Sba 9 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • nur
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARDISASI BAHAN ALAM PERCOBAAN IX IDENTIFIKASI SENYAWA MARKER AKTIF SERTA PENETAPAN KADAR SENYAWA MARKER (PIPERIN) DALAM SIMPLISIA



Disusun oleh: Nama



: Lina Agustini



(10060317029)



Alviana Novita



(10060317031)



Nina Bonita



(10060317032)



Santi Setianti



(10060317033)



Shift/Kelompok



: D/6



Tanggal Praktikum



: 14 Maret 2019



Tanggal Laporan



: 21 Maret 2019



Nama Asisten



: Novia Regita E., S.Farm.



LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2019 M / 1440 H



PERCOBAAN 9 IDENTIFIKASI SENYAWA MARKER AKTIF SERTA PENETAPAN KADAR SENYAWA MARKER (PIPERIN) DALAM SIMPLISIA I.



Tujuan 1. Mengidentifikasi senyawa marker menggunakan spektofotometer dan KLT.



II.



Prinsip 1. Penetapan kadar senyawa piperin menggunakan metode spektofotometri UV sinar tampak.



III.



Teori Dasar 3.1. Klasifikasi Buah lada hitam Kerajaan



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Magnoliophyta



Ordo



: Piperales



Famili



: Piperaceae



Genus



: Piper



Spesies



: Piper nigrum L Penggunaan lada digunakan sebagai stomakik, karminatif, dan



bumbu masak. Khasiat dari buah lada yaitu dapat mengobati kaki bengkak pada ibu hamil, kolera, nyeri haid, rematik, salesma, air mani yang encer, dan impoten (septiatin, 2008). Efek farmakologis lada diantara lain Kamfena merangsang timbulnya kejang, Boron meluruhkan haid, merangsang keluarnya hormone androgen dan estrogen, Mencegah pengeroposan



tulang,



menghambat



prostaglandin,



relaksasi



otot,



menghilangkan kelelahan, Merangsang semangat, calamine dan chavicine, Merangsang syaraf pusat calamine.



3.2. Alkaloid Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan biasanya berupa sistem siklis. Alkaloid mengandung atom karbon, hidrogen, nitrogen dan pada umumnya mengandung oksigen dalam ilmu kimia analisis dinamakan senyawa dengan gugus C, H O dan N. Senyawa alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun dari tumbuhan dan juga dari hewan. Senyawa alkaloid merupakan hasil metabolisme dari tumbuh–tumbuhan dan digunakan sebagai cadangan bagi sintesis protein. Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Alkaloid tidak mempunyai nama yang sistematik, sehingga nama dinyatakan dengan nama trivial misalnya kodein, morfin, heroin, kinin, kofein, nikotin. Sistem klasifikasi alkaloid yang banyak diterima adalah pembagian alkaloid menjadi 3 golongan yaitu alkaloid sesungguhnya, protoalkaloid dan pseudoalkaloid. Suatu cara mengklasifikasikan alkaloid adalah cara yang didasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul. Jenisnya yaitu pirolidin, piperidin, kuinolin, isokuinolin, indol, piridin dan sebagainya. Klasifikasi alkaloid, diantaranya yaitu berdasarkan lokasi atom nitrogen di dalam struktur alkaloid dan berdasarkan asal mula kejadiannya (biosintesis) dan hubungannya dengan asam amino. Berdasarkan asal mulanya (biogenesis) dan hubungannya dengan asam amino, alkaloid dibagi menjadi tiga kelas, yaitu 1. True alkaloid Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; toksik, perbedaan keaktifan fisiologis yang besar, basa, biasanya mengandung atom nitrogen di dalam cincin heterosiklis, turunan asam amino,



