Sejarah Masjid Raya Makassar-Dikonversi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Hari/Tanggal : Selasa, 21 Juli 2020 Waktu



: 10.00 WITA - Selesai



Tempat



: Di Rumah (Ujian Skripsi via Daring)



SEJARAH MASJID RAYA MAKASSAR 1947-1978: SEBUAH TINJAUAN SOSIAL



SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin Disusun Oleh BENAZER MURSYID PONO F811 16 503



UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2020 i



ii



iii



KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu. Alhamdulillahi rabbil alamin. Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT berkat rahmat, kekuatan, kesehatan dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktu yang tepat. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Penulisan skripsi ini yang berjudul: “Sejarah Masjid Raya Makassar 19471978: Sebuah Tinjauan Sosial” dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin. Dalam penulisan ini, banyak hambatan dan kendala yang penulis alami, namun alhamdulillah berkat Inayah dari Allah SWT dan optimisme penulis yang didorong oleh kerja keras yang tidak kenal lelah serta bantuan dari berbagai pihak, hambatan dan kendala tersebut dapat dilalui. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang turut memberikan andil, baik secara langsung maupun tidak langsung, moral maupun material. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis senantiasa



iv



membuka diri untuk menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun dalam pengembangan ilmu pengetahuan penulis dari berbagai pihak sebagai upaya penyempurnaan skripsi ini. 1.



Allah SWT yang telah memberikanku kemudahan dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.



2.



Kedua orang tua penulis yaitu Mursyid dan Suriyani yang sangat penulis cintai yang selalu membimbingku menjadi lebih baik. Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tua penulis. Terima kasih atas perhatian, kasih sayangnya, dan semua doanya sehingga penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah menjadi orang tua yang baik, selalu mendukung penulis hingga sampai detik ini. Tak luput keluarga besar yang senantiasa memberi bantuan kepada penulis serta selalu menyemangatiku.



3.



Penulis juga sangat berterima kasih banyak kepada Dr. H. Muh. Bahar Akkase Teng, LCP. M.Hum. selaku pembimbing pertama dan Drs. Abd. Rasyid Rahman, M.A. selaku pembimbing kedua yang selalu meluangkan waktu untuk membagikan ilmu, waktu dan masukannya. Mulai dari penyusunan proposal, pencarian literatur bacaan dan arsip, serta meluangkan waktu membaca, memberikan dan mengoreksi tulisan penulis dan juga yang telah banyak memberi arahan-arahan untuk penulisan skripsi ini, yang mengajari kami dengan sabar, yang selalu memberi kami arahan-arahan untuk data-data primer dan sekunder dalam penenulisan skiripsi ini. Serta banyak memberikan penulis buku-buku yang



v



berhubungan tentang penulisan skripsi ini. Pelajaran yang kami petik selama kami di bimbing banyak mengajari kami kesederhanaan dan pentingnnya kejujuran. 4.



Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ketua Jurusan Ilmu Sejarah, Ibu Dr. Nahdia Nur, M.Hum, yang telah membantu dan memotivasi dalam penyelesaian studi penulis pada Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.



5.



Terima kasih juga kepada dosen-dosen Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, dengan segala jerih payah dan ketulusan, membimbing dan memandu perkuliahan sehingga memperluas wawasan keilmuan penulis, kepada Dr. Suriadi Mappangara, M.Hum., Drs. Dias Pradadimara, M.A., A Lili Evita, S.S., M.Hum., Nasihin, S.S., M.Hum., Dr. Bambang Sulistyo Edi P., M.S., Ilham S.S., M.Hum., Dr. Amrullah Amir, S.S., M.A. Abdul Rahman Hamid (Alm.)Prof Dr. Abd. Rasyid Asba, M.A., (Alm.)Edward L. Poelinggomang M.A., (Alm.)Dr. Abdul Latif M.A., Serta kepada Pembimbing Akademik (PA) ibu (Alm.)Margriet Moka Lappia, S.S., M.S yang selalu meluangkan waktu untuk membagikan ilmu, waktu dan masukannya, mulai dari penyusunan proposal, pencarian literatur bacaan dan arsip, serta meluangkan waktu membaca dan mengoreksi tulisan penulis sangat berterima kasih atas nasihat dukungan, dan masukannya selama ini. Tak lupa pula penulis juga berterima kasih kepada sekretaris Jurusan Ilmu



vi



Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin Bapak Uddji Usman S.Sos. yang selama ini banyak membantu penulis dalam pengurusan berkas-berkas kuliah yang dibutuhkan selama di Jurusan Ilmu Sejarah. 6.



Kepada para pegawai Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan, khususnya para pegawai di bagian ruang baca, terimakasih banyak atas pelayanannya selama penulis melakukan pencarian arsip dan pengurus Yayasan Masjid Raya Makassar yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian sekaligus sebagai informan dan narasumber dalam penelitian ini.



7.



Adik-adikku tercinta (Indi, Iba, dan Ikun) yang telah memberi motivasi ataupun semangat hingga tahap akhir, baik berupa materi, tenaga, doa, dan dukungan. Selalu memberikan canda tawanya, semoga selalu semangat dalam menutut ilmu.



8.



Kepada Irwan, Nadia, Didin, Jihan, Kakak Astro, Kakak Harum, Kakak Imam, Kakak Azhari yang selalu memberikan motivasi, masukan-masukan serta nasihat-nasihatnya dalam penyelesaian skripsi ini dan mendoakan kelancaran penulisan ini.



9.



Kepada teman-teman angkatan Ilmu Sejarah 2016 Nisa, Jusni, Erni yang mengingatkan untuk mengerjakan skripsi, Kiki, Ega, Fitri, Eve, Intan, Siska, Sinar, Tati, Dayen, Dewi, Selvi, Alle, Burhan, Akang, Arul, Arafah, Arisal, Erwin, Isman, Hendra, Erwin S, Rais, dan Rahmadi terima kasih selalu membantu dan mendoakan agar penulisan ini cepat selesai dan juga



vii



yang sama-sama berjuang dibangku perkuliahan. Terima kasih banyak teman-teman yang membantu penulis hingga bisa ujian skripsi di tengah pandemi Covid-19. 10.



Kepada sahabat-sahabat Edison yang selalu memberikan semangat Evi, Vina, dan Farah terima kasih selalu mengingatkan penulis untuk bersabar dan mengingatkan dalam hal kebaikan.



11.



Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, yang juga telah membantu dan menyumbangkan pemikiran kepada penulis. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat, meskipun



secara keseluruhan penulis menyadari karya tulis ini masih banyak kekurangan. Dengan lapang dada penulis mengharapkan masukan, saran dan kritikan-kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Tanpa orang hebat yang mendampingi penulis, penulis bukanlah siapa-siapa. Semoga bantuan dan ketulusan yang telah diberikan, senantiasa bernilai ibadah di sisi Allah SWT dan mendapat pahala yang berlipat ganda. Amin. Akhir kata, semoga penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu di Fakultas Ilmu Budaya, khususnya Departemen Ilmu Sejarah. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu Makassar, 21 Juli 2020



Penulis



viii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN ................................ Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENERIMAAN ................................ Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix ABSTRAK ............................................................................................................ xii ABSTRACT ......................................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1



Latar Belakang ......................................................................................... 1



1.2



Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ............................................... 10



1.2.1



Batasan Masalah.............................................................................. 10



1.2.2



Rumusan Masalah ........................................................................... 12



1.3



Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................... 12



1.3.1



Tujuan Penelitian ............................................................................ 12



1.3.2



Manfaat Penelitian .......................................................................... 13



1.4



Metode Penelitian ................................................................................... 13



1.5



Tinjauan Pustaka .................................................................................... 20



1.6



Sistematika Penulisan ............................................................................. 24



BAB II GAMBARAN UMUM MAKASSAR .................................................... 26



ix



2.1



Kondisi Geografis Kota Makassar.......................................................... 26



2.2



Sejarah Kota Makassar ........................................................................... 28



2.3



Kondisi Penduduk Kota Makassar ......................................................... 31



2.4



Kondisi Sosial dan Ekonomi di Makassar .............................................. 33



2.5



Kondisi Keagamaan di Makassar ........................................................... 35



2.6



Makassar Masa NIT ............................................................................... 37



2.7



Kedatangan Tentara Belanda .................................................................. 39



2.8



Pembentukan NIT ................................................................................... 41



BAB III SEJARAH MASJID RAYA MAKASSAR ........................................... 45 3.1



Sejarah Berdirinya Masjid Raya Makassar ............................................ 45



3.2



Visi dan Misi Masjid Raya Makassar Dalam Perkembangannya .......... 67



3.3



Fungsi Masjid Secara Umum ................................................................. 69



3.4.



Peranan Masjid Secara Umum ............................................................... 74



3.5



Aspek Kesejarahan Masjid ..................................................................... 79



3.6



Fungsi Masjid Raya Makassar bagi Masyarakat di Kota Makassar. ...... 83



BAB IV PERKEMBANGAN MASJID RAYA MAKASSAR ........................... 95 4.1



Perkembangan Masjid Raya Makassar ................................................... 95



4.2



Relevansi keberadaan Masjid Raya Makassar Bagi Masyarakat Kota



Makassar .......................................................................................................... 108 BAB V PENUTUP............................................................................................. 116



x



5.1



Kesimpulan ........................................................................................... 116



DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 119 LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................... Error! Bookmark not defined. Lampiran 1: Informan ..................................................................................... 122 Lampiran 2: Arsip ........................................................................................... 124



xi



ABSTRAK Benazer Mursyid Pono, dengan judul “Sejarah Masjid Raya Makassar 19471978 : Sebuah Tinjauan Sosial”, dibimbing oleh M. H. Bahar Akkase Teng, LCP. M.Hum dan Drs. Abd. Rasyid Rahman, M.Ag. Penelitian ini berusaha menggambarkan bagaimana sejarah Masjid Raya Makassar dari tahun 1947-1978, perkembangan Masjid Raya Makassar, bagaimana fungsi dan peran Masjid Raya Makassar bagi masyarakat kota Makassar. Menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sebagai sebuah upaya untuk merekonstruksi fakta akan secara jelas sejarah dan perkembangannya, dan juga adanya pertimbangan bahwa keberadan Masjid Raya Makassar telah memainkan peranan penting yang cukup besar bagi masyarakat kota Makassar. Hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa Masjid Raya Makassar merupakan masjid yang menjadi saksi bisu sejarah bagi masyarakat Makassar yang pada saat pembangunannya masjid pada masa perjuangan. Masjid Raya Makassar diprakarsai KH. Ahmad Bone pada tahun 1947 dengan menunjuk panitia KH. Muchtar Luthfi sebagai ketua Panitia dari pembangunan masjid. Masjid Raya Makassar diresmikan pada tanggal 25 Mei 1949, ini pertama kali di rancang oleh Muhammad Subardjo. Masjid Raya Makassar terletak di jalan Masjid Raya No 1, kelurahan Bontoala, kecamatan Bontoala, kota Makassar. Masjid Raya Makassar yang sampai sekarang ini dapat berfungsi seperti yang diharapkan, yakni sebagai pusat ibadah, pemberdayaan dan persatuan umat Islam. Masjid Raya Makassar juga sebagai pusat kegiatan masyarakat Islam di Makassar, juga Masjid Raya Makassar dimanfaatkan sebagai pusat ibadah dan kebudayaan Islam di Makassar dan sejak berdirinya hingga sekarang masjid Raya Makassar mengalami perkembangan cukup baik. Kata kunci : Sejarah, Masjid, Raya Makassar, Masyarakat.



xii



ABSTRACT Benazer Mursyid Pono, with the title "History of the Makassar Great Mosque 1947-1978: A Social Review", guided by M. H. Bahar Akkase Teng, LCP. M.Hum and Drs. Abd. Rasyid Rahman, M.Ag. This study attempted to describe how the history of the Makassar Great Mosque from 1947-1978, the development of the Makassar Great Mosque, how the function and role of the Makassar Great Mosque for the people of Makassar city. Using historical methods consisting of heuristics, verification, interpretation, and historiography. As an effort to reconstruct the facts the history and development will be clear, and also the consideration that the presence of the Makassar Great Mosque has played a significant role for the people of Makassar. The results of this study can show that the Makassar Great Mosque is a mosque that is a silent witness of history for the people of Makassar who were at the time of its construction during the struggle. Makassar Grand Mosque was initiated by KH. Ahmad Bone in 1947 by appointing the KH. Muchtar Lutfi as chairman of the Committee of the construction of the mosque. Makassar Grand Mosque was inaugurated on May 25, 1949, this was first designed by Muhammad Subardjo. Makassar Great Mosque is located on street Masjid Raya No 1, Bontoala village office, Bontoala sub-district, Makassar city. Makassar Great Mosque which until now can function as expected, namely as a center of worship, empowerment and unity of Moslems. Makassar Grand Mosque is also the center of Islamic community activities in Makassar, Makassar Grand Mosque is also used as a center of worship and Islamic culture in Makassar and since its establishment until now the Makassar Grand Mosque has experienced quite good development. Keywords: History, Mosque, Raya Makassar, Society.



xiii



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam.



Jumlah penduduk beragama Islam bertambah seiring perkembangan zaman, pada perkembangan agama Islam di Indonesia tidak luput adanya masjid. Masjid tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Begitupun untuk setiap provinsi rata-rata memiliki masjid bersejarah atau masjid pertama yang kemudian biasanya akan menjadi Masjid Raya. Masjid mempunyai andil besar dalam membentuk identitas kota. Makassar merupakan salah satu kota di Indonesia yang juga memiliki masjid-masjid bersejarah seperti Masjid Raya Makassar yang berada di pusat kota Makassar. Masjid Raya Makassar selain sebagai salah satu masjid terindah di kawasan Indonesia Timur, Masjid Raya Makassar juga merupakan saksi bisu sejarah bagi masyarakat Makassar yang pada masa perjuangan dan Masjid Raya Makassar juga sebagai pusat kegiatan masyarakat Islam di Makassar. Masjid secara harfiah sebagai kata yang berasal dari bahasa Arab. Kata pokoknya ”sajada, yasjudu, sajdan”, kata sajada yang berarti tempat bersujud, patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan tadzim. Untuk menunjukan suatu tempat, kata sajada dirubah bentuknya menjadi ”masjidun” artinya tempat melaksanakan kewajiban bagi umat Islam, untuk melaksanakan shalat lima waktu yang diperintahkan Allah SWT.1 Selain itu, masjid juga merupakan tempat orang



1



Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 2001), hlm. 118.



1



berkumpul



dan



melaksanakan



shalat



secara



berjamaah



dengan



tujuan



meningkatkan solidaritas dan silaturrahmi dikalangan kaum muslimin, dan di masjid pulalah tempat terbaik untuk melangsungkan shalat jumat.2 Di samping itu masjid juga mempunyai peranan penting dalam kehidupan sosial maupun kemasyarakatan artinya masjid marupakan pusat untuk kegiatan pengembangan agama Islam. Selain dari pada tempat ibadah, Masjid Raya Makassar juga merupakan pusat aktivitas kehidupan masyarakat dalam melakukan kegiatan-kegiatan seperti perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al-Quran yang sering dilaksanakan di masjid. Pada masa perkembangan Islam, tidak dapat dipisahkan dari peran ulama dan keberadaan masjid dalam syiar Islam terutama di Makassar. Peran penting masjid di kalangan masyarakat, sebagai salah satu elemen terpenting dari kehidupan keberagamaan dan peradaban umat Islam. Masjid menduduki posisi penting dan sentral bagi kehidupan umat Islam, tidak hanya dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan. Masjid juga merupakan salah satu simbol terjelas dari eksistensi peradaban Islam.3 Peranan dan fungsi masjid ketika dikaitkan dengan peradaban Islam, menjadi sangat lekat sebab masjid sebagai hasil karya peradaban umat Islam. Masjid bukanlah sebuah karya budaya yang mati, masjid hidup, tumbuh dan berkembang secara dinamis seiring dengan tumbuh dan berkembangnya masyarakat itu sendiri.



2



Ibid., hlm. 120 A. Heuken SJ, Masjid-Masjid Tua di Jakarta (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka), hlm. 11-12. 3



2



Memahami masjid secara universal, berarti juga memahaminya sebagai instrumen sosial masyarakat, yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Islam itu sendiri. Melalui pemahaman ini, bahwa masjid menjadi pusat dan sumber peradaban masyarakat Islam. Melalui masjid kita dapat membangun sebuah sistem masyarakat ideal. Melalui masjid pula kita dapat mempertahankan nilainilai yang menjadi kebudayaan masyarakat Islam. Dan lebih penting lagi melalui masjid kita dapat membangun masyarakat yang sejahterah sehingga mampu memberdayakan, mencerahkan, dan membebaskan dari berbagai macam keterbelakangan.4 Untuk mengetahui sejarah sebuah masyarakat, kita dapat mengetahuinya dengan melihat bangunan-bangunan yang ditinggalkannya. Begitu juga kita dapat mengetahui sejauh mana peradaban sebuah masyarakat, begitu juga halnya jika kita ingin mengetahui perkembangan sejarah Islam di Indonesia kita dapat melihatnya dari rumah ibadah masyarakat Islam yaitu masjid. Banyak diantara masjid-masjid itu yang telah berumur ratusan tahun yang bernilai sejarah. Masjid-masjid ini merupakan salah satu peninggalan budaya pengaruh Islam yang memiliki berbagai bentuk yang menarik untuk diketahui. Dalam perjalanan sejarah keberadaan masjid, bentuk-bentuk masjid di Indonesia beraneka ragam ada yang bercirikan pengaruh lokal setempat ada pula pengaruh asing. Namun demikian dari bentuk bangunan masjid tidak bertolak belakang dengan tujuan dan fungsinya.



4 Muhammadiyah Amin, “Aktualisasi Fungsi dan Peran Masjid, Al-Markaz: Pencerahan Spiritual dan Pencerdasan Intelektual”, Merekonstruksi Fungsi Masjid, no. 1, Muharram (1427 H), hal 8-9.



3



Pada masa perjuangan masjid dijadikan sebagai pusat komando pengaturan strategi untuk menyerang Belanda dalam rangka mempertahankan kemerdekaan dan sekaligus tempat untuk pengaturan strategis yang efektif. Keragaman kegiatan Islam semakin mengalami perkembangan sejak pasca kemerdekaan yang ditandai dengan munculnya bangunan-bangunan baru Islam, masjid-masjid yang dibangun dengan rancangan yang lebih megah, madrasah yang lebih layak, dan pesantren modern yang mengintegrasikan pengetahuan agama dan umum.5 Setiap kedatangan Islam di suatu tempat yang pertama-tama dibangun ialah masjid. Sejak berdirinya masjid di suatu tempat menandakan bahwa di tempat itu ada masyarakat Islam.6 Masjid Raya Makassar yang berumur kurang lebih 70 tahun. Masjid Raya Makassar yang terletak di jalan Masjid Raya yang berada di pusat kota Makassar menyajikan kultur yang mengedepankan warisan budaya, yaitu kearifan lokal. Sejarah dan perkembangan masjid penting bukan hanya bagi daerah tersebut tetapi juga untuk bangsa Indonesia secara keseluruhan. Penting bukan hanya dari aspek pengenalan sejarah berdirinya melainkan juga dari aspek manfaatannya untuk kedepannya. Masjid Raya Makassar



merupakan salah satu bentuk bangunan dari



periode Makassar sebagai Negara Indonesia Timur (NIT) yang berdiri pada tahun 1949, sebagai salah satu masjid terindah di kawasan Indonesia Timur, Masjid Raya Makassar juga merupakan saksi bisu sejarah bagi masyarakat Makassar 5 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. Cet. XX, (Jakarta PT. Raja Grafmdo Persada 2008), hlm. 272. 6 Sidi Gazalba, op.cit., hlm. 215.



4



yang pada masa perjuangan yang memiliki nilai sejarah yang berusia puluhan tahun. Pembangunan Masjid Raya Makassar tidak terlepas dari perjalanan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Bulan Januari 1946, Belanda yang masih memiliki keinginan untuk menjajah Indonesia. Kota Makassar menyandang status tertinggi saat ditetapkan sebagai ibukota Negara Indonesia Timur. Masjid Raya Makassar memiliki segala pesona unik yang menjadi kebanggaan umat Islam di Makassar. Sebelum masjid dibangun, tempat didirikannya masjid merupakan lapangan yang kerap dijadikan sebagai tempat bermain sepak bola yang dihibahkan untuk pembangunan masjid.7 Tanah yang kemudian diatasnya dibangun masjid ini adalah bekas hak kepemilikan tanah atas nama Liong Soeisie.8 Bangunan Masjid Raya Makassar



berada



pada lahan



seluas 13.912 m2 dengan menara setinggi 47 meter, bangunan pertama Masjid Raya Makassar terbuat dari anyaman bambu.9 Menara Masjid Raya Makassar yang pertama setinggi 47 meter yang letaknya pada bagian kiri bangunan utama dan tetap dipertahankan, hingga saat ini untuk menghargai sejarah dan mengenang donaturnya dan usianya sama dengan Masjid Raya Makassar. Pembangunan menara masjid didanai oleh Sultan Sumbawa Sultan Muhammad Kaharuddin dan tetap dipertahankan sebagai simbol persahabatan dan menara masjid yang kedua



7



Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Republik Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan Kementerian Penerangan 1953, No Reg. 625. 8 Muhammad Syahril, S. Ag. M. Hi, Imam Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 25 Oktober 2019. 9 Ahmad Bardi, “Abdul Hamid Daeng Magassing Sebagai Walikota Makassar 19471950”, (Makassar: Skripsi di Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, 2017), hlm.71.



5



adalah menara yang baru dibangun yang tingginya 66,66 meter.10 Masjid Raya Makassar diapit oleh tiga jalan besar, sebelah Timur jalan Veteran, sebelah Selatan jalan Masjid Raya, dan sebelah Barat bersebelahan dengan Jalan Andalas. Sedangkan sebelah Utara masjid terdapat sekolah Islam. Masjid Raya Makassar sebagai satu dari sekian banyak masjid yang terdapat yang berada di kota Makassar.11 Ide pembangunan Masjid Raya Makassar diprakarsai oleh KH Ahmad Bone seorang ulama besar dari Kabupaten Bone pada tahun 1947 dan beberapa tokoh masyarakat yang ada di Makassar. Pembangunan masjid di mulai dengan di bentuknya panitia pembangunan Masjid Raya Makassar pada tahun 1947 yang diketuai oleh KH. Muchtar Luthfi bersama tokoh masyarakat lainnnya. Masjid Raya Makassar peletakan batu pertama pada 25 Maret 1947, yang dihadiri Presiden NIT, Wali wakil tinggi mahkota, Arumpone, Raja Gowa, Sultan Sumbawa, Menteri Djustisi, Perekonomian, Kesehatan, Menteri negara dan penerangan, anggota parlemen dan lainnya. Masjid ini menjadi pusat umat Islam dan menghilangkan pertikaian paham, sekaligus lambang kemegahan kota.12 Berkat usaha dan pekerjaan gotong royong dari masyarakat Islam di Makassar maka Masjid Raya Makassar telah berdiri dengan megahnya di tengah-tengah kota Makassar.13 Pembangunan Masjid Raya Makassar dimaksudkan agar



10



H. Ambo Sakka, Kepala Bagian Kesekretariatan sekaligus Administrasi dan Keuangan, Wawancara, tanggal 8 November 2019. 11 KH. Muh. Sanusi Baco, LC, Ketua Yayasan Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 18 November 2019. 12 Dr, Ilham, SS., M.Hum, “Penataan Kota dan Masyarakat Perkotaa: Makassar Sebagai Ibu Kota Negara Indonesia Timur (NIT) 1946-1950”, Jurnal Sasdaya Gadjah Mada Journal Of Humanities, Vol. 2, No. 1 (November 2017), hlm. 11. 13 Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Republik Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan Kementerian Penerangan 1953, No Reg. 610.



6



masyarakat mampu mengembangkan nilai-nilai Islam tanpa harus terkendala oleh kondisi ruang sosial. Masjid Raya Makassar diresmikan pada tanggal 25 Mei 1949 (27 Rajab 1368), ini pertama kali di rancang oleh Muhammad Subardjo yang lebih akrab disapa Muh Bardjo setelah memenangi sayembara yang di gelar oleh panitia pembangunan Masjid Raya Makassar yang di ketuai oleh KH. Muchtar Luthfi. Sejak awal berdirinya Masjid Raya Makassar telah beberapa kali mengalami pergantian ketua yayasan masjid. Ketua Masjid Raya Makassar yang pertama adalah KH. Muchtar Luthfi, lalu diganti oleh KH. Muchlis, lalu KH. Akib, lalu KH. Muhammad Ramli, lalu KH. Husein Thoha, lalu Prof. H. Abd Rahman Syihab, lalu Drs. H. Mahyuddin Zein, lalu KH. Sayyid Ali Ba'bud, dan KH. Muh Sanusi Baco, LC, menjadi ketua yayasan Masjid Raya Makassar dari 1995 sampai sekarang.14 Sejak Masjid Raya Makassar resmi dimanfaatkan sebagai pusat ibadah dan kebudayaan Islam di Makassar yang berkapasitas sampai 10.000 jamaah ini sangat terkenal ke seluruh Nusantara sebagai masjid yang megah di Indonesia dan berbagai kegiatan ibadah, dakwah, pendidikan, sosial, dan ekonomi sudah melekat di hati masyarakat. Pada bulan Ramadhan tahun 1969, MTQ pertama kali diselenggarakan di Masjid Raya Makassar. Kala itu hanya melombakan tilawah dewasa saja, yang melahirkan Qari Ahmad Syahid dari Jawa Barat dan Muhammadong dari Sulawesi Selatan.15 Beberapa petinggi pemerintahan



14 KH. Muh. Sanusi Baco, LC, Ketua Yayasan Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 18 November 2019. 15 Amal Fathullah, ”Mungkinkah Pembinaan Umat Beragama melalui MTQ”, Buletin Kerabat, edisi 65, tahun X, 2012, hlm.15.



7



Indonesia pernah mengunjungi Masjid Raya Makassar seperti Ir. Soekarno sebagai Presiden pertama Indonesia pernah singgah dan melaksanakan shalat Jumat pada tahun 1957. Selain itu mantan Presiden Soeharto pun pernah mengunjungi Masjid Raya Makassar dan melaksanakan shalat Jumat di Masjid Raya Makassar pada tahun 1967.16 Pada tahun 1978 Masjid Raya Makassar mengalami pemugaran berdasarkan SK Gubernur Sulawesi Selatan tentang pembentukan panitian pemugaran Masjid Raya Makassar tahun 1978 dengan bantuan dari Presiden RI, Pemda setempat dan dari swadaya masyarakat.17 Berdasarkan saran H. Kalla timbul gagasan untuk merenovasi Masjid Raya Makassar akhirnya keluarga H. Kalla memberi perhatian besar terhadap masjid yang terletak persis di sebelah kiri rumahnya. Setelah adanya pemugaran, kegitaan di Masjid Raya Makassar masih sama seperti masjid pada umumnya yaitu salat fardhu berjamaah, salat Jumat, salat tarwih, dan salat-salat yang lainnya. Masjid Raya Makassar mendapatkan perhatian dari pemerintah dan perkembangan ini menandakan Masjid Raya Makassar sangat berperan mengubah kehidupan masyarakat setempat khususnya di bidang agama dan pendidikan. Masjid Raya Makassar juga semakin berkembang. Perkembangan tersebut meliputi perkembangan fungsi dan perkembangan fisik. Perkembangan fungsi yang dimaksud adalah fungsi Masjid Raya Makassar selain untuk beribadah dan menuntut ilmu juga berfungsi sebagai lembaga sosial bagi masyarakat.



16 H. Ambo Sakka, Kepala Bagian Kesekretariatan sekaligus Administrasi dan Keuangan, Wawancara, tanggal 25 Oktober 2019. 17 Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988. No Reg 1471.



8



Perkembangan fungsi juga mempengaruhi kehidupan masyarakat setempat. Perkembangan fisik meliputi perubahan pada bangunan masjid yang meliputi penggantian



bahan



bangunan,



pelebaran



ataupun



penyempitan



masjid,



penambahan struktur bangunan, dan lain-lainnya. Masjid Raya Makassar sebagai pusat ibadah masyarakat merupakan tempat, media, lembaga sosial yang mampu berperan penuh dalam menjalankan ajaran Islam yang fokus kegiatannya di Masjid Raya Makassar. Sejarah Masjid Raya Makassar 1947-1978: Sebuah Tinjauan Sosial yang melatarbelakangi alasan penulis semakin tertarik untuk mengkaji hal ini, disebabkan oleh adanya pertimbangan bahwa sejak berdirinya, hingga sekarang Masjid Raya Makassar mengalami perkembangan cukup baik, sehingga menarik untuk dikaji keberadaannya dan Masjid Raya Makassar masih belum diketahui secara jelas sejarah dan perkembangannya, dan juga adanya pertimbangan bahwa keberadan Masjid Raya Makassar telah memainkan peranan penting yang cukup besar bagi perkembangan umat Islam pada masyarakat khususnya kota Makassar. Agama tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sosial masyarakat dan proses pembangunan masjid Raya Makassar melibatkan orang-orang yang berperan penting di Makassar. Suatu hal yang menarik dari perkembangan Masjid Raya Makassar dalam kaitannya dengan keadaan sosial politik, yang belum stabil bagi sebuah Negara yang baru diproklamirkan kemerdekaannya dan masih menghadapi konflik internal serta gangguan keamanan pada masa itu. Disisi lain juga keberadan Masjid Raya Makassar di pusat kota, hingga sekarang jika dilihat dari



9



perkembangannya mengalami kemajuan. Masjid Raya Makassar telah mengalami perubahan-perubahn seiring perkembangan waktu. Dengan penulisan Sejarah Masjid Raya Makassar 1947-1978 : Sebuah Tinjauan Sosial ini memang sesuai dengan disiplin ilmu yang penulis dalami yaitu jurusan Ilmu Sejarah. 1.2



Batasan Masalah dan Rumusan Masalah Uraian diatas menimbulkan beberapa hal yang perlu dikaji dalam



penelitian ini. Agar penulisan lebih fokus terhadap permasalahan yang diteliti, maka perlu adanya batasan masalah dan rumusan masalah. Batasan ini di maksudkan agar pembahasan yang diteliti tidak meluas, keluar dari pokok pembahasan. 1.2.1



Batasan Masalah Dalam melakukan penelitian, penulis hendaknya melakukan pembatasan



terhadap objek kajiannya. Batasan masalah dalam penelitian sejarah sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu batasan temporal (batasan waktu) serta batasan spasial (batasan tempat/wilayah). Pembatasan ini dilakukan untuk memfokuskan kajiannya serta membantu peneliti agar tidak meneliti terlalu luas baik waktu maupun wilayah. Pada penelitian ini yang akan menjadi fokus utama dari penulis adalah mengenai sejarah Masjid Raya Makassar pada tahun 1947-1978: sebuah tinjauan sejarah. a.



Batasan Temporal Penelitian ini akan memfokuskan penelitiannya pada tahun 1947-1978.



Penulis memilih kurun waktu tersebut untuk menjadi batasan waktu penelitian ini karena pada tahun 1947-1978 menjadi tolak ukur penelitian ini karena merupakan



10



arti penting bagi perjalanan sejarah di Indonesia tidak terkecuali di daerah Indonesia timur terutama dalam tahap pembangunan. Untuk sarana keagamaan, ditandai dengan pembangunan Masjid Raya Makassar. Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 kota Makassar justru kembali lagi dalam campur tangan oleh Belanda. Ini semakin diperkuat dengan dibentuknya negara federal bentukan Belanda yakni Negara Indonesia Timur (NIT). Terbentuknya NIT memperkuat kedudukan kota Makassar karena menjadi ibukota negara federal. Masjid Raya Makassar merupakan salah satu bentuk bangunan dari periode Makassar sebagai Negara Indonesia Timur (NIT) yang mulai di bangun pada tahun 1947. Penulis membatasi hingga tahun 1978 menjadi periode terakhir penulisan karena penulis ingin melihat perkembangan yang terjadi di Masjid Raya Makassar, dimana pada tahun tersebut sejak diresmikannya Masjid Raya Makassar pada tanggal 25 Mei 1949,18 Pertama kalinya Masjid Raya Makassar mengalami pemugaran pada tahun 1978. Pasca pemugaran Masjid Raya Makassar mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang, baik dari perkembangan fisik dan maupun perkembangan fungsinya. Perkembangan masjid sangat berperan mengubah kehidupan masyarakat setempat khususnya dibidang agama. Pada rentang waktu 1947 sampai dengan 1978 banyak perkembangan yang dialami Masjid Raya Makassar. b.



Batasan Spasial



18



KH. Muh. Sanusi Baco, LC, Ketua Yayasan Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 18 November 2019.



11



Dari segi batasan spasial ini berfokus pada wilayah kota Makassar. Masjid Raya Makassar yang bertempat di Jalan Masjid Raya No.57, Makassar, Sulawesi Selatan. 1.2.2



Rumusan Masalah Selain melakukan pembatasan masalah, seorang peneliti sejarah juga harus



merumuskan masalah-masalah pokok dalam penelitian ini. Hal itu dilakukan agar mempermudah peneliti sejarah dalam mengumpulkan sumber-sumber yang relevan dan sesuai dengan topik dan periode yang ditentukan. Permasalah yang akan penulis sampaikan dalam penelitian



ini



adalah



mengenai



sejarah



berdirinya Masjid Raya Makassar 1947-1978. Berkaitan dengan hal ini maka penulis telah merumuskan masalah-masalah penelitian yang akan di bahas dalam penelitiannya. Berikut adalah paparan masalah yang ingin dikaji oleh penulis: 1. Bagaimana sejarah berdirinya Masjid Raya Makassar? 2. Bagaimana perkembangnya Masjid Raya Makassar dari semenjak berdirinya tahun 1947 hingga tahun 1978 dan relevansi keberadaan Masjid Raya Makassar bagi masyarakat kota Makassar? 1.3



Tujuan dan Manfaat Penelitian



1.3.1



Tujuan Penelitian



1. Untuk mengetahui secara jelas sejarah berdirinya Masjid Raya Makassar 2. Untuk mengetahui secara jelas perkembangnya Masjid Raya Makassar dari tahun 1947 hingga tahun 1978 dan relevansi Masjid Raya Makassar bagi masyarakat kota Makassar.



12



1.3.2



Manfaat Penelitian Dalam melakukan sesuatu hal, maka ada manfaat yang ingin kita



dapatkan. Apakah itu manfaat bagi diri sendiri maupun manfaat bagi banyak orang. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai pengalaman yang berharga dalam rangka menambah wawasan keilmuan, lebih spesifik lagi sejarah Masjid Raya Makassar 1947-1978: sebuah tinjauan sejarah dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh perkuliahan pada program studi Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin. 2. Bagi masyarakat umum, penelitiam ini diharapkan dapat memberi pengetahuan baru tentang sejarah dan perkembangan Masjid Raya Makassar. 3. Tulisan nantinya diharapkan dapat menjadi salah satu referensi atau pembanding terhadap penelitian yang lebih mendalam tentang sejarah Masjid Raya Makassar. 1.4



Metode Penelitian Dalam penulisan suatu karya ilmiah, terdapat cara yang digunakan untuk



menyusun karya ilmiah tersebut. Hal tersebut sering kali di sebut sebagai metode. Metode berbeda dengan metodologi. Metode merupakan teknik penelitian atau alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data.19 Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang mana penulis mengumpulkan data untuk menarik satu 19



M Saleh Madjid dan Abdul Rahman Hamid, Pengantar Ilmu Sejarah (Makassar : Rayhan Intermedia, 2008 ), hlm. 46.



13



kesimpulan dari kejadian masa lalu. Meskipun terdapat banyak jenis kajian sejarah, akan tetapi tetap menggunakan metode penelitian yang sama. Dalam buku yang berjudul ”Pengantar Ilmu Sejarah” Kuntowijoyo memaparkan beberapa tahapan-tahapan dalam penelitian sejarah yaitu pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi (Kritik sumber), interpretasi: analisis dan sintesis, dan yang terakhir adalah penulisan.20 Tidak jauh berbeda dengan Kuntowijoyo, Helius Sjamsuddin memberi istilah yang langsung pada yang dilakukan oleh sejarawan, yaitu menulis sejarah. Menurut Helius, ketika seorang sejarawan sedang dalam tahap menulis, maka ia akan mengerahkan seluruh daya pikirannya, bukan hanya kemampuan penggunaan kutipan-kutipan atau catatan-catatan, tetapi yang utama adalah kemampuan berpikir kritis dan menganalisis, karena suatu sintesis harus menjadi hasil dari penelitiannya, yang kemudian dituangkan dalam sebuah karya tulisan yang disebut dengan historiografi.21 Penulis dalam hal ini akan menggunakan metode penelitian sejarah (historis) yang mengacu pada metode sejarah dari Kuntowijoyo. Penelitian sejarah terdiri dari lima tahap, yaitu pemilihan topik, pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber atau verifikasi, interpretasi, dan penulisan (historiografi). 22 Tahapan demi tahapan akan penulis paparkan secara lebih lanjut di bawah ini. 1. Pemilihan topik merupakan tahap awal dalam sebuah penelitian sejarah. Topik yang dipilih sebaiknya harus berdasar pada kedekatan intelektual dan kedekatan emosional. Agar topik yang dipilih nantinya bersifat



20



Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), hlm. 67. Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm. 121. 22 Ibid, hlm. 89. 21



14



workable, yaitu dapat dikerjakan dalam waktu yang tersedia. Karena secara individu kita mampu dan tertarik untuk meneliti lebih lanjut topik yang telah dipilih tersebut. Penulis memilih topik tentang sejarah Masjid Raya Makassar. Penulis memiliki ketertarikan, setelah membaca beberapa artikel di surat kabar online, yang menyebutkan bahwa Masjid Raya Makassar merupakan salah satu tonggak sejarah. Penulis merasa mampu untuk meneliti topik tersebut, karena masjid tersebut berada tepat di tempat penulis menuntut ilmu saat ini. 2. Pengumpulan sumber sejarah atau Heuristik merupakan tahap kedua yang harus dilakukan. Mengingat tulisan sejarah yang sifatnya sistemtis, maka tahap-tahap



dari



metode



sejarah



tidak



dapat



ditukar-balik



atau



mendahulukan kritik, interpretasi, ataupun historiografi. Hal tersebut dimaksudkan, guna memperkaya data, dalam merekonstruksi sebuah topik peristiwa sejarah, berdasar pada pandangan awal saat memilih topik penelitian. Sumber sejarah, menurut bahannya, dibagi menjadi dua, yaitu tertulis dan tidak tertulis. Serta tidak melupakan tentang sumber lisan, ingatan-ingatan dari pelaku sejarah, sanak keluarga atau kerabat dekat dapat dijadikan sebagai sumber sekunder dan bahkan sumber primer. Sumber kuantitatif juga dapat dimanfaatkan, data-data yang berisikan angka-angka dapat menjadi pendukung penelitian sejarah.23 Penelitian tentang sejarah menempatkan sumber sejarah sebagai syarat mutlak yang harus ada. Tanpa sumber sejarah, kisah masa lalu tidak



23



Kuntowijoyo, op.cit., hlm. 94-98.



15



dapat direkonstruksi oleh sejarawan. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-data di Makassar melalui Badan Arsip Dan Perpustakaan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan maupun langsung dari data di Masjid Raya Makassar, informan yang terdiri dari pengurus yayasan Masjid Raya Makassar, para tetua yang mengetahui sejarah masjid. Penulis mencari sumber dan data melalui arsip dan dokumen sejarah yang berkaitan dengan topik penulis. Penulis melakukan penelitian ke Badan Arsip Dan Perpustakaan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan yang beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan KM.12 No.146, Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Penulis telah mempertimbangkan dan menelusuri sebelumnya mengenai sumber-sumber yang akan penulis cari, penulis melakukan penelitian di Arsip Daerah selama kurang lebih dua bulan yang dimulai pada tanggal 14 Oktober 2019 sampai tanggal 12 Desember 2019. Setelah melakukan beberapa penelusuran, penulis menemukan sumbersumber



primer



yang



diinginkan.



Penelitian



selanjutnya



penulis



mendapatkan beberapa sumber buku di Laboratorium Sejarah dan Budaya Universitas Hasanuddin, Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya. Penulis juga mencari sumber dan data di Masjid Raya Makassar. Penulis melakukan penelitian selama satu bulan di Masjid Raya Makassar melalui narasumber yaitu, pertama langsung dari informan yang terdiri dari pengurus yayasan masjid, para tetua yang mengetahui sejarah masjid, yang menjadi narasumber (sumber lisan) tersebut, antara lain bapak Dr.



16



(HC) KH. Muh.Sanusi Baco, LC merupakan ketua yayasan Masjid Raya Makassar, H. Ambo Sakka Ambo S.Ag.,M.Ag merupakan Kepala Bagian Kesekretariatan sekaligus Administrasi dan Keuangan, dan Muhammad Syahril, S. Ag. M. HI merupakan imam tetap Masjid Raya Makassar untuk di wawancarai lebih mendalam. Penulis juga menelusuri buku-buku dan karangan ilmiah sekunder yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti. Penulisan juga dilengkapi dengan sumber-sumber sekunder. 3. Verifikasi (Kritik sejarah) merupakan Proses sebagai bagian dari bagian penafsiran dan pengkajian sumber. Sebagai seorang peneliti, seorang sejarawan haruslah bersikap curiga, sangsi dan berhati-hati tentang cerita atau keterangan sumber sebelum menerima dan mempercayai kebenaran. Dalam melakukan kritik sumber sejarah terdapat dua hal penting yang harus dilakukan, yakni kritik otentisitas (kritik ekstern) dan kritik kredibilitas (kritik intern). Kritik ekstern adalah langkah-langkah meneliti atau menguji apakah dokumen-dokumen atau sumber-sumber sejarah yang didapatkan otentik atau asli, utuh, atau sudah banyak perubahan, bahkan mungkin palsu. Adapun kritik intern adalah penekanan pada isi dari sumber. Kritik intern ini juga menguji kredibilitas suatu sumber. 4. Interpretasi (Penafsiran Sejarah) tahapan ini merupakan tahapan setelah krtitik sumber. Sumber-sumber sejarah yang telah didapatkan sifatnya masih bisu. Oleh karena itu, perlu di tafsirkan oleh sejarawan atau peneliti. Berdasarkan hal itu, maka seorang peneliti harus berupaya menyusun fakta-fakta sejarah yang dapat dibuktikan kebenarannya. Pada tahap ini



17



sumber-sumber yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis yang mana yang perlu digunakan dan yang mana yang tidak perlu di masukkan karena data di Badan Arsip Dan Perpustakaan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan tidak sesuai dengan judul laporan yang ada. Data di Masjid Raya Makassar sudah banyak yang hilang karena masjid sudah beberapa kali di renovasi. Dari proses analisis tersebut kemudian diperolehlah fakta-fakta, yang kemudian fakta-fakta yang telah diperoleh disintesiskan sehingga mendapat sebuah kesimpulan.24 5. Historiografi atau penulisan merupakan tahap akhir dari tahap penelitian sejarah. Dimana tahap ini adalah tahap peneliti menarasikan hasil analisis dari sumber-sumber yang di gunakan. Penelitian ini merupakan suatu penelitian historis karena penelitian ini diarahkan untuk meneliti, mengungkapkan dan menjelaskan peristiwa masa lampau sehingga jelas diarahkan kepada metode sejarah yang bersifat kualitatif. Tujuan dari penelitian historis ini yaitu menemukan dan mendeskripsikan secara analisis serta menafsirkan tentang sejarah dan perkembangan masjid Raya Makassar dan juga penulis akan menjelaskan mengenai relevansi masjid Raya Makassar bagi masyarakat kota Makassar. Dalam penulisan sejarah, aspek kronologi adalah hal yang sangat penting. Dengan demikian urutan kejadian merupakan kunci pokok dalam penulisan sejarah. Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam penelitian sejarah. Pada tahap ini penulis akan menuliskan peristiwa sejarah tersebut 24



Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), hlm. 100.



18



dalam sebuah tulisan yang dalam penulisan, pemaparan dan pelaporan menggunakan tata cara tertentu. Dalam hal ini, yang penulis lakukan adalah penelitian dengan kajian kepustakaan. Sebagaimana halnya suatu laporan karya penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah seharusnya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari awal fase perencanaan sampai dengan akhir penarikan kesimpulan. Berdasarkan penulisan sejarah itu pula didapat nilai apakah penelitian itu berlangsung sesuai dengan prosedur yang dipergunakan ataukah tidak, apakah sumber atau data yang mendukung penarikan kesimpulan memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai ataukah tidak dan sebagainya. Pada tahap ini fakta-fakta yang telah didapatkan penulis setelah melalui tahap-tahap sebelumnya, kemudian dituangkan dalam sebuah tulisan yang memenuhi kaidah-kaidah tertentu. Berupa sebuah kisah sejarah yang dapat dipertanggung jawabkan oleh penulis itu sendiri. Penulisan sejarah merupakan proses penjelasan dari semua kegiatan dalam proses penelitian sejarah. Pada tahap ini peneliti mencoba untuk menggambarkan hasil penelitiannya. Dalam hal ini pada penelitian tentang sejarah Masjid Raya Makassar 1947-1978: sebuah tinjauan sosial, peneliti mencoba untuk menggambarkan bagaimana sejarah dan perkembangan Masjid Raya Makassar dan relevansi Masjid bagi masyarakat Makassar. Hasil penulisan tersebut merupakan hasil dari penemuan sumber-sumber yang diseleksi melalui kritik baik ekstern maupun intern, kemudian diinterpretasi lalu disintesa yang selanjutnya disajikan secara deskriptif.



19



1.5



Tinjauan Pustaka Pembahasan tentang sejarah Masjid Raya Makassar belum banyak ditulis.



Tujuan pengkajian pustaka untuk sisi lain yang menarik dan perlu dikembangkan. Adapun sumber dan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ialah: Dalam buku “Makassar Doeloe Makassar Kini Makassar Nanti” yang ditulis oleh H Udhin Palisuri (2000),25 menjelaskaan bagaimana awal terbentuknya Masjid Raya Makassar awal kedatangan Muchtar Lutfi di Makassar yang kemudian Muchtar Lutfi menjadi ketua panitia pembangunan pertama dalam membangun Masjid Raya Makassar. Pada buku tersebut menjelaskan tentang bagaimana lima puluh tahun berselang Masjid Raya Makassar yang memberi nama harum bagi kota Makassar dan daerah Sulawesi Selatan. Makasaar Terkenang Masa Lalu



yang ditulis oleh Nasaruddin Koro



(2009)26 yang menjelaskan dari periode prasejarah sampai periode kontemporer Sulawesi Selatan, juga membahas Masjid Raya Makassar di kecamatan Bontoala didirikan oleh Muchtar Luthfi salah satu ulama yang berasal dari Minang ia pejuang anti penjajahan. Buku karya Ide Anak Agung Gde Agung dengan judul Dari Negara Indonesia Timur ke Republik Indonesia Serikat yang diterbitkan oleh Gadjah Mada University Press pada tahun 1985,27 menjelaskan secara rinci membahas dinamika politik Negara Indonesia Timur sehingga penulis menjadikan rujukan dalam peneitian ini untuk menyandingkan hubungan kondisi politik dengan 25



Zainuddin Tika dkk, Makassar Tempo Doeloe, Makassar: Lembaga Kajian dan Penulisan Sejarah Budaya Sulawesi Selatan, 2011. 26 Nasaruddin Koro, Makasaar Terkenang Masa Lalu, Jakarta: Mitracard Grafika, 2009. 27 Ide Anak Agung Gde Agung, Dari Negara indonesia Timur ke Republik Indonesia Serikat, Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers, 1985.



20



kondisi sosial masyarakat kota Makassar. NIT adalah salah satu Negara bagian dari Negara Federal Hindia di bawah Ratu Belanda. Di sepanjang keberadaannya ditandai dengan dinamika politik berupa jatuh bangunnya kekuasaan kabinetkabinetnya sebagai dampak perjuangan politik antara yang pihak yang pro Hindia Belanda dengan pihak yang memihak negara Kesatuan Indonesia. Zaman NIT dibangunlah Masjid Raya Makassar. Ide Anak Agung Gde Agung adalah Perdana Menteri Negara Indonesia Timur sejak tahun 1947 sampai 1950, sesudah itu ia menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Serikat yang dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1950. Monumen Islam Bersejarah di Sulawesi Selatan28 yang ditulis oleh Akin Duli pada tahun 2013 ini n tentang keragaman peninggalan budaya islam yang ada di Sulawesi Selatan. Dalam buku ini dijelaskan beragam peninggalan-peninggalan atau monument yang berkaitang dengan islam di Sulawei Selatan yang bersifat material, seperti halnya masjid Jami yang berada di Palopo, Masjid Lamuru yang ada di Bone, di Makassar Masjid Babul Firdaus masjid Arab dan Masjid Nurul Mukminin, hingga Masjid Al-Hilal yang ada di Gowa. Penulis mengambil juga dari buku Abdul Baqir Zein



yang berjudul



Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia.29 Buku ini terbit pada tahun 1999 Dalam buku ini menguraikan banyak sejarah masjid-masjid di Indonesia. Dalam buku ini salah satu tua masjid di Sulawesi Selatan yang ada adalah Masjid Raya Nur Balangnipa di Sinjai dan Masjid Katangaka Gowa.



28 Akin Duli dkk, Monumen Islam di Sulawesi Selatan. Makassar: Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar, 2003. 29 Abdul Baqir Zein, Masjid-masjid bersejarah di Indonesia, Jakarta: Gema Insani, 1999.



21



Masjid sebagai Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam30 buku karya Sidi Gazalba, terbit pada tahun 2001 memberikan penjelasan mengenai masjid sebagai pusat dan kebudayaan Islam secara menyeluruh, namun yang menarik dari buku ini adalah cara pendekatannya yang menggunakan studi masjid sebagai objek untuk menjelaskan bagaimana Islam tersebut. Penyampainnya yang sederhana mampu mengungkap bagaimana hubungan budaya Islam dengan masjid. Buku ini juga menjelaskan mengenai konsep asli tentang masjid, memperbaharui pandangan terhadap fungsi-fungsi masjid, dalam rangka pemikiran dan penafsiran kembali ajaran, hakikat dan masalah Islam. Buku ini juga menjelaskan peran Masjid pada masa Rosulullah SAW dimana Masjid sebagai tempat ibadah ritual untuk menyempurnakan aqidah umat Islam dan pengembangan dakwah dan juga sebagai pusat kebudayaan. Buku karangan Dr. Andi Agustang, M.Si, Masjid Tua Katangka Dari Ritual Hingga Fungsi Sosial pada tahun 2008. Buku ini menggambarkan tentang sejarah berdirinya masjid, aktivitas sosial, kegiatan dakwah dan syiar Islam, pendukung dan penghambat fungsi sosial, pemeliharaan dan pelestarian maupun prasasti masjid dan makam. Dalam buku berjudul Makassar Tempo Doeloe tahun 2011 yang ditulis oleh Zainuddin Tika dkk31, menjelaskan secara rinci tentang Makassar telah ada sejak zaman Majapahit, ini terbukti di dalam buku Negarakartagama karangan Empu Prapanca telah disebut nama Makassar sebagai suatu wilayah. Makassar



30



Sidi Gasalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna,



2001. 31



Zainuddin Tika dkk, Makassar Tempo Doeloe, Makassar: Lembaga Kajian dan Penulisan Sejarah Budaya Sulawesi Selatan, 2011.



22



kemudian mengalami puncak kejayaannya di abad ke 16-17, terutama ketika kerjaan Makassar dibawah pimpinan Sultan Malikussaid yang diberi gelar Karaeng Pattingalloang. Dimasa kekuasaan Karaeng Patingalloang Bandar Niaga Sombopu sangat ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai Negara dan mendirikan perwakilan dagang di sekitar Bandar Niaga Sombaopu. Sejarah Gowa yang ditulis Abd. Rasak Daeng Patunru.32 Buku ini terbit pada tahun 1983 menjelaskan dengan detail mengenai sejarah Gowa sejak masa pra-kolonial hingga kemerdekaan. Pada masa pemerintahan Negara Indonesia Timur 1946-1950 kerajaan Gowa dalam hal ini raja Gowa ke 36 Andi Ijo Daeng Mattawang menjadi kepala pemerintahan negeri di Gowa, di samping itu beliau mendapat pula kehormataan untuk diangkat menjadi wakil ketua Hadat Tinggi. Pada peletakan batu pertama Masjid Raya Makassar tahun 1947 Andi Ijo Daeng Mattawang turut hadir. Adapun sumber-sumber umum yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku yang ditulis oleh Kotowijoyo yang berjudul Pengantar Ilmu Sejarah33 dan Metodologi Sejarah.34 Membantu penelitian ini dlam melihat dan memahami tentang metode-metode yang digunakan secara efektif dalam penetian ini.



32



Abd. Razak Daeng Patunru, Sejarah Gowa, (Ujung Pandang: Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan. 1983) 33 Kontowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana. 2013) 34 Kontowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: : Yayasan Benteng Budaya. 1994)



23



1.6



Sistematika Penulisan Untuk menghasilkan tulisan yang tersusun secara kronologi maka dalam



penelitian berjudul Sejarah Masjid Raya Makassar 1947-1978 penulis akan membaginya kedalam 5 bab secara sistematis. Pada bab pertama akan membahas latar belakang maslah yang berisi sejarah singkat dan alasan-alasan penulisan mengambil judul yang ditulisnya akan di rangkum pada bagian pendahuluan. Selanjutnya penulis akan memaparkan batasan masalah dan rumusan masalah, selanjutnya tujuan dan manfaat dari penelitian, serta metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian dan tinjauan pustaka yang sangat membantu dalam penulisan penelitian ini. Pada bab kedua penulis akan memaparkan tinjauan umum yang mencakup gambaran umum masyarakat kota Makassar, letak wilayah dan kondisi geografis, sejarah kota Makassar, kemudian keadaan masyarakat Makassar, kondisi ekonomi,



kondisi sosial, kondisi keagamaan masyarakat kota Makassar,



Makassar masa NIT, kedatangan tentara Belanda, dan pembentukan NIT, juga penulis membahas NIT karena Masjid Raya Makassar merupakan salah satu bentuk bangunan dari periode Makassar sebagai ibu kota Negara Indonesia Timur (NIT) yang diresmikannya pada tahun 1949, sebagai salah satu masjid terindah di kawasan Indonesia Timur, Masjid Raya Makassar juga merupakan saksi bisu sejarah bagi masyarakat Makassar yang pada masa perjuangan. Pada bab ketiga penulis akan mulai dari sejarah awal masjid Raya Makassar, proses lahirnya ide pembangunan Masjid Raya Makassar, susunan awal kepanitiaan pembangunan Masjid Raya Makassar, pendanaan, sumber bantuan,



24



dan lain sebagainya. Wujud arsitektur bangunan Masjid Raya Makassar juga akan penulis paparkan di bab ini. Meski tidak akan penulis paparkan secara ilmu arsitektur, karena memang bukan bidang penulis untuk mampu memaparkan secara lebih jelasnya. Visi misi Masjid Raya Makassar, fungsi masjid secara umum, peranan masjid secara umum, dan peranan Masjid Raya Makassar bagi masyarakat di kota Makassar. Pada bab keempat akan membahas perkembangan Masjid Raya Makassar dan relevansi Masjid Raya Makassar dalam berbagai kegiatannya di tengah masyarakat kota Makassar. Pada bab kelima penulisakan membahas penjabaran dari bab 1 sampai bab 4 sehingga dapat ditarik satu kesimpulan dari penulisan tersebut. Kesimpulan tersebut merupakan jawabaan dari pertanyaan rumusan masalah yang telah penulis ajukan dalam penelitian. Sekaligus penutup dari penelitian yang telah terangkum dalam bab terakhir ini



25



BAB II GAMBARAN UMUM MAKASSAR 2.1



Kondisi Geografis Kota Makassar Lokasi penelitian ini masuk dalam wilayah kota Makassar. Berdasarkan



secara geografis kota Makassar terletak di pesisir pantai barat Sulawesi Selatan pada kordinat 119°18’27, 97”-119°32’31, 03” bujur timur dan 5°003’30, 18”5°14’6, 49” lintang selatan dengan ketinggian bervariasi antara 0-25 meter dari permukaan laut, dengan suhu udara antara 20° C sampai dengan 32° C. Topografi wilayahnya relative datar dengan kemiringan 0-5° kearah barat. Dengan luas wilayah Kota Makassar tercatat seluas 175,77 km persegi. Maka batas-batas wilayah sebagai berikut:



1) Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkajene, Kabupaten Pangkep, dan Kabupaten Maros.



2) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Kabupaten Gowa.



3) Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar.



4) Sebelah baratasan dengan Selat Makassar.1



1



Shaff Muhtamar, Buku Cerdas Sulawesi Selatan, (Makassar: Yayasan Karaeng Pattingallong Perpustakaan Abdurrasyid Daeng Lurang, 2005), hlm 13.



26



Iklim di Makassar termasuk tropis, karena letaknya yang menghampiri garis khatulistiwa,



seperti halnya dengan wilayah Indonesia lainnya dengan



keadan suhu udara rata-rata sekitar 26° C sampai 33° C, kelembapan udaranya berkisar antara 75% - 90%. Curah hujan rata-rata 318 mm dengan jumlah hari hujan sekitar 117 hari pertahun, terdapat pada bulan Januari, Februari, Maret, November, dan Desember. Kecepatan anginnya rata-rata 2-3 knot/jam, dan penyinaraan matahari rata-rata 51,59%. Iklim di kota Makassar hanya mengenal dua musim sebagaimana wilayah Indonesia lainnya, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung dari bulan Oktober sampai April dipengaruhi oleh muson barat, dalam bahasa Makassar disebut bara, dan musim kemarau berlangsung dari bulan Mei sampai September dipengaruh oleh muson timur, dalam bahasa Makassar disebut tomoro. Pada musim kemarau ( Juli- Juni), daerah Sulawesi Selatan pada umumnya sering muncul angin kencang yang kering dan dingin bertiup dari tenggara, yang disebut angin barubu (Fohn).2 Siklus muson di wilayah Sulawesi Selatan menjadikan Makassar sebagai jalur perdagangan, baik jalur barat ( Eropa, Gujarat, India Selatan, Semenanjung Malaka, Sumatra, Jawa, dan Kalimantan, Makassar, Maluku serta Papua ) maupun jalur pelayaran utara ( Cina, Filipina, Jepang, Makassar, Nusa Tenggara, dan Australia). Keadaan wilayah inilah yang menyebabkan terjadinya peperangan antara penguasa pedalaman dan penguasa pesisir untuk memperbutkan wilayah yang strategis di Sulawesi Selatan khususnya Makassar.



2



Ibid,. hlm.15.



27



Dari data dan fakta tentang kondisi geografi Makassar diatas, akan berpengaruh terhadap hubungan dalam kebutuhan dasar individu dalam masyarakat sehingga penggambaran kondisi geografis tersebut menjadi rujukan dalam menganalisis kondisi sosial masyarakat kota Makassar.



2.2



Sejarah Kota Makassar Kota Makassar adalah ibukota dari provinsi Sulawesi Selatan. Sebelumnya



bernama Kotamadya Ujung Pandang. Kota Makassar adalah wilayah Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo yang terletak pada pesisir pantai sebelah barat semenanjung Sulawesi Selatan. Pada mulanya merupakan Bandar kecil yang didiami oleh suku Makassar dan suku Bugis. Yang kemudian tumbuh sebagai bandar niaga yang berperan penting, sejalan dengan perkembangan kerajaan Gowa sebagai kerajan maritim yang penting pada masa lampau. Dari bandar niaga, Makassar berkembang melintasi waktu tiga abad lebih dan kota Makassar yang sebelumnya adalah sebuah distrik dalam wilayah Sulawesi, kemudian oleh pemerintahan Hindia Belanda dicetuskan ordinansi 12 Maret 1906 Staatsblad No 19 tahun 1906 yang memberikan status kota otonom dengan pemerintahan sendiri terhitung mulai tanggal 1 April 1906 dengan sebutan Gemente Macasser) yang merupakan tonggak sejarah berdirinya pemerintahan Kota Makassar. Sejak tahun 1906 ini Makassar telah menjadin suatu wilayah adminstrasi pemerintahan Belanda yang disebut pemerintahan Makassar (Afdeling Makassar). Sejak tahun tersebut Makassar telah berkembang menjadi kota modern akan tetapi tetap bercirikan kota kolonial. Meskipun menunjukan ciri kota



28



kolonial akan tetapi wilayah Makassar tetap menunjukan wilayah yang dipenuhi oleh



perkampungan.



Perkampungan-perkampungan



tersebut



merupakan



kelompok-kelompok pemukiman yang sudah teratur dalam bentuk kampung yang penataannya telah menjadi syarat perkotaan.3 Perkembangan selanjutnya maka berdasarkan Staatsblad No.719 Tahun 1938, Gemente Macasser diubah menjadi Staadsgemeente Macasser. Status ini berlangsung hingga memesuki masa pendudukan pemerintaan Jepang di Indonesia. Setelah Jepang menyerah kepada Tentara Sekutu pada tahun 1945, maka pemerintahan Belanda dan NICA diubah namanya menjadi Haminte Makassar. Berkaitan dengan kewilayahan di Makassar dari suatu periode ke periode selalu mengalami perubahan bergantung pada kepentingan dan kebutuhan yang ada pada penguasa. Dalam Negara Indonesia Timur yang terbentuk pada tangga 24 Desember 1946 sampai Negara Republik Indonesia Serikat tetap memakai nama Haminte Makassar. Pada tahun 1947 Kotapraja Makassar terbagi atas empat distrik yaitu Distrik Makassar Distrik Wajo, Distrik Ujung Tanah, dan Distrik Mariso. Sesuai dengan Undang-Undang No.9 Tahun 1957 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah karena perkembangan penduduk Distrik dan kemajauan Kotapraja Makassar di jadikan enam daerah distrik, yaitu sebagai berikut: 1. Distrik Makassar 2. Distrik Ujung Pandang ( pemekaran dari Distrik Makassar) 3 Edward L. Poelinggomang, Perubahan Politik dan Hubungan Kekuasaan Makassar 1906-1942, (Yogyakarta, Penerbit Ombak), 2004). Hlm.1.



29



3. Distrik Wajo (disebut juga dengan Kampung Cina) 4. Distrik Ujung Tanah 5. Distrik Bontoala ( pemekaran dari Distrik Makassar) 6. Distrik Mariso Perkembangan kota Makassar berlangsung terus menerus bertambah lagi dua distrik sehingga terdapat 8 distrik yaitu Tallo (pemekaran dari Distrik Makassar) dan Disrtik Mamajang (pemekaran dari Disrik Makassar). Barulah Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah dileburnya Negara Indonesia Serikat dalam bulan Mei 1950, maka Haminte Makassar barulah menjadi Kota Besar Makassar (KBM), yang selanjutnya melalui Undang-Undang No.29 Tahun 1959, Kota Besar Makassar lalu menjadi Daerah Tingkat II Kotapraja Makassar. Kedudukan Kotapraja pada dasarnya disejajarkan dengan kedudukan Daerah Tingkat II yang statusnya dinyatakan sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-Undang No. 47 Tahun 1960 (Lembaran Negara No. 151). Perubahan kedudukan ini erat kaitannya dengan kebijaksanaan pengaturan administrasi di Indonesia yang menghendaki penataan tingkat adminstrasi pedesaan dan perkotaan menjadi sejajar. Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 1964 (lembaran Negara Tahun 1964 No. 94 Pasal 2 ayat 3) ditetapkan Makassar sebagai ibu kota Provinsi Daerah Tingkat 1 Sulawesi Selatan dan berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1965



30



Daerah Tingkat II Kotapraja Makassar, dan akhirnya menjadi Kotamadya Ujung Pandang berdasarkan Peraturan Pemerintahan No. 51 Tahun 1971.4



2.3



Kondisi Penduduk Kota Makassar Kehidupan



masyarakat



kota



Makassar



yang



semakin



dinamis



mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk. Penyebab meningkatnya penduduk antara lain, kesalahan data sebelumnya, perluasan kebutuhan administrasi pemerintahan, tersedianya lapangan kerja, adanya jaminan sosial dan keamanan. Sedangkan penyebab kurangnya penduduk antara lain: hambatan admistrasi untuk mengembangkan usaha, adanya ancaman keamanan, adanya kesempatan usaha yang lebih baik di tempat lain, mutasi pegawai pemerintahan, dan wabah penyakit.5 Meningkatnya penduduk di kota-kota besar yang pada umumnya diakibatkan karena beberapa faktor diantaranya adalah perpindahan penduduk desa ke kota untuk mencari kerja, adanya penduduk desa yang datang ke kota untuk menuntut ilmu, kedatangan para pedagang, dan sebagainya.



Tahun 1950 dalam afdeling Makassar terdapat 144.979 jumlah penduduk. Dari jumlah penduduk tersebut sekitar 44.097 penduduk tinggal dalam distrik Makassar, 28.695 penduduk tinggal dalam distrik Wajo, Ujung Tanah 14.688 penduduk, Mariso 21.735 penduduk, Spermondes 26.760 penduduk, Kalukung 4.655 penduduk, dan Pastilom 4.543 penduduk. Distrik Makassar dalam



4 Zainuddin Tika dkk, Makassar Tempo Doeloe, (Makassar: Lembaga Kajian dan Penulisan Sejarah Budaya Sulawesi Selatan, 2011), hlm.19-20. 5 Edward L. Poelinggomang, Makassar Abad XIX Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim, (Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2002). Hlm.174-175.



31



kekuasaan NIT memiliki 9 kampung yaitu terdiri dari kampung Maricaya dengan jumlah penduduk 7.625 , Mardekaya 6.542 penduduk, Bara-Baraniya 2.068 penduduk, Macini 2.479 penduduk, Lariang Bangi 5.360 penduduk, Pisang Selatan 7.326 penduduk, Pisang Utara 5.561 penduduk, Mangkura 3,799 penduduk, dan kampung Baru 3.319 peduduk. Kampung terpadat penduduknya merupakan kampung Pisang Selatan dan kampung Maricaya pada saat itu.6



Makassar terus mengalami perubahan baik ditata pemerintahan, sosial ekonomi, budaya, serta pertumbuhan penduduk seiring bergantinya masa. Hal ini sangat mendasar dari perubahan kota Makassar pasca kemerdekaan karena kota Makassar sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan merupakan pusat pemerintahan, pendidikan, dan perdagangan juga kota pelabuhan yang penting di bagian timur Indonesia. Dari sudut ekonomi Makassar memiliki cukup potensi dan perekonomiannya sehat juga dapat membiayai pembangunan-pembangunan di kota Makassar, hal ini yang menjamin kemajuaan dan kesejaheraan masyarakat.



Penduduk Makassar memiliki sifat dan karakter yang sama dengan orang Bugis, yang memiliki sifat demokratis dan sangat menghargai kekeluargaan. Penduduk Makassar juga dikenal sebagai orang yang peramah dan sangat menghargai orang lain. Bentuk tubuh orang Makassar langsing, berotot, dan warna



6 J.R Chaniago, Menuju Negara Kesatuan Republik Indonesia Peranan Pemimpin Lokol dslsm Dinamika Politik di Sulawesi Selatan dan Sumatra Timur 1950, (Yogyakarta: Universitas Gadjha Mada, 2002), hlm. 75-76.



32



kulitnya sawomatang. Penduduk Makassar memiliki bahasa yang berbeda dengan orang Bugis, bahasanya vokalis tidak mempunyai model klinker.7



Pada umumnya penduduk Makassar sudah memperoleh pendidikan yang cukup baik dengan tersedianya sekolah-sekolah tempat kursus dan pelatihan, bahkan Universitas Hasanuddin didirikan pada tahun 1956. Di masa NIT terdapat beberapa sekolah di Makassar diantaranya yaitu De Fraterschool di Continelaan,8 De Zusterschool di Arendsbrugweg. Perguruan Nasional di Goaweg (terdiri dari sekolah rakyat, sekolah menengah pertama, sekolah menegah tinggi, dengan murid sekitar 1.000 orang). Chinesch Scholen dan Chinesch Nationale di Marosweg Zandzeestraat (jalan Bali sekarang), Sekolah Kepandaian Putri di Klapperlaan (jalan Mongisidi sekarang) dibawah pimpinan Towolise, Sekolah Sawerigading di Datoemoesengweg, Sekolah Perguruan Islam, Organisasi Persekutuan Islam, dan Majelis Islam.9



2.4



Kondisi Sosial dan Ekonomi di Makassar Tidak dapat di pungkiri sebagai ibukota provinsi maka Makassar menjadi



pusat kegiatan masyarakat. Sehingga kondisi yang menjadikan warga masyarakat banyak terkonsentrasi di pusat kota. Letak Masjid Raya Makassar berada di pusat kota dan penduduk yang tinggal di sekitar Masjid Raya Makassar memiliki hubungan kekerabatan yang cukup erat, di mana rata-rata masyarakat setempat di 7



Mattulada, Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar Dalam Sejarah, (Makaassar: Ombak, 2011), hlm.12. 8 Skolah Frateran berdiri pada tahun 1940 terletak di jalan Kajaolaliodo, yang dahulu bernama Katholieke Sociale Bond. 9 J.R Chaniago, Op.cit., hlm. 83.



33



sekitar



masjid di huni oleh beragam kelompok etnis, seperti suku Makassar



sebagai penduduk asli, Bugis, Mandar, Mamasa, dan Toraja. Masyarakat setempat juga memiliki nilai-nilai budaya yang kuat pada dasar-dasar filasafah dan adat suku bangsa mereka.



Seiring dengan perkembangan, kondisi sosial ekonomi masyarakat Makassar mengalami perubahan. Kenaikan jumlah penduduk daerah kota suatu wilayah dapat mencerminkan bahwa wilayah tersebut sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Kenaikan jumlah penduduk juga disebabkan adanya perubahan kota Makassar yang modern. Masyarakat di Makassar memiliki bermacam-macam lapangan kerja, memiliki mata pencaharian sebagai pedagang, petani, pelaut, dan buruh. Perdagangan juga yang menempatkan Makassar sebagai pusat perdagangan beras, jagung, kopi dan lain-lain. Salah satu tanaman yang menguntungkan di masa NIT (Negara Indonesia Timur) adalah kelapa. Besarnya ekspor kopra yang keluar dari pelabuhan Makassar pada akhir tahun 1949 berjumlah 21.384.479 kg untuk wilayah Sulawesi Selatan, karena faktor keamanan di tahun 1950 ekspor menurun drastis, namun kopra tetap menyambung 18.635.435 kg. Bertenun juga merupakan salah satu industri rumah tangga yang dilakukan oleh penduduk kota Makassar. Di masa NIT diperlukan benang tenun sekitar 15.630 kg setahun, yang tersebar ke 17 sentra industri tenun rumah tangga di Sulawesi Selatan. Hasil tenunan tersebut merupakan sarung yang digunakan untuk beribadah dan bajubaju tradisional atau baju adat yang digunakan acara pernikahan. Bagi masyarakat yang tidak memiliki tanah pertanian mereka menerima upah sebgai buruh tani,



34



bekerja di fasilitas transportasi, pengairan, kehutanan, buruh kebun, dan tukang jahit.10



Setelah NIT dibentuk berusaha melakukan pembangunan dan perbaikan baik secara adminstratif maupun secara fisik. Dalam bidang adminstratif segala urusan pemerintahan dipegang langsung oleh Wali Kota yang terpilih dan dibangunnya kantor-kantor pemerintahan, sedangkan secara fisik perkembangan kota Makassar dapat kita lihat dari adanya usaha untuk mendirikan Masjid Raya Makassar, perbaikan tanggul, perbaikan Jalan di kota Makassar pembangunan hotel.11



2.5



Kondisi Keagamaan di Makassar Masyarakat kota Makassar pada umumnya memeluk agama Islam.



Masyarakat Makassar pada hakikatnya adalah masyarakat yang cukup terbuka menerima ide-ide baru yang datang dari luar, yang mereka anggap baik dalam kehidupan mereka. Sepanjang ide-ide baru yang datang dari luar tidak berpengaruh buruk serta tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka anut, maka ide-ide baru tersebut bukanlah suatu yang tidak mungkin diterima oleh masyarakat.12 Masyarakat kota Makassar memiliki sifat toleransi yang tinggi dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat, hal tersebut tercermin dari adanya bangunan maupun sarana peribadatan, yang memiliki keyakinan10



Satriawati, Pembangunan Kota Makassar dalam Periode Negara Indonesia Timur 1949-1950, suatu studi Ilmu Sejarah, (Skripsi Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin: 2015), hlm. 18-20. 11 Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988. No Reg. 31. 12 Sugira Wahid, Manusia Makassar, (Makassar: Refleksi 2007), hlm.32.



35



keyakinan bagi pemeluknya. Sarana peribadatan antara lain Masjid Raya Makassar dan masjid-masjid lainnya yang berada di Makassar.



Keragaman masyarakat Makassar yang terdiri atas berbagai etnis dan ras seperti Jawa, Cina, Arab, Ambon, India, Pakistan, Bugis, dan Makassar sendiri menjadi potensi untuk membangun kekuatan dan keharmonisan kehidupan masyarakat Makassar. Berbagai segi kehidupan masyarakat diwarnai oleh sikapsikap, perilaku, dan pandangan keagamaan. Agama Islam di Makassar merasuki sikap, tingkah laku, pandangan hidup, dan budaya, hal tersebut dikarenakan mayoritas penduduk Kota Makassar menganut agama Islam. Meskipun begitu masih ada penduduk setempat yang menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, terutama suku-suku di pedalaman.



Secara umum kehidupan beragama di Kota Makassar berjalan baik. Hal tersebut dikarenakan kerukunan dan toleransi beragama yang terjalin membuat daerah ini cukup aman dan kondusif. Meskipun berlatar belakang suku bangsa yang berbeda. Keharmonisan terjadi antara etnis di daerah ini. Meskipun menjadi mayoritas, penganut agama Islam mampu menjadi contoh yang baik dalam hidup bermasyarakat. Sikap saling menghargai dalam perbedaan adalah kunci utamanya. Semua ini tercipta karena kerja keras tokoh-tokoh agama setempat dan kesadaran masyarakat untuk menciptakan suasana aman, tentram dan damai di Kota Makassar.



36



Oleh karena itu Masjid Raya Makassar memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai sarana ibadah disetiap waktu yang tercermin dalam beberapa kegiatan yang dilaksanakan di Masjid Raya Makassar, sebagai sarana untuk menimba ilmu pengetahuan baik generasi muda maupun tua, melalui berbagai pengajian seperti Majlis Taklim Ibu-ibu, Remaja masjid, sebagai tempat diskusi tentang keagamaan, sebagai sarana dakwa islamiah, dan sangat mengedepankan ukhuwah islamiah antar muslim yang baik. Posisi Masjid Raya Makassar sangatlah strategis tepat di jantung Kota Makassar. Masuk waktu sholat Masjid Raya Makassar akan ramai dipenuhi oleh jamaahnya dan ketika dibulan Ramadhan, Masjid Raya Makassar tidak pernah sepi oleh jamaahnya. Bahkan setiap hari di bulan Ramadhan Pengurus Masjid Raya Makassar selalu menyediakan buka bersama untuk para Jamaahnya.



2.6



Makassar Masa NIT Makassar setelah kemerdekaan tahun 1945 tidak bisa dilepaskan dari



pembahasaan mengenai pembentukan Negara Indonesia Timur dan kedatangan kembali tentara Belanda. Hal ini disebabkan kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik Raya pada tanggal 14 Agustus 1945, menjadikan pendudukan tentara Nippon tidak mempunyai kekuatan lagi di Asia Pasifik, termasuk di Indonesia. Situasi ini kemudian mendorong Pemerintah Kolonial Belanda yang ada diwilayah pengasingan Australia kembali ke Indonesia untuk memulihkan kekuasaannya. Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang merupakan puncak dari perjuangan seluruh bangsa Indonesia, hal tersebut



37



diperoleh dengan perjuangan yang sangat lama dengan pengorbanan yang tidak terhitung jumlahnya baik pengorbanan berupa harta benda, perasaan maupun korban jiwa sehingga kemerdekaan ini bukanlah pemberian atau hadiah dari bangsa lain, melainkan suatu hasil jerih payah perjuangan rakyat Indonesia yang telah berabad-abad lamanya yang didorong oleh semangat kebangsaan yang besar dari para pejuangnya. Berita kemerdekaan yang di proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta, akhirnya tersebar keluar Jakarta dan Pulau Jawa, termasuk di Makassar. Peranan radio dan surat kabar yang kemudian beritanya menyebar, amat penting artinya di Makassar. Disamping itu melalui radio dan surat kabar Pawerta Selebes yang di pimpin Andi Burhanuddin, dukungan Proklamasi datang dari dukungan dua orang bangsawan yang memang menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), yaitu Andi Pangerang Petta Rani dan Andi Sultan Daeng Raja, amat besar peranannya. Keduanya menyebarkan



berita



kemerdekaan



dengan



menyampaikan



pesan-pesan



pemberitahuaan kepada raja-raja dan bangsawan yang berpengaruh di Sulawesi Selatan. Setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945 muncul kembali persoalaan baru yang dihadapi negeri ini, dimana pihak sekutu ingin kembali menancapkan kembali kukunya di Republik Indonesia, dengan berusaha memulihkan kembali kekuasaannya diwilayah yang pernah dikuasainya, diwilayah jajahannya (Hindia Belanda), termasuk di daerah Sulawesi Selatan.



Proklamasi kemerdekaan



Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang akan direbut kembali oleh Belanda.



38



Pemerintahan Belanda di Den Haag maupun pemerintahan Hindia Belanda yang berkedudukan di Australia di bawah pimpinan Letnan Jendral Dr. H. J. VAN Mook masih berkeinginan mengembalikan pemerintahan kolonial di tanah jajahannya. Meskipun pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan hari kemerdekkan bangsa Indonesia. Tepat dua hari kemudian pada tanggal 19 Agustus 1945 Dr. S.S.J. Ratulangi dilantik menjadi Gubernur pertama Sulawesi Selatan.13 Dr. S.S.J. Ratulangi mulai menyusun struktur pemerintahannya, tetapi pemerintahan gubernur di Sulawesi Selatan tidak berjalan lancar.



2.7



Kedatangan Tentara Belanda Pada tanggal 21 September 1945 tentara sekutu mendarat di Makassar



untuk menjalankan tugasnya yaitu terutama untuk melucuti tentara Jepang yang ada di wilayah Timur Besar dan Kalimantan, dan memulangkan secepat mungkin tentara Jepang. Selain itu juga tentara Australia mempunyai tugas untuk membebaskan tawanan perang yang masih berada diwilayah tersebut, dan menjaga keamanan untuk memungkinkan berkuasanya kembali pemerintahan sipil. Di dalam tubuh pasukan tentara Australia terdapat opsir-opsir NICA yang terdiri dari bekas-bekas pegawai-pegawai pamong praja (Krops Binnenlands Besture) dan polisi Belanda yang dulu bertugas di wilayah Timur Besar (Indonesia Timur). Oleh Markas Besar Tentara Australia dijelaskan bahwa NICA adalah “a part of an allied army organisation” (bagian dari organisasi Tentara Sekutu), yang diberi tugas untuk membantu Tentara Australia sebagai pelaksana tugas untuk



13



Ide Anak Agung Gde Agung, Dari Negara indonesia Timur ke Republik Indonesia Serikat, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers, 1985), hlm. 49.



39



membantu Tentara Australia sebagai pelakasana tugas sekutu dalam menegakan keamanan dan ketertiban. Dalam menjalankan tugasnya untuk mengendalikan pemerintahan sipil di wilayah kekuasaan Tentara Australia, NICA mulai menjalankan tugasnya di Sulawesi Selatan pada tanggal 22 September 1945. Tentara Austalia yang mendarat di Makassar berada dibawah komando Brigadir Jendral Iwan Dougherty, sedangkan NICA dikepalai oleh mayor yang bernama Wagner. Di bulan Oktober, Mayor Wagner diganti oleh Lletnan Kolonel C. Lion Cachet yang diberi pangkat Commanding Officer NICA, yang membawahi semua opsir-opsir dan kesatuan NICA yang beroprasi di wilayah Sulawesi Selatan.14



Kedatangan tentara sekutu di Makassar telah diboncengi NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Kedatangan NICA mendapat reaksi dari seluruh masyarakat di Makassar . Pada bulan November 1946, kedudukan mereka di Makassar benar-benar terancam oleh para pemuda Rebublik setempat yang kembali dari Jawa, dimana mereka telah mendapatkan latihan militer lebih lanjut.15 Ada beberapa bekas Digulis16 yang dijadikan opsir NICA. Mereka adalah digulis yang sebelum tentara Jepang datang diungsikan dari pedalaman Australia. Mereka direkrut di Australia. NICA menugaskan bekas digulis yang bernama KH. Muchtar Lutfhi dan Jalaludin Thalib untuk menarik simpati masyrakat di Makassar. NICA tampak ingin membangun citra sebagai lembaga yang perhatian 14



Ide Anak Gde Agung, op.cit., hlm. 53. M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, (Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta, 2008), hlm.471. 16 Digulis merupakan orang-orang yang pernah berjuang dalam kemerdekaan lalu dianggap oleh Belanda berbahaya dan mereka diasingkan ke Boven Digul lalu ke Australia setelah Belanda ditakulkan oleh Jepang diperalat menjadi pejabat NICA. Untuk lebih jelas Lihat pada buku H Udhin Palisuri, Makassar Doeloe Makassar Kini Makassar Nanti, (Makassar:Yayasan Losari Makassar, 2000), hlm. 215-217 15



40



terhadap masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa Muchtar Lutfhi diasingkan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1933 karena ia dianggap oleh Belanda seorang yang berbahaya pada aksi terpadu gerakan-gerakan Indonesia terhadap pemerintah Belanda di Indonesia.17 Kaum Ulama mereka dekati. Rencana pembangunan masjid menjadi agenda mereka. Bahwa perjuangan bangsa dan tanah air Indonesia adalah sebagian dari Iman. Muchtar Lutfhi bergerak maka pembangunan Masjid Raya Makassar dilaksanakan dengan usaha murni dari semua lapisan dan berbagai kalangan rakyat. NICA pun gagal menarik simpati karena kalah cepat untuk aktif dalam pembangunan masjid itu. Usaha menghalangi pembangunan masjid itu pun juga gagal. Banyak kaum nasionalis pro RI melindungi pembangunan dengan berbagai cara Masjid Raya Makassar pun selesai dibangun.18



2.8



Pembentukan NIT Pada tanggal 24 Desember 1946 Negara Indonesia Timur Secara resmi



dibentuk setelah diselengarakannya konferensi



Denpasar,



yang pertama



dilakasanakan pada 7 Desember 1946 yang dipimpin oleh Komisaris Pemerintahan Umum Dr. W. Hoven, rapat kedua dilaksanakan pada tanggal 9 dan 11 Desember 1946 di bawah pimpinan Wakil Komisaris Pemerintahn Umum C.H.J.R. de Waal. Negara Indonesia Timur merupakan Negara bentukan kolonial Belanda yang bersifat federal, dimana Negara Indonesia Timur adalah Negara bagian RIS (Republik Indonesia Serikat) yang meliputi wilayah Sulawesi, Sunda



17 18



M. C. Ricklefs, op.cit., hlm.409. H Udhin Palisuri, op.cit., hlm. 217



41



Kecil (Bali dan Nusa Tenggara) dan Kepulauan Maluku. Negara Indonesia Timur dibentuk setelah dilaksankannnya konferensi Malino pada tanggal 16 Juli 1946 25 Juli 1946, dimana 39 orang Indonesia yang merupakan wakil-wakil para raja, umat Kristen, serta beberapa kelompok etnik dari Kalimantan dan Indonesia Timur mendukung ide tersebut.19



Republik kemudian menerima pembentukan Negara Indonesia Timur pada bulan Maret 1947 setelah ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati pada 15 November 1946 oleh Prof. Schermerhon dari pihak Belanda dan Syahrir di rumah kediaman Sultan Syahrir di Jakarta. Perjanjian ini mengakui kekuasaan de facto Republik Indonesia hanya atas Pulau Jawa, Madura, dan Sumatra. Dalam perjanjian juga ditetapkan bahwa Republik Indonesia, Kalimantan, Republik Indonesia Serikat (RIS) yang akan menjadi anggota Uni Indonesia Belanda.20



Selain dalam urusan pemerintahan dan ekonomi, Belanda juga berusaha mendapat perhatian masyrakat Makassar dengan berusaha menarik perhatian masyarakat,



Belanda



juga



mempengaruhi



orang-orang



yang



dianggap



berpengaaruh dikalangan masyarakat. Dari buku “Dari Negara Indonesa Timur ke Republik Indonesia Serikat” tulisan dari Ide Anak Agung Gde Agung dijelaskan bahwa dalam mempermudah dalam urusan pemerintahan Negara Indonesia Timur, melantik beberapa kabinet selama masa kekuasaannya. Kabinet Najamuddin Daeng Malewa yang pertama kali dilantik pada tanggal 13 Januari 1947 dan yang



19 20



Ide Anak Gde Agung, op. cit., hlm. 470-471. Ibid., hlm. 489.



42



kedua pada tanggal 2 Juni 1947 oleh Presiden NIT Tjokorde Gde Rake Soekawati. Najamuddin menjadi Perdana Menteri dan sekaligus menjadi menteri urusan ekonomi.



Dengan terbentuknya Negara Indonesia Timur tidak begitu saja menghilangkan semangat kebangsaan rakyat Indonesia yang berada dibawah tekanan pemerintahan Negera Indonesia Timur. Bahkan sebaliknya partai-partai, organisasi-organisasi rakyat mulai lebih berani menantang rencana dan siasat pemerintahan Belanda yang ingin kembali menjajah.



Satu bulan lamanya setelah dibentuknya Negara Indonesia Timur , maka pemerintahan Negara Indonesia Timur telah melantik Abdul Hamid Dg Magassing sebagai Walikota pertama di Makassar. Abdul Hamid Dg Magassing, juga merupakan salah satu panitia pembangunan Masjid Raya Makassar pada tahun 1947 dan yang berperan penting dalam pembangunan Masjid Raya Makassar.



Mulai pada awal bulan Maret 1950 timbul pergolakan dan pertentangan antara golongan federalis



dan unitaris di Sulawesi Selatan dan terutama di



Makassar berkobar dengan hebat sehinggga timbul suasana yang sangat gawat. Kelompok pemuda turun di jalan-jalan mulai menyatakan sikap mereka yang menentang kelanjutan berdirinya Negara Indonesia Timur untuk menggabungkan



43



diri pada daerah kekuasaan Republik Indonesia.21 Dari golongan unitaris mengadakan demonstrasi besar-besaran dengan tujuan untuk menyatakan unjuk rasa agar Negara Indonesia Timur segera dibubarkan dan dimasukkan ke dalam daerah kekuasaan Republik Indonesia.



Pada tanggal 19 Mei 1950 tercapailah suatu program persetujuan diantara Pemerintahan RIS dan Pemerintahan NIT dengan pemerintahan Republik Indonesia, untuk membentuk dan melaksanakan negara kesatuan sebagai Republik Indonesia, berdasarkan proklamasi 17 Agustus 1945. Meskipun piagam persetujuan tersebut telah tercapai akan tetapi desakan untuk membubarkan Pemerintahan NIT semakin banyak dari rakyat NIT. Sejak tanggal 17 sampai 19 di Makassar telah berlangsung suatu Kongres Rakyat Seluruh Indonesia Timur yang dihadiri oleh para wakil dari pimpinan-pimpinan partai organisasi dan pemerintahan Darurat RI di seluruh Indonesia Timur. Pada tanggal 17 Agustus 1950 terbentuklah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menjadi berita gembira bagi masyarakat, sebagai suatu bangsa yang secara resmi oleh ketentuan internasional, juga sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat di dalam Negara Republik Indonesia yang berbentuk kesatuan dan berdasarkan Pancasila.22



21 22



Ide Anak Gde Agung, op. cit. hlm.714. Ibid, hlm.718.



44



BAB III SEJARAH MASJID RAYA MAKASSAR 3.1



Sejarah Berdirinya Masjid Raya Makassar Masjid Raya Makassar terletak di jalan Masjid Raya No 1, kelurahan



Bontoala, kecamatan Bontoala, kota Makassar dengan dibangun diatas lahan seluas 13.912m2 dan dana awal pembangunan Masjid Raya Makassar Rp. 60.000 kemudian diresmikan dengan biaya Rp. 1200.000. Awalnya sebelum masjid dibangun, tempat didirikannya masjid merupakan lapangan yang kerap dijadikan, sebagai tempat bermain sepak bola di era 1900an yang dihibahkan untuk pembangunan masjid.1 Tanah tersebut adalah bekas hak kepemilikan tanah atas nama Liong Soeisie. Menjelang tahun 1970 tanah tersebut kembali dikuasai oleh Negara dan diberikan hak pakai sebagai tempat peribadatan kepada Yayasan Masjid Raya Makassar.2 Sejak saat itu secara bertahap Masjid Raya Makassar mengalami perubahan bangunan, dan penambahan fasilitas. Masjid ini cukup besar sehingga dapat menampung hingga 10.000 jamaah pada setiap jumat dan digabung dengan halaman masjid dapat menampung hingga 50.000 jamaah, serta dilengkapi dengan pohon dan tanaman yang membuat masjid ini nampak asri. Masjid Raya Makassar ini juga merupakan saksi bisu sejarah bagi masyarakat Makassar yang pada masa perjuangan.3



1



Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Republik Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan Kementerian Penerangan, No Reg. 610. 2 Muhammad Syahril, S. Ag. M. Hi, Wawancara, (Imam Masjid Raya Makassar), pada tanggal 25 Oktober 2019. 3 Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, op.cit., No Reg. 610.



45



Masjid Raya Makassar berada di kawasan perkotaan yang strategis. Letak masjid juga sangat dekat dengan pusat keramaian masyarakat di Kota Makassar. Masjid Raya Makassar diapit oleh tiga jalan besar, sebelah timur berbatasan dengan jalan Veteran, sebelah selatan berbatasan dengan jalan Masjid Raya, dan sebelah barat bersebelahan dengan Jalan Andalas. Sedangkan sebelah utara masjid terdapat sekolah Islam.4 Sehingga dapat dikatakan bahwa masjid ini di kelilingi oleh pertokoan dan perkantoran. Pada mulanya Masjid Raya Makassar dibangun mengembangkan nilai-nilai Islam tanpa harus terkendala oleh kondisi ruang sosial dan memudahkan masyarakat khususnya masyarakat yang berada di Kota Makassar mempelajari agama Islam seperti halnya menunaikan shalat secara berjamaah, mengaji dan lain-lain.



Eksistensi Masjid Raya Makassar di kota Makassar dan sekitarnya memberikan banyak peranan selain dari pada sebagai tempat ibadah, masjid juga merupakan pusat aktivitas kehidupan sosial masyarakat muslim dalam melakukan kegiatan-kegiatan seperti perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di masjid. Masjid tua yang bersejarah pada saat ini yang sering kita jumpai beberapa sudah mengalami perubahan pada desain atau wujud aslinya. Seperti halnya pada Masjid bersejarah Masjid Raya Makassar yang berumur kurang lebih 70 tahun lamanya. Masjid Raya Makassar merupakan salah satu bangunan sejarah yang kini masih berdiri kokoh ditengah padatnya aktivitas



Kota



Makassar.



Masjid



itu



4



masih



menyajikan



kultur



yang



KH. Muh. Sanusi Baco, LC, Ketua Yayasan Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 18 November 2019.



46



mengedepankan warisan budaya, yakni kearifan lokal bagi jamaah masjid tersebut.



Pembangunan Masjid Raya Makassar tidak terlepas dari perjalanan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Bulan Januari 1946, Belanda yang masih memiliki keinginan untuk menjajah Indonesia. Kota Makassar menyandang status tertinggi saat ditetapkan sebagai ibukota Negara Indonesia Timur (NIT). Ide tentang pembangunan sebuah masjid besar, indah, dan lengkap dengan fasilitas serta sarana pelayanan masyarakat diiprakarsai oleh KH. Ahmad Bone5 seorang ulama besar dari Kabupaten Bone. Dengan demikian terjalinlah suatu hubungan komunikasi, silahturahmi dan persatuan kesatuan di dalam Islam antara masyarakat kota Makassar. Karenanya segala berita, perubahan dan perkembangan dapat dengan mudah diberitakan melalui masjid yang letaknya di dalam kota, yang mudah pencapaianya. Dengan semakin berkembang dan meluasnya penduduk yang semakin bertambah padat, maka KH. Ahmad Bone memperkarsai pembangunan Masjid Raya Makassar di tengah5



KH. Ahmad Bone lahir pada tahun 1885 dilahirkan di Bone, nama Bone diabadikan dalam namanya yang merupakan tempat kelahirannya. Melalukan perjaanan suci ke Mekah pada tahun 1900. Dalam usia 15 tahun KH. Ahmad Bone bermukim di Mekah, lalu ke Mesir beberapa tahun lamanya sebelum akhirnya kembali ke Mekah. Ahmad Bone kembali ke Indonesia pada tahun 1925, ia terlebih dahulu berdakwah di Samosir Sumatra Utara ke Makassar dan membuka pengajian khalaqah. Daerah pengembangan halaqah KH. Ahmad Bone bukan hanya di Bone, melainkan di daerah Bantaeng, Bulukumba, dan Jeneponto. Dan berapa anrongguru yang berasal dari Laikang dan Cikoang belajar langsung kepada KH. Ahmad Bone pada sebuah halaqah yang didirikan di daerah Tino Paccnongang perbatasan Jeneponto-Bantaeng. Aktivitas KH. Ahmad Bone bukan hanya dalam bentuk literasi, namun juga berupa legacy organisasi Nahdlatul Ulama (NU) di Sulawesi Selatan, yang bermula dari pembentukan organisasi Rabitatul Ulama (RU) sekitar tahun 1940-an KH Ahmad Bone, Andi Mappayukki, KH Ramly, KH Sayyid Jamaluddin Assegaf Puang Ramma, KH Saifuddin, Mansyur Daeng Limpo dan beberapa ulama selainnya, menjadikan RU sebagai Nahdlatul Ulama pada tanggal 8 April 1950. KH Ahmad Bone dikenal penulis produktif dan memiliki tokoh buku. Untuk penjelasan lebih lanjut dapat dibaca tulisan Husnul Fahimah Ilyas, dkk., Jaringan Ulama Sulawesi Selatan Dan Sulawesi Barat Awal Abad XX, (Makassar: Balitbang Agama Makassar, 2018), hlm. 25.



47



tengah kota Makassar pada tahun 1947. KH. Ahmad Bone adalah seorang ulama yang jasa-jasa sangat dihormati, cukup aktif dalam pengembangan dakwah dan organisasi keagamaan. Hal itu tercermin dari aktivitas KH. Ahmad Bone sebagai pendiri Nahdatul Ulama (NU) Sulawesi Selatan, juga KH. Ahmad Bone adalah ketua dari Majelis Ulama yang disebut Musyawarah Ulama Syafiiyah. Tujuan lembaga ini adalah untuk meningkatkan dakwah Islam dan kebaikan sesama umat Islam. KH. Ahmad Bone meninggal di Makassar pada 12 Februari 1972 dan dimakamkan di pekuburan Arab Bontoala.6



Semangat membangun masjid merupakan pencerminan kesadaran dan kondisi masyarakat Islam dalam kurun waktu-waktu tertentu. Semakin banyak dibangun masjid berarti banyak pula masyarakat Islam yang peduli terhadap masjid dan menunjukkan banyak masyarakat Islam yang tinggal disekitarnya. Sebaliknya jika pembangunan masjid berkurang, menunjukkan kurang adanya kepedulian masyarakat Islam terhadap masjid. Masjid dapat dijadikan lambang kebesaran Islam dan sebagai barometer dari kondisi masyarakat muslim yang ada disekitarnya. Dalam pengertian itulah pembangunan sebuah masjid mengandung arti sebagai pembangunan masyarakat Islam.7



Pembangunan Masjid Raya Makassar8 dimulai dengan dana awal Rp. 60.000 yang diprakarsai KH. Ahmad Bone pada tahun 1947 dengan menunjuk 6



Diakses dari https:///biografi-singkat-ahmadi-bone-ulama-dari-bone, diakses pada tanggal 19 November 2019, pukul: 20.50. 7 Syahidin, Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 41. 8 Masjid Raya Makassar dari segi arsitektur sudah mengalami perombakan. Menurut para pengurus masjid termasuk masjid terbesar. Karena kurangnya kesadaran terhadap pentingnya



48



ketua panitia KH. Muchtar Luthfi, dua tahun kemudian diresmikan dengan menghabiskan biaya Rp1.200.000. Pembangunan Masjid Raya Makassar dimulai pada peletakan batu pertama oleh Raja Gowa yaitu Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Laloang Sultan Mahammad Abdul Kadir Aidid,9 yang dirangkaikan dengan peresmian pada Masjid Raya Makassar diresmikan pada tanggal 25 Mei 1949 (27 Rajab 1368). Masjid Raya Makassar ini menjadi kebanggaan bagi masyarakat Islam di Makassar ketika itu karena masjid ini sangat megah di zamannya. Hingga kini, Masjid Raya Makassar tetap menjadi kebanggaan terutama di kota Makassar. Pada tanggal 25 Maret 1947 dilakukan peletakan batu pertama Masjid Raya Makassar, peletakan batu pertama dilakukan oleh Andi Idjo (Raja Gowa,) yang dihadiri Presiden NIT, Wali wakil tinggi mahkota, Arumpone, Sultan Muhammad Kaharuddin Sultan Sumbawa, Menteri Djustisi, Menteri Perekonomian, Menteri Kesehatan, Menteri negara dan penerangan, anggota parlemen dan lain-lainnya. Masjid ini menjadi pusat kaum muslimin dan menghilangkan pertikaian paham, sekaligus lambang kemegahan kota.10



sebuah arsip maka foto dan gambar dokumentasi awal Masjid Raya Makassar ini tidak ada di antara para pengurus masjid dan arsip-arsip masjid hilang dikarenakan juga Masjid Raya Makassar susah beberapa kali direnovasi. 9 Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Laloang Sultan Mahammad Abdul Kadir Aidid adalah putra dari raja Gowa I Mangimangi Karaeng Bontonompo. Andi Ijo adalah raja Gowa yang sangat dihormati. Hal itu tercermin dari pengangkatannya oleh pemerintahan Negara Indonesia Timur (NIT) menjadi wakil Ketua Hadat Tinggi, yaitu majelis pemerintahan harian dari pemerintahan gabungan Selebes Selatan. Berkat kebijaksanan dari Andi Ijo pada tanggal 26 April 1950 daerah Sulawesi Selatan keluar dari ikatan ketatanegaraan NIT dan menggabungkan langsung kepada RI. Andi Ijo diangkat menjadi Kepala Daerah Gowa pada tanggal 6 Februari 1957, dengan demikian beliau menjadi pegawai negeri. Untuk lebih jelasnya Lihat pada buku Abd. Razak Daeng Patunru, Sejarah Gowa, (Ujung Pandang: Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan. 1983), hlm.127-128. 10 Dr, Ilham, SS., M.Hum, “Penataan Kota dan Masyarakat Perkotaa: Makassar Sebagai Ibu Kota Negara Indonesia Timur(NIT) 1946-1950 ”, Jurnal Sasdaya Gadjah Mada Journal Of Humanities, Vol. 2, No. 1 (November 2017), hlm. 11.



49



Penamaan Masjid Raya Makassar ini juga berawal dari berbagai masukan dan ide tokoh masyarakat, yang kemudian di pilihnya nama tersebut untuk di umumkan melalui media cetak dan sejak berdirinya muhammadiyah di Makassar pimpinan-pimpinan Islam di Makassar telah lama mencita-citakan untuk mendirikan sebuah Masjid raya di tengah-tengah Kota Makassar.11 Awal dimulainya kegiatan pembangunan Masjid Raya Makassar ini adalah dimasa pemerintahan kota dipimpin oleh Walikota Makassar Abdul Hamid Daeng Magassing yang masa pemerintahannya dari tahun 1947 sampai tahun 1950, ditandai dengan Abdul Hamid Daeng Magassing menjadi salah satu panitia pembangunan Masjid Raya Makassar. Dalam rapat perundingan mengenai tata kota Makassar yang berlangsung di Balaikota Makassar pada tanggal 17 Desember 1946 dikemukakan bahwa pembangunan Masjid Raya Makassar berada di lokasi yang salah selain itu dikaitkan dengan arah kiblat di sudut yang salah. Abdul Hamid Daeng Magassing telah mengkaji beberapa daerah lain yang dapat dijadikan tempat pembangunan masjid. Sehubungan dengan kesalahan lokasi bangunan itu adalah sehubungan dengan adanya kebutuhan sedang dibangunya pusat listrik. Pusat listrik kemudian dibangun di tahun 1946 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD Gardu Induk Bontoala Jalan Latimojong sekarang.12 Baru



11 Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Republik Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan Kementerian Penerangan 1953, No Reg. 610. 12 Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988. No Reg 34.



50



pada tahun 1957 pengusahaan ketenagalistrikan di Kota Makassar dinasionalisasi dan diserahkan kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN).13



Kemudian Abdul Hamid Daeng Magassing mempertimbangkan setelah kembalinya beberapa raja dari Denpasar akan diadakan diskusi lebih lanjut mengenai pembangunan Masjid Raya Makassar.14 Kemudian pada tahun 1947 dimulailah pembangunan Masjid Raya Makassar dengan beberapa tokoh masyarakat Islam yang tinggal di Makassar. Awal pembangunan Masjid Raya Makassar, dana yang terkumpulkan sebesar Rp 60.000 dari sumbangan tokoh dan masyarakat sendiri. Masjid ini juga dapat dijadikan tempat diskusi keagamaan dan tempat berkumpul tokoh masyarakat dan sejumlah besar bahan-bahan yang diterima dari seluruh lapisan masyarakat di Sulawesi Selatan bahkan dari para dermawan di luar provinsi Sulawesi Selatan.15 Pada tahun 1947 jumlah uang tersebut terbilang lumayan besar, lalu KH. Ahmad Bone menunjuk KH. Muchtar Luthfi sebagai ketua Panitia dari pembangunan masjid tersebut. Hal ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat maupun pihak pemerintahan. Masjid Raya Makassar telah berdiri dengan megahnya di tengah-tengah Kota Makassar yang melibatkan banyak orang khususnya masyarakat Makassar sendiri. Pembangunan ini banyak tenaga ahli yang terlibat dalam pembangunan masjid tersebut. 16 Dalam pelaksanaan pembangunan Masjid Raya Makassar terjalin kerja sama yang erat



13



Udhin Palisuri dkk, Makassar Doeloe Makassar Kini Makassar Nanti, (Makassar: Yayasan Losari Makassar, 2000), hlm. 259-260. 14



Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. op. cit., No Reg 34. Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. op. cit., No Reg. 610. 16 Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, op. cit., No Reg. 610. 15



51



dari seluruh lapisan masyarakat, mereka tidak saja dari kalangan muslim, tetapi juga non muslim.17



Panitia pembangunan Masjid Raya Makassar bersepakat menetapkan lokasi pembangunan masjid di pusat Kota Makassar. Bontoala sebagai tempat pembangunan masjid, karena tata wilayah Bontoala yang sudah baik dan bersih merupakan pemandangan yang hingga saat ini. Meski masa dahulu di wilayah Bontoala belum dapat di temukan bangunan masjid. Pasca kekalahan Belanda dari Jepang, Kota Makassar dijadikan tempat tinggal dari orang-orang yang sebagian besar beragama Islam. Kebutuhan akan tempat ibadah bagi masyarakat Islam sangat dirasakan. Dalam perjalanan sejarah di masa kolonial, daerah ini merupakan wilayah yang diberikan Speelman untuk sebagai tempat tinggal, dan menjadi wilayah kekuasaan Arung Palakka. Bontoala18 tidak saja digunakan sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai bagian dari pusat kekuasaan.19



Masjid ini selesai dibangun dan dimulai digunakan pada tahun 1949. Mulai digunakan untuk sembahyang di Masjid Raya Makassar pada hari jumat bulan Agustus 1949 sekalipun bangunannya belum rampung akan tetapi seluruh ruangan bangunan Masjid Raya Makassar penuh sesak sampai melimpah di jalan raya, juga dapat menampung 10.000 orang pada setiap jumat. Masjid Raya Makassar



17



Udhin Palisuri dkk, Makassar Doeloe Makassar Kini Makassar Nanti, op.cit., hlm.



216. 18



Arung Palaka pindah ke Bontoala mengakibatkan daerah ini kemudian diperluas dari selatan mencapai Mamajang dan ke utara mencapai Panampu. Untuk lebih jelasnya Lihat pada buku Mattulada, Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar Dalam Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2011), hlm. 128. 19 Suriadi Mappangara, Filosofi Arung Palakka, (Yogyakarta: Ombak, 2016), hlm.20-21.



52



tidak hanya diguanakan sebagai tempat beribadah tetapi juga digunakan sebagai tempat pertemuan pejuang-pejuang kemerdekaan.20



Masjid Raya Makassar diresmikan pada tanggal 25 Mei 1949 ini pertama kali di rancang oleh Muhammad Subardjo yang lebih akrab disapa Muh Bardjo setelah memenangi sayembara yang di gelar oleh panitia pembangunan Masjid Raya Makassar yang di ketuai oleh KH. Muchtar Luthfi. Muhammad Subardjo merupakan seorang arsitek terkemuka yang menampilkan bentuk masjid menyerupai badan pesawat pengebom. Bentuk bangunan Masjid Raya Makassar pada awal didirikan keistimewaan Masjid Raya Makassar ini banguannya bagian depan, dengan sayap kanan dan kiri merupakan teras, kemudian badan yang memanjang dari barat ke timur dengan dua badan atau jalur seperti pada badan pesawat dan



pada bagian timur seperti ekor pesawat. Ini terinspirasi dari



pengamatannya terhadap masyarakat Makassar yang tengah dihantui ketakutan karena pesawat pengebom B-29 yang selalu melayang-layang di atas kota. Masjid ini memang sudah didesain besar dan megah sejak awal pendiriannya. Bangunan induknya dapat menampung hingga 10.000 jamaah.21



Dapat disimpulkan bahwa dalam awal pembangunan Masjid Raya Makassar ini terlibat tokoh-tokoh masyarakat Islam seperti ketua panitia pembangunan ialah KH. Muchtar Luthfi yang sangat berperan penting dalam



20 Muhammad Syahril, S. Ag. M. Hi, Imam Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 25 Oktober 2019. 21 Muhammad Syahril, S. Ag. M. Hi, Imam Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 25 Oktober 2019.



53



pembangunan masjid ini. Orang-orang yang termasuk dalam susunan kepanitiaan pembangunan Masjid Raya Makassar ini masing-masing merupakan anggota dari berbagai macam latar belakang yang berbeda-beda. Menariknya adalah ketika orang-orang sibuk melakukan gerakan pemberontakan, orang-orang ini justru sibuk dengan usahanya membangun dan mendirikan Masjid Raya Makassar. Para pemuka-pemuka agama yang ada di Kota Makassar pada saat itu, bisa dibilang merasakan hal positif tersebut. Latar belakang yang berbeda-beda dan melebur menjadi satu kesatuan adalah hal yang sangat menonjol. Usaha yang dilakukan ini untuk menciptakan kesatuan dan kerukunan yang kokoh. KH. Ahmad Bone menunjuk KH. Muchtar Luthfi sebagai ketua Panitia dari pembangunan masjid tersebut. Sejak berdirinya muhammadiyah di Makassar pimpinan-pimpinan Islam di Makassar ingin mendirikan sebuah Masjid raya di tengah-tengah Kota Makassar tetapi oleh karena kesulitan tempat untuk pembangunan masjid raya tersebut maka hal ini tak segera terlaksana. Maka ketika Kota Makassar menjadi ibukota dari Negara Indonesia Timur KH. Mochtar Luthfi mengusahakan pendirian Masjid Raya di tengah-tengah Kota Makassar, maka masyarakat Islam di Makassar menyambut dengan gembira. Maka pada Tahun 1947 berdirilah sebuah panitia yang khusus untuk pendirian sebuah Masjid raya di Kota Makassar panitia ini dinamai dengan komite pusat pembangunan Masjid Raya diketuai oleh KH. Muchtar Luthfi.22 Berikut susunan panitia awal pembangunan Masjid Raya Makassar sebagai berikut:



Tabel 3.1: 22



Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, op. cit., No Reg. 610.



54



Susunan Panitia Awal Pembangunan Masjid Raya Makassar Tahun 194723



No



Nama Panitia Pembangunan Masjid Raya Makassar



1



KH. Muchtar Luthfi



2



H. Lotang



3



H. Husain Dg Nuntung



4



M. Idris Dg Kulle



5



H. Muchlis



6



Faisal Muhammad



7



Sayid Jafar Aidid



8



H. Lala



9



Sultan Muhammad Kaharuddin



10



Andi Idjo Raja Gowa



11



Abdul Hamid Dg Magassing



12



H. Hameling



13



Malajomg Dg Liwang



14



Abd Waris



15



Dr. J Van Zwaal



16



Mr. Teng Tjing Leng



17



The Peng Joe



18



HM. Saleh Dg Tikka



19



H. Muh. Al Banjar



23



Arsip Pengelola Masjid Raya Makassar 2005.



55



20



H. Abd.Haq



21



Andi Hakim



22



H. Mansyur Dg. Tompo



23



Abd Rahim Muhiddin



24



H. Muh Akib



25



KH. Ahmad Bone



26



M. Said Effendi



27



M. Danial



28



H. Mattewakkang



Pengawas Bangunan 1



H. PH Van Franqeumount



2



M. Salim



3



M. Bie



4



H. M. Arsyad



Anemer Jie Pak Fong



Panitia awal dalam pembangunan Masjid Raya Makassar adalah mereka yang memiliki peran penting dalam pembangunan Masjid Raya Makasssar. Berikut nama-nama panitia awal pembangunan Masjid Raya Makassar pada tahun 1947, pertama adalah KH. Muchtar Luthfi yang lahir pada tahun 1901, sebagai seorang ulama, tokoh politik, dan tokoh pejuang kemerdekaan menentang



56



pemerintahan Hindia Belanda. Beliau pemuda asal Minangkabau lulusan Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Setelah selesai dari Universitas Al-Azhar di Kairo beliau kemudian pulang ke Minangkabau pada tahun 1929. Ia juga mengambil alih pimpinan atas Permi (Persatuan Muslim Indonesia ) Sumatra Barat yang didirikan pada bulan Mei 1930 dengan slogan Islam dan kebangsaan, yang memiliki 10.000 orang anggota.24



Beliau juga menaruh minat terhadap pendidikan, dengan melihat gerakangerakan tersebut kekhawatiran pemerintahan Hindia Belanda meningkat. Lalu KH. Mochtar Luthfi diasingkan oleh pemerintahan Hindia Belanda ke Boven Digul pada tahun 1933 karena dianggap oleh Belanda seorang pemimpin Islam yang berbahaya terhadap pemerintah Belanda. Selama diasingkan di Boven Digul KH Mochtar



Luthfi



melakukan pekerjaan-pekerjaan membabat



rumput,



memancing ikan, dan bercocok tanam, sama sekali tidak mempunyai keinginan untuk mendapatkan pekerjaan-pekerjaan pemerintah karena demikian dianggap melanggar prinsip perjuangan yang menentang pemerintah Hindia Belanda.25



Setelah itu KH. Muchtar Luthfi menjadi pengungsi di selatan Australia, Setelah Belanda ditaklukkan oleh Jepang, akibat perang yang tiba-tiba meletus dengan hebatnya. Belanda diserang oleh Angkatan Perang Jepang dengan hebatnya daerah digulis yang terkenal tak luput pula dari pemboman dari Angkatan Udara Jepang. Hal ini maka semua orang-orang yang berada di daerah 24 M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2008), hlm.408-409. 25 Ibid.



57



digulis dipindahkan oleh pemerintah Belanda ke Australia. Bekas digulis ini diperalat menjadi pejabat NICA dan direkrut oleh Gubernur Jendral Van Der Plas yang



merupakan



kepala



pemerintahan



kolonial



Belanda



yang



pernah



berkedudukan di Makassar. Ada beberapa juga digulis ini dijadikan opsir NICA. NICA menjadikan Sulawesi Selatan sebagai sasaran operasi KH. Mochtar Luthfi.26 Pada tanggal 8 Desember 1945 dari Australia KH. Muchtar Luthfi tiba di Makassar meninggalkan pelabuhan Melbourne.27



NICA menugaskan KH. Muchtar Luthfi untuk menarik kembali simpati masyarakat di Sulawesi Selatan. Strategi itu disusun dalam suatu perencanaan yang mantap, diantarnya mendekati dan merangkul kaum ulama, dengan merancang pembangunan masjid terbesar di Kawasan Timur Indonesia. NICA ingin memperbaiki citranya. Harapannya dapat dengan mulus menjalankan roda pemerintahan.28 Beliau berusaha mempengaruhi pimpinan-pimpinan Islam di Sulawesi untuk bekerjasama dengan pemerintah Belanda tetapi tidak berhasil. Beliau juga bukanlah ingin membantu Belanda untuk menjajah Indonesia kembali akan tetapi dia bekerja sama hanya sekedar menuruti untuk melepaskan Indonesia dari penjajahanan.29 NICA yang mengharapkan dapat menuai dukungan dari masyarakat, ternyata harus kecewa. Terselenggaranya pembangunan Masjid Raya



26



Udhin Palisuri dkk, op.cit., hlm. 215-216. Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, op.cit.,, No Reg. 610. 28 Udhin Palisuri dkk, op.cit, hlm. 215-216. 29 Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, op.cit., No Reg. 610. 27



58



Makassar NICA berniat menghalang-halangi, tetapi tidak tercapai karena para pejuang mempertahankan dan melindungi pembangunan Masjid Raya Makassar.30



KH.Muchtar Luthfi sebagai seorang pimpinan Islam telah banyak berjasa dalam perjuangan melawan penjajah Belanda di Indonesia ini pada akhirnya berhenti dari jabatannya sebagai seorang officer pada NICA. Dan mulai saat itu dia hanya aktif di dalam urusan keagamaan. KH. Muchtar Luthfi juga merupakan penasehat masalah-masalah Islam di Timur Besar. Termasuk anggota yang diangkat mewakili golongan masyarakat pada masa pemerintahan NIT.31 Pada tahun 1947 KH. Muchtar Luthfi juga masuk dalam politik, menjadi salah satu anggota Panitia Urusan Rumah Tangga Badan Perwakilan Sementara NIT dan bersama Mr Teng Tjing Leng di Sulawesi Selatan.32 Disamping itu di dalam kedudukannya sebagai anggota parlemen dia pun termasuk dalam golongan fraksi Progresif. Dalam sidang parlemen beliau mempersoalkan bendera dan lagu kebangsaan di Indonesia dia pun dengan tegas mempertahankan warna merah putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Pengaruh KH. Mochtar Luthfi makin bertambah di kalangan masyarakat Islam di Makassar bahkan di seluruh Sulawesi Selatan disebabkan karena khutbah-khutbah beliau di masjid-masjid. Atas percobaan-percobaan sikap dan tindakan dari Muchtar Lutfhi itu maka pemerintah Belanda mulai curiga.33



30



Udhin Palisuri dkk, op.cit, hlm. 216-217. Ide Anak Agung Gde Agung, Dari Negara Indonesia Timur ke Republik Indonesia Serikat, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers, 1985), hlm. 800. 32 Ibid, hlm. 210. 33 Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. op.cit., No Reg. 610. 31



59



Dengan berdirinya Masjid Raya Makassar yang cukup indah dan masyarakat dapat mendengar khotbah-khotbah dari para ulama-ulama mengenai soal-soal ibadah dan muamalah menurut tuntunan agama Islam. Masjid Raya Makassar membawa pengaruh yang besar bagi masyarakat Islam di Makassar karena selain dari tempat ibadah tersebut merupakan lambang dan syiar persatuan dari masyrakat Islam Makassar, Masjid Raya Makassar sewaktu-waktu menjadi tempat berkumpul dan bermusyawarah masyarakat Islam kota Makassar mempersoalkan masalah masalah yang ada hubungannya dengan kepentingan agama. Masyarakat yang melihat dan mengunjungi Masjid Raya Makassar dengan sendirinya akan terkenang dengan KH. Muchtar Luthfi yang menjadi pendorong yang utama pendirian Masjid Raya Makassar.34



KH. Muchtar Luthfi meninggal di Makassar pada tanggal 5 agustus 1950, sehari sebelum wafatnya beliau dalam khotbah jumatnya pada 4 Agustus 1950 dengan menyuarakan memboikot suplay makanan dan apa saja ke markas NICA, kepada masyarakat Islam di Makassar terutama kepada pemuda-pemuda untuk menentang dan melawan pasukan NICA. Khotbah KH. Muchtar Lutfi juga disiarkan melalui radio Makassar, hal ini didengar oleh NICA, menyebabkan NICA bertambah marah kepada beliau. NICA khawatir akan bertambahan besar pengaruh beliau. Akhirnya pada selesai sholat subuh tentera NICA menyerang dengan tiba-tiba mendatangi kediaman lalu KH. Muchtar Lutfi di tembak.35 Keesokan harinya sesudah disembahyangi oleh masyarakat Islam di Masjid Raya 34 35



Ibid. Udhin Palisuri dkk, Makassar Doeloe Makassar Kini Makassar Nanti, op.cit., hlm.



217.



60



Makassar dengan sederhana. Beliau di makamkan di pemakaman Arab Bontoala.36 KH Muchtar Luthfi telah pergi untuk selamanya. Setelah wafatnya KH. Muchtar Luthfi kepengurusaan masjid Raya Makassar, telah mengalami pergantian ketua. Berikut daftar nama ketua Yayasan Masjid Raya Makassar sebagai berikut:



Tabel 3.2:



Daftar Nama Ketua Yayasan Masjid Raya Makassar37



No



Nama



Periode Ketua



1



KH. Mochtar Luthfi



1947-1950



2



KH. Muchlis



1950-1953



3



KH. Akib



1953-1955



4



KH. Muhammad Ramli



1955-1958



5



KH. Husein Thoha



1958-1964



36 Pekuburan Arab yang di mana masyarakat setempat menyenutnya dengan kuburan Sayid atau Syekh. Pekuburan Arab ini masih sampai sekarang digunakan dan pekuburan Arab ini masih ramai dikunjungi oleh masyarakat. 37 Arsip Masjid Raya Makassar 2005.



61



6



Prof. H. Abd. Rahman Syihab



1964-1970



7



Drs. H. Muhyiddin Zain



1971-1978



8



KH. Sayyid Ali Ba’bud



1982-1995



9



KH. Muh Sanusi Baco, LC



1995-Sekarang



Ada beberapa tokoh-tokoh yang berperan penting dalam pembangunan Masjid Raya Makassar dan juga beberapa dari tokoh politik yang berpengaruh di Makassar terlibat awal pembangunan Masjid Raya Makassar adalah Abdul Hamid Dg Magassing yang pada saat itu menjabat sebagai Walikota Makassar yang masa pemerintahannya dari tahun 1947 sampai 1950 yang melalui pemilihan. Abdul Hamid Dg Magassing lahir di Bulukumba pada tahun 1900. Abdul Hamid Dg Magassing pernah menempuh pendidikan di Europeesche Lagere School Bulukumba dan mengikuti kursus notaris. Pada tahun 1917 mulai bekerja di kantor pengadilan negeri. Dan setelah itu beliau dipindahkan dikantor Asisten Resident Makasaar pada tahun 1918, Klerk dikantor Asisten Resident Watampone. Pada tahun 1924 beliau kemudian kembali dikantor Asisten Resident Makasaar dan dari tahun 1929 sampai 1942 beliau menjadi Anggota Dewan. Diangkatnya Abdul Hamid Dg Magassing menjadi Walikota Makassar. Setelah menjabat menjadi Walikota Makassar Abdul Hamid Dg Magassing telah melakukan



62



beberapa pembangunan di Makassar diantaranya adalah pembangunan Masjid Raya Makassar dan pembangunan pemukiman yang mengalami kerusakan akibat pengeboman. Selanjutnya ada nama Abd Waris sebagai Sekda l dalam pemerintahan kota Makassar, H. Hameling menjabat sebagai Menteri Keuangan dari periode Makassar sebagai Negara Indonesia Timur (NIT).



M. Said merupakan tokoh mahasiswa Sulawesi Selatan38 M Said Effendi dari partai Kedaulatan rakyat menjadi bendahara,39 yang peduli terhadap pembangunan di Sulawesi Selatan.40 K.H.S Djamaluddin Assagaf Puang Ramma pernah menjadi pengurus Masjid Raya Makassar. Puang Ramma bersama KH. Muchtar Luthfi dan KH. Muh Ramli tercatat sebagai pendiri Masjid Raya Makassar.41



Ada pula nama Mr. Teng Tjing Leng adalah seorang pengacara di Makassar dan wakil ketua Fraksi Progresif dan juga anggota Badan Pemerintan Kotapraja Makassar (Wethouder)42 juga merupakan wakil ketua partai Katholik Raykat Indonesia yang berkedudukan di Makassar.43 dan Muhammad Kaharuddin Sultan Sumbawa juga terlibat dalam awal pembangunan Masjid Raya Makassar dan ketua BPRS. Sultan Kaharoeddin terlibat dalam pembangunan menara 38



Nasaruddin Koro, Makassar Terkenang Masa Lalu, Jakarta: Mitracard Grafika. 2009.



hlm.71 39



Ide Anak Agung Gde Agung, Dari Negara indonesia Timur ke Republik Indonesia Serikat, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers, 1985), hlm. 817. 40 Ibid, hlm.485. 41 Heriana, Jaringan Orang Arab dan Keturunannya di Makassar 1930-1952, suatu studi Ilmu Sejarah, Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin, 2016, hlm.67. 42 Ide Anak Agung Gde Agung, Dari Negara indonesia Timur ke Republik Indonesia Serikat, op.cit., hlm. 800. 43 Ibid, hlm. 818.



63



pertama Masjid Raya Makassar dan menara ini murni didanai oleh beliau, menara setinggi 47 meter ini masih tetap dipertahankan sampai sekarang ini, usia menara pertama ini sama dengan Masjid Raya Makassa. Tetap dipertahankan sampai saat ini tidak hanya sebagai symbol persahabatan tetapi juga menjadi saksi sejarah masa lampau, dan juga sebagai masjid perjuangan. 44



Ketua yayasan Masjid Raya Makassar yang terlibat dalam perkembangan masjid antara lain, KH. Akib yang merupakan ketua yayasan Masjid Raya Makassar periode tahun 1953-1955, juga merupakan ketua Majelis Islam di Makassar,45 dan K.H. Muhammad Ramli merupakan ketua yayasan Masjid Raya Makassar periode tahun 1955-1958. Lahir di Bone 17 Agustus 1902. Beliau berlatar belakang pendidikan Sekolah Agama Menengah di Mekah selama empat tahun dan pernah belajar tentang Hukum Islam di Sulawesi, K.H. Muhammad Ramli memiliki beragam peran keagamaan. Sejak masih muda ia sudah dipercaya sebagai Imam di Kajuara 1 Maret 1922, selanjutnya Kadi di Palopo 1 Juli 1930- 1 September 1937, kemudian 1 Oktober 1942 – 31 Desember 1947 dan sebagai Guru/Kepala Sekolah Islam di Makassar 1 September 1937- 1 Oktober 1942. Peran lainnya adalah Ketua Majelis Islam 1 Februari 1948 1 Desember 1949. K.H. Muhammad Ramli akrab dengan K.H. Ahmad Bone yang memprakarsai Masjid Raya Makassar. Bersama ulama lainnya mendirikan majelis ilmu di berbagai daerah, dan setelah memiliki banyak jamaah, beliau mendirikan Rabithatul Ulama, sebuah organisasi yang berbasis Ahlus Sunnah Wal Jamaah sebagai cikal bakal



44 45



Ibid, hlm.801. Ibid.



64



berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama (NU) di Sulawesi Selatan. Rentang waktu empat tahun setelah itu, ia kembali menjadi Guru/Kepala sekolah Islam di Makassar 1 Februari 1950 -1 Desember 1954. Tahun 1954 ia tercatat sebagai Mahaguru Universitas Muslimin Indonesia (UMI) Bagian Hukum Fiqih dan menjadi Ketua Umum (Rektor) perguruan tinggi cikal bakal IAIN Alauddin Makassar dari 1 Maret 1956 hingga ia wafat tahun 1958. Ia juga pernah menjadi Kepala Kepenghuluan Kantor Urusan Agama Provinsi Sulawesi 1955 dan Ketua Umum Masjid Raya Makassar pada tahun 1955-1958.46



Masjid yang menjadi identitas Kota Makasar ini memang bukan sekedar bangunan antik bersejarah yang biasa saja, tetapi juga menyimpan keunikan tersendiri mulai dari, bentuk bangunan, kubah, menara, gaya arsitektur, yang menghiasi masjid ini. Masjid Raya Makassar merupakan masjid yang indah berlokasi di tengah kota itu dilengkapi menara yang tinggi menjulang serta memiliki kubah, menambah keindahan masjid tersebut. Dibawah kubah itu, jemaah dapat menggunakannya untuk beribadah sambil menikmati keindahan kota Makassar. Sebuah bangunan masjid tentulah sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis, budaya maupun peradaban yang ada pada masanya. Dilihat dari segi geografis Masjid Raya dibangun di pusat kota Makassar yang sangat strategis, tentu berbeda pula dengan konstruksi masjid yang terdapat di daerah lain. Dilihat



46



Husnul Fahimah Ilyas, dkk. Jaringan Ulama Sulawesi Selatan Dan Sulawesi Barat Awal Abad XX, op.cit., hlm. 25.



65



dari budaya yang berlaku pada masa didirikannya Masjid Raya Makassar. Bangunan pertama masjid dikala itu terbuat dari anyaman bambu.47



Sejak resmi dimanfaatkan sebagai pusat ibadah dan kebudayaan Islam di Makassar, masjid yang berkapasitas sampai 10.000 jamaah itu, hingga saat ini sangat terkenal keseluruh nusantara bahkan manca negara dengan nama Masjid Raya Makassar. Dalam waktu sekitar sepuluh tahun lamanya nama Masjid Raya Makassar, sudah melekat dihati masyarakat Islam di Makassar. Sebagai Masjid yang megah di Indonesia dengan berbagai kegiatan ibadah, dakwah, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Masjid Raya Makassar adalah salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Tidak hanya nilai-nilai Islam yang terkandung dalam keberadaannya, namun masjid ini juga telah menjadi bagian penting dari sejarah perkembangan masyarakat Makassar sejak masa lampau. Keberadaan Masjid Raya Makassar erat kaitannya dengan karakter umum masyarakat Makassar atas peran Masjid Raya Makassar yang sejak dulu telah mengarahkan masyarakatnya untuk jadi lebih baik lagi. Masjid tidak hanya sebuah bangunan semata, namun bagian penting dari perkembangan satu peradaban dari zaman ke zaman.



Sejak awal berdirinya masjid ini sampai sekarang, tidak bernaung dibawah satu organisasi Islam baik modernis maupun tradisionalis. Masjid berupaya terus menjaga keharmonisan dan silaturahim antara sesama jamaah, yang berbeda



47 Ahmad Bardi, “Abdul Hamid Daeng Magassing Sebagai Walikota Makassar 19471950”, (Makassar: Skripsi di Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, 2017), hlm.71.



66



paham keagamaan, antara tradisionalis dan modernis. Masjid berupaya mengedepankan persaudaraan atau ukhuwah Islamiyah.



3.2



Visi dan Misi Masjid Raya Makassar Dalam Perkembangannya Setiap masjid memiliki visi, misi, dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu



masjid dapat dikatakan berhasil apabila dapat mencapai visi dan misi tersebut. Sejak diresmikannya Masjid Raya Makassar dapat dikatakan bahwa Masjid Raya Makassar telah memerankan peranan cukup besar bagi perkembangan Islam di Makassar. Apalagi pengembangan dan pembangunan Masjid Raya Makassar telah dikelola dengan baik dibawah naungan Yayasan Masjid Raya Makassar. Adapun visi dan misi Masjid Raya Makassar adalah sebagai berikut:



1.



Visi Mewujudkan masjid sebagai pusat kegiatan Islam dalam berbagai bidang



peribadatan, dakwah dan sosial keagamaan, juga menjadikan masjid sebagai pencerahan intelektual



2.



Misi dari Masjid Raya Makassar sebagai berikut:



a) Sebagai tempat peribadatan masyarakat Islam dengan menggunakan fasilitas masjid.



b) Memakmurkan masjid dengan dan melalui berbagai kegiatan.



67



c) Memakmurkan masjid dengan dan melalui berbagai kegiatan sosial, pendidikan, dan ekonomi.



d) Memakmurkan masjid dengan dan melalui pemberdayaan ekonomi dan sumber dayanya.



e) Melalui masjid ukhuwah Islam makin kokoh dan menyeluruh.



f) Menyelenggarakan pembinaan rohani masyarakat Islam melalui dakwah dan pengajian rutin



g) Membina kerukunan internal umat Islam Makassar pada umumnya dan menjaga hubungan baik serta toleransi dengan pemeluk agama non Islam.



h) Membesarkan dan menghidupkan syiar-syiar Islam pada setiap shalat Jumat, bulan Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha dan semua hari besar Islam.



i) Mengumpulkan dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah.



j) Meningkatkan kecerdasan intelektual dan spiritual 48



48



Muhammad Syahril, S. Ag. M. Hi, Imam Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 22 November 2019.



68



3.3



Fungsi Masjid Secara Umum Masjid secara harfiah sebagai kata yang berasal dari bahasa Arab. Kata



pokoknya ”sajada, yasjudu, sajdan”, kata sajada yang berarti tempat bersujud, patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan tadzim. Untuk menunjukan suatu tempat, kata sajada dirubah bentuknya menjadi ”masjidun” artinya tempat melaksanakan kewajiban bagi umat Islam untuk melaksanakan shalat lima waktu yang diperintahkan Allah SWT.49



Menurut Wahyudin Sumpeno pengertian masjid secara harfiah sebagai kata yang berasal dari bahasa Arab. Kata pokoknya sujudan, masjidun yang berarti tempat sujud atau tempat shalat, sehingga masjid mengandung pengertian tempat melaksanakan kewajiban bagi umat Islam untuk melaksanakan shalat lima waktu yang diperintahkan Allah SWT. Pengertian lainnya tentang masjid, yaitu seluruh permukaan bumi, kecuali kuburan adalah tempat sujud atau tempat beribadah bagi umat Islam.50 Dari berbagai pengertian di atas dapat dikatakan bahwa istilah masjid memiliki arti yang cukup luas. Selain sebagai tempat beribadah juga tempat untuk melakukan berbagai aktivitas sosial. Sementara itu istilah masjid pada masa sekarang umumnya identik dengan gedung. Hal ini menurut Sidi Gazalba tidak seluruhnya benar, sebab Allah pada dasarnya telah menjadikan seluruh jagad ini sebagai masjid, tempat sujud, dan tempat sembahyang. Oleh sebab itu seluruh jagad dapat dikatakan sebagai masjid, tempat



49 Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1994), hlm. 118. 50 Wahyudin Supeno, Perpustakaan Masjid, Pembinaan dan Pengembangannya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, Cetakan I, 1984), hlm. 1.



69



dimana para muslimin bersujud kepada Allah SWT dan gedung masjid pada dasarnya hanyalah fungsi kedua dari masjid.51 Menjelaskan bahwa pengertian masjid tidak menunjukkan arti sebagai tempat shalat saja, tetapi juga tempat berlangsungnya beberapa kegiatan, khususnya yang berhubungan dengan aktivitas kebudayaan Islam dan salah satu kegiatan kebudayaan tersebut diantaranya adalah tempat berlangsungnya pendidikan. Oleh karena itu juga, maka mengamati berbagai pandangan di atas, dapat dijelaskan pada dasarnya masjid adalah tempat ibadah bagi umat Islam, baik hal tersebut merupakan ibadah yang bersifat individual maupun ibadah kemasyarakatan.



Fungsi masjid secara umum, menurut Sidi Gazalba, bahwa fungsi masjid adalah sebagai pusat ibadah dan muamalah dan yang memberikan fungsi tersebut adalah Nabi sendiri. Menurutnya juga bahwa di masa Rasulullah masjid adalah tempat mengajarkan, membicarakan, menyimpulkan semua pokok kehidupan Islam. Kehidupan Islam itu terperinci dalam tiga bidang, di antaranya adalah agama, antropologi, dan kebudayaan atau dengan istilah Islam adalah aqidah, ibadah, dan muamalah dalam pengertian luas. Fungsi utama masjid merupakan pusat ibadah dan pusat kebudayaan Islam.52 Menurut Wahyudin Supeno, masjid selain berfungsi sebagai tempat ibadah shalat, masjid juga dapat dijadikan sebagai



51 52



Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, op. cit., hlm. 120. Ibid., hlm. 125-126.



70



tempat mengkaji, menelaah, mengembangkan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial.53



Dalam bidang agama, kebudayaan itu terperinci lagi dalam enam bidang kehidupan yaitu sosial, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan teknik, filsafat, dan kesenian. Prinsip pokok tentang masing-masing kehidupan ini diajarkan, dibacakan, dan disimpulkan di masjid. Keenam bidang kehidupan itu bersifat duniawi. Dengan demikian, masjid juga adalah tempat untuk pembicaraan dunia.54



Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT. Tempat shalat dan tempat beribadah lima kali sehari semalam umat islam dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat berjamaah. Masjid juga merupakan tempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui azan, qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istigfar, dan ucapan lain yang dianjurkan dibaca di masjid sebagai dari lafaz yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah. Dengan melihat arti dan fungsi masjid diatas dapat diuraikan beberapa fungsi masjid yaitu sebgai berikut:



1) Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka masjid dianggap suci sebagai tempat menunaikan ibadah bagi umat Islam, baik ibadah shalat dan ibadah



53



Wahyudin Supeno, Perpustakaan Masjid, Pembinaan dan Pengembangannya, op.cit.,



54



Sidi Gazalba, op,cit., hlm. 21.



hlm. 2.



71



yang lainnya, termasuk seperti shalat jumat, shalat tarawih, shalat Idul Fitri, Idul Adha, dan shalat-shalat jamaah lainnya.



2) Masjid adalah tempat kaum muslimin beritikaf, membersihkan diri, sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian.



3) Masjid



adalah



tempat



bermusyawarah



kaum



muslimin



guna



memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat. Pada zaman Rasulullah, masjid berfungsi sebagai tempat yang nyaman untuk membahas masalah sosial yang sedang menjadi perhatian masyarakat pada waktu itu. Di zaman sekarang, sangat berguna bagi masyarakat untuk memusyawarahkan masalah sosial, kenakalan remaja dan narkoba.



4) Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan, seperti masalah sosial, ekonomi, dan politik.



5) Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotongroyongan di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.



6) Masjid



dengan



majelis



taklimnya



merupakan



wahana



meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin.



72



untuk



7) Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan masyarakat.



8) Masjid tempat mengumpulkan dana, menyimpan, dan membagikannya.



9) Masjid sebagai wadah menimbah ilmu, menurut Sidi Gazalba bahwa masjid



merupakan



tempat



atau



wadah



untuk



mengajarkan,



membicarakan, menyimpulkan pokok-pokok kehidupan Islam. Dimana Islam itu terperinci dalam tiga bidang: agama, antropologi, dan kebudayaan istilah Islam yaitu, ibadah, daqwah, dan muamalah dalam arti luas yaitu menyangkut, sosial ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, teknik, kesenian, dan filsafat yang semuanya dibicarakan dan disimpulkan di masjid meskipun bersifat duniawi.55



10) Sebagai tempat kegiataan remaja masjid. Pada beberapa masjid terdapat kegiatan remaja masjid dengan kegiatan yang bersifat keagamaan, sosial dan keilmuan melalui bimbingan pengurus masjid. Namun demikian, belum seluruh masjid dimanfaatkan oleh para remaja Islam secara optimal, misalnya dengan membentuk kelompok diskusi Islam, kelompok olahraga remaja masjid, kelompok kesenian remaja Islam, kelompok studi group Islam dan masih banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan.



55



Sidi Gazaba, Masjid Pusat dan Kebudayaan Islam, op,cit., hlm. 134-135.



73



Kesepuluh fungsi masjid secara umum tersebut ditempatkan ialah sebagai pusat ibadah, pendidikan, sosial, bermusyawarah, dan saling bertukar pikiran untuk memecahkan masalah.



3.4.



Peranan Masjid Secara Umum Peranan penting masjid di kalangan masyarakat, sebagai salah satu elemen



terpenting dari kehidupan keberagamaan dan peradaban masyarakat Islam, juga merupakan sentra yang mampu menjadi pengikat pertalian spiritual, emosional dan sosial masyarakat Islam di berbagai kawasan dunia. Masjid bagi umat Islam memiliki makna yang besar dalam kehidupan, baik makna fisik maupun makna spiritual. Sebagai unsur yang begitu vital, tentu sebagaimana kelihatan masjid memiliki aspek sejarah perjalanan yang unik dan fenomenal.



Secara logis bangunan sebuah masjid dapat dipergunakan sebagai pusat kegiatan umat Islam seperti menyangkut, sosial, ekonomi, pemerintahan, kebudayaan, pendidikan, dan semuanya bisa dipusatkan di masjid. Masjid dapat digunakan sebagai wadah untuk memperoleh ilmu dan sebagai pusat kegiatan keagamaan seperti halnya hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan dirinya, dan manusia dengan alam. Masjid tidak hanya berperan sebagai tempat bersujud dan sholat saja tetapi masjid merupakan salah satu wadah yang punya banyak peran penting dalam bidang keagamaan terutama peranannya dalam penyebaran dan pengembangan Islam. Masjid sebagai sebuah wujud budaya Islam, tentu dipengaruhi oleh intisari kebudayaan Islam. Intisari kebudayaan Islam adalah agama Islam itu sendiri. Di 74



dalam sejarah telah tercatat bahwa Islam membawa pengaruh yang signifikan dalam perkembangan budaya masyarakat, mulai dari system ekonomi, politik, kesenian, bangunan, dan segi-segi kebudayaan lainnya. Hal ini dikarenakan Islam dengan sumber hukumnya tidak hanya mengajarkan peribadatan tapi dengan tegas ia



mengajarkan



persoalan-persoalan



mengenai



hubungan



manusia



antar



sesamanya.56 Masjid adalah tempat ibadah umat Islam yang memiliki peran strategis untuk kemajuan perdaban umat Islam. Sejarah telah membuktikan peranan Masjid tersebut. Masjid bukan saja tempat shalat, tetapi juga sebagai pusat pendidikan, pengajian keagamaan, pendidikan, peranan sosial dan ekonomi.



Peranan masjid dalam kebutuhannya sebagai sarana aktivitas keagamaan makin nyata kompleksitasnya. Hal itu karena masyarakat Islam dituntut untuk semakin cerdas dalam menyikapi seluruh persoalan yang ada pada era globalisasi yang dalam kenyataannya mengakibatkan umat Islam mengalami tantangan atas kualitas keimanan dan kecerdasannya. Maka diberbagai masjid yang ada saat ini dilengkapi dengan sarana pendukung seperti perpustakaan dan lain sebagainya. Tujuannya tidak lain adalah upaya kemakmuran yang dirasakan masyarakat.



Oleh karena itu, maka dapat dikatakan bahwa masjid pada masa sekarang pada dasarnya memiliki peranan yang tidak berbeda jauh dengan kondisi masjid pada masa awal berkembangnya Islam. Sekalipun kemudian kondisi masjid yang ada pada zaman sekarang tidak sepenuhnya dapat dijadikan media pendidikan Islam secara langsung. Akan tetapi apabila diperhatikan secara saksama, peranan 56



Ibid.



75



masjid beserta kompleksitas sarana dan prasarana yang ada, demikian pula dengan aktivitas kegiatan yang terjadi di dalamnya, juga dapat dijadikan indikasi dukungan bagi proses pendidikan Islam. Sehingga peranan masjid pada masa sekarang sebetulnya juga memiliki peranan yang besar bagi kebudayaan Islam khususnya dalam bidang pengembangan proses pendidikan dalam Islam, selama di dalamnya ada kepedulian yang besar pula terhadap kemajuaan masjid. Masjid berperan sebagai berikut:



1) Pusat kegiatan masyarakat Islam, baik kegiatan sosial, pendidikan, politik, budaya, dakwah, maupun kegitan ekonomi. Masyarakat Islam sering memanfaatkan masjid sebagai pusat segala kegiatan. Kegiatan sosial yang sering diselenggarakan di masjid adalah kegiatan remaja masjid yang membicarakan problem sosial yang dihadapi. Karena masjid dianggap sebagai tempat yang sakral, maka kegiataan sosialnya hanya terbatas pada kegiatan yang mendukung kegiatan kemasyarakatan yang berhubungan dengan Islam. Dari masjid bisa diajarkan tentang perlunya hidup berdisiplin, tepat waktu, kebersamaan berjamaah dan peningkatan pengetahuan. Banyak masjid yang dimakmurkan dengan pengajian anakanak, remaja masjid dan jamaah lainnya, sehingga masjid berperan sebagai pusat pengembangan sumber daya umat Islam. Masjid tidak hanya berperan sebagian tempat untuk melakukan kegiatan ibadah semata. Akan tetapi masjid juga berperan sebagai tempat untuk melakukan berbagai kegiatan sosial yang berhubungan dengan kehidupan manusia sehari-hari.



76



Dalam masyarakat yang berpacu dengan kemajuan zaman, dinamika masjid-masjid sekarang ini banyak yang menyesuaiakan diri dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Maksudnya masjid tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah shalat, tetapi juga sebagai wadah beraneka kegiatan masyarakat Islam. Dengan demikian, peranan masjid tidak hanya menitik beratkan pada aktivitas yang bersifat akhirat, tetapi memperpadukan antara aktivitas duniawi dan aktivitas di akhirat kelak.



2) Masjid sebagai lambang kebesaran Islam Masjidil Haram dilambangkan sebagai pusat kebesaran Islam, di mana didalamnya terdapat Kabah sebagai kiblat umat Islam seluruh dunia. Sedangkan masjid Istiqlal Jakarta dijadikan lambang kebesaran Islam di Indonesia, dan Masjid Raya Makassar dijadikan sebagai lambang kebesaran Islam di Indonesia bagian timur.



3) Masjid sebagai pusat pengembangan ilmu Para remaja yang sudah mulai menyadari masa depannya, membentuk ikatan remaja masjid dengan berbagai kegiatan, termasuk diantaranya mendirikan perpustakaan, mengadakan kursus-kursus atau les bagi anakanak SD sampai dengan SMA. Sebagai pusat pengembangan ilmu, baik ilmu dunia maupun akhirat, masjid berperan sangat besar. Banyak masjid yang sudah dilengkapi dengan berdirinya Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), perpustakaan masjid.



77



4) Masjid sebagai Lembaga Dakwah Peranan masjid yang berikutnya adalah sebagai lembaga dakwah. Karena masjid sudah berperan sebagai lembaga ibadah maka secara otomatis masjid berperan sebagai lembaga dakwah. Masjid biasa digunakan sebagai tempat pengajian-pengajian, baik yang berupa kultum ataupun pengajian akbar. Selain itu masjid juga digunakan sebagai tempat pendidikan Islam, misalnya adanya pengajian di masjid. Jadi penekanan pengajian di sini adalah pendidikan kepada masyarakat agar mereka mengerti tentang ajaran agama secara lebih mendalam.



5) Masjid sebagai Lembaga kemasyarakatan Masjid di samping berperan sebagai lembaga ibadah dan dakwah, juga bisa berperan sebagai lembaga kemasyarakatan. Hal ini dapat dilihat dari adanya shalat berjamaah. Dengan adanya shalat berjamaah yang dilakukan di masjid, maka masjid juga merupakan tempat yang menciptakan keakraban dan kebersamaan. Bahkan dalam kegiatan tertentu yang ada di dalam masjid dilakukan secara bersama-sama sebab mustahil apabila terus-menerus seseorang tersebut melakukan kegiatan secara sendirian. Bahkan lebih dalam lagi, masjid bisa menjadi peredam dari sebuah konflik yang terjadi dalam sebuah masyarakat apabila masyarakat yang mengalami konflik



tersebut



mau



melaksanakan



shalat



berjamaah



secara



rutin.Masyarakat yang datang untuk shalat berjamaah itu semua sama tidak ada yang diperlakukan istimewa, baik itu pejabat, bupati, maupun



78



presiden. Satu yang membedakan diantara mereka di hadapan Allah SWT hanyalah tingkat ketaqwaannya. Maka disitulah terjalin keakraban yang semula sempat malu atau yang lain, yang pada mulanya jarang bertemu menjadi bertemu. Di situlah masjid dapat menciptakan keakraban dan kebersamaan di kalangan umat Islam. Sehingga masjid dapat dikatakan berperan sebagai lembaga kemasyarakatan.



Dari berbagai tinjauan tentang peranan masjid di atas memberikan kesimpulan bahwa peranan masjid pada dasarnya adalah untuk menjadi tempat ibadah maupun sosial. Selanjutnya peranan sosial masjid ini kemudian berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat Islam. Karena itu masjid kemudian memiliki peranan yang besar bagi kelangsungan masyarakat dan ajaran Islam.



3.5



Aspek Kesejarahan Masjid Dalam sejarah awal Islam, masjid telah ada sejak zaman Rasulullah SAW.



Pada saat itu fungsi masjid merupakan sarana untuk melakukan ibadah yang mampu mempertemukan umat Islam. Dengan demikian, dilihat dari masa awal pertumbuhan Islam masjid berfungsi tidak hanya untuk beribadah semata, tetapi juga untuk kegiatan yang bersifat sosial. Pada zaman Rasulullah dan para Khalifah, masjid menjadi satu-satunya pusat segala macam kegiatan umat Islam. Jika masyarakat Islam terpaksa melancarkan jihad, maka rencana pertahanan dan pengiriman tentara dimusyawarahkan di dalam masjid. Masyarakat juga diminta untuk hadir di dalam masjid, jika ada berita penting untuk disampaikan. Masjid 79



juga digunakan sebagai majlis permusyawaratan umat Islam. Pada zaman Umar sewaktu dua dewan hendak mengangkat Khalifah, maka kedua dewan itu bertemu di masjid. Pertemuan suku-suku, baik muslim maupun non-muslim diterima di dalam masjid dan beberapa perutusan penting. Peristiwa peradilan juga diselenggarakan di masjid. Dengan begitu masjid bukanlah hanya pusat kegiatan spiritual. Masjid ialah pusat nasional mereka dalam artian yang sebenarnya dan paling menyeluruh.57 Dapat disimpulkan di atas memberikan penjelasan bahwa masjid yang ada pada waktu itu telah berfungsi untuk kegiatan keagamaan yang mempertemukan umat Islam dan kegiatan yang bersifat sosial seperti musyawarah, pengaturan strategi perang dan lain-lain. Selanjutnya masjid yang pertama kali didirikan di masa Rasulullah SAW adalah Masjid Quba’. Badri Yatim dan Hafiz Anshori mengungkapkan, Dalam perjalanan ke Yastrib Nabi ditemani oleh Abu Bakar. Ketika tiba di