Ruptur ACL. Lisa Novita BR Ginting [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT RUPTUR LIGAMENTUM CRUCIATUM ANTERIOR (ACL)



Disusun Oleh: Lisa Novita Putri Br Ginting 1865050041 Pembimbing: dr. Ronald Vinantius Munthe, Sp.OT KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PERIODE 1 FEBRUARI – 13 MARET 2021 Jakarta



1



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN...............................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4 2.1 Definisi Ruptur ACL................................................................................. 4 2.2 Anatomi ACL............................................................................................ 4 2.3 Fisiologi ACL............................................................................................ 9 2.4 Epidemiologi Ruptur ACL........................................................................11 2.5 Etiologi Ruptur ACL.................................................................................11 2.6 Klasifikasi Ruptur ACL............................................................................12 2.7 Manifestasi Klinis.....................................................................................13 2.8 Mekanisme rupture....................................................................................13 2.9. Diagnosis ruptur ACL...............................................................................13 2.10 Diagnosis Banding Ruptur ACL...............................................................17 2.11 Penatalaksanaan Ruptur ACL...................................................................17 2.12 Komplikasi Ruptur ACL...........................................................................20 BAB III KESIMPULAN................................................................................21 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22



2



BAB I PENDAHULUAN



Cedera ACL adalah cedera lutut tersering yang dialami oleh atlet. Cedera ini umumnya terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan-gerakan zig-zag, perubahan arah gerak, dan perubahan kecepatan yang mendadak (akselerasideselerasi) seperti sepak bola, basket, bola voli, dan futsal. Mayoritas cedera yang terjadi adalah mekanisme non-kontak dengan valgus lutut dan twisting (puntiran). Situasi ini sering terjadi ketika atlet menggiring bola atau salah posisi lutut ketika mendarat. Trauma juga dapat menyebabkan robeknya ACL, terutama trauma langsung pada lutut dengan arah gaya dari samping. Robekan ACL lebih dari 50% atau robekan total dapat menyebabkan ketidakstabilan sendi lutut. Atlet akan merasa lututnya sering “goyang”, nyeri dan bengkak berulang sehingga kinerja berolahraganya menurun. Ketidakstabilan sendi lutut jugaakan menimbulkan cedera lanjutan berupa rusaknya bantal sendi/meniskus dan tulang rawan sendi. Banyak atlet yang akhirnya harus mengakhiri kariernya akibat cedera ACL sehingga cedera ini sering disebut career ending injury.1



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ruptur ACL Ruptur ACL adalah robeknya ligamentum cruciatum anterior yang menyebabkan sendi lutut menjadi tidak stabil sehingga tulang tibia bergeser secara bebas.2 2.2 Anatomi ACL 3,4 Articulatio genus Articulatio genus (sendi lutut) adalah sendi yang terbesar dan paling rumit di seluruh tubuh. Pada dasarnya sendi ini terdiri atas dua buah sendi condylaris antara condylus femoris medialis dan lateralis dengan condylus tibiae yang bersesuaian serta sebuah sendi plana antara patella dan facies patellaris femoris. Secara umum sendi lutut termasuk kedalam golongan sendi engsel, tetapi sebenarnya terdiri dari dua bagian sendi yang kompleks, yaitu: 1. Condyloid articulatio diantara dua femoral condylus dan meniscus dan berhubungan dengan condylus tibiae 2. Satu articulatio jenis partial arthrodial diantara permukaan dorsal dari patella dan femur. Sendi antara femur dan tibia adalah sebuah sendi sinovial tipe gingylimus (sendi engsel), tetapi mempunyai sedikit kemungkinan gerak rotasi. Sendi antara patella dan femur adalah sendi sinovial jenis plana.