distribusinya terbatas dan biasanya terbentuk di dalam tumbuhan sebagai garam dari asam organik. Tetapi ada beberapa alkaloid ini yang tidak bersifat basa, tidak mempunyai cincin heterosiklis dan termasuk alkaloid kuartener yang lebih condong bersifat asam. Contoh dari alkaloid ini adalah koridin dan serotonin. 2. Proto alkaloid Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; mempunyai struktur amina yang sederhana, di mana atom nitrogen dari asam aminonya tidak berada di dalam cincin heterosiklis, biosintesis berasal dari asam amino dan basa, istilahbiologycal amine sering digunakan untuk alkaloid ini. Contoh dari alkaloid ini adalah meskalina dan efedrina. 3. Pseudo alkaloid Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; tidak diturunkan dari asam amino dan umumnya bersifat basa. Alkaloid memikili sifat-sifat yang dapat diidentifaksi. Sifatsifat alkaloid tersebut adalah: -



Mengandung atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino.



-



Berupa padatan kristal yang halus dengan titik lebur tertentu yang bereaksi dengan asam membentuk garam.



-



Alkaloid berbentuk cair dan kebanyakan tidak berwarna.



-



Dalam tumbuhan alkaloid berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau dalam bentuk garamnya.



-



Umumnya mempunyai rasa yang pahit.



-



Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalamkloroform, eter dan pelarut organik lainnya yang bersifat relative non polar.



-



Alkaloid dalam bentuk garamnya mudah larut dalam air, contohnya Strychnine HCl lebih larut dalam air daripada bentuk basanya.



-



Alkaloid bebas bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas, garam pada atom N-nya.



3.3. Piperin Piperin berupa Kristal berbentuk jarum berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa lama-lama pedas, larut dalam etanol, benzene, kloroform dengan titik lebur 125-126oC. Piperin termasuk golongan alkaloid yang merupakan senyawa amida basa lemah yang dapat membentuk garam dengan asam mineral kuat. Piperin bila dihidrolisis dengan KOH-etanolik yang berlebihan dan dalam keadaan panas menyebabkan piperin terhidrolisis dan membentuk kalium piperinat dan piperidin. (Septiatin,2008). Piperin merupakan kandungan utama yang terdapat dalam simplisia famili piperaceae. Piperin sering digunakan sebagai insektisida, juga bermanfaat bagi manusia. Secara kimia piperin termasuk golongan alkaloid yang memiliki kerangka piperidina. Piperin juga memiliki gugus kromofor yang cukup panjang sehingga dapat memberikan serapan maksimum pada spektrofotometri uv pada panjang gelombang maksimum 345nm. Sehingga penentuan kandungan piperin dalam ekstrak dapat diperkirakan dengan mengukur serapan pada panjang gelombang maksimum piperin. 3.4. Spektrofotometri Spektrofotometri serapan (meliputi spektro UV-VIS, IR, dan serapan atom) merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Molekul selalu mengabsorbsi radiasi elektromagnetik jika frekuensi radiasi ini sama dengan frekuensi getaran molekul tersebut. Elektron yang terikat maupun



tidak terikat akan tereksitasi pada suatu daerah frekuensi, yang sesuai dengan radiasi UV/VIS (Wiryowidagdo, 2007). Bagian molekul yang mengabsorbsi dalam daerah UV-VIS dinyatakan sebagai kromofor. Suatu molekul dapat mempunyai beberapa kromofor. Untuk berbagai bahan farmasi, pengukuran spektrum dalam daerah UV dan visible dapat dilakukan dengan ketelitian dan kepekaan yang lebih baik daripada dalam daerah IR-dekat dan IR. Panjang gelombang daerah spektrum UV adalah 190-380 nm, sedangkan spektrum visible adalh 380-780 nm. Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum UV-VIS terdiri dari suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200-800 nm dan suatu alat yang sesuai untuk menetapkan serapan (Wiryowidagdo, 2007).



