SAP Kegawatdaruratan Psikiatri-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN KEGAWATDARURATAN PSIKIATRIK (Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat)



OLEH KELOMPOK 3



1. ERWIN NATA BORA



(181111049)



2. PATRICIA J. C D. KOLY



(181111070)



3. GABRIELLA K. MANAFE



(181111051)



4. MEGA E. PENUN



(181111064)



5. JULIANUS A. BATBUAL



(181111056)



6. SANTI SNAE



(181111072)



7. VIRGINIA DIOGU



(181111075)



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN UNIVERSITAS CITRA BANGSA T.A 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I dengan tema “Satuan Acara Penyuluhan tentang Kegawatdaruratan Psikiatri” . Dalam penulisan Satuan Acara Penyuluhan ini banyak mendapat kendala dan hambatan baik dalam memperoleh sumber yang relevan maupun dari segi penulisan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan Satuan Acara Penyuluhan ini. Kami menyadari dalam Satuan Acara Penyuluhan ini banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan di masa mendatang. Demikian Satuan Acara Penyuluhan yang dapat kami buat, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.



Kupang, Juli 2021



Penulis



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatrik seperti percobaan bunuh diri, penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau perubahan lainnya pada perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun 1960-an, terutama di perkotaan. Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatrik sangat kompleks. Para profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik umumnya beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien mereka. Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh petugas kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja. Penatalaksanaan pasien yang menuntut intervensi psikiatrik pada umumnya meliputi stabilisasi krisis dari masalah hidup pasien yang bisa meliputi gejala atau kekacauan mental baik sifatnya kronis ataupun akut. Di Amerika tiap tahun kasus bunuh diri yang berhasil mencapai 30.000 orang per tahun. Angka ini menunujukkan jumlah orang yang mencoba bunuh diri jauh lebih besar lagi, diperkirakan 8 sampai 10 kali lebih besar dan jumlah tersebut. Di Indonesia belum ada data mengenai hal ini. Dan data yang ada, 95% kasus bunuh diri berkaitan dengan masalah kesehatan jiwa diantaranya 80% mengalami Depresi, 10% Skizofrenia dan 5% Dementia/Delirium. Sedangkan sekitar 25% lainnya mempunyai diagnosa ganda yang berkaitan dengan Ketergantungan Alkohol.



B. Tujuan a. Tujuan Umum



Peserta penyuluhan dapat mengetahui kegawatdaruratan psikiatrik dan peran keluarga. b. Tujuan Khusus -



Peserta penyuluhan dapat Mengetahui pengertian kegawatdaruratan psikiatrik



-



Peserta penyuluhan dapat Mengetahui macam-macam kegawat daruratan gangguan jiwa



-



Peserta penyuluhan dapat Mengetahui peran keluarga dalam perawatan gangguan jiwa



-



Peserta penyuluhan dapat Mengetahui manfaat dari terapi keluarga



C. Manfaat Penyuluhan a. Bagi Rumah Sakit Memaksimalkan peran rumah sakit disamping sebagai tempat untuk terapi kuratif pasien, juga sebagai tempat dalam promosi kesehatan, preventif, dan rehabilitatif. b. Bagi Institusi Memaksimalkan



peran



civitas



akademika



institusi



dalam



melaksanakan pengabdian masyarakat dalam ruang lingkup kesehatan. c. Bagi Pasien dan Keluarga Diharapkan setelah menerima penyuluhan, pemahaman pasien dan keluarga tentang gangguan jiwa dapat meningkat dan stigma buruk tentang gangguan jiwa dapat berkurang. d. Bagi Mahasiswa Memberikan pengalaman untuk melaksanakan promosi kesehatan dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh secara langsung kepada masyarakat.



BAB II SATUAN ACARA PENYULUHAN



Pokok Pembahasan



: Kegawat Daruratan Psikiatri



Sasaran



: Masyarakat Secara Umum melalui pembuatan



video Hari/tanggal



:



Tempat



:



Pukul



:



Penyuluh



: Mahasiswa Universitas Citra Bangsa



A. Tujuan  Tujuan Umum Setelah mendapatkan penjelasan mengenai kegawatdaruratan psikiatri melalui video yang dibuat oleh mahasiswa keperawatan Universitas Citra Bangsa, masyarakat dapat mengerti dan memahami tentang materi yang disampaikan. 



