Satuan Acara Penyuluhan p3k Lalulintas [PDF]

  • Author / Uploaded
  • rajid
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN



Pokok bahasan



: PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN LALU LINTAS



Sub pokok bahasan



: Pemahaman dan pengaplikasian P3K Lalu lintas



Sasaran



: Siswa – siswi SMAN 1 Raha Kelas XI (sebelas)



Tempat



: SMAN 1 Raha



Hari/ Tanggal



:-



Waktu



: 40 menit



I. TUJUAN UMUM Mengetahui



pengaruh



penyuluhan kesehatan terhadap



tingkat



pengetahuan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas di SMA Negeri 1 Raha pada siswa kelas XI II. TUJUAN KHUSUS a) Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pemahaman pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas di SMA Negeri 1 Raha pada siswa kelas XI. b) Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengaplikasian pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas di SMA Negeri 1 Raha pada siswa kelas XI. III. MATERI (Terlampir) : a) Pendahuluan b) Pemahaman c) Etika Yang Perlu Diperhatikan Dalam Memberikan Pertolongan d) Prinsip – Prinsip Dasar Yang Perlu Di Perhatikan e) Sikap Yang Harus Dimiliki Seseorang Penolong f) Hukum Yang Menagtur Tentang Pemberian Pertolongan



g) Jenis Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Lalu lintas 1) Pertolongan Pertama Pada Trauma Atau Benturan 2) Pendarahan Di Lengan Dan Bagian Tubuh Lain 3) Pingsan 4) Luka 5) Patah Tulang 6) Gangguan nafas atau bahkan sampai henti nafas 7) Mengangkat Korban



IV. METODE 1. Ceramah 2. Tanya jawab



V. MEDIA 1. Presentation Power point menggunakan Proyektor Infocus



VI. Setting Tempat



Keterangan : : Peserta / responden



: Asisten Pemateri



: Pemateri



: Fasilitator



: Moderator



: Ruang Kelas



VII.



Kegiatan belajar mengajar



Tahap kegiatan



Waktu



Pendahuluan 5 menit



Kegiatan Mahasiswa  Memperkenalkan



Kegiatan SiswaSiswi



 Mendengarkan Kata-kata  Bertanya



diri  Mempersiapkan diri



mengenai



 Menjelaskan tentang



perkenalan



tujuan pokok



Media



dan



kalimat



tujuam



jika ada yang kurang jelas



Penyajian



10



Menyajikan



menit



tentang :



materi Mendengarkan dengan seksama



a) Pendahuluan b) Pemahaman c) Etika Yang Perlu Diperhatikan Dalam Memberikan Pertolongan d) Prinsip – Prinsip Dasar Yang Perlu Di Perhatikan e) Sikap Yang Harus Dimiliki Seseorang Penolong f) Hukum



Yang



Menagtur Tentang Pemberian Pertolongan



Presentation Power point



/



g) Jenis



Pertolongan



Pertama



Pada



Kecelakaan Lalulintas 1) Pertolongan Pertama



Pada



Trauma



Atau



Benturan 2) Pendarahan



Di



Lengan



Dan



Bagian



Tubuh



Lain 3) Pingsan 4) Luka 5) Patah Tulang 6) Gangguan atau



nafas bahkan



sampai henti nafas



7) Mengangkat Korban



Melakukan diskusi



15



 Mengajukan kepada  Bertanya siswa untuk bertanya



 Kalimat atau



mengenai hal-



(menjawab



hal



yang



pertanyaan)



kurang



jelas



dan



kata-kata



belum



dimengerti  Memberikan contoh  Mengikut



 Kalimat/kata-



peragaan



sertakan siswa



kata



pertolongan pertama



dalam



peragaan



dan



pada



kecelakaan



lalulintas



peragaan pertolongan pertama pada kecelakaan lalulintas



Evaluasi



5



 Melakukan evaluasi  Mampu dengan memberikan



menjawab



pertanyaan



pertanyaan



sederhana



yang



 Kalimat atau kata-kata



di



berikan Penutup



5 menit



 Menyampaikan hasil



Mendengarkn



Kalimat



evaluasi



dengan



kata-kata



 Mengakhiri



seksama



pertemuan



dan



mengucapkan terima kasih perhatiannya.



