Sealer Endodontic [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEALER ENDODONTIC  Fungsi utama dari sealer saluran akar adalah (i) Agen antimikroba, beberapa sealer yang sering digunakan mengandung agen antibakteri dan dapat membunuh kuman penyebab penyakit. (ii) Sealer dibutuhkan untuk dapat mengisi kekosongan antara bahan pengisi utama dan dinding dentin, bahan pengisi kanal aksesori paten, dan beberapa foramen,. (iii) Agen pengikat antara bahan pengisi dan dinding saluran akar. (iv) Sebagai lubrikan ketika digunakan dengan bahan pengisi semisolid.  Sealer dikategorikan menjadi lima tipe utama berdasarkan kandungan kimia utamanya, yaitu Zinc Oxide-Eugenol-Based Sealers, resin, kalsium hidroksida (Ca(OH)2), glass ionomer, dan silicone based sealer/sealer berbasis Bioceramic. 







Syarat dan karakteristik sealer menurut Grossman (1982): 1. Menyatu dengan baik ketika dicampur agar memiliki sifat adhesi yang baik dengan dinding saluran akar. 2. Menutup secara hermetis. 3. Bersifat radiopak agar terlihat dalam radiografi. 4. Manipulasi mudah. 5. Tidak mengkerut selama setting. 6. Tidak menyebabkan perubahan warna pada struktur gigi. 7. Harus bersifat bakteriostatik, tidak mendukung pertumbuhan bakteri. 8. Waktu setting tidak terlalu cepat. 9. Tidak larut dalam cairan mulut. 10. Tidak mengiritasi jaringan periradikuler. 11. Dapat larut dalam cairan tertentu apabila dibutuhkan untuk mengeluarkan isi saluran akar. 12. Tidak merangsang respon imun jaringan periradikuler. 13. Tidak menyebabkan mutasi gen dan karsinogenik. Sealer kalsium hidroksida (Ca(OH)2)



Kalsium hidroksida pertama kali diperkenalkan dalam bidang endodontik sebagai agen dalam perawatan pulp capping oleh Hermann pada tahun 1920. Ca(OH)2 merupakan bubuk berwarna putih tanpa bau, berat molekul 74,08, dengan pH 12,5 - 12,8. Memiliki tingkat kelarutan yang rendah pada air (sekitar 1,2 g/L pada suhu 25°C) dan akan menurun apabila suhu meningkat.1,2 Karakteristik sealer kalsium hidroksida (Ca(OH)2): a. Biokompatibilitas lebih dapat diterima dibandingkan dengan jenis sealer lainnya.1 b. Aktivitas antibakteri lebih rendah dibandingkan dengan bahan sejenisnya seperti sealer ZOE dan resin based sealer.1 c. Toksisitas lebih rendah dibandingkan dengan jenis sealer lainnya.1 



Sealer GuttaFlow2 (Whaledent)



GuttaFlow2 merupakan sistem pengisian saluran akar dengan mengkombinasikan sealer dan gutta percha menjadi satu. GuttaFlow2 memiliki ukuran partikel kurang dari 30ï•m.3



Karakteristik GuttaFlow2: a. Ekspansi dan adhesi, GuttaFlow2 tidak mengalami pengkerutan tetapi mengalami sedikit ekspansi 0,2% serta memiliki ikatan adhesi yang baik antara gutta percha dan dinding saluran akar.3 b. Flowability baik, mampu mengisi kanal terkecil selama pengisian.3 c. Kelarutan 0% dan hasil menunjukkan stabil dalam dimensi.3 d. Biokompatibilitas tinggi, GuttaFlow2 memiliki biokompatibilitas yang baik dibandingkan bahan pengisi konvensional lainnya.3 e. Perlindungan optimal, GuttaFlow2 mengandung micro-silver yang menghasilkan proteksi yang sangat baik terhadap infeksi saluran akar. Perak yang terkandung di dalamnya tidak menyebabkan korosi dan diskolorisasi. 3 Komposisi dari GuttaFlow2: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Polydimethylsiloxane particles Silicone Paraffin oil Platinum catalyst Zirconium dioxide Nano-silver Gutta percha powder6



