Sap Cardiac Arrest [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LAPORAN HEALTH EDUKASI TERHADAP PERTOLONGAN PERTAMA PADA KASUS CARDIAC ARREST



Dosen Pembimbing: Rahmania Ambarika, S.Kep.,Ns.,M.Kep Disusun Oleh Kelompok 2 : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Adelaide Fernandes Guterres Aida Nur Sabrina Cici Aprillia Ella Lutfitasari Fambudi Bima Sena Huda Farhan Nur Arif Laili Khoirun Nissa Margaretha Holo



(1811B0001) (1811B0003) (1811B0010) (1811B0022) (1811B0029) (1811B0030) (1811B0039) (1811B0046)



PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA 2021



1



ABSTRAK Henti jantung (cardiac arrest) adalah keadaan dimana sirkulasi darah berhenti akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Iskandar dalam Juliana (2018) mengatakan bahwa factor resiko cardiac arrest adalah laki-laki usia 40 tahun atau lebih. Kerusakan otak dapat terjadi luas jika henti jantung berlangsung lama, karena sirkulasi oksigen yang tidak adekuat akan menyebabkan kematian jaringan otak. Hal tersebutlah yang menjadi alasan penatalaksanaan berupa CPR atau RJP harus dilakukan secepat mungkin untuk meminimalisasi kerusakan otak dan menunjang kelangsungan hidup korban. Kata kunci : Cardiac Arrest, Factor Resiko, RJP



2



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat izin dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan satuan acara penyuluhan yang berjudul “Laporan Health Edukasi Terhadap Pertolongan Pertama pada Kasus Cardiac Arrest” sesuai waktu yang telah ditentukan Dalam penyusunan laporan ini, kami mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang terhormat kepada : 1. Dr.H. Sandu Siyoto, S.Sos., SKM.,M.Kes., selaku Rektor IIK STRADA Indonesia Kediri 2. Prima Dewi K.,S.Kep,Ns,M.Kes selaku Wakil Rektor III IIK STRADA Indonesia Kediri 3. Nur Yeny Hidajaturrokmah, S.kep, Ns, M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ners IIK STRADA Indonesia Kediri 4. Rahmania Ambarika, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing Lapangan 5. Semua pihak dan teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang kami miliki. Untuk itu kami mohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan tidak menutup diri terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat membangun untuk kami. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan ini bermanfaat. Kediri,17 Juni 2021



Penulis



3



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................... i ABSTRAK............................................................................................................................. ii KATA PENGANTAR........................................................................................................... iii DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 5 1.1. 1.2. 1.3. 1.4.



Latar belakang.......................................................................................................... 5 Rumusan Masalah..................................................................................................... 5 Tujuan....................................................................................................................... 5 Manfaat..................................................................................................................... 6



BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................... 7 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8. 2.9.



Pengertian Cardiac Arrest......................................................................................... 7 Faktor predisposisi Cardiac Arrest .......................................................................... 7 Etiologi Cardiac Arrest ............................................................................................ 8 Manifestasi klinis Cardiac Arrest ............................................................................ 8 Patofisiologi Cardiac Arrest .................................................................................... 9 Pemeriksaan penunjang Cardiac Arrest ................................................................... 10 Komplikasi Cardiac Arrest ...................................................................................... 11 Prognosis Cardiac Arrest.......................................................................................... 11 Penatalaksanaan Cardiac Arrest .............................................................................. 11



BAB III METODE PELAKSANAAN.................................................................................. 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN.................................................................................. 22 4.1. Evaluasi Struktur...................................................................................................... 22 4.2. Evaluasi Hasil........................................................................................................... 22 BAB V PENUTUP................................................................................................................ 25 5.1. Kesimpulan............................................................................................................... 25 5.2. Saran......................................................................................................................... 25 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 26 LAMPIRAN........................................................................................................................... 27



4



BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kematian jantung mendadak (SCD) adalah kematian akibat kehilangan fungsi jantung. Korban mungkin atau mungkin tidak memiliki didiagnosa penyakit jantung. Waktu dan cara kematian yang tak terduga. Hal ini terjadi dalam beberapa menit setelah gejala muncul. Alasan yang mendasari paling umum untuk pasien mati mendadak dari serangan jantung adalah penyakit jantung koroner (buildups lemak dalam arteri yang memasok darah ke otot jantung). Sehingga pembuluh darah sempit, otot jantung bisa berhenti karena kekurangan suplai darah. Dari 90 % korban dewasa sudden cardiac death (SCD), dua atau lebih dari korban disebabkan karena arteri koroner utama menyempit oleh lemak. Sedangkan dua-pertiga dari korban ditemukan bekas luka dari serangan jantung sebelumnya. Ketika kematian mendadak terjadi pada orang dewasa muda, kelainan jantung lainnya merupakan penyebab yang lebih mungkin. Adrenalin dilepaskan selama aktivitas fisik atau olahraga yang sering menjadi pemicu munculnya SCD. Dalam kondisi tertentu, berbagai obat jantung dan obat lainnya, serta penyalahgunaan obat terlarang dapat menyebabkan irama jantung abnormal yang juga dapat menyebabkan kematian SDC. Serangan jantung tiba - tiba (SCA) adalah suatu kondisi dimana jantung tiba-tiba dan tak terduga berhenti berdetak. Ketika ini terjadi, darah berhenti mengalir ke otak dan organ vital lainnya. SCA biasanya menyebabkan kematian jika tidak dirawat dalam beberapa menit. Orang yang memiliki penyakit jantung akan meningkatkan risiko untuk SCA. Namun, kebanyakan SCA terjadi pada orang yang tampak sehat dan tidak memiliki penyakit jantung atau faktor risiko lain untuk SCA. Seorang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau ada anggota keluarga yang pernah meninggal mendadak perlu mewaspadai terjadinya. 1.2. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian Cardiac Arrest ? 2. Apa saja faktor predisposisi Cardiac Arrest ? 3. Apa etiologi dari Cardiac Arrest ? 4. Apa saja manifestasi klinis Cardiac Arrest ? 5. Bagaimana patofisiologi Cardiac Arrest ? 6. Apa saja pemeriksaan penunjang Cardiac Arrest ? 7. Apa komplikasi Cardiac Arrest ? 8. Bagaimana penatalaksanaan Cardiac Arrest ? 1.3. TUJUAN 1. Tujuan Umum Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan mampu memahami isi materi dan ada peningkatan pengetahuan tentang pertolongan pertama pada Cardiac Arrest 5