Tujuan Khusus Setelah mendapatkan penjelasan mengenai kegawatdaruratan psikiatri diharapkan masyarakat mampu: a. Mengetahui pengertian kegawatdaruratan psikiatrik b. Mengetahui macam-macam kegawat daruratan gangguan jiwa c. Mengetahui peran keluarga dalam perawatan gangguan jiwa



B. Materi (terlampir) Materi penyuluhan yang akan disampaikan meliputi : a.



Pengertian kegawatdaruratan psikiatrik



b. Macam-macam kegawat daruratan gangguan jiwa c.



Peran keluarga dalam perawatan gangguan jiwa



C. Media 



Video



D. Metode Penyuluhan 



Ceramah



E. Pengorganisasi 



Moderator:







Penyuluh :







Fasilitator :







Observer :



Pembagian Tugas 



Moderator :







Penyuluh :







Fasilitator :







Observer :



F. Kegiatan Penyuluhan No Waktu 1



Kegiatan Penyuluhan



Respon Peserta



Pembukaan



1. Memberi salam



1. Menjawab salam



(5 menit)



2. Memperkenalkan diri



2. Mendengarkan dan



3. Menggali



memperhatikan



pengetahuan masyarakat



3. Menjawab tentang



kegawatdaruratan psikiatri 4. Menjelaskan



4. Mendengarkan dan memperhatikan



tujuan



Penyuluhan 5. Membuat



pertanyaan



5. Menyetujui kontrak waktu



kontrak



waktu 2



Kegiatan Inti



1. Menjelaskan tentang  Pengertian



1. Mendengarkan dan memperhatikan



(25 menit)



Kegawatdaruratan



penjelasan



Psikiatri



Penyuluh



 Penyebab



2. Aktif bertanya



Kegawatdaruratan



3. Mendengarkan



Psikiatri  Tanda dan gejala  Cara Pencegahan 2. Memberikan kesempatan



untuk



bertanya 3. Menjawab pertanyaan peserta 3



Penutup (15 menit)



1. Menyimpulkan



1. Mendengarkan dan



materi



yang



disampaikan



oleh



Memperhatikan



penyuluh 2. Mengevaluasi peserta penjelasan disampaikan



2. Menjawab atas yang



pertanyaan



yang



diberikan



dan



penyuluh menanyakan kembali mengenai



materi



penyuluhan 3. Salam Penutup



3. Menjawab salam



G. Evaluasi 1. Persiapan a. Materi : isi penyuluhan sesuai dengan tujuan yang diharapkan tepat pada sasaran. b. Tempat : jumlah sasaran sesuai tempat yang disediakan. c. Waktu : waktu yang dialokasikan sesuai dengan banyaknya materi, dapat selesai tepat waktu. d. Media : media yang disiapkan dapat digunakan dengan baik sehingga audience dapat mengerti. 2. Proses a. Setiap fase berjalan dengan baik sesuai dengan waktu yang ditentukan. b. Sasaran hadir dan aktif dalam penyuluhan. 3. Hasil Sasaran dapat menjawab dan memberikan pertanyaan dengan benar dan tepat waktu.



BAB III PEMBAHASAN



A. Pengertian Kegawatdaruratan Psikiatri Kegawatdaruratan psikiatri adalah kasus kedaruratan psikiatrik meliputi gangguan pikiran, perasaan dan perilaku yang memerlukan intervensi terapeutik segera, antara lain: (Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto, 2010) Adapun indikasi rawat inap antara lain adalah: a.



Bila pasien membahayakan diri sendiri atau orang lain,



b.



Bila perawatan di rumah tidak memadai, dan



c.



Perlu observasi lebih lanjut.



B. Macam-macam Kegawat Daruratan Psikiatri a. Keadaan Gaduh Gelisah Keadaan gaduh gelisah dipakai sebagai sebutan sementara untuk suatu gambaran psikopatologis dengan ciri-ciri utama gaduh dan gelisah. (Maramis dan Maramis, 2009). b. Tindak kekerasan (violence) Violence atau tindak kekrasan adalah agresi fisik yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain. Jika hal itu diarahkan kepada dirinya sendiri, disebut mutilasi diri atau tingkah laku bunuh diri (suicidal behavior). Tindak kekerasan dapat timbul akibat berbagai gangguan psikiatrik, tetapi dapat pula terjadi pada orang biasa yang tidak dapat mengatasi tekanan hidup sehari-hari dengan cara yang lebih baik. c. Bunuh diri (suicide)/ Tentamen Suicidum Bunuh diri atau suicide atau tentamen suicidum adalah kematian yang diniatkan dan dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri (Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto, 2010) atau segala perbuatan seseorang yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat (Maramis dan Maramis, 2009).



