Sap Ispa 20201 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN ISPA



D I S U S U N OLEH :



Nama : Aprilda Syaura Sitanggang Afrida Yanti Ahmad Hariyadi Dwi Desti Khoirul Aminsyah Salmiati Roni Sastra Atmaja Buaya Wahyu Pratama



Sekolah tinggi Ilmu kesehatan Putra Abadi Langkat-Stabat



TA.2019-2020 BAB I PENYUSUNAN SATUAN ACARA PENYULUHAN ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) Topik : ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) Penyuluh : Mahasiswa Kelompok Sasaran : Masyarakat Tanggal/Bulan/Tahun : 17 Juli 2020 Waktu : A . LATAR BELAKANG



Infeksi Saluran Pernapasan Atas merupakan keadaan infeksi anak paling lazim, tetapi kemakananya tergantung frekuensi relatif dari komplikasi yang terjadi pada anak. Sindrom ini lebih luas dari pada orang dewasa. Biasanya anak dengan ISPA mengalami penurunan nafsu makan tetapi tindakan memaksa dia untuk makan hidangan tidak ada gunanya. Sebagian besar penyakit pada anak-anak adalah infeksi, sebagian besar infeksi ini terjadi pada saluran nafas, sebagian besar adalah ISPA, kebanyakan adalah virus. Ispa dapat mencetus kejang demam, dan serangan asma (lectur, 2011). Dinding dan seluruh sistem pernapasan dilapisi oleh mukosa yang saling berhubungan sehinga infeksi yang terjadi disuatu tempat dengan mudah bisa mempengaruhi bagian saluran pernapasan atas lainnya. ISPA juga menjadi alasan utama mengapa pasien lebih memilih perawatan ambulatory atau rawat jalan. Oleh karena itu menjadi penting bahwa perawat perlu dipersiapkan untuk memberikan perawatan terbaik, memberikan



penyuluhan dan informasi mengenai obat- obatan kepada pasien. Meskipun teknologi kedokteran telah berkembang sedemikian pesatnya, namun pertanyaan-pertanyaan klinis yang umum untuk penyakit ISPA selalu mementingkan pada strategi yang efektif untuk pencegahan, diagnosa dan perawatan. Anak-anak merupakan kelompok masyarakat yang rentan untuk terserang berbagai penyakit khususnya penyakit infeksi. Menurut temuan organisasi kesehatan dunia (WHO) diperkirakan 10 juta anak meninggal tiap tahun. Yang disebabkan karena diare, HIV/AIDS, Malaria dan ISPA (DepkesRI,2007). Penyakit ISPA merupakan suatu masalah kesehatan utama di indonesia karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama pada Anak-Anak dan balita. ISPA mengakibatkan sekitar 20% – 30% kematian anak balita. ISPA merupakan salah satu penyebab kunjungan pasien pada sarana kesehatan. Sebanyak 40% – 60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15% – 30% kunjungan berobat dirawat jalan dan rawat inap.



B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Setelah melakukan penyuluhan masyarakat di harapkan mampu memahami tentang penyakit darah tinggi dan mampu melakukan perawatan diri terhadap ISPA . 2. Tujuan Intruksional Khusus Mampu menjeaskan kembali tentang :



1. Menjelaskan kembali pengertian Ispa 2. Penyebab Ispa 3. Tanda dan gejala Ispa 4. Menyebutkan kembali Macam-macam Ispa 5. Menjelaskan bahaya Ispa 6. Menjelaskan kembali cara perawatan Ispa dirumah 7. Menjelaskan cara pencegahan ispa dirumah 8. Menjelaskan penatalaksanaan ispa



C. SASARAN Masyarakat D. METODE 1. Ceramah 2. Tanya jawab



E. MEDIA Leaflet F. WAKTU Hari, Tanggal Pukul Tempat



: Jum’at ,17 juli 2020 : 11.00 Wib : Di Puskesmas Sei Bamban



G. MATERI PENYULUHAN Terlampir



H. Pengorganisasian Penyaji Pembimbing



: Khoirul Aminsyah : Nurhasanah,S.Kep.Ns.MKM



MATERI PENYULUHAN TENTANG HIPERTENSI ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) I. PENGERTIAN ISPA Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai  bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2010). ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran  pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2010)



Infeksi



Saluran



Pernapasan



Atas



(ISPA)



adalah



penurunan



kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing yang terjadi secara tiba-tiba, menyerang hidung, tenggorokan, telinga bagian tengah serta saluran napas bagian dalam sampai ke paru-paru. Biasanya menyerang anak usia 2 bulan-5 tahun.