2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Mampu memahami definisi cardiac arrest Mampu memahami faktor predisposisi cardiac arrest Mampu memahami etiologi cardiac arrest Mampu memahami manifestasi klinis cardiac arrest Mampu memahami patofisiologi cardiac arrest Mampu memahami pemeriksaan penunjang cardiac arrest Mampu memahami komplikasi cardiac arrest Mampu memahami penatalaksanaan cardiac arrest



1.4. MANFAAT 1. Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pertolongan pertama pada cardiac arrest 2. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat mengetahui pengetahuan tentang Cardiac Arrest, serta dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat luas hingga mampu menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh dosen yang bersangkutan. Dan membuat masyarakat menjadi paham tentang Cardiac Arrest



6



BAB II PEMBAHASAN 2.1. PENGERTIAN CARDIAC ARREST Henti jantung cardiac arrest adalah keadaan dimana sirkulasi darah berhenti akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Keadaan henti jantung ditandai dengan tidak adanya nadi dan tanda – tanda sirkulasi lainnya (American Heart Association, 2015). Proses kematian pada cardiac arrest berlangsung dengan mulai berhentinya jantung dan diikuti dengan hilangnya fungsi sirkulasi yang berakibat pada kematian jaringan (Juliana, 2018). Kejadian cardiac arrest yang menyebabkan kematian mendadak terjadi ketika system kelistrikan jantung menjadi tidak berfungsi dengan baik dan menghasilkan irama jantung yang tidak normal yaitu hantaran listrik jantung menjadi cepat (ventricular tachycardia) dan tidak beraturan (ventricular fibrillation) (Subagio A dalam Rahmat, 2018). 2.2. FAKTOR PREDISPOSISI CARDIAC ARREST



Iskandar dalam Juliana (2018) mengatakan bahwa factor risiko cardiac arrest adalah laki – laki usia 40 tahun atau lebih, memiliki kemungkinan untuk terkena cardiac arrest satu berbanding delapan orang, sedangkan pada wanita adalah satu dibanding dua puluh empat orang. Semakin tua seseorang, semakin rendah risiko henti jantung mendadak. Orang dengan faktor risiko untuk penyakit jantung, seperti hipertensi, hiper khoesterolemia dan merokok memiliki peningkatan risiko terjadinya cardiac arrest. Menurut Ameican Heart Association (2015), seseorang dikatakan mempunyai risiko tinggi untuk terkena cardiac arrest dengan kondisi: 1. Adanya jejas dijantung karena serangan jantung terdahulu atau oleh sebab lain: jantung yang terjejas atau mengalami pembesaran karena sebab tertentu cenderung untuk mengalami aritma vertical yang mengancam jiwa. 6 bulan pertama setelah seseorang mengalami serangan jantung adalah periode risiko tinggi untuk terjadinya cardiac arrest pada pasien penyakit jantung atherosclerotic. 2. Penebalan otot jantung (cardiomyopathy) karena berbagai sebab (umumnya karena tekanan darah tinggi, kelainan katub jantung) membuat seseorang cenderung untuk terkena cardiac arrest. 3. Seseorang sedang menggunakan obat – obatan untuk jantung : karena beberapa kondisi tertentu, obat – obatan untuk jantung (antiaritmia) justru merangsang timbulnya aritmia ventrical dan berakibat cardiac arrest. Kondisi seperti ini disebut proarrythmic effect. Pemakaian obat – obatan yang bisa mempengaruhi perubahan kadar potassium dan magnesium dalam darah (misalnya penggunaan diuretic) juga dapat menyebabkan aritmia yang mengancam jiwa dan cardiac arrest.



7



4. Kelistrikan yang tidak normal ; beberapa kelistrikan jantung yang tidak normal seperti Wolf-Parkinson-Syndrom dan sindroma gelombang QT yang memanjang bisa menyebabkan cardiac arrest pada anak dan dewasa muda. 5. Pembuluh darah yang tidak normal jarang dijumpai (khususnya di arteri koronari dan aorta) sering menyebabkan kematian mendadak pada dewasa muda. Pelepasan adrenalin ketika berolahraga atau melakukan aktifitas fisik yang berat, bisa menjadi pemicu terjadinya cardiac arrest apabila dijumpai kelainan tadi. 6. Penyalahgunaan obat; penyalahgunaan obat adalah faktor utama terjadinya cardiac arrest pada penderita yang sebenarnya tidak mempunyai kelainan pada organ jantung 2.3. ETIOLOGI CARDIAC ARREST Berdasarkan etiologinya, henti jantung dapat disebabkan oleh penyakit jantung (82,4%), penyebab internal non jantung (8,6%) contonya penyakit paru, penyakit serebrovaskular, penyakit kanker, perdarahan saluran cerna, obsterik pediatric, emboli paru, epilepsy, diabetes militus, penyakit ginjal, dan penyebab eksternal non jantung (9,0%) seperti akibat trauma , asfiksia, over dosis obat, upaya bunuh diri, listrik atau petir ( W.Sudoyo et al, 2015). Beberapa penyebab henti jantung meliputi sebab-sebab pernapasan, pemutusan aliran oksigen, dan penyebab sirkulasi. 1. Sebab-sebab pernapasan Pemutusan aliran oksigen ke otak dan seluruh organ dapat merupakan penyebab maupun konsekuensi dari henti kardosirkulasi. Keadaan kurangnya aliran oksigen itu disebut hipoksia, sebagai akibat gangguan fungsi respirasi atau gangguan pertukaran gas dalam paru-paru. Menurut lokasinya dibedakan apakah di jalan nafas atau pertukaran gas nya, atau dapat pula disebut perifer atau sentral. hipoksia akibat gangguan jalan nafas seperti sumbatan pangkal lidah di hipofaring pada orang yang tidak sadar atau sumbatan jalan nafas karena aspirasi isi lambung atau cairan lambung. Dapat pula disebabkan oleh depresi pernapasan kurang tutup buka keracunan, kelumpuhan otot-otot pernapasan, keracunan, atau kelebihan obat. 2. Pemutusan aliran oksigen Pemutusan aliran oksigen bisa pula sebagai akibat henti sirkulasi oleh kelainan jantung primer ini dapat terjadi karena kegagalan kontraksi otot jantung gangguan hantaran dan otomatisasi seperti gangguan gerakan mekanisme jantung, kematian jantung mendadak kurang (fibrilasi ventrikel), sering disebabkan oleh infark miokardium dan penyakit serebrovaskular. Akan tetapi kegagalan daya pompa miokardium oleh karena kerusakan serabut-serabut otot miokardium pada infark atau mikarditis jarang menyebabkan di jantung mendadak .Kegagalan daya pompa mula-



