S1 2017 330844 Introduction Skripsi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • cesil
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang masih banyak melakukan pembangunan dalam bidang infrastruktur maupun ekonomi. Pembangunan tersebut terangkup dalam Pembangunan Nasional Indonesia. Pembangunan Nasional Indonesia mencakup aspek-aspek kehidupan bangsa yang terdiri dari aspek politik, ekonomi, social budaya, dan pertahanan keamanan secara berencana, menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap dan berkelanjutan.



Namun, Pembangunan Nasional



masih dinilai belum



memperhatikan aspek Kesehatan didalamnya. Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), Pembangunan Kesehatan belum menjadi bagian utama dalam Pembangunan Nasional. Hal tersebut dilihat dari besarnya anggaran untuk Pembangunan Kesehatan yang hanya mencapai 2% dari anggaran tahunan Pembangunan Nasional. Selain itu, pembangunan di sektor-sektor lain juga dinilai belum mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Bahkan beberapa kebijakan dan kegiatan pembangunan justru memiliki dampak yang kurang baik terhadap kesehatan masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2003). Tingkat Pembangunan Kesehatan di Indonesia dapat dinilai dengan melihat Human Development Index (HDI). HDI merupakan Indeks Pembangunan Manusia yang meliputi perbandingan angka harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup. Pada tahun 2000, nilai Human Development Index Indonesia berada pada peringkat 110 di antara lebih dari 160 negara di dunia. Sedangkan tahun 2001 angka tersebut merosot ke peringkat 112 (UNDP, 2007). Hal tersebut menunjukkan bahwa kemajuan Pembangunan Kesehatan dan pembangunan sektor pendidikan dan ekonomi di Indonesia masih jauh dari memuaskan bila dibandingkan dengan negaranegara lain. 1



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



Dalam



mengatasi



masalah-masalah



Pembangunan



Kesehatan,



diperlukan desentralisasi di bidang kesehatan sebagai salah satu strategi yang dianggap tepat. Salah satunya Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Pencapaian Indonesia Sehat 2010 dalam kerangka desentralisasi di bidang kesehatan sangat ditentukan oleh pencapaian Provinsi Sehat, Kabupaten/Kota Sehat, dan bahkan Kecamatan Sehat (Departemen Kesehatan RI, 2003). Program Kota Sehat pertama kali dikenalkan pada tahun 1984 di Toronto, Kanada oleh WHO (Duhl, 2005). Di asia sendiri Program Kota Sehat pertama kali diperkenalkan di Bangladesh pada tahun 1999. WHO sendiri mendefinisikan Kota Sehat sebagai salah satu program yang terus dikembangkan



dengan



kebijakan-kebijakan



publik



dan



menciptakan



lingkungan-lingkungan fisik dan sosial yang memungkinkan orang-orang untuk saling mendukung satu sama lain dalam melaksanakan semua fungsi kehidupan dan mencapai potensi mereka secara penuh (Healthy Toronto 2000 Subcommittee, 1988 dalam Kenzer, 2000). Gerakan Kota Sehat pada dasarnya menghubungkan antara kondisi kehidupan kota dengan kesehatan. Kesehatan yang dimaksud tidak hanya berupa kesehatan fisik, tetapi juga mencakup kesehatan mental, sosial, ekonomi, politik dan spiritual dari penduduk kota. Maka, kota membuat peraturan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan, sehingga kota memiliki potensi yang tinggi untuk memproduksi manusia yang sehat (Kenzer, 2000). Kota Sehat yang telah diterapkan oleh beberapa negara seperti amerika latin, terdiri dari seluruh kegiatan komunitas masyarakat yang menekankan pada partisipasi aktif dari semua sektor dan berfokus pada pencapaian keadilan dan membangun kompetensi diri dan sosial untuk menangani permasalahan (Duhl, 2005). Menurut Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2005 dan Nomor 1138/Menkes/PB/VII/2005, Kabupaten/Kota Sehat diselenggarakan dengan beberapa tatanan dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat 2



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



dan pemerintah. Sehingga Kota Sehat dalam pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh partisipasi aktif dari masyarakat. Kota Tangerang merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Banten. Letak Kota Tangerang sangat strategis karena berada di antara Ibukota Negara DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi), Kota Tangerang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta. Kota Tangerang mendapatkan penghargaan Swasti Saba Wiwerda pada tahun 2013. Penghargaan Swasti Saba merupakan penghargaan yang diberikan kepada kabupaten/kota yang berhasil menciptakan Kabupaten/Kota Sehat dalam pembangunan daerahnya. Swasti Saba Wiwerda diberikan kepada Kota Sehat tahap Pembinaan. Menurut data BPS, Kota Tangerang memiliki Human Development Index yang cukup baik dan meningkat, yaitu tahun 2011 sebesar 75,44 kemudian tahun 2013 meningkat menjadi 76,44. Angka Harapan Hidup Kota Tangerang juga cukup baik, yaitu tahun 2011 sebesar 68,41 dan meningkat pada tahun 2013 sebesar 68,56. Sebagai Kota Sehat, Kota Tangerang memiliki potensi untuk terus mengembangkan dan meningkatkan pembangunan kesehatan di wilayahnya. Tahun 2015 Kota Tangerang kembali mengajukan kotanya untuk dipertimbangkan sebagai Kota Sehat dalam tahap pengembangan untuk mendapatkan penghargaan Swasti Saba Wistara. Namun, Kota Tangerang juga memiliki peran sebagai Kota Industri. Industri yang terdapat di Kota Tangerang terdiri dari industri kecil sampai dengan industri besar. Industri tersebut tersebar di seluruh Kecamatan di Kota Tangerang. Keberadaan industri di Kota Tangerang memiliki dampak positif dan negatif bagi Kota Tangerang. Dampak positifnya adalah keberadaan industri memiliki peran dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang. Selain itu industri telah menjadi sektor basis ekonomi Kota Tangerang. Sedangkan dampak negatif dari keberadaan industri di Kota Tangerang adalah terjadinya kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan 3



