Sejarah Keperawatan Internasional Dan Nasional [PDF]

  • Author / Uploaded
  • shary
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Sejarah Keperawatan Internasional dan Nasional



SEJARAH KEPERAWATAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar I Dosen Pengampu : Lilis Fachlishotun Nuha, S. Kep., Ns.



Disusun Oleh 1A Kelompok 1 : Afrizal Enggar Pradito                        ( SK.113.004 ) Ahmad Mashudi                                 ( SK.113.005 ) Bagus Listiawan                                 ( SK.113.014) Dewi Astutik                                      ( SK.113.019) Dewi Setyaningrum                            ( SK.113.020) Dyan Yuliasari D. D.                          ( SK.113.029) Hidayatul Fitriana                               ( SK.113.043) Indah Permata Sari                             ( SK.113.048 )



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL 2013/2014



KATA PENGANTAR             Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan Keperawatan Internasional dan Nasional”. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing (Ibu Lilis fachlishotin Nuha S.kep., Ns.) sehingga kami menyelesaikan makalah ini.             Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan do’a.             Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, maka dari itu kami mengharap kritik dan saran dari pembaca.                                                                                                     Kendal, Oktober 2013                                                                                                                Penyusun



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………….....................…………………………..............i KATA PENGANTAR …………………………...................…..………………............…….ii DAFTAR ISI .……………..……………………...................………………............………..iii BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang…………….…………..................………………………………........1 B.     Rumusan Masalah …………..………..................……………………………….........2 C.     Tujuan ………….……………………..................…………………………….............2 BAB II PEMBAHASAN A.    Sejarah Keperawatan Internasional……...................………………………………….3 B.     Sejarah Keperawatan di Indonesia.……......................………………………………..5 BAB III PENUTUP A.    Simpulan……………...……….…………...................………………………………..7 B.     Saran………………...……….……………...................………………………….…...7 DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang Virginia Henderson memperkenalkan definising of nursing (defenisi keperawatan). Definisinya mengenai keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya. Ia menyatakan bahwa definisi keperawatan harus menyertakan prinsip kesetimbangan fisiologis. Definisi ini dipengaruhi oleh persahabatan Henderson dengan seorang ahli fisiologis bernama Stackpole. Henderson sendiri kemudian mengemukakan definisi keperawatan yang ditinjau dari sisi fungsional. Definisi dari Virginia Henderson, seorang ahli teori keperawatan yang berasal dari Amerika ini, pada tahun 1966 mendefinisikan keperawatan dalam kaitannya dengan peran perawat. “Peran unik perawat adalah membantu individu, sakit atau sehat, dalam melakukan tindakan-tindakan yang berperan untuk kesehatan dan kesembuhan ( atau kemaian yang damai ), tindakan-tindakan itu akan dilakukan sendiri oleh individu tersebut seandainya ia



memiliki kekuatan, kemauan, atau pengetahuan. Perawat melakukan hal ini sedemikian rupa sehingga individu tersebut memperoleh kemandirian secepat mungkin” (Henderson, 1966). Peran keperawatan telah mengalami perubahan besar dalam tahun-tahun terakhir, terutama pada peran peran praktek ditingkat yang lebih tinggi, yang terus berkembang dengan pesat. Sumber : Ensiklopedia Keperawatan oleh Chris Brooker Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual komprehensif yang ditunjukkan bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia ( Lokakarya Keperawatan Nasioanal, 1983 ). Sumber : Konsep Dasar Keperawatan oleh Ns. Asmadi, S. Kep Didunia keperawatan, Florence Nightingale diberi predikat sebagai pembaru, reaksioner, dan peneliti. Penelitiannya telah memberikan sumbangsih positif thaap usahausaha ke arah peningkatan dan perbaikan kinerja asuhan keperawatan dan kesehatan pada umumnya. Karya Nightingale yang berjdul Nothes on  Nursing 1859 menjelaskan, aktivitas penelitian awalnya yang terfokus pada pentingnya lingkungan yang sehat dalam mendorong kesehaan fisik dan mental pasien (patient’s physical and mental wellbeing). Sumber : Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi oleh Prof. Dr. Sudarwan Dahim B.       Rumusan masalah 1.         Bagaimana perkembangan keperawatan Internasional? 2.         Bagaimana perkembangan keperawatan Nasional? C.  Tujuan 1.   Tujuan umum Untuk memenuhi tugas keperawatan dasar dan untuk menambah wawasan para pembaca tentang “Sejarah Perkembangan Keperawatan Internasional dan Nasional”. Semoga dapat bermanfaat.  2. Tujuan Khusus a.    Mahasiswa mampu mengetahui sejarah perkembangan keperawatan internasional dimulai dari zaman purbakala, zaman permulaan masehi, zaman pertengahan, zaman baru, zaman modern.



b.    Mahasiswa mampu mengetahui sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia yang dimulai dari zaman VOC, zaman penjajahan Belanda I, zaman penjajahan Inggris, zaman penjajahan Belanda II, zaman penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan sampai sekarang.



BAB II PEMBAHASAN A.    Sejarah Keperawatan Internasional 1.      Zaman Purba Keperawatan sudah ada sejak zaman adanya manusia dimuka bumi ini. Bisa dikatakan, keperawatan sudah ada sejak zaman purba. Pendapat ini didukung oleh kenyataan bahwa keperawatan awalnya adalah kegiatan yang dilakuan atas dasar  “Mother Instinct ”. Setiap manusia pasti memiliki naluri. Jadi, bisa dikatakan naluri keperawatan ada dalam setiap pribadi manusia. Perkembangan keperawatan pada zaman purba juga dipengaruhi oleh agama atau kepercayaan. Penduduk Mesir ( 5000 SM ) menyembah dewa Iris untuk meminta kesembuhan bagi orang yang sakit dan mendirikan kuil sebagai rumah sakit. Raja Asoka di India mendirikan sekolah-sekolah untuk mendidik para calon perawat, sedangkan penduduk Yunani mengenal dewa pengobatan yang disebut Aeskulapius dan membangun kuil menyerupai sanatorium untuk merawat orang-orang sakit. Di Romawi, pemerintahannya mendirikan rumah sakit dan memanfaatkan tenaga budak- laki-laki atau perempuan yang berkelakuan baik-sebagai perawat. 2.      Zaman permulaan masehi Zaman ini dipengaruhi oleh perkembangan dan penyebaran dua agama besar, yakni Kristen dan Islam. Kristen mengenalkan keperawatan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh biarawati, sedangkan Islam mengenalkan ilmu pengetahuan yang sangat maju dalam bidang pengobatan dan keperawatan yang dilandasi oleh kasih sayang. Banyak orang yang akhirnya beralih ke Negara Islam Timur Tengah untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan,