8



mula tampak dengan adanya gangguan fungsi ventrikel kiri dan bendungan paru-paru (dyspena,edama paru) dan gejala gejala penurunan aliran oksigen (sianosis). 2.4. MANIFESTASI KLINIS CARDIAC ARREST Tanda- tanda cardiac arrest menurut Diklat Ambulans Gawat Darurat 118 (2018) yaitu : 1. Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan suara, tepukan di pundak ataupun cubitan. 2. Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafasan normal ketika jalan pernafasan dibuka. 3. Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis, radialis). Gejala yang paling umum adalah munculnya rasa tidak nyaman atau nyeri dada yang mempunyai karakteristik seperti perasaan tertindih yang tidak nyaman, diremas, berat, sesak atau nyeri. Lokasinya ditengah dada di belakang sternum. Menyebar ke bahu, leher, rahang bawah atau kedua lengan dan jarang menjalar ke perut bagian atas. Bertahan selama lebih dari 20 menit. Gejala yang mungkin ada atau mengikuti adalah berkeringat, nausea atau mual, sesak nafas (nafas pendek- pendek), kelemahan, tidak sadar (Suharsono & Ningsih, 2012). 2.5. PATOFISIOLOGI CARDIAC ARREST Kebanyakan korban henti jantung diakibatkan oleh timbulnya aritmia yaitu fibrilasi ventrikel (VF), takhikardi ventrikel (VT), aktifitas listrik tanpa nadi (PEA), dan asistol (Kasron, 2012). 1. Fibrilasi ventrikel Merupakan kasus terbanyak yang sering menimbulkan kematian mendadak, pada keadaan ini jantung tidak dapat melakukan fungsi kontraksinya, jantung hanya mampu bergetar saja. Pada kasus ini tindakan yang harus segera dilakukan adalah CPR dan DC shock atau defibrilasi. 2. Takhikardi ventrikel Mekanisme penyebab terjadinya takhikardi ventrikel biasanya karena adanya gangguan otomatisasi (pembentukan impuls) ataupaun akibat adanya gangguan konduksi. Frekuensi nadi yang cepat akan menyebabkan fase pengisian ventrikel kiri akan memendek, akibatnya pengisian darah ke ventrikel juga berkurang sehingga curah jantung akan menurun. VT dengan keadaan hemodinamik stabil, pemilihan terapi dengan medika mentosa lebih diutamakan. Pada kasus VT dengan gangguan hemodinamik sampai terjadi henti jantung (VT tanpa nadi), pemberian terapi defibrilasi dengan menggunakan DC shock dan CPR adalah pilihan utama. 3. Pulseless Electrical Activity (PEA) 9



Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak menghasilkan kontraktilitas atau menghasilkan kontraktilitas tetapi tidak adekuat sehingga tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi tidak teraba. 4. Asistole Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada jantung, dan pada monitor irama yang terbentuk adalah seperti garis lurus. Pada kondisi ini tindakan yang harus segera diambil adalah CPR. 2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG CARDIAC ARREST



Menurut Suproyanto,2018 pemeriksaan penunjang pada cardiac arrest dapat dilakukan dengan : 1. Elektrokardiogram Biasanya tes yang diberikan ialah dengan elektrokardiogram (EKG). EKG mengukur waktu dan durasi dari tiap fase listrik jantung dan dapat menggambarkan gangguan pada irama jantung. Karena cedera otot jantung tidak melakukan impuls listrik normal, EKG bisa menunjukkan bahwa serangan jantung telah terjadi. ECG dapat mendeteksi pola listrik abnormal, seperti interval QT berkepanjangan, yang meningkatkan risiko kematian mendadak. 2. Tes darah a. Pemeriksaan Enzim Jantung Enzim-enzim jantung tertentu akan masuk ke dalam darah jika jantung terkena serangan jantung. Karena serangan jantung dapat memicu sudden cardiac arrest. Pengujian sampel darah untuk mengetahui enzim-enzim ini sangat penting apakah benar-benar terjadi serangan jantung atau tidak. b. Elektrolit Jantung Melalui sampel darah, kita juga dapat mengetahui elektrolit-elektrolit yang ada pada jantung, di antaranya kalium, kalsium, magnesium. Elektrolit adalah mineral dalam darah kita dan cairan tubuh yang membantu menghasilkan impuls listrik. Ketidakseimbangan pada elektrolit dapat memicu terjadinya aritmia dan sudden cardiac arrest. c. Test Obat Pemeriksaan darah untuk bukti obat yang memiliki potensi untuk menginduksi aritmia, termasuk resep tertentu dan obat-obatan tersebut merupakan obat-obatan terlarang. d. Test Hormon