 Sealer berbasis Bioceramic Biokeramik adalah bahan keramik yang dirancang khusus untuk penggunaan medis dan gigi. Mereka termasuk bahan bioaktif, seperti kaca dan kalsium fosfat, hidroksiapatit, berinteraksi dengan jaringan sekitarnya untuk mendorong pertumbuhan jaringan lebih tahan lama [9] dan bahan bioinert, seperti zirkonia dan alumina, menghasilkan respon diabaikan dari jaringan sekitarnya, secara efektif tidak memiliki efek biologis atau fisiologis [8]. Dalam sebuah penelitian, semen kalsium fosfat telah kemudian berhasil digunakan dalam perawatan endodontik, termasuk pulp capping [15], pembentukan penghalang apikal, perbaikan cacat periapikal [16], dan perbaikan bifurkasi perforasi [17]. Ada dua keuntungan utama yang terkait dengan penggunaan bahan Bioceramic sebagai sealer saluran akar. Pertama, biokompatibilitas mereka mencegah penolakan oleh jaringan sekitarnya [9]. Kedua, bahan Bioceramic mengandung kalsium fosfat yang meningkatkan sifat pengaturan dari biokeramik dan hasil dalam komposisi kimia dan struktur kristal mirip dengan gigi dan tulang bahan apatit [18], dengan demikian meningkatkan sealer-to-akar dentin bonding. Namun, salah satu kelemahan utama dari bahan-bahan ini dalam kesulitan dalam menghilangkan mereka dari saluran akar setelah mereka ditetapkan untuk retreatment atau persiapan pasca-ruang [19].  Sealer DAFTAR PUSTAKA 1. Agrawal N, Kanodia S, Parmar G. Effect of calcium hydroxide as an intracanal dressing on apical seal – an in vitro study. Endodontology original research. 59



2. Tanomaru JMG, Duarte MAH, Goncalves M, Tonomaru-Filho M. Radiopacity evaluation of root canal sealers containing calcium hydroxide and MTA. Braz Oral Res 2009;23(2):121 3. Expansion meets Adhesion. GuttaFlow2. The New GuttaFlow Generation. Coltene endo Coltène/Whaledent GmbH + Co. KG. 2012



Sealer sangat vital dalam fungsi pengisian saluran akar, yaitu untuk penutupan akhir sistem saluran akar, penguburan sisa bakteri, dan pengisi ketidakteraturan bentuk akar yang telah dipreparasi.2 Sealer digunakan diantara permukaan dentin dan bahan inti untuk mengisi ruang yang tercipta karena ketidakmampuan fisik bahan inti untuk mengisi seluruh akar. Karakteristik utama yang paling diharapkan dari sealer adalah menempel pada dentin dan bahan inti bersamaan dengan adanya ikatan kohesi yang kuat.3 Jenis-jenis sealer yang dikenal hingga sekarang adalah 1. Sealer berbahan dasar pelarut Rosin-chloroform, dan chloropercha, yang merupakan campuran dari gutta-percha giling atau larut dengan chloroform telah menciptakan permukaan antarmuka dentinguttapercha. Zink oxide dapat ditambahkan dalam campuran ini agar lebih keras dan mengurangi penyusutan. Kebocoran karena penyusutan sering menjadi masalah utama pada metode ini, karenanya bahan ini tidak banyak digunakan lagi pada jaman sekarang. 1 2. Sealer berbahan dasar ZnOE Keuntungan utama dari bahan ini adalah riwayat keberhasilannya dalam penggunaan sejak lama. Kualitas positif dari bahan ini menutup aspek negatifnya (staining, setting time yang lama, non-adhesif, dan kelarutan). Contoh dari bahan ini adalah formulasi Grossman yang merupakan standar perbandingan bahan sealer lain. Formulasi Grossman ini terdiri dari powder dan liquid. Powder dari formulasi Grossman terdiri dari 42% Zink oxide (utama), 27% stabellite resin (setting time dan konsistensi), 15% ismuth subcarbonate, 15% barium sulfat, dan 1% Natrium borat. Liquidnya merupakan eugenol. Kebanyakan sealer ZnOE yang digunakan sekarang ini merupakan variasi dari formulasi asli ini. Di daerah Eropa, paraformaldehyde ditambahkan untuk aktifitas antibakteri, seperti pada pasta N2 yang kontroversial dan pada Endomethasone. Sealer berbahan dasar ZnOE mempunyai aktifitas antibakteri, tetapi juga dapat mengeluarkan racun saat ditempatkan secara langsung di dalam jaringan vital, dan juga setting time yang sangat lama, yang menurut penelitian dapat men0apai 2 bulan. 15 3. Sealer dengan bahan dasar Ionomer kaca Sudah tidak beredar di pasaran, karena adanya proses penguraian dan kebocoran pada penelitian laboratoris. Sealer ini dulu banyak digunakan karena menyediakan apical dan coronal seal yang adekuat, adanya sifat biokompatibel dan melekat pada dentin, dua sifat terakhir ini merupakan sifat yang diharapkan ada pada pengisian akar. Kekakuan dan ketidaklarutan bahan ini membuat retreatment dan preparasi untuk penempatan pasak menjadi sulit.15 Contoh produk dari sealer ini adalah GC Fuji TRIAGE, Ketac-Endo, dll 4. Sealer berbahan dasar resin



5.