2. PENYEBAB Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus,



haemophylus



influenzae,b



clamydia



trachomatis,



mycoplasma dan pneumokokus. Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas. Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru. Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin 3. TANDA DAN GEJALA



Menurut WHO (2010), penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru). Secara umum gejala ISPA meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi atau kesulitan bernapas). Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451). Tanda dan gejala yang muncul ialah: 1) Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,50 C-40,5 0 C. 2) Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski. 3) Anoreksia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bahkan tidak mau minum. 4) Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit. 5) Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.



6) Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric. 7) Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudahtersumbat oleh karena banyaknya sekret. 8) Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan



4.KLARIFIKASI Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut: a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing). b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.



c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpatarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia



5. Faktor-faktor yang menyebabkan kejadian ISPA



pada anakmenurut (Depkes, 2010) adalah sebagai berikut: 1. Usia / Umur Kebanyakan infeksi saluran pernapasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA dari pada usia yang lebih lanjut. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) banyak menyerang balita batasan 0-5 tahun, sebagian besar kematian Balita di Indonesia karena ISPA. Balita merupakan faktor resiko yang meningkatkan morbidibitas da mortalitas infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Khususnya pnemonia karena pada usia balita daya tahan tubuh mereka belum terlalu kuat (Santoso, 2010). 2. Jenis kelamin



Meskipun cara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu di perhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukan perbedaan prevalensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu. 3. Status Gizi Setatus gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutriaen. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada  dayta antropometri serta biokimia dan riwayat diit      (Beck, 2000). Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut terus berganti, sel – sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh (Nadesul, 2011). 4. Status Imunisasi Pemberian imunisasi adalah suatu cara dengan sengaja memberikan kekebalan terhadap penyakit secara aktif sehingga anak dapat terhindar dari suatu penyakit. Oleh sebab itu anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap akan lebih berisiko terkena ISPA dibandingkan dengan anak yang mendapat imunisasi lengkap (Nelson, 2008). Tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak. Pada



ibuhamil



dan



wanitausiasuburmeliputi



2



dosis



TT.



Untukanaksekolahtingkatdasarrneliputi 1 dosis DT, I dosis campak dan 2 dosis TT (Dinkes, 2011). 5. Status Pemberian ASI Eksklusif Kolostrum



(daribahasalatincolostrum)



dihasilkanolehkelenjarsusudalamtahapakhirkehamilan beberapaharisetelahkelahiranbayi (Wikipedia, 2008).



adalahsusu



yang dan



ASI eksklusifadalahpemberian ASI tanpamakanan dan minumantambahanlain pada bayiberumur 0-6 bulanbahkan air putihtidakdiberikandalamtahap ASI eksklusifini (WHO, 2010). Balita yang tidakdiberi ASI juga berpotensimengidap ISPA, bayiusia 0-11 bulan yang tidakdiberi ASI mempunyairesiko 5 kalilebih besar meninggalkarena ISPA dibandingkanBayi yang memperoleh ASI Ekslusif. Bayi yang tidakdiberi ASI menyebapkanterjadinyadefisiensizatbesi, inimenjadikanresikokematianyakarena ISPA sangat besar dibandingkanbayi yang secara ekslusifmendapatkan ASI dari si ibu, Bayi yang



diberi



ASI



lebihjarangsakitsertaangkakematianyalebih mendapatkan



ASI.



