Sap 9 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • dian
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MANAJEMEN PEMASARAN GLOBAL STRATEGI KERJA SAMA DAN KEMITRAAN STRATEGI GLOBAL.



OLEH:



KELOMPOK 2



Made Sintha Ayu Saraswati Sujana Komang Ayu Indah Paramitha Ni Komang Rina Sandra Dewi



(1406205107) (1406205138) (1406205146)



FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2016



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak diragukan lagi bahwa semua organisasi bisnis yang terbentuk menginginkan adanya sebuah kesuksesan serta dapat mengungguli pesaing-pesaing nya, sehingga hal tersebut menuntut mereka untuk menggunakan berbagai macam cara dan upaya agar tujuannya terpenuhi. Salah satunya adalah dengan merencanakan dan menyusun strategi bisnis yang jitu agar dapat menguasai pasar. Hingga saat ini banyak strategi bisnis yang telah tercipta dan dijadikan sebagai dasar sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Akan tetapi di jaman globalisasi seperti sekarang akan terasa sulit apabila sebuah perusahaan bertahan menghadapi persaingan yang semakin lama semakin ketat, terutama bagi perusahaan yang tidak terlalu besar dan mempunyai modal terbatas. Strategi yang dapat digunakan dalam hal ini adalah aliansi strategi atau dikenal dengan kerja sama. Strategi dalam menjalankan bisnis itu ada banyak sekali mulai strategi segmenting, Targetting dan Positioning namun perusahaan tidak akan bisa begitu saja berjalan mulus dengan menerapkan strategi yang mereka anggap sesuai dengan keinginan pasar namun apakah semua perusahaan bergerak sendiri dalam bidang yang sama? jelas tidak mereka juga mempunyai pesaing dan terkadang kemampuan financial, keterampilan bahkan melihat peluang pasar mereka kalah oleh pesaing oleh sebab itu di dunia global saat ini sangatlah penting untuk memperluas pangsa pasar suatu perusahaan sebaiknya melakukan GSP ialah global strategic partnership dimana hal ini berbeda dengan akuisisi dan merger. 1.2 Rumusan Masalah Adapun yang rumusan masalah yang dibahas adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana ilustrasi kemitraan strategis dalam pemasaran global? 2. Bagaimana kemitraan strategis global? 3. Apa saja faktor penentu sukses dalam strategi kerjasama dan kemitraan strategi global? 4. Bagaimana keiretsu: strategi kerjasama di Jepang? 5. Bagaimana strategi kerjasama di Amerika Serikat? 6. Apa yang dimaksud dengan kerjasama internasional? 7. Apa yang dimaksud dengan aliansi strategi? 1.3 Tujuan Adapun tujuan penulian ini adalah sebagai berikut: 1. Agar dapat mengetahui bagaimana ilustrasi kemitraan strategis, apa faktor penentu sukses dalam strategi kerjasama dan kemitraan strategi global, bagaimana keiretsu: strategi kerjasama di Jepang, bagaimana strategi kerjasama di Amerika Serikat, Apa yang dimaksud dengan kerjasama internasional dan apa yang dimaksud dengan aliansi strategi. BAB II