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



yang dimaksud diakibatkan oleh adanya produksi limbah baik gas, cair, maupun padat. Dengan adanya limbah yang berdampak negatif bagi lingkungan tentu juga akan berdampak negatif bagi kesehatan masyarakat Kota Tangerang. Dampak tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi Kota Tangerang dalam mempertahankan kotanya sebagai Kota Sehat khususnya dalam mewujudkan Kawasan Industri Sehat. Maka, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan program Kota Tangerang Sehat dan pencapainya dalam menciptakan Kawasan Industri Sehat.



1.2 Rumusan Masalah Kota Tangerang merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Banten. Kota Tangerang memiliki visi “Terwujudnya Kota Tangerang yang Maju, Mandiri, Dinamis, dan Sejahtera, dengan Masyarakat yang Berakhlakul Karimah”. Kota Tangerang berbatasan langsung dengan Kota Jakarta dan Kabupaten Tangerang, sehingga memberikan dampak terhadap pertumbuhan yang cukup pesat terhadap wilayahnya. Pada satu sisi wilayah Kota Tangerang menjadi daerah limpahan berbagai kegiatan di Ibukota Jakarta dan menjadi daerah kolektor pembangunan wilayah Kabupaten Tangerang, yaitu sebagai daerah dengan sumber daya alam yang produktif. Pembangunan Kesehatan di Kota Tangerang cukup baik. Menurut data Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Kota Tangerang tahun 2010, terdapat 12 Fasilitas Rumah sakit yang tersedia di Kota Tangerang. Selain itu juga terdapat 25 Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya dengan total 4187 fasilitas. Berdasarkan data tersebut cukup jelas bahwa Kota Tangerang memiliki prospek baik terhadap Pembangunan Kesehatan di wilayahnya. Menurut data BPS, Kota Tangerang memiliki Human Development Index yang cukup baik dan meningkat tiap tahunnya. Data tersebut menunjukkan tingkat kesehatan dan pendidikan masyarakat Kota Tangerang cukup baik. Sehingga pada tahun 2013, Kota Tangerang memperoleh penghargaan Swasti Saba Wiwerda dari Kementrian Kesehatan RI sebagai Kota Sehat.



4



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



Pembangunan Kesehatan Kota Tangerang sesungguhnya kurang di dukung oleh sektor basis Kota Tangerang. Kota Tangerang merupakan Kota yang memiliki sektor basis Industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran. Jumlah industri besar di Kota Tangerang mencapai 249 industri berdasarkan data dari Dinas Industria, Perdagangan, dan Koperasi Kota Tangerang. Sehingga Kota Tangerang masih memiliki berbagai permasalahan terkait dengan lingkungan seperti masalah pencemaran limbah di sungai, pencemaran udara, dan lain-lain. Meskipun pencemaran terjadi hanya di sekitar daerah industri, akan tetapi pencemaran polusi tersebut berdampak negatif terhadap pelestarian lingkungan dan kesehatan di sekitarnya. Sebagai contoh wujud pencemaran tersebut adalah pencemaran terhadap sungai Mookervart, anak sungai Cisadane yang dulu sejak tahun 1968 di manfaatkan sebagai pensuplai air bersih untuk kehidupan masyarakat sekitar. Namun sekarang sungai tersebut tidak dapat dimanfaatkan karena tercemar oleh bahan kimia industri. Berbagai permasalahan terkait lingkungan di Kota Tangerang secara langsung akan mempengaruhi tingkat keberhasilan pembangunan kesehatan di Kota Tangerang. Pembangunan industri yang cukup tinggi di Kota Tangerang memang memberikan dampak positif terhadap ketersediaan lapangan kerja. Namun di sisi lain keberadaan industri tersebut dapat berakibat negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar. Sehingga pemerintah Kota Tangerang terus melakukan upaya untuk mengembalikan lingkungan sehat di Kota Tangerang ini. Salah Satu Program yang dilakukan Pemerintah Kota Tangerang adalah Program Kota Tangerang Sehat. Program ini telah terlaksana dengan pembentukan FKTS, yaitu Forum Kota Tangerang Sehat yang berperan sebagai penyalur partisipasi masyarakat mulai dari tingkat Kelurahan, Kecamatan, sampai Kota dalam Pembangunan Kesehatan. Salah satu tatanan yang dipilih oleh Pemerintah Kota Tangerang dalam mewujudkan Kota Sehat adalah pembentukan Kawasan Industri Sehat. Meskipun Demikian, apabila kegiatan industri di kota Tangerang tidak dikontrol dan tidak mendapatkan pengawasan khusus maka tingkat 5



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



pencemarannya juga akan meningkat dan akan berpengaruh terhadap ketidak berhasilannya Pembangunan Kesehatan di Kota Tangerang. Penelitian ini diharapkan mampu menganalisis tingkat keberhasilan Kota Tangerang sebagai Kota Sehat dalam upaya Pembangunan Kesehatan. Adapun garis besar rumusan masalah dapat dituliskan sebagai berikut: 1.2.1 Sejauh mana keberhasilan Program Kota Tangerang Sehat? 1.2.2 Bagaimana Keberhasilan Program Kota Tangerang Sehat dalam menciptakan Kawasan Industri Sehat?



