Sejarah Jalan Raya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana



transportasi



darat yang meliputi



segala



bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Sejarah perkembangan jalan raya yang pada mulanya dari berupa bekas  jejak berubah menjadi jalan raya modern. Jalan dibuat karena manusia perlu  bergerak dan berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat lain untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jejak jalan tersebut berfungsi sebgai  penuntun arah dan menjadikan jejak jalan semakin melebar dikarenakan sering  berpindahpindahnya mereka. Kemudian kurang lebih 5000 tahun yang lalu, manusia hidup berkelompok, untuk keperluan tukar menukar barang pokok mereka mulai menggunakan jalur  jalan secara tetap yang berfungsi sebagai jalan prasarana sosial dan ekonomi. Jalan sudah ada sejak manusia memerlukan area untuk berjalan dalam memenuhi segala kepentingannya (ekonomi, sosial, politik, dan Budaya), terlebih setelah menemukan kendaraan beroda di antaranya berupa kereta yang ditarik kuda. Tidak jelas dikatakan bahwa peradaban mana yang lebih dahulu membuat jalan raya. Akan tetapi hampir semua peradaban tidak terlepas dari keberadaan jalan tersebut. Pada dasarnya pembangunan jalan raya adalah proses pembukaan ruangan lalu lintas yang mengatasi pelbagai rintangan geografi. Proses ini melibatkan pengalihan muka bumi, pembangunan jembatan dan terowong, bahkan juga pengalihan tumbuh-tumbuhan. (Ini mungkin melibatkan penebasan hutan). Berbagai jenis mesin pembangun jalan akan digunakan untuk proses ini. Jalan raya ialah jalur-jalur diatas permukaan bumi yang sengaja dibuat oleh manusia dengan ukuran, konstruksi dan bentuk tertentu sehingga dapat dipakai sebagai jalur lalulintas orang, hewan dan kendaraan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih mendalam mengenai sejarah jalan raya baik di dunia maupun di Indonesia. 1



2



B. Tujuan 1. Mampu mengetahui sejarah jalan raya baik di dunia maupun di Indonesia 2. Mampu mengetahui dan memahami pengertian serta ciri-ciri jalan raya 3. Mampu mengetahui peranan, sistem dan fungsi jalan raya C. Manfaat 1. Dapat mengetahui sejarah jalan raya baik di dunia maupun di Indonesia 2. Dapat mengetahui dan memahami pengertian serta ciri-ciri jalan raya 3. Dapat mengetahui peranan, sistem dan fungsi jalan raya



BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Jalan Raya 1. Sejarah Umum Jalan Raya



Gambar 1. Jalan Raya Dulu Jalan raya sudah ada sejak manusia memerlukan area untuk berjalan terlebih-lebih setelah menemukan kendaraan beroda di antaranya berupa kereta yang ditarik kuda. Tidak jelas dikatakan bahwa peradaban mana yang lebih dahulu membuat jalan raya. Akan tetapi hampir semua peradaban tidak terlepas dari keberadaan jalan raya tersebut. Salah satu sumber mengatakan bahwa jalan raya muncul pada 3000 SM. Jalan tersebut masih berupa jalan setapak dengan kontruksi sesuai dengan kendaraan beroda padaknya diduga antara masa itu. Letaknya diduga antara Pegunungan Kaukasus dan Teluk Persia. a. Jalan raya Mesopotamia-Mesir Seiring perkembangan peradaban di Timur tengah pada masa 3000 SM, maka dibangunlah jalan raya yang menghubungkan Mesopotamia-Mesir. Selain untuk perdagangan, jalan tersebut berguna untuk kebudayaan bahkan untuk peperangan. Jalan utama pertama di kawasan itu, disebut-sebut adalah Jalan Bangsawan Persia yang terentang dari Teluk Persia hingga Laut Aegea sepanjang 2857 km. Jalan ini bertahan dari tahun 3500-300 SM. 3