PEMBAHASAN 2.1 Ilustrasi Kemitraan Strategis Kemitraan Strategis ASEAN-AS Pertemuan para pemimpin Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) bersama pemimpin Amerika Serikat pada November 2015 sejatinya berniat membangun kemitraan strategis pada 2016-2020. Kemitraan tersebut akan dilakukan melalui rencana kerja ASEAN-AS yang mendukung tiga pilar Masyarakat ASEAN dan sejumlah pembangunan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Dalam pernyataan bersama pemimpin ASEAN-AS yang dideklarasikan pada November 2015 di Kuala Lumpur, Malaysia, kemitraan bertujuan memperkuat peran persahabatan untuk mencapai tujuan dengan visi perdamaian, kondisi kawasan Asia-Pasifik yang sejahtera dan memberikan keamanan, pemerataan kesempatan, dan kemuliaan kepada seluruh masyarakatnya. Presiden Joko Widodo yang hadir dalam KTT ASEAN-AS di California pada 15-16 Februari lalu juga menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan ekonomi digital dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dalam sambutannya saat KTT ASEAN-AS Retreat I bertema "Mempromosikan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang Inovatif dan berpotensi tinggi", Jokowi menjelaskan KTT ASEAN-AS menjadi kesempatan baik bagi negara anggota ASEAN untuk mempromosikan ekonomi. Bangsa-bangsa ASEAN dan AS menyetujui rencana kerja untuk mengimplementasikan kemitraan strategis serta mencapai tujuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-AS dalam lima tahun ke depan dapat membangun Masyarakat ASEAN dan proses integrasi, termasuk Visi Masyarakat ASEAN 2025. Dengan demikian, ASEAN-AS melakukan kerja sama di bidang politik antara lain mendukung upaya pengutamaan perdamaian dan rekonsiliasi dalam penyelesaian sengketa serta mendukung diskusi ASEAN-AS pada tingkat tinggi. Rencana kerja juga mencakup kesepakatan penguatan mekanisme konsultasi dan kerja sama antara ASEAN dan AS, termasuk melalui KTT ASEAN-AS, Konferensi ASEAN Tingkat Menteri (PMC+1) bersama AS dan Dialog ASEAN-AS serta lewat Dewan Kerja Sama Gabungan ASEAN-AS. Kerja sama ASEAN-AS yang meliputi bidang keamanan untuk mempromosikan dialog dan memperkuat persahabatan guna mengatasi tantangan keamanan regional. Sikap Indonesia terkait konflik Laut Tiongkok Selatan selaku "non-claimant state" ingin memberikan kontribusi bagi terwujudnya perdamaian dan kestabilan di kawasan. Presiden Jokowi meminta seluruh pihak yang terkait dalam sengketa perbatasan di Laut Tiongkok Selatan menghentikan segala kegiatan yang dapat menimbulkan ketegangan di kawasan. Kerangka kerja ASEAN-AS juga akan melanjutkan promosi pertukaran pejabat militer pertahananan dan penjaga perairan, selain menjaga keamanan maritim dan pelatihan bersama. Kerja sama lain dalam bidang keamanan yaitu penanggulangan terorisme, tindak kriminal antarnegara, kejahatan cyber, maupun penguatan keamanan nuklir sesuai keamanan Badan Energi Atom Internasional atau IAEA. Kerja sama juga



