Sap Dengan Low Back Pain [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN LOW BACK PAIN



Oleh: Profesi Ners STIKES Bina Usada Bali



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA USADA BALI 2021



SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan



: pengetahuan tentang penyakit low back pain. : pengertian low back pain, penyebab low back pain, klasifikasi low back pain, tanda dan gejala low back pain, faktor resiko low back pain, pencegahan low back pain, penatalaksanaa low back pain.



Sasaran



: Seluruh Masyarakat Di Banjar…………………….



Waktu Pelaksanaan



: 07 November 2021



Tempat



: Bale Banjar Dama



Penyuluh



: Profesi Ners STIKES Bina Usada Bali



A. Analisis Intruksional Para Masyarakat Banjar Dama yang menjadi peserta penyuluhan akan mengetahui tentang mengerti dan memahami tentang penyakit low back pain.



B. Tujuan a. Tujuan Umum Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan peserta dapat mengerti dan memahami tentang penyakit low back pain. b. Tujuan Khusus Setelah diberikan penyuluhan diharapkan para masyarakat Banjar Dama dapat: 1. Mengetahui pengertian low back pain 2. Mengetahui penyebab low back pain 3. Mengetahui klasifikasi low back pain 4. Mengetahui tanda dan gejala low back pain 5. Mengetahui faktor resiko low back pain 6. Mengetahui pencegahan low back pain 7. Mengetahui penatalaksanaa low back pain



C. Pokok Bahasan a. Materi Penyuluhan: 1. pengertian low back pain 2. penyebab low back pain 3. klasifikasi low back pain 4. tanda dan gejala low back pain 5. faktor resiko low back pain 6. pencegahan low back pain 7. penatalaksanaa low back pain b. Kegiatan Penyuluh: 1. Menjelaskan pengertian low back pain 2. Menjelaskan penyebab low back pain 3. Menjelaskan klasifikasi low back pain 4. Menjelaskan tanda dan gejala low back pain 5. Menjelaskan faktor resiko low back pain 6. Menjelaskan pencegahan low back pain 7. Menjelaskan penatalaksanaa low back pain D. Sasaran dan Target Sasaran



: Seluruh Masyarakat yang ada di Banjar Dama



Target



: Para Masyarakat Banjar Dama



E. Metode Ceramah, diskusi dan demonstrasi (Latihan aktivitas fisik sesuai dengan protokol kesehatan) F. Media Media yang digunakan adalah leaflet dan instruktur (mahasiswa yang terlatih) Kegiatan : NO WAKTU 1. 2.



KEGIATAN PENYULUHAN Pre Mempersiapkan materi, Interaksi (5 alat, tempat, kontrak menit) waktu dengan peserta Tahap Pembukaan: Orientasi (5 a. Moderator menit) mengucapkan



KEGIATAN PESERTA



a. Menjawab salam b. Doa bersama



salam b. Doa bersama c. Memperkenalkan diri d. Menyampaikan maksud dan tujuan Pelaksanaan : a. Menjelaskan pengertian low back pain b. Menjelaskan penyebab low back pain c. Menjelaskan klasifikasi low back pain d. Menjelaskan tanda dan gejala low back pain e. Menjelaskan faktor resiko low back pain f. Menjelaskan pencegahan low back pain g. Menjelaskan penatalaksanaa low back pain



3.



Tahap Kerja Penyuluhan (15 menit)



4.



Tahap Melakukan Kerja pencegahan demonstrasi pain (10 menit)



5.



Terminasi (5 menit)



kegiatan low back



Kegiatan menutup penyuluhan: a. Mengajukan pertanyaan sebagai evaluasi b. Member reward pada peserta yang aktif bertanya dan menjawab c. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan d. Mengucapkan salam penutup



c. Mendengarkan d. Memperhatikan



Peserta mendengarkan penjelasan penyaji dengan seksama



a. Peserta memperhatikan instruktur dengan seksama b. Peserta mengikuti kegiatan yang instruktur arahkan a. Peserta menjawab pertanyaan yang diberikan b. Peserta yang aktif mendapatkan reward c. Penserta mendengarkan penjelasan d. Peserta menjawab salam



