Sejarah Kota Palembang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Sejarah Kota Palembang [Awal] [Sebelumnya] Halaman 1 / 9 [Selanjutnya] [Akhir]



Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1382 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut Prasasti yang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Palembang. Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan. Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang yang tergenang oleh air (data Statistik 1990). Berkemungkinan karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang kota ini menamakan kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan; sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air. Kondisi alam ini bagi nenek moyang orang-orang Palembang menjadi modal mereka untuk memanfaatkannya. Air menjadi sarana transportasi yang sangat vital, ekonomis, efisien dan punya daya jangkau dan punya kecepatan yang tinggi. Selain kondisi alam, juga letak strategis kota ini yang berada dalam satu jaringan yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan wilayah:   



Tanah tinggi Sumatera bagian Barat, yaitu : Pegunungan Bukit Barisan. Daerah kaki bukit atau piedmont dan pertemuan anak-anak sungai sewaktu memasuki dataran rendah. Daerah pesisir timur laut.



Ketiga kesatuan wilayah ini merupakan faktor setempat yang sangat mementukan dalam pembentukan pola kebudayaan yang bersifat peradaban. Faktor setempat yang berupa jaringan dan komoditi dengan frekuensi tinggi sudah terbentuk lebih dulu dan berhasil mendorong manusia setempat menciptakan pertumbuhan pola kebudayaan tinggi di Sumatera Selatan. Faktor setempat inilah yang membuat Palembang menjadi ibukota Sriwijaya, yang merupakan kekuatan politik dan ekonomi di zaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kejayaan Sriwijaya diambil oleh Kesultanan Palembang Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani dikawasan Nusantara



Sriwijaya, seperti juga bentuk-bentuk pemerintahan di Asia Tenggara lainnya pada kurun waktu itu, bentuknya dikenal sebagai Port-polity. Pengertian Port-polity secara sederhana bermula sebagai sebuah pusat redistribusi, yang secara perlahan-lahan mengambil alih sejumlah bentuk peningkatan kemajuan yang terkandung di dalam spektrum luas. Pusat pertumbuhan dari sebuah Polity adalah entreport yang menghasilkan tambahan bagi kekayaan dan kontak-kontak kebudayaan. Hasil-hasil ini diperoleh oleh para pemimpin setempat. (dalam istilah Sriwijaya sebutannya adalah datu), dengan hasil ini merupakan basis untuk penggunaan kekuatan ekonomi dan penguasaan politik di Asia Tenggara. Ada tulisan menarik dari kronik Cina Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau Ju-Kua pada abad ke 14, menceritakan tentang Sriwijaya sebagai berikut :Negara ini terletak di Laut selatan, menguasai lalu lintas perdagangan asing di Selat. Pada zaman dahulu pelabuhannya menggunakan rantai besi untuk menahan bajak-bajak laut yang bermaksud jahat. Jika ada perahu-perahu asing datang, rantai itu diturunkan. Setelah keadaan aman kembali, rantai itu disingkirkan. Perahu-perahu yang lewat tanpa singgah dipelabuhan dikepung oleh perahu-perahu milik kerajaan dan diserang. Semua awak-awak perahu tersebut berani mati. Itulah sebabnya maka negara itu menjadi pusat pelayaran. Tentunya banyak lagi cerita, legenda bahkan mitos tentang Sriwijaya. Pelaut-pelaut Cina asing seperti Cina, Arab dan Parsi, mencatat seluruh perisitiwa kapanpun kisah-kisah yang mereka lihat dan dengan. Jika pelaut-pelaut Arab dan Parsi, menggambarkan keadaan sungai Musi, dimana Palembang terletak, adalah bagaikan kota di Tiggris. Kota Palembang digambarkan mereka adalah kota yang sangat besar, dimana jika dimasuki kota tersebut, kokok ayam jantan tidak berhenti bersahut-sahutan (dalam arti kokok sang ayam mengikuti terbitnya matahari). Kisah-kisah perjalanan mereka penuh dengan keajaiban 1001 malam. Pelaut-pelaut Cina mencatat lebih realistis tentang kota Palembang, dimana mereka melihat bagaimana kehiduapan penduduk kota yang hidup diatas rakit-rakit tanpa dipungut pajak. Sedangkan bagi pemimpin hidup berumah ditanah kering diatas rumah yang bertiang. Mereka mengeja nama Palembang sesuai dengan lidah dan aksara mereka. Palembang disebut atau diucapkan mereka sebagai Po-lin-fong atau Ku-kang (berarti pelabuhan lama).Setelah mengalami kejayaan diabad-abad ke-7 dan 9, maka dikurun abad ke-12 Sriwijaya mengalami keruntuhan secara perlahan-lahan. Keruntuhan Sriwijaya ini, baik karena persaingan dengan kerajaan di Jawa, pertempuran dengan kerajaan Cola dari India dan terakhir kejatuhan ini tak terelakkan setelah bangkitnya bangkitnya kerajaankerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam yang tadinya merupakan bagianbagian kecil dari kerajaan Sriwijaya, berkembang menjadi kerajaan besar seperti yang ada di Aceh dan Semenanjung Malaysia.



