RMK Teori Perilaku Interpersonal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEORI PERILAKU INTERPERSONAL



Ringkasan Materi Kuliah (RMK) Mata Kuliah Sistem Teknologi dan Informasi Pengampu Mata Kuliah Dr. Bambang Purnomosidhi, SE., MBA., Akm



Oleh: DINY FARIHA ZAKHIR 196020300111004



MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2020



PENDAHULUAN Teori ini merupakan teori yang dikembangkan oleh Triandis (1980). Teori ini mengusulkan bahwa minat-minat perilaku ditentukan oleh perasaan-perasaan yang dimiliki manusia terhadap perilaku tentang yang seharusnya dilakukan (faktor-faktor sosial), dan oleh konsekuensi-konsekuensi ekspektasian dari perilaku. Perilaku, selanjutnya dipengaruhi oleh apa yang manusia telah lakukan (disebut dengan kebiasaan), oleh minat-minat perulakunya, dan oleh kondisi-kondisi pemfasilitasi. PERASAAN Triandis (1980) berargumentasi bahwa sikap adalah istilah yang kurang lengkap yang hanya bermanfaat untuk diskusi-diskusi yang tidak membutuhkan suatu presisi. Untuk [enelitian yang melibatkan suatu hubungan antara sikap-sikap dengan perilaku, Triandis (1980) berargumentasi bahwa suatu presisi dibutuhkan lewat pemisahan dari perasaan dan komponenkomponen kognitif dari sikap-sikap. Untuk maksud ini, Triandis (1980) memggunakan istilah perasaan yang merupakan perasaan bahagia, gembira, atau senang, atau depresi, jijik, tidak nyaman, atau benci yang dihubungkan dengan seseorang individual ke suatu tindakan tertentu. FAKTOR-FAKTOR SOSIAL Menurut Triandis (1971), perilaku dipengaruhi oleh norma-norma sosial yang tergantung dari berita-berita yang diterima dari orang-orang lain dan merefleksikan apa yang individual-individual berpikir yang seharusnya dilakukan, yang kemudian oleh Triandis diistilahkan dengan istilah faktor-faktor sosial yaitu “internalisasi individual tentang kultur subyektif group referensi, dan persetujuan-persetujuan interpersonal spesifik yang telah di buat olehindividual dengan yang orang-orang lain di situasi-situasi sosial tertentu.” Kultur subyektif dari group referensi terdiri dari: - Norma-norma - Peran-peran (roles) - Nilai-nilai (values) KONSEKUENSI-KONSEKUENSI PERSEPSIAN Menurut Triandis (1980), masing-masing kegiatan dipersepsikan mempunyai konsekuensi-konsekuensi potensial yang mempunyai nilai, bersama-sama dengan suatu probabilitas terjadinya konsekuensi-konsekuensi tersebut. Kerumitan Kerumitan didefinisikan sebagai senerapa jauh suatu inovasi dipersepsikan sebagai suatu yang relatif susah untuk dipahami dan digunakan. Semakin rumit suatu inovasi, semakin rendah tingkat adopsi. Kesesuaian Pekerjaan Dimensi kesesuaian pekerjaan mengukur sejauh mana seseorang individual percaya bahwa menggunakan teknologi komputer personal dapat meningkatkan kinerja dari pekerjaanya. Konsekuensi-konsekuensi Jangka Panjang dari Penggunaan Konsekuensi-konsekuensi jangka oanjang adalah hasil-hasil yang dapat terjadi di masa depan, akibat suatu tindakan tertentu. Untuk beberapa individual, motivasu untuk mengadupsi