G. Setting Tempat Penyuluhan



Keterangan: : Penyaji : Fasilitator : Peserta : Observer : Moderator H. Evaluasi 1. Evaluasi Standar a. Kesiapan materi. b. Kesiapan SAP. c. Kesiapan media : Leaflet d. Peserta hadir di tempat penyuluhan. e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan diadakan H-7. f. Jumlah hadir dalam penyuluhan maksimal 15 orang. 2. Evaluasi Proses a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan. b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan. c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar. d. Suasana penyuluhan tertib. e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan. 3. Evaluasi Hasil Peserta penyuluhan mampu : a. Menjelaskan dan Memahami Pengertian Covid-19



b. Menjelaskan dan Memahami Penyebab Covid-19 c. Menjelaskan dan Memahami Tanda dan gejala Covid-19 d. Menjelaskan dan Memahami Angka kejadian Covid-19 e. Menjelaskan dan Memahami Cara penularan Covid-19 f. Menjelaskan dan Memahami Cara mencegah menularan Covid-19 g. Menjelaskan dan Memahami Cara hidup sehat di masa pandemi Covid-19 dengan cara 5M Plus TATIAPI I. Job Description 1. Moderator Uraian tugas : a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta. b. Mengatur proses dan lama penyuluhan. c. Memotivasi peserta untuk bertanya. d. Memimpin jalannya diskusi dan evaluasi. e. Menutup acara penyuluhan. 2. Penyaji Uraian tugas : a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta. b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan. c. Menjawab pertanyaan peserta. 3. Fasilitator Uraian tugas : a. Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta. b. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan. c. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas. d. Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi peserta. e. Membagikan leaflet dan lembar evaluasi kepada peserta. 4. Observer Uraian tugas : 1) Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses penyuluhan.



2) Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta. 3) Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses penyuluhan. 4) Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan. 5) Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak sesuai dengan rencana penyuluhan.



Lampiran MATERI A. PENGERTIAN LOW BACK PAIN Nyeri punggung bawah adalah kondisi yang tidak mengenakkan atau nyeri kronik minimal keluhan tiga bulan disertai adanya keterbatasan aktivitas yang diakibatkan nyeri apabila melakukan pergerakan atau mobilisasi (Helmi, 2014). Menurut Astuti & Koesyanto (2016) nyeri punggung bawah merupakan keluhan otot yang menjadi penyebab utama disabilitas, penurunan kualitas hidup dan keluhan utama bagi pekerja yang datang ke pelayanan kesehatan. Nyeri punggung terjadi karena sikap dan beban kerja yang terlalu tinggi ditambah dengan peregangan otot yang tidak cukup bagi pekerja B. PENYEBAB LOW BACK PAIN Low back pain disebabkan oleh beberapa kelainan pada tulang belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi, maupun struktur penyokong lainnya yang ada pada tulang belakang, regangan pada lumbosakral bersifat akut, kelemahan pada otot dan ketidakstabilan ligamen lumbosakral, osteoathritis tulang belakang, stenosis tulang belakang, ketidaksamaan diskus intervertebra, penyebab lain seperti lansia (perubahan struktur tulang belakang), gangguan ginjal, masalah pada pelvis,



tumor



retroperineal,



aneurisma



abdominal



serta



masalah



psikosomatik (Muttaqin, 2011). Gejala low back pain pada setiap individu yang merasakannya berbeda – beda. Pada dasarnya individu merasakan nyeri saat berbaring, namun ada yang mengatakan tidur tidak menimbulkan nyeri. Namun pada umumnya low back pain dirasakan ketika individu membungkuk atau mengangkat beban yang terlalu berat dan mengadahkan tubuh kebagian belakang (Helmi, 2014). Pada minggu ke 2-4 minggu episode akut akan berangsur sembuh. Rentang nyeri pada masing – masing individu berbeda. C. KLASIFIKASI LOW BACK PAIN Klasifikasi sederhana dan praktis ini telah mendapat pengakuan internasional, yaitu membagi nyeri pinggang ke dalam tiga kategori - yang disebut "triage diagnostik" menurut Fitrina (2018): 1. Kelainan tulang belakang spesifik