atas



atau



MATERI PENYULUHAN



A. Latar Belakang Pertolongan pertama pada kecelakaan (First Aid) adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik. Pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah berupa pertolongan sementara yang dilakukan oleh petugas pertolongan pertama pada kecelakaan (petugas medik atau orang awam) yang pertama melihat korban (Damayanti 2016). Pertolongan



pertama



pada



kecelakaan



(P3K)



ditujukan



untuk



memberikan perawatan darurat bagi para korban, sebelum pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya (Sudiatmoko, 2011). Kecelakaan dan cedera bisa saja terjadi di sekolah, pertolongan pertama juga bisa diberikan di sekolah melalui kegiatan di Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). (Damayanti 2016). Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Secara global menurut WHO (2010) sekitar 1,3 juta orang meninggal setiap tahunnya dan jumlah ini kemungkinan akan terus bertambah menjadi 1,9 juta di tahun 2020, data tersebut 90% nya terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. (Ambarika 2017). Di Indonesia, Proporsi disabilitas (ketidakmampuan) dan angka kematian karena kecelakaan masih cukup tinggi sebagian besar 70% korban kecelakaan



lalu lintas adalah pengendara sepeda motor yang terlambat mendapatkan pertolongan. (Ambarika 2017). Meningkatnya korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia tidak lepas dari meningkatnya jumlah kendaraan roda dua yang beroperasi. Data yang di peroleh dari Ditjen Perhubungan Darat diketahui bahwa jumlah kendaraan roda dua ada di angka 83.390.073 unit di tahun 2013 dan meningkat menjadi 92.529.925 unit di tahun 2014. Sedangkan, jumlah korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas di tahun 2013 adalah 26.416 orang dan di tahun 2014 meningkat menjadi 28.297 orang. (Colle 2016 ) Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Sulawesi Tenggara, pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2018, Jumlah kecelakaan lalu lintas (laka lantas) berdasarkan tipe, pada kendaraan roda dua yang terlibat kecelakaan berjumlah 1380 kendaraan (77,1 %). Korban laka lantas berdasarkan pendidikan, untuk tingkat SLTA berjumlah 1020 orang (60,1 %). Bila di lihat dari tingkat keparahan pada korban laka lantas berdasarkan pendidikan, untuk tingkat SLTA dimana yang luka ringan 797



orang (78,1 %), luka berat



70 orang (6,8 %), meninngal dunia 115 orang (15.1 %). Dari data tersebut menunjukkan bahwa profesi pelajar SLTA memiliki kontribusi yang besar dalam hal terjadinya kecelakaan di Sulawesi Tenggara (Dirlantas Polda Sultar 2018). Data kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Muna dari Polres Muna. Pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2018 menunjukkan jumlah kecelakaan lalu lintas (laka lantas) yang berdasarkan tipe, pada kendaraan roda dua yang terlibat kecelakaan berjumlah 99 kendaraan (50,2%). Korban laka



lantas berdasarkan pendidikan, Untuk tingkat SLTA 97 orang (74%). Bila di lihat dari tingkat keparahan pada korban laka lantas berdasarkan pendidikan untuk tingkat SLTA, dimana yang luka ringan 73 orang (75,2%), luka berat 0 orang (0%), meninngal dunia 24 orang (24,7%). Dari data tersebut menunjukan korban laka lantas pada pelajar SLTA sebagai penyumbang terbesar dalam laka lantas roda dua yakni sekitar 74% (Polres Muna 2018). Penanganan korban gawat darurat baik di rumah sakit maupun di luar rumah sakit pada prinsipnya adalah sama, yaitu mempertahankan hidup korban secara cepat dan tepat. Korban yang ditemukan di rumah sakit umumnya langsung di tangani oleh tim medis yang memang seperti cara penanganannya, sedangkan korban yang di temukan di lapangan seringkali luput dari pertolongan. Hal tersebut karena minimnya pengetahuan tentang bagaimana cara menolong korban gawat darurat secara cepat dan tepat (Winarto 2017). Kecelakaan dapat terjadi di mana saja tanpa kita sadari. Bahkan banyak di antara kita belum tahu bagaimana penanganan yang tepat atau pertolongan pertama pada kecelakaan. Oleh karena itu,



masyarakat setidaknya



memiliki pengetahuan dasar bagaimana harus bertindak pada keadaan tertentu sehingga mampu meminimalkan risiko pada korban ( Nugrahaeni 2018 ). Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuan. Akan tetapi perlu di tekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal



ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Beberapa Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu faktor internal seperti Pendidikan, Pekerjaan, Umur dan faktor eksternal seperti Faktor Lingkungan dan Faktor Budaya. ( Wawan & Dewi 2010). Menurut Notoadmodjo (2010) dalam Fanny Asfany Imran (2017), Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif ada enam tingkatan yaitu Tahu, Memahami (Comprehention),



Aplikasi



(Application),



Analisis



(Analysis),



Sintesis



(Syntesis), Evaluasi (Evaluation). Menurut Nurhasim (2013) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan.



B. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Lalu lintas Kecelakaan dapat terjadi dimana saja tampa kita sadari. Bahkan banyak di antara kita belum tahu bagaimana penanganan yang tepat atau pertolongan pertama pada kecelakaan. Oleh karena



itu masyarakat setidaknya memiliki



pengetahuan dasar bagaimana harus bertindak pada keadaan tertentu sehingga meminimalkan resiko pada korban (Nugrahaeni 2018). a. Kecelakaan Lalu lintas Menurut uu no 22 tahun 2009 tentang kecelakaan lalu lintas, kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga



dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. Kecelakaan lalu lintas dapat terjadi karena beberapa faktor yang saling berinteraksi yaitu faktor pengemudi (manusia), lalu lintas, jalan, kendaraan dan lingkungan. (Colle 2016). Contoh yang sering terjadi di lapangan adalah ketika ada kendaraan angkutan umum yang berhenti mendadak, ada kendaraan yang memotong jalur tiba-tiba, penyebrang jalan yang menyebrang secara tiba-tiba atau tindakan pengguna jalan lain yang membuat pengendara sepeda motor menjadi kaget, sehingga menyebabkan pengendara yang berkendara dengan melakukan kegiatan lain mengambil tindakan spontan yang dapat mengakibatkan kecelakaan terjadi. Saat seperti ini, kelengahan pengendara bisa menjadi sangat beresiko menimbulkan kecelakaan lalu lintas. b. Pertolongan Pertama Pertolongan pertama adalah tindakan memberikan pertolongan segera pada seseorang yang sakit atau mengalami cedera yang dapat di lakukan pelajar maupun msyarakat masyarakat awam tampa harus memiliki background kesehatan atau kedokteran. Hal ini dilakukan untuk mencegah cacar permanen, penyelamatan jiwa korban, dan memberikan rasa aman dan nyaman pada korban. Penolong adalah orang yang berada di lokasi kejadian dan memberikan pertolongan pada korban. Penolong bisa tenaga medis atau masyarakat awam. (Ardina Nugrahaeni 2018) 1.



Etika yang perlu diperhatikan dalam memberikan pertolongan Hal pertama yang kita lakukan adalah melihat atau menganalisis kondisi lingkungan. Apakah tempat kita akan memberikan pertolongan semakin mengancam keselamatan jiwa korban atau tidak. Setelah itu kita memperkenalkan diri kita jika kondisi korban sadar. Jika kondisi korban tidak sadar, penolong meminta izin kepada keluarga korban untuk memberikan pertolongan atau saksi yang berada di lokasi kejadian.



2.



Prinsip – prinsip dasar yang perlu di perhatikan Dalam memberikan pertolongan pada keadaan darurat, yaitu : a) Sebagai penolong kita memberikan rasa tenang pada korban b) Menghindari bahaya lebih besar seperti memperhatikan lokasi saat melakukan pertolongan. c) Memiliki pengetahuan tentang pertolongan pertama d) Bertindak dengan tenang e) Memiliki kemampuan melihat situasi dan kondisi korban.



3.