1.3 Tujuan 1.3.1 Mengevaluasi Keberhasilan Program Kota Tangerang Sehat Tahun 2015 1.3.2 Mengidentifikasi Kawasan Industri Sehat Kota Tangerang Sehat



1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Sebagai masukan dan bahan pertimbangan Pemerintah Kota Tangerang dalam membuat kebijakan terkait pengembangan kabupaten/Kota Sehat 1.4.2 Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan terkait Kawasan Industri Sehat 1.4.3 Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi peneliti selanjutnya



1.5 Tinjauan Pustaka 1.5.1. Landasan Teori 1.5.1.1 Konsep Kota Sehat Konsep Kota Sehat muncul pertama kali pada tahun 1842 oleh zxpemerintahan inggris melalui konferensi “Health of Town”. Pemerintah inggris membentuk asosiasi kota sehat yang bertugas untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dan mengatasi permasalah kesehatan (Department of Health Hongkong, 2007).



6



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



World



Health



Organization



(WHO)



sendiri



pertama



kali



memperkenalkan konsep Kota Sehat melalui proyek Kota Sehat Toronto,



Canada



tahun 1984.



Konsep



Kota



Sehat yang



diperkenalkan oleh WHO dan perencanaan Toronto adalah satu kesatuan yang secara terus menerus membangun kebijakan publik dan membentuk lingkungan fisik dan sosial yang memungkinkan orang-orangnya untuk saling mendukung satu sama lain dalam melaksanakan semua fungsi kehidupan dan mencapai potensi penuh mereka ( Healthy Toronto 2000 Subcommittee, 1988, dalam Kenzer, 2000). Kota Sehat menurut Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2005 dan Nomor 1138/Menkes/PB/VII/2005 merupakan suatu kota dengan kondisi bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni penduduk yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi dan disepakati oleh masyarakat dan pemerintah. Pengembangan Kota/Kabupaten Sehat didasarkan pada dinamika dan semangat warga, Pemerintah Daerah, serta Lembaga Legislatif, sedangkan Pemerintah pusat berperan sebagai Pembina dan memfasilitasi potensi yang ada (Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan, 2005) Sejarah Pergerakan Program Kota Sehat pada dasarnya dilatar belakangi oleh tingginya angka kematian bayi. Sebagai contoh, Inggris pada tahun 1662 mengalami angka kematian bayi yang tinggi mencapai 1 dari 30 kematian di London. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan kebersihan menjadi alasan tingginya kematian bayi di inggris. Sehingga muncullah ide baru dalam



pemecahan



masalah



tersebut



dengan



mengangkat



pergerakan pembangunan Kesehatan berupa Kota Sehat yang mulai diikuti oleh negara lain (Davies, 2015). Namun, dewasa ini permasalahan yang mendasari program Kota Sehat adalah karna 7



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



adanya



pelonjakan



penduduk



perkotaan



di



negara-negara



berkembang. Pertumbuhan penduduk tersebut menimbulkan berbagai permasalah di perkotaan seperti, kepadatan lalu-lintas, pencemaran udara, perumahan yang kurang sehat dan pelayanan masyarakat yang kurang layak termasuk kriminalitas, kekerasan dan penggunaan obat-obat terlarang menjadi masalah yang digeluti oleh masyarakat perkotaan (Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan, 2005). Perkembangan Gerakan Kota Sehat di setiap negara berbeda,



tergantung



permasalahan



yang



dihadapi



dan



dipertimbangkan. Namun tiap negara memiliki kesamaan konsep tentang Kota Sehat, yaitu berasal dari keinginan dan kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masyarakat, dan difasilitatori oleh pemerintah. Konsep Kota Sehat juga mengutamakan pendekatan proses dari target, tidak mempunyai batas waktu, dan berkembang secara dinamik, sesuai dengan sasaran yang dinginkan masyarakat yang dicapai secara bertahap (Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan, 2005). Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat di Indonesia didasari dengan adanya kebijakan otonomi daerah (Gambar 1.1). Dengan adanya otonomi daerah, masing masing daerah memiliki hak untuk menentukan kebijakan daerahnya. Otonomi daerah sendiri telah dilandasi oleh UU No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Perpres No. 7/2005 RPJMN 2005-2009, UU24/92 Tata Ruang. Selain itu adapula UU No. tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan UU No. tahun 1992 tentang kesehatan juga melandasai Otonomi daerah khususnya dalam kebijakan tentang pembangunan kesehatan daerah. Pembangunan kesehatan daerah juga turut dilandasi dengan adanya peraturan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan



Nomor:



34 8



tahun



2005



Nomor:



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



1138/Menkes/PB/VIII/2005 Kabupaten/Kota dengan



tujuan



Sehat.



tentang



penyelenggaraan



Kabupaten/Kota



untuk



menciptakan



Sehat



dilaksanakan



pemerintahan



yang



bertanggungjawab dan kabupaten/kota yang nyaman, aman, bersih dan sehat. Namun dalam pelaksanaannya, Kabupaten/Kota harus memiliki dukungan dari peran masyarakat dalam mendukung kualitas lingkungan fisik, sosial, perubahan perilaku masyarakat. Selain peran dari masyarakat juga dibutuhkan peran serta dari stakeholder lainnya yaitu swasta, perguruan tinggi dan pemerintah daerah sendiri.