2. Nyeri akar saraf / nyeri radikuler 3. Low back pain nonspesifik Rekomendasi yang diberikan sehubungan dengan low back pain kronis "nonspesifik", yaitu: low back pain yang tidak diketahui penyebabnya dan disebut patologi spesifik (misalnya infeksi, tumor, osteoporosis, patah tulang, deformitas struktural, inflamasi, sindrom radikuler atau sindrom cauda equina). Salah satu model mekanistik untuk low back pain kronik cenderung fokus pada jaringan muskuloskeletal, pada sistem saraf, atau perilaku. Menurut sebuah hipotesis, bahwa plastisitas dijaringan ikat dan sistim saraf, dihubungkan satu sama lain melalui perubahan perilaku motorik. Hal ini merupakan peran kunci dalam sejarah low back pain kronik, serta responnya untuk perawatan. D. TANDA DAN GEJALA Adapun tanda dan gejala dari low back pain menurut (Wijayanti, 2017) antara lain yakni: 1. Nyeri sepanjang tulang belakang, dari pangkal leher sampai tulang ekor. 2. Nyeri tajam terlokalisasi di leher, punggung atas atau punggung bawah terutama setelah mengangkat benda berat atau terlibat dalam aktivitas berat lainnya. 3. Sakit kronis di bagian punggung tengah atau punggung bawah, terutama setelah duduk atau berdiri dalam waktu yang lama. 4. Nyeri punggung menjalar sampai ke pantat, dibagian belakang paha, ke betis dan kaki. 5. Ketidakmampuan untuk berdiri tegak tanpa rasa sakit atau kejang otot di punggung bawah. E. FAKTOR RESIKO Adapun faktor risiko terjadinya low back pain dapat dibedakan menjadi 3 faktor, antara lain : 1. Faktor Individu a. Usia Menurut Lisanti 2017



Umur masih menjadi pertentangan antara



penelitian yang satu dengan yang lain karena banyak faktor yang mempengaruhi salah satunya terkait masa pubertas pada anak. anak usia 6-12 tahun biasanya sudah menunjukan tanda pubertas yang ditandai dengan mulai berkembangnya karakteristik sek sekunder. Umur 6-12 tahun merupakan usia sekolah. Jika ditinjau dari konsep nyeri, memiliki beberapa karakteristik. Anak usia sekolah sudah memiliki kemampuan



untuk menggambarkan penyebab, jenis, kualitas nyeri, dan sudah mampu menilai tingkat keparahan nyeri. b.



Indeks Massa Tubuh (IMT) Amila (2015) mengatakan bahwa seseorang yang overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal. Semakin berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan dalam menerima beban sehingga menyebabkan mudahnya terjadi kerusakan pada struktur tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah verterbrae lumbal.



c. Jenis kelamin Secara fisiologis kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria. Pada wanita keluhan ini sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang (Wijayanti, 2017). d. Merokok Hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang adalah karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok juga dapat menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang (Wijayanti, 2017). e.



Masa kerja Nyeri punggung bawah tidak pernah terjadi secara langgung, akan tetapi merupakan suatu akumulasi. Masa kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan keluhan otot karena semakin lama masa kerja seseorang telah terjadi akumuls cedera-cedera ringan yang dialami, dimana paparan mengakibatkan rongga diskus menyempit secara permanen dan juga mengakibatkan degenerasi atau kemunduran tulang belakang yang akan menyebabkan nyeri punggung bawah kronis. Hal tersebut dikarenakan pembebanan pada tulang belakang dalam waktu yang lama. Semakin lama masa bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko maka semakin besar pula risiko untuk mengalami LBP dikarenakan nyeri punggung merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama



untuk



berkembang



(Ramadhan, 2012). f. Riwayat pendidikan



dan



menimbulkan



manifestasi



klinis



Pendidikan terakhir pekerja menunjukkan pengetahuannya dalam melakukan pekerjaan dengan postur yang tepat. Pendidikan seseorang menunjukkan tingkat pengetahuan yang diterima oleh orang tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak pengetahuan yang didapatkan (Andini, 2015). g. Aktivitas fisik Sikap tubuh yang salah merupakan peyebab nyeri punggung bawah yang sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan sehari-hari. Kebiasaan seseorang, seperi duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri punggung bawah. Misalnya seorang pelajar seringkali membungkukkan punggungnya ketika menulis (Andini,2015). h. Riwayat penyakit terkait rangka dan riwayat trauma Postur yang bervariasi dan abnormalitas kelengkungan tulang belakang merupakan salah satu faktor risiko adanya keluhan LBP. Orang dengan kasus spondylolisthesis akan lebih berisiko LBP pada jenis pekerjaan yang berat, tetapi kondisi seperti ini sangat langka. Kelainan secara struktural seperti spina bifida acculta dan jumlah ruas tulang belakang yang abnormal tidak memiliki konsekuensi. Perubahan spondylitic biasanya memiliki nilai risiko yang lebih rendah. Riwayat terjadinya trauma pada tulang belakang juga merupakan faktor risiko terjadinya LBP karena trauma akan merusak struktur tulang belakang yang dapat mengakibatkan nyeri yang terus menerus (Andini,2015). 2. Faktor Pekerjaan a. Beban kerja Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang diterima oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja yang menerima beban tersebut. Beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Berkembangnya dunia pendidikan menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut mempunyai dampak yang signifikan pada barang bawaan yang dibawa oleh siswa. Jika beban tas terlalu berat maka akan berdampak buruk terhadap terjadinya kesalahan pada tubuh yang dapat menyebabkan nyeri punggung bawah (Andini,2015). b. Posisi kerja



Posisi janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan dari posisi tubuh normal saat melakukan pekerjaan. Bekerja dengan posisi janggal dapat meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan dalam bekerja. Posisi janggal dapat menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah menimbulkan kelelahan. Termasuk ke dalam posisi janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai, berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam posisi statis dan menjepit dengan tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area tubuh seperti bahu, punggung dan lutut karena daerah inilah yang paling sering mengalami cedera. c. Repetisi Repetisi adalah pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama. Frekuensi gerakan yang terlampau sering akan mendorong fatigue dan ketegangan otot tendon. Ketegangan otot tendon dapat dipulihkan apabila ada jeda waktu istirahat yang digunakan untuk peregangan otot. 3. Faktor Lingkungan a. Getaran Getaran berpotensi menimbulkan keluhan Low back pain ketika seseoang menghabiskan waktu lebih banyak di kendaraan atau lingkungan kerja yang memiliki hazard getaran. Getaran merupakan faktor risiko yang signifikan untuk terjadinya low back pain, getaran dapat menyebabkan kontraksi otot meningkat yang menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri (Andini, 2015). b. Kebisingan Kebisingan yang ada di lingkungan kerja juga bias mempengaruhi performa kerja. Kebisingan secara tidak langsung dapat memicu dan meningkatkan rasa nyeri LBP yang dirasakan pekerja karena bisa membuat stres pekerja saat berada di lingkungan kerja yang tidak baik. F. PENCEGAHAN LOW BACK PAIN Menurut Steffens (2016) ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah timbulnya nyeri punggung bawah : 1. Gunakan teknik mengangkat atau menekuk dan memindahkan dengan benar.



