Sejarah Kesehatan Mental Doc [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KESEHATAN MENTAL Tentang



Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental



Oleh: Kelompok II



Dewi Sugiarti



1415040037



Saidatul Hadawiyah



1415040038



Dosen Pembimbing:



Dra. Hasneli, M. Ag



JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM (A) FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) IMAM BONJOL PADANG 2017 M / 1437 H



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mental adalah salah satu kajian psikologi sekaligus agama. Dalam berbagai perspektif, kesehatan mental memiliki arti yang berbeda namun tetap sama dalam hal kesesuaian dengan diri sendiri dan lingkungan. Dalam pandangan agama, terutama islam kesehatan mental adalah kebutuhan utama bagi manusia yang mulia. Dalam perkembangannya, kesehatan mental adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia pada umumnya. Kesehatan mental muncul sebagai bentuk kepedulian dari para penderitanya yang beranjak normal. Untuk mengetahui pembahasan dan ruang lingkup, kita perlu mengkaji sejarah perjalanan kesehatan mental hingga tumbuh menjadi ilmu yang kini setara dengan ilmu medis. Para tokohnya terdiri dari tokoh agama islam, filsafat, sains, psikologi, medis dan psikiatri. Sehingga pembahasannya sangat kompleks, dan akan menguak beberapa sisi sesungguhnya dari awal kemunculan namun tidak sesuai dengan kenyataan yang tergambarkan saat ini. Bahwa sebenarnya awal dari lagirnya kesehatan mental dimulai dari peradaban Islam, ditemukan oleh ilmuwan islam. Untuk membahas lebih lanjut, maka simaklah dalam pembahasan makalah berikut. B. Rumusan Masalah Beberapa topik yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Bagaimana latar belakang sejarah kesehatan mental? 2. Bagaimana latar belakang diakuinya kesehatan mental sebagai ilmu yang berdiri sendiri? 3. Bagaimana kesehatan mental dalam sejarah keilmuan islam?



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI ............................................................................................................ BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................................. BAB II. PEMBAHASAN A. Latar Belakang Sejarah Kesehatan Mental ........................................ 1. Masa Animisme (Demonologi)......................................................... 2. Masa Naturalisme ............................................................................ 3. Tahap Revolusi Mental .................................................................... 4. Tahap Pengenalan Psikologis ........................................................ 5. Perkembangan Kesehatan Mental Era Modern ............................ B. Diakuinya Kesehatan Mental Sebagai Ilmu yang Berdiri Sendiri ... C. Kesehatan Mental Dalam Sejarah Keilmuan Islam ........................... BAB III. PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................ B. Saran ....................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA



BAB I



i



1 1 2 2 2 3 4 5 7 8 10 10



PEMBAHASAN A. Latar Belakang Sejarah Kesehatan Mental 1. Masa Animisme (Demonologi) Sejak zaman dulu, sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif animisme. Ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang primitif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun, batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam benda-benda tersebut (Adityawarman, 2010: 1). Masa ini disebut juga dengan istilah demonologi, yang terkenal pada masa peradaban Yunani kuno. Demonologi merupakan suatu doktrin yang menyebutkan bahwa perilaku abnormal seseorang disebabkan oleh pengaruh roh jahat atau kekuatan setan. Demonologi ditemukan dalam budaya Cina, Mesir dan Yunani. Pada zaman Yunani Kuno, orang-orang yang berperilaku abnormal sering dikirim ke kuil untuk persembahan pada Aesculapius, yaitu Dewa Penyembuhan (Fakhrurrozi, 2014: 6). Bangsa Yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi akibat kegiatan yang menentang kekuatan gaib tersebut. Sehingga bentuk penanganannya tidak ilmiah, dan kurang manusiawi seperti upacara ritual, penyiksaan, dan perlakuan tertentu terhadap penderita dengan maksud mengusir roh jahat dari dalam tubuh penderita (Kartika, 2012: 13). Pada masa ini seluruh doktrin berasal dari kaum gereja, dan terus berlangsung hingga awal abad pertengahan (5-7 SM). 2. Kemunculan Naturalisme (Ilmu Medis) Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (Abad 5 SM). Dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan menggunakan pendekatan ”Naturalisme”. Aliran ini berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik merupakan akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit.