Gambar 1.1 Landasan Strategis Penyelenggaraan Kota Sehat Sumber: Website bappeda.tangerangkota.go.id Dalam pelaksanaan Kota Sehat menurut Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan (2005), terdapat 9 tatanan Kabupaten/Kota sehat yang dikelompokkan berdasarkan kawasan dan permasalahan khusus. Tatanan tersebut terdiri dari: 1. Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana Umum 2. Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi 9



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



3. Kawasan Pertambangan Sehat 4. Kawasan Hutan Sehat 5. Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat 6. Kawasan Pariwisata Sehat 7. Ketahanan Pangan dan Gizi 8. Kehidupan Masyarakat Sehat Yang Mandiri 9. Kehidupan Sosial Yang Sehat Penghargaan Swasti Saba merupakan penghargaan yang diberikan kepada Kabupaten/Kota yang telah memenuhi kriteria Kota Sehat menurut Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri



Kesehatan



Nomor



34



Tahun



2005



dan



Nomor



1138/Menkes/PB/VII/2005. Terdapat 3 kategori Kabupaten/Kota Sehat, yaitu: 1. Padapa, diberikan kepada Kabupaten/Kota Sehat yang berada pada taraf pemantapan. Taraf pemantapan tersebut meliputi, pemilihan 2 tatanan sesuai dengan potensi dan sumberdaya yang ada. 2. Wiwerda, diberikan kepada Kabupaten/Kota Sehat yang berada pada taraf pembinaan. Taraf pembinaan tersebut meliputi, pemilihan 3 sampai 4 tatanan sesuai dengan potensi dan sumberdaya yang ada. 3. Wistara, diberikan kepada Kabupaten/Kota yang berada pada taraf pengembangan. Taraf pengembangan tersebut meliputi, pemilihan 5 tatanan sesuai dengan potensi dan sumberdaya yang ada (Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan, 2005).



1.5.1.2 Indonesia Sehat 2010 Reformasi bidang kesehatan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1998. Departemen Kesehatan pada tahun tersebut, memutuskan suatu Visi dan Misi baru dalam pembangunan 10



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



kesehatan. Visi baru pembangunan kesehatan tersebut direfleksikan dalam motto yang berbunyi “Indonesia Sehat 2010” dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan waktu yang cukup menantang dan inspiratif tetapi realistis. Pada Tahun 2010, bangsa Indonesia diharapkan akan mencapai tingkat kesehatan tertentu yang ditandai oleh penduduknya yang (1) hidup dalam lingkungan sehat, (2) mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat, (3) mampu menyediakan dan memanfaatkan (menjangkau) pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga (4) memiliki derajat kesehatan yang tinggi (Depkes RI, 2003). Penetapan Visi Indonesia Sehat 2010, diharapkan akan membentuk kerja sama antara pembangunan kesehatan dengan sektor-sektor



yang



terkait.



Karena,



kesehatan



merupakan



tanggungjawab bersama, maka jajaran kesehatan harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat, sektor-sektor terkait, dan sektor swasta dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Sektor kesehatan juga dituntut untuk pro aktif dan selalu berpikir kedepan. Misi baru pembangunan kesehatan menurut Depkes RI (2003), terdiri dari; (1) menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan; (2) mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat; (3) memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang termutu, merata, dan terjangkau; serta (4) memelihara dan meningkatkan individu, keluarga dan masyarakat termasuk lingkungannya. Berdasarkan Visi dan Misi yang telah ditetapkan, terdapat beberapa strategi baru dalam pembangunan kesehatan. Strategi tersebut adalah (1) pembangunan nasional berwawasan kesehatan, (2)



prosefionalisme,



(3)



jaminan



pemeliharaan



kesehatan



masyarakat (JPKM), dan (4) Desentralisasi. Pemilihan keempat elemen tersebut sebagai pilar dari strategi pembangunan kesehatan tidak berarti bahwa program pembangunan kesehatan hanya



11



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



sebatas itu saja. Namun masih terdapat program lain yang dilakukan untuk pembangunan kesehatan. Program



pembangunan



kesehatan



merupakan



upaya



berkelanjutan dari visi. Misi dan strategi baru pembangunan kesehatan sebagai bagian dari program pembangunan nasional. Program pembangunan kesehatan dalam program pembangunan nasional dirumuskan dalam pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat. Pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat memiliki tujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan dan gizi masyarakat yang optimal (Depkes RI, 2003) Indonesia Sehat 2010 dapat tercapai dengan adanya kerja sama antar sektor. Kerjasama tersebut berupa integrasi dan koordinasi antar sektor kesehatan dengan sektor-sektor lain terkait, sejak dari tingkat kebijakan dan perencanaan nasional, sampai ke tingkat pembinaan, pengawasan, bimbingan, dan pelaksanaan di Daerah. Sektor lain yang terkait tidak hanya berupa instansi pemerintahan, namun juga semua pihak yang berkepentingan (stakeholder), yang mencakup organisasi profesi kesehatan, lembaga swadaya masyarakat, masyarakat, dan pihak swasta. Kerjasama lintas sektor yang dilembagakan disetiap tingkat administrasi, misalnya dalam bentuk forum (forum Indonesia sehat, forum provinsi sehat, forum kabupaten/kota sehat, dan lainlain). Tiap tingkatan administrasi merumuskan secara konkrit kegiatan lintas sektornya.