d. Mengenali pasien yang berpotensi bunuh diri Kemungkinan bunuh diri dapat terjadi apabila (Tomb, 2004): 



Pasien pernah mencoba bunuh diri







Keinginan bunuh diri dinyatakan secara terang-terangan maupun tidak, atau berupa ancaman: “kamu tidak akan saya ganggu lebih lama lagi” (sering dikatakan pada keluarga)







Secara objektif terlihat adanya mood yang depresif atau cemas







Baru mengalami kehilangan yang bermakna (pasangan, pekerjaan, harga diri, dan lain-lain)







Perubahan perilaku yang tidak terduga: menyampaikan pesan-pesan, pembicaraan serius dan mendalam dengan kerabat, membagi-bagikan harta/barang-barang miliknya.







Perubahan sikap yang mendadak: tiba-tiba gembira, marah atau menarik diri.



e. Penyalahgunaan NAPZA NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran. Golongan NAPZA (DRUGS) 1. Anti Psikosis (major tranquilizer, neuroleptik) 2. Anti Anxietas (minor tranquilizer psycholeptic) 3. Anti depresan (thymoleptika, pshychic energizeer) 4. Anti Mania (mood modulary, mood stabilizer) 5. Psikotogenik Yang paling sering digunakan adalah golongan Psikotogenik dengan efek yang ditimbulkan : gangguan/kelainan tingkah laku, halusinasi, ilusi, gangguan cara berfikir, perubahan alam perasaan, dan lama-kelamaan menjadi psikosis (gila).



Contoh obat yang sering digunakan antara lain: heroin (putaw), morfin, ganja, shabu-shabu. f.



Reaksi dan Interaksi Obat Overdosis, interaksi obat, dan reaksi berbahaya dari pengobatan psikiatris, terutama antipsikotik, dimasukkan ke dalam kegawatdaruratan psikiatri. Neuroleptic malignant syndrome adalah komplikasi mematikan dari generasi pertama atau kedua obat antipsikotik. Jika tidak ditangani, neuroleptic malignant



syndrome



dapat



mengakibatkan



demam,



kekakuan



otot,



kebingungan, tanda vital tidak stabil, atau bahkan kematian. Gejala sindrom serotonin yang parah meliputi hyperthermia, mata gelap, dan tachycardia yang boleh mendorong kearah shock. g. Gangguan kepribadian Gangguan yang termanifestasi pada kelainan fungsi pada area kognisi, afek, fungsi interpersonal dan impuls kontrol dapat digolongkan sebagai gangguan kepribadian. Pasien yang menderita gangguan kepribadian pada umumnya tidak akan mengeluh tentang gejala gangguan mereka. Pasien yang menderita kegawatdaruratan dari gangguan kepribadian dapat menunjukkan perilaku curiga, psikosis, atau delusi. h. Kecemasan Pasien yang menderita kasus kecemasan yang ekstrim boleh mencari perawatan ketika semua sistem pendukung telah dikerahkan dan mereka tidak mampu untuk menghilangkan kecemasan itu. Rasa cemas bisa hadir lewat jalan yang berbeda dari suatu dasar penyakit medis atau gangguan psikiatrik, suatu gangguan fungsional sekunder dari gangguan psikiatrik yang lain, dari suatu gangguan psikiatrik utama seperti gangguan panik atau gangguan cemas umum, atau sebagai hasil stress dari kondisi seperti gangguan penyesuaian atau gangguan stress pasca trauma. i.



Pelecehan Peristiwa fisik, perkosaan atau pelecehan seksual dapat mengakibatkan hasil yang berbahaya kepada korban dari tindakan kriminal. Korban dapat menderita kecemasan yang ekstrim, ketakutan, ketidakberdayaan, kebingungan, gangguan makan atau tidur, permusuhan, rasa bersalah dan malu. Penanganan pada umumnya meliputi pertimbangan psikologis, medis, dan undang-undang yang sah. Bergantung pada ketentuan hukum di daerah, para tenaga kesehatan



diperlukan untuk melaporkan aktivitas kriminal kepada suatu kepolisian. Tenaga kesehatan pada umumnya mengumpulkan dan mengidentifikasi data sepanjang penilaian awal dan menunjuk pasien yang jika perlu akan menerima perawatan medis.



