Satuan Acara Penyuluhan Vasektomi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Mata Ajar



: Keperawatan Maternitas II



Pokok Bahasan



: Kontrasepsi Vasektomi



Hari/Tanggal



:



Waktu



:



Penyuluh



: Kelompok VIII



Tempat



: Di Ruang



A. TUJUAN 1. Tujuan Umum Setelah dilakukan penyuluhan selama 35 menit diharap sasaran mengetahui tentang Kontrasepsi Vasektomi 2. Tujuan Khusus Setelah dilakukan penyuluhan selama 35 menit sasaran diharapkan dapat: a. Mengetahui definisi dari Vasektomi b. Menjelaskan Indikasi dan Kontraindikasi dari Vasektomi c. Mengetahui Kelebihan dan kekurangan dari Vasektomi d. Menjelaskan Cara kerja/ Teknik dari tindakan Vasektomi B. METODE Metoda yang digunakan adalah : 1. Ceramah 2. Diskusi / tanya jawab



C. MEDIA, ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN Media: Leaflet, Slide (Power Point), Alat Peraga/ Video Alat: Laptop, Layar LCD D. SUMBER Arum, D., dan Sujiyatini., 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini., Nuha Medika, Jogjakarta. Glasier, A. & Gebbie, A., 2005, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta : EGC. Meilani, et al (2010). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Fitramaya. BKKBN., 2008. Pedomanan Tata Cara Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Program KB Nasional, BKKBN, Jakarta. E. MATERI Terlampir



F. SETTING ACARA/ KEGIATAN No 1.



Tahap Pembukaan



Waktu 5 Menit



Kegiatan Penyuluhan



Kegiatan Peserta



 Mengucapkan salam pembuka



 Menjawab salam



 Memperkenalkan diri



 Mendengarkan



 Menjelaskan maksud dan tujuan  Mendengarkan 2.



Penyajian



15 menit







Melakukan penyuluhan tentang  Mendengarkan dan pengertian Vasektomi







Memperhatikan



Melakukan penyuluhan tentang Indikasi dan Kontraindikasi dari Vasektomi







Melakukan penyuluhan tentang Kelebihan dan Kekurangan dari Vasektomi







Melakukan penyuluhan tentang Cara kerja/ Teknik dari Vasektomi



3.



Evaluasi



10 menit  Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya



 Mengajukan Pertanyaan kepada pemateri



 Memberikan pertanyaan kepada  Menjawab peserta.



pertanyaan



yang



diberikan 4.



Penutup



5 menit



 Menyimpulkan hasil diskusi  Mengevaluasi peserta



 Memberi tanggapan  Menjawab pertanyaan



yang



diajukan  Salam Penutup



 Menjawab penutup



salam



G. EVALUASI 1. Semua dapat mengetahui definisi Vasektomi 2. Semua dapat menjelaskan Indikasi dan Kontraindikasi dari Vasektomi 3. Semua dapat menyebutkan Kelebihan dan kekurangan dari Vasektomi 4. Semua dapat menjelaskan Cara kerja/ Teknik dari tindakan Vasektomi



LAMPIRAN A. Pengertian Vasektomi Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga jalur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi penyatuan dengan ovum tidak terjadi (Arum & Sujiyatni. 2009) B. Indikasi dan Kontraindikasi Vasektomi Adapun Indikasi dan Kontraindikasi untuk metode kontrasepsi Vasektomi (Glasier dan Gebbie, 2005), yaitu: 1. Indikasi a. Pasangan yang sengat yakin bahwa keluarga mereka sudah lengkap b. Pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak c. Pasangan yang istrinya memiliki risiko penyakit yang membahayakan jika melahirkan kembali d. Pasangan yang selalu gagal dengan kontasepsi lainnya: 2. Kontaindikasi a. Penderita hernia b. Penderita kencing manis c. Penderita kelainan pembukuan darah d. Penderita penyakit kulit atau jamur di daerah kemaluan. e. Tidak tetap pendiriannya f. Memiliki peradangan pada buah zakar g. Infeksi di daerah testis (buah zakar) dan penis



h. Hernia (turun bero) i.