Kota Palembang Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas



Untuk kegunaan lain dari Palembang, lihat Palembang (disambiguasi).



Kota Palembang Sumatera



Sumatera Selatan



Pemandangan Kota Palembang.



Lambang



Semboyan: Palembang Kota BARI (Bersih, Aman, Rapi, dan Indah) Julukan: "Bumi Sriwijaya"



Lokasi Kota Palembang di Pulau Sumatera



Kota Palembang Lokasi Kota Palembang di Pulau Sumatera



Koordinat: Negara Hari jadi



2°59′27.32″S 104°45′23.68″E



Indonesia 17 Juni 688 (usia 1326)



Pemerintahan • Walikota



H. Harnojoyo, S.Sos walikota definitif sejak 10 September 2015



Area • Total



358.55 km2 (138.44 mil²)



Populasi (2012)[1] • Total



1,708,413 jiwa



• Kepadatan



4,764.78/km2(12,340.7/sq mi)



Demografi • Suku bangsa



Palembang, Musi, Komering,Pasemah, Semendo,Lampung, Batak,Minangkabau , Suku Melayu,Sunda, Aceh[2]



• Agama



Islam (93,08%), Kristen(1,97%), Katolik (1,16%),Hindu (0,05%), Buddha(3,41%), Kong Hu Cu(0,04%), Lain-Lain (0,28%)[3]



• Bahasa



Palembang, Bahasa Musi,Indonesia, Jawa, Sunda,Batak



Zona waktu



WIB (UTC+7)



Kode telepon



+62 711



Kecamatan



16



Desa/keluraha n



107



Situs web



www.palembang.go.id



Kota Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang adalah kota terbesar kedua di Sumatera setelahMedan. Kota Palembang memiliki luas wilayah 358,55 km²[4] yang dihuni 1,7 juta orang dengan kepadatan penduduk 4.800 per km². Diprediksikan pada tahun 2030 mendatang Kota ini akan dihuni 2,5 Juta orang. Sejarah Palembang yang pernah menjadi ibu kota kerajaan bahari Buddha terbesar di Asia Tenggara pada saat itu, KerajaanSriwijaya, yang mendominasi Nusantara dan Semenanjung Malaya pada abad ke-9 juga membuat kota ini dikenal dengan julukan "Bumi Sriwijaya". Berdasarkan prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota pada tanggal 17 Juni 688 Masehi menjadikan kota Palembang sebagai kota tertua di Indonesia. Di dunia Barat, kota Palembang juga dijuluki Venice of the East ("Venesia dari Timur").



Kota ini dianggap sebagai salah satu pusat dari kerajaan Sriwijaya,[6] Serangan Rajendra Chola dari Kerajaan Chola pada tahun 1025, menyebabkan kota ini hanya menjadi pelabuhan sederhana yang tidak berarti lagi bagi para pedagang asing.[6] Selanjutnya berdasarkan kronik Tiongkok nama Pa-lin-fong yang terdapat pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178 oleh Chou-Ju-Kua dirujuk kepada Palembang.[7][8] Berdasarkan kisah Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan disebutkan seorang tokoh dari Kediri yang bernama Arya Damar sebagai bupati Palembang turut serta menaklukan Bali bersama dengan Gajah Mada Mahapatih Majapahit pada tahun 1343.[9] Pada awal abad ke-15, kota Palembang diduduki perompak Chen Zuyi yang berasal dari Tiongkok. Armada bajak laut Chen Zuyi kemudian ditumpas oleh Laksamana Cheng Ho pada tahun 1407.



