Segitiga Epidemiologi Penyakit Leptospirosis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEGITIGA EPIDEMIOLOGI PENYAKIT LEPTOSPIROSIS



Dosen : Nur Rizky Ramadhani, SKM, M. Epid



Disusun Oleh Kelompok 3 :



1. Nuryani Asiyah



NPM : 0819010004



2. Ramayanti



NPM : 08190100051



3. Rojabna Saputra



NPM : 08190100049



4. Rosiah



NPM : 08190100081



Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) Jalan Harapan No. 50 RT 2 RW 7 Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta 2019



TRIAS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR LEPTOSPIROSIS



1. SEJARAH LEPTOSPIROSIS Dikenal pertama kali sebagai penyakit



Occupational (Penyakit yang



diperoleh akibat pekerjaan) pada beberapa pekerja tahun 1883. Pada tahun ini,Weil mengungkapkan manifestasi klinis yang terjadi pada 4 penderita yang mengalami penyakit kuning yang berat,disertai demam,perdarahan dan gangguan ginjal, sedangkan Inada mengidentifikasikan penyakit ini di Jepang pada tahun 1916.



Paparan terhadap pekerja diperkirakan terjadi pada 30-50% kasus. Kelompok yang beresiko utama adalah para pekerja Pertanian,Peternakan,Penjual hewan,bodang agrikultur,rumah jagal,tukang ledeng air,Militer,buruh tambang batubara dan tukang susu. Penyakit ini dapat menyerang semua usia,tetapi sebagian besar berusia antara 10-39 tahun,sebagian besar kasus terjadi pada laki-laki usia pertengahan,mungkin usia ini adalah faktor resiko tinngi tertular penyakit Occupational ini.



Angka kejadian penyakit tergantung musim. Di negara tropis



sebagian besar kasus terjadi saat musim hujan. Di negara barat terjadi saat akhir musim panas atau awal gugur karena tanah menjadi lembab dan bersifat alkalis.



Menurut WHO sekitar 10 juta orang diperkirakan terserang Leptospirosis setiap tahun. Perubahan iklim,termasuk meningkatnya kejadian banjir di seluruh dunia,membuat kemungkinan kejadian leptospirosis global akan meningkat. Berikut kami jabarkan Trias Epidemiologi penyakit menular Leptospirosis yaitu :



1) Agent (Faktor Penyebab) Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Leptospira sp yang berasal dari Filum Spirochaetes,genus Leptospira,telah terdeteksi 13 spesies yang mengakibatkan penyakit pada manusia. Bentuk spirochaete seperti spiral,dinamakan corkscrew sahpe,dengan ukuran 0.1x6 μm,hingga 0,1x20 μm,amplitudo helical 0,10erta,15 μm ;panjang gelombang 0,5 μm. Penyakit ini bisa terjadi pada manusia dan hewan serta termasuk kedalam salah satu penyakit Zoonosis ( penyakit yang dapat 2



menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya). Berdasarkan keilmuan nama agen infeksiusnya adalah Leptospira interrogans meliputi



sensulato. Reservoir Leptospira



tikus (serogrup icterohaemorrhagie dan ballum),mencit (serogrup



ballum),sapi,domba,babi,dan anjing yang disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini. Spirochaeta ini motil,jenjang dan panjang. Bertahan hidup dalam lingkungan air,tanah atau lumpur hingga berbulan-bulan. Pertumbuhan optimum dalam lingkungan aerob,bersuhu 28-30 C. Leptospira sp secara alamihidup dalam ginjal hewan terinfeksi dan menjadikannya infeksi ginjal kronis. Leptospira interrogans,pernah dilaporkan sebagai penyebab kejadian luar biasa Leptospirosis di seluruh dunia. Leptospirosis adalah salah satu dari tiga penyakit Spirochaetal yang penting,setelah borreliosis dan sifilis.