termasuk ilmu pengobatan dan keperawatan. Pada zaman ini, muncul tokoh Islam yang sangat terkenal dalam bidang kedokteran, yaitu Ibnu Sina. 3.      Zaman pertengahan Pada zaman ini, terjadi perang besar antar agama yang dikenal dengan perang salib. Perang ini membawa banyak derita bagi rakyat seperti korban luka dan terbunuh, kelaparan, berbagai penyakit, dan lain-lain. Untuk mengatasi kondisi tersebut, mulai didirikan sejumlah rumah sakit guna memberi pertolongan dan perawatan bagi korban perang. Akhirnya, ilmu pengetahuan dan perawatan terus mengalami kemajuan. Akan tetapi, kiblat pembelajaran untuk ilmu pengobatan dan perawatan yang semula ada di negara Islam kini beralih ke negara Barat 4.      Zaman baru (Renaisans) Pengaruh renaisans juga merambah ilmu keperawatan atau ilmu kesehatan. Pengeloaan rumah sakit yang semula dikerjakan oleh pihak gereja pada masa tersebut diambil alih oleh sipil akhirnya perawatan bagi oang sakit pun mengalami kemunduruan karena peran perawat digantikan oleh orang awam yang tidak mengerti tentang keperawatan. Pada zaman ini,muncul seorang tokoh keperawatan yang bernama Florens Nightangel ia mengembangkan suatu model praktik asuhan keperawatan yang menyatakan bahwa kondisi sakit seseorang disebabkan oleh faktor lingkungan karenanya praktik keperawatan ditekankan pada perubahan lingkungan yang memberi pengaruh pada kesehatan.Selain itu pada zaman ini berdiri palang merah internasional yang dipelopori oleh Hendri Dunang lembaga ini dibentuk untuk menanpung para korban perang mendirikan rumah sakit dan mendidik perawat dalam melakukan p3k. Pekerjaanya dititik beratkan pada upaya memajukan kesehatan mencegah penyakit dan meringankan penderitaan pasien. 5.      Zaman Modern Kiprah Florence Nightangel dalam keperawatan rupanya berpengaruh besar pada perkembangan keperawatan diera berikutnya. Diantaranya adalah pembangunan sekolahsekolah perawat dan pendirian perhimpunan perawat nasional Inggris oleh Erenwick pada tahun 1887. Perhimpuan ini bertujuan untuk mempersatuan perwat-perawat yang ada diseluruh Inggris. Kemudian pada 1 juli 1889 Erenwick juga mendirikan sebuah lembaga yang disebut ICN. Setelah era tersebut dunia keperawatan terus berkembang dengan pesat. Kondisi ini munculnya tokoh-tokoh penting dalam keperawatan seperti, Hildegard E.Peplau ( 1952 ). Ia mengemukakan bahwa hubungan antar manusia merupakan dasar bagi perawat untuk mengkaji proses hubungan dengan pasien. Id jean Orlando ( 1961 ). Ia menekankan bahwa



keperawatan bertujuan untuk merespon perilaku klien dalam memenuhi kebutuhan dengan segera. Virginia Handerson ( 1966 ). Ia menekankan bahwa perawat hanya membantu pasien dalam melakuan hal yang tidak dapat ia lakuan ia sendiri agar kemandirian pasien meningkat. Sister Calista Roy ( 1970 ). Ia menekankan bahwa peran perawat adalah untuk memberi kemudahan bagi pasien guna menggunakan pengembangan penyesuaian diri pasien. Martha E  Rogher ( 1970). Ia menekankan bahwa manusia mempunyai sifat  alamiah yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan. Dan masih banyak lagi tokoh keperawatan lain yang tidak disebutkan disini. Lebih lanjut, perkembangan keperawatan di dunia bukan hanya berfokus pada aspek pelayanan, tetapi  pada juga jenjang pendidikan keperawatan. Ditingkat dunia, pendidikan keperawatan sudah mencapai tingkat doktoral. Sayangnya, kondisi ini berbeda dengan perkembangan pendidikan keperawatan di negara kita. B. Sejarah Perkembangan Keperawatan Nasional 1. Zaman VOC ( 1602-1799 ) Untuk kepentingan usaha perdagangan tentara Belanda, pada 1799 didirikan Binnen Hospital di Batavia ( sekarang di Jakarta ). Rumah sakit ini memanfaatkan tenaga perawat yang berasal dari Boemi Poetra ( Kaum Terjajah ) yang disebut dengan pembantu orang sakit ( POS ). Setelah VOC bubar didirikan sejumlah usaha dalam bidang kesehatan, antara lain Dinas Kesehatan Tentara. (Militaire Gezondsheids Deints) dan Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke Gezon Deints). 2.      Zaman Penjajahan Belanda ( 1799-1811 ) Tidak ada usaha kesehatan yang menonjol pada masa ini. Secara umum, pemerintah hanya melanjutkan apa yang telah dirintis oleh pendahulunya (VOC). 3.      Zaman Penjajahan Inggris ( 1811-1816 ) Pada masa ini, mulai berkembang bentuk usaha kesehatan yang dipelopori oleh Raffles. Usaha ini meliputi kegiatan vaksinasi cacar secara masal, perbaikan perawatan kesehatan jiwa, dan perawatan bagi tahanan. 4.  Zaman Penjajahan Belanda II (1816-1942 ) Setelah pemerintahan diserahkan kembali pada Belanda, usaha kesehatan di Indonesia semakin maju. Pada masa ini, pemerintah berhasil meluncurkan undang-undang kesehatan yang disusun oleh Prof. Dr. Reinwardt. Selain itu, pada tahun 1819, Residen V Pabst mendirikan sebuah rumah sakit umum yang diberi nama Rumah Sakit Stadsverband dan berkedudukan di Glodok. Rumah sakit ini kemudian berganti nama menjadi Central Burgerlijke Ziekeninrichting dan dipindahkan ke Salemba.



