12 0 175 KB
LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN
“POLA ASUH PADA BATITA (USIA 18 BULAN – 3 TAHUN)” PADA ACARA POSYANDU DAHLIA VI DESA SUMBER BENING KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG
Oleh: AMBAR RAHMAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
Pokok Bahasan
: Pola Asuh Batita (usia 18 bulan – 3 tahun)
Sasaran
: Ibu- Ibu Posyandu
Tempat
: Posyandu Dahlia VI
Hari/Tanggal
: Rabu, 4 November 2014
Waktu
: 30 menit
Penyuluh
:
A. Latar Belakang . Bentuk pola asuh orang tua terhadap anak merupakan interaksi antara anak dan orang membimbing, dan
tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan, mendidik, mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai
kedewasaan sesuai dengan norma - norma yang berlaku di
masyarakat
(Shochib, 2000) Pola asuh sangat mempengaruhi peran dan fungsi keluarga. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangat besar karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat berinteraksi, tempat anak belajar, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial. Keluarga juga dapat memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan kepada anak (Kartono, 2010). Dalam membentuk perilaku anak memiliki dampak secara psikologis dan sosial bagi anak. Ketika perilaku anak baik, orang tua akan menerima dengan senang hati dan gembira. Sebaliknya ketika perilaku anak itu buruk, maka orang tua akan sulit menerimanya dan pertumbuhan anak tidak tumbuh semestinya. Orang tua harus bisa mengukur kemampuan diri, waspada dan berhati-hati dalam menentukan pola asuhan anak. Pada akhirnya, pola asuh sangat menentukan pertumbuhan anak, baik menyangkut potensi psikomotorik, sosial, maupun afektif yang sesuai dengan perkembangan anak. Dalam mengasuh anak, lingkungan harus mempermudah pertumbuhan, perkembangan, bayi dan balita untuk untuk dapat bermain dan bekerja sama.
B. Tujuan instruksional
1. Tujuan umum Setelah mengikuti penyuluhan tentang Pola Asuh Batita (usia 18 bulan – 3 tahun) selama 30 menit diharapkan peserta mengerti tentang Pola asuh pada bayi yang benar. 2. Tujuan khusus Setelah mendapat penyuluhan tentang Pola Asuh Batita (usia 18 bulan – 3 tahun), diharapkan peserta mampu : 1) Peserta dapat mengetahui pengertian Pola Asuh 2) Peserta dapat mengetahui perkembangan anak normal usia 18 bulan – 3 tahun 3) Peserta dapat mengetahui penyimpangan anak usia 18 bulan – 3 tahun 4) Peserta dapat mengetahui cara melakukan pola asuh pada anak usia 18 bulan-3 tahun yang benar C. Materi Penyuluhan 1. Menjelaskan pengertian Pola asuh 2. Menjelaskan perkembangan anak normal usia 18 bulan – 3 tahun 3. Menjelaskan penyimpangan anak usia 18 bulan – 3 tahun 4. Menjelaskan cara melakukan pola asuh pada anak usia 18 bulan-3 tahun yang benar 1.
Sasaran Sasaran penyuluhan adalah Ibu-Ibu Posyandu.
2.
Metode Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab
3.
Media Media yang digunakan adalah leaflet dan lembar balik.
4.