Verikokel ( varises pada pembuluh darah balik buah zakar)



j.



Buah zakar membesar karena tumor



k. Hidrokel (penumpukan cairan pada kantong zakar) l.



Buah zakar tidak turun (kriptokismus)



m. Penyakit kelainan pembuluh darah C. Kelebihan dan Kekurangan Vasektomi 1. Kelebihan Vasektomi (Meilani, et al.2010): a. Tidak mengganggu ereksi, potensi seksual, dan produksi hormon. b. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat digunakan seumur hidup. c. Tidak mengganggu kehidupan seksual suami istri. d. Lebih aman (keluhan lebih sedikit). e. Lebih praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan). f. Lebih efektif (tingkat kegagalannya sangat kecil). g. Lebih ekonomis (hanya memerlukan biaya untuk satu kali tindakan). 2. Kekurangan Vasektomi (BKKBN, 2008): a. Harus dengan tindakan pembedahan b. Walaupun merupakan operasi kecil, masih dimungkinkan terjadi komplikasi seperti pendarahan dan infeksi. c. Tidak melindungi klien dari penyakit menular seksual. d. Masih harus menggunakan kondom selama 20 kali ejakulasi.



e. Jika



istri



masih



menggunakan



alat



kontrasepsi



disarankan



tetap



mempertahankan selama 2 bulan sampai 3 bulan sesudah suami menjalankan vasektomi f. Klien perlu istirahat total selama 1 hari dan tidak bekerja keras selama 1 minggu. D. Cara kerja/teknik vasektomi Ada dua cara kerja/teknik sterilisasi vasektomi yaitu : 1. Teknik vasektomi standar a. Celana dibuka dan baringkan pasien dengan posisi terlentang. b. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam bingkai dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan betadin 0,75 atau larutan klorheksidini (hibiscrub) 4% atau asam pikrat 2%. Bila ada bulu perlu dicukur terlebih dahulu, sebaiknya dilakukan oleh pasien sendiri sebelum berangkat ke klinik. c. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan keluar. d. Tepat di linea mediana diatas vas deferens, kulit skrotum diberi anastesi (Prokain atau Lidokain atau Novokain atau Xilokain 1-2%) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk dan di daerah distal serta proksimal vas deferens di deponir lagi masing-masing 0,5 ml. e. Kulit skrotum diiris longitudinal 1 sampai 2 cm, tepat diatas vas deferens yang telah ditonjolkan ke permukaan kulit.



f. Setelah kulit dibuka, vas deferens dipegang dengan klem, disiangi sampai tampak vas deferens mengkilat seperti mutiara, perdarahan dirawat dengan cermat. Sebaiknya ditambah lagi obat anastesi kedalam fasia vas deferens dan baru kemudian fasia disayat longitudinal sepanjang 0,5 cm. Usahakan tepi sayatan rata (dapat dicapai jika pisau cukup tajam) hingga memudahkan penjahitan kembali. Setelah fasia vas deferens dibuka terlihat vas deferens yang berwarna putih mengkilat seperti mutiara. Selanjutnya vas deferens dan fasianya dibebaskan dengan gunting halus berujung runcing. g. Jepitkan vas deferens dengan klem pada dua tempat dengan jarak 1-2 cm dan ikat dengan benang kedua ujungnya. Setelah diikat jangan dipotong dulu. Tariklah benang yang mengkilat kedua ujung vas deferen tersebut untuk melihat kalau ada perdarahan yang tersembunyi. Jepitan hanya pada titik perdarahan, jangan terlalu banyak karena dapat menjepit pembuluh darah lain seperti arteri testikularis atau defernsialis yang berakibat kematian testis itu sendiri. h. Potonglah diantara dua ikatan tersebut sepanjang 1 cm. Gunakan benang sutra no 00,0 atau 1 untuk mengikat vas deferens tersebut. Ikatan tidak boleh terlalu longgar tetapi juga jangan terlalu keras karena dapat memotong vas deferens. i.