6.



Prototipnya dikembangkan oleh Andre Schroeder di Swiss sejak lebih dari 50 tahun yang lalu, yang merupakan resin bis-fenol dengan polimerisasi menggunakan methenamine. Karena methenamine mengeluarkan sedikit formaldehid saat reaksi setting, penggantinya dicari dan ditemukan melalui campuran dari amine yang dapat mempengaruhi polimerisasi tanpa adanya pengeluaran formaldehid. Pengembangan produk ini adalah AH Plus. 1 AH Plus merupakan pengembangan dari Epoxy yang tersedia dalam merk AH26, sifatsifatnya yang menguntungkan adalah antimikroba,adhesi, waktu kerja yang lama, mixing yang mudah, dan kemampuan seal yang baik.Keburukan bahan ini adalah staining, ketidaklarutan relatif pada pelarut, sedikit toksik saat belum mengeras, dan sedikit kelarutan pada cairan mulut. AH Plus mempunyai sifat fisik yang mirip dengan AH26 tetapi memiliki biokompatibilitas yang lebih baik karena melepaskan formaldehid lebih sedikit, dan hanya sedikit menyebabkan staining pada dentin dengan dihilangkannya perak dari formula.15 Sealer resin yang lain adalah tipe resorcin-formaldehid. Varian dari phenol-formaldehid atau resin Bakelit. Sealer tipe ini merupakan antibakterial yang sangat kuat, tetapi dapat menyusut dan meninggalkan corak kemerahan pada struktur gigi sekitar (“Russian Red”), Dimaksudkan untuk digunakan tanpa menggunakan cone gutta percha inti, dan menjadi sangat keras dan tidak dapat larut, retreatment dari saluran akar yang telah diisi dengan bahan ini dapat menjadi mimpi buruk. Contoh produknya adalah Forfenan dan Traitement SPAD dari Eropa barat.1 Methyl-metakrilat sederhana juga dilaporkan sebagai campuran fiksatif pulpa dan pengisi saluran akar, dibuat untuk molar permanen muda dengan karies pulpa tanpa adanya nekrosis total dan infeksi. Kelemahan dari produk ini adalah shrinkage, biokompatibilitas buruk saat setting, dan tidak larut dalam air. EndoREZ berbahan dasar urethane dimethacrylate (UDMA). Mempunyai sifat hidrofilik yang dipercaya meningkatkan kemampuan walaupun dalam keadaan lembab. EndoREZ dipasarkan sepaket dengan gutta percha poin lapis resin, yang oleh bonding ke sealer akan memberikan perlekatan dan seal yang lebih baik pada pengisian. Konsep ini dikembangkan hingga maksimal pada Epiphany/Resilon atau RealSeal (Kerr). Primer diaplkasikan pada permukaan dentin setelah larutan kelasi bekerja untuk membersihkan smear layer. Lalu dual-curing sealer yang berdasar BisGMA, UDMA,dan methacrylate hidrofilik dengan filler radiopak melapisi dinding dentin yang telah diberi primer. Penyelesaian pengisian adalah dengan insersi cone atau Resilon core yang telah di plastisisasi secara termal. Sealer dapat melekat secara efektif ke dentin melalui primer, dan dengan integrasi kemis antara sealer dan core, akan menghasilkan konsep pengisian saluran akar yang homogen, monoblock dengan sedikit atau tanpa bagian kosong. Tes bahan ini secara in vitro dan in vivo menunjukkan hasil yang mengagumkan. 1 Kalsium Hidroksida Contoh bahannya adalah Sealapex dan Apexit. Reaksi settingnya rumit dan cukup tidak homogen, yaitu melalui kontak dengan kelembaban, menghasilkan permukaan keras, tetapi bagian dalam dari campuran akan tetap mempunyai konsistensi seperti adonan. Kelemahan bahan ini adalah kurang kokoh secara fisik. Kalsium hidroksida juga ditambahkan ke semen dengan komposisi lain, seperti resin dan sealer berbahan dasar Zinc oxide eugenol, tetapi hanya ada sedikit bukti untuk kelebihan kalsium hidroksida dalam campuran tersebut. Sealer berbahan dasar silikon Lee Endo-Fill merupakan bahan silikon pertama pada endodontik yang mempunyai sfat penolak air, stabilitas kimia/i, dan adhesif. Bahan yang baru-baru ini dikembangkan



7.