menekankan kepada promosi penegakan Hak Asasi Manusia serta penegakan hukum dan birokrasi tertib. Negeri Paman SAM mendukung negara-negara anggota ASEAN dalam pemberantasan korupsi sebagai implementasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa melawan Korupsi. Dalam hal kerja sama ekonomi, kedua pihak bekerja sama antara lain dalam Penyusunan Kerangka Kerja Perdagangan dan Investasi ASEAN-AS atau ASEAN-AS TIFA dan melanjutkan inisiatif Peluasan Perjanjian Pendekatan Ekonomi. 2.2 Kemitraan Strategis Global Terminologi yang dipakai untuk menguraikan bentuk baru dari strategi kerja sama amat bervariasi. Pengertian perjanjian kerjasama, aliansi strategik, dan kemitraan strategic global (GSP = global strategic partnership) sering kali dipergunakan untuk mengacu pada hubungan antara perusahaan yang bersama-sama mengejar tujuan yang sama. Spektrum luas dari perjanjian antar perusahaan, termaksud usaha patungan, dapat di cakup dengan terminologi ini. Akan tetapi, aliansi yang didiskusikan menunjukkan sebagaian besar atau semua karakteristik berikut ini: 1. Peserta tetap bebas berbagai kelanjutan pembentukan. 2. Peserta berbagai keuntungan dari aliansi itu seperti halnya juga berbagai kendali atas kinerja tugas yang telah ditetapkan. 3. Peserta melakukan kontribusi yang berkelanjutan dalam hal teknologi, produk, dan bidang-bidang strategis kunci lainnya. Kerjasama dalam mencapai tujuan yang sama mungkin sudah sering ada hal ini dimulai pada tahun 1980-an jumlah aliansi strategis tumbuh dengan kecepatan 20 sampai 30 persen dan pertumbuhan ini lebih banyak di dominasi dengan banyaknya pertumbuhan perusahaan yang melakukan akuisisi. Lalu apa yang sebenarnya diharapkan oleh perusahaan yang melakukan GSP ini selain untuk mencapai tujuan yang sama namun untuk memperjelas alas an ini Roland Smith, yang merupakan Ketua british Aerospace mengemukakan bahwa dengan melakukan kemitraan maka itu adalah salah satu cara yang cepat dan paling murah untuk mengembangkan usaha adapun kelebihan pastinya dengan menggunakan sistem kemitraan global dibandingkan kemitraan tradisional adalah sebagai berikut: 1. Alasan pendanaan pengembangan produk baru biasanya memerlukan jumlah financial yang banyak sehingga perusahaan memerlukan mitra agar dapat meredam biaya yang tidak diinginkan. 2. Persyaratan tekhnologi dari banyak produk kontemporer berarti bahwa suatu perusahaan mungkin tidak memiliki keterampilan, modal, atau kepakaran untuk mengerjakannya sendiri. 3. Kemitraan mungkin cara terbaik untuk mengamankan akses pada pasar nasional dan wilayah. 4. Kemitraan menyediakan peluang penting untuk belajar. Empat hal diatas mungkin sedikit jelas menggambarkan keunggulan strategi kemitraan global saat ini disbanding kemitraan tradisional tetapi ada point yang penting yang dapat berpengaruh terhadap perusahaan dalam melakukan kemitraan ini



menurut Proffesor Gary Hamel dari London Buisness School ia mengatakan bahwasanya bahwa system kemitraan terbukti cara tercepat dalam melakukan proses belajar dan siapa yang paling cepat memahami kondisi kemitraan dialah yang akan mendominasi hubungan tersebut. Kelebihan serta kemudahan dalam kemitraan bukan cara yang sangat sempurna karena system ini juga memiliki kelemahan, dan kelemahan tersebut ialah masing-masing mitra harus bersedia mengorbankan sebagian kendali, dan terdapat resiko potensial yang berkaitan dengan menguatnya pesaing dari negara lain. Dengan memahami kekurangan dan kelebihan diatas maka perusahaan juga harus dapat membedakan enam karakteristik khusus yang dimiliki oleh kemitraan global dibandingkan dengan kemitraan tradisional, berikut ini: 1. Dua perusahaan atau lebih mengembangkan strategi jangka panjang bersama dengan tujuan mencapai kepemimpinan dunia dengan mengusahakan biaya paling rendah, diferensiasi, atau kombinasi dari keduanya dan dengan menciptakan pemosisian berdasarkan variasi, kebutuhan atau akses atau kombinasi ketiganya. 2. Hubungan ini bersifat timbal balik. Setiap mitra memiliki kelebihan spesifik yang akan dibagikan pada mitra lain: proses belajar harus terjadi di kedua belah pihak. 3. Visi dan usaha mitra benar-benar global. Jauh melampaui batas negara dan wilayah sendiri kebagian dunia. 4. Hubungan ini diatur dengan garis horizontal, bukan vertikal. Diperlukan transfer literal keberlanjutan dari sumber daya antara mitra, berbagi tekhnologi dan memadukan sumber daya dianggap suatu norma. 5. Jika lini itu sepanjang lini vertikal, kedua belah pihak harus memahami kekuatan inti mereka dan mampu mempertahankan posisi daya saing mereka terhadap kemungkinan tindakan integrasi kedepan atau kebelakang oleh mitra vertikal, dan harus bekerja sama menciptakan nilai unik bagi pelanggan dan mitra hilir dalam rantai nilai. 6. Kalau bersaing dalam pasar yang tidak termasuk dalam kemitraan, para peserta mempertahankan identitas nasional dan idiologi. Dengan memahami cirri khas diatas maka diharapkan perusahaan yang saling bermitra dapat melangsungkan hubungan kerja jangka panjang seperti yang di contohkan oleh Nike perusahaan besar sepatu tersebut saja walau membuat hanya sepatu namun disana jelas rantai pasokan untuk membuatnya sehingga keuntungan dengan mitra dapat dibagi sesuai proporsi yang disepakati. Contoh dari hubungan strategis dari para mitra sepanjang lini vertikal dalam manufaktur yang ramping; misalnya perakit mobil bergantung pada pemasok tidak hanya untuk membuat tetapi juga merancang komponen-komponen kunci dari mobil itu. Jenis kerjasama ini dapat menuntun pada daur rancangan yang lebih singkat, mutu yang lebih superior dan biaya yang lebih rendah, tetapi hal itu tidak akan terjadi kecuali kalau terdapat komitmen yang saling menguntungkan untuk bekerjasama dan kepercayaan dikedua belah pihak bahwa mereka tidak akan melanggar wewenang masing-masing.