Hippocrates (Bapak Kedokteran; penemu ilmu medis modern) memisahkan ilmu medis dari agama, magic dan takhyul. Ia menolak keyakinan yang berkembang pada masa Yunani itu bahwa Tuhan (dewa) mengirimkan penyakit fisik dan gangguan mental sebagai bentuk hukuman. Hippocrates menjelaskan tentang pentingnya otak dalam mempengaruhi pikiran, perilaku dan emosi manusia. Menurutnya, otak adalah pusat kesadaran, pusat intelektual dan emosi. Sehingga jika cara berpikir dan perilaku seseorang menyimpang atau terganggu berarti ada suatu masalah pada otaknya (otaknya terganggu) (Fakhrurrozi, 2014: 9). Selain Hippocrates, ada juga dokter dari Roma yang mencoba memberikan penjelasan naturalistik tentang gangguan psikotik. Mereka adalah Asclepiades dan Galen. Keduanya mendukung perlakuan yang lebih manusiawi dan perawatan di rumah sakit bagi para penderita gangguan mental. Kematian Galen (130 – 200 M), sebagai dokter terakhir pada masa klasik Yunani menandai dimulainya Zaman Kegelapan bagi dunia medis dan bagi perawatan serta studi tentang perilaku abnormal (Fakhrurrozi, 2014: 13). Dunia kembali didoktrin oleh pengaruh gereja (400-1500 M), gangguan mental kembali dihubungkan dengan pengaruh spiritual dan supranatural (Demonologi). 3. Tahap Revolusi Mental (Masa Renaissance) Rennaisance bermula di Italia pada tahun 1400-an (abad ke-17) dan menyebar secara berangsur-angsur ke seluruh Eropa. Zaman ini dianggap sebagai



peralihan



dari



dunia



pertengahan



menuju



dunia



modern



(Fakhrurrozi, 2014: 16). Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783 (Adityawarman, 2010: 2). Ketika itu, Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staff medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini, ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang-orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu,



sedikit sekali pengetahuan tentang penyakit kegilaan tersebut, dan kurang mengetahui cara menyembuhkannya. Sebagai akibatnya, pasien-pasien tersebut dikurung dalam sel yang kurang sekali alat ventilasinya, dan mereka sekali-sekali diguyur dengan air. Rush melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orangorang yang menderita gangguan mental tersebut. Cara yang ditempuhnya adalah dengan melalui penulisan artikel-artikel dalam koran, ceramah, dan pertemuan-pertemuan lainnya. Akhirnya, setelah usaha itu dilakukan (selama 13tahun), yaitu pada tahun 1796, di rumah mental, ruangan ini dibedakan untuk pasien wanita dan pria. Secara berkesenimbungan, Rush mengadakan pengobatan kepada para pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan (Adityawarman, 2010: 2). Tokoh lain yang juga berperan dalam revolusi Amerika dan Prancis sebagai bagian dari tahap renaissance adalah Philipe Pinel (1745-1826). Ia membebaskan



pasien



dari



ikatan



rantai



dan



pasung



kemudian



memperlakukannya sebagai seorang yang sakit dan tidak diperlakukan seperti seekor hewan. Pinel mengubah rumah sakit yang digunakan sebagai tempat pemasungan, menjadi tempat untuk dilaksanakannya treatment bagi para pasien sakit mental. Perkembangan psikologi abnormal dan pskiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya ”mental hygiene” yang berkembang menjadi suatu ”Body of Knowledge”beserta gerakan-gerakan yang terorganisir. 4. Tahap Pengenalan Psikologis (Abad 20) Merupakan Revolusi Kesehatan Mental ke-2, munculnya pendekatan psikologis