2) Host (Pejamu) Host (Pejamu) adalah manusia atau makhluk hidup lainnya termasuk burung,arthopoda,yang menjadi tempat terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit (M.N.Bustan 2012). Host juga merupakan semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. Beberapa hewan



seperti



sapi,kambing,domba,kuda,babi



dan



anjing



dapat



terserang



Leptospirosis. Setelah leptospirosis menyerang seekor hewan,meskipun hewan tersebut telah sembuh,biasanya dalam tubuhnya akan tetap menyimpan bakteri leptospira didalam ginjal atau organ reproduksinya untuk dikeluarkan melalui urine selama beberpa bulan bahkan bertahun-tahun. Adapun beberapa karakteristik dari host manusia antara lain : a) Umur Penyakit leptospirosis jarang terjadi pada bayi & anak remaja karena kenyataannya mereka paling sedikit terpapar. Penyakit ini lebih sering ditemukan



3



pada usia dewasa diakibatkan pekerjaannya yang lebih sering terpapar oleh hewan yang terinfeksi dan lingkungan yang terkontaminasi. Umur yang biasa terjangkit penyakit ini adalah usia produktif. Umur yang paling banyak adalah 40-60 tahun (Hadisaputro,1991). Pada usia >50 tahun kematian bisa mencapai 56% yang disertai selaput mata berwarna kuning (Kerusakan jaringan hati) resiko kematian akan lebih tinggi. b) Jenis Kelamin Jenis



kelamin



yang



sering



terkena



Leptospirosis



adalah



laki-



laki,dimana rasio laki-laki dan wanita bervariasi antara 2-4:1 (Hadi Saputro,1991) hal ini diakibatkan karena laki-laki memiliki pekerjaan yang sering terpapar oleh hewan yang terinfeksi dan lingkungan yang terkontaminasi. Sebagian besar kasus terjadi pada usia pertengahan.Laki-laki memiliki resiko terkena Leptospirosis sebesar 3,59 kali dibandingkan perempuan. c) Pekerjaan Kelompok pekerja yang kontak langsung dengan hewan merupakan kelompok yang beresiko terhadap Leptospirosis yaitu kelompok petani atau pekerja sawah,di perkebunan tebu,tambang,rumah potong hewan,perawat/dokter hewan atau orang-orang yang berhubungan dengan perairan,lumpur dan hewan baik hewan peliharaan ataupun satwa liar. Dan menurut Simanjuntak (2002) Leptospirosis disebut juga sebagai penyakit Pekerjaan,karena sering menyerang petani,pekerja pembersih selokan,pembersih kandang,para dokter hewan,pekerja perkebunan dan militer. d) Tingkah Laku Berdasarkan penelitian diketahui bahwa perilaku yang buruk merupakan resiko timbulnya Leptospirosis dengan peluang



1,36 kali terkena Leptospirosis



dibandingkan dengan perilaku yang baik,berhubungan dengan personal hygiene yang



baik atau buruk. Hal ini sesuai teori Dharmojono (2001) bahwa untuk



menghindari kontaminasi leptospirosis pada tubuh manusia diwajibkan untuk menggunakan masker,sarung tangan,pakaian kerja dan sepatu boot. e) Pendidikan Pendidikan responden yang rendah mempunyai faktor resiko yang lebih tinggi terhadap kejadian leptospirosis dibandingkan dengan pengetahuan tinggi.



4



Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa pengetahuan individu yang rendah beresiko 17,7 kali terkena Leptospirosis dibandingkan dengan yang berpengetahuan tinggi (Mari Okatini,2007). 3) Environment (Lingkungan) Berdasarkan aspek lingkungan,insiden Leptospirosis lebih banyak terjadi pada negara beriklim Tropis dan Subtropis dengan curah hujan yang Kondisi lingkungan pada daerah tersebut menjadi



tinggi.



optimal bagi pertumbuhan



Leptospira. Lingkungan kumuh dengan sanitasi buruk terkait erat dengan kejadian Leptospirosis,hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan populasi tikus sehingga memperbesar kemungkinan kontak antara manusia dengan hewan terinfeksi Kelembaban



merupakan



faktor



penting



dari



kelangsungn



hidup



Leptospirosis di lingkungan. Hujan deras akan membantu penyebaran penyakit ini,terutama di daerah banjir. Gerakan bakteri memang



tidak mempengaruhi



kemampuannya untuk memasuki jaringan tubuh,namun mendukung proses invasi dan penyebaran di dalam aliran darah induk semang. Di Indonesia,penularan paling sering



terjadi melalui tikus pada kondisi banjir. Keadaan banjir,



menyebabkan adanyan perubahan Lingkungan seperti banyak nya genangan air,lingkungan menjadi becek,basah dan lembab bahkan berlumpur dan banyak disertai timbunan sampah yang



menyebabkan mudahnya bakteri leptospira



berkembang biak. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka,selaput lendir mata dan hidung.