dan menggunakan komputer personal mungkin berhubungan dengan perencanaan masa depan dibandingkan dengan kebutuhan saat ini. KEBIASAAN-KEBIASAAN Menurut Triandis (1971), kebiasaan-kebiasaan adalah urutan situasi-perilaku yang terjadi tanpa intrukdi sendiri. Individual biasanya tidak menyadari urutan-urutan ini. Kebiasaan-kebiasaan merupakan prediktor yang kuat terhadap perulaku. KONDISI-KONDISI PEMFASILITASI Triandis (1980) mengatakan bahwa perilaku tidak dapat terjadi jika kondisi-kondisi obyektif di lingkungan mencegahnya. Kondisi-kondisi pemfasilitasi adalah faktor-faktor obyektif, yang ada di lingkungan, yang mana beberapa penilai atau pengamat-pengamat dapat menyetujui untuk membuat suatu tindakan mudah dilakukan. Di konteks penggunaan personal komputer, penyediaandukungan kepada pemakai-pemakai komputer personal mungkin satu ti dari kondisi pemfasilitasi yang dapat mempengaruhi pemanfaatan sistem. Kondisi lainnya misalnya adalah pemberian pelatihan dan bantuan kepada pemakai komputer personal. MODEL PEMANFAATAN KOMPUTER PERSONAL Thomson dan Higgins (1995) mencoba melakukan uji awal dari model pemanfaatan komputer personal yang didasarkan pada teori Triandis (1980). Teori ini menjukkan bahwa pemanfaatan dari suatu PC oleh seorang pekerja pengetahuan di lingkungan pemakaian opsional akan dipengarhi oleh perasaan, norma-norma sosial yang berhubungan dengan penggunaan komputer, konsekuesnsi-konsekuensi ekspektasian individual dari penggunaan komputer pernosal, dan kondisi-kondisi pemfasilitas di lingkungan kondusif untuk menggunakan komputer personal. Secara ringkas, penelitian ini mengadopsi teori perilaku interpesonal yang diusulkan oleh Triandis (1980) ke kontek penggunaan komputer personal oleh pekerja-pekerja pengetahuan di lingkungan penggunaan opsional. Teori ini mengusulkan bahwa perasaan atau afeksi, konsekuensi-konsekuensi persepsian, faktor-faktor sosial, dan kebiasaan-kebiasaan merupakan penentu-penentu utama dari perilaku. Dua modifikasi dilakukan dari teori untuk menguji model ini kedalam konkek sistem informasi. Modifikasi yang pertama adalah tiga komponen-komponen kognitif diidentifikasikan di penelitian ini, yaitu kerumitan, kesesuaian pekerjaan, dan konsekuensi-konsekuensi jangka panjang. Modifikasi yang kedua adalah konstruk kebiasaan dikeluarkan dari model. Model konsepsual yang digunakan di penelitian Thomsin dan Higgins tampak pada gambar di bawah ini.



PENGUJIAN EMPIRIS MODEL PEMANFAATAN KOMPUTER PERSONAL Thompson et al (1991) mencoba menguji modelyang mereka kembangkan, yaitu model pemanfaatan komputer personel secara empiris. Berikut ini adalah hasil-hasil dari peneltian mereka. Pengukur Konstruk-konstruk Masing-masing konstruk dalam penelitian ini diukur dengan beberapa item pertanyaan. Pertanyaan-pertannya untuk mengukut konstruk-konstruk tampak pada tabel berikut ini.