Sikap yang harus dimiliki seseorang penolong Sikap penolong menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan. Berikut ini sikap yang perlu dimiliki oleh seseorang penolong : a) Penolong bersikap tenang dan jangan ragu-ragu b) Penolong memerhatikan keadaan korban c) Penolong merencanakan jenis pertolongan d) Penolong melihat keadaan lingkungan e) Penolong bersikap tegas dan sungguh-sungguh. Hal ini akan berisiko bagi korban jika seseorang penolong berpura-pura maupun melakukan tindakan pertolongan pertama. Kurangnya kopetensi seseorang akan memperbesar risiko terjadinya kematian pada korban yang ditolong.



4.



Hukum yang menagtur tentang pemberian pertolongan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu,



gawat



darurat



adalah



keadaan



klinis



pasien



yang



membutuhkan tindakan medis segera untuk menyelamatkan nyawa dan pencegahan kecacatan. 5.



Jenis pertolongan pertama pada kecelakaan lalulintas Memberikan pertolongan pertama yang tepat dilakukan terutama satu jam pertama dalam menyelamatkan korban. Penanganan ini adalah upaya



yang



dilakukan



untuk



menyelamatkan



nyawa



korban.



Pertolongan secara cepat dan tepat dapat dilakukan dilokasi kejadian mampu mencegah terjadinya angka kesakitan dan angka kematian pada korban. a) Pertolongan pertama pada trauma atau benturan Korban trauma dapat dikategorikan sebagai korban uang mengalami gangguan fisik yang berupa benturan dengan benda keras. Hal ini dapat disebabkan karena jatuh, kecelakaan, dan kejatuhan bendah. Pertolongan pertama pada korban trauma kepala adalah sebagai berikut : 1) Periksa jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi jantung. Bila perlu lakukan bantuan nafas. 2) Jika korban masi bernafas dan denyut jantung normal tetapi tidak sadarkan diri, stabilkan posisi kepala dan leher dengan tangan. Pastikan kepala dan leher tetap lurus. Hindari menggerakan kepala dan lehernya. 3) Bila ada pendarahan, hentikan pendarahan dengan menekuk luka dengan kain bersih. 4) Jika ada patah tulang, jagan menekan luka dan jagan mencobah membersikan luka. Langsung tutup luka dengan pembalut steril. 5) Jika korban muntah, miringkan posisinya agar tidak terdesak muntahanya sendiri. Pastikan posisi kepala dan leher tetap lurus. b) Pendarahan di lengan dan bagian tubuh lain Pendarahan pada lengan bawah, penolong menekan arteri antara siku dan ketiak. Pendarahan pada bahu, ketiak, dan lengan atas, penolong menekan tulang rusuk yang pertama. Pendarahan pada paha, betis, dan tungkai bawah, penolong melakukan penekanan pada arteri dekat paha.



c) Pingsan Penolong tetap tenang dalam memberikan petolongan sehingga meminimalkan pertolongan yang tidak tepat. Ketika seseorang pinsan, sebaiknya dibawah ketempat yang teduh. Penolong mengendurkan semua yang mengikat tubuh korban, misal melonggarkan sabu, melepaskan jaket, membuka beberapa kancing bajudan lain-lain. Kemudian berikan rangsangan bau seperti minyak kayu putih, dan setelah korban sadar diberikan air minum. d) Luka Penolong memberikan luka korban dengan cairan antiseptik agar tidak terjadi infeksi. Kemudian penolong memberikan betadin. Luka yang terbuka menjadi tempat masuknya penyakit. 1) Luka lecet Tindakan pertolongan pertama yang dapat diberikan adalah mengkentikan pendarahan, membersikan luka, menutup luka dan balut luka dengan sedikit penekanan. 2) Luka tembus Tindakan pertolongan pertama yang dapat diberikan adalah menghentikan pendarahan, menjaga luka sebersi mungkin, lepaskan atau gunting pakaian yang menutupi, jikia tidak berdarah, bersikan kotoran secara hati-hati, jagan mencabut bendah yang tertancap. 3) Luka dengan pendarahan di telapak tangan Tindakan petolongan pertama yang dapat diberikan adalah menghentikan pendarahan dengan memberi bantalan dan genggam, tinggikan posisi tangan, balut, beri gendongan untuk tangan. (Ardina Nugrahaeni 2018)



e) Patah Tulang 



Jangan mencoba mengangkat atau memindahkan badan korban jika belum mahir melakukannya.