4



Gambar 2.1 Lutut, Ligement Crutiatum dan Collateral Ligamentum-ligamentum Ligamentum ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu ligamentum yang terletak di luar capsula (ekstracapsular) dan di dalam capsula (intracapsular). 1. Ligamentum-ligamentum ekstracapsular a) Ligamentum patella melekat (diatas) pada pinggir bawah patella dan di bawah tuberositas tibiae. Sebenarnya ligamentum ini merupakan lanjutan dari bagian tendon utama bersama m. Quadriceps femoris. b) Ligamentum collaterale laterale berbentuk seperti tali dan melekat di atas pada condylus lateralis femoris dan di bawah pada caput fibulae. Tendon m. Popliteus berjalan di antara ligamentum dan meniscus lateralis. c) Ligamentum collaterale mediale berbentuk pita pipih dan di atas melekat pada condylus medialis femoris dan di bawah pada facies medialis corps tibiae. Ligamentum ini melekat erat pada meniscus medialis.



5



d) Ligamentum poplitem obliqum adalah perluasan tendo yang berasal dari m. Semimembranosus. Ligamentum ini memperkuat aspek posterior dari capsula. 2. Ligamentum intracapsular Ligamentum cruciatum adalah dua ligamentum intracapsular yang sangat kuat, saling menyilang satu dengan yang lain di dalam rongga sendi. Ligamentum tersebut disebut ligamentum cruciatum anterior dan posterior sesuai dengan termpat perlekatannya pada tibia. Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibia dalam seluruh kisaran gerak sendinya. a) Ligamentum cruciatum anterior Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan ke arah atas, belakang, dan lateral, untuk melekat pada bagian posterior facies medialis condylus lateralis femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ligamentum cruciatum anterior mencegah pergeseran femur ke posterior tibia. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi, ligamentum cruciatum anterior akan mencegah tibia tertarik ke anterior. b) Ligamentum cruciatum posterior Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris posterior tibiae dan berjalan ke arah atas, depan dan medial untuk melekat pada bagian anterior facies medialis femoris. Ligamentum cruciatum posterior mencegah pergeseran femur ke anterior tibia. Bila sendi lutut dalam keadaaan fleksi, ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibia tertarik ke posterior.



6



Gambar 2.2 Anastomosis arterial disekitar genu Meniscus Meniscus merupakan fibrocartilago yang berbentuk seperti huruf C. Pinggir luarnya tebal dan melekat pada capsula, dan pinggir dalamnya tipis, cekung dan membentuk pinggir yang bebas. Permukaan atasnya berhubungan langsung dengan condylus femoris. Permukaan bawahnya berhubungan langsung dengan condylus tibiae. Fungsinya adalah memperdalam facies articularis condylus tibiae untuk menerima condylus femoris yang cembung.Selain itu juga berfungsi sebagai bantalan antara kedua tulang tersebut. Masing-masing meniscus melekat pada permukaan atas tibia melalui cornu anterior dan posteriornya. Karena meniscus medialis melekat juga pada ligamentum collaterale mediale maka meniscus ini relatif tidak mudah bergerak. Cedera lutut dan membran synovial Membran synovial sendi lutut luas dan bila terdapat kerusakan permukaan sendi, meniscus atau ligamentum, rongga synovial yang besar menjadi terdistensi karena berisi cairan. Hubungan yang luas antara bursa supra patellaris dan rongga sendi mengakibatkan bursa ini ikut terenggang pula. Pembengkakan lutut dapat meluas sampai tiga atau empat jari di atas patella dan ke lateral serta medial masing-masing di bawah aponeurosis insersio m. Vastus lateralis dan medialis.