Selain senyawa piperin ada beberapa senyawa yang mengandung gugus kromofor seperti paracetamol dan kafein. Spektrofotometer UV spektrofotometer pada



merupakan



alat



dengan



teknik



daerah ultra-violet dan sinar tampak yang



digunakan untuk mengukur



serapan



sinar



ultra



violet



atau sinar



tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh terdapat



dalam



larutan tersebut. Serapan



cahaya



zat di



yang daerah



ultraviolet terjadi pada panjang gelombang 200 – 350 nm dan pada sinar tampak 350 – 800 nm. Spektrofotometri UV ini bekerja berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV.



Komponen-komponen



yang terdapat



dalam



spektrofotometer



UV yaitu: sumber lampu, monokromotor, kuvet, detektor, ampliflier, dan read out. Sumber lampu yang dapat digunakan yaitu deuterium dan wolfram. yang



Monokromator digunakan untuk memperoleh sumber sinar



monokromatis.



untuk menaruh cairan Kuvet



harus



spektrum



Penggunaan



kuvet yaitu sebagai wadah sampel



ke



berkas



dalam



mampu meneruskan



energi



cahaya spektrofotometer. radiasi



dalam



dearah



yang diinginkan. Detektor berfungsi untuk memberikan



respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang, sedangkan ampliflier berfungsi untuk membuat sinyal listrik dapat dibaca sehingga akan ditampilkan dalam read out (Day & Underwood). Cara kerja spektrofotometer yaitu cahaya polikromatis dengan berbagai panjang sehingga



diperoleh



gelombang



akan



masuk



ke monokromator



cahaya yang monokromatis. Cahaya tersebut akan



mengenai sampel yang kemudian akan ada yang diserap,



dipantulkan,



dan diteruskan. Cahaya yang diteruskan tersebut akan masuk ke detektor yang selanjutnya ke amplifier sehingga dapat terbaca. Suatu senyawa dapat dianalisis dengan spektrofotometri UV jika dalam terdapat



kromofor atau



terdapat



auksokrom



yang



strukturnya



menempel pada



kromofor sehingga dapat menyebabkan pergeseran ke arah panjang gelombang lebih tinggi. 3.5.Anilisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk dalam kategori kromatografi planar, selain kromatografi kertas. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat



digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk



kromatografi



kolom,



analisis



fraksi



yang



diperoleh



dari



kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil (Fessenden, 1986). Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadibsenyawamurni dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan kromatografi juga



merupakan



analisis



cepat



yang



memerlukan bahan sangat sedikit, baik menyerap maupun merupakan cuplikan KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofilik seperti lipid-lipid dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat digunakan untuk mencari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapis tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat ( Fessenden, 1986 ). Pertimbangan untuk pemilihan pelarut pengembang (aluen) umumnya sama dengan pemilihan eluen untuk kromatografi kolom. Dalam kromatografi adsorpsi, pengelusi eluen naik sejalan dengan pelarut (misalnya dari heksana ke aseton, ke alkohol, ke air). Eluen pengembang dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut dengan susunan tertentu. Pelarut-pelarut pengembang harus mempunyai kemurnian yang tiggi. Terdapatnya sejumlah air atau zat pengotor lainnya dapat menghasilkan kromatogram yang tidak diharapkan. KLT merupakan contoh dari kromatografi adsorpsi. Fase diam berupa padatan dan fase geraknya dapat berupa cairan dan gas.



Zat



terlarut yang diadsorpsi oleh permukaan partikel padat ( Soebagio,2002). Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah



penyerapan pada pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat yang ada dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang digunakan. Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben seperti silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun selulosa. Adsorben tersebut berperan sebagai fasa diam Fasa gerak yang digunakan dalam KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial and error. Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh. Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya (Gandjar,2007).



IV.



Alat dan Bahan Alat



Bahan







Labu Erlenmeyer 50 mL







Etanol







Labu Erlenmeyer 100 mL







NaOH







Labu takar 100mL







Serbuk







Labu takar 25 mL







Gelas ukur 50mL



hitam



simplisia



lada



V.