2.3 Berbagai Faktor Penentu Sukses Dengan anggapan bahwa aliansi yang diusulkan memenuhi enam prasyarat dimana dipertimbangkan enam faktor dasar yang dipandang mempunyai dampak signifikan sukses GSP, sebagai berikut:  Misi GSP yang sukses menciptakan win-win solution, dengan partisipan mengejar tujuan dengan dasar kebutuhan akan keunggulan semua pihak (dimana semua pihak saling memabntu mewujudkan tujuan masing-masing mitra).  Strategi Sebuah perusahaan dapat mendirikan GSP terpisah dengan mitra yang berbeda: strategi harus dipikirkan jauh sebelumnya untuk menghindari konflik.  Pengaturan Diskusi dan konsensus harus merupakan suatu norma. Semua mitra harus dipandang mempunyai kedudukan yang sama.  Budaya Sangat penting memiliki kesamaan budaya dengan kemitraan karena walau memiliki tujuan sama namun cara kerja dalam budaya berbeda hal ini akan menimbulkan konflik sehingga sebaiknya jika belum ada budaya organisasi yang sama harusnya diciptakan budaya organisasi ketika sudah bermitra.  Organisasi Struktur dan rancangan inovatif mungkin diperlukan untuk meniadakan kompleksitas manajemen multinegara.  Manajemen GSP pasti melibatkan tipe pengambilan keputusan yang berbeda, perpecahan dan tentukan dengan jelas, kesepakatan garis wewenang yang akan menghasilkn komitmen oleh semua mitra (Hal ini penting karena dalam bermitra setiap pengambilan keputusan itu sangat berpengaruh besar terhadap semua pihak yang terlibat sehingga sebaiknya ada aturan yang jelas dalam manajemen kebijakan kemitraan). Perusahaan yang membentuk GSP harus terus mengingat-ingat semua faktor di atas. Lebih lanjutnya, mitra kerjasama yang berhasil akan dibimbing oleh empat prinsip berikut ini: 1. Walaupun kenyataannya mitra memburu tujuan bersama, mitra harus ingat bahwa kerja sama masih merupakan persaingan dalam bentuk berbeda. 2. Keselarasan bukan ukuran sukses yang paling, beberapa konflik diharapkan dapat terjadi. 3. Semua karyawan, insinyur, manajer harus memahami dimana kerja sama berakhir dan kompromi persaingan dimulai. 4. Seperti telah dikemukakan di depan, amat penting untuk belajar dari mitra.



Dengan memperhatikan semua peraturan, hal dan prinsip diatas maka diharapkan kedepannya kemitraan akan berjalan secara lancer sesuai kesepakatan berapa lam akan berlangsung dan bagaimana fungsi kedepannya. 2.4 Keiretsu: Strategi Kerjasama di Jepang Suatu bentuk budaya organisasi yang sangat hebat karena pada mulanya tahun 1950an hal ini terjadi karena adanya pengelompokan ulang dari empat konglomerat besar (ZABATSU) yang mendominasi ekonomi jepang sampai tahun 1945 dimana kelompok ini bersifat social dalam melakukan kerjasama sesame perusahaan jepang karena prinsip Keiretsu adalah pilihan pertama dalam kerjasam adalah anggota keiretsu kedua adalah pemasok milik jepang dan keriga baru perusahaan local, Sehingga jelas kepentingan yang dicari lebih sering mengarah pada keuntungan produsen daripada konsumen walau seperti itu dengan adanya strategi ini harga komoditi menjadi stabil. Kondisi ini kini telah melemah karena dengan adanya fair trade commisiion dapat membubarkan system strategi ini sehingga jika ada yang melakukan kecurangan lagi seperti ini baik perusahaan induk maupun anaknya akan terkena sangsi. Keiretsu di Jepang merupakan kategori spesial dari strategi bekerjasama. Suatu keiretsu adalah aliansi antar bisnis atau kelompok perusahaan yang dalam katakata salah seorang pengamat, “menggambarkan kelompok yang berjuang dengan bisnis keluarga bersatu padu untuk berebut pangsa pasar. Keiretsu ada pada spectrum pasar yang luas termasuk pasar modal, pasar barang-barang primer dan pasar suku cadang. Hubunga keiretsu seringkali diperteguh dengan kepemilikan bank dari blok besar saham di pemasok non keuangan. Selanjutnya eksekutif keirestu secara sah dapat duduk dalam dewan direksi perusahaan yang lain dan berbagi informasi serta mengkoordinasikan harga dalam rapat “dewan presiden” tertutup. Jadi, keiretsu pada dasarnya adalah kartel yang mendapat restu dari pemerintah Jepang. Beberapa pengamat berselisih pendapat bahwa keiretsu mempunyai dampak pada hubungan pasar di Jepang, mengatakan sebaliknya bahwa kelompok itu terutama mempunyai fungsi social. Pengamt lain mengakui di masa lampau pemilihan pola perdagangan berkaitan dengan keiretsu tetapi memastikan bahwa kemudian pengaruhnya dewasa ini melemah. Bagi perusahaan yang bersaing dengan perusahaan Jepang atau ingin memasuki pasar Jepang, pemahaman umum mengenai keiretsu sangan penting. Bayangkan, misalnya, apa artinya di Amerika Serikat bila sebuah pabrik mobil (misalnya GM), sebuah perusahaan produk elektrik (GE), pabrik baja (USX), dan sebuah perusahaan computer (IBM) saling berkaitan bukan merupakan perusahaan terpisah. Persaingan global dalam era keiretsu berarti adanya persaingan tidak hanya diantara produk, tetapi juga antara sistem yang berbeda dari pengaturan korporasi dan organisasi industry. Sebagai contoh hipotetik dari Amerika menduga, beberapa perusahaan Jepang terbesar dan paling terkenal berada di pusat keiretsu. Misalnya, Mitsui Group dan Mistsubishi Grroup diorganisasikan diseputar perusahaan perdagangan besar. Keduanya, bersama dengan kelompok Sumitomo, Fuyo, Sanwa dan DKB menyusun keiretsu “enam besar”. Setiap kelompok berjuang kerasa untuk memperoleh posisi



kuat dalam setiap sektor utama dari ekonomi Jepang. Pendapatan tahunan dari setiap kelompok mencapai beberapa ratus miliar dollar. Dalam angka absolute, kurang dari 0,01 persen dari semua perusahaan Jepang yang masuk dalam keiretsu. Akan tetapi, kelompok ini mencakup 78 persen penetapan nilai saham di Tokyo Stock Exchange, sepertiga dari modal bisnis Jepang, dan kira-kira seperempat dari penjualannya. Sebagai tambahan dari enam besar, beberapa keiretsu lain telah dibentuk, membawa konfigurasi baru pada bentuk dasar yang telah diuraikan sebelumnya. Keiretsu pasokan vertikal dan distribusi merupakan aliansi antara pabrik dan pengecer. 2.5 Strategi Kerjasama di Amerika Serikat Kerja sama yang yang dilakukan oleh Amerika Serikat dengan berbagai Negara terus berjalan, termasuk Negara ASEAN(Asia Tenggara). pada tahun 2015 negaranegara di Asia Tenggara akan saling menjalani kerja sama ekonomi, politik, dan budaya. Namun Amerika tidak ingin ketinggalan dalam menjalani kerja sama dengan Negara-negara Asia Tenggara atau dengan kata lain Amerika tidak ingin kehilangan pamor sedikitpun dalam hal kerja sama. Menurut Schmidt, Koesoemawiria (2011) “kerja sama yang akan di jalani Amerika Serikat dengan ASEAN, menganggap kawasan Asia Tenggara dan Pasifik sebagai pasar yang belum sepenuhnya tergarap” seperti yang kita tahui bersama bahwa Amerika ini mempunyai kekuatan militer yang besar maka dari itu pemerintahan Amerika akan menjalin kerja sama keamanan dan politik. Asia Tenggara yang kaya akan pulau dan sumber daya alamnya menjadi kawasan perebutan Negara lain, saat ini Negara Cina mengakui beberapa kawasan Asia Tenggara menjadi miliknya. Pengakuan ini tidak akan diterima oleh kawasan Asia Tenggara, kekuatan keamanan politik dan budaya di Asia Tenggara saat ini mengalami peningkatan karena kawasan tersebut menjalani strategi kerja sama dalam mengahadapi berbagai konflik. Hal tersebut menjadi peluang Amerika Serikat untuk menerjunkan kekuatan militer dengan meningkatkan keamanan di kawasan Asia Tenggara. Peluncuran 250 marinir AS berada di markas angkatan laut Darwin di Australia. Awal yang bersahaja bagi sebuah strategi besar yang baru. (Schmidt dan Koesoemawiria, 2011). Pertahanan Amerika berada di ASEAN merupakan perubahan mutlak dalam bidan politik untuk ASEAN. Dengan hanya menawarkan keamanan, dan kemakmuran di kawasan ASEAN maupun di kawasan manapun akan mendapatkan keuntungan bagi Amerika ini. Terbukti jika terjadi bencana alam dan konflik besar-besaran pasti ada peran Amerika didalamnya. Contoh kasus Israel dengan Palestina, bencana Alam di Indonesia. Strategi kerja sama yang dikomunikasikan Amerika dengan Negara lain yakni Memanipulasi opini dengan mengedapankan hukum internasional dan PBB. Karena semua Negara sadar dan takut akan hokum dan semua Negara mengakuit kekuatan PBB. Strategi manis ini Amerika tidak mau ngambil posisi apabila ada bangsa yang menyatakan kepemilikannya atas suatu wilayah. Dan penyusunan stragtegi kerja sama dengan Negara lain lancar meskipun nantinya terdapat kendali tak membuat Amerika



lengah ataupun putus asa dalam menjalani kerja sama demi keuntungan bangsa dan Negara Amerika. 2.6 Kerjasama Internasional Kerja sama Internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk kepentingan negara-negara di dunia. Kerja sama internasional, yang meliputi kerja sama di bidang politik, sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, dan ekonomi, berpedoman pada politik luar negeri masing-masing. Bentuk-bentuk kerjasama antarnegara dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Kerja Sama Bilateral Kerja sama bilateral merupakan kerja sama antar dua negara. Misalnya, kerja sama ekonomi yang terjalin antara Indonesia dengan Singapura atau Amerika dengan Arab Saudi. Kerja sama bilateral bertujuan untuk membina hubungan yang telah ada serta menjalin hubungan kerja sama perdagangan dengan negara mitra. Pemerintah Indonesia sendiri telah mentandatangani perjanjian perdagangan dan ekonomi di Kawasan Asia Pasifik dengan 14 negara, di Afrika dan Timur Tengah dengan 10 negara, di Eropa Timur dengan 9 negar, di Eropa Barat dengan 12 negara dan di Amerika Latin dengan 7 negara. 2. Kerja Sama Regional Kerja sama regional merupakan kerja sama antara negara-negara sewilayah atau sekawasan. Tujuannya tidak lain adalah untuk menciptakan perdagangan bebas antara negara di suatu kawasan tertentu. Bentuk kerja sama regional sudah dijajaki oleh PBB melalui pembentukan komisi regional yang dimulai dari Eropa, Asia Timur dan Amerika Latin. Komisi ini mengembangkan kebijakan bersama untuk masalah pembangunan khususnya pada bidang ekonomi. Kerja sama secara regional biasanya lebih pada hubungan dengan lokasi negara serta berdasarkan alasan historis, geografis, teknik, sumber daya alam dan pemasaran. Contoh kerja sama regional antara lain ASEAN dan Liga Arab. 3. Kerja sama multilateral Kerja sama multilateral adalah kerja sama yang dilakukan beberapa negara. Contoh kerjasama ini antara lain Perserikatan Bangsa-Bangsa. 4. Kerja sama Internasional Kerja sama internasional adalah kerja sama antara negara-negara diseluruh dunia. Sedangkan bentuk kerja sama dibidang lain, seperti : 1. Kerja sama dibidang ekonomi, misalnya FAO, IMF, IBRD, UNCTAD. 2. Kerja sama dibidang sosial, misalnya ILO, IRO, UNICEF, WHO. 3. Kerja sama dibidang kebudayaan, misalnya pendidikan, IPTEK. 4. Kerja sama dibidang pertahanan, misalnya SEATO, ANZUS, NATO, CENTO. 2.7 Aliansi Strategi Perusahaan terkait adalah kelanjutan tahap dari dari evolusi aliansi strategis, dimana dikelompokan dari perusahaan di seluruh Negara yang saling berkaitan dalam industry dengan tujuan umu yang sama dan mendorong mereka seolah-olah perusahaan itu satu dari banyak perusahaan dan dari konsep ini maka akan muncul Virtual Corporation (Istilah virtual dipinjam dari ilmu computer; beberapa computer



mempunyai kemampuan virtual memory yang membuat computer itu berfungsi seolah-olah mempunyai kapasitas penyimpanan yang lebi besar dari pada yang sebenarnya ada dalam memory chips) ialah perusahaan yang terdiri dari banyak perusahaan yang dikenadlikan dengan system komputerisasi dan berbasis technologi mukhtahir sehingga perusahaan it uterus dapat saling bersinergi dengan media tekhnologi seakan-akan mereka tinggal dalam satu wilayah yang sama untuk mencapai tujuan strategisnya masing-masing. Lebih dari aliansi strategi sederhana yang kita ketahui dewasa ini, bentuk tersebut akan merupakan super aliansi diantara raksasa global, dengan penghasilan mendekati 1 triliun dollar. Mereka akan mampu menarik banyak uang dari sumbernya, menghindari hambatan antitrust, dan mempunyai negara asal disemua pasar utama, aliansi hubungan akan menikmati keunggulan politik karena merupakan perusahaan “lokal” hampir dimanapun. Tipe aliansi ini semata-mata di dorong oleh perubahan teknologi, tetapi oleh kebutuhan politik untuk mempunyai negara asal dibanyak negara. Pada tingkat global, virtual corporation dapat menggabungkan kompetensi kembar yaitu efektivitas biaya dan kecepatan member tanggapan serta, oleh karena itu, perusahaa seperti itu dapat dengan mudah menerapkan filosofi “berfikir global, bertindak global”. Keadaan ini mencerminkan kecendrungan kearah penyesuaian masal. Kekuatan yang sama mendorong pembentukan keiretsu digital yang diuraikan di atas, seperti jaringan komunikasi berkecepatan tinggi, terpateri dalam virtual corporation. Seperti dikatakan oleh Davido dan Malone, “Sukses dari virtual corporation tergantung pada kemampuan mengumpulkan dan mengintegrasikan arus informasi masal diseluruh komponen organisasi serta bertindak secara cerdas atas informasi tadi.”



KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa, terminologi yang dipakai untuk menguraikan bentuk baru dari strategi kerja sama amat bervariasi. Pengertian perjanjian kerjasama, aliansi strategik, dan kemitraan strategic global (GSP = global strategic partnership) sering kali dipergunakan untuk mengacu pada hubungan antara perusahaan yang bersama-sama mengejar tujuan yang sama. Spektrum luas dari perjanjian antar perusahaan, termaksud usaha patungan, dapat di cakup dengan terminologi ini. Dengan anggapan bahwa aliansi yang diusulkan memenuhi enam prasyarat dimana dipertimbangkan enam faktor dasar yang dipandang mempunyai dampak signifikan sukses GSP, sebagai berikut:  Misi GSP yang sukses menciptakan win-win solution, dengan partisipan mengejar tujuan dengan dasar kebutuhan akan keunggulan semua pihak (dimana semua pihak saling memabntu mewujudkan tujuan masing-masing mitra).  Strategi Sebuah perusahaan dapat mendirikan GSP terpisah dengan mitra yang berbeda: strategi harus dipikirkan jauh sebelumnya untuk menghindari konflik.  Pengaturan Diskusi dan konsensus harus merupakan suatu norma. Semua mitra harus dipandang mempunyai kedudukan yang sama.  Budaya Sangat penting memiliki kesamaan budaya dengan kemitraan karena walau memiliki tujuan sama namun cara kerja dalam budaya berbeda hal ini akan menimbulkan konflik sehingga sebaiknya jika belum ada budaya organisasi yang sama harusnya diciptakan budaya organisasi ketika sudah bermitra.  Organisasi Struktur dan rancangan inovatif mungkin diperlukan untuk meniadakan kompleksitas manajemen multinegara.  Manajemen GSP pasti melibatkan tipe pengambilan keputusan yang berbeda, perpecahan dan tentukan dengan jelas, kesepakatan garis wewenang yang akan menghasilkn komitmen oleh semua mitra (Hal ini penting karena dalam bermitra setiap pengambilan keputusan itu sangat berpengaruh besar terhadap semua pihak yang terlibat sehingga sebaiknya ada aturan yang jelas dalam manajemen kebijakan kemitraan). Kerja sama Internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk kepentingan negara-negara di dunia. Kerja sama internasional, yang meliputi kerja sama di bidang politik, sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, dan ekonomi, berpedoman pada politik luar negeri masing-masing.



Bentuk-bentuk kerjasama antarnegara dapat digolongkan sebagai berikut: kerjasama bilateral, regional, multinasional, dan internasional. Perusahaan terkait adalah kelanjutan tahap dari dari evolusi aliansi strategis, dimana dikelompokan dari perusahaan di seluruh Negara yang saling berkaitan dalam industry dengan tujuan umu yang sama dan mendorong mereka seolah-olah perusahaan itu satu dari banyak perusahaan dan dari konsep ini maka akan muncul Virtual Corporation ialah perusahaan yang terdiri dari banyak perusahaan yang dikenadlikan dengan system komputerisasi dan berbasis technologi mukhtahir sehingga perusahaan it uterus dapat saling bersinergi dengan media tekhnologi seakan-akan mereka tinggal dalam satu wilayah yang sama untuk mencapai tujuan strategisnya masing-masing.



DAFTAR PUSTAKA Keegan, Warren J. 2008. Manajemen Pemasaran Global Edisi Keenam. Jakarta: PT Indeks



http://www.harnas.co/2016/02/19/kemitraan-strategis-asean-as (diakses pada tanggal 30 Oktober 2016) http://www.kompasiana.com/berkreasi/strategi-as-memasuki-kerja-sama-diasean_ (diakses pada tanggal 30 Oktober 2016)