Sejarah Geologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Secara administratif, daerah pemetaan terletak di daerah Badegan, kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Daerah pemetaan terletak di sebelah timur Pulau Jawa dan termasuk ke dalam bagian dari rangkaian pegunungan selatan menurut Van Bemmelen (1949). Satuan litologi yang terdapat pada daerah pemetaan antara lain satuan litologi breksi laharik yang merupakan anggota dari Formasi Nglanggran (Tmn), satuan litologi batugamping klastik yang merupakan anggota dari Formasi Sampung (Tmsl), dan satuan endapan alluvium yang merupakan anggota dari Formasi Alluvium (Qa).



Sejarah geologi pada daerah penelitian dimulai pada kala Miosen Awal dengan terjadinya aktivitas vulkanisme gunung berapi bawah laut secara intensif. Hasil dari aktivitas vulkanisme ini adalah berupa endapan breksi laharik yang tersusun atas fragmen berupa batuan beku andesit dan matriks berupa batuan piroklastik tuffan. Pengendapan satuan litologi ini terjadi pada laut dalam. Satuan litologi ini tersingkap pada daerah kaki Gunung Terasi, kecamatan Gelang. Selanjutnya pada kala Miosen Awal hingga Miosen Tengah terjadi proses penunjaman lempeng samudera yang menyebabkan pengangkatan dan terjadinya asimilasi magma sehingga terjadi pencampuran magma yang bersifat asam dengan magma yang bersifat basa yang menghasilkan terobosan batuan beku berupa andesit yang bersifat intermediet akibat dari rekahan yang ditimbulkan oleh penunjaman lempeng tersebut sehingga membentuk bukit intrusi. Satuan terobosan batuan beku andesit ini tersingkap pada lereng Gunung Terasi.



Setelah terjadi penunjaman lempeng samudera tersebut, pada kala Miosen Tengah terjadi genang laut (transgresi) yang menyebabkan naiknya muka air laut ke permukaan. Proses genang laut ini menyebabkan terendapkannya materialmaterial sedimen bersifat karbonatan pada lingkungan laut dangkal. Hal ini dapat dibuktikan dengan keterdapatan fosil foraminifera besar, coral, dan pecahan cangkang organisme lain yang menandakan lingkungan hidup yang cukup cahaya, minimnya salinitas dengan arus yang tenang adalah berupa lingkungan perairan laut dangkal. Material-material sedimen karbonatan tersebut terkonsolidasi



menjadi batugamping klastik dan terendapkan secara tidak selaras diatas satuan litologi breksi laharik. Satuan litologi ini tersingkap pada daerah Desa Kunti.



Setelah proses genang laut tersebut, selanjutnya pada kala Miosen Tengah terjadi penunjaman lempeng samudera kembali yang menyebabkan terjadi pengangkatan dan asimilasi magma sehingga terjadi pencampuran magma dan menerobos tegak lurus ke permukaan pada zona lemah yang menghasilkan terobosan batuan beku berupa dasit yang bersifat asam. Intrusi batuan beku dasit tersebut menerobos bukit intrusi andesit hingga batugamping klastik. Satuan terobosan batuan beku dasit ini tersingkap di lereng hingga puncak Gunung Terasi.



Setelah proses tektonik berakhir, pada kala Holosen terjadi pengendapan alluvial. Material endapan alluvial ini berasal dari proses eksogenik batuan yang telah ada sebelumnya. Satuan endapan alluvium ini terendapkan secara tidak selaras diatas batugamping klastik karena terdapatnya perbedaan (gap) umur yang relatif jauh antara satu sama lain. Satuan endapan alluvium ini terdapat pada daerah dengan morfologi perbukitan bergelombang landai denudasional yaitu daerah persawahan dan perkebunan dengan keterdapatan material lepasan berukuran pasir, lanau, kerikil, dan kerakal pada daerah sekitar aliran sungai.