10



Pengujian untuk hipertiroidisme dapat menunjukkan kondisi ini sebagai pemicu cardiac arrest. 3. Imaging tes a. Pemeriksaan Foto Thorax Foto thorax menggambarkan bentuk dan ukuran dada serta pembuluh darah. Hal ini juga dapat menunjukkan apakah seseorang terkena gagal jantung. b. Pemeriksaan nuklir Biasanya dilakukan bersama dengan tes stres, membantu mengidentifikasi masalah aliran darah ke jantung. Radioaktif dalam jumlah yang kecil, seperti thallium disuntikkan ke dalam aliran darah. Dengan kamera khusus dapat mendeteksi bahan radioaktif mengalir melalui jantung dan paru-paru. c. Ekokardiogram Tes ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran jantung. Echocardiogram dapat membantu mengidentifikasi apakah daerah jantung telah rusak oleh cardiac arrest dan tidak memompa secara normal atau pada kapasitas puncak (fraksi ejeksi), atau apakah ada kelainan katup. 4. Electrical system (electrophysiological) testing and mapping Jika diperlukan, tes ini biasanya dilakukan nanti, setelah seseorang sudah sembuh dan jika penjelasan yang mendasari serangan jantung belum ditemukan. Dengan jenis tes ini, mungkin mencoba untuk menyebabkan aritmia,Tes ini dapat membantu menemukan tempat aritmia dimulai. Selama tes, kemudian kateter dihubungkan dengan electrode yang menjulur melalui pembuluh darah ke berbagai tempat di area jantung. Setelah di tempat, elektroda dapat memetakan penyebaran impuls listrik melalui jantung pasien. Selain itu, ahli jantung dapat menggunakan elektroda untuk merangsang jantung pasien untuk mengalahkan penyebab yang mungkin memicu atau menghentikan aritmia. Hal ini memungkinkan untuk mengamati lokasi aritmia. 5. Ejection fraction testing Salah satu prediksi yang paling penting dari risiko sudden cardiac arrest adalah seberapa baik jantung mampu memompa darah.Ini dapat menentukan kapasitas pompa jantung dengan mengukur apa yang dinamakan fraksi ejeksi. Hal ini mengacu pada persentase darah yang dipompa keluar dari ventrikel setiap detak jantung. Sebuah fraksi ejeksi normal adalah 55 sampai 70 persen. Fraksi ejeksi kurang dari 40 persen meningkatkan risiko sudden cardiac arrest.Ini dapat mengukur fraksi ejeksi dalam beberapa cara, seperti dengan ekokardiogram, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dari jantung Anda, pengobatan nuklir scan dari jantung Anda atau computerized tomography (CT) scan jantung.



11



6. Coronary catheterization (angiogram) Pengujian ini dapat menunjukkan jika arteri koroner terjadi penyempitan atau penyumbatan. Seiring dengan fraksi ejeksi, jumlah pembuluh darah yang tersumbat merupakan prediktor penting sudden cardiac arrest. Selama prosedur, pewarna cair disuntikkan ke dalam arteri hati Anda melalui tabung panjang dan tipis (kateter) yang melalui arteri, biasanya melalui kaki, untuk arteri di dalam jantung. Sebagai pewarna mengisi arteri, arteri menjadi terlihat pada X-ray dan rekaman video, menunjukkan daerah penyumbatan. Selain itu, sementara kateter diposisikan,mungkin mengobati penyumbatan dengan melakukan angioplasti dan memasukkan stent untuk menahan arteri terbuka. 2.7. KOMPLIKASI CARDIAC ARREST



Komplikasi Cardiac Arrest adalah : 1.



Hipoksia jaringan ferifer



2.



Hipoksia Cerebral



3.



Kematian



2.8. PROGNOSIS CARDIAC ARREST



Kematian otak dan kematian permanen dapat terjadi hanya dalam jangka waktu 8 sampai 10 menit ketika terjadi henti jantung. Kondisi tersebut dapat dicegah dengan pemberian resusitasi jantung paru dan defibrilasi segera (sebelum melebihi batas maksimal waktu untuk terjadinya kerusakan otak), untuk secepat mungkin mengembalikan fungsi jantung normal. Resusitasi jantung paru dan defibrilasi yang diberikan antara 5 sampai 7 menit dari sesorang yang mengalami henti jantung, akan memberikan kesempatan korban untuk hidup rata-rata sebesar 30% sampai 45 %. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan penyediaan defibrillator yang mudah diakses di tempat-tempat umum seperti pelabuhan udara, dalam arti meningkatkan kemampuan untuk bisa memberikan pertolongan (defibrilasi) sesegera mungkin, akan meningkatkan kesempatan hidup rata-rata bagi korban cardiac arrest sebesar 64%. (American Heart Asociation, 2010). 2.9. PENATALAKSANAAN CARDIAC ARREST



Henti jantung dapat terjadi setiap saat di dalam atau di luar rumah sakit, sehingga pengobatan dan tindakan yang cepat serta tepat akan menentukan prognosis; 30-45 detik. Sesudah henti jantung terjadi, akan terlihat dilatasi pupil dan pada saat ini harus di ambil tindakan berupa (Ulfah AR, 2010) : 1. Sirkulasi artifisial yang menjamin peredaran darah yang mengandung oksigen dngan melakukan: a. Masase jantung. 12