Kemudian sekitar tahun 1513, Tomé Pires seorang apoteker Portugis menyebutkan Palembang,[10] telah dipimpin oleh seorang patih yang ditunjuk dari Jawa yang kemudian dirujuk kepada kesultanan Demak serta turut serta menyerang Malaka yang waktu itu telah dikuasai oleh Portugis. Palembang muncul sebagai kesultanan pada tahun 1659 dengan Sri Susuhunan Abdurrahman sebagai raja pertamanya.[11]Namun pada tahun 1823 kesultanan Palembang dihapus oleh pemerintah Hindia-Belanda.[12] Setelah itu Palembang dibagi menjadi dua keresidenan besar dan pemukiman di Palembang dibagi menjadi daerah Ilir dan Ulu.



Jembatan Ampera, ikon Kota Palembang.



Gambar Palembang pada tahun 1659



Pada tanggal 27 September 2005, Kota Palembang telah dicanangkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono sebagai "Kota Wisata Air" seperti Bangkok di Thailanddan Phnom Penh di Kamboja. Tahun 2008 Kota Palembang menyambut kunjungan wisata dengan nama "Visit Musi 2008". Palembang baru saja menjadi salah satu kota pelaksana pesta olahraga olahraga dua tahunan se-Asia Tenggara yaitu SEA Games XXVII Tahun 2011.



Keadaan geografis[sunting | sunting sumber]



Letak geografis[sunting | sunting sumber]



Secara geografis, Palembang terletak pada 2°59′27.99″LS 104°45′24.24″BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah 358,55 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Letak Palembang cukup strategis karena dilalui oleh jalan Lintas Sumatera yang menghubungkan antar daerah di Pulau Sumatera. Palembang sendiri dapat dicapai melalui penerbangan dari berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta (Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air), Batam (Wings Air, Sky Aviation, Citilink), Bandung (Indonesia Airways), Lampung (Merpati), Pangkal Pinang (Sriwijaya Air), Tanjung Pandan (Sky Aviation), Medan (Garuda Indonesia), Kuala Lumpur (Air Asia), Singapore (Silk Air). Selain itu di Palembang juga terdapat Sungai Musi yang dilintasi Jembatan Ampera dan berfungsi sebagai sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah.



Iklim dan topografi[sunting | sunting sumber] [sembunyikan]Data iklim Palembang Bulan



Jan



Feb



Mar



Apr



Mei



Jun



Jul



Rata-rata tertinggi °C (°F)



29 (85)



30 (86)



31 (87)



31 (88)



31 (88)



31 (88)



31 (88)



Rata-rata terendah °C (°F)



24 (75)



24 (75)



24 (75)



24 (76)



25 (77)



24 (76)



24 (75)



Presipitasi mm (inci)



240 (9.45)



240 (9.45)



280 (11.02)



270 (10.63)



190 (7.48)



110 (4.33)



100 (3.94)



Sumber: www.weatherbase.com



Iklim Palembang merupakan iklim daerah tropis dengan angin lembab nisbi, kecepatan angin berkisar antara 2,3 km/jam - 4,5 km/jam. Suhu kota berkisar antara 23,4 - 31,7 derajat celsius. Curah hujan per tahun berkisar antara 2.000 mm - 3.000 mm. Kelembaban udara berkisar antara 75 - 89% dengan rata-rata penyinaran matahari 45%. Topografi tanah relatif datar dan rendah. Hanya sebagian kecil wilayah kota yang tanahnya terletak pada tempat yang agak tinggi, yaitu pada bagian utara kota. Sebagian besar tanah adalah daerah berawa sehingga pada saat musim hujan daerah tersebut tergenang. Ketinggian rata-rata antara 0 - 20 m dpl. Pada tahun 2002 suhu minimum kota terjadi pada bulan Oktober 22,70C, tertinggi 24,50C pada bulan Mei. Sedangkan suhu maksimum terendah 30,40C pada bulan Januari dan tertinggi pada bulan Sepetember 34,30C. Tanah dataran tidak tergenang air: 49 %, tanah tergenang musiman: 15 %, tanah tergenang terus menerus: 37 % dan jumlah sungai yang masih berfungsi 60 buah (dari jumlah sebelumnya 108) sisanya berfungsi sebagai saluran pembuangan primer. Toko di atas rakit di Palembang pada masa Hindia Belanda.



Tropis lembab nisbi, suhu antara 220-320 celcius, curah hujan 22-428 mm/tahun, pengaruh pasang surut antara 3-5 meter dan ketinggian tanah rata-rata 12 meter dpl. Jenis tanah kota Palembang berlapis alluvial, liat dan berpasir, terletak pada lapisan yang paling muda, banyak mengandung minyak bumi, yang juga dikenal dengan lembah Palembang - Jambi. Tanah relatif datar dan rendah, tempat yang agak tinggi terletak dibagian utara kota. Sebagian kota Palembang digenangi air, terlebih lagi bila terjadi hujan terus menerus. Penduduk Palembang merupakan etnis Melayu dan menggunakan Bahasa Melayu yang telah disesuaikan dengan dialek setempat yang kini dikenal sebagai Bahasa Palembang. Namun para pendatang seringkali menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari, seperti bahasa Komering, Rawas, Musi, Pasemah, dan Semendo. Pendatang dari luar Sumatera Selatan kadang-kadang juga menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari dalam keluarga atau komunitas kedaerahan. Namun untuk berkomunikasi dengan warga Palembang lain, penduduk umumnya menggunakan bahasa Palembang sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Selain penduduk asli, di Palembang terdapat pula warga pendatang dan warga keturunan, seperti dari Jawa,Minangkabau, Madura, Bugis dan Banjar. Warga keturunan yang banyak tinggal di Palembang adalah Tionghoa, Arab dan India. Kota Palembang memiliki beberapa wilayah yang menjadi ciri khas dari suatu komunitas seperti Kampung Kapitan yang merupakan wilayah Komunitas Tionghoa serta Kampung Al Munawwar, Kampung Assegaf, Kampung Al Habsyi, Kuto Batu, 19 Ilir Kampung Jamalullail dan Kampung Alawiyyin Sungai Bayas 10 Ilir yang merupakan wilayah Komunitas Arab. Agama mayoritas di Palembang adalah Islam. Di dalam catatan sejarahnya, Palembang pernah menerapkan undang-undang tertulis berlandaskan Syariat Islam, yang bersumber dari kitab Simbur Cahaya. Selain itu terdapat pula penganut Katolik, Protestan, Hindu, Buddha dan Konghucu.



Objek wisata[sunting | sunting sumber]



Jembatan Ampera



Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.



Sorot laser Gedung Kantor Walikota di latar belakang Benteng Kuto Besak.



Air mancur di Kambang Iwak.



Industri pupuk nasional Pupuk Sriwijaya. 



Sungai Musi, sungai sepanjang sekitar 750km yang membelah Kota Palembang menjadi dua bagian yaitu Seberang Ulu dan seberang Ilir ini merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Sejak dahulu Sungai Musi telah menjadi urat nadi perekonomian di Kota Palembang dan Provinsi Sumatera Selatan.[15] Di sepanjang tepian sungai ini banyak terdapat objek wisata seperti Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Pulau Kemaro, Pasar 16 Ilir,



rumah Rakit, kilang minyak Pertamina, pabrik pupuk PUSRI, pantai Bagus Kuning, Jembatan Musi II, Masjid Al Munawar, dll. 



Jembatan Ampera, sebuah jembatan megah sepanjang 1.177 meter yang melintas di atas Sungai Musi yang menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir ini merupakan ikon Kota Palembang. Jembatan ini dibangun pada tahun 1962 dan dibangun dengan menggunakan harta rampasan Jepang serta tenaga ahli dari Jepang.







Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Palembang, terletak di pusat Kota Palembang, masjid ini merupakan masjid terbesar di Sumatera Selatan dengan kapasitas 15.000 jemaah[16].







Benteng Kuto Besak, terletak di tepian Sungai Musi dan berdekatan dengan Jembatan Ampera, Benteng ini merupakan salah satu bangunan peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam. Di bagian dalam benteng terdapat kantor kesehatan Kodam II Sriwijaya dan rumah sakit. Benteng ini merupakan satu-satunya benteng di Indonesia yang berdinding batu dan memenuhi syarat perbentengan / pertahanan yang dibangun atas biaya sendiri untuk keperluan pertahanan dari serangan musuh bangsa Eropa dan tidak diberi nama pahlawan Eropa.[17]







Gedung Kantor Walikota, terletak di pusat kota, pada awalnya bangunan ini berfungsi sebagai menara air karena berfungsi untuk mengalirkan air keseluruh kota sehingga juga dikenal juga sebagai Kantor Ledeng. Saat ini gedung ini berfungsi sebagai Kantor Walikota Palembang dan terdapat lampu sorot di puncak gedung yang mempercantik wajah kota di malam hari.







Kambang Iwak Family Park, sebuah danau wisata yang terletak di tengah kota, dekat dengan tempat tinggal wali kota Palembang. Di tepian danau ini terdapat banyak arena rekreasi keluarga dan ramai dikunjungi pada hari libur. Selain itu di tengah danau ini terdapat air mancur yang tampak cantik di waktu malam.







Hutan Wisata Punti Kayu, sebuah hutan wisata kota yang terletak sekitar 7 km dari pusat kota dengan luas 50 ha dan sejak tahun 1998 ditetapkan sebagai hutan lindung. Didalam hutan ini terdapat area rekreasi keluarga dan menjadi tempat hunian sekelompok monyet lokal.







Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, sebuah site peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang terletak di tepian Sungai Musi. Terdapat sebuah prasasti batu peninggalan Kerajaan di area ini.







Taman Purbakala Bukit Siguntang, terletak di perbukitan sebelah barat Kota Palembang. Di tempat ini terdapat banyak peninggalan dan makam-makam kuno Kerajaan Sriwijaya.







Monumen Perjuangan Rakyat, terletak di tengah kota, berdekatan dengan Masjid Agung dan Jembatan Ampera. Sesuai dengan namanya di dalam bangunan ini terdapat benda-benda peninggalan sejarah pada masa penjajahan.







Museum Negeri Balaputradewa, sebuah museum yang menyimpan banyak benda benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya.







Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, terletak di dekat Jembatan Ampera dan Benteng Kuto Besak dan dulunya merupakan salah satu peninggalan Keraton Palembang Darussalam. Didalamnya terdapat banyak benda - benda bersejarah Kota Palembang.







Museum Tekstil, terletak di Jl. Merdeka museum ini menyimpan benda - benda tekstil dari seluruh kawasan di Provinsi Sumatera Selatan.







Kawah Tengkurep







Masjid Cheng Ho Palembang







Klenteng Soei Goeat Kiong (Klenteng tertua di Palembang)







Kampung Kapitan







Kampung Arab Al Munawwar 13 Ulu







Fantasy Island







Bagus Kuning







Pusat Kerajinan Songket







Pulau Kemaro







Kilang Minyak Pertamina







Pabrik Pupuk Pusri







Sungai Gerong







Jakabaring Sport City (JSC)







Waterboom OPI Jakabaring







The Amanzi Waterpark CitraGrand City







Rumah Mak Bani Montok



Profil Wilayah Kota Palembang terkenal sebagai kota industri dan kota perdagangan. Posisi geografis Palembang yang terletak di tepian Sungai Musi dan tidak jauh dari Selat Bangka, sangat menguntungkan. Walaupun tidak berada di tepi laut, Kota Palembang mampu dijangkau oleh kapal-kapal dari luar negeri. Terutama dengan adanya Dermaga Tangga Buntung, Dermaga Sei Lais dan ditambah lagi dengan adanya Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Selain itu Kota Palembang terkenal sebagai kota tua, yang pernah menjadi pusat pendidikan agama Budha dan banyak terdapat peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang tersebar di seluruh kota dan sekitarnya, dan situs-situs ini masih belum terurus, seperti Beteng Kuto Besak yang bahkan menjadi polemik karena dijadikan tempat perniagaan. Suasana Kali Lima di Pasar 16 Ilir Kota Palembang yang khas karena dibelah dan dikelilingi Sungai Musi dan anak-anak sungainya, seharusnya lebih tepat menjadi kota sungai (Venice from the East), namun sayangnya pola pembangunan pada era lalu sangat kuat dengan visi penyeragaman, sehingga dibentuk sedemikian rupa menjadi kota daratan sebagaimana kota-kota lain di Pulau Jawa. Aliran sungai menjadi sempit, bahkan tertutup, rawa-rawa pun ditimbun lalu ketika hujan turun, genangan air dan banjir terjadi di mana-mana (Bappeda, 2004). Kurang baiknya penataan kota adalah masalah utama Kota Palembang yang dampaknya membias kemana-mana misalnya masalah sosial seperti maraknya pengemis jalanan, PKL yang sulit ditertibkan, sampai arus lalu lintas yang di beberapa tempat terasa semrawut tidak terlepas dari soal penataan kota yang sejak awal kurang tepat. Akibatnya ketika desakan penduduk dan aktivitas ekonomi menuntut kota dikembangkan semakin pesat, berbagai permasalahan sosial pun muncul. Wilayah Administrasi Secara geografis wilayah Kota Palembang berada antara 2? 52? - 3? 5? LS dan 104? 37? - 104?52? BT dengan luas wilayah 400,61 km? dengan batas-batas sebagai berikut : Batas Utara : Kabupaten Banyuasin Batas Selatan : Kabupaten Ogan Komering Ilir Batas Timur : Kabupaten Banyuasin Batas Barat : Kabupaten Banyuasin Kota Palembang terdiri dari 14 kecamatan yaitu Ilir barat II, Seberang Ulu I, Seberang Ulu II, Ilir Barat I, Ilir Timur I, Ilir Timur II, Sako, Sukarami, Gandus, Kertapati, Plaju, Bukit Kecil, Kemuning, Kalidoni yang terdiri dari 103 kelurahan, dengan luas wilayah 400,61 km2 dengan jumlah penduduk 1.451.776 jiwa. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu kecamatan Sukarami (98,56 km2), sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu kecamatan 6,5 km2. Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Ilir Timur I (13.882 jiwa/km2), sedangkan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu kecamatan Gandus (766 jiwa/km2). Kondisi Fisik Musim yang terdapat di Kota Palembang sama dengan yang terjadi di Indonesia, yaitu musim kemarau dan penghujan. Dari bulan Juni sampai



September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga menyebabkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember hingga Maret, arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini terjadi pertengahan tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-November. Suhu udara rata-rata Kota Palembang berkisar 26,40 C sampai 28,90 C. Suhu maksimum terjadi pada bulan Oktober sebesar 28,90 C, sedangkan suhu minimum terjadi pada bulan Januari sebesar 26,40C. Kecepatan angin hampir di seluruh wilayah Palembang merata disetiap bulannya, yaitu sekitar 2 knots hingga 6 knots. Faktor lain yang mempengaruhi hujan dan kecepatan angin adalah tekanan udara. Kota Palembang sebagian besar memiliki jenis tanah berlapis aluvial, liat dan berpasir, terletak pada lapisan yang masih muda, banyak mengandung minyak bumi, yang juga dikenal dengan Lembah Palembang-Jambi. Tanah relatif datar dan rendah, tempat-tempat yang agak tinggi berada di bagian utara kota, dengan ketinggian rata-rata 0-20 mdpl. Sebagian Kota Palembang digenangi air terlebih lagi bila terjadi hujan terus menerus. Terdapat perbedaan karakter topografi antara Wilayah Seberang Ulu dengan Wilayah Seberang Ilir. Bagian wilayah Seberang Ulu pada umumnya mempunyai topografi yang relatif datar dan sebagian besar dengan tanah asli berada dibawah permukaan air pasang maksimum Sungai Musi (+ 3,75 m diatas permukaan laut) kecuali lahan-lahan yang telah dibangun (dan akan dibangun) dimana permukaan tanah telah mengalami penimbunan (dan reklamasi). Lapisan tanah yang terdapat di Kota Palembang berupa tanah lempung, pasir lempung, napal dan napal pasiran. Keadaan stratigrafi wilayah Kota Palembang terbagi atas 3 bagian, yaitu: 1. Satuan aluvial dan rawa, terdapat di Seberang Ulu dan rawa-rawa dibagian Timur dan bagian Barat wilayah Kota Palembang. 2. Satuan Palembang Tengah, mempunyai batuan lempung dan lempung pasiran yang kedap air, tersebar dibagian Utara. 3. Satuan Palembang Bawah, tersebar dibagian dalam Kota Palembang dengan arah memanjang ke Barat daya dan Tenggara merupakan suatu rangkaian antiklin. Adanya perbedaan karakter topografi di Kota Palembang (kawasan Seberang Ulu dengan Seberang Ilir) terkait dengan kondisi hidrologi, berupa keadaan anak-anak sungai dalam wilayah. Dibagian wilayah Seberang Ulu terdapat anak-anak sungai yang relatif besar dengan muara pada Sungai Musi. Anak-anak Sungai Musi yang relatif besar dan berhulu di Pegunungan Bukit Barisan adalah Sungai Ogan dan Sungai Komering, sedangkan anak-anak Sungai Musi yang relatif kecil adalah Sungai Keramasan yang berhulu di Kabupaten Muara Enim. Selain anak-anak sungai tersebut, terdapat pula anak-anak sungai kecil dan pendek yang bermuara pada Sungai Musi dan berhulu pada wilayah Kota Palembang dan kawasan sekitarnya, seperti Sungai Aur dan Sungai Sriguna. Pada bagian wilayah Seberang Ilir, aliran anak-anak sungai terbagi menjadi 2 (dua) sesuai dengan karakteristik topografi yang ada, berupa adanya punggungan topografi. Pada bagian selatan punggungan, terdapat anak-anak



sungai yang mengalir pada Sungai Musi dan berhulu pada punggungan topografi. Anak-anak sungai tersebut meliputi Sungai Lambidaro, Sekanak, Buah, Batang, Selincah dan sebagainya. Pada bagian utara punggungan terdapat anak-anak sungai yang mengalir ke utara, yang bermuara antara lain ke Sungai Kenten. Kondisi Sosial Ekonomi Jumlah penduduk Kota Palembang tahun 2006 sebanyak 1.451.776 jiwa, tersebar pada empat belas kecamatan. Pertumbuhan penduduk di Kota Palembang sebesar 2,27%. Laju pertumbuhan penduduk ini pada dasarnya masih tetap bersifat alami atau karena faktor kelahiran dan kematian, walaupun demikian juga dipengaruhi migrasi. Sementara itu jika dibandingkan per kecamatan terlihat penduduk kota Palembang terakumulasi di Kecamatan Sukarami sebesar 12,48 % (170.828 jiwa), urutan kedua berada di Kecamatan Ilir Timur II, yaitu sebesar 12,01 % (164.449 jiwa) dan diurutan ketiga di Kecamatan Seberang Ulu 1 sebesar 11,15 % (152.607 jiwa), sedangkan jumlah penduduk terendah di Kecamatan Bukit Kecil sebanyak 47.850 jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata Kota Palembang adalah 3.417,9 jiwa per km2 pada tahun 2006. Kecamatan terpadat adalah Kecamatan Ilir Timur I dengan kepadatan penduduk sebesar 12.399,8 jiwa per km2, sedangkan tingkat kepadatan terendah adalah Kecamatan Gandus, dengan tingkat kepadatan sebesar 744,1 jiwa per km2. Sektor unggulan di Kota Palembang cenderung didominasi oleh kegiatan yang notabene berkembang di kawasan perkotaan. Hal ini menunjukkan karateristik yang kuat mengenai perkembangan perekonomian Kota Palembang dalam skala regional. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang memiliki peranan paling besar dan memiliki keunggulan yang relatif tinggi dibandingkan sektor lainnya, dimana dalam kurun waktu 2000-2003 memiliki rata-rata laju pertumbuhan sebesar 7,82% terhadap perekonomian Kota Palembang. Selanjutnya sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang memberikan kontribusi kedua dan ketiga dalam menumbuhkan perekonomian Kota Palembang. Tumbuhnya sektor-sektor tersebut berkaitan erat dengan posisi Kota Palembang yang tepat berada di tengah Provinsi Sumatera Selatan serta fungsi dan perannya sebagai ibukota provinsi. Di Kota Palembang, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor yang memiliki laju yang lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya. Disamping itu, sektor industri pengolahan merupakan sektor prospektif dalam mendukung perekonomian Kota Palembang. Kondisi ini sesuai dengan kedudukan Kota Palembang sebagai kota industri dan jasa yang telah terbentuk pada beberapa bagian wilayah kota. Secara persentase, dalam kurun waktu tahun 2000-2003 sektor industri memberikan kontribusi sebesar 42,67% terhadap perekonomian Kota Palembang serta diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 23,65%. Kondisi ini memberikan implikasi bahwa kedua sektor tersebut merupakan penyumbang yang vital dalam menumbuhkembangkan roda perekonomian Kota Palembang, sehingga memerlukan dukungan yang lebih besar dalam meningkatkan kinerja kedua sektor tersebut. Hal ini akan terkait pula dengan aspek lainnya yang berperan dalam menciptakan kedua sektor tersebut



sebagai sektor unggulan di Kota Palembang, diataranya adalah daya serap terhadap tenaga kerja yang dapat ditampung. Realisasi penerimaan APBD Kota Palembang tahun 2006 mencapai sebesar Rp. 891.823.700.337,37,- atau naik sebesar 11,30% bila dibandingkan tahun 2005 sebesar Rp. 801.291.001.771,86,-Realisasi penerimaan APBD tahun 2006 berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), bagi hasil pajak dan penerimaan lainnya yang terdiri dari atas sisa lebih perhitungan anggaran tahun yang lalu, sumbangan dan bantuan, serta penerimaan pembangunan. Besarnya penerimaan dari PAD sebesar Rp. 89.676.046.899,37, -atau naik sebesar 15,84%. Bagian terbesar dari realisasi penerimaan APBD berasal dari Dana Alokasi Umum sebesar 61,80%, dengan nilai Rp. 551.149.000.000,00.



Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1382 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut Prasasti yang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Palembang. Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan. Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang yang tergenang oleh air (data Statistik 1990). Berkemungkinan karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang kota ini menamakan kota ini sebagai Palembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan; sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air. Kondisi alam ini bagi nenek moyang orang-orang Palembang menjadi modal mereka untuk memanfaatkannya. Air menjadi sarana transportasi yang sangat vital, ekonomis, efisien dan punya daya jangkau dan punya kecepatan yang tinggi. Selain kondisi alam, juga letak strategis kota ini yang berada dalam satu jaringan yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan wilayah: 



Tanah tinggi Sumatera bagian Barat, yaitu : Pegunungan Bukit Barisan.







Daerah kaki bukit atau piedmont dan pertemuan anak-anak sungai sewaktu memasuki dataran rendah.







Daerah pesisir timur laut.



Ketiga kesatuan wilayah ini merupakan faktor setempat yang sangat mementukan dalam pembentukan pola kebudayaan yang bersifat peradaban. Faktor setempat yang berupa jaringan dan komoditi dengan frekuensi tinggi sudah terbentuk lebih dulu dan berhasil mendorong manusia setempat menciptakan pertumbuhan pola kebudayaan



tinggi di Sumatera Selatan. Faktor setempat inilah yang membuat Palembang menjadi ibukota Sriwijaya, yang merupakan kekuatan politik dan ekonomi di zaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kejayaan Sriwijaya diambil oleh Kesultanan Palembang Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani dikawasan Nusantara