7



Cedera ligamentum collaterale mediale Abduksi paksa tibia terhadap femur dapat berakibat robeknya sebagian dari ligamentum collaterale mediale yang dapat terjadi pada tempat perlekatannya di femur atau tibia. Perlu diingat bahwa robeknya meniscus mengakibatkan timbulnya rasa nyeri yang terlokalisasi pada garis sendi, sedangkan keseleo pada ligamentum collaterale mediale mengakibatka nnyeri pada daerah di atas tempat perlekatan ligamentum ini di femoral atau tibia. Cedera ligamentum collaterale laterale Adduksi paksa tibia terhadap femur dapat mengakibatkan cederanya ligamentum collaterale laterale (lebih jarang dari pada cedera ligamnetum collaterale mediale) Cedera ligamentum cruciatum Cedera pada ligamentum cruciatum dapat terjadi bila terdapat gaya yang besar terhadap sendi lutut. Robeknya ligamentum cruciatum anterior sering terjadi; Robeknya ligamentum cruciatum posterior jarang terjadi. Cedera selalu diikuti dengan kerusakan struktur lutut yang lain; ligamentum collaterale biasanya robek atau capsula dapat rusak. Rongga sendi dengan cepat terisi darah (hematrosis) sehingga sendi menjadi bengkak. Pemeriksaan pasien dengan ruptur ligamentum cruciatum anterior menujukkan bahwa tibia dapat sangat tertarik ke depan terhadap femur. Pada ruptur ligamentum posterior, tibia akan sangat bergeser ke belakang terhadap femur. Karena stabilitas sendi lutut terutama bergantung pada tonus dari m. quadratus femoris dan keutuhan ligamentum collaterale, tindakan bedah pada cedera yang terjadi hanya di ligamentum cruciatum yang robek tidak selalu dilakukan. Lutut diimobilisasi dengan gips dalam posisi sedikit fleksi dan fisioterapi aktif pada m. Quadriceps femoris segera dilakukan. Namun, bila sampai sendi dan ligamentum collaterale ikut robek, tindakan pembedahan perlu dilakukan dengan segera.



8



Cedera meniscus articulatio genus Cedera meniscus lazim ditemukan. Meniscus medialis lebih sering cedera dari pada meniskus lateralis, dan hal ini agaknya disebabkan oleh meniscus yang melekat erat pada ligamentum collaterale mediale sendi lutut yang membatasi geraknya. Cedera terjadi bila femur berputar terhadap tibia, atau tibia dengan femur, dengan sendi lutut dalam keadaan sedikit fleksi dan menyanggah berat badan. Tibia biasanya dalam keadaan abduksi terhadap femur, dan meniscus medialis ditarik ke dalam posisi abnormal antara condylus femoralis dan tibialis. Gerakan mendadak di antara condylus mengakibatkan terdapatnya gaya menjepit yang hebat pada meniscus dan keadaan ini akan membelah meniscus dalam arah panjangnya. Bila bagian meniscus yang robek menjadi terjepit di antara permukaaan sendi, tidak mungkin dilakukan gerakan lagi, dan dikatakan sendi dalam keadaan “terkunci”. Cedera pada meniscus lateralis lebih jarang, mungkin karena meniscus lateralis tidak melekat pada ligamentum collaterale laterale sendi lutut dan karena itu lebih bebas bergerak. 2.3 Fisiologi ACL Pergerakan pada sendi lutut meliputi gerakan fleksi, ekstensi dan sedikit rotasi. Gerakan fleksi dilaksanakan oleh m. biceps femoris, semi membranosus, dan semi tendinosus serta dibantu oleh m.gracilis, m.sartorius dan m. popliteus. Fleksi sendi lutut dibatasi oleh bertemunya tungkai bawah bagian belakang dengan paha. Ekstensi dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan dibatasi mula-mula oleh ligamentum cruciatum anterior yang menjadi tegang. Ekstensi sendi lutut lebih lanjut disertai rotasi medial dari femur dan tibia serta ligamentum collaterale mediale dan lateral serta ligamentum popliteum obliquum menjadi tegang, serat-serat posterior ligamentum cruciatum posterior juga di eratkan. Sehingga sewaktu sendi lutut mengalami ekstensi penuh ataupun sedikit hiperekstensi , rotasi medial dari femur mengakibatkan pemutaran dan pengetatan semua ligamentum utama dari sendi, dan lutut berubah menjadi struktur yang secara mekanis kaku. Rotasi femur sebenarnya mengembalikan femur pada tibia, dan cartilago semilunaris dipadatkan mirip bantal karet diantara condylus femoris