(RoekoSeal) berpolimerisasi tanpa adanya penyusutan, dengan platinum sebagai agen katalis. Bahan ini menunjukkan kemampuan biologis yang memukau, dan didokumentasikan oleh uji berdasar standar internasional, termasuk penelitian pada follow-up secara klinis. Dengan Gutta-Flow, kualitas filling pada gutta-percha dan sealer digabungkan, gutta-percha yang telah digiling hingga menjadi butiran dicampurkan dengan komponen sealer silikon. Lalu gutta-percha yang telah menjadi satu dengan sealer dimasukkan ke dalam saluran akar. Cone gutta-percha tambahan dimasukkan secara langsung. MTA Mineral Trioxide-Aggregate Merupakan campuran dari semen Portland halus dan bismut oksida, dan dilaporkan mengandung sedikit SiO2, CaO, MgO, K2SO4, Na2SO4. Komponen utamanya, semen Portland merupakan campuran dari dikalsium silikat, trikalsium silikat, trikalsiumaluminat, gypsum, dan tetrakalsiumaluminoferit. Gypsum merupakan determinan yang penting dalam menentukan lamanya waktu setting, sama seperti tetrakalsiumaluminoferit, walaupun pada tingkat yang lebih rendah. Kandungan gypsum dalam MTA sekitar setengah dari gypsum pada semen portland, sama halnya dengan aluminium, yang menyediakan waktu kerja lebih panjang daripada semen portland. Hingga tahun 2002, hanya satu varian MTA yang tersedia, yaitu bubuk abuabu, pada tahun ini pula, MTA putih (WMTA) diperkenalkan sebagai ProRoot MTA (Dentsply) yang menargetkan estetik. Penelitian dilakukan melalui SEM (Scanning Electron Microscopy)cdan microanalisis elektron probe untuk meneliti perbedaan GMTA dan WMTA. Perbedaan utamanya adalah konsentrasi Al2O3, MgO, FeO yang dapat menyebabkan perubahan warna. Pada WMTA lebih sedikit daripada GMTA. WMTA juga memiliki ukuran partikel lebih kecil daripada GMTA. MTA juga menghasilkan pH yang tinggi yang dipercaya karena adanya aktifitas biologis karena adanya pembentukan Ca2. Baik GMTA maupun WMTA mempunyai reaksi setting hidrasi yang akan terinisiasi dalam waktu 3-4 jam tetapi maturasi dan kemampuan resistensi meningkat seiring waktu. WMTA dan ZnOE sama-sama mempunyai sifat antibakteri terhadap S. aureus, E. faecalis, P. Aeruginosa pada uji kontak langsung, sedangkan CHX 0,12% mempunyai aktifitas antibakteri yang lebih kuat terhadap A.odontolyticus, F. nucleatum, S. sanguis, E. faecalis, E. coli, S. aureus, P. aeruginosa, dan C. Albicans dibandingkan dengan WMTA yang dipreparasi dengan air steril saja. Tetapi harus diperhatikan bahwa MTA tidak akan setting apabila dicampur dengan CHX. MTA tidak hanya mempunyai sifat biokompatibel yang baik, tetapi juga menunjukkan performa biologis yang cukup baik pada penelitian in vivo saat digunakan untuk pengisi saluran akar, perbaikan perforasi, pulp capping dan pulpotomi, dan perawatan apeksifikasi. Beberapa menegaskan bahwa GMTA dapat mengeluarkan sifat biologis lebih baik daripada WMTA yang lebih estetis, tetapi hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.2 MTA tidak bereaksi dengan bahan restorasi lainnya. Tes genetoksik menunjukkan pada MTA tidak ada bersifat merusak DNA. MTA juga dapat bersifat aktifasi sementoblas dan produksi sementum. Pada beberapa kasus, MTA juga bersifat bone healing. MTA memproduksi lebih banyak dentinal bridge lebih signifikan dibandingkan Ca(OH)2 dalam waktu yang lebih cepat serta memiliki sedikit inflamasi dan mengurangi resiko nekrosis pulpa. MTA juga dilaporkan mempunyai ukuran partikel yang kecil, toksik yang sedikit dan working time yang lama.



DAFTAR PUSTAKA



1. Orstavik D. “Materials used for root canal obturation: technical, biological, and clinicaltesting”. Endodontic Topics. 2005, 12:25-38 2. Roberts HW, Toth JM, Berzins DW, Charlton DG. “Mineral trioxide aggregate material use in endodontic treatment: A review of the literature . Dental Material. 2008, 24:149-64. 15. Glickman GE, Walton RE. Obturation. Dalam Endodontics Principles and Practice. Torabinejad M dan Walton RE (editor-editor). Ed. Ke-4. St. Louis: Saunders Elsevier.2009: 298-319