4



b. Jalan raya di Eropa dan China Di Eropa, jalan tertua disebut-sebut adalah Jalur Kuning yang berawal dari Yunani dan Tuscany hingga Laut Baltik. Di Asia timur, bangsa Cina membangun jalan yang menghubungkan kotakota utamanya yang bila digabung mencapai 3200 km. c. Jalan Romawi "Banyak jalan menuju Roma" begitulah istilah yang umum dikenal mengenai jalan-jalan Romawi. Istilah tersebut tidaklah keliru karena bangsa Romawi banyak membangun jalan. Di puncak kejayaannya , bangsa Romawi membangun jalan sepanjang 85.000 km yang terbentang dari Inggris hingga Afrika Utara, dari pantai Samudera Atlantik di Semenanjung Iberia hingga Teluk Persia. Keberadaan jalan tersebut diabadikan dalam peta yang dikenal sebagai Peta Peutinger. d. Pembangunan Jalan Daendels di Pantura Pulau Jawa Herman Willem Daendels adalah seorang Gubernur-Jendral Hindia Belanda yang ke-36. Ia memerintah antara tahun 1808 – 1811. Pada masa itu Belanda sedang dikuasai oleh Perancis. Pada masa jabatannya ia membangun jalan raya pada tahun 1808 dari Anyer hingga Panarukan. Sebagian dari jalan ini sekarang menjadi Jalur Pantura (Pantai Utara) yang membentang sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Pembangunan jalan ini adalah proyek monumental namun dibayar dengan banyak pelanggaran hak-hak asasi manusia karena dikerjakan secara paksa tanpa imbalan pantas. Manfaat yang diperoleh dari jalan ini adalah sebagai jalan pertahanan militer. Selain itu dari segi ekonomi guna menunjang tanam paksa (cultuur stelsel) hasil produk kopi dari pedalaman Priangan semakin banyak yang diangkut ke pelabuhan Cirebon dan Indramayu padahal sebelumnya tidak terjadi dan produk itu membusuk di gudang-gudang kopi Sumedang, Limbangan,



5



Cisarua, dan Sukabumi. Selain itu, dengan adanya jalan ini perjalanan darat Surabaya-Batavia yang sebelumnya ditempuh 40 hari bisa dipersingkat menjadi tujuh hari. Ini sangat bermanfaat bagi pengiriman surat yang oleh Daendels kemudian dikelola dalam dinas pos. Dari sejarah perkembangan peradaban manusia dan dari berbagai penemuan para pakar transportasi tentang sejarah perkembangan jalan dapatlah diketahui bahwa : a. Jalan pertama yang menggunakan 3500 SM. Penemuan ini perkerasan ditemukan didaerah Mesopotamia dipandang sebagai awal dari sejarah keberadaan jalan raya. b. Konstruksi jalan yang terdiri dari tanah asli dilapisi dengan batu kapur dan ditutup dengan batu bata ditemukan diantara Babilonia hingga Mesir yang diperkirakan dibangun 2500-2568 SM oleh raja Cheope yang berfungsi untuk mengangkut batu-batu besar dalam membangun Great Pyramid. c. Permukan jalan yang diperkeras dari batu batuan ini ditemukan dipulau Crate (Kereta) Yunani yang dibuat kurang lebih 1500 SM. d. Di wilayah Babilonia ditemukan permukaan jalan yang dibuat berlapis-lapis yaitu dari lapisan tanah dasar yang diatasnya disusun lapisan batu-batu  besar, batu beronjol dicampur mortar, batu kerikil dan kemudian ditutup dengan batu Plat. Menuju jalan modern pada masa Kekaisaran Romawi yang mengalami kejayaan dalam membangun jalan pada tahun 753- 476 SM. Hal tersebut  berdasarkan atas berbagai penemuan antara lain : 1) Penemuan danau aspal Trinidad oleh Sir Walter Religh Tahun 1595,



dimana



dengan



bahan



temuan



tersebut



dapat



dipergunakan untuk memperkeras lapisan  permukaan jalan. 2) Pierre Marie Jereme Tresaquet dari Perancis memperkenalkan konstruksi jalan dari batu pecah pada periode th 1718-1796.