12



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



Gambar 1.2 Diagram Kelompok indikator Indonesia Sehat 2010 Sumber: Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi dan Kabupaten/Kota Sehat, Departemen Kesehatan RI (2003)



1.5.1.3 Kota Tangerang Sehat Kota Tangerang Sehat diselenggarakan oleh pemerintah Kota Tangerang melalui forum resmi yang difasilitasi oleh pemerintah Kota Tangerang. Forum tersebut bernama Forum Kota Tangerang Sehat (FKTS).



Penyelenggraan Program Kota



Tangerang Sehat berdasarkan website Bepeda Kota Tangerang, bertujuan untuk menciptakan kondisi Kota Tangerang yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni dan tempat bekerja bagi seluruh masyarakat Kota Tangerang. Dengan berjalannya program Kota Tangerang Sehat diharapkan dapat meningkatkan sarana dan produktifitas serta perekonomian masyarakat di Kota Tangerang. (Website Bapeda Kota Tangerang, 2014c) Pelaksanaan Kota Tangerang Sehat dilaksanakan melalui koordinasi antar tingkat administrasi. Tingkat administrasi tersebut dalam gambar 1.3 meliputi tingkat kota yaitu Forum Kota Sehat, tingkat kecamatan yaitu Forum Komunikasi Kecamatan Sehat, dan 13



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



tingkat kelurahan yaitu Kelompok Kerja (Pokja) Kelurahan Sehat. Sistem koordinasi antar tingkatan administrasi ini adalah top down, namun dalam pembuatan perencanaan sistem yang digunakan adalah bottom up. Selain melalui forum tersebut, pelaksanaan Kota Tangerang Sehat dilakukan dengan adanya Tim Pembina Kota Sehat yang berperan sebagai pengatur kebijakan kepada Dinas atau Instansi terkait yang berperan sebagai tim teknis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam struktur organisasi Kota Tangerang Sehat dalam gambar 1.3.



Gambar 1.3 Struktur Organisasi Kota Tangerang Sehat Sumber: Website bappeda.tangerangkota.go.id Kota Tangerang telah mendapatkan penghargaan sebagai Kota Sehat tahun 2013. Penghargaan tersebut merupakan penghargaan Swasti Saba Wiwerda, yang artinya Kota Tangerang berada pada taraf pembinaan dengan pemilihan 3 – 4 tatanan sesuai dengan potensi sumberdaya yang dimilikinya. Maka tahun 2014 – 2015, Kota Tangerang mempersiapkan kotanya untuk memasuki taraf pengembangan Kota Sehat dengan memilih 7 tatanan sesuai dengan SK Walikota Tangerang No. 658/Kep.72.A-Bapp/2010 14



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



(Website Bapeda Kota Tangerang, 2014c). Ketujuh tatanan Kota Sehat tersebut antara lain adalah: 1. Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana Sehat 2. Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri 3. Kehidupan Sosial yang Sehat 4. Ketahanan Pangan dan Gizi 5. Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat 6. Kawasan



Sarana



Lalu



Lintas



Tertib



dan



Pelayanan



Transportasi 7. Kawasan Pariwisata Sehat



1.5.1.4 Kawasan Industri Seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, bahwa Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan Industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri. Pengembangan Kawasan Industri didalam wilayah Kabupaten/kota pada dasarnya harus berlandaskan dengan Renacana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. Kawasan Industri/ Industrial Estate dikembangkan sebagai alat untuk pengembangan kegiatan industri yang efektif. Kawasan Peruntukan industri merupakan bentangan lahan manusia



yang



berlandasakan



diperuntukan pada



untuk



Rencana



kegiatn Tata



industri



Ruang



yang



Wilayah



Kabupaten/Kota. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang tahun 2012, ketentuan zonasi kawasan peruntukan industri meliputi kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan pembangunan industri dan fasilitas penunjang industri dengan 15



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



memperhatikan konsep eco industria park. Eco industrial park merupakan sistem industri dengan adanya perencanaan pertukaran material dan energi guna mengurangi penggunaan energi dan bahan baku, sampah/limbah, dan bertujuan untuk pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, ekologi, dan hubungan sosial (Loewe, 2001 dalam sulaiman, dkk, 2008). Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang tahun 2012, Konsep eco industrial park meliputi perkantoran industri, terminal barang, pergudangan, tempat ibadah, fasilitas olah raga, wartel, dan jasa-jasa penunjang industri meliputi jasa promosi dan informasi hasil industri, jasa ketenagakerjaan, jasa ekspedisi, dan sarana penunjang lainnya sepeti IPAL terpusat untuk pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun. Pengembangan kawasan peruntukan industri di Kota Tangerang



dilakukan



di



Kecamatan



Jatiuwung



dengan



pengembangan eco industrial park yang ramah lingkungan. Kecamatan Jatiuwung ditata sebagai kawasan industri dengan konsep industrial estate yang dilengkapi dengan penyediaan utilitas



terpadu,



instalasi



pengolahan



air



limbah



terpadu,



penambahan hunian vertikal, dan jaringan angkutan umum dan barang (RTRW Kota Tangerang dalam Pemerintah Daerah Kota Tangerang, 2012).



