Sejarah Kemahasiswaan ITB [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEJARAH KEMAHASISWAAN ITB



1921 - 1945 1921 Berdiri Technische Hoogeschool te Bandoeng ( TH Bandoeng ),karena terputusnya transportasi Hindia Belanda dengan Belanda, sehingga kolonial harus menyediakan tenaga ahlinya sendiri.Para studenten mendirikan Bandoeng Studenten Corpse(BSC). Mahasiswwa pribumi medirika Indische Studenten Verrreniging (ISV) karena meraa aspirasinya tidak tersalurkan.



1940 TH Bandoeng diganti menjadi Institute of Tropical Science (ITS).



1944 Jepang mengubah nama Institute of Tropical Science (ITS) menjadi Bandung Dogyo Daigaku



1945 Seiring kemerdekaan Indonesia, Bandung Dogya Daigaku diubah namanya menjadi Sekolah Teknik Bandoeng. Selanjutnya STT Bnadoeng dipindahkan ke Yogyakarta menjadi STT Yogyakarta yang menjadi Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada dengan dekannya, Ir. Rooseno.



1945 - 1970 1947 Belanda menguasai Bnadung, dan mendirikan Nood universities yang berkembang men jadi Universitiet Van Indonesie. Kampus STT Bandoeng dijadikan Faculteit van Technische Wetenschap (Fakultas Ilmu Teknik) dan Faculteit van Exacte Watenschap (Fakultas Ilmu Pasti). Berdiri Beberapa organisasi kemahasiswaan seperti Keluarga Mahasiswa Seni Rupa dan Himpunan Mahasiswa Bangunan dan Listrik ditahun berikutnya.



1950 Berdiri Dewan Mahasiswa di Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia dan UI Bandung. Terjadi arus politasi kemahasiswaan, seiring usaha partai politik untuk mendirikan wadah bagi mahasiswa, seperti PNI mendirikan GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasionalisme Indonesia), CGMI(Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia) yang dimiliki PKI.



1959



Perwujudan rencana Presiden Soekarno untuk mendakan pusat enelitian Ilmu alam murni, teknik, dan seni dilaksanakan dengan pemisahan Fakultas Teknik UI Bandung menjadi Institut Teknologi Bandung pada tanggal 2 maret.



1960 Berdiri Dewan Mahasiswa ITB(DM ITB) dengan ketua umum piet Corputty(T. sipil) dan Udaya Hadibroto (T. Pertambangan) sebagai wakil ketua umum.Pekerjaan besar DM ITB yang pertama adalah babaimana agar ITB tidak dilebur kedalam Universitas Pajajaran menajdi Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan alam UNPAD.



1962 Udaya Hadibroto menjadi ketua umum DM-ITB. DM-ITB memobilisasi ratusan mahasiswa untuk mengikuti tri komando Rakyat (TRIKORA) demi pembebasan irian Barat.



1963 Pecah kerusuhan pada tanggal 10 mei, berbau konflik rasial yang melibatkan beberapa tokoh mahasiswa. pada periode ini, ITB terkena apa yang disebut serangan GMNI.



1964 Munculnya gerakan 30 September di Jakarta menyebabkan runtuhnya kekuatan mahasiswa sayap kiri ITB. Ketua umum DM ITB Rahmat Witoelar bersama rektor kolonel Ir. Kuntoadji mendirikan Komite Aksi Pembersiah ITB (KAPI) untuk membersihakan kampus dari unsur-unsur kiri khususnya dose dan mahasiswa pro-komunis.



1966 Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) terbentuk di berbagai kota dan kampus. Tri tuntutan Rakyat (Trytura) yaitu: 1. bubarkan PKI 2. turunkan harga 3. retool kabinet dwikora Terbunuhnya Arief rahman Hakim, Mahasiswa kedokteran UI, oleh Cakrabirawa tanggal 24 februari 1966 memunculkan inisiatif DM ITB dan KAMI Bandung untuk mengirimkan Satuan Tugas berjumlah 200 Mahasiswa ke Jakarta dipimpin Muslimin Nasution, Deddy Krishna, Fred Henuat, Adi sasono, Arifin Panigoro, dan Rudianto Ramelan. Surat perintah 11 maret 1966 mengakhiri aksi Tritura.