ekslusifdapattumbuhlebihbaik renda



dibandingkanbayi



Initerjadikarenapemberian



dan yang



tidak ASI



dapatmeningkatkanreaksiImonologisbayi, hampir 90 % kematianbayi dan balita terjadi di negara berkembang dan jumlahitusekitar 4 % lebihkematiandisebapkanoleh ISPA (Kartasasmita, 2010). 6. FaktorLingkungan Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian penyakit ISPA. Faktor lingkungan tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar rumah. Untuk faktor yang berasal dari dalam rumah sangat dipengaruhi oleh kualitas sanitasi dari rumah itu sendiri, seperti : a. Kelembaban ruangan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah menetapkan bahwa kelembaban yang sesuai untuk rumah sehat adalah 40- 60%. Kelembaban yang terlalu tinggi maupun rendah dapat menyebabkan suburnya pertumbuhan mikrorganisme, termasuk mikroorganisme penyebab ISPA (Kemenkes RI, 2011). b. Suhu ruangan Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 30 0C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah di bawah 18 0C atau di atas 300C, keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat (Kemenkes RI, 2011a). c. Penerangan alami Rumah yang sehat adalah rumah yang tersedia cahaya yang cukup. Suatu rumah atau ruangan yang tidak mempunyai cahaya, dapat menimbulkan perasaan kurang nyaman, juga dapat



mendatangkan penyakit. Sebaliknya suatu ruangan yang terlalu banyak mendapatkan cahaya akan menimbulkan rasa silau, sehingga ruangan menjadi tidak sehat. d. Ventilasi Ventilasi sangat penting untuk suatu tempat tinggal, hal ini karena ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai lubang masuk dan keluar angin sekaligus udara dari luar ke dalam dan sebaliknya. Dengan adanya jendela sebagai lubang ventilasi, maka ruangan tidak akan terasa pengap asalkan jendela selalu dibuka. Untuk lebih memberikan kesejukan, sebaiknya jendela dan lubang angin menghadap ke arah datangnya angin, diusahakan juga aliran angin tidak terhalang sehingga terjadi ventilasi silang (cross ventilation). Fungsi ke dua dari jendela adalah sebagai lubang masuknya cahaya dari luar (cahaya alam/matahari). Suatu ruangan yang tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik akan menimbulkan beberapa keadaan seperti berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya kadar karbon dioksida, bau pengap, suhu dan kelembaban udara meningkat. Keadaan yang demikian dapat merugikan kesehatan dan atau kehidupan dari penghuninya, bukti yang nyata pada kesehatan menunjukkan terjadinya penyakit pernapasan, alergi, iritasi membrane mucus dan kanker paru. Sirkulasi udara dalam rumah akan baik dan mendapatkan suhu yang optimum harus mempunyai ventilasi minimal 10% dari luas lantai (Depkes RI, 2010). e. Kepadatan hunian rumah Kepadatan penghuni rumah merupakan perbandingan luas lantai dalam rumah dengan jumlah anggota keluarga penghuni rumah tersebut. Kepadatan hunian ruang tidur menurut Permenkes RI Nomor 829/MENKES/SK/VII/2010 adalah minimal 8 m2, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur lima tahun (Depkes RI, 2010). f. Penggunaan anti nyamuk Pemakaian obat nyamuk bakar merupakan salah satu penghasil bahanpencemar dalam ruang. Obat nyamuk bakar menggunakan bahan aktifoctachloroprophyl eter yang apabila dibakar maka



bahan



tersebutmenghasilkan



bischloromethyl



eter



(BCME)



yang



diketahui



menjadipemicu penyakit kanker, juga bisa menyebabkan iritasi pada kulit, mata tenggorokan dan paru-paru (Kemenkes RI, 2011). g. Bahan bakar untuk memasak Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara menjadi rusak, terutama akibat penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan, serta



penggunaan sumber energi yang relatif murah seperti batubara dan biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan ternak, residu pertanian) (Kemenkes RI, 2011).



h. Keberadaan perokok Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 di antaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan hasil penelitian Nasution et al. (2010) serta Winarni et al. (2010), didapatkan hubungan yang bermakna antara pajanan asap rokok dengan kejadian ISPA pada Balita. i.



Debu rumah Menurut Kemenkes RI (2011), partikel debu diameter 2,5μ (PM2,5) dan Partikel debu diameter 10μ (PM10) dapat menyebabkan pneumonia, gangguan system pernapasan, iritasi mata, alergi, bronchitis kronis. PM2,5 dapat masuk ke dalam paru yang berakibat timbulnya emfisema paru, asma bronchial, dan kanker paru-paru serta gangguan kardiovaskular atau kardiovascular (KVS). Secara umum PM2,5 dan PM10 timbul dari pengaruh udara luar (kegiatan manusia akibat pembakaran dan aktivitas industri). Sumber dari dalam rumah antara lain dapat berasal dari perilaku merokok, penggunaan energi masak dari bahan bakar biomasa, dan penggunaan obat nyamuk bakar.



j.



