Satuan Acara Penyuluhan Kelompok [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KANKER PAYUDARA ( CA MAMAE) KELOMPOK 2 Ketua : AMELIA MIRANDA NPM: 200202075 Anggota :  LYLA MALINDA SIRINGO RINGO NPM:200202088  PASKA SARAGIH NPM:200202093  PUTRI NURMALA HAYATI NPM:200202094  ERINA MANURUNG NPM : 200202081  HAFNIDA WARDHATUL SARVHI NPM: 20002083  MARJAH WIDA WARDANI NPM : 200202089  ANTONIUS RINALDY P NPM : 200202076  SRILILI SURYANI HIA



PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2021



KATA PENGANTAR



Segala puji dan syukur peneliti



ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah



memberikan kesehatan kepada peneliti, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Satuan Acara Penyuluhan (Sap) Kanker Payudara Dan Kanker Leher Rahim Di Kecamatan Medan Helvetia ” Penyelesaian Makalah ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan untuk memenuhi nilai dengan mata kuliah Keperawatan Maternitas. Selama proses penyusunan makalah ini, begitu banyak bantuan, nasehat dan bimbingan yang peneliti terima demi kelancaran skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak / Ibu : 1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia Medan. 2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia. 3. Taruli Rohana, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia. 4.



Ns. Marthalena Simamora, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Program Studi sekaligus Ketua Penguji Program Studi Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Sari Mutiara Indonesia .



5. Dosen Tim pengampu Mata ajar Keperawatan Maternitas Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Sari Mutiara Indonesia 6.



Kepala para ibu – ibu yang bersedia menjadi peserta di dalam penyuluhan ini



Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima kasih untuk semua bimbingan, arahan, kritikan dan saran yang telah diberikan oleh semua pihak. Medan, Juni 2021



Penulis



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological BasedRegistration di Indonesia, KPD menempati urutan pertamadengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu27/100.000 atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki -laki dengan frekuensi sekitar 1 %.Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal. Kanker payudara jenis kanker yang sering terjadi pada perempuan di Indonesia. Kanker payudara memiliki kontribusi sebesar 30% dan merupakan jenis kanker yang paling mendominasi di Indonesia, mengalahkan kanker leher rahim atau kanker serviks yang berkontribusi sebesar 24% (Depkes RI, 2013). Penderita kanker yang terus meningkat diperkirakan akan menjadi penyebab utama peningkatan beban ekonomi karena biaya yang harus ditanggung cukup besar (Depkes RI, 2013) Skrining kanker payudara adalah pemeriksaan atau usahauntuk menemukan abnormalitas yang mengarah pada kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang tidak mempunyai keluhan. Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan berbagai pemeriksaan, misalnya dengan menggunakan prosedur pemeriksaan berupa thermografi payudara, mamografi, biopsi payudara, duktografi, dan ultrasonography (USG) payudara (Suryaningsih dan Sukaca, 2019).



Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum. ada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah 454.000 kasus1. Data ini didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan populasi, registrasi data vital, dan data otopsi verbal dari 187 negara dari tahun 1980 sampai 2010. Per tahun insiden dari kanker serviks meningkat 3.1% dari 378.000 kasus pada tahun 1980. Ditemukan sekitar 200.000 kematian terkait kanker serviks, dan 46.000 diantaranya adalah wanita usia 15-49 tahun yang hidup di negara sedang berkembang.2Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan ke-7 secara global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke-6 di negara kurang berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3,2% mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat leukemia). Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang,dan urutan ke 10 pada negara maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens sebesar 12,7%. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks. Kejadian kanker serviks akan sangat mempengaruhi hidup dari penderitanya dan keluarganya sertajuga akan sangat mempengaruhi sektor pembiayaan kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu peningkatan upaya penanganan kanker serviks, terutama dalam bidang pencegahan dan deteksi dini sangat diperlukan oleh setiap pihak yang terlibat. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum



Secara umum kegiatan penyuluhan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat motivasi deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara dengan tindakan pemeriksaan leher rahim dan payudara sendiri pada wanita usia subur .



2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi mengenai kanker leher rahim dan kanker payudara. b. Mengidentifikasi tingkat motivasi c. Mengidentifikasi tindakan pemeriksaan leher rahim dan payudara sendiri pada wanita d. Menganalisis hubungan tingkat motivasi deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara dengan tindakan pemeriksaan leher rahim dan payudara sendiri



BAB 2 TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Kanker Payudara 1. Pengertian Kanker Payudara disebut juga dengan Carcinoma Mammae adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara. (Suryaningsih & Sukaca 2017). Kanker Payudara adalah keganasan yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kullit payudara. (Romauli & indari, 2019). Kanker Payudara adalah pertumbuhan sel yang tidak terkontrol lantaran perubahan abnormal dari gen yang bertanggung-jawab atas pengaturan pertumbuhan sel. Secara normal, sel payudara yang tua akan mati, lalu digantikan oleh sel baru yang lebih ampuh. Regenerasi sel seperti ini berguna untuk mempertahankan fungsi payudara, gen yang bertanggung-jawab terhadap pengaturan pertumbuhan sel termutasi. Kondisi itulah yang disebut Kanker Payudara. (Satmoko, 2018). Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Kanker Payudara adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada payudara, sehingga menyebabkan terjadinya benjolan atau kanker yang ganas.