Spektofotometri UV- Vis







Kertas saring



Prosedur 5.1.Ekstraksi Piperin Dimasukkan 2 gram serbuk simplisia lada hitam ke dalam erlenmeyer 100 mL lalu ditambahkan etanol 50 mL kemudian dipanaskan diaduk selama 30 menit, kemudian disaring campuran lalu difiltrat dan ditampung pada erlenmayer sebagai sampel uji, kemudian diambil 10 mL lalu ditambahkan etanol hingga 100 mL kemudian diambil 0,5 mL dimasukkan kedalam labu takar 50 mL diambahkan etanol hingga 50mL 5.2.Analisis Marker dengan KLT Disiapkam larutan pengembang berupa metanol, etil asetat atau pengembang lain yang sesuai dengan yang diduga dan mengacu pada pustaka, lalu disiapkan plat KLT yang sudah ditandai batas atas 0,5 cm dan batas bawah 0,5, kemudian ditotolkan sampel ekstrak dan pembanding ke plat KLT yang sudah disiapkan, kemudian dielusi dengan pengembang hingga tanda batas, lalu dikeringkan dan diamati secara visual dibawah sinar uv 245 nm dan 365 nm apabila tidak muncuk bercak maka disemprotkan dengan larutan penampak bercak dragendorf. 5.3. Persiapan Larutan Standar Dibuat larutan standar dengan cara 25 mg piperin standar dilarutkan dalam 25 mL etanol, kemudian dipipet 0,5 mL kemudian diencerkan pengukuran, dengan cara scaning larutan standar dengan spektrofotometri uv dan diukur filtrat dan standar pada panjang absorbansi hasil scaning, kemudian dibuat pengenceran seperlunya hingga diperoleh absorbansi antara 0,2-0,8.



5.4.Penetapan Kadar Marker Piperin dengan Metode Spektrofotometri uv Dimasukkan 10 mL sampel uji kedalam labu takar 100 mL, kemudian digenapkan volume dengan penambahan etanol sebanyak 100 mL lalu dikocok homogen, diukur besar absorbansi larutan sampel pada panjang gelombang maksimum pengukuran, kemudian dihitung kadar piperin demgan membandingkan absorbansi larutan sampel dan larutan pembanding digunakan etanol sebagai blangko.



VI. VII.



Data pengamatan Pembahasan Dalam percobaan yang telah dilakukan yaitu tentang identifikasi senyawa marker aktif serta penetapan kadar senyawa marker (piperin) dalam suatu simplisia dimana dalam percobaan tersebut bertujuan untuk Mengidentifikasi senyawa marker menggunakan spektofotometer dan KLT. Dan prinsipnya adalah penetapan kadar senyawa menggunakan metode spektrofotometri UV. Dalam hal ini penetapan kadar piperin yaitu menggunakan suatu senyawa marker yang berfungsi untuk mengetahui keberadaan suatu bahan simplisia maka dari itu senyawa marker di bagi menjadi 2 kelompok diantaranya: marker aktif zat yaitu zat tunggal atau lebih yang di rujuk sebagai zat yang mempunyai efek terapetik farmakologi sedangkan marker identitas yaitu zat tunggal atau lebih yang di tunjukkan hanya untuk analisis maupun ciri khas padasimplisia. Oleh karena itu pada percobaan ini menggunakan analisis marker dengan kromatografi lapis tipis yang bertujuan untuk penetapan senyawa piperin secara kualitatif yaitu mengetahuai ada atau tiaknya suatu senyawa dalam sampel yang di uji lalu prinsipnya adalah tentang pemisahan senyawa berdasarkan kepolaran. Selain itu menggunakan penetapan kaca marker piperin dengan metode spektrofotometri UV yang bertujuan untuk



mengetahui senyawa marker pada piperin secara kuantitatif yaitu berapa banyak kadar yang di hasilkan oleh sampel (Bernasconi, 1995). Hal pertama yang harus dilakukan yaitu membuat ekstraksi piperin terlebih dahulu yaitu sebnyak 2 gram serbuk simplisia di masukkan kedalam erlenmayer 100 ml setelah itu di tambahkan etanol 50 ml kemudian panaskan lalu di aduk selama 30 menit hal ini bertujuan untuk simplisia agar tercampur secara merata kemudian di saring dan filtratnya di tampung di erlenmayer sebagai sampel uji. Sementara itu sampel yang di gunakan adalah buah lada hitam. 7.1. Klasifikasi Lada Hitam Kerajaan