9



dan condylus tibialis. Lutut berada dalam keadaan hiper-ekstensi dikatakan dalam keadaan terkunci. Selama tahap awal ekstensi, condylus femoris yang bulat menggelinding ke depan mirip roda di atas tanah, pada permukaan cartilago semilunaris dan condylus lateralis. Bila sendi lutut di gerakkan ke depan, femur ditahan oleh ligamentum cruciatum posterior, gerak menggelinding condylus femoris diubah menjadi gerak memutar. Sewaktu ekstensi berlanjut, bagian yang lebih rata pada condylus



femoris



bergerak



kebawah



dan



cartilago



semilunaris



harus



menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk condylus femoris yang berubah. Selama tahap akhir ekstensi, bila femur mengalami rotasi medial, condylus lateralis femoris bergerak ke depan, memaksa cartilago semilunaris lateralis ikut bergerak ke depan. Sebelum fleksi sendi lutut dapat berlangsung, ligamentumligamentum utama harus mengurai kembali dan mengendur untuk memungkinkan terjadinya gerakan diantara permukaan sendi. Peristiwa mengurai dan terlepas dari keadaan terkunci ini dilaksanakan oleh m. popliteus, yang memutar femur ke lateral pada tibia. Sedangkan rotasi medial dilakukan m. sartorius, m. gracilis dan m. semitendinosus. Rotasi lateral dilakukan oleh m. biceps femoris. Pada posisi fleksi, dalam batas tertentu tibia secara pasif dapat di gerakkan ke depan dan belakang terhadap femur, hal ini dimungkinkan karena ligamentum utama terutama ligamentum cruciatum sedang dalam keadaan kendur. Jadi disini tampak bahwa stabilitas sendi lutut tergantung pada kekuatan tonus otot yang bekerja terhadap sendi dan juga oleh kekuatan ligamentum.4 Dari faktor-faktor ini, tonus otot berperan sangat penting dan menjadi tugas ahli fisioterapi untuk mengembalikan kekuatan otot ini, terutama m. quadriceps femoris setelah terjadi cedera pada sendi lutut.



10



Gambar 2.3 Pergerakan/ROM dari sendi genu 2.4 Epidemiologi Ruptur ACL Berdasarkan suatu studi epidemiologi di Colorado pada tahun 2013, cedera ligamentum cruciatum anterior terjadi sebanyak 20,5% dari total 3012 cedera lutut yang terjadi pada atlit usia sekolah menengah atas. Cedera ligamentum cruciatum anterior paling sering terjadi pada olahraga american football, sepak bola, voli, basket, gulat, baseball, softball. Secara nasional, cedera ACL pada atlit laki-laki terjadi sebanyak 124.626 kasus dan atlit wanita sebanyak 91.002 kasus pada anak usia sekolah menengah atas.5 2.5 Etiologi Ruptur ACL Ruptur ligamentum cruciatum anterior (ACL) sering terjadi pada kegiatan olahraga yang pada dasarnya terdapat gerakan jongkok, memutar, menghentikan gerakan, dan melompat. Ruptur ACL sering terjadi pada olahraga high-impact, seperti sepak bola, futsal, bola voli, tenis, bulutangkis, bola basket dan olahraga lain seperti beladiri.2 Sekitar 70% dari kejadian ruptur ligamentum cruciatum anterior terjadi melalui mekanisme non-kontak dan 30% karena mekanisme kontak dengan objek lain. Dalam fungsi normalnya, ligamentum cruciatum anterior dapat menahan kekuatan sebesar 2200 N. Apabila lutut menerima kekuatan yang besar dan otot tidak dapat membantu meredam tekanan, maka ACL akan mengambil alih semua beban sehingga memungkinkan terjadinya robekan. Beban yang besar tersebut



11



terjadi ketika menerima hantaman keras di bagian lutut, hiperekstensi lutut, berhenti secara mendadak lalu merubah arah gerak sambil berlari dan melakukan gerakan berputar tiba-tiba. 2.6 Klasifikasi Ruptur ACL4 Penilaian derajat cedera ACL dapat dilakukan berdasarkan robekan yang terjadi dan tingkat keparahannya, yaitu:



Gambar 2.4 Derajat Sprain Genu A. Derajat 1: Robekan mikro pada beberapa serabut ligamen disertai nyeri ringan dan sedikit bengkak. Umumnya tidak menimbulkan gejala ketidakstabilan dan dapat kembali beraktivitas setelah proses penyembuhan.4 B. Derajat 2: Robekan parsial lebih banyak terjadi pada serabut ligamen dengan sedikit perdarahan, nyeri yang lebih dan memar pada sendi lutut. Terjadi penurunan fungsi dan dapat menimbulkan gejala ketidakstabilan. 4 C. Derajat 3: Robekan total dengan hematoma dan hemarthrosis disertai gejala ketidakstabilan yang sangat bermakna. 4 2.7 Manifestasi Klinis



12



- Pada umumnya, penderita akan mendengar suara “pop” atau robekan saat terjadi cedera - Ketidakstabilan lutut (goyah) dan tidak bisa berdiri setelah cedera terjadi - Nyeri pada lutut - Bengkak beberapa jam setelah terjadinya cedera yang menandakan terjadinya pendarahan dalam sendi. 7 2.8 Mekanisme ruptur Seperti semua ligamen lain, ACL terdiri dari  kolagen tipe I. Ultrastruktur  ligamennya sangat mirip dengan tendon, tetapi serat di dalam ligamen lebih bervariasi dan memiliki kandungan elastin yang lebih tinggi. Ligamen menerima suplai darah dari lokasi insersinya. Masing-masing ligamen berisi mechanoreceptors dan ujung saraf bebas yang diduga membantu dalam menstabilkan sendi. Avulsi ligamen pada umumnya terjadi diantara lapisan fibrocartilage  yang tidak bermineral dan  yang bermineral.  Rupture ACL yang paling umum, adalah ruptur midsubstan.  Jenis  ruptur ini terjadi terutama sewaktu ligamentum ditranseksi oleh kondilus femoral lateral yang berputar. ACL kaya akan suplai darah, terutama dari arteri geniculate medial,  sewaktu ACL pecah, haemarthrosis biasanya berkembang  dengan cepat. Namun, meskipun lokasinya di intra-artikular, ACL sebenarnya di berada extrasynovial.10 2.9. Diagnosis ruptur ACL6 A. Anamnesis Pertanyaan yang dapat diajukan, yaitu: -Sejak kapan nyeri dialami? -Bagaimana mekanisme terjadinya cedera? -Apakah terdengar suara “pop” atau robekan saat terjadi cedera? -Apakah lutut terasa goyah atau tidak stabil? B. Pemeriksaan fisik



13



Pemeriksaan fisik dinilai dari: Look,



lihat



apakah



ada



deformitas,



shortening,



pembengkakan,



kemerahan, memar, benjolan, skar. Feel, nilai apakah ada nyeri tekan, suhu kulit sama dengan sekitar, krepitasi dan pulsasi arteri. Movement, nilai luas pergerakan sendi dari ROM aktif dan pasif Pada kasus yang dicurigai adanya robekan pada ligamentum cruciatum anterior, dapat dilakukan beberapa tes provokasi sendi lutut yaitu Anterior Drawer Test, Lachmann’s Test dan Pivot Shift Test.9 Anterior drawer test dilakukan dengan memposisikan pasien berbaring dengan lutut difleksikan 90º. Pemeriksa memegang tibia di atas caput medial dan lateral dari musculus gastrocnemius dengan kedua tangan dan ibu jari diletakkan pada sisi dari ligamen patella. Kemudian pemeriksa menarik tangan ke arah anterior sehingga tibia tertarik ke arah anterior. Hasil tes dikatakan positif jika terjadi perpindahan abnormal dari tibia ke arah anterior.



Gambar 2.5 Pemeriksaan Anterior Drawer Test Lachmann’s test Pasien dalam posisi berbaring dengan lutut pada posisi fleksi kira-kira dalam sudut 300 dan femur sedikit dieksorotasikan untuk merelaksasikan otot-otot hamstring. Tangan kiri pemeriksa memegang femur bagian distal dengan erat dan tangan kanan memegang tibia di bawah persendian. Lalu pemeriksa menarik tibia ke arah anterior dengan menahan femur pada posisisnya. Hasil tes dikatakan 14



positif apabila terjadi pergeseran berlebihan dari tibia ke arah anterior jika dibandingkan dengan keadaan normalnya.