Untuk mencegah rekanalisasi spontan yang dianjurkan adalah dengan melakukan interposisi vas deferens, yakni menjahit kembali fasia yang terluka sedemikian rupa, vas deferens bagian distal (sebelah ureteral dibenamkan



dalam fasia dan vas deferens bagian proksimal (sebelah testis) terletak diluar fasia. Cara ini akan mencegah timbulnya kemungkinan rekanalisasi. j.



Lakukanlah tindakan di atas (langkah 6-9) untuk vas deferens kanan dan kiri, dan setelah selesai, tutuplah kulit dengan 1-2 jahitan plain catgut no. 00,0 kemudian rawat luka operasi sebagaimana mestinya, tutup dengan kasa steril dan diplester (Syaifuddin, 2006).



2. Teknik Vasektomi Tanpa Pisau a. Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi terlentang. b. Rambut di daerah skrotum di cukur sampai bersih. c. Penis di plester ke dinding perut. d. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis, dan bagian dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan betadin 0,75%, atau larutan klorheksidin (hibiscrub) 4%. e. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan keluar. f. Tepat di linea mediana di atas vas deferens, kulit skrotum diberi anastesi lokal (Prokain atau Lidokain atau Novokain atau Xilokain 1-2%) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk sejajar vas deferens searah distal, kemudian di deponir lagi masing-masing 3-4 ml, prosedur ini dilakukan sebelah kanan dan kiri. g. Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan di fiksasi di dalam lingkaran klem fiksasi pada garis tengah skrotum. Kemudian klem direbahkan kebawah sehingga vas deferens mengarah ke bawah kulit.



h. Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari vas deferens, tepat di sebelah distal lingkaran klem dengan sebelah ujung klem diseksi dengan membentuk sudut ± 45 derajat. Sewaktu menusuk vas deferens sebaiknya sampai kena vasdeferens, kemudian klem diseksi ditarik, tutupkan ujungujung klem dan dalam keadaan tertutup ujung klem dimasukkan kembali dalam lobang tusukan, searah jalannya vas deferens. i.



Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua lapisan jaringan dari kulit sampai dinding vas deferens akan dapat dipisahkan dalam satu gerakan. Setelah itu dinding vas deferens yang telah telanjang dapat terlihat.



j.



Dengan ujung klem diseksi menghadap ke bawah, tusukkan salah satu ujung klem ke dinding vas deferens dan ujung klem diputar menurut arah jarum jam, sehingga ujung klem menghadap ke atas. Ujung klem pelan-pelan dirapatkan dan pegang dinding anterior vas deferens. Lepaskan klem fiksasi dari kulit dan pindahkan untuk memegang vasdefrens yang telah terbuka. Pegang dan fiksasi vas deferens yang sudah telanjang dengan klem fiksasi lalu lepaskan klem diseksi.



k. Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan sekitarnya dipisahkan pelan-pelan kebawah dengan klem diseksi. Kalau lubang telah cukup luas, lalu klem diseksi dimasukkan ke lubang tersebut. Kemudian buka ujungujung klem pelan-pelan paralel dengan arah vas deferens yang diangkat. Diperlukan kira-kira 2 cm vas deferens yang bebas. Vas deferens di crush secara lunak dengan klem diseksi, sebelum dilakukan ligasi dengan benang sutra.



l.



Diantara dua ligasi kira-kira 1-1,5 cm vas deferens dipotong dan diangkat. Benang pada putung distal sementara tidak di potong. Kontrol perdarahan dan kembalikan putung-putung vas deferens dalam skrotum.



m. Tarik pelan-pelan benang pada putung yang distal. Pegang secara halus fasia vas deferens dengan klem diseksi dan tutup lubang fasia dengan mengikat sedemikian rupa sehingga putung bagian epididimis tertutup dan putung distal ada di luar fasia. Apabila tidak ada perdarahan pada keadaan vas deferens tidak tegang, maka benang yang terakhir dapat dipotong dan vas deferens dikembalikan dalam skrotum. n. Lakukan tindakan di atas (langkah 7-13) untuk vas deferens sebelah yang lain, melalui luka di garis tengah yang sama, kalau tidak ada perdarahan, luka kulit tidak perlu di jahit hanya diproksimalkan dengan band aid atau tensoplas o. perlu di jahit hanya diproksimalkan dengan band aid atau tensoplas