1.5.1.5 Dampak Lingkungan Kawasan Industri Industri diklasifikasikan menjadi 3 jenis industri primer yang mengubah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi, industri sekunder yang memproses barang setengah jadi menjadi barang jadi, dan industri tersier yang sebagian besar meliputi industri jasa dan perdagangan atau industri yang mengolah bahan industri sekunder (Kristanto, 2012). Dengan demikian kegiatan 16



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



industri merupakan kegiatan mengolah sebuah input menjadi output. Dalam proses pengolahan input, industri tidak hanya menghasilkan output berupa barang hasil produksi, namun juga di hasilkan output berupa hasil buangan yang tidak memiliki nilai ekonomi



dan



berdampak



buruk



bagi



lingkungan.



Output



tersebutlah yang disebut sebagai Limbah (Kristanto, 2012). Kristanto (2012) menyebutkan bahwa, limbah yang ditimbulkan oleh industri merupakan wujud dari pencemaran industri tersebut dan mengandung bahan beracun dan berbahaya (B-3) yang keluar bersama dengan polutan (bahan pencemar) melalui media air, udara, dan tanah. Limbah dapat dibedakan menjadi limbah cair, padat, dan gas. Limbah cair merupakan hasil buangan industri yang berbentuk cair dari pemanfaatan air untuk pengolahan



bahan



industri.



Perencanaan,



perizinan



dan



pengawasan terhadap limbah cair diatur dalam baku mutu air limbah atau effluent standard. Limbah gas merupakan limbah yang dibuang ke udara. Pengawasan terhadap kualitas udara diatur dalam baku mutu udara ambien dan emisi. Limbah padat merupakan limbah yang berbentuk padatan, lumpur, bubur hasil dari pengolahan industri (Kristanto, 2012). Menurut Undang Undang No. 30 Pasal 15 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan wajib memiliki AMDAL. Salah satu contoh usaha atau kegiatan yang memiliki dampak besar bagi lingkungan adalah industri, sehingga suatu industri wajib memiliki AMDAL. ADMAL menurut PP No 27 tahun 1999 merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan



bagi



proses



pengambilan



keputusan



tentang



penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Kristanto (2012) 17



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



menyatakan bahwa, aspek yang dikaji dalam AMDAL terdiri dari aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat. Analisis mengenai dampak lingkungan sangat penting sebagai alat bagi pengambilan keputusan terkait dampak yang akan ditimbulkan dari suatu rencana kegiatan terhadap lingkungan. Rencana kegiatan seperti pembangunan akan bisa berkelanjutan apabila terlestarinya fungsi lingkungan hidup (Kristanto, 2012). Penanganan dampak negatif suatu kegiatan industri sangat penting. Namun penanganan dampak tersebut menurut Kristanto (2012) harus memperhatikan hal berikut; 1. Pertimbangan lingkungan, dimana penanganan dampak akan menimbulkan dampak lain. 2. Jenis dampak mempengaruhi cara penanganannya. 3. Penanganan dampak dilakukan dengan terlebih dahulu merencanakan pemilihan alternatif proyek. 4. Proses



yang



dilakukan



dalam



penanganan



dampak



membutuhkan biaya tertentu.



1.5.2. Kerangka Pemikiran Konsep Kabupaten/Kota Sehat di Indonesia berawal dari adanya pembangunan kesehatan melalui Indonesia Sehat 2010 yang di bentuk oleh



Departemen



Kesehatan



RI



2003.



Kabupaten/Kota



Sehat



merupakan perwujudan dari Desentralisasi Pembangunan Kesehatan. Kerangka pemikiran (Gambar 1.4) ini merupakan penjabaran dari teoriteori yang terdapat dalam tinjauan pustaka. Keterangan: Garis hubungan Garis dipengaruhi Tidak masuk dalam kajian 18



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



PEMBANGUNAN KESEHATAN



INDONESIA SEHAT 2010 Departemen Kesehatan RI 2013



Pemerintah daerah bersama Masyarakat (melalui Forum Kabupaten/Kota Sehat) Tatanan Kota Sehat



Desentralisasi pembangunan kesehatan



Gambar 1.4 Diagram pemikiran penelitian evaluasi dan identifikasi program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat Peraturan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan No. 34 Tahun 2005



Kabupaten/Kota Sehat



Kota yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni masyarakat



Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat



Demografi dan sosial



Lingkungan dan kesehatan



Peran Pemerintah



1. Wajib belajar 9 tahun 2. PDRB perkapita 3. Angka kematian bayi per-1000kh 4. Angka kematian balita per-1000kn 5. Angka kematian ibu melahirkan per 100.000kh



1. RUTRK 2. Program dana sehat dan jaminan sosial nasional bagi masyarakat miskin



1. Dukungan Pemda 2. Program Pendukung 3. Tim Pembina Kab/kota dan kecamtan 4. Forum kab/kota 5. Sekretariat Forum 6. Forum komunikasi desa/kel 7. Pokja Kelurahan/desa 8. Kesepakatan masyarakat dan pemda terkait tatanan 9. Perencanaan forum dengan masyarakat 10. Kegiatan masyarakat melalui forum/forum komunikasi/pokja



Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi



Kawasan Industri Sehat



Kawasan Pertamabangan Sehat Kawasan Hutan Sehat



Tujuan 2



Kawasan Perkantoran Sehat



Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasana Umum Kawasan Pariwisata Sehat