Kegiatan Penyuluhan
Tahap Pembukaan
Waktu 5 menit
Kegiatan Penyuluhan • Membuka dengan salam
Kegiatan peserta • Mendengarkan
Metode Ceramah
• Memperkenalkan diri
• Memperhatikan
Media -
• Mendengarkan
Ceramah,
Leaflet
• Memberikan
Tanya
Dan
anak
tanggapan
dan jawab
normal usia 18 bulan –
pertanyaan
3 tahun
mengenai
• Menjelaskan maksud dan • Menjawab tujuan penyuluhan
pertanyaan
• Kontrak waktu
Penyajian
• Menggali
pengetahuan
peserta
sebelum
dilakukan penyuluhan 15 menit • Menjelaskan tentang: 1. Pengertian Pola asuh 2. Perkembangan
3. Penyimpangan
anak
usia 18 bulan – 3 tahun
yang
lembar balik
hal kurang
dimengerti
4. Cara melakukan pola asuh pada anak usia 18 bulan-3 tahun yang benar • Memberi kesempatan untuk bertanya/diskusi Penutup
tentang
materi penyuluhan 10 menit • Menggali pengetahuan • Menjawab peserta setelah dilakukan penyuluhan • Menyimpulkan kegiatan penyuluhan • Menutup dengan salam
5. Evaluasi 1. Struktur :
hasil
Ceramah,
Leaflet
pertanyaan
Tanya
dan
• Memberikan
jawab
lembar
tanggapan balik
balik
Adanya koordinasi dengan kader posyandu untuk menentukan waktu dan tempat penyuluhan
Adanya persiapan yang baik terkait materi dan sarana yang akan digunakan
Adanya informasi yang disampaikan pada ibu-ibu sebelum pendidikan kesehatan
2. Proses : a. Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta b. Media yang digunakan adalah leaflet, lembar balik c. Waktu penyuluhan adalah 30 menit d. Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan penyuluhan e. Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik f.
Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat kegiatan penyuluhan berlangsung
g. Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan 3. Hasil
:
Pelaksanaan pre dan post test dapat terlaksana dengan cukup baik meskipun kurang kondusif dikarenakan dilakukan di tempat terbuka bukan didalam ruangan. Hal ini tampak dari para peserta yakni para ibu-ibu harus mengerjakan dengan berdiri dan menggendong anaknya yang rewel, tempat terlalu ramai dan sempit. Terdapat nilai pre test adalah ….. dan post test …. 6. Materi (lampiran 1) 7. Daftar Pustaka (lampiran 2) 8. Lampiran 3 (Pre Test dan Post Test)
Lampiran 1
Materi Penyuluhan 1. Pengertian pola asuh Menurut Shochib (2002) Pola asuh adalah suatu penerapan dalam membantu anak untuk mengembangkan disiplin diri dalam kehidupan seharihari, dimana seorang anak akan berada pada lingkungan fisik, lingkungan sosial internal dan eksternal, untuk itu diperlukan kualitas pengamatan yang tajam dan mendalam sehingga melahirkan suatu analisis yang diharapkan mengenai situasi dan kondisi yang memungkinkan anak memiliki dasar-dasar disiplin diri dan mengembangkannya dalam keluarga dan lingkungannya. Ada tiga macam pola asuh orang tua terhadap anak :
Yang pertama yaitu pola Authotarian, Pola ini menggunakan pendekatan yang memaksakan kehendak orang tua kepada anak. Anak harus menurut orang tua. Kemauan orang tua harus dituruti, anak tidak boleh mengeluarkan pendapat.Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak menjadi penakut, pencemas, menarik diri dari pergaulan, kurang adaptif, kurang tujuan, mudah curiga pada orang lain dan mudah stress.
Lalu Permisif, pola asuh ini cenderung orang tua sang anak serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan dan menerima apa adanya. Kehangatan, cenderung memanjakan, dituti keinginnannya. Sedangkan menerima apa adanya akan cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, sok kuasa,kurang mampu mengontrol diri
Yang terakhir yaitu Authoritative, orang tua pada pola asuh ini sangat memperhatikan
kebutuhan
anak
dan
mencukupinya
dengan
pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak mandiri, mempunyai kontrol diri dan kepercayaan diri yang kuat, dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, kooperatif dengan orang dewasa, penurut, patuh dan berorientasi pada prestasi.
Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak janin 6 bulan di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus, bervariasi, dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu berbagai aspek kecerdasan anak (kecerdasan multipel) yaitu kecerdasan : logiko-matematik. Perkembangan psikososial pada usia kanak-kanak usia 18 bulan – 3 tahun, adalah proses perkembangan kemampuan anak untuk mengembangkan kemandirian dengan cara member kebebasan dan membiarkan anak untuk mempelajari dunianya. Bila anak tidak difasilitasi untuk kebutuhannya seperti terlalu dilindungi atau dikendalikan, maka anak anak akan merasa ragu-ragu, takut, tidak berani dan malu untuk melakukan aktifitasnya sehingga anak akan bergantung pada orang lain. Sebab itu penting bagi orang tua atau pengasuh untuk memahami dan memiliki kemampuan
dalam
menstimulasi
anak
untuk
mencapai
tugas
perkembangannya yaitu kemandirian. 2. Perkembangan bayi normal usia 18 bulan – 3 tahun a. Bergaul dan mandiri
Mengenal dan mengakui namanya
Sering menggunakan kata “jangan/tidak/nggak.
Banyak bertanya tentang hal/benda yang asing baginya (api, air, ketinggian, warna dan bentuk benda)
Mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah misalnya minum sendiri, makan sendiri, berpakaian sendiri.
Bertindak semaunya sendiri dan tidak mau diperintah
Mulai bergaul dengan orang lain tanpa diperintah
Mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain diluar keluarganya
Hanya sebentar mau berpisah dengan orang tua
Menunjukkan rasa suka dan tidak suka
Mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan keluarga
Mampu menyatakan akan buang air besar dan buang air kecil.
b. Motorik kasar
Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan selama paling sedikit 2 hitungan
c. Motorik halus
Mampu membuat garis lurus
d. Berbicara , berbahasa dan kecerdasan
Mampu menyatakan keinginan paling sedikit dengan 2 kata
3. Menjelaskan penyimpangan bayi usia 18 bulan – 3 tahun a. b. c. d. e.
Tidak mampu mengenal dan mengakui namanya Tidak banyak bertanya atau lebih banyak diam Tidak mampu untuk mulai mandiri Hanya mau bermain dan berkomunikasi dengan keluarga saja Hanya mau bergaul dengan orang lain atas dasar di perintah oleh
f. g. h. i.
keluarga terdekat saja Tidak mampu menunjukkan rasa suka dan tidak suka Tidak mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan keluarga Tidak mampu menyatakan akan buang air besar dan buang air kecil Tidak mampu berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan selama paling
sedikit 2 hitungan j. Tidak mampu membuat garis lurus k. Tidak mampu menyatakan keinginan dengan kata-kata 4. Menjelaskan cara melakukan pola asuh pada bayi usia 18 bulan-3 tahun yang benar Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi/balita. misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan, menjelang tidur. Stimulasi untuk bayi 0 – 3 bulan dengan cara : mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran
atau
kotak-kotak
hitam-putih),
benda-benda
berbunyi,
mengulingkan bayi kekanan-kekiri, tengkurap-telentang, dirangsang untuk meraih dan memegang mainan. Umur 3 – 6 bulan ditambah dengan bermain ‘cilukba’, melihat wajah bayi dan pengasuh di cermin, dirangsang untuk tengkurap, telentang bolak-balik, duduk. Umur 6 – 9 bulan ditambah dengan memanggil namanya, mengajak bersalaman, tepuk tangan, membacakan dongeng, merangsang duduk, dilatih berdiri berpegangan. Umur 9 – 12 bulan ditambah dengan mengulang-ulang menyebutkan mamapapa, kakak, memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, dilatih berdiri, berjalan dengan berpegangan. Umur 12 – 18 bulan ditambah dengan latihan mencoret-coret menggunakan pensil warna, menyusun kubus, balok-balok, potongan gambar sederhana (puzzle) memasukkan dan mengeluarkan benda-benda kecil dari wadahnya, bermain dengan boneka, sendok, piring, gelas, teko, sapu, lap. Latihlah berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur, memanjat tangga, menendang bola, melepas celana, mengerti dan melakukan perintah-perintah sederhana (mana bola, pegang ini, masukan itu, ambil itu), menyebutkan nama atau menunjukkan benda-benda. Umur 18 – 24 bulan ditambah dengan menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan bagian-bagian tubuh (mana mata ? hidung?, telinga?, mulut ? dll), menanyakan gambar atau menyebutkan nama binatang & benda-benda di sekitar rumah, mengajak bicara tentang kegiatan sehari-hari (makan, minum mandi, main, minta dll), latihan menggambar garis-garis, mencuci tangan, memakai celana - baju, bermain melempar bola, melompat. Umur 2 – 3 tahun ditambah dengan mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyaksedikit dll), menyebutkan nama-nama teman, menghitung benda-benda, memakai baju, menyikat gigi, bermain kartu, boneka, masak-masakan, menggambar garis, lingkaran, manusia, latihan berdiri di satu kaki, buang air kecil / besar di toilet.