1967 DM ITB menggulirkan isu "back to campus" untuk mengakhiri politisasi kampus sejak zaman orde lama. Kampus dikembalikan pada fungsinya sebagai wahana pembelajaran dan penerapan tridharma perguruan tinggi. DM ITB sempat mengadakan event nasional seperti Ganesha Intervasity Games. Bahkan event regional seperti konferensi Mahasiswa Asia Tenggara(ASEAUS).



1970 Kepemimpinan DM-ITB dibawah Syarif Tando, menginisiasi pendirian Student Centre< BNI, Unit ITB, Asrama dan lain-lain. Maraknya kegiatan kemahasiswaan kembali mengarah kepada polotik nasional saat terjadi peristiwa 6 oktober 1970.



1970 - 1990 1974 Pada tanggal 11 januari, 35 Dewan Mahasiswa se-Indonesia berkumpul di Bina Graha untuk berdialog dengan presiden Soeharto menuntuk perbaikan kebijakan dan pelaksanaan pemerintahan. Dialog ini akan ditindak lanjuti dalam sebuah aksi demonstrasi besar-besaran di Jakarta menyambut kedatangan Perdana Mentri Jepang, Kakuei Tanaka. Demonstrasi menyambut kedatangan PM Jepang ini malah bergulir menjadi aksi kerusuhan yang dikenal dengan nama malapetaka 15 januari 1974 (Malari).



1977 DM se-Indonesia berkumpul di Bandung untuk menyatakan sikap menolak eksistensi Soeharto sebagai Presiden Indonesia. Bersama pelajar Bandung, DM se-Indonesia mengadakan aksi demonstrasi keliling Bandung.



1978 Apel bersama 2000 mahasiswa ITB dipimpin Ketua Umum Heri Akhmadi menyatakan ‘Tidak Mempercayai dan Tidak Menginginkan Soeharto Kembali Sebagai Presiden Republik Indonesia!”. Penerbitan Buku Putih Perjuangan Mahasiswa 1978. Pembuatan buku putih ini dimotori oleh Rizal Ramli, Ketua Dewan Mahasiswa. Penerbitan buku putih ini juga didukung beberapa intelektual kampus seperti Prof. Iskandar Alisjahbana (Rektor ITB) dan Prof. Slamet Iman Santoso (mantan Dekan Fakultas Psikologi UI). Kampus diserbu dua kali dan diduduki militer 6 bulan lamanya. Mahasiswa lama dikumpulkan di lapangan basket dan diusir, hanya mahasiswa angkatan ’78 yang boleh berkuliah. Terjadi penembakan gelap di rumah Rektor ITB Prof. Iskandar. Laksusda Jawa Barat memanggil Heri Akhmadi, Rizal Ramli, Indro Tjahjono, Al Hilal Hamdi, dan Ramles Manampang Silalahi untuk kemudian diadili dan dipenjara. Normalisasi Kehidupan Kampus diberlakukan, DM se-Indonesia dibubarkan, pemerintah mengajukan konsep SMPT (Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi) sebagai pengganti Dewan Mahasiswa, namun ditolak karena terlalu kuatnya intervensi pemerintah dan birokrasi kampus pada organisasi tersebut.



1979 Pembentukan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) sebagai organ operasional kebijakan NKK disikapi dengan penolakan mahasiswa ITB. Akibatnya lembaga ini tidak pernah jelas eksistensinya.



1979-1982 Tekanan kuat dari Rektorat untuk membubarkan DM dengan surat ancaman DO untuk setiap Ketua Umum terpilih. Buku Biru diterbitkan sebagai lanjutan penerbitan Buku Putih.