6



3) Metode perinsip desak diperkenalkan oleh orang Scotlandia yaitu pada tahun 1790 yaitu Thomas Telford, yaitu suatu konstruksi perkerasan jalan yang dibuat menurut jembatan lengkung dari batu belah, serta menambahkan susunan batu. 4) Tahun 1815 Jhon london Mc adams memperkenakan prinsip tumpang tindih atau konstruksi Makadam.Penemuan mesin penggilas (stom roller) ditemukan th 1860 oleh Lemoine. 2. Sejarah Jalan Raya di Indonesia Awal perkembangan jalan diberbagai wilayah secara umum masih merupakan jalan setapak atau jalan tanah. Peradaban-peradaban kuno yang telah berhasil membangun teknologi jalan yang lebih "modern" diantaranya Tiongkok, Mesopotamia, Yunani, dan Romawi. Modern disini dapat diartikan bahwa jalan tersebut tidak hanya dapat dilintasi dengan berjalan kaki, tetapi juga dapat dilewati kendaraan beroda yng ditarik dengan kuda. Hal ini disebabkan peradaban tersebut sudah mengembangkan teknik pemadatan pada pembangunan jalan, sehingga struktur jalan menjadi lebih kuat.  a. Jalan Pada Masa Klasik (Kuno) Di Nusantara sendiri tidak ada data yang pasti kapan teknologi jalan "modern" diterapkan. Kerajaan-kerajaan besar tertua di Nusantara seperti Kutai, Sriwijaya, dan Majapahit masih belum mengembangkan



pembangunan



jalan



"modern".



Hal



ini



disebabkan oleh kondisi geografis nusantara yang berupa kepulauan, serta kodisi alam yang berupa hutan lebat dengan kontur pegunungan. Maka, kerajaan-kerajaan tersebut lebih mengutamakan mengembangkan teknologi pelayaran sebagai transportasi dibandingkan jalan darat. Meskipun demikian, di Nusantara telah ada jalan-jalan "kuno" yang masih berupa jalan tanah setapak yang sangat gembur dan tidak dapat dilintasi ketika musim penghujan. Hal ini dapat



7



ditelusuri pada saat terjadi perang Bubad dan perang Paregreg pada masa Kerajaan Majapahit. Kedua perang besar ini membutuhkan mobilisasi pasukan yang juga besar, sehingga dalam mobilisasi tersebut para pasukan berhasil membuat suatu rute yang mereka lalui dan terbentuklah sebuah jalan.  Kemudian, keberadaan jalan di Nusantara juga dapat dilacak pada peristiwa perpindahan pusat kekuasaan Kerajaan Sunda. Diketahui bahwa pusat Kerajaan Sunda telah mengalami beberapa kali perpindahan.  Menurut Saleh Danasasmita, pusat kerajaan Sunda yang berpindah-pindah itu pernah berlokasi secara kronologis sebagai berikut: Galuh, Pakuan, Saunggalah, Pakuan, Kawali, dan Pakuan. Dalam perpindahan pusat kekuasaan ini juga dibutuhkan mobilisasi secara besar-besaran yang melibatkan para pemimpin kerajaan dan rakyatnya. maka, dalam migrasi ini dibutuhkan jalan penghubung untuk mencapai lokasi yang dituju. Selain itu, tergambarkan juga pada saat terjadi peristiwa penyerangan kedua Sultan Agung ke Batavia pada tahun 1629. Setelah serangan pertama gagal melalui jalur laut, maka Sultan Agung kembali mengirimkan pasukannya untuk meyerang Batavia. Banyak pasukan yang dikerahkan dengan cara berjalan kaki dari pusat Mataram (sekitar Jogja) menuju Batavia. Hal tersebut diperkuat dengan didirikannya lumbung-lumbung padi di wilayah yang dilalui oleh para pasukan Sultan Agung, seperti di Tegal dan Karawang. Sama halnya dengan perang Kerajaan Majapahit, penyerangan ke Batavia ini juga membutuhkan akses jalan untuk mobilisasi para pasukan sehingga bisa sampai di Batavia. Tidak diketahui apakah jalan yang sudah terbentuk dari mobilisasi pasukan dan migrasi tersebut masih digunakan setelahnya atau ditinggalkan begitu saja dan kembali tertutup semak-belukar. Namun demikian, dari ketiga peristiwa tersebut