Jika tulang belakang yang patah, korban hanya boleh diusung dengan hati-hati dalam posisi terbaring di atas alas keras.







Untuk patah tulang rahang, angkatlah rahang bawah hingga gigi atas dan bawah bersatu, lalu diikat dan dibawa ke dokter.







Untuk patah tulang tangan atau kaki, gunakan tongkat atau setumpuk Koran guna menyangga, dan balutlah sebelum memperoleh pertolongan dokter.



f) Gangguan nafas atau bahkan sampai henti nafas Untuk mengenal gangguan pada sistem



pernapasan digunakan



tahap pemeriksaan dan penanganan sebagai berikut : 



Penolong mengetahui apakah penderita masih bernapas atau tidak. Tindakan ini dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu LDR (Lihat, Dengar, Rasakan hembusan nafas korban).







Bila sulit bernapas/bahkan tidak bernapas segera cari bantuan/telepon ambulance. lakukan pemeriksaan jalan napas, apakah terdapat sumbatan atau tidak(pangkal lidah, muntahan, kotoran dalam mulut.)







Tindakan pertolongan pertama yang dilakukan adalah membebaskan jalan napas dengan menarik lidah ke luar, mengeluarkan benda asing dalam rongga mulut (gunakan kedua jari)







Bila henti nafas dan henti jantung maka harus dilakukan pemberian pernapasan buatan dari mulut ke mulut (mouth-to-mouth) dan kompresi dada.







Pijat Jantung Lakukan pengurutan/pijat jantung. Letakkan kedua telapak tangan anda dalam posisi saling bertumpuk di bagian paling



bawah dada penderita. Tekan dengan telapak tangan bawah sedalam kurang lebih 5 cm. Ulangi tekanan. Lakukan dengan rasio 30:2. (30 kompresi/pijat : 2 tiupan nafas buatan). g) Mengangkat korban Cara paling aman untuk melakukan evakuasi pada korban yang tidak sadar dan mengalami cidera multipel. Penolong lebih dari 2 orang dimana tiga/dua penolong mengangkat badan dan salah seorang dari anggota tim mengfiksasi kepala korban. Pengangkatan ini dilakukan secara sistematis dan terkoordinir untuk menghindari cidera yang lainnya (Nurarif & Kusuma 2015)



DAFTAR ISI Ardianan. N. 2018., P3k Untuk Masyarakat. Yogyakarta: Healthy Dewi Nurhanifah. 2017. Caring Nursing Journal. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Di Sekolah Pada Siswa Kelas Vii. Volume 1, Nomor 1.



Ida Damayanti, 2016. Pengaruh Pemberian Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Terhadap Pengetahuan Penanganan Fraktur Pada Siswa Anggota Pmr Di Sma Negeri 1 Binangun. Skripsi Sarjana. Program Studi S1 Keperawatan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong. Rahmania Ambarika, 2017. Ejurnal Keperawatan. Efektifitas Simulasi Prehospital Care Terhadap Selfefficacy Masyarakat Awam Dalam Memberikan Pertolongan Pertama Korban Kecelakaan Lalu Lintas. Volume 8, Nomor 1. Https://Media.Neliti.Com/Media/Publications/138649-Id-None.Pdf [Diakses 2 Februari 2019] Natalia Gabriela Christy Lausut. 2018. E-Jurnal Keperawatan. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Perawatan Luka Akibat Kecelakaan Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pertolongan Pertama Pada Siswa Kelas X Di Smkn 6 Manadoi. Volume 6, Nomor 1. Sarfia Buamona. Dkk. 2017. E-Jurnal Keperawatan . Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Kecelakaan Lalulintas Pada Siswa Sman 1. Volume 5, Nomor 1. Wisnu Wijiyanto Saputro. 2017. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Di Smkn 1 Mojosongo Boyolali. Skripsi Sarjana. Program Studi S1 Keperawatan. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah, Surakarta.