5.      Zaman Penjajahan Jepang (1942-1945 ) Pada zaman penjajahan Jepang, keperawatan di Indonesia boleh dikatakan mengalami kemunduran. Tampuk kepemimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang dan sebagian lagi dipegang oleh bangsa Indonesia. Pada masa ini, wabah penyakit menyebar dimana-mana akibat minimnya suplai obat-obatan. Tidak hanya itu kita bahkan terpaksa menggunakan daun pisang dan pelepah batang pisang sebagai ganti balutan yang persediaannya sangat tipis. Dapat dikatakan, zaman penjajahan Jepang merupakan zaman yang sungguh tidak manusiawi. 6.      Zaman Kemerdekaan Sampai Sekarang ( 1945-sekarang ) Pada awal kemerdekaan, ditemui banyak sekali kekurangan pada kondisi perumahsakitan dan perawatan di Indonesia, diantaranya adalah suplai obat-obatan yang minim. Kondisi ini lambat laun mulai mengalami perubahan, terutama dengan didirikannya sejumlah institusi pendidikaan keperawatan sampai jenjang tinggi.      Pola pikir individu, sedangkan pola pikir berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa pola pikir seseorang yang berpendidikan rendah akan berbeda dengan pola pikir orang yang berpendidikan tinggi.                                 Perkembangan pendidikan keperawatan di luar negeri yang berlangsung mulus ternyata berbeda jauh dengan perkembangan keperawatan di Indonesia yang penuh dengan lika-liku dan tersendat-sendat. Tidak banyak literatur yang mencatat sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia secara khusus. Tidak bisa kita pungkiri, perkembangan keperawatan Asean lainnya, Indonesia masih ketinggalan jauh. Filiphina misalnya, negara itu telah memiliki fakultas Keperawatan sejak tahun 1948, sedangkan Thailand mempunyai Fakutas Keperawatan sejak awal tahun 1960.                         Program Studi Ilmu Keperawatan yang kedua dibuka di Universitas Padjajaran Bandung. Langkah ini kemudian diikuti universitas-universitas lain diseluruh Indonesia. Perkembangan lain yang terjadi didunia pendidikan keperawatan adalah perubahan status pendidikan keperawatan yang semula berada dibawah tanggung jawab Departemen Kesehatan, secara bertahap beralih ke Departemen Pendidikan Nasional.



BAB III PENUTUP A.    Kesimpulan         Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan pelayanan kesehatan guna untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat. Keperawatan ternyata sudah ada sejak manusia itu ada dan hingga saat ini profesi keperawatan berkembang dengan pesat. Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia tidak hanya berlangsung ditatanan praktik, dalam hal ini layanan keperawatan, tetapi juga didunia pendidikan keperawatan. Tidak asing lagi, pendidikan keperawatan memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas pelayanan keperawatan. Karenanya, perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan. B.     Saran Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari keperawatan internasional.



DAFTAR PUSTAKA Asmadi. 2008.Konsep Dasar Keperawatan.Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Chris Brooker. 2008. Ensiklopedia Keperawatan.  Buku Kedokteran EGC: Jakarta.



Prof. Dr. Sudarwan Dahim. 2003.  Riset Keperawatan Sejarah dan Metodologi. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.                 



SEJARAH KEPERAWATAN NASIONAL DAN INTERNASIONAL Posted on 1 Oktober 2012 by dianmutiarach



0 1. Florence Nigtingale Florence Nightingale (12 Mei 1820-13 Agustus 1910) adalah pelopor perawat modern, penulis dan ahli statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia. Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan Inggris. Salah satu foto terakhir Florence Nightingale Lahir : 12 Mei 1820 Florence, Italia Meninggal : 13 Agustus 1910 London, Inggris 2. Masa kecil Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris. Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan bernama Parthenope. (Florence Nightingale sewaktu masih muda) Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan. 3. Perjalanan ke Jerman Di tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran (Katolik). Di sana Florence Nightingale terpesona akan komitmen dan kepedulian yang dipraktekkan



oleh para biarawati kepada pasien. Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan membawa angan-angan tersebut. 4. Belajar merawat Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai seorang putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun semua itu ia tolak, karena Florence merasa “terpanggil” untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan. Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena ditahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan. 5. Ditentang oleh keluarga Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah. Perawat pada masa itu hina karena: * Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut” (keluarga tentara yang miskin) yang mengikuti kemana tentara pergi. * Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka, sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan banyak pasien memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak senonoh * Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena alasanalasan tersebut di atas. * Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak. Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik tanpa merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati Katolik yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini juga secara langsung melindungi mereka dari perlakuan yang tidak hormat dari pasiennya. Walaupun ayahnya setuju bila Florence membaktikan diri untuk kemanusiaan, namun ia tidak setuju bila Florence menjadi perawat di rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan anaknya bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia menganjurkan agar Florence pergi berjalan-jalan keluar negeri untuk menenangkan pikiran. Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan pelatihan bersama biarawati disana. Selama empat bulan ia belajar di Kaiserwerth, Jerman di bawah tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang timbul dari seorang gadis yang menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik sementara keluarga Florence adalah Kristen Protestan. Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Perancis. 6. Kembali ke Inggris Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya ₤500 per tahun (setara dengan ₤ 25,000 atau Rp.



425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti karirnya. Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini merubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa; “ rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam ” Komite Rumah Sakit pun merubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence. 7. Perang Krimea Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris bersama tentara Perancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka. Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya, “Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?”. Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan. (Gedung Barak Rumah Sakit di Scutari Sekarang) Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence menyanggupi. Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh Nightingale dan termasuk bibinya Mai Smith, berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal. Gedung Barak Rumah Sakit di Scutari sekarangPada tanggal November 1854 mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka bayangkan. Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat. Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauhjauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap. Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu. Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimpangan di



luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak bernaung di bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda. (Ilustrasi Rumah Sakit di Scutari) Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat: * Perban diganti secara berkala. * Obat diberikan pada waktunya. * Lantai rumah sakit dipel setiap hari. * Meja kursi dibersihkan. * Baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat. Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang manusiapun selesai dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam. Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama sekali, walaupun baunya belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik di bawah pengawasan Florence Nightingale. Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan mengunci mereka dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada orang tua mereka di tingkat ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras dan di bawah kepemimpinan kuat seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi dari kemungkinan serangan seksual. Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak perempuan mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan dibandingkan di benua Eropa lainnya dimana profesi keperawatan dilakukan oleh biarawati dan biarawatibiarawati ini berada dibawah pengawasan Biarawati Kepala. Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui. Namun, kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak pada jumlah kematian prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat menjadi yang terbanyak dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin pertama Florence berada disana sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut. Sebanyak 10 kali lipat prajurit malah meninggal karena penyakit seperti; tipes, tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka saat perang. Kondisi di rumah sakit tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang mungkin bisa ditampung, hal ini menyebabkan sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara memburuk. Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence Nightingale datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun drastis. Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru berubah saat Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal Commission on the Health of the Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu para prajurit di rumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan. Hal ini berpengaruh pada karirnya di kemudian hari dimana ia gigih mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil dinilai dari turunnya