Dinding rumah Fungsi dari dinding selain sebagai pendukung atau penyangga atap juga untuk melindungi rumah dari gangguan panas, hujan dan angin dari luar dan juga sebagai pembatas antara dalam dan luar rumah. Dinding berguna untuk mempertahankan suhu dalam ruangan, merupakan media bagi proses rising damp (kelembaban yang naik dari tanah) yang merupakan salah satu faktor penyebab kelembaban dalam rumah. Bahan dinding yang baik adalah dinding yang terbuat dari bahan yang tahan api seperti batu bata atau yang sering disebut tembok. Dinding dari tembok akan dapat mencegah naiknya kelembaban dari tanah (rising damp) Dinding dari anyaman bambu yang tahan terhadap segala cuaca sebenarnya cocok untuk daerah pedesaan, tetapi mudah terbakar dan tidak dapat menahan lembab, sehingga kelembabannya tinggi (Depkes RI,2010).



k. Status ekonomi dan pendidikan



Persepsi masyarakat mengenai keadaan sehat dan sakit berbeda dari satu individu dengan individu lainnya. Bagi seseorang yang sakit, persepsi terhadap penyakitnya merupakan hal yang penting dalam menangani penyakit tersebut. Untuk bayi dan anak balita persepsi ibu sangat menentukan tindakan pengobatan yang akan diterima oleh anaknya. Berdasarkan hasil penelitian Djaja et al. (2011), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah. Ibu dengan pendidikan lebih tinggi, akan lebih banyak membawa anak berobat ke fasilitas kesehatan, sedangkan ibu dengan pendidikan rendah lebih banyak mengobati sendiri ketika anak sakit ataupun berobat ke dukun. Ibu yang berpendidikan minimal tamat SLTP 2,2 kali lebih banyak membawa anaknya ke pelayanan kesehatan ketika sakit dibandingkan dengan ibu yang tidak bersekolah, hal ini disebabkan karena ibu yang tamat SLTP ke atas lebih mengenal gejala penyakit yang diderita oleh balitanya.



6.Cara penularan penyakit ISPA Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab (WHO, 2012) 7. Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan dengan : 1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik. Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air



putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita. 2) Immunisasi. Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri 3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia 4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit) 8. Penatalaksanaan 1. Medis a) Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yangadekuat, pemberian multivitamin dll. b) Antibiotik :  Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab utama ditujukan pada S. pneumonia, H. influensa dan S. aureus.



 Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,  Ampisillin,



Penisillin



Prokain,



Pnemonia



berat



:



Benzil



penicillin,



klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.  Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon dll.



2. Keperawatan Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah keluar a.



Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya.



b.



Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.



c.



Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya



Prinsip perawatan ISPA antara lain : 1) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari. 2) Meningkatkan makanan bergizi. 3) Bila demam beri kompres dan banyak minum. 4) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih. 5) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat. 6) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek.



A. Pengobatan a) Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres,  Bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). b) Mengatasi batuk 1) Tarik napas dalam dan batuk efektif. Cara napas dalam dan batuk efektif :  Ambil napas dalam (melalui hidung)  Tahan sejenak ± 5-10 detik, lalu hembuskan pelan-pelan melalui mulut  Ulangi cara (1) dan (2) sebanyak 3 X  Setelah itu, batukkan dengan keras



 Jika ada cairan/lendir/sekret yang keluar, langsung buang ke tempat yang sudah disediakan (Sputum Pot atau jika tidak ada boleh menggunakan botol /kaleng /wadah berisi pasir).  Berkumur-kumur.  Lakukan dengan teratur (minimal 3 x sehari). Cara pembuatan larutan jeruk nipis-kecap, yaitu : a. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan larutan jeruk nipiskecap : 



Beberapa buah jeruk nipis yang masih segar.







Setengah sendok teh kecap manis.







Satu buah gelas minum ukuran belimbing.



b. Langkah-langkah : 



Peras jeruk nipis dan tempatkan dalam gelas.