Lingkungan fisik industri



Ketahanan Pangan dan Gizi Kehidupan Masyarakat Sehat Yang Mandiri



Keselamatan dan kesehatan kerja dan pencegahan keselakaan dan rudapaksa



Sosial ekonomi dan budaya dan kesehatan masyarakat



Kehidupan Sosial Yang Sehat



1. Industri sesuai RUTRK/RDTRK 2. Permukiman sekitar industri 3. Emisi/effluent memenuhi syarat 4. Tersedia ruangan khusus untuk merokok



1. Jaminan kesehatan pekerja 2. Kasus penyakit akibat kerja 3. Angka kematian dan kecacatan karena kecelakaan dan rudapaksa 4. Institusi pembina kesehtan dan keselamatan kerja 5. Emisi/effluent 19 memenuhi syarat



1. Kesempatan kerja atau berusaha bagi masyarakat sekitar 2. Pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat 3. Keamanan dan ketertiban 4. Pelatihan bagi tenaga kerja



Tujuan 1



Pencapaian Kota Sehat



Pencapaian Kawasan Industri Sehat



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



1.5.3. Penelitian Sebelumnya Penelitian tentang Kota Sehat sudah cukup banyak dilakukan oleh peneliti lainnya. Penelitian yang telah dilakukan berdasarkan tabel 1.1 berjenis tesis maupun jurnal. Penelitian yang dilakukan membahas Kota Sehat dalam tatanan permukiman sehat di Kampung Duri Kosambi, Pembinaan Kota Sehat Yogyakarta, pengolahan kawasan sehat



di



Kampung



Jetisharjo



dan



Cokrokusuman



Kelurahan



Cokrodiningratan Jetis, kajian Kota Sehat Malang, dan perencanaan Kota Sehat. Penelitian Sebelumnya tidak meneliti tentang evalusi keberhasilan Kota Sehat khususnya dalam menciptakan Kawasan Industri Sehat di Kota Tangerang. Namun, Penelitian ini menggunakan metode yang sama dengan penelitian mengenai Kota Sehat dalam tatanan permukiman sehat di Kampung Duri Kosambi, yaitu metode campuran atau mix method.



20



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu Penulis Gayatri Priyamitra



Judul Penelitian



Jenis



Tujuan Penelitian



Penyelenggaraan Program Kota Sehat Kategori Tatanan Permukiman Sehat di Kampung Duri Kosambi



Tesis



1. Menjelaskan proses penyelenggaraan program kota sehat di kampung Duri Kosambi 2. Mengidentifikasi elemen penting yang terdapat dalam proses penyelenggaraan Program Kota Sehat di Kampung Dusi Kosambi 3. Menjelaskan Proses Perkembangan Kampung Duri Kosambi menjadi permukiman sehat 4. Mengidentifikasi Faktor-faktor yang mempegaruhi keberhasilan penyelenggaraan Program Kota Sehat di Kampung Duri Kosambi



21



Metode Penelitian Metode studi kasus eksploratori, dengan menggunakan bekal proposisi untuk verifikasi di lapangan



Hasil Penelitian Proses yang dilakukan dalam Penyelenggaraan Program Kota Sehat di Kampung Duri Kosambi berjalan dengan sukses dengan menggunakan tahapan proses yang baik. Selain itu terdapat elemen-elemen proses yang penting yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan program dalam mewujudkan permukiman sehat. Elemen proses yang paling menonjol adalah adanya organisasi masyarakat dan keaktifan dari tokoh masyarakat yang membuat proses penyelenggaraan program berjalan sukses. Serta berhasil dalam mewujudkan lingkungan permukiman yang sehat dan bersih di Kampung Duri



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



Kosambi. Feri Edi Sunantyo, Skm



Pembinaan Kota Sehat Pada Program Kota Sehat Kota Yogyakarta



Tesis



Mengeksplorasi dan mengidentifikasi pelaksanaan mekanisme koordinasi dan strategi program kota sehat pada Tim Pembina Kota Sehat Kota Yogyakarta



22



Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan rancangan studi kasus. Subyek penelitian Walikota ,Asisten Pemerintahan, Penanggungjawab tatanan dan anggota TPKS, serta anggota forum kota sehat. Instrumen yang digunakan pedoman wawancara mendalam berupa pertanyaan terbuka yang dilengkapi dengan bukti-bukti seperti Surat Keputusan Walikota tentang TPKS Kota Yogyakarta dan Pedoman Penyelenggaraan Kabupaten/ Kota Sehat



Pelaksanaan program kota sehat di Kota Yogyakarta pada penelitian ini melalui unsur status kota sehat, keterlibatan stakeholder dan fungsi governance yang dikaitkan mekanisme koordinasi yang meliputi penyesuaian bersama, pengawasan langsung dan standardisasi proses. Status kota sehat mencapai penghargaan Swasti Saba Wistara dengan menyelenggarakan 7 tatanan kota sehat, Forum Kota Sehat (FKS) menunjukkan bahwa kehadiran forum yang terdiri dari komunitas, elemen masyarakat kota mampu menjadi tulangpunggung dan mengambil peran kegiatan kota sehat, fungsi governance menunjukkan kehadiran Tim Pembina Kota Sehat (TPKS) yang bersifat lintas



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



sektoral mampu menjadi wadah koordinasi dan kerjasama sektoral, mekanisme pengawasan langsung merupakan faktor dominan dalam keberhasilan program kota sehat. Astuty, Alinda Tri



Pengelolaan Tesis kawasan sehat :: Studi kasus di Kampung Jetisharjo dan Cokrokusuman Kelurahan Cokrodiningratan Jetis Kota Yogyakarta