Dengan ditidurkan pada tempat tidur yang datar dan keras, kemudian dengan telapak tangan di tekan secara kuat dan keras sehingga jantung yang terdapat di antara sternum dan tulang belakang tertekan dan darah mengalir ke arteria pumonalis dan aorta. Masase jantung yang baik terlihat hasilnya dari terabanya kembali nadi arteri-atreri besar. Sedangkan pulihnya sirkulasi ke otak dapat terlihat pada pupil yang menjadi normal kembali. b. Pernapasan buatan. Mula-mula bersihkan saluran pernapasan,kemudian ventilasi di perbaiki dengan pernapan mulut ke mulut/inflating bags atau secara endotrakheal. Ventilasi yang baik dapat diketahui bila kemudian tampak ekspansi dinding thoraks pada setiap kali inflasi di lakukan dan kemudian juga warna kulit akan menjadi normal kembali. 2. Memperbaiki irama jantung a. Defibrilasi, bila kelainan dasar henti jantung ialah fibrilasi ventrikel b. Obat-obatan:infus norepinefrin 4 mg/1000ml larutan atau vasopresor dan epinefrin 3 ml 1:1000 atau kalsium klorida secara intra kardial (pada bayi di sela iga IV kiri dan pada anak dibagian yang lebih bawah) untuk meninggikan tonus jantung,sedangkan asidosis metabolik diatasi dengan pemberian sodium bikarbonat.bila di takutkan fibrilasi ventrikel kambuh,makapemberian lignokain 1% dan kalium klorida dapat menekan miokard yang mudah terangsang.Bila nadi menjadi lambat dan abnormal,maka perlu di berikan isoproterenol. 3. Perawatan dan pengobatan komplikasi a. Perawatan:Pengawasan tekanan darah, nadi, jantung : menghindari terjadinya aspirasi (dipasang pipa lambung); mengetahui adanya anuri yang dini (di pasang kateter kandung kemih). b. Pengobatan komplikasi yang terjadi seperti gagal ginjal (yang di sebabkan nekrosis kortikal akut) dan anuri dapat di atasi dengan pemberian ion exchange resins, dialisis peritoneal serta pemberian cairan yang di batasi.kerusakan otak di atasi dngan pemberian obat hiportemik dan obat untuk mengurangi edema otak serta pemberian oksigen yang adekuat. Langkah – langkah Resusitasi Jantung Paru menurut AHA (2010) : 1) Periksa Kesadaran Panggil korban dengan suara keras dan jelas atau panggil nama korban, lihat apakah korban bergerak atau memberikan respon, jika tidak berikan stimulasi dengan menggerakkan bahu korban. Pada korban yang sadar, dia akan menjawab dan bergerak. Setelah tindakan identifikasi kesadaran, lakukan pemeriksaan untuk mencari kemungkinan adanya cedera dan pengobatan yang 13



diperlukan, namun jika tidak ada respon, artinya korban tidak sadar, maka segera panggil bantuan. 2) Posisi Korban Pada penderita yang tidak sadar, tempatkan korban pada tempat yang datar dan keras dengan posisi terlentang pada tanah, lantai atau meja yang keras. Jika harus membalikkan posisi, maka lakukan seminial mungkin gerakan pada leher dan kepala (posisi stabil miring). 3) Evaluasi jalan nafas Pada penderita yang tidak sadar sering terjadi obstruksi akibat lidah jatuh ke belakang. Oleh karena itu penolong harus segera membebaskan jalan nafas dengan beberapa teknik berikut : 1) Bila korban tidak sadar dan tidak dicurigai adanya trauma, buka jalan nafas dengan teknik Head Tilt-chin lift Maneuver akan tetapi jangan menekan jaringan lunak dibawah dagu karena akan menyebabkan sumbatan. Caranya adalah satu tangan diletakkan pada bagian dahi untuk menengadahkan kepala, dan secara simultan jari-jari tangan lainnya diletakkan pada tulang dagu sehingga jalan nafas terbuka.



Gambar : Teknik head tilt and chin lift 2) Korban yang dicurigai mengalami trauma leher gunakan teknik jaw-thrust Maneuver untuk membuka jalan nafas, yaitu dengan cara meletakkan 2 atau 3 jari di bawah angulus mandibula kemudian angkat dan arahkan keluar, jika terdapat dua penolong maka yang satu harus melakukan imobilisasi tulang servikal



14



Gambar Teknik Jaw Thrust 3) Mengeluarkan benda asing Obstruksi karena aspirasi benda asing dapat menyebabkan sumbatan ringan atau berat, jika sumbatannya ringan maka korban masih dapat bersuara dan batuk, sedangkan jika sumbatannya sangat berat maka korban tidak dapat bersuara ataupun batuk. Jika terdapat sumbatan karena benda asing maka pada bayi < 1 tahun dapat dilakukan teknik 5 kali back blows (back slaps) di interskapula, namun jika tidak berhasil dengan teknik tersebut dapat dilakukan teknik 5 kali chest thrust di sternum, 1 jari di bawah garis imajiner intermamae (seperti melakukan kompresi jantung luar untuk bayi usia< 1 tahun).



Gambar : Teknik Back Blow Jika terdapat sumbatan karena benda asing maka, dapat dilakukan teknik Heimlich maneuver yaitu korban di depan penolong kemudian lakukan hentakan sebanyak 5 kali dengan menggunakan 2 kepalan tangan di antara prosesus xifoideus dan umbilikus hingga benda yang menyumbat dapat dikeluarkan,



15



Gambar: Teknik Chest Thrust



Gambar:Teknik Abdominal Thrust



4) Periksa nafas Jika obstruksi telah dikeluarkan maka periksa apakah korban bernafas atau tidak, lakukan dalam waktu < 10 detik, dengan cara: 



Lihat gerakan dinding dada dan perut ( look )







Dengarkan suara nafas pada hidung dan mulut korban ( listen )







Rasakan hembusan udara pada pipi ( feel )



Korban yang mengalami gasping (megap-megap/nafas yang agonal atau nafas yang tidak efektif) , maka korban tersebut dinyatakan tidak bernafas. 5) Berikan bantuan nafas Lakukan 5 kali bantuan nafas untuk mendapatkan 2 kali nafas efektif. Hal itu dapat dilihat dengan adanya pengembangan dinding dada. Bila dada tidak mengembang reposisikan kepala korban agar jalan nafas dalam keadaan terbuka. Teknik bantuan nafas pada bayi dan anak berbeda, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan bag valve mask ventilation atau tanpa alat, yaitu pada bayi dilakukan teknikmouth-to-mouth-and-nose, sedangkan pada anak menggunakan teknik mouth-to-mouth. 6) Periksa Nadi Selanjutnya periksa nadi, pada bayi pemeriksaan dilakukan pada arteri brakialis sedangkan pada anak dapat dilakukan pada arteri karotis ataupun femoralis. Pemeriksaan nadi ini dilakukan dalam waktu ≤ 10 detik. Jika nadi > 60 kali/menit namun tidak ada nafas spontan atau nafas tidak efektif, maka lakukan pemberian nafas sebanyak 12-20 kali nafas/menit, sekali nafas buatan 3-5 detik hingga korban bernafas dengan spontan, nafas yang efektif akan tampak dada korban akan mengembang. 7) Kompresi Jantung luar