2. Etiologi Penyebab Kanker Payudara masih belum diketahui secara pasti, faktor genetik dan faktor hormonal dapat berperan pada Kanker Payudara. (Black & Matassarin, 2012).



3. Faktor Resiko Menurut Mulyani & Nuryani (2013), Sukaca & Suryaningsih (2009) terdapat beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya Kanker Payudara, diantaranya: 1.



Gender Perempuan memiliki risiko terkena Kanker Payudara lebih



besar dibanding pria. Perbandingannya seratus banding satu perempuan yang terkena Kanker Payudara dibandingkan pria. 2.



Pemakaian hormon Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan bermakna pada pengguna terapi Estrogen Replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko Kanker Payudara pada pengguna kontrasepsi oral, perempuan yang menggunakan obat ini untuk mengalami kanker ini sebelum menopause. Oleh sebab itu jika kita bisa menghindari adanya penggunaan hormon ini secara berlebihan maka akan lebih aman.



3. Kegemukan



(obesitas)



setelah



menopause



Seorang



perempuan



yang



mengalami obesitas setelah menopause akan beresiko 1,5 kali lebih besar untuk terkena Kanker Payudara dibandingkan dengan perempuan yang berat badannya normal. 4. Radiasi payudara yang lebih dini Sebelum usia 30 tahun, seorang perempuan yang harusmenjalani terapi radiasi di dada (termasuk payudara) akan memiliki kenaikan risiko terkena Kanker Payudara. Semakin muda ketika menerima pengobatan radiasi, semakin tinggi risiko untuk terkena Kanker Payudara di kemudian hari. 5. Riwayat Kanker PayudaraSeorang perempuan yang mengalami Kanker Payudara pada satu payudaranya mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menderita kanker baru pada payudara lainnya atau pada bagian lain dari payudara yang sama. Tingkat risikonyo bisa tiga sampai empat kali lipat. 6. Riwayat keluarga Risiko dapat berlipat ganda jika ada lebih dari satu anggota keluarga inti yang terkena Kanker Payudara dan semakin mudah ada anggota keluarga yang terkena kanker maka akan semakin besar penyakit tersebut menurun. 7. Periode menstruasi Perempuan yang mulai mempunyai periode awal (sebelum usia 12 tahun) atau yang telah melalui perubahan kehidupan (fase menopause) setelah usia 55 tahun mempunyai risiko terkena Kanker Payudara yang sedikit lebih tinggi. Mereka yang mempunyai periode menstruasi yang lebih sehingga lebih banyak hormon estrogen dan progesteron. 8. Umur atau usia Sebagian besar perempuan penderita Kanker Payudara berusia



50 tahun ke atas. Resiko terkena Kanker Payudara meningkat seiring bertambahnya usia. 9. Ras Kanker Payudara lebih umum terjadi pada perempuan berkulit putih. Kemungkinan



terbesar



karena



makanan



yangmereka



makan



banyak



mengandung lemak. Ras seperti Asia mempunyai bahan pokok yang tidak banyak mengandung lemak yang berlebih. 10.Perubahan payudara Jika seorang perempuan memiliki perubahan jaringan payudara yang dikenal sebagai hiperplasia atipikal (sesuai hasil biopsi), maka seorang perempuan memiliki peningkatan risiko Kanker Payudara. 11.Aktivitas fisik Penelitian terbaru dari Women’s Health Initiative menemukan bahwa aktivitas fisik pada perempuan menopause yang berjalan sekitar 30 menit per hari dikaitkan dengan penurunan 20 persen resiko Kanker Payudara. Namun, pengurangan risiko terbesar adalah pada perempuan dengan berat badan normal. Dampak aktivitas fisikk tidak ditemukan pada perempuan dengan obesitas. Jika aktivitas fisik dikombinasikan dengan diet dapat menurunkan berat badan sehingga menurunkan risiko Kanker Payudara dan berbagai macam penyakit. 4. Manifestasi Klinis Romauli & Vindari (2011) menyebutkan bahwa pada tahap awal tidak terdapat tanda dan gejala yang khas. Tanda dan gejala dapat terlihat pada tahap lanjut antara lain : 1.Adanya benjolan di payudara 2.Adanya borok atau luka yang tidak sembuh 3.Keluar cairan abnormal dari puting susu, cairan dapat berupa nanah, darah, cairan encer atau keluar air susu pada perempuan yang tidak hamil dan menyusui. 4.Perubahan bentuk dan besarnya payudara 5.Kulit puting susu dan areola melekuk ke dalam atau berkerut. 6.Nyeri di payudara.



