keuangan yang dihasilkan. Metode successful effort hanya akan mengakui biaya – biaya penelitian atas sumur yang sukses mendapatkan cadangan terbukti saja yang akan dikapitalisasikan. Biaya–biaya atas sumur – sumur yang tidak berhasil dinyatakan tidak memiliki manfaat di masa mendatangdan karena itulah harusdibebankan pada periode terjadinya. Sebaliknya, karena tidak ada cara untuk menghindarkan biaya – biaya unsuccessful (tidak berhasil) dalam pencarian cadangan minyak dan gas bumi, maka full cost method menganggap baik biaya – biaya yang terjadi pada sumur sukses menemukan cadangan minyak dan gas bumi maupun tidak, tetap diakui sebagai bagian biaya penemuan cadangan minyak dan gas bumi. Hubungan langsung antara biaya-biaya yang terjadi dengan penemuan cadangan minyak dan gas bumi tidaklah penting dalam metode full cost. Dengan demikian, bila digunakan metode full cost baik biaya yang sukses maupun tidak, akan dikapitalisasikan walaupun biaya yang terjadi pada sumur yang tidak sukses tidak memiliki manfaat sama sekali bagi perusahaan dimasa mendatang. Menurut SFAS No. 2 tentang Accounting Research and Development Costs, FASB menyimpulkan bahwa semua riset dan pengembangan biaya yang diungkapkan mencakup pembebanan biaya ketika terjadi. Asumsinya secara implisit nilai yang diharapkan dari biaya R&D adalah nol. FASB menyimpulkan hal tersebut dari



8



berbagai premis dasar yang diterima sebagai kebenaran. Ada lima faktor oleh FASB yang dianggap mendukung kesimpulan tersebut: a. Ketidakpastian manfaat masa depan yang akan dihasilkan oleh biaya riset dan



pengembangan.



Pengeluaran



biaya



R&D



adalah



tingkat



ketidakpastian manfaat di masa depan karena pengeluaran biaya R&D mengakibatkan risiko. Risiko



tersebut



terjadi



akibat



kegagalan



profitabilitas dari sebuah proyek. Diperlukan kehati – hatian dalam memberikan definisi dari risiko karena profitabilitas historis yang tinggi dari pengaruh R&D. b. Kurangnya



hubungan



kausalitas



antara



pengeluaran



riset



dan



pengembangan dengan manfaat yang dihasilkan. Pernyataan FASB mengenai kurangnya hubungan kausalitas antara pengeluaran riset dan pengembangan dengan manfaat yang dihasilkan dapat dipertanyakan. Hasil penelitian Angiley (1973), menunjukkan bahwa hasil penjualan perusahaan farmasi secara signifikan berhubungan dengan output produkyang inovatif. Output yang bersifat inovatif tersebut secara signifikan berhubungan dengan jumlah biaya riset dan pengembangan yang dikeluarkan perusahaan. c. Biaya riset dan pengembangan tidak memenuhi konsep akuntansi untuk dapat dikelompokkan sebagai aktiva. d. Matching concept antara pendapatan dan biaya. Karena manfaat masa depan biaya riset dan pengembangan kurang dapat ditentukan atau dilihat, maka biaya tersebut langsung dibebankan sebagai biaya pada saat dikeluarkan. Sedangkan, bagi perusahaan alasan mengeluarkan biaya riset dan pengembangan adalah adanya manfaat masa depan, yaitu adanya pendapatan yang dihasilkan dari biaya tersebut. Dengan mengakui riset dan pengembangan segera sebagai biaya, maka matching concept tidak terpenuhi. e. Kurangnya relevansi informasi yang dihasilkan dalam proses pengambilan keputusan investasi dan kredit.



Pembahasan Kasus



9



1. Apa yang dibahas dalam kasus tersebut ? Adanya pertentangan mengenai putusan FASB dalam industri minyak dan gas yang menetapkan perubahan metode pelaporan akuntansi publik dari metode full costing menjadi successful effort. Dimana dalam kasus tersebut FASB berencana untuk melarang penggunaan metode full costing namun terjadi pertentangan dari pihak perusahaan minyak dan gas karena dianggap dapat meningkatkan kos modal. Naiknya kos berakibat pada menurunnya present value cash flow perusahaan sehingga nilai perusahaan juga akan mengalami penurunan. Hal inilah yang menyebabkan pelarangan full costing ini ditentang oleh perusahaan karena laporan keuangan menjadi memiliki konsekuensi ekonomis dari menurunnya nilai perusahaan. 2. Siapa yang terlibat dalam konflik dan proses lobi tersebut ? FASB, Dewan SEC, Perusahaan industry minyak dan gas yaitu koalisi longgar dari "full costers" yang dipimpin oleh International Paper Co., yang memiliki kepemilikan minyak yang luas, dan Houston Oil and Minerals. 3. Dimana kasus tersebut terjadi ? Kasus tersebut terjadi di Amerika 4. Kapan kasus tersebut terjadi ? Kasus tersebut terjadi pada tahun 1977 5. Mengapa kasus tersebut bisa terjadi ? Kasus tersebut terjadi karena adanya keinginan FASB untuk melarang penggunaan metode full costing dan diganti menjadi metode successful effort. Ini dianggap akan menurunkan nilai perusahaan dan menyulitkan perusahaan minyak dan gas untuk mencari dana investor guna melakukan ekplorasi minyak. Hal ini karena pada metode successful effort biaya kegagalan tidak akan diakui, jadi yang dilaporkan hanyalah biaya yang dikeluarkan ketika usaha ekplorasi telah sukses. Tentunya ini akan merugikan perusahaan. Keputusan ini diduga karena adanya keputusan FASB yang secara pribadi menuduh bahwa dewan yang didanai swasta, yang berbasis di Stanford Conn., berpihak pada perusahaan minyak besar. Tujuh anggota dewan termasuk Robert E. May, mantan pengawas keuangan Exxon, dan mantan pejabat dengan dua firma akuntansi yang menangani laporan keuangan perusahaan minyak besar.



10



6. Bagaimana penyelesaian dari kasus tersebut ? Kasus ini pada akhirnya diangkat dalam Kongres Amerika Serikat dan akhirnya FASB mencabut larangan penggunaan metode full costing tersebut karena adanya tekanan dalam Kongres Amerika Serikat.



11



DAFTAR PUSTAKA



Anggita,Nonik.



2019.



Proses



Politik



Dalam



Penetapan



Standar



Akuntansi.



https://id.scribd.com/document/433670298/Sap-9. Diakses pada 27 Maret 2021 FridRachman.



2013.



Konsekuensi



Ekonomi.



https://id.scribd.com/document/146635591/KONSEKUENSI-EKONOMI. Diakses pada 28 Maret 2021 J.P. Smith. 1977. FASB Ruling on "Full Cost" Accounting Arouses Oil Lobby. https://www.washingtonpost.com/archive/business/1977/10/31/fasb-ruling-onfull-cost-accounting-arouses-oil-lobby/f4c0a708-6533-45e5-bf0fbb648f23535b/. Diakses pada 4 April 2021. Unknown.



2012.



Konsekuensi



Ekonomi.



http://msa15.blogspot.com/2012/02/konsekuensi-ekonomi.html?m=1. Diakses pada 28 Maret 2021. Wirabrajanti, Empiris. 2006. MANAJEMEN LABA: PRAKTIK DISFUNGSIONAL



PERILAKU



MANAJEMEN.



https://core.ac.uk/download/pdf/143645094.pdf. Diakses pada 28 Maret 2021



12