16



Jika nadi < 60 kali/menit dan tidak ada nafas atau nafas tidak adekuat maka lakukan kompresi jantung luar. Pada bayi dan anak terdapat perbedaan teknik yaitu pada bayi dapat dilakukan teknik kompresi di sternum dengan dua jari (two finger chest compression technique ). Selain itu, dapat juga dilakukan dengan menggunakan kedua tangan pada posisi satu jari di bawah garis imajiner intermamae (two thumb-encircling hands) jika didapatkan dua penolong. 8) Defibrilasi / AED (Automated External Defibrillator)



Langkah - langkah penggunaan AED, (AHA, 2015) : 



Pastikan anda dan korban tidak berada dalam situasi yang bisa membahayakan hidup anda berdua seperti misalnya pada korban yang tersengat listrik, pastikan aliran listrik yang masih menempel pada korban telah diputuskan terlebih dahulu. Korban kecelakaan yang berada di tengah keramaian lalu lintas harus dipinggirkan ke tempat yang aman sebelum mulai diberikan pertolongan pertama.







Cek respon dengan menepuk-nepuk bahu korban sambil berteriak apakah korban baik-baik saja.







Mintalah bantuan dengan meminta tolong dan perintahkan pada seeorang untuk menghubungi ambulan maupun paramedik serta mengambil AED.







Bila korban tidak memberikan respon periksa apakah korban yang tidak sadarkan diri ini bernafas; dengan cara melihat pergerakan dada dan mendengarkan suara-suara yang keluar dari mulut korban.







Aktifkan AED dengan menekan tombol ON.



17







Ambil stiker pad, tempelkan pada dada korban dan pastikan pad menempel kuat dengan kulit dada korban (alat pencukur jenggot tersedia dalam paket plastik kecil di kotak AED, termasuk handuk kecil untuk mengeringkan dada korban apabila basah).







Ikuti perintah yang diberikan AED yaitu lakukan Resusitasi Jantung Paru atau CPR sampai selama kurang lebih 2 menit. AED kemudian akan memeriksa kondisi detak jantung korban dan memerintahkan semua orang yang terlibat untuk tidak menyentuh korban: “Don’t Touch Patient Analyzing.”







AED akan memutuskan bila korban membutuhkan shock atau tidak dengan menganalisa detak jantung korban. Apabila AED menemukan salah satu dari dua jenis detak jantung ini yaitu Ventricular Febrillation (tidak teratur), Ventricular Tachycardia (sangat cepat), AED akan memerintahkan penolong untuk menekan tombol Shock dengan perintah: “Shocking Advised”. 1. Saat penolong menekan tombol Shock, AED akan memberikan sengatan listrik ke jantung korban dan penolong tidak boleh menyentuh korban saat pemberian sengatan berlangsung. 2. Bila belum berhasil membuat korban bernafas/sadarkan diri (biasanya ditandai dengan pergerakan pada tangan dan mata korban, AED akan memerintahkan penolong untuk kembali melanjutkan RJP/CPR dengan perintah: “Continue CPR”. 3. Penolong harus terus melanjutkan set yang sama sesuai perintah AED sampai paramedik datang memberikan bantuan tambahan dan mengambil alih proses pertolongan pertama. 4. AED tidak akan memberikan perintah berhenti RPJ atau “Stop CPR” atau memberitahu penolong bahwa korban sudah meninggal. AED akan terus memerintahkan penolong untuk tetap melakukan RJP/CPR sampai korban sadarkan diri



18



BAB III METODE PELAKSANAAN Topik



: Cardiac Arrest



Sub Topik



: Health edukasi pertolongan pertama pada cardiac arrest



Sasaran



: Dewasa usia 20-23 tahun



Tempat



: Menyesuaikan



Hari



: Rabu



Tanggal



:16 Juni 2021



Waktu



:19.00 WIB –19.45 WIB



3.1 TUJUAN 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah dilakukan penyuluhan peserta dapat mengetahui petolongan pertama pada Cardiac Arrest 2. Tujuan Instruksional Khusus setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta (keluarga pasien) dapat: a. Mengetahui pengertian Cardiac Arrest b. Mengetahui faktor predisposisi Cardiac Arrest c. Mengetahui etiologi Cardiac Arrest d. Mengetahui manifestasi klinis Cardiac Arrest e. Mengetahui patofisiologi Cardiac Arrest f. Mengetahui pemeriksaan penunjang Cardiac Arrest g. Mengetahui komplikasi Cardiac Arrest h. Mengetahui penatalaksanaan Cardiac Arrest 3.2 MATERI 1. Mengetahui pengertian Cardiac Arrest 2. Mengetahui faktor predisposisi Cardiac Arrest 3. Mengetahui etiologi Cardiac Arrest 4. Mengetahui manifestasi klinis Cardiac Arrest 5. Mengetahui patofisiologi Cardiac Arrest 6. Mengetahui pemeriksaan penunjang Cardiac Arrest 7. Mengetahui komplikasi Cardiac Arrest 8. Mengetahui penatalaksanaan Cardiac Arrest 3.3 KEGIATAN KEGIATAN NO



TAHAPAN



PENYULUH



SASARAN



19



WAKTU



1.



Pendahuluan



a. b. c. d.



Salam pembukaan Perkenalan Menyampaikan tema Mengomunikasikan tujuan



2.



Penyajian



3.