Gambar 2.6 Pemeriksaan Lachman Pivot Shift Test Pasien dalam posisi supine, pemeriksa menggunakan satu tangan menekan caput fibula dan lainnya menekan pergelangan kaki pasien. Kaki bagian bawah diputar secara internal dan lutut sepenuhnya diekstensikan. Paha kemudian fleksi 30 derajat di pinggul sementara lutut juga fleksi, dan pemeriksa memberikan tekanan valgus dan beban aksial simultan dengan tangan atas nya. Jika ligamen anterior rusak, maka terjadi pergeseran tibia ke arah lateral.



Gambar 2.7 Pemeriksaan Pivot Shift C. Pemeriksaan penunjang1



15



Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memperkuat temuan yang didapat pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu: 1. Foto rontgen Pemeriksaan rontgen dengan posisi anteroposterior (AP) dan lateral sangat bermanfaat untuk mengetahui adanya fraktur tulang pada tempat menempelnya ligament. Gambaran rontgen lateral biasanya dapat memberikan gambaran fraktur eminantia intercondylaris tibia dibanding rontgen posisi AP. 2. MRI untuk melihat kerusakan jaringan lunak Pemeriksaan



penunjangMagnetic



Resonance



Imaging



(MRI)



bisa



memberikan gambaran yang jelas untuk mengetahui cedera jaringan lunak (ligamen, tendon dan bantal sendi). MRI memiliki sensitivitas sebesar 95% dan spesitivitas sebesar 88 % dalam penegakan diagnosis robekan ACL.



Gambar 2.8 Normal ACL pada MRI (a) dan Robekan ACL pada MRI (b)



2.10 Diagnosis Banding Ruptur ACL



16



1. Ruptur ligamentum collaterale mediale 2. Ruptur ligamentum cruciatum posterior 2.11 Penatalaksanaan Ruptur ACL Tatalaksana ruptur ACL tergantung pada keperluan pasien. Sebagai contoh, atlet muda yang terlibat dalam aktivitas olahraga perlu dioperasi supaya fungsi dapat kembali normal. Bagi individu yang lebih tua, dengan aktivitas yang lebih sederhana biasanya tidak perlu dioperasi.11 Setelah 1-2 hari setelah cedera, pasien dapat berjalan seperti biasa. Keadaan ini bukan berarti ACL sudah sembuh. Pada perkembangannya pasien akan merasakan lututnya tidak stabil, gampang 'goyang' dan sering timbul nyeri. Dengan cedera ACL pasien akan sulit sekali untuk melakukan aktifitas highimpact sports, seperti main bola, futsal, basket atau badminton. Sebagian besar cedera ACL memerlukan tindakkan operasi Arthroscopy agar pasien dapat pulih seperti sedia kala. Standar operasi Arthroscopy ACL Reconstruction yang dipakai adalah Arthroscopic ACL Double Bundle Reconstruction. Tehnik ini telah dilakukan lebih dari 200 kali sejak tahun 2007. Tehnik operasi ini sangat populer di USA, Eropa dan Jepang karena dengan tehnik ini, hasilnya sangat memuaskan pasien.11 Setelah luka bedah sembuh, selanjutnya dilakukan fisioterapi. Tujuan awal utamanya adalah untuk mengurangi pembengkakan dan untuk mencegah pembentukan jaringan parut. Tujuan berikutnya adalah untuk mengembalikan fungsi gerak, sekaligus memperkuat otot-otot yang mendukung sendi lutut. Dengan berbagai peningkatan gerak dan kekuatan. Rehabilitasi dilakukan dengan control grekan neuromuskular fungsional yang sesuai dengan kebutuhan seharihari pasien.12,13 Keberhasilan rekonstruksi ACL dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk di dalamnya adalah teknik operasi, rehabilitasi pasca bedah dan ketidakstabilan sekunder pada saat menghubungkan ligamen. Rekonstruksi ACL biasanya dilakukan dengan bantuan arthroscopic. Graft mungkin diambil dari