angka kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa pentingnya disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit. 8. Bidadari berlampu Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali. Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap. Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah. Saat bintara tersebut terlihat enggan, Florence mengancam akan melaporkannya kepada Mayor Prince. Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia. Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia. Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal. Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama “Bidadari Berlampu”. Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang Florence Nightingale berjudul “Santa Filomena”, yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajuritprajurit di rumah sakit tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu. “ Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu untukku. ” 9. Pulang ke Inggris Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan ketika ia berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam, yang disebabkan oleh Bruselosis (“demam Krimea”) yang menyerangnya selama perang Krimea. Dia memalangi ibu dan saudara perempuannya dari kamarnya dan jarang meninggalkannya. Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria – dan meskipun terdapat keterbatasan kurungan pada ruangannya – Nightingale memainkan peran utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert menjadi ketua. Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat ditunjuk untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail, dan ia merupakan alat implementasi rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam medik angkatan bersenjata.



10. Karir selanjutnya Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu untuk memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada perang yang membuat didirikannya Dana Nightingale untuk pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi sekretaris honorari dana, dan Adipati Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama “Dana Nightingale”, dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah ₤ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari kematian. Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang berpendidikan. Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadai seseorang yang terdidik. Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut. Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King College London. Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran di sekolah tersebut. Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya, berpuluhpuluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal rumah sakit yang lain banyak meminta bagian. Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya. Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara modernpun diterapkan ditempattempat tersebut. Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat untuk dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa di negerinya masing-masing. Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan profesi keperawatan. Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah sakit-rumah sakit London seperti St. Mary’s Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia. Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin. Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini.



Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan orang awam dan terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia. Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi. Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita. Pada tahun 1870-an, Linda Richards, “perawat terlatih pertama Amerika”, berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke Amerika Serikat dengan pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang. Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria. Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini. Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London. Nightingale adalah seorang universalis Kristen. Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak lama sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia menulis, “Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya.” 11. Meninggal dunia Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster Abbey, dan ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.



sejarah keperawatan internasional dan nasional Posted on November 7, 2012 by azizzahamir



Sejarah keperawatan internasional dan nasional 1.Sejarah Keperawatan Internasional Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi ini, keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad ke abad terus berkembang, berikut adalah perkembangan keperawatan di dunia. Sejarah keperawatan di dunia : Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture) sampai pada munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang berasal dari Inggris. Perkembangan keperwatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia.   1.1    Zaman Purbakala (Primitive Culture)   Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri (tercermin pada seorang ibu). Harapan pada awal perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother Instinc). Dari masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman dimana orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistic yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-pohon besar dan gunung-gunung tinggi. Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu mereka menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembanglah ilmu keperawatan.       1.2  Zaman Keagamaan Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat



ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien. Perawat dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.    1.3 Keperawatan Sebelum Masehi           Pada masa sebelum masehi perawatan belum begitu berkembang, disebabkan masyarakat lebih mempercayai dukun untuk mengobati dan merawat penyakit. Dukun dianggap lebih mampu untuk mencari, mengetahui, dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang sakit. Demikian juga di Mesir yang bangsanya masih menyembah Dewa Iris agar dapat disembuhkan dari penyakit. Sementara itu bangsa Cina menganggap penyakit disebabkan oleh setan atau makhluk halus dan akan bertambah parah jika orang lain menyentuh orang sakit tersebut. 1. India Bangsa India (Hindu) di zaman Purba telah memeluk agama Brahmana, disamping memuja dan meminta pertolongan kepada Dewa (dikuil) untuk menyembuhkan orang sakit. Di India telah terdapat RS khususnya di Utara saat pemerintahan Raja Asoka kurang lebih 8 RS dimana sebagian kemudian dijadikan sekolah sekolah pengobatan dan perawatan. 2. Tiongkok Bangsa Tiongkok telah mengenal penyakit kelamin diantaranya gonorhoe dan syphilis. Pencacaran juga telah dilakukan sejak 1000 SM ilmu urut dan psikoterapi. Orang – orang yang terkenal dalam ketabiban : 1)      Seng Lung Dikenal sebagai Bapak Pengobatan, yang ahli penyakit dalam dan telah menggunakan obatobat dari tumbuh-tumbuhan dan mineral (garam-garaman). Semboyannya yang terkenal adalah Lihat, Dengar, Tanya, Rasa.       2)      Chang Chung Ching Kurang lebih 200 SM telah mengerjakan lavement dengan menggunakan bamboo. 3. Yunani Bangsa Yunani zaman purba memuja dan memuliakan banyak dewa (polytheisme) dewa yang terkenal adalah dewa yang dianggap sebagai dewa pengobatan putrid dewa yang bernama Hygine sebagai Dewi kesehatan, maka timbullah perkatan higyene. Untuk pemujaan terhadap para dewa didirikan kuil (1134 SM) yang juga berfungsi sebagai pengobatan orang



sakit dan perawatan di kerjakan oleh para budak-budak. Orang-orang ternama dalam ketabiban antara lain : 1)      Hippocrates (Hidup kurang lebih 400 SM) bapak pengobatan dengan     jasa : - Dasar cara pengobatan samapi sekarang ini - Penyakit buk an karna setan, melainkan rusaknya Undang Undang Alam - Mengembangkan teknik pemeriksaan badan - mengajarkan tentang makanan orang sakit - menganjurkan supaya penderita sakit jiwa dirawat secara peri kemanusiaan - mengajarkan tentang semangat pekerjaan, menghargai teman sejawat, bertanggung jawab terhadap si sakit yang menjadi sumpah Hippocrates 2) Plato Ahli filsafat yunani otak sebagai pusat kesadaran             3) Aristoteles Ahli filsafat, Ahli jiwa dan ilmu hayat.   1.4 Zaman Masehi Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal. Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes yaitu tempat penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.   1.5 Pertengahan abad VI Masehi Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam. Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar keperawatan kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri, kebersihan makanan dan lingkungan.