2. Berolahraga secara teratur untuk menjaga otot-otot yang menopang punggung dan menguatkan peregangan otot untuk menjaga punggung kita. 3. Mengangkat barang yang lebih berat harus selalu dilakukan dengan kaki kita untuk menghindari penekukan punggung yang berlebihan. 4. Membungkuk dengan satu lutut atau jongkok untuk menaikan objek, dorong diri anda dengan kaki anda. 5. Jangan membungkuk, postur yang buruk membuat anda terasa kram. 6. Pertahakan berat badan yang tepat untuk mengindari ketegangan pada otot punggung. 7. Tidur terlentang atau miring dengan lutut ditekuk. 8. Tempatkan bantal tipis diantara kedua lutut anda saat tidur miring. 9. Kelola stress, jaga sikap positif. G. PENATALAKSANAAN LOW BACK PAIN 1. Farmakologis Menurut Sengkey (2018) penatalaksanaan low back pain secara farmakologis berupa pemberian obat-obatan kimia seperti: a. Analgesik dan OAINS ( Obat Anti Inflamasi NonSteroid) Obatobatan ini diberikan dengan tujuan mengurangi nyeri inflamasi. Contoh analgesik sederhana yang dapat dipakai adalah paracetamol. OAINS yang banyak dipakai adalah: sodium diklofenak/ potassium, ibuprofen, etodolak, deksketoprofen dan selekoksib. b. Obat pelemas otot (muscle relaxant) Obat pelemas otot bermanfaat untuk NPB akut terutama bila penyebab NPB adalah spasme otot. Contoh: eperison, tisanidin, karisoprodol, diasepam dan siklobensaprin. c. Opioid Obat ini cukup efektif untuk mengurangi nyeri, tetapi seringkali menimbulkan efek samping mual dan mengantuk disamping pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat. Disarankan pemakaiannya hanya pada kasus NPB 2. Nonfarmakologi a. Terapi akupresur Akupresur merupakan terapi komplementer yang tidak memiliki efek samping dan dapat digunakan untuk menurunkan tingkat nyeri baik nyeri akut maupun nyeri kronis. Akupresur dilakukan dengan memberikan tekanan fisik pada beberapa titik pada permukaaan tubuh yang merupakan tempat sirkulasi energi dan keseimbangan pada kasus gejala nyeri. Akupresur terbukti dapat mengurangi nyeri punggung (Kurniyawan, 2016). Pemberian terapi akupresur dapat melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan intensitas nyeri dengan penekanan pada titik meridian BL 20, BL 23, BL25, dan BL 40 pada pasien dengan keluhan low back pain (Kementerian Kesehatan, 2012). b. Peregangan Pemberian pelatihan peregangan juga dapat menurunkan tingkat nyeri punggung bawah. Peregangan otot jika



dilakukan dengan benar dan teratur dapat mencegah dan membantu pemulihan nyeri punggung akibat posisi kerja yang salah, otot menegang akibat tidak bergerak dalam waktu yang lama, peredaran darah yang terhambat dan cedera ketegangan yang berulang (Satriadi dkk, 2018).



DAFTAR PUSTAKA Amelia, Giema. (2016). Penatalaksanaan fisioterapi pada low back pain myogenic di RST Dr. Soejono Magelang. Karya Tulis Ilmiah diploma tiga, Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Solo. Andini, F. 2015. Risk Factory of Low Back Pain in Workers. J Majority. Vol.4 No.1. Januari 2015 AlBahel, Fahad., Ashraf, Ramadan H., Abdul, Rahim Z., Abdulaziz, Al-Ahaideb., Syamala, Buragadda., Ganeswara, Rao M. (2012). Kinesio Taping for the Treatment of Mechanical Low Back Pain. World Applied Sciences Journal. Vol 22 (1): 78-84. Fitriana, Yuni & Nurwiandani, Widy. 2018. Asuhan Persalinan. Yogyakarta; Pustaka Baru Press Koesyanto, Astuti. (2016). Tujuan pemberian latiahn peregangan terhadap nyeri muskuloskeletal pada pekerja. Jakarta. Kurniawan, R, C. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Low Back Pain Pada Sopir Truk (Studi Kasus Sopi Truk di PT. Samator Gas Bambe, Gersik ). Universitas Airlangga. Lisanti, Martini & Baju Widjasena 2017. “Hubungan penggunaan tas punggung dengan keluhan muskuloskeletal pada siswa Mi Nashrul Fajar Meteseh Kecamatan Tembalang Kota Semarang” KESEHATAN MASYARAKAT, vol.5, no.4, Oktober 2017, hlm. 409-418. Muttaqin, A. (2011). Pengkajian Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta: EGC. Noor Helmi, Z. (2014). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika. Sengkey, L. S. (2018). Rehabilisasi Medis Pada Low Back pain. Retrieved from http://www.yankes.kemkes.go.id/read-rehabilitasi-mediak-pada-low-backpain3952.html



Satriadi, A. A., dkk (2018). Pengaruh Peregangan terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Bagian Produksi di PT. SDJ Pontianak. 4(2), 1059–1066. Wijayanti, F. (2017). Hubungan Posisi Duduk Dan Lama Duduk Terhadap Kejadian Low Back Pain (Lbp) Pada Penjahit Konveksi Di Kelurahan Way Halim Bandar Lampung.