17



bagian lain dari ekstremitas pasien (autograft), dari mayat (allograft) atau mungkin sintetis.14 Prosedur rekonstruksi ACL biasanya tidak dilakukan saat luka belum pulih Selama



prosedur,



pasien



dibius



dengan



anestesi



umum



atau



tulang



belakang/epidural.11 Pada proses penyembuhan, pasien disarankan untuk beristirahat selama 3 atau 4 hari pertama, usaha ini ditunjukan untuk meminimalisasi pembengkakan dan mengembalikan kembali fungsi quadriceps. Dilakukan elevasi lutut serta penekanan pada kaki dan pergelangan kaki utuk menambah aliran darah balik dari ekstremitas (e.g. pompa pergelangan kaki). Dibiasakan berjalan dengan menggunakan tongkat. Menggunakan sepatu yang nyaman. International Knee Documentation Committee: Level I



: loncatan, berputar, dan lompat tinggi



Level II



: kerja berat, olahraga berat



Level III



: perkerjaan keras, olahraga ringan



Level IV



: aktivitas yang tak banyak bergerak dan tanpa olahraga4



Pengobatan tanpa operasi mungkin dapat dipertimbangkan bagi pasien yang memiliki aktivitas pada level III & IV. Atlet muda harus dipertimbangkan untuk operasi untuk mencegah ketidakstabilan yang berulang. 2.11.1 Terapi Operasi Pembentukan ligament. Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh di jahit dan disambung seperti semula. Reparasi ACL yang diperbolehkan untuk restorasi stabilitas lutut adalah rekonstruksi ligamen. Ligamen tersebut akan diganti dengan graft jaringan ligament. Graft tersebut akan menjadi dasar untuk ligament yang baru yang akan tumbuh. Graft diambil dari beberapa sumber. Biasanya dari tendon patella, yang merupakan sambungan ‘kneecap’ dan ‘shinbone’. Tendon hamstring pada posterior juga sering digunakan. Kadang tendon kuadrisep yang insersinya dari ‘kneecap’’ ke paha dapat digunakan. Graft dari kadever (allograft) juga dapat



18



digunakan. Setelah terjadi penyembuhan dibutuhkan waktu sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum atlet dapat berolahraga. Tindakan operasi untuk rekonstruktif ACL dapat dilakukan menggunakan artroscopi dengan insisi yang kecil. Kelebihan dari artroskopi adalah tindakkannya yang kurang invasif, minimal nyeri, masa rawat inap lebih pendek dan penyembuhan lebih cepat. Rekonstruktif ACL adalah terapi tidak selalu harus dilakukan segera. Hal ini tujuannya adalah untuk memberi waktu pada proses inflamasi yang berjalan, dan memberi kelonggaran bagi pergerakan sebelum dilakukan operasi. Rekonstruktif ACL yang terlalu dini dapat meningkatkan resiko artofibrosis atau pembentukan jaringan parut pada sendi dan bisa meningkatkan resiko kehilangan fungsi gerak. 2.11.2 Terapi tanpa Operasi Ruptur ACL tidak akan sembuh sendiri dan harus dioperasi. Namun, terapi tanpa operasi efektif kepada pasien yang sudah tua dengan aktivitas kehidupan yang sederhana. Jika stabilitas pada lutut intak, indikasinya adalah tanpa operasi.12 Bracing



dapat



dapat



digunakan



untuk



memproteksi



lutut



dari



ketidakstabilan. Selanjutnya bisa diteruskan dengan pemakaian tongkat yang dapat mengurangi beban pada kaki.13 Terapi Fisikal dapat dilakukan jika oedem berkurang, rehabilitasi dapat dimulai. Olahraga yang spesifik dapat mengembangkan fungsi lutut dan menguatkan otot kaki. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan serta untuk mempercepat proses penyembuhan diantaranya adalah: a. Memulai fisioterapi satu atau dua minggu setelah operasi. Proses rehabilitasi akan disesuaikan dengan kerusakan yang dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah usia pasien, besarnya kerusakan serta tipe operasi, etos kerja selama rehabilitasi, seni terapis dan perhatian terhadap detail, dan secara keseluruhan kesehatan dan kondisi pasien.