Kegiatan pelayanan keperawatan berkualitas telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama yaitu Rufaidah pada zaman Nabi Muhammad SAW, yang selalu berusaha memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkannya tanpa membedakan kliennya kaya atau miskin, berikut ini akan lebih dijelaskan tentang sejah perkembangan keperwatan di masa islam dan di Arab Saudi khususnya: 1. Masa penyebaran islam/The Islamic Period (570-632) Perkembangan keperawatan masa ini, sejalan dengan perang kaum muslimin/jihad (Hollywar) memberikan gambaran keperawatan di masa ini.  Sistem kedokteran mengenai pengobatan lebih dilakukan dengan ke rumah pasien, dengan diberikannya resep oleh dokter. Dalam periode ini dikenal seorang perawat yang bernama Nabi 1. Masa setelah nabi/Post-Pro Phetic Era (632-1000 M) Sejarah keperawatan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW  jarang sekali dokumen yang ada lebih didominasi oleh kedokteran di masa itu. Dr. AL-Razi yang  menyediakan pelayanan keperawatan. Dia menulis dua karangan tentang “The Reason Why Som Person And The Common People Leave A Physician Event If He Is Clever” dan “A Clever Physicien Does Not Have Power To Hell All Diseases, For That Is Not Within The Realm Of Possibility”. Di masa ini ada perawat diberi nama Al Asiyah. 2. Masa Late To Midle Ages (1000-1500) Di masa ini Negara-negara Arab membangun RS dengan baik dan mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam peradaban islam dan banyak di anut Rs modern saat ini hingga sekarang, yaitu pemisahan antara ruang pasien  laki-laki dan wanita, serta perawat wanita mwrawat pasien wanita dan sebaliknya. 3. Masa modern (1500-sekarang) Early Leader In Nursing Development Masa ini di tandai dengan banyaknya ekpariet asing (Perawat asing adri Eropa), Amerika dan Australia, India, Filipina yang masuk dan bekerja di RS di negara-negara Timur Tengah. Di nasa ini ada seorang perawat Timur Tengah bernama Lutfiyyah Al-Khateeb, seorang perawat bidan Sauid pertama yang mendapatkan diploma keperawatan di Kairo dan kembali ke negaranya. Keperawatan Islam masa kini dan mendatang Dr. H Arif Muhammad dalam seminar perawat rohani islam di Akper Aisyiyah, bandung 31 Agustus 2004, mengatakan bahwa masalah sehat maupun sakit adalah alami sebagai ujian dari Allah SWT, Hingga manusia tidak bisa terbebas dari penyakit. Sehat kerap kali membuat orang lupa dan lalai baik dalam melaksanakan perintah Allah maupun mensyukuri nikmat sehat. Tugas seorang perawat, menurut Dr. H. Arif, tugas perawat adalah untuk menekankan agar pasien tidak berputus asa apalagi menyatakan tidak memiliki harapan hidup lagi. Pada permulaan abad XVI orientasi masyarakat berubah dari orientasi agami menjadi orientasi pada kekuasaan. Sehingga banyak terjadi perang eksplorasi kekayaan alam (Semangat kolonialisme) akibatnya gereja di tutup, tempat ibadah di tutup.                                                           1.6  Perkembangan Keperawatan Masa Setelah Masehi



Kemajuan pradaban manusia dimulai ketika manusia mengenal agama. Penyebaran agama sangat mempengaruhi perkembangan peradaban manusia, sehingga berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan. 1. Perkembangan Kperawatan Masa Penyebaran kristen Pada permulaan Masehi, Agama Kristen mulai berkembang. Pada masa itu, keperawatan mengalami kemajuan yang berarti, seiring dengan kepesatan perkembangan Agama Kristen. Ini dapat di lihat pada masa pemerintahan Lord Constantine, yang mendirikan Xenodhoeum atau hospes (latin), yaitu tempat penampungan orang yang membutuhkan pertolongan terutama bagi orang-orang sakit yang memerlukan pertolongan dan perawatan. 2. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Islam Pada pertengahan Abad VI Masehi, Agama Islam mulai berkembang. Pengaruh Agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak terlepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan Agama Islam. Memasuki Abad VII Masehi Agama Islam tersebar ke berbagai pelosok Negara. Pada masa itu di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti: ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan obat-obatan. Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan seperti pentingnya menjaga kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang secara pesat. Tokoh keperawatan yang terkenal dari dunia Arab pada masa tersebut adalah “Rafida”.   3. Perkembangan Keperawatan Masa Kekuasaan Pada permulaan Abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami perubahan, dari orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi kepada kekuasaan, yaitu: perang, eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Pada masa itu telah terjadi kemunduran terhadap perkembangan keperawatan, dimana gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup, sehingga tenaga perawat sangat jauh berkurang. Untuk memenuhi kekurangan tenaga tersebut maka digunakanlah bekas wanita jalanan (WTS) yang telah bertobat sebagai, sehingga derajat seorang perawat turun sangat drastis dipandangan masyarakat saat itu.   1.7  Permulaan abad XVI Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan adanya perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat. Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :



1. Mulai dikenal konsep P3K 2. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi perawat dibidang sosial. Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan :   1) Hotel Dieu di Lion Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat. Selanjutnya pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini. 2) Hotel Dieu di Paris Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve Bouquet. 3) ST. Thomas Hospital (1123 M) Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat. Kemudian Florence dijuluki dengan nama “ The Lady of the Lamp”.   1. 2.    Sejarah Keperawatan Nasional



Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda sampai pada masa kemerdekaan. 2.1 Masa Penjajahan Belanda Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu pada saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit. Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah membentuk Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda. 2.2 Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)



Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain : - pencacaran umum - cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa - kesehatan para tahanan Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 – 1942 berdiri rumah sakit – rumah sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta, RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.   2.3 Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945) Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga timbul wabah.   2.4 Zaman Kemerdekaan Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setimgkat SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula. Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK ( Program Studi Ilmu Keperawatan ) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru seperti di Undip, UGM, UNHAS dll.   Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia telah banyak dipengaruhi oleh kolonial penjajah diantaranya Jepang, Belanda dan Inggris. Dalam perkembangannya di Indonesia dibagi menjadi dua masa diantaranya: 1. A.    Masa sebelum kemerdekaan



Pada masa itu negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Perawat berasal dari Indonesia disebut sebagai Verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga



orang sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda, sehingga akhirnya pada masa Belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan rakyat. Mengingat tujuan pendirian rumah sakit hanya untuk kepentingan Belanda, maka tidak diikuti perkembangan dalam keperawatan. Kemudian pada masa penjajahan Inggris yaitu Rafless, mereka memperhatikan kesehatan rakyat dengan moto kesehatan adalah milik manusia dan pada saat itu pula telah diadakan berbagai usaha dalam memelihara kesehatan diantaranya usaha pengadaan pencacaran secara umum, membenahi cara perawatan pasien dangan gangguan jiwa dan memperhatikan kesehatan pada para tawanan. Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun 1819, didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada tahun 1919 rumah sakit tersebut pindah ke Salemba dan sekarang dikenal dengan nama RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), kemudian diikuti rumah sakit milik swasta. Pada tahun 1942-1945 terjadi kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang. Perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.       1. B.       Masa setelah kemerdekaan



Pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan diploma. Pada tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan setingkat dengan sarjana yang dilaksanakan di Universitas Indonesia dengan nama Program Studi Ilmu Keperawatan dan akhirnya dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan, maka menjadi sebuah Fakultas Ilmu keperawatan dan beberapa tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 di berbagai univeisitas di Indonesia seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan lain-lain.                                                                        



              Kesimpulan Keperawatan lahir sejak naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia perkembangan keperawatan dipengaruhi dengan semakin maju peradaban manusia maka semakin berkembang keperawatan. dan pengobatan zaman purba Orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan primitive.Namun demikian mereka sudah mampu sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau mengobati. Pekerjaan “merawat” dikerjakan berdasarkan  naluri “mother instinct” (naluri keibuan) yang merupakan suatu naluri dalam yang bersendi pada pemeliharaan jenis (melindungi anak, merawat orang lemah).      Saran             Hendaknya sebagai seorang perawat, kita harus mampu mengembangkan keterampilan yang kita miliki dengan mampu untuk menyesuaikan diri dengan evolusievolusi yang terjadi pada dunia keperawatan itu sendiri. Dengan seringnya kita melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam setiap tindakan yang diambil, maka akan mudah bagi kita untuk menjawab semua keluhan-keluhan klien dengan didasari critical thinking yang memadai. 1. 1.      PENGERTIAN PARADIGMA KEPERAWATAN Paradigma merupakan pola atau skema yang mencoba mengorganisasikan atau menerangkan  suatu proses. Paradigma memiliki arti pengetahuan umum dimana didalamnya terdapat proses ilmiah umum yang secara historis mencerminkan berbagai keberhasilan dalam suatu disiplin. Paradigma keperawatan merupakan suatu pedoman yang menjadi acuan dan mendasari pelaksanaan praktek keperawatan diberbagai tatanan kesehatan. Seperti halnya definisi paradigma secara umum, maka paradigma keperawatan merupakan serangkaian konsep yang bisa sama dan terdapat dalam berbagai disiplin keilmuan lain, tetapi tidak memiliki definisi umum yang dapat berlaku secara universal. Paradigma ini terdiri dari empat komponen yaitu manusia, sehat dan kesehatan, masyarakat dan lingkungan, serta komponen keperawatan. 1. a.      Manusia Keperawatan meyakini dan menekankan dalam setiap kegiatan pelayanan keperawatannya bahwa manusia merupakan individu yang layak diperlakukan secara terhormat, dihargai keunikannya berdasarkan individualitas, dalam berbagai situasi, kondisi, dan sistem yang dapat mengancam kehormatan dan sifat kemanusiaannya. Perspektif keperawatan menjelaskan bahwa manusia merupakan pribadi-pribadi dan bukan obyek. Konseptualitas



keperawatan tentang manusia dapat dibuktikan melalui model-model keperawatan tentang kemanusiaan, penghargaan terhadap manusia, dan perasaan sebagai manusia, yang telah berlaku sejak lama. Meskipun  demikian, mengkonseptualisasikan manusia sebagai suatu sumber energi atau beberapa set  sistem perilaku, atau memperlakukan pikiran dan perasaan manusia sebagai lingkungan internal dapat menimbulkan keraguan keperawatan untuk menerangkan tentang manusia secara jelas. 1. b.      Sehat dan Kesehatan Definisi  sehat & kesehatan telah berubah dari kondisi seseorang yang bebas penyakit menjadi kondisi yang mampu mempertahankan individu untuk berfungsi secara konsisten, stabil dan seimbang dalam menjalani kehidupan sehari-hari melalui interaksi positif dengan lingkungan. Kesehatan dipandang juga sebagai sebuah kisaran antara sehat dan sakit dimana individu memiliki suatu nilai yang berharga tentang kesehatan dan bukan semata-mata suatu fenomena empiris tentang kondisi seseorang. Para teologis  berpendapat bahwa kesehatan bukan suatu elemen utama yang menjadi gambaran alami seorang individu, tetapi merupakan elemen tambahan bagi gambaran alami individu. Mereka menyatakan bahwa tingkat kesehatan individu dapat berbeda dan dapat dipersepsikan sebagai pelengkap yang bervariasi. Selain itu, makna kesehatan dikaitkan dengan dua elemen dasar proses kehidupan yaitu identitas diri dan perubahan diri. Komponen paradigma tentang sehat & kesehatan dapat berkembang menjadi suatu pemahaman tentang “terciptanya suatu kondisi fisik dan psikologis seseorang yang bebas dari tanda dan keluhan akibat terjadinya masalah kesehatan, dimana orang tersebut dapat tetap memperlihatkan kinerja aktif, dinamis, dan efektif serta kemampuan untuk menyesuaikan diri. terhadap setiap tantangan dan ancaman yang datang baik dari dalam dirinya sendiri maupun lingkungannya, dan berkemampuan untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan fisik, psikologis, sosial dan spmtualnya secara seimbang melalui upaya aktualisasi diri yang positif” . 1. c.       Masyarakat dan Lingkungan Masyarakat dan lingkungan merupakan komponen dalam paradigma keperawatan dimana setiap individu berinteraksi. Masyarakat dan lingkungan juga dianggap sebagai sumber terjadinya keadaan sakit (tidak sehat) dan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan atau kondisi sakit seseorang. Orem (Marriner-Tomey, 1994) mengidentifikasi bahwa hubungan antara individu dan Iingkungannya serta kemampuan individu untuk mempertahankan kesehatan dirinya dapat dipenagruhi oleh lingkungan dimana individu itu berada. Individu selalu berada pada lingkungan fisik,  psikologis, dan sosial. 1. d.      Keperawatan MenurutHenderson, keperawatan merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit,  yang dibutuhkan sampai pulih kembali atau menjelang ajal, dimana individu  tidak mampu melaksanakan kegiatan kehidupannya akibat ketidak mampuan, ketidak mauan,  dan ketidak-tahuan (Marriner-Tomey, 1994).  Asuhan keperawatan adalah pelayanan yang diberikan kepada klien (individu atau kelompok) yang sedang mengalami stress kesehatan – stress penyakit dimana situasi kehidupan yang seimbang menjadi