8



telah menunjukan bahwa di Nusantara sudah ada pembangunan jalan walaupun masih sangat bersifat "kuno". b. Jalan Pada Masa Kolonial (Semi-Modern) Pembangunan jalan di Nusantara yang bisa dikatakan sudah lebih modern terjadi pada saat wilayah ini berada dibawah pendudukan Belanda (Perancis). Pada tahun 1808, seorang gubernur jenderal H.W Daendels mendapat tugas untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Salah satu kebijakan yang diambil adalah membangun jalan raya yang membentang sejauh 1000 km dari Anyer hingga Panarukan. Jalan ini lebih dikenal dengan nama Jalan Raya Pos (Groote Postweg). Kebijakan ini diambil atas dasar kondisi jalan di Pulau Jawa masih berupa jalan setapak dan sangat buruk pada musim hujan, sehingga membutuhkan waktu tempuh yang lama. Berbeda dengan kondisi jalan yang ada di Eropa berdasarkan pengalaman Daendels. Jalan yang dibangun tersebut beberapa ruas hanya dilakukan pemadatan dan pengerasan dengan pasir dan batu agar lebih kuat dan tidak berlumpur saat hujan, sehingga bisa dilintasi kereta kuda. Beberapa ruas lagi adalah jalur baru yang terkoneksi dengan jalan yang sudah ada, seperti dari wilayah Bogor menuju Bandung yang melintasi daerah pegunungan Megamendung dan Puncak. Akhirnya jalan ini berhasil diselesaikan sekitar tahun 1810 atau hanya dua tahun masa pembangunan. Jalan Raya Pos ini merupakan jalan yang berhasil dibangun dengan teknologi dan teknik yang lebih "modern". Bahkan, pembangunan jalan ini menjadi bagian sejarah penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Sejarah pembangunan jalan ini sangat "melegenda" dikalangan orang-orang Jawa.  Hingga sekarang ruas jalan ini masih ada dan menjadi salah satu jalur lalulintas utama di Pulau Jawa. Pada periode kolonial, tampaknya pembangunan Jalan Raya Pos adalah pembangunan jalan yang



9



paling menonjol dan paling signifikan selama periode tersebut berlangsung. Pasalnya, tidak ada pembangunan jalan raya lainnya yang se-spektakuler Jalan Raya Pos. Hal ini disebabkan adanya kebijakan pembangunan jalur rel kereta api di wilayah pendudukan Belanda (Hindia-Belanda). Setelah menerapkan kebijakan liberalisasi dareah jajahan, pemerintah kolonial lebih banyak membangun jaringan jalur kereta api dibandingkan dengan jalan raya, hal ini disebabkan karena kereta api dianggap lebih efisien dalam hal biaya dan waktu, sehingga fokus pemerintah Belanda dalam bidang transportasi darat lebih mengutamakan pengembangan kereta api. Maka, hingga Belanda angkat kaki dari Hindia-Belanda akibat Jepang datang, tidak ada lagi catatan pembangunan jalan yang euforianya seperti pembangunan Jalan Raya Pos. Pada masa pendudukan Jepang, pembangunan jalan raya juga tidak menjadi pilihan kebijakan utama pemimpin Nippon. Dibawah pemerintahan militer dan situasi perang dunia, dibutuhkan kebijakan yang dianggap lebih efektif dan efisien. Membangun jalan raya bukan merupakan pilihan yang tepat. Pemerintahan Nippon lebih memilih untuk menambah rute jalur kereta baru, itupun tidak dengan sumber daya yang baru tetapi hasil "kanibal" dari jalur-jalur kereta lainnya yang dianggap sudah tidak terpakai/tidak penting perannya. Pembangunan jalan raya pada masa pendudukan Jepang sangatlah terbatas dan bukan menjadi prioritas utama. c. Jalan Pada Masa Kemerdekaan (Modernisasi Jalan Raya) Setelah Indonesia mendapat kemerdekaannya, pembangunan jalan raya secara resmi berada di bawah tanggung jawab Departemen Pekerjaan



Umum.