Sampel Penelitian ini dilakukan di suatu organisasi perusahaan pabrikan multinasional yang besar. Responden adalahpekerja-pekerja pengetahuan yang didefinisikan sebagai manajermanajer atau profesional-profesional. Sebanyak 450 kuetioner dikirimkan kepada responden-responden dan sebanyak 278 dikirim kembali yang menujukkan tingkat responden sebesar 61%. Sebanyak 36 responden melaporkan bahwa mereka tidak mempunyai akses ke komputer persinal, 9 responden tidak menjawab pertanyaan dan 21 responden menujukkan bahwa mereka menggunakan komputer personal karena diminta untuk melakukan pekerjaannya. Responden-responden ini dikeluarkan dari sampel sehingga sampel akhir menjadi 212 responden yang menujukkan 47 persen dari tingkat respon. Prosedur Pengumpulan Data Data pada penelitian ini dikumpulkan lewat metode DISKQ. Metode ini menggantikan survei tradisional menggunakan pensil dan kertas dengan pertanyaan-pertanyaan interaktif yang disajikan di komputer personal. Penggunaan metode DISKQ juga dapat menurunkan kemungkinan bias tidak merespon atau kemungkinan bias seleksi. Sehingga dengan menggunakan metode ini bias dapat diminimalkan. Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis kuadrat terkecil parsial atau PLS. PLS adalah teknik berbasis regresi yang berakar di analisis jalur PLS dikenal sebagai pendekatan yang baik untuk mempelajari model-model hubungan yang melibatkan banyak konstruk dengan banyak pengukuran-pengukuran. Pengujian Pengukur-pengukur Konsistensi internal di penelitian ini dinilai dengan Cronbach’s alpha. Nilai-nilai dari Cronbach’s alpha di penelitian ini berkisar dari 0, 60 sampai dengan 0,86. Nilai Cronbach’s alpha yang rendah disebabkan jumlah item yang sehikit di skala bersangkutan. Hasil-hasil Penelitian Tabel berikut ini menujukkan hasil dari koefisien-koefisien jalur yang merupakan koefisien-koefisien regresi yang hasilnya distandarkan menggunakan analisis PLS. 4 dari 6 koefisien jalur menujukkan hasil yang signifikan pada tingkat lebih kecil dari 1%, dan jumlah varian di pemanfaatan yang dijelaskan oleh model adalah 24%. Hasil ini menujukkan dukungan moderat terhadap model pemanfaatan komputer personal berbasis pada teori perilaku interpersonal yang diusulkan oleh Triandis (1980).



Secara umum, hasil penelitian ini menujukkan bahwa faktor-faktor sosial, kerumitan, kesesuaian pekerjaan, dan konsekuensi-konsekuensi jangka panjang mempunyai pengaruh yang signifikan pada penggunaan personal komputer. Akan tetapi, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa perasaan dan kondisi-kondisi pemfasilitasi mempengaruhi penggunaan personal komputer. Diskusi Hasil-hasil Hubungan positip dan signifikan antara faktor-faktor sosial(socialfactors) terhadap pemanfaatan (utilization) adalah konsisten dengan teori perilaku interpersonal yang diusulkan oleh Triandis (1980). Hasil yang tidak signifikan antara perasaan (affect) dengan pemanfaatan (utilization) adalah tidak konsisten dengan teori perilaku interpersonal yang diusulkan oleh Triandis (1980). Salah satu alasan yang masuk akal untuk menjelaskan hasil yang tidak signifikan ini adalah komputer personal tidak menimbulkan emosi-emosi yang kuat, baik positip maupun negatip, kepada manajer-manajer dan profesional-profesional. Jika komputer personal hanya dipandang sebagai suatu alat saja bagi mrreka, bukan sebagai suatu teknologi yang disukai atau tidak disukai, maka perasaan (affect) tidak akan mempunyai pengaruh. Hasil hubungan yang lemah antara konsekuensi-konsekuensi jangka panjang (long term consequences) dengan pemanfaatan (lltiliwtion) adalah konsiten dengan teori ekspektansi (expectancy tlleon) yang dikembangkan oleh Porter dan Lawler (1968). Komponen utarna dari teori ini menyatakan bahwa timbal-balik terjadi yang mengarah ke perilaku akan lebih memotivasi dibandingkan dengan timbal-balik di masa depan. Dengan demikian, konsekuensi-konsekuensi jangka-pendek akan lebih memotivasi penggunaan personal komputer dibandingkan dengan konsekuensi-konsekuensi jangka-panjang. Pengaruh negatip yang kecil dari kondisi-kondisi pernfasilitasi (facilitating conditions) terhadap pemanfaatan (tltilizntioll) tidak konsisten dengan penelitian-penelitian sebelumnya (rnisalnya Amoroso, 1986; Jobber dan Watts, 1986). Thompson et al. (1991) tidak dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan sama sekali antara kondisi-kondisi pemfasilitasi (facilitating conditions) dengan pemanfaatan (utilization), karena mereka hanya mengukur satu aspek saja dari kondisi-kondisi pemfasilitasi (facilitating conditions). Pengukur-pengukur lainn.ya dari kondisi-kondisi pemfasilitasi (facilitatil1g conditions) seharusnya juga digunakan. semacam kemudahan akses (ease of access) ke kompuer personal, dan kemudahan membeli perangkat lunak atau perangkat keras.