: Plantae



Divisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Magnoliophyta



Ordo



: Piperales



Famili



: Piperaceae



Genus



: Piper



Spesies



: Piper nigrum L (Sutyarso, 2015). P. nigrum (lada) menghasilkan lada hitam dan lada putih.



Lada hitam yaitu buah lada yang belum masak dikeringkan bersama kulitnya hingga kulit keriput dan berwarna hitam. Lada putih yang berasal dari buah lada yang masak yang setelah diberssihkan dari kulitnya lalu dikeringkan, hingga berwarna putih (Gembong Tjitrosoepomo, 2000). Nama lain dari lada adalah pedes (Sunda) dan merica (Jawa). Lada dengan nama latin; Piper Nigrum, sudah dikenal sebagai penyedap makanan,mengatasi bau dan rasa makanan yang beraroma tak sedap, serta pengawet daging (Septiatin, 2008).



Lada hitam diperoleh dengan memetik buah yang masih hijau,mengupasnya, difermentasi untuk menambah rasa lada, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, dan rasanya lebih pedas. (Septiatin, 2008). 7.2. Ciri-ciri tanaman Tumbuh-tumbuhan berkayu sering kali memanjat dengan menggunakan



akar



pelekat,



dengan



batang



dengan



berkas



pengangkutan penampang melintang tampak tersebar dan tersusun dalam beberapa lingkaran. Daun daun tunggal yang tersebar dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga tersusun dalam bunga majemuk yang disebut dengan bunga lada. Masing masing kecil tanpa hiasan bunga, berkelamin tunggal. Biasanya muncul pada saat musim hujan. Buahnya buah batu atau buah buni, berbentuk bulat berbiji keras dan berkulit lunak ( Tjitrosoepomo, 2000). 7.3. Khasiat dan Kegunaan Penggunaan, lada digunakan sebagai stomakik, karminatif, dan bumbu masak. Khasiat dari buah lada yaitu dapat mengobati kaki bengkak pada ibu hamil, kolera, nyeri haid, rematik, salesma, air mani yang encer, dan impoten (septiatin, 2008).



VIII.



Kesimpulan



Daftar Pustaka



Bernasconi. (1995). Teknik Kimia II. Jakarta : Pradya Paramitha. Fessenden, R.J. and J.S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga. Jilid 1. Terjemahan oleh A.H. Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.



Fessenden, R.J. and J.S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga Jilid 2. Terjemahan oleh A.H. Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta. Gandjar, I., Samson, R. A., Tweel-Vermeulen, K.V. D., Oetari, A., Santoso, I. 2007. Gembong Tjitrosoepomo. (2000). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press Septiatin and Eatin, 2008, Apotek Hidup dari Rempah-Rempah, Tanaman Hias, dan Tanaman Liar, CV. Yrama Widya, Bandung. Soebagio, dkk. (2003). Kimia Analitik II. Yogyakarta : Universitas Negeri Malang. Sutyarso, M. Kanedi, E. Rosa. (2015). Effect Of Black Pepper ( Piper nigrum L.) Extract on Sexual Drive in Male Mice. Research Journal Of Medicinal Plant. Vol 9. No. 1: 42-47. Yazid, Einstein. (2010). Kimia Fisika Untuk Para Medis. Yogyakarta; Penerbit ANDI. Wiryowidagdo, S. 2007. Kimia & Farmakologi Bahan Alam. Jakarta: EGC Underwood. (1981). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.