terganggu dan menghasilkan tekanan (biologis, psikologis, dan sosial) serta ketidaknyamanan. Keperawatan dapat dipandang sebagi suatu proses kegiatan dan juga sebagai suatu keluaran kegiatan, tergantung dari cara memandang dan perspektif pandangan. Sebagai proses serangkaian kegiatan, maka keperawatan perlu mengorganisasikan, mengatur, mengkoordinasikan serta mengarahkan berbagai sumber (termasuk  klien didalamnya) untuk digunakan seefektif dan efisien mungkin dalam rangka memenuhi kebutuhan klien. Selain itu, untuk mengatasi masalah-masalah aktual dan potensial klien melalui suatu bentuk pelayanan keperawatan yang menekankan pada pengadaan fasilitasi interaksi klien dan lingkungannya. Konseptualisasi keperawatan yang memfokuskan kepada proses interpersonal atau hubungan antar manusia telah mengarahkan keperawatan sebagai suatu pelayanan kesehatan yang menekankan pada hubungan saling menolong antar manusia.   1. II.                PARADIGMA KEPERAWATAN MENURUT BEBERAPA PAKAR 2. a.      Paradigma Keperawatan menurut Betty Neuman Manusia : Fokus model Neuman ini didasarkan pada philosophy bahwa manusia dipandang secara total sebagai suatu sistem yang multidimensional. 5 variabel subsistem manusia adalah :     



Fisiologi : merupakan struktur fisik dan biokimia serta fungsi tubuh manuasia Psikologis : adalah proses mental dan emosional manusia Sosio kultural : hubungan antara manusia, culture yang mendasari dan mempengaruhi aktivitas manusia Spiritual : kepercayaan Perkembangan : segala sesuatu proses yang berhubungan dengan perkembangan manusia sepanjang siklus kehidupannya



Lingkungan : Betty Neuman berpendapat bahwa lingkungan harus dilihat secara total. Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik lingkungan internal maupun eksternal, dimana di dalamnya manusia akan berinteraksi setiap saat. Interaksi manusia meliputi intrapersonal, interpersonal dan ekstrapersonal yang dapat mempengaruhi stabilitasnya sebagai suatu sistem. Neuman mengidentifikasi 3 jenis lingkungan :  



Lingkungan internal : adalah yang terdapat di dalam diri masing-masnig individu Lingkungan eksternal : segala sesuatu yang berada di lluar diri individu







Created environment (lingkungan yang diciptakan ) diartikan sebagai lingkungan yang terbentuk dan berkembang tanpa disadari oleh klien dan merupak simbol sistem secara keseluruhan



Kesehatan :             Neuman melihat bahwa kesehatan merupakan suatu kondisi dimana terdapat keserasian pada seluruh maupun sebagian variabel dalam diri klien. Menurutnya, sistem klien akan bergeser ke arah sakit dan kematian ketika banyak energi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, sedangkan sistem akan begeser ke arah kesehatan apabila energi yang dibutuhkan terpenuhi (Neuman, 1995). Keperawatan : Neuman memandang keperawatan sebagai suatu profesi yang unik yang konsentrasi/perhatiannya adalah terhadap semua variabel dalam diri klien disertai respon individu saat menghadapi suatu stressor. Keperawatan didefenisikan sebagai suatu tindakan untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (tercapainya stabilitas sistem individu untuk menurunkan stressor melalui serangkaian tindakan keperawatan).     1. b.      Paradigma Keperawatan menurut Dorothy E Johnson Manusia : Johnson berpendapat bahwa manusia memiliki dua sistem mayor yaitu sistem biologis dan sistem behavior. Pengobatan merupakan fokus untuk biologis sistem, sedangkan fokus keperawatan adalah behavioral system (sistem perilaku). Lingkungan : Lingkungan berhubungan dengan dimana individu berada, dimana perilaku individu dipengaruhi oleh hal-hal yang terjadi dilingkungannya. Kesehatan : Merupakan suatu keadaan dimana tercapai suatu respon yang adaptif secara fisik, mental, emosional dan sosial dari internal dan eksternal stimulus yang mencapai stabilitas dan kenyamanan. Keperawatan : Tujuan primer keperawatan adalah mempercepat tercapainya keadaan equilibrium dan perawat harus berkosentrasi pada semua kebutuhan klien secara terintegrasi, namun fokus utamanya adalah mempertahankan keseimbangan sistem perilaku ketika dalam keadaan sakit.



1. c.       Paradigma Keperawatan menurut Dorothea Orem Manusia : Orem memandang manusia secara total dan bersifat universal, dimana mereka membutuhkan perkembangan dan kemampuan perawatan diri sendiri secara berkelanjutan. Manusia merupakan suatu kesatuan dari fungsi biologi, simbolik dan sosial. Lingkungan : Lingkungan meliputi elemen lingkungan, kondisi lingkungan serta perkembangan lingkungan. Keperawatan : Menurut Orem, keperawatan adalah suatu seni, pelayanan/bantuan dan teknologi. Tujuan dari keperawatan adalah membuat pasien dan keluarganya mampu melakukan perawatan sendiri, diantaranya mempertahankan kesehatan, mencapai kondisi normal ketika terjadi kecelakaan atau bahaya, serta mengontrol, menstabilisasi dan meminimalisasi efek dari pnyakit/kondisi yang kronis atau kondisi ketidakmampuan. Kesehatan : Sehat adalah suatu kondisi ketika keseluruhan struktur dan fungsi saling terintegrasi dengan baik. Hal ini memungkinkan manusia mampu menghubungkan berbagai macam mekanisme secara psikologis, fisiologis serta melakukan interaksi dengan orang lain.   1. d.      Paradigma Keperawatan menurut Sister Calista Roy Manusia : Roy mengungkapkan bahwa manusia merupakan suatu sistem adaptif. Manusia dipandang sebagai makhlik bio-psiko-spiritual yang selalu berinteraksi dengan perubahan lingkungan, serta berinteraksi dengan menggunakan inisiasi bawaan dan mekanisme di dapat. Mereka termasuk individu, grup, keluarga, organisasi, komunitas. Lingkungan – Stimulus : Roy membedakan 3 jenis lingkungan, yaitu : a. Fokal : mencakup lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi manusia b. Kontekstual : adalah semua stimulus pada setiap situasi yang berkontribusi memberikan pengaruh terhadap lingkungan fokal. c. Residual : adalah faktor yang efeknya tidak jelas dalam suatu kondisi