C. Peran keluarga dalam perawatan gangguan jiwa Peran adalah suatu pola atau sikap dan tujuan yang diharapkan seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat. Peranan adalah pola tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu jabatan atau tingkah laku yang diharapkan pantas dari seseorang ( Bailon dan Maglayan, 1996) Keluarga adalah unit pelayanan dasar di masyarakat dan juga merupakan ”Perawat utama” bagi anggota keluarga (Junaiti, 1995). Keluarga adalah orang-orang yang sangat dekat dengan pasien dan dianggap paling banyak tahu kondisi pasien serta dianggap paling banyak memberi pengaruh pada pasien. Sehingga keluarga sangat penting artinya dalam perawatan dan penyembuhan pasien.



Peran keluarga saat ditemukan pasien



dengan kondisi kegawatdaruratan psikiatri adalah langsung dibawa ke rumah sakit umum terdekat sehingga pasien dapat ditangani secara langsung dan tidak menimbulkan keparahan yang lebih lanjut. Alasan utama pentingnya keluarga dalam perawatan jiwa adalah : a. Keluarga merupakan lingkup yang paling banyak berhubungan dengan pasien b. Keluarga (dianggap) paling mengetahui kondisi pasien c. Gangguan jiwa yang timbul pada pasien mungkin disebabkan adanya cara asuh yang kurang sesuai bagi pasien d. Pasien yang mengalami gangguan jiwa nantinya akan kembali kedalam masyarakat; khususnya dalam lingkungan keluarga e. Keluarga merupakan pemberi perawatan utama dalam mencapai pemenuhan kebutuhan dasar dan mengoptimalkan ketenangan jiwa. Hal-hal yang perlu diketahui oleh keluarga dalam perawatan Gangguan Jiwa : a. Pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah manusia yang sama dengan orang lainnya; mempunyai martabat dan memerlukan perlakuan manusiawi b. Pasien yang mengalami gangguan jiwa mungkin dapat kembali ke masyarakat dan berperan dengan optimal apabila mendapatkan dukungan yang memadai dari seluruh unsur masyarakat. Pasien gangguan jiwa bukan berarti tidak dapat “sembuh”



c. Pasien dengan gangguan jiwa tidak dapat dikatakan “sembuh” secara utuh, tetapi memerlukan bimbingan dan dukungan penuh dari orang lain (dan keluarga) Tujuan perawatan adalah : a. Meningkatkan Kemandirian pasien b. Pengoptimalan peran dalam masyarakat c. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah d. Pasien memerlukan pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum dan berpakaian serta kebersihan diri dengan optimal. e. Keluarga berperan untuk membantu pemenuhan kebutuhan ini sesuai tahaptahap kemandirian pasien f.



Kegiatan sehari-hari seperti melakukan pekerjaan rumah (ringan), membantu usaha keluarga atau bekerja (seperti orang normal lainnya) merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan yang mungkin berguna bagi pasien.



g. Berilah peran secukupnya pada pasien sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Pemberian peran yang sesuai dapat meningkatkan harga diri pasien. h. Berilah motivasi pada pasien sesuai dengan kebutuhan (tidak dibuat-buat) dalam rangka meningkatkan moral dan harga diri. i.



Kembangkan kemampuan yang telah dimiliki oleh pasien pada waktu yang lalu. Kemampuan masa lalu berguna untuk menstimulasi dan meningkatkan fungsi klien sedapat mungkin.



D.



Manfaat dari terapi keluarga a. Mempercepat proses penyembuhan b. Memperbaiki hubungan interpersonal c. Menurunkan angka kekambuhan



E.



Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier Pisikiatri



1. Primer intervensi yang dilakukan Health Promotion & Mental Health Prevention, promosi kesehatan jiwa, prevensi dan pencegahan gangguan jiwa, targetnya anggota masyarakat yang tidak mengalami gangguan sesuai dengan kelompok usia anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua.



2. Sekunder intervensi yang dilakukan berupa deteksi dini masalah psikososial dan masalah gangguan jiwa dimasyarakat, pembinaan anggota masyarakat yang beresiko atau menunjukkan masalah psikososial dan gangguan mental. 3. Tersier intervensi



berupa



peningkatan



fungsi,



sosoalisasi



dan



pencegahan dari relaps selama gangguan jiwa, targetnya anggota masyarakat yang mengalami gangguan mental dalam proses rehabilitasi (Yosep & Titin, 2014).



DAFTAR PUSTAKA



Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI Maramis, W.F. dan Maramis, A.A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press. Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins. Tomb, D.A. 2004. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Jakarta: EGC.