2. RIWAYAT ALAMIAH LEPTOSPIROSIS Tahapan nya adalah sebagai berikut : 1) Prepatogenesis Di Indonesia,penularan paling sering terjadi yaitu melalui tikus. Penyakit ini ditularkan melalui air (Water borne disease),dan urine dari individu yang telah terserang bakteri Leptospira sp. merupakan sumber utama penularan penyakit ini.



Ada 2 cara penularan Leptospirosis,yaitu :  Secara langsung dimana terjadi kontak antara manusia dengan hewan yang telah terkena bakteri Leptospira sp.



5



 Secara tidak langsung melalui kontak hewan atau menusia dengan barang- barang yang telah tercemar urine penderita Leptospirosis. Misalnya air kencing tikus terbawa banjir,dan terjadi kontak antara manusia dengan air yang sudah tercemar oleh kencing tikus yang sudah terinfeksi oleh bakteri Leptospira sp. bakteri Leptospira biasanya memasuki tubuh melalui luka atau lecet pada kulit dan kadang-kadang melalui selaput di dalam mulut,hidung dan selaput mata.



2) Patogenesis Ada 3 tahapan pada fase ini,yaitu : a) Tahap Inkubasi Masa inkubasi penyakit Leptospirosis pada manusia yaitu 2-26 hari. Infeksi Leptospirosismempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan kadang tanpa gejala,sehingga sering terjadi kesalahan diagnosa. Infeksi Leptospirosis interrogans dapat berupa infeksi subklinis yang ditandai denagn flu ringan sampai berat hampir 15-40% penderita terpapar infeksi tidak bergejala tetapi serologi positif sekitar 90% penderita jaundice ringan,sedangkan 5-10% jaundice berat yang sering dikenal sebagai penyakit Weil. b) Tahap Penyakit Dini Dikenal fase awal atau fase Leptospirosis karena bakteri dapat di isolasi dari darah,cairan serebrospinal dan sebagian besar jaringan tubuh. Pada stadium ini timbul masalah kesehatan mirip seperti flu selama 4-7 hari ditandai dengan demam,batuk kering,nyeri tenggorokan,nyeri dada,nyeri otot,nyeri kepala,takut cahaya,muntah,radang selaput otak (meningitis) serta pembesaran limpa dan hati. Selain itu ada juga gejala lain seperti Malaise,konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen. Pada periode peralihan fase selama 1-3 hari kondisi penderita akan membaik. c) Tahap penyakit Lanjut Masa tunas berkisar antara 2-26 hari (umumnya 7-13 hari) rata-rata 10 hari. Pada tahap ini ditemukan perjalanan klinis bifasik berupa Leptopiremia (berlangsung 4-9 hari) timbul demam mendadak disertai sakit kepala (Frontal,oksipital,bitemporal). Pada otot akan timbul keluhan Mialgia dan nyeri



6



tekan



(Gastronemius,paha



dan



pinggang)



bahkan



terjadi



penurunan



kesadaran. Pada penderita Leptospirosis yang lebih lanjut dapat menimbulkan penyakit yang lebih parah,seperti Sindrom Weil yaitu bentuk Leptospirosis berat yang ditandai dengan Jaundice (Kulit dan Mukosa menjadi kuning),disfungsi ginjal,nekrosis hati,disfungsi paru-paru dan diathesis perdarahan.



3) Pascapatogenesis o Fase Imun (1-3 hari) Fase imun yang berkaitan dengan munculnya antibody IgM. Sementara CЗ,tetap normal. Meningismus,demam jarang melebihi 39 C. Gejala lain muncul adalah iridosiklitis,neuritis optik,mielitis,ensephalitis,serta neuropati perifer. o Fase penyembuhan (minggu ke-2 sampai minggu ke-4),meliputi : -



Sembuh sempurna Dimana penderita diberi obat berupa antibiotik sebelum penyakit semakin parah. Hal ini memungkinkan si penderita akan sembuh total dari Leptospirosis.



-



Sembuh dengan Cacat Misalnya terjadi pada pasien yang mengalami komplikasi pada mata (misalnya Perdarahan Subkonjungtiva) bisa mengakibatkan kebutaan bila terjadi perdarahan cukup berat.



o Karier Pada umumnya Leptospirosis diobati dengan menggunakan antibiotik. Jika si penderita merasa sudah sembuh dan menghentikan pemakaian Antibiotik,padahal belum hbis,maka bakteri leptospira sp itu hanya melemah dan tidak akan sembuh sempurna,sehingga dapat kambuh kembali swaktuwaktu jika ada faktor pemicunya.



7