(Psikoanalisa)



yang



mempelopori



penanganan



penderita



gangguan mental secara medis dan psikologis pada tahun 1909. Tokoh utamanya adalah Sigmund Freud, yang melakukan penanganan hipnose, katarsis, asosiasi bebas, analisis mimpi. Tujuannya adalah mengatasi masalah



mental individu dengan menggali konflik intrapsikis penderita



gangguan me ntal. Intervensi tersebut di kenal dengan istilah penanganan klinis (psikoterapi). Pada tahun 1910 Emil Kraeplin pertama kali menggambarkan penyakit alzheimer, dan mengembangkan alat tes untuk mendeteksi gangguan epilepsi. Ia juga ahli psikologi yang menyusun klasifikasi gangguan mental pertama (Kartika, 2012: 13). Pada tahun 1920-an Harry Stack Sullivan yang mengawasi pasien skizofrenia, menunjukkan adanya pengaruh lingkungan teraupetik ketika pasien dapat dikembalikan ke masyarakat. 5. Perkembangan Kesehatan Mental Era Modern Mulai berkembang setelah Perang Dunia II, merupakan revolusi ke-3. Kesehatan mental dipandang tidak hanya dari segi psikologis dan medis, tetapi melibatkan faktor interpersonal, keluarga, masyarakat, dan hubungan sosial. Interaksi semua faktor tersebut diyakini mempengaruhi kesehatan mental individu dan masyarakat (Kartika, 2012: 14). Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Dorothea Lynde Dix adalah seorang guru sekolah di Massachussets, yang menaruh perhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagai perintis selama 40 tahun, dia berjuang untuk memberikan pengorbanan terhadap orang-orang gila secara lebih manusiawi. Usahanya mula-mula diarahkan pada para pasien mental di rumah sakit. Kemudian diperluas kepada para penderita gangguan mental yang dikurung di rumah-rumah penjara. Pekerjaan Dix ini merupakan faktor penting



dalam



membangun



kesadaran



masyarakat



umum



untuk



memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan mental. Berkat usaha kerasnya itu, di Amerika Serikat didirikan 32 rumah sakit jiwa. Dia layak



mendapat pujian sebagai salah seorang wanita hebat di awal abad ke-19 (Adityawarman, 2010: 3). Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama dekade 1900-1909, beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti American Social Hygiene Associatin (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene. Perkembangan gerakan-gerakan di bidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Karena jasa-jasanya itulah, dia dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene Movement”. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi. Dedikasi Beers yang begitu kuat dalam kesehatan mental dipengaruhi oleh pengalamannya sebagai pasien di beberapa rumah sakit jiwa yang berbeda. Selama di rumah sakit, dia mendapatkan pelayanan atau pengobatan yang keras dan kasar (kurang manusiawi). Kondisi seperti ini terjadi karena pada masa itu belum ada perhatian terhadap masalah gangguan mental, apalagi pengobatannya. Setelah dua tahun mendapatkan perawatan di rumah sakit, dia mulai memperbaiki dirinya. Selama tahun terakhirnya sebagai pasien, dia mulai mengembangkan gagasan untuk membuat gerakan untuk melindungi orangorang yang mengalami gangguan mental (insane). Setelah dia kembali dalam kehidupan yang normal (sembuh dari penyakitnya), pada tahun 1908, dia



menindaklanjuti



gagasannya



dengan



mempublikasikan



tulisan



autobiografinya yang berjudul A Mind That Found It Self. Kehadiran buku ini disambut baik oleh Willian James, sebagai seorang pakar psikologi. Dalam buku ini, dia memberikan koreksi terhadap program pelayanan, perlakuan atau ”treatment” yang diberikan kepada para pasien di rumah sakit yang dipandangnya kurang manusiawi. Di samping itu, dia merupakan reformator terhadap lembaga yang memberikan perawatan gangguan mental. Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan



mental dapat dicegah atau disembuhkan. Dia merancang suatu program yang bersifat nasional, yang tujuannya adalah (Adityawarman, 2010: 3): 1. Mereformasi program perawatan dan pengobatan terhadap pengidap penyakit jiwa. 2. Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa. 3. Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan obat gangguan mental. 4. Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental. Program Beers ini ternyata mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama kalangan para ahli seperti William James dan seorang psikiatris ternama, Adolf Mayer. Begitu tertariknya terhadap gagasan Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk menamai gerakan itu dengan nama ”Mental Hygiene”. Istilah itulah yang digunakan hingga saat ini. B. Diakuinya Kesehatan Mental Sebagai Ilmu yang Berdiri Sendiri Belum lama setelah buku autobiografi Beers yang berjudul A Mind That Found It Self diterbitkan pada tahun 1908, sebuah organisasi pertama didirikan, bernama ”Connectievt Society For Mental Hygiene”. Satu tahu kemudian, didirikanlah ”National Commite Society For Mental Hygiene”, dan Beers diangkat menjadi sekretarisnya. Organisasi ini bertujuan: 1. Melindungi kesehatan mental masyarakat 2. Menyusun standard perawatan para pengidap gangguan mental 3. Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagi aspek yang terkait dengannya 4. Menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan penobatannya 5. Mengkoordinasikan lembaga-lembaga perawatan yang ada. Secara



hukum,



gerakan



kesehatan



mental



ini



mendapatkan



pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika



Serikat menandatangani ”The National Mental Helath Act. Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut meliputi: 1. Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, inevestigasi, eksperimen penanganan kasus-kasus, diagnosis dan pengobatan 2. Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan



kegiatan



penelitian



dan



meningkatkan



kegiatan



dan



mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya 3. Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental 4. Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan obat terhadap para pengidap gangguan mental. Pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya ”National Association For Mental Health” yang bekerjasama dengan tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu ”National Committee For Mental Hygiene”, ”National Mental Health Foundation”, dan”Psychiatric Foundation”. Gerakan kesehatan mental ini terus berkembang sehingga pada tahun 1075 di Amerika Serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui ”The World Federation For Mental Health” dan“The World Health Organization” (Adityawarman, 2010: 4). C. Kesehatan Mental Dalam Sejarah Keilmuan Islam Di dalam bidang kedokteran, maupun kesehatan mental sebagai salah satu disiplin ilmu yang menyertainya dan tidak dapat dipisahkan. Dunia Islam pada masa lampau maupun sekarang banyak menghasilkan tokoh-tokoh yang ahli dalam bidang ini, antara lain seperti Ibnu Sinna, Ibnu Thufayl, Ibnu Nafis, al- Ghaffiki, Bahjat Mustafa Efendi, Daud al-Antaki, dan sebagainya. Para tokoh tersebut merupakan tokoh yang terkemuka di dalam dunia kedokteran serta kesehatan mental. Akan tetapi, kajian tentang kesehatan mental telah jauh