Untuk mengetahui proses politik mengenai dukungan dan kerjasama antar lintas sektoral stakeholders dalam pengembangan kawasan sehat di kota Yogyakarta dan sistem pengelolaan Instalasi penyediaan air bersih di RW 07 kampung Jetisharjo dan Instalasi pengolahan air limbah komunal di RW 08 kampung Cokrokusuman Kelurahan Cokrodiningratan Jetis Kota Yogyakarta dalam menciptakan kenyamanan lingkungan Code utara



23



Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus deskriptif. Variabel penelitian adalah proses politik pengelolaan kawasan sehat berupa dukungan dan kerjasama antar lintas sektoral stakeholders, pengelolaan Instalasi penyediaan air bersih dan instalasi pengolahan air limbah komunal secara mandiri dan kenyamanan lingkungan permukiman Code utara



Kebersihan dan keindahan lingkungan merupakan bentuk perwujudan kenyamanan lingkungan di permukiman bantaran sungai Code bagian utara. Warga RW 07 kampung Jetisharjo dan RW 08 kampung Cokrokusuman dibantu oleh pemerintah Kota Yogyakarta berupaya mengembangkan lingkungannya menjadi desa siaga sebagai bagian dari kawasan sehat pada program Kota sehat. Hal ini ditandai dengan pengelolaan mandiri usaha air bersih Tirta Kencana oleh warga kampung Jetisharjo dan dan IPAL komunal oleh warga kampung



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



Herawanto, Ade



Kajian kota sehat Tesis dan berkelanjutan ditinjau dari pengaruh proyek-proyek kota sehat di kota Malang



sebagai wujud pengembangan kawasan sehat di kota Yogyakarta.



. Sampling penelitian dipilih secara snowball sampling. Data dikumpulkan dengan, observasi, wawancara mendalam, dokumentasi dan analisis data sekunder.



Cokrokusuman. Namun, dukungan dan kerjasama stakeholders dalam perwujudan program Kota sehat ini belum maksimal karena masih terjadi pertentangan dalam hal peranan dari masing-masing pihak.



mengidentifikasikan, menganalisis dan mempelajari pelaksanaan Proyek Kota Sehat di Kota Malang dan untuk mengumpulkan informasi tentang dampak apa yang ada di kondisi Kota Malang (apakah itu Malie Kota Malang lebih sehat dan berkelanjutan atau tidak).



pendekatan rasionalistik dengan jenis penelitian evaluatif terletak di Kota Malang, terutama dengan mengamati pelaksanaan proyek dan mengambil data tren rata-rata indikator identik dengan tiga sampel, yang terletak di Kota Malang, Gadang Desa dan Tanjungrejo Village. Data sekunder dari hasil penelitian, yaitu ukuran indikator Kota Sehat Pruject, juga



pelaksanaan Kota Proyek Sehat di Kota Malang pada umumnya tidak bekerja dengan benar. Hal ini bisa dilihat dari tren 15 indikators proyek yang diamati dan diperkirakan sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek. Hanya 5 indikator yang menunjukkan signifikan efek dari proyek rata-rata persentase tren, nieanwhile lainnya 10 indikator yang tidak benar-benar dipengaruhi:. Keberhasilan Cuty Proyek Kesehatan di Kota Malang untuk ini 5 indikator pada parameter tingkat kesehatan,



24



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



dan indikator keberlanjutan untuk Kota Malang. Indikator telah dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif analisis (yaitu persentase tren rata-rata ukuran indikator proyek) untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek.



25



tingkat kriminalitas, dan pengelolaan sampah Sementara kegagalan proyek ini adalah pada parameter pendapatan pkople, pekerjaan, kemiskinan, penyalahgunaan obat, masalah sosial, kualitas air dan sungai, dan rendahnya tingkat respon masyarakat untuk proyek. Kondisi Kota Malang dari tahun 1996 sampai 2001. bisa dilihat dari tren indikator. Geiierally berbicara, selama periode waktu kondisi Kota Malang semakin sehat nd lebih berkelanjutan jika mengamati dari tren indikator w ater ty menyebutkan statusnya, pengelolaan sampah, rig increasi dari Produk Domestik Regional Bruto, pendapatan per kapita, nd meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Sedangkan indikator dari tingkat kriminalitas, kualitas air sungai, kemiskinan dan



Evaluasi dan Identifikasi Program Kota Tangerang Sehat dan Kawasan Industri Sehat ELISABETH SIMATUPANG Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/



penyalahgunaan narkoba yang menunjukkan fakta bahwa kondisi Kota Malang semakin tidak sehat dan non berkelanjutan. Hugh Barton Marcus Grant



Urban Planning for Healthy Cities: A Review of the Progress of the European Healthy Cities Programme



Jurnal Mengevaluasi kemajuan yang dibuat oleh kota-kota Eropa di Sehubungan dengan Healthy Urban Planning (HUP) selama Tahap IV Kesehatan Dunia Kota Sehat Program organisasi (2003-2008).



26



Metode triangulasi dengan membandingkan 3 sumber informasi



Program Kota Sehat dapat efektif dalam mempromosikan pentingnya hubungan antara kesehatan dan perencanaan serta dalam mensosialisasikan dan mengembangkan praktiknya. Dibanyak kota, telah membantu untuk mengubah agenda politik dan profesional, mengintegrasikan kesehatan dengan pembangunan berkelanjutan dan perencanaan manusia lingkungan Hidup. Namun, banyak kota masih berjuang dengan lebih strategis dan Pendekatan holistik tingkat 3