Menurut Roy, semua kondisi lingkungan tersebut akan mempengaruhi perkembangan dan perilaku manusia. Kesehatan : Manusia dikatakan berada dalam suatu rentang sehat dan sakit, yang merupakan suatu dimensi yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Keperawatan : Tujuan keperawatan adalah untuk meningkatkan kemampuan individu dan keluarga terhadap 4 model adaptif, yang berkontribusi terhadap kesehatan, kualitas kehidupan, kematian dengan bermartabat dengan mengkaji perilaku dan faktor kemampuan adaptif. 1. e.       Paradigma Keperawatan menurut Imogene King Manusia : Menurut King, manusia merupakan makhluk sosial yang rasional dan selalu ingin tahu. Manusia memiliki kemampuan untuk berfikir, berpersepsi, perasaan, memilih dan menetapkan tujuan, serta membuat keputusan. Karena itu, manusia memiliki 3 kebutuhan dasar : - Manusia membutuhkan informasi kesehatan yang dapat digunakannya - Manusia membutuhkan pencegahan terhadap sakit - Manusia membutuhkan perawatan saat ia mengalami sakit Lingkungan :       Lingkungan merupakan latarbelakang interaksi manusia, terdiri atas : - Lingkungan Internal : didalamnya terdapat transformasi energi yang akan memungkinkan manusia untuk mengatur perubahan lingkungan eksternal - Lingkungan Eksternal : meliputi organisasi formal dan informal. Keperawatan merupakan bagian dari lingkungan klien. Kesehatan : Menurut King, kesehatan adalah suatu pengalaman dinamis pada kehidupan manusia, dimana hal tersebut merupakan penyesuaian terhadap adanya stressor lingkungan baik internal maupun eksternal dengan menggunakan sumber-sumber optimum sehingga dicapai potensi yang maksimum dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Keperawatan :



Keperawatan didefenisikan sebagai proses aksi, reaksi dan interaksi antara perawat dan klien yang saling tukar menukar informasi tentang persepsi keduanya dan kondisi keperawtan. Proses interaksi perawat-klien melibatkan komunikasi, menentukan tujuan, eksplorasi dan menyetujui makna dari tujuan. - Aksi : didefenisikan sebagai perilaku mental dan phisic - Reaksi : perilaku tidak spesifik, tapi bergantung pada perilaku aksi - Tujuan keperawatan : membantu individu untuk mempertahankan kesehatan agar perannya dapat berfungsi 1. III.             PERBEDAAN MENDASAR 5 PARADIGMA KEPERAWATAN Berdasarkan pada apa yang telah dipaparkan diatas, jika dicermati maka terdapat beberapa perbedaan mendasar pandangan ahli dalam menyikapi paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 komponen yaitu manusia, lingkungan, sehat sakit dan keperawatan itu sendiri. 1. Menurut Neuman Neuman memandang manusia sebagai makhluk yang multidimensi, karena itu keperawatan harus berkonsentrasi terhadap seluruh aspek dari manusia. Keperawatan harus memperhatikan lingkungan internal maupun eksternal manusia, termasuk lingkungan yang tercipta dari interaksi manusia dengan lingkungan itu sendiri. Neuman memandang bahwa kesehatan adalah suatu keseimbangan antara seluruh aspek yang terdapat dalam diri manusia. 2. Menurut Johnson Johnson memandang manusia memiliki 2 aspek dasar yaitu aspek biologis dan aspek perilaku, dan kosentrasi/fokus utama keperawatan adalah mempertahankan keseimbangan sistem perilaku manusia. 3. Menurut Orem Orem juga memandang manusia sebagai makhluk universal yang membutuhakan perawatan sendiri sepanjnag kehidupannya, karena itu fokus utama keperawatan menurut orem adalah membuat manusia (individu, keluarga, masyarakat) mampu melakukan perawatan sendiri. 4. Menurut Roy Manusia dipandang sebagai makhluk yang adaptif, dan selalu berinterkasi dengan lingkungannya. Untuk itu tujuan utama keperawatan adalah meningkatkan respon adaptif manusia yang nantinya akan berkontribusi dalam kehidupannya. 5. Menurut King Manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu ingin tahu dan memiliki potensi untuk membuat keputusan sendiri. Fokus utama keperawatan adalah pada sharing informasi antara perawatan dan klien.



  1. IV.             HUBUNGAN KONSEP TEORI PARADIGMA DENGAN FALSAFAH KEPERAWATAN Falsafah keperawatan adalah filosofi atau dasar yang masih bersifat abstrak dalam menjelaskan suatu konsep dalam keilmuan termasuk dalam keperawatan. Sedangkan paradigma sudah mulai merupakan suatu penjabaran terhadap apa yang terkandung didalam filosofi keperawatan, sehingga paradigma keperawatan dapat dijadikan suatu cara perawat memandang permasalahan yang ada dalam disiplin keperawatan. Jadi lahirnya sebuah paradigma keperawatan harus berdasarkan falsafah keperawatan.   1. V.                PENERAPAN PARADIGMA KEPERAWATAN DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN Sebagai suatu profesi yang berbeda dengan profesi lain, keperawatan haruslah memiliki suatu cara pandang yang berbeda dalam menyikapi setiap permasalahan yang ada dalam profesinya. Dalam memberikan asuhan keperawatan yang merupakan bentuk pelayanan profesional keperawatan, hendaknya perawat harus memperhatikan seluruh aspek yang termasuk dalam paradigma keperawatan, yaitu manusia sebagai makhluk holistik dan unik dengan segala macam kebutuhannya, lingkungan internal mapun eksternal yang didalamnya terdapat stressor-stressor yang akan mempengaruhi kondisi sehat dan sakitnya manusia. Sehingga keperawatan harus berperan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan membantu manusia berada dalam rentang kesehatan yang optimal. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistik, perawat juga hendak nya mengaplikasikan paradigma keperawatan yang tepat yang telah dikemukakan oleh para ahli disesuaikan dengan kondisi pasien, sehingga tujuan asuhan keperawatan akan tercapai. Sebagai contoh dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap, perawat menggunakan paradigma yang dikemukakan oleh Orem dimana perawat membagi pasien berdasarkan tingkat kemandirian pasien, sehingga asuhan  keperawatan dapat berjalan dengan maksimal dan efisien.                



                                            DAFTAR PUSTAKA Ali, Zaidin. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika. Hidayat, A Aziz Alimul. 2002. Pengantar Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.



Potter and Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC:Jakarta. Nicoll, L. H. (1992). Perspectives on nursing theory. Second  edition. Philadelphia: J. B. Lippincott Company. Marriner-Tomey, A. (2004). Nursing theorists and their work. Sixth edition. St. Louis: Mosby Company.