1983-1989 Demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa ITB dan institusi lain terjadi di berbagai daerah khususnya pada delegasi dari para pemimpin Barat agar Indonesia tidak “membebek” pada bangsa Barat.



1990 Keluar surat dari Mendikbud Fuad Hasan yang meminta didirikannya SMPT di seluruh Indonesia.



1990 - 2000 1992 OSKM diadakan kembali atas dasar permintaan Rektorat untuk melakukan penyambutan dan pengenalan kampus bagi mahasiswa baru angkatan 1992. Terbentuknya Forum Aktivis Lemabaga Mahasiswa yang beranggotakan aktivis mahasiswa se-Jawa Madura dan Bali.



1993 Referendum pembentukan Lembaga Sentral Mahasiswa.



1994 Advokasi terhadap dua fungsionaris HMFT yaitu Yos Alfa dan Melyana (FT’90)



1995 OSKM’95 berlangsung dengan tema ‘Pahlawan dari Rakyat yang tertindas’



1996-1997 Berbagai forum diadakan untuk mendirikan lembaga sentral mahasiswa antara lain forum TVST, PILT, dan BPI. Tidak dihasilkan kesepakatan mengenai bentuk organisasi kemahasiswaan. Forum BPI diketuai oleh Haru Suwandharu (BI’93, Ketua HIMABIO ‘Nymphaea’). Dan Forum TVST diketuai oleh Vijaya Vitrayasa (MS’94, Kepala GAMAIS)



1998 Terlalu lamanya kemahasiswaan ITB tidak dipayungi lembaga terpusat menyebabkan kurangnya rasa butuh terhadap KM ITB apalagi ditambah dengan konsepsi kemahasiswaan terpusat (Konsep KM ITB) yang tidak tersosialisasi dengan baik ke seluruh mahasiswa.



1999 Gerakan Lumbung Kota sebagai bentuk kepedulian mahasiswa akan langkanya barang kebutuhan pokok. Peserta OSKM’99 melakukan aksi SINDU (Studi dan Implementasi Desa Terpadu) di Cipatat.



2000



Pertama kali diadakannya Olimpiade KM ITB dimana HMT keluar sebagai juara umum. Sempat terjadi insiden pembakaran jas almamater akibat adanya sponsor rokok ‘A Mild’ yang dianggap telah menjual kemahasiswaan ITB. OSKM kali ini adalah OSKM dengan peserta terkecil jumlahnya (400an peserta) akibat ilegal.



2000 - 2009 2001 KM ITB menggulirkan isu Buloggate dan Bruneigate untuk menjatuhkan Presiden Abdurrahman Wahid. Sementara itu FKHJ mulai menggulirkan isu penggulingan Presiden Sigit. Pemilu kali ini tercatat dalam sejarah KM ITB sebagai Pemilu dengan kandidat terbanyak (7 orang). Akbar Hanif Dawam Abdullah (PN’98) terpilih sebagai Presiden mengalahkan Dedi Apriadi (GL’97), Armenda (SI’97), Adiq Ahmadi (MT’97), Roy Baroes (GM’97), Edison Situmorang (EL’97), sedangkan Khairul Anshar (FI’98) mengundurkan diri sebelum pemungutan suara. Pertemuan BEM se-Bandung Raya di kampus ITB.



2002 Setelah sekian lama, akhirnya OSKM dinyatakan legal oleh rektorat, acara Swasta ditiadakan, dan metode kekerasan diganti dengan metode disiplin. OSKM kali ini diketuai oleh Ahmad Mukhlis Firdaus (HMS’99). Selain itu pertama kali dalam sejarah KM ITB diadakan acara Open House Unit yang bertujuan membuka rekrutmen terbuka untuk Unit Kegiatan Mahasiswa.