Pada



periode



ini



pemerintah



berhasil



membangun banyak ruas jalan. Beberapa diantaranya adalah pembangunan jalan yang sudah terbilang modern. Pada tahun 1955,



bersamaan



dengan



selesainya



pembangunan



Kota



10



Kebayoran Baru, pemerintah membuat jaringan jalan selebar 40 meter yang menghubungkannya dengan kota Jakarta dengan Kebayoran Baru. Jalan ini terdiri dari dua jalur besar untuk lalulintas cepat, dua jalur untuk lalu-lintas biasa, dan ditengahnya terdapat taman selebar enam meter. Jalan ini sekarang lebih dikenal dengan Jalan Jenderal Sudirman- Jalan M.H Thamrin. Jalan ini merupakan jalan yang dibangun dengan kualitas tinggi dan lebar jalan yang cukup besar. Bahkan, pada saat itu jalan ini merupakan jalan yang paling lebar di wilayah Jakarta. Memasuki awal periode 1960-an, pemerintah Orde Lama kembali membangun sebuah jalan baru yang melintas dari Cililitan hingga Tanjung Priok. Jalan itu bernama Jakarta Bypass. Jalan yang dibangun dengan dana hibah dari USAID tersebut berhasil diselesaikan pada tahun 1963 yang diresmikan langsung oleh Presiden Soekarno. Jalan ini juga dibangun dengan spesifikasi yang terbilang tinggi dan modern pada masanya. Lebar jalan ini juga terbilang luas. Maka dari itu, banyak masyarakat yang menyebut jalan ini menjadi "Jakarta Bebas", karena lebarnya jalan dan lengangnya lalu-lintas, sehingga masyarakat dengan bebas menikmati dan melintasi jalan ini. Kondisi politik Indonesia mengalami perubahan pada pertengahan periode 1960-an. Peta kekuasaan mengalami perubahan dengan memunculkan pemimpin baru yaitu Soeharto atau dikenal dengan masa Orde Baru. Pada masa inilah Indonesia berhasil menerapkan sistem pengoperasian jalan raya dengan menggunakan konsep "jalan tol". Sistem ini diterapkan setelah terselesaikannya pembangunan Jalan Jagorawi yang membentang dari Jakarta hingga Bogor. Jalan ini dibangun dengan spesifikasi sangat tinggi dengan menggunakan teknologi-teknologi modern. Jalan Jagorawi termasuk jalan kelas satu dengan spesifikasi bebas hambatan, sehingga jalan ini bebas dari hambatan-hambatan (persimpangan,



11



orang menyebrang,, dll) yang biasanya terjadi pada jalan konvensional.  Keberhasilan pembangunan jalan bebas hambatan Jagorawi yang kemudian diubah menjadi jalan tol Jagorawi merupakan prestasi bangsa Indonesia pada saat itu. Indonesia berhasil membangun sebuah jalan raya yang sangat modern dibanding dengan negaranegara lain di ASEAN. Keberhasilan tersebut juga menjadi babak baru dalam perjalanan bangsa dalam membangun sebuah jalan raya. Pasalnya, setelah Jagorawi pemerintah terus menerus secara berkelanjutan membangun jalan tol di berbagai daerah.  Perjalanan panjang pembangunan jalan di Indonesia menunjukan bahwa teknik pembangunan dan bentuk jalan telah mengalami perubahan seiring berkembangnya zaman dan kebutuhan manusia. Jalan yang awalnya berupa jalan setapak dan masih beralaskan tanah berkembang menjadi jalan dengan lebar yang luas dengan dilapisi aspal atau beton. Keterbatasan fungsi jalan "kuno" yang sangat bergantung pada cuaca tidak berlaku lagi di masa sekarang. Jalan dapat digunakan kapan saja dan dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan, dari yang kecil hingga yang besar.



Gambar 2. Perkembangan Jalan Raya di Indonesia B. Pengertian dan Ciri-Ciri Jalan Raya Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,



termasuk



bangunan



pelengkap



dan perlengkapannya



yang



diperuntukan bagi lalu lintas. Jalan sudah ada sejak manusia memerlukan



12



area untuk berjalan dalam memenuhi segala kepentingannya (ekonomi, sosial, politik, dan Budaya), terlebih setelah menemukan kendaraan beroda di antaranya berupa kereta yang ditarik kuda. Tidak jelas dikatakan bahwa peradaban mana yang lebih dahulu membuat jalan raya. Akan tetapi hampir



semua



peradaban



tidak



terlepas



dari



keberadaan



jalan



tersebut. Selain itu, Jalan raya ialah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain. Biasanya jalan besar ini mempunyai ciri-ciri berikut: 1. Digunakan untuk kendaraan bermotor 2. Digunakan oleh masyarakat umum 3. Dibiayai oleh perusahaan negara 4. Penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkutan



Gambar 3. Ciri-Ciri Jalan Raya Di sini harus diingat bahwa tidak semua jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan bermotor itu jalan raya. Contohnya lintasan-lintasan di daerah perkebunan. Macam-macam Jalan : 1. Macam jalan darat menurut kepentingannya: a. Jalan ladang/jalan kuda yaitu hanya untuk lalulintas pejalan kaki dan hewan penarik b. Jalan setapak/jalan kampung yaitu jalur jalan yang dapat dilalui oleh alat angkut berbobot ringan, misal gerobak dll



13



c. Jalan besar/jalan raya yaitu jalur yang menghubungkan antar kota, antar daerah dengan menggunakan alat angkutan dengan kepadatan lalulintas ringan, sedang, padat dan sangat padat. 2. Macam jalan raya menurut konstruksinya a. Jalan tanah yaitu jalur yang belum memiliki lapisan perkerasan, lapisan pondasi dan lapisan bidang permukaan. b. Jalan kerikil/jalan batu pecah yaitu jalur jalan yang telah memiliki lapisan perkerasan, yang terdiri dari : c. Jalan yang diaspal yaitu jalur jalan batu kerikil yang dilapisi aspal, penimbunan tanah ke arah lebar diambil penyusutan yang terjadi di kanan dan di kiri masing-masing  satu penimbunan ke arah yang tinggi penyusutan yang terjadi.   C. Peranan, Sistem dan Fungsi Jalan Raya Berdasarkan



klasifikasi



jalan



atau



hirarki



jalan



adalah



pengelompokan jalan berdasarkan fungsi jalan, berdasarkan administrasi pemerintahan dan berdasarkan muatan sumbu yang menyangkut dimensi dan berat kendaraan. Penentuan klasifikasi jalan terkait dengan besarnya volume lalu lintas yang menggunakan jalan tersebut,  besarnya kapasitas jalan, keekonomian dari jalan tersebut serta pembiayaan  pembangunan dan perawatan jalan. Jalan umum menurut fungsinya di Indonesia dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Klasifikasi fungsional seperti ini diangkat dari klasifikasi di Amerika Serikat dan Canada. Di atas arteri masih ada Freeway dan Highway. Klasifikasi jalan fungsional di Indonesia berdasarkan peraturan perundangan yang  berlaku adalah: 1. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan  jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna.



14



2. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan  pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan  jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum  penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional,  jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. 1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem  jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. 2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. 3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten. 4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang



menghubungkan



antarpusat



pelayanan



dalam



kota,



menghubungkan pusat  pelayanan dengan persil, menghubungkan



15



antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota. 5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan. Klasifikasi berdasarkan muatan sumbu Distribusi beban muatan sumbu ke badan jalan Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Pengelompokkan  jalan menurut muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri dari: 1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum digunakan di Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti di Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton. 2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Jalan dibuat karena manusia pelu bergerak dan berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jejak jalan tersebut berfungsi sebagai penuntun arah dan menjadikan jejak jalan semakin melebar dikarenakan sering berpindahnya manusia pada waktu itu. Kemudian kurang lebih 5000 tahun yang lalu, manusia hidup berkelompok, untuk keperluan tukar menukar barang pokok mereka mulai menggunakan jalur  jalan secara tetap yang berfungsi sebagai jalan prasarana sosial dan ekonomi.Jalan merupakan sebuah sarana transportasi menuju sebuah tempat tujuan,sehingga mempermudah dalam hal sosialisasi dan ekonomi. Dengan perkembangan penemuan-penemuan dari para peneliti, sehingga di bangunlah jalan raya sampai sekarang, karena strukturnya keras, kuat dan lebih halus. B. Saran Jalan raya sebagai salah satu aspek terpenting dalam kelangsungan hidup manusia haruslah terus dijaga dan diperbaharui sesuai dengan teknologi agar dapat mempermudah dan melancarkan segala aktivitas yang ada.



16



DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Bina Marga. Standar Konstruksi dan Bangunan: Geometri Jalan Bebas         Hambatan Untuk Jalan Tol. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. 2009. https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_raya Oglesby, Clarkson H. dan R. Gary Hicks. Teknik Jalan Raya Jilid I, terj. Purwo Setianto. Jakarta:   Erlangga. 1996.



17