5. Proses Deteksi Kanker Payudara Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009) terdapat beberapa proses deteksi Kanker Payudara, yaitu : 1.Periksa Payudara Sendiri (SADARI) : Cara pemeriksaan: a.Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter. b.Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara. Kemudian bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah dan periksa lagi. c.Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal di bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri. d.Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.



B. Konsep Kanker leher rahim (serviks) Definisi Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uteri adalah tumbuhnya sel- sel abnormal pada jaringan leher rahim (serviks), di mana sel – sel permukaan (epitel) tersebut mengalami penggandaan dan berubah sifat tidak seperti sel yang normal (American Cancer Society, 2013). Etiologi Banyak bukti menunjukkan bahwa onkoprotein Human Papilloma Virus (HPV) menjadi komponen penting dari proliferasi sel kanker (Schorge, 2008). Seiring berkembangnya kemajuan di bidang biologi molekuler dan epidemiologi tentang HPV, kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Banyak penelitian dengan studi kasus kontrol dan kohort didapatkan Risiko Relatif (RR) hubungan antara infeksi HPV dan kanker serviks antara 20 sampai 70 (Kampono, 2011). Terdapat dua kelompok tipe HPV dalam hubungannya dengan kanker serviks, yaitu (American Cancer Society, 2013): 1)



Kelompok risiko rendah, meliputi HPV tipe 6 dan11, di mana jarang berhubungan dengan kanker.



2)



Kelompok risiko tinggi meliputi HPV 16, HPV 18, HPV 31, HPV 33, dan HPV 45, di mana tipe ini berhubungan kuat dengan kanker.



Patogenesis dan Patofisiologi Karsinoma serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo-columnar junction (SJC) atau sambungan skuamo-kolumnar (SSK), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks, di mana secara histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis pipih dengan epitel endoserviks berbentuk kuboid/kolumnar pendek selapis dan bersilia. Letak SSK dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual, dan jumlah paritas. Pada wanita muda, SSK berada di luar ostinum uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SSK berada di dalam kanalis serviks. Oleh karena itu pada wanita muda, SSK rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan memicu displasia dari SSK tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SSK terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin (American Cancer Society, 2013). Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengarruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini, maka secara morfogenetik terdapat 2 SJC, yaitu SJC asli dan SJC baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi



(American Cancer Society, 2013). Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel host sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma insitu dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Pada tahap awal infeksi, sebelum menjadi kanker didahului oleh adanya lesi prakanker yang disebut Cervical Intraepthelial Neoplasia (CIN) atau Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS). Lesi prakanker ini berlangsung cukup lama yaitu memakan waktu antara 10 -20 tahun. Dalam perjalanannya CIN I (NIS I) akan berkembang menjadi CIN II (NIS II) kemudian menjadi CIN III (NIS III) yang bila penyakit berlanjut maka akan berkembang menjadi kanker serviks. Konsep regresi spontan serta lesi yang persiten menyatakan bahwa tidak semua lesi pra kanker akan berkembang menjadi lesi invasif atau kanker serviks, sehingga diakui masih banyak faktor yang mempengaruhi. CIN I (NIS I) hanya 12% saja yang berkembang ke derajat yang lebih berat, sedangkan CIN II (NIS II) dan CIN III (NIS III) mempunyai risiko berkembang menjadi kanker invasif bila tidak mendapatkan penanganan (Zarchi, et al, 2019).



Gejala klinis Untuk menegakkan diagnosis, hal pertama yang dilakukan adalah anamnesis keluhan pasien dengan memperhatikan faktor risiko. Tidak semua pasien mengeluhkan hal yang sama, bahkan ada yang tanpa keluhan. Keluhan yang dapat dicurigai sebagai faktor risiko kanker serviks adalah sebagai berikut: 



Keputihan,







Perdarahan pervaginam abnormal,







Perdarahan post koital,







Perdarahan pasca menopause,







Gangguan kencing dan defekasi,







Nyeri daerah pelvis, pinggang/punggung, dan tungkai,







Keluhan-keluhan lain sesuai dengan penyebaran penyakit.



Skema Penatalaksanaan Kanker Serviks



(Buku Pedoman Diagnosis, Terapi dan Bagan Alur Pelayanan Pasien, 2013)