Setelah umur 3 tahun selain mengembangkan kemampuan-kemampuan umur sebelumnya, stimulasi juga di arahkan untuk kesiapan bersekolah antara lain : memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana (buang air kecil / besar di toilet), dan kemandirian
(ditinggalkan
di
sekolah),
berbagi
dengan
teman
dll.
Perangsangan dapat dilakukan di rumah (oleh pengasuh dan keluarga) namun dapat pula di Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak atau sejenisnya. Pentingnya suasana ketika stimulasi Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayibalita, setiap hari, terus menerus, bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya, dilakukan oleh keluarga (terutama ibu atau pengganti
ibu).
Stimulasi
harus
dilakukan
dalam
suasana
yang
menyenangkan dan kegembiraan antara pengasuh dan bayi/balitanya. Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-terburu, memaksakan kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi/balita, atau bayibalita sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. Pengasuh yang sering marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh justru memberikan rangsang emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan pengasuh adalah merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru menimbulkan ketakutan bayi-balita. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kecerdasan Kecerdasan multipel dipengaruhi 2 faktor utama yang saling terkait yaitu faktor keturunan (bawaan, genetik) dan faktor lingkungan. Seorang anak dapat
mengembangkan
berbagai
kecerdasan
jika
mempunyai
faktor
keturunan dan dirangsang oleh lingkungan terus menerus. Orangtua yang cerdas anaknya cenderung akan cerdas pula jika faktor lingkungan mendukung pengembangan kecerdasaannnya sejak didalam kandungan, masa bayi dan balita. Walaupun kedua orangtuanya cerdas tetapi jika lingkungannya tidak menyediakan kebutuhan pokok untuk pengembangan kecerdasannya, maka potensi kecerdasan anak tidak akan berkembang optimal. Sedangkan orangtua yang kebetulan tidak berkesempatan mengikuti pendidikan tinggi (belum tentu mereka tidak cerdas, mungkin karena tidak ada
kesempatan atau hambatan ekonomi) anaknya bisa cerdas jika dicukupi kebutuhan untuk pengembangan kecerdasan sejak di dalam kandungan sampai usia sekolah dan remaja. Kebutuhan pokok untuk mengembangkan kecerdasan Tiga kebutuhan pokok untuk mengembangkan kecerdasan antara lain adalah kebutuhan FISIK-BIOLOGIS (terutama untuk pertumbuhan otak, sistem sensorik dan motorik), EMOSI-KASIH SAYANG (mempengaruhi kecerdasan
emosi,
inter
dan
intrapersonal)
dan
STIMULASI
DINI
(merangsang kecerdasan-kecerdasan lain).
Kebutuhan FISIK-BIOLOGIS terutama gizi yang baik sejak di dalam kandungan
sampai
pencegahan
dan
remaja
terutama
pengobatan
untuk
perkembangan
penyakit-penyakit
yang
otak, dapat
mempengaruhi perkembangan kecerdasan, dan ketrampilan fisik untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Kebutuhan EMOSI-KASIH SAYANG : terutama dengan melindungi, menimbulkan rasa aman dan nyaman, memperhatikan dan menghargai anak, tidak mengutamakan hukuman dengan kemarahan tetapi lebih banyak memberikan contoh-contoh dengan penuh kasih sayang. Kebutuhan STIMULASI meliputi rangsangan yang terus menerus dengan berbagai cara untuk merangsang semua system sensorik dan motorik.