19



b. Jogging ringan sekitar empat bulan setelah operasi dengan kekuatan dan mobilitas yang belum sepenuhnya pulih sampai sekitar enam sampai



sembilan



bulan



setelah



operasi.



Kebanyakan



dokter



menyarankan pasien tidak kembali ke aktivitas fisik sebelum setidaknya 90% kekuatan kakinya kembali. 13 2.12 Komplikasi Ruptur ACL Komplikasi yang dapat muncul dari tindakan atroskopi antara lain: -



Akumulasi cairan dalam sendi (arthritis traumatik/synovitis)



-



Ruptur ligamen collaterale lateralis



-



Ruptur ligamen collaterale medialis



-



Ruptur ligamen cruciatum posterior



-



Kerusakan kartilago



-



Lesi pada meniscus



20



BAB III KESIMPULAN  Cedera ACL (anterior cruciate ligament) atau ACL rupture adalah robekan di salah satu ligamen lutut yang menghubungkan tulang kaki atas dengan tulang kaki bagian bawah dengan 70% angka kejadiannya dipengaruhi oleh mekanisme non-kontak.  Ruptur ACL dapat didiagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik (tes lachman, pivot shift test, dan drawer test) serta pemeriksaan dengan menggunakan arthroscopi, dan penunjang radiologi berupa rongent dan MRI.  Berdasarkan tingkat keparahannya, rupture ACL dapat diklasifikasikan menjadi grade I, II, dan III.  Penatalaksaan pada kasus dapat dilakukan dengan tindakan operatif dan non-operatif yang disesuaikan dengan usia dan derajat aktivitas pasien.  Dengan perawatan yang tepat dan rehabilitasi, prognosis ruptur ACL baik (ad bonam).



21



DAFTAR PUSTAKA 1. Zein, M.I. 2013. Cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) Pada Atlet Berusia Muda. Medikora: Yogyakarta, Indonesia, 11(2):111-121 2. McMillan, S. 2013. Anterior Cruciate Ligament Reconstruction. Burlington: Lourdes Medical Associates Professional Orthopaedics 3. Snell, R.S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta, 176-179. 4. Thompson, J.C. 2010. Netter Concise Orthopaedic Anatomy 2nd Ed. Elsevier: Philadelpia, United States of America. 5. Joseph, A.M., Collins, C.L., Henke, N.M, dkk. 2013. A Multisport Epidemiologic Comparison of Anterior Cruciate Ligament Injuriesn High School Athletics. Journal of Athletic Training: United States Of America, 48(6):810-817 6. Cimino, F., Volk, B.S., Setter, D. 2010. Anterior Cruciate Ligament Injury: Diagnosis, Management, and Prevention. Am Fam Physician. 82:917-922 7. Schmidt, M.R. 2010. Biomechanical Analysis of Anterior Cruciate Ligament Injury Mechanism. Aalborg University: Denmark (http://projekter.aau.dk/projekter/files/13571605/Report__Biomechanical_ Analysis_of_Anterior_Cruciate_Ligament_Injury_Mechanisms.pdf diakses pada 12 April 2016) 8. Moore, K.L, Dalley A.F, Agur, Anne M.R. 2011. Clinically Oriented Anatomy Sixth Edition. Lippincott Wiliams and Wilkins: Philadephia. 9. Solomon, L., Warwick, D., Nayagam, S, dkk. 2010. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures 9th Ed. Arnold: London, United Kingdom 10. Klaud Miller , 2000. Acute Knee And Chronic Ligament Injuries. Available from: http://www.jockdoc.ws/subs/kneeligament.htm 11. Canale,. Beaty. Campbell's Operative Orthopaedics, 11th ed,2007;145-147 12. Finalli. G C.The Multiple Ligament Injured Knee, A Practical Guide To Management, 2003;2-15 13. Duquin TR, Wind WM, Fineberg MS, Smolinski RJ, Buyea CM. Current trends in anterior cruciate ligament reconstruction. J Knee Surg. Jan 2009;22(1):7-12 14. Souryal T.O. ACL Injury, ACL Tear, ACL Surgery. Texas Sports Medicine And Orthopaedic Group. Available from: http://www.txsportsmed.com/emedicineacl.php



22