ada dan dicetuskan oleh seorang tokoh Islam bernama Zakariyya ar-Razi (251 H sebelum datangnya era Ibnu Sinna sampai sekarang). Masa ar-Razi merupakan era pengkodifikasian ilmu-ilmu medis, baik dari al-Qur’an dan al-Hadits maupun pengetahuan Timur dan Barat seperti India, Persia dan Yunani terus dilakukan dan dikembangkan di kota-kota besar Islam. Ar-Razi adalah orang pertama yang menemukan air raksa (Hg), sebelum Alexei Mikhailovitsy (1629-1676 M), beliau juga orang pertama yang menyatakan bahwa kondisi jasmani dari seseorang banyak terpengaruhi oleh kestabilan jiwa yang dimiliki orang tersebut. Kestabilan jiwa yang dimiliki seseorang ditentukan oleh determinan lingkungannya. Karena itu, untuk mempercepat proses penyembuhan seseorang pasien, maka haruslah dilakukan upaya-upaya dalam bentuk terapi fisik (seperti dengan pengenalan aroma terapi dan relaksasi), terapi non fisik (kaitannya dengan agama), serta pemilihan lingkungan yang tepat guna mendukung terjadinya proses penyembuhan (Adityawarman, 2010: 5). Pada perkembangan selanjutnya, pemikiran ar-Razi tentang kesehatan jasmani yang berakar pada kesehatan mental atau jiwa juga dikembangkan oleh tokoh-tokoh besar setelahnya seperti Ibn Sina, Ibn Thufayl dan al-Ghaffiki. Pada masa hidupnya, ar-Razi juga telah menghasilakan beberapa karyanya, yaitu seperti Ath-Thib al-Mansuri, the Comprehenssive Book, al-Kimya, alHawi dan Qanun Fiqh Thibb. Jauh sebelum Barat mengenal metode penyembuhan penyakit jiwa berikut tempat perawatannya, pada abad ke-8 M di Kota Baghdad, menurut Syed Ibrahim B PhD dalam bukunya berjudul "Islamic Medicine: 1000 years ahead of its times“, rumah sakit jiwa atau insane asylums telah didirikan para dokter dan psikolog Islam beberapa abad sebelum peradaban Barat menemukannya (Fakhrurrozi, 2014: 20). Hampir semua kota besar di dunia Islam pada era keemasan telah memiliki rumah sakit jiwa. Selain di Baghdad ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah insane asylum juga terdapat di kota Fes, Maroko. Di Kairo Mesir pada tahun 800 M, dan abad ke-13 M, kota Damaskus dan Aleppo, Suriah juga telah memiliki rumah sakit jiwa.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah kesehatan mental sebenarnya telah dimulai pada masa peradaban Islam. Pada masa itu ilmuwan muslim telah mengembangkan praktik penyembuhan bagi manusia yang mengalami gangguan jiwa. Bahkan teknik penyembuhan dan treatment telah dilakukan pada beberapa rumah sakit jiwa (insane asylum) di setiap pusat kota Islam. Salah satu tokoh pendirinya adalah ar-Razi, lalu dilanjutkan oleh ilmuwan medis seperti ibnu Sina. Di peradaban barat, beberapa abad setelah peradaban Islam berjaya. Sakit mental mulai dikenal oleh bangsa Yunani, namun penanganannya tidak ilmiah karena keyakinan mereka terhadap kekuatan gaib. Keadaan itu terus berlangsung hingga muncul tokoh medis Hipocrates, dan pemerhati kesehatan mental pertama dari Roma yaitu Ganel. Namun setelah Ganel meninggal, dunia ilmiah menjadi gelap, karena dikuasai oleh doktrin gereja. Setelah renaissance pada abad ke-17, barulah bermunculan tokoh-tokoh psikologi dan psikiatri. Seperti Sigmund Freud, Kraeplin, Harry Sullivan, dan pencetus mental hygiene yaitu Adolf Meyer. Hingga kesehatan mental dikukuhkan secara resmi sebagai ilmu pengetahuan oleh presiden Amerika pada tahun 1946. B. Saran Sejarah bukan hanya untuk dijadikan pelajaran atau kenangan, adakalanya sejarah adalah sesuatu yang harus kita wujudkan di masa depan. Karena sejarah islam adalah yang paling baik dari masa sesudahnya.



DAFTAR PUSTAKA Adityawarman, Indra. 2010. Sejarah Perkembangan Gerakan Kesehatan Mental. Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 4 No. 1 Januari-Juni 2010. Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto. Fakhrurrozi, M. 2014. Modul Kesehatan Mental. Kartika. S, D. 2012. Kesehatan Mental. Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, UNDIP Semarang. Yusuf, Syamsu. 2004. Mental Hygiene Perkembangan Kesehatan Mental dalam Kajian Psikologi dan Agama. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.