2003 Pertemuan BEM Nasional di ITB pada tanggal 1-2 Februari 2003 Aksi longmarch Bandung-Jakarta untuk memperingati 5 tahun reformasi pada bulan Mei. Aksi penolakan USM-PMBP yang dianggap sebagai jalan komersialisasi kampus. Saat itu terbentang spanduk ‘Selamat Datang Putra-Putri Termahal Bangsa’ untuk menyambut calon mahasiswa baru 2003. Isu ini sempat menjadi isu nasional bersama PT BHMN lain. Aksi 1500 massa BEM Bandung Raya menuntut turunnya Mega-Hamzah. Peluncuran “Selamatkan Indonesia” oleh KM ITB.



2004 ITB Fair diadakan pertama kalinya di kampus ITB dengan tujuan memasyarakatkan teknologi. Aksi menolak Dialog Calon Presiden oleh PSIK yang mengundang Prabowo Subianto. Aksi ini dilakukan Kabinet bersama HMD. Program Desa Binaan sebagai bentuk Pengabdian Masyarakat KM ITB Aksi pembakaran ban oleh Kabinet bersama Satgas Pemilu KM ITB akibat pengambilalihan acara ‘Kupas Tuntas’ Capres RI Amien Rais oleh Rektorat. Kabinet juga mengadakan aksi menolak kedatangan Siswono Yudohusodo karena dianggap sebagai bagian dari rezim Orde Baru.



2005 Aksi peduli bencana tsunami Aceh bersama BEM Unpad. Aksi ini diadakan saat pergantian tahun 2004 ke 2005.



Pengiriman relawan ke Aceh.



2006 ART ITB disahkan oleh MWA. Poin kontroversial dalam ART ini adalah adanya pengaturan mengenai struktur baru kemahasiswaan sebagai implikasi perubahan sistem di ITB. KM ITB mengeluarkan surat menyatakan menolak implementasi ART ITB yang merugikan mahasiswa. KM ITB menginisiasi gerakan peduli sampah Kota Bandung. Di akhir bulan juga KM ITB mengirim tim relawan bencana gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Agustus 2006 Kontroversi soal legalitas OSKM 2006 berakhir dengan terlaksananya OSKM 2006 hanya dalam dua hari. Peserta OSKM 2006 adalah peserta dengan jumlah terkecil sepanjang sejarah, 136 orang. OSKM kemudian ditutup dengan aksi masuk kampus dengan peserta ratusan mahasiswa ITB.



2007 Aksi penolakan terhadap alumni yang dianggap mencoreng nama almamater oleh Gabungan Aksi Mahasiswa (GAM) ITB yang sesuai dengan momentum Kongres Ikatan Alumni ITB dan terseretnya nama Laksamana Sukardi, Ketua Umum IA Pusat sebagai tersangka kasus korupsi di Pertamina.



2008 Pemilu Raya 2008 dimenangkan oleh Shana Fatina Sukarsono (TI’04) mengalahkan Gilang Widyawisaksana (GD’04) dan Fikri (MG’05). Pemilu ini memakai sistem pasangan calon Presiden dan calon anggota MWA Wakil Mahasiswa. Wahyu Bagus Yuliantok (PL’04) menjadi Anggota MWA mengalahkan Bobby Rahman (PL’04) dan Ruly (GL’05). Kabinet Shana memulai program kerjanya dengan menyatakan sikap menolak kenaikan harga BBM, mendeklarasikan Rumah Belajar, audiensi dengan Menko Kesra dan Mensesneg terkait kebijakan menaikkan harga BBM, serta KonsolidasI BEM Seluruh Indonesia. Ketua PMB terpilih adalah Aulia Ibrahim Yeru (SR’05) di mana nama Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) diubah menjadi Inisiasi Keluarga Mahasiswa (INKM).



2009 Diadakan PMBP tahun 2009, merupakan PMBP dengan peserta terbanyak dalam sejarah ITB.