Campurkan dengan ½ - 1 sendok kecap manis, aduk rata.







Diminum sekali habis, lakukan secara rutin, agar batuknya hilang.



c. Aturan pakai larutan jeruk nipis – kecap adalah: 



Bagi orang dewasa, minum 3 x 1 sdm larutan tanpa dicampur air.







Bagi anak-anak, minumkan larutan 3 x ½ sdm larutan tanpa dicampur air.







Bila ingin minum air setelah minum larutan, minumlah air matang yang masihhangat.







Bila batuk tidak berkurang, segera periksakan diri ke pusat pelayanan kesehatanterdekat



c) Mengatasi pilek bisa dengan cara inhalasi uap/penguapan sederhana (tradisional)  Persiapkan alat dan bahan (baskom berisi air panas, minyak kayu putih, kain/handuk kering).  Campurkan minyak kayu putih dengan air panas dalam baskom dengan perbandingan 2-3 tetes minyak kayu putih untuk 250 ml (1 gelas) air hangat.



 Tempatkan penderita dan campuran tersebut di ruangan tertutup supaya uap tidaktercampur dengan udara bebas (bisa ditutupi dengan kain/handuk kering).  Hirup uap dari campuran tersebut selama ± 5-10 menit atau penderita sudah merasa lega dengan pernafasannya. Kontra indikasi : pada balita karena bau minyak penghangat terlalu kuat serta risiko kecelakaan terkena tumpahan air panas.



I.



Pelaksanaan



NO Tahap 1



2



3



Pembukaan



Pemberian materi



Penutupan



Waktu 5 menit



25 menit



5 menit



Kegiatan penyuluhan 



Memberikan Salam







Perkenalan







Menjelaskan latar







belakang dan penyuluhan







Kontrak waktu dengan audience







Aperspsi (test awal)







Menjelaskan tentang: -pengertian Ispa -penyebab Ispa -tanda dan gejala Ispa -mengetahui obat-obatan Ispa -membuka sesion pertanyaan -diskusi dengan keluarga







Menyimpulkan hasil penyuluh



Kegiatan peserta peserta memberi salam,mendengar kan ,dan merespon pertanyaan



peserta menyimak dengan baik apa yang disampaikan oleh penyuluh.



Peserta menyimak dengan baik dan mampu mempraktikan kembali setelah diberi contoh. Peserta mengungkapkan kesan dan pesan



a. b. c. a. b. c.



EVALUASI 1. Evaluasi struktur Semua anggota masyarakat hadir dalam acara penyuluhan Kesiapan materi pengkaji Tempat yang nyaman dan mendukung 2. Evaluasi Proses Masyarakat hadir sessuai dengan kontrak waktu yang ditentukan Masyarakat antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahuinya Masyarakat menjawab semua pertanyaan yang telah diberikan 3. Mahasiswa



a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan b. Dapat menjalankan peran sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya 4. Evaluasi hasil a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah di tentukan b. Adanya kesepakatan masyarakat dalam melaksanakan implementasi Keperawatan selanjutnya c. Adanya tambahan pengetahuan tentang darah tinggi yang diterima Oleh audience dengan melakukan evaluasi melalui tes lisan diakhir ceramah Daftar pertanyaan 1. Jelaskan kembali pengertian Ispa? 2. Sebutkan tanda dan gejala Ispa non Pneumonia ? 3. Sebutkan macam-macam Ispa? 4. Jelaskan pencegahan Ispa non Pneumonia ?



DAFTAR PUSTAKA C



long



Barbara,



2010.PerawatanMedikalBedah



2



(Suatu



Proses



PendekatanKeperawatan). Bandung. DEPKES



RI



DirektoratJendralPemberantasanPenyakitMenular,



2010.



BukuPedomanPemberantasanPenyakit ISPA Untuk Kader Corwin, Elizabeth J. 2012. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC Ronald. 2010. Obat-obatan Ramuan Tradisional. Bandung : Yrama Widya [diakses 26 Juni 2011]



SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG GIZI SEIMBANG PADA BALITA O L E



H MAHASISWA PROFESI NERS



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)PUTRA ABADI LANGKAT STABAT PRODI PROFESI NERS TAHUN AJARAN 2019-2020