Ketiga kebutuhan pokok tersebut harus diberikan secara bersamaan sejak janin didalam kandungan karena akan saling berpengaruh. Bila kebutuhan biofisik tidak tercukupi, gizinya kurang, sering sakit, maka perkembangan otaknya tidak optimal. Bila kebutuhan emosi dan kasih sayang tidak tercukupi maka kecerdasan inter dan antar personal juga rendah. Bila stimulasi dalam interaksi sehari-hari kurang bervariasi maka perkembangan kecerdasan juga kurang bervariasi.
Fasilitas Perkembangan Psikososial
Berikan aktivitas bermain yang menggali rasa ingin tahu anak seperti bermain tanah, pasir lilin, membuat mainan kertas, mencampur warna,
menggunakan cat air, melihat barang/binantang/tanaman/orang yang menarik perhatiannya dengan tetap menjaga keamanannya.
Berikan kebebasan pada anak untuk melakukan sesuatu yang diinginkan tetapi tetap member batasan. Misalnya membolehkan anak memanjat dengan syarat ada yang mendampingi/mengawasi atau mengajarkan cara agar tidak jatuh.
Latih anak-anak melakukan kegiatan secara mandiri
Puji keberhasilan yang dicapai anak
Tidak menggunakan kata yang memerintah tetapi memberikan alternative untuk memilih
Hindari suasana yang membuatnya bersikap negative (memisahkan dengan orang tuanya, mengambil mainannya , memerintah untuk melakukan sesuatu)
Tidak menakut-nakuti dengan kata-kata maupun perbuatan
Berikan mainan sesuai usianya (boneka, mobil-mobilan, balon, bola, kertas gambar dan pensil warna)
Saat anak mengamuk (temper tantrum) pastikan ia aman dari bahaya cedera kemudian tinggalkan, awasi dari jauh
Beritahu tindakan-tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan, yang baik dan yang buruk dengan kalimat positif.
Lampiran 2 DAFTAR PUSTAKA
Anisa, Siti. 2005. Kontribusi Pola Asuh Orang tua terhadap Kemandirian Siswa Kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005 . Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Atkinson, Rita et.al. Pengantar Psikologi Edisi Kesebelas. Batam : Interaksara Gunarsa, Singgih. 2000. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia Hurlock, Elisabeth. 2006. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
Lampiran 3 PRE TEST 1) Pengertian pola asuh a) membantu anak untuk mengembangkan disiplin diri dalam kehidupan sehari-hari b) membantu anak untuk mengembangkan disiplin diri dalam kehidupan sekolah saja c) salah semua 2) Perkembangan anak normal usia 18 bulan – 3 tahun a) Banyak bertanya tentang suatu hal b) Anak merasa diam c) Anak menangis terus 3) Penyimpangan anak usia 18 bulan – 3 tahun a) Tidak mampu mengenal dan mengakui namanya b) Tidak banyak bertanya atau lebih banyak diam c) A dan b benar semua 4) Cara melakukan pola asuh pada anak usia 3 – 6 bulan yang benar
a) bermain ‘cilukba’, melihat wajah bayi b) memukul c) membiarkan terlantar
POST TEST 1. Pengertian stimulasi dini a. Rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir b. Rangsangan yang dilakukan sejak remaja c. Rangsangan yang dilakukan sejak monopouse 2. Perkembangan anak normal usia 18 bulan – 3 tahun a. Banyak bertanya tentang suatu hal b. Anak merasa diam c. Anak menangis terus 3. Penyimpangan anak usia 18 bulan – 3 tahun 1. Tidak mampu mengenal dan mengakui namanya 2. Tidak banyak bertanya atau lebih banyak diam 3. A dan b benar semua 4. Cara melakukan pola asuh pada anak usia 3 – 6 bulan yang benar
a. bermain ‘cilukba’, melihat wajah bayi b. memukul c. membiarkan terlantar