Penutup



a. Menjelaskan serta menguraikan secara jelas dan padat materi tentang : - Pengertian Cardiac Arrest - Faktor predisposisi Cardiac Arrest - Etiologi Cardiac Arrest - Manifestasi klinis Cardiac Arrest - Patofisiologi Cardiac Arrest - Pemeriksaan penunjang Cardiac Arrest - Komplikasi Cardiac Arrest - Penatalaksanaan Cardiac Arrest b. Tanya jawab antara peserta dan penyuluh a. Menyimpulkan materi b. Salam



Peserta menjawab 10 menit salam dan memperhatikan



Saat penyuluh 30 menit selesai menyampaikan materi diharapkan peserta aktif mengajukan pertanyaan



Peserta menjawab 10 menit salam



2.4. METODE Zoom meeting 2.5. MEDIA Power point, Video 2.6. PENGORGANISASIAN 1. Moderator (Ella Lutfitasari dan Fambudi Bima Sena Huda) Tugas : 20



• Membuka dan menutup acara • Memperkenalkan diri • Menetapkan tata tertib acara • Menjaga kelancaran acara • Memimpin diskusi 2. Penyaji (Farhan Nur Arif dan Aida Nur Sabrina) • Menyajikan materi • Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan 3. Fasilitator (Rahmania Ambarika S.Kep.,Ns.,M.Kep) • Bersama moderator menjalin kerja sama dalam menyajikan materi penyuluhan • Memotivasi peserta dalam bertanya 4. Observasi (Cici Aprillia dan Laili Khoirun Nissa) • Mengamati jalannya kegiatan • Mengevaluasi kegiatan • Mencatat perilaku verbal atau non verbal peserta kegiatan 5. Dokumentasi dan Perlengkapan (Adelaide Fernandes Guterres dan Margaretha Holo) 3.6. EVALUASI 1. Evaluasi Struktur a. Materi dan SAP sudah disediakan b. Kontrak waktu sebelum di lakukan penyuluhan c. Peserta mengikuti penyuluhan dengan tertib 2. Evaluasi Proses a. 50% peserta antusias b. 100% peserta mengikuti awal sampai akhir c. Proses penyuluhan dapat berlangsung lancar dan peserta penyuluhan memahami materi penyuluhan yang diberikan d. Selama proses penyuluhan diharapkan peserta mengajukan pertanyaan 3. Evaluasi Hasil Peserta penyuluhan mengerti 75% dari apa yang telah disampaikan dengan kriteria mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan yang diberikan oleh penyuluh Berikut beberapa pertanyaan yang akan diberikan kepada peserta : a. Kenapa laki-laki lebih dominan terkena penyakit cardiac arrest daripada wanita? b. Apa tindakan seorang perawat saat menemui korban cardiac arrest atau henti jantung? c.



21



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Evaluasi Struktur Penyuluhan health edukasi terhadap pertolongan pertama pada kasus cardiac arrest dilakukan melalui zoom meeting. Peserta penyuluhan terdiri dari Setelah penyuluhan kami melakukan beberapa evalusi diantaranya : 1. Menanyakan kepada peserta penyuluhan tentang materi yang sudah dijelaskan 2. Peserta penyuluhan aktif bertanya dan menjawab materi yang diberikan 4.2. Evaluasi Hasil Untuk proses dan hasil semua peserta mengikuti penyuluhan dari awal hingga akhir. Selama



proses



penyuluhan



berlangsung



peserta



penyuluhan



memahami,



memperhatikan dan mengerti materi penyuluhan yang di sampaikan yakni tentang health edukasi terhadap pertolongan pertama pada kasus cardiac arrest Peserta berpartisipasi dalam mengajukan pertanyaan kepada pemateri dan pemateri mampu



menjawab



secara



lisan



pertanyaan



dari



peserta,



berikut



contoh



pertanyaannya: 1. Kenapa laki-laki lebih dominan terkena penyakit cardiac arrest daripada wanita? 2. Apa tindakan seorang perawat saat menemui korban cardiac arrest atau henti jantung? Jawaban dari pemateri : 1. Salah satu faktor yang menyebabkan pria lebih rentan mengalami serangan jantung adalah konsumsi garam. Umumnya pria lebih banyak mengkonsumsi garam, padahal natrium dalam garam bisa meningkatkan tekanan darah sekaligus risiko serangan jantung. Survei di Amerika Serikat mengungkap bahwa pria mengonsumsi garam rata-rata 10 gram/hari sementara wanita hanya 7 gram/hari. Padahal asupan natrium yang disarankan tidak lebih dari 2,4 gram atau sekitar 6 gram garam dapur. Faktor lainnya adalah kondisi hormonal. Pada wanita yang masih mendapatkan menstruasi teratur, jantung dan sistem peredaran darahnya dilindungi oleh hormon-hormon tertentu yang membuatnya lebih kuat dan tidak mudah mengalami gangguan seperti pada pria. Selama belum memasuki usia menopause, wanita cenderung lebih aman dari serangan jantung kecuali jika memiliki faktorfaktor risiko lain. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko serangan jantung pada 22



wanita di usia subur antara lain diabetes dan kadar kolesterol di atas 260 mg (6,5 mmol). Selama belum memasuki usia menopause, wanita cenderung lebih aman dari serangan jantung kecuali jika memiliki faktor-faktor risiko lain. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko serangan jantung pada wanita di usia subur antara lain diabetes dan kadar kolesterol di atas 260 mg (6,5 mmol). Namun setelah masuk menopause dan siklus menstruasi berhenti, risiko serangan jantung pada wanita akan semakin menyamai pria. Statistik tahun 1990 menunjukkan pada usia 65 tahun ke atas, 56 persen kematian akibat serangan jantung di Amerika Serikat terjadi pada wanita dan 44 persen sisanya terjadi pada pria. Berikut ini perbandingan risiko serangan jantung antara pria dan wanita berdasarkan usianya.: Usia Rasio Pria Rasio Wanita (tahun ) 35 100 1 40 20 1 50 10 1 65 5 2 70 5 4 75 1 1 Serangan jantung memiliki tanda-tanda: 1. Rasa tertekan (serasa ditimpa beban, sakit, terjepit dan terbakar) yang menyebabkan sesak napas dan tercekik di leher. 2. Rasa sakit ini bisa menjalar ke lengan kiri,leher dan punggung. 3. Rasa sakitnya bisa berlangsung sekitar 15-20 menit dan terjadi secara terus menerus. 4. Timbul keringat dingin, tubuh lemah, jantung berdebar dan bahkan hingga pingsan. 5. Rasa sakit ini bisa berkurang saat sedang istirahat, tapi akan bertambah berat jika sedang beraktivitas. 2. Periksa kesadaran korban Saat berhadapan dengan orang yang henti jantung, periksa kesadarannya dengan cara memanggil korban sambil menepuk bahu. Bila belum bangun, panggil lagi dengan suara yang lebih keras. Panggil bantuan Panggil bantuan atau minta tolong dan minta orang di sekitar untuk menghubungi petugas kesehatan terdekat atau menelepon ambulans gawat darurat di saat menghubungi petugas kesehatan, beritahu nama Anda, apa yang terjadi, nama dan 23



jumlah korban, sementara menunggu petugas kesehatan tiba, lakukan tahap selanjutnya. Atur posisi korban Posisikan korban terlentang, dan usahakan korban berbaring di atas alas yang datar dan keras. Atur posisi kepala korbanSetelah atur posisi, tengadahkan kepala korban, lalu periksa bagian dalam mulut. Apabila ada benda yang terlihat menyumbat saluran napas, ambil segera. Penting untuk diketahui bahwa jangan sampai Anda menghabiskan waktu lama di tahap ini. Segera lakukan tahap berikutnya. Periksa nadi pasien Dengan menggunakan jari, raba nadi yang ada di leher kanan atau kiri korban. Lakukan selama setidaknya 5 detik. Bila tidak dirasakan ada nadi, lakukan tahap berikutnya. Lakukan pompa jantung Berlutut di samping korban, letakkan tangan di bagian tengah dada (di antara kedua puting) dengan posisi kedua tangan bertumpu. Tempatkan bagian pangkal telapak tangan di dinding dada. Dengan prinsip push hard push fast, atau pompa dengan keras dan cepat lakukan pompa jantung dengan kecepatan 100-120 x/menit. Pompa jantung hingga 30 kali, kemudian berikan napas buatan sebanyak 2 kali. Napas buatan diberikan dengan memencet hidung korban, lalu menghembuskan napas di mulut korban. Namun, sejumlah literatur menyebutkan pemberian napas buatan ini tidak perlu lagi dilakukan oleh orang awam. Lakukan langkah ke-6 selama 20 menit, kemudian periksa kembali kesadaran dan nadi korban. Bila belum ditemukan tanda-tanda perbaikan, ulangi kembali tahap 6 selama 2 menit. Lakukan tindakan pompa jantung sampai bantuan medis datang. Bila penolong kelelahan, minta tolong orang lain untuk menggantikan. Tindakan ini dapat dihentikan bila tenaga medis sudah datang, penolong lelah namun tidak ada pengganti, atau sudah dilakukan selama 20 menit tetapi korban tidak menunjukkan perbaikan kondisi.



24



BAB V PENUTUP 5.1. KESIMPULAN Henti jantung merupakan suatu keadaan terhentinya fungsi pompa otot jantung secara tiba-tiba yang berakibat pada terhentinya proses penghantaran oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Keadaan ini bisa terjadi akibat hipoksia lama karena terjadinya henti nafas yang merupakan akibat terbanyak henti jantung. Kerusakan otak dapat terjadi luas jika henti jantung berlangsung lama, karena sirkulasi oksigen yang tidak adekuat akan menyebabkan kematian jaringan otak. Hal tersebutlah yang menjadi alasan penatalaksanaan berupa CPR atau RJP harus dilakukan secepat mungkin untuk meminimalisasi kerusakan otak dan menunjang kelangsungan hidup korban. Hal yang paling penting dalam melakukan resusitasi pada korban, apapun teknik yang digunakan adalah memastikan penolong dan korban berada di tempat yang aman, menilai kesadaran korban dan segera meminta bantuan 5.2. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas, informasi dan pelatihan tatalaksana henti nafas dan henti jantung sebaiknya dapat diberikan kepada masyarakat umum, mengingat bahwa resusitasi dapat memberikan pertolongan awal. Dampak yang di timbulkan semakin berat jika waktu datangnya pertolongan semakin lama.



25



DAFTAR PUSTAKA American Heart Association. Basic Life Support : 2018 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and emergency cardiovascular care. Circulation 2018 Kasron, 2012. Kelainan dan penyakit jantung : pencegahan serta pengobatannya. Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta. Lathif, A., Wahid, A., & Hafifah, I. (2018). The Influence Of Cpr Measures Training Toward Knowledge And Motivation To Help The Victim Of Cardiac Arrest In High School Student Of Darul Hijrah Putera Islamic Boarding School. Jurnal Ilmu Keperawatan: Journal Of Nursing Science, 6(2), 202-209. Sultanian, P., Lundgren, P., Strömsöe, A., Aune, S., Bergström, G., Hagberg, E.,& Rawshani, A. (2021). Henti Jantung Pada Covid-19: Karakteristik Dan Hasil Henti Jantung Di Dalam Dan Di Luar Rumah Sakit. Sebuah Laporan Dari Registri Swedia Untuk Resusitasi Jantung Paru. Jurnal Jantung Eropa , 42 (11), 1094-1106. Tanda, S. D. (2020). Analisa Efektifitas Penggunaan Alat Resusitasi Jantung Paru Otomatis Pada Pasien Dengan Henti Jantung: Telaah Literatur. Surya Medika: Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Dan Ilmu Kesehatan Masyarakat, 15(1), 1-7. Yuliati, N. (2020). Pengaruh Health Promotion Terhadap Sikap Dan Keyakinan Keluarga Pasien Dalam Pengambilan Keputusan Tindakan Rjp Pada Pasien Cardiac Arrest Di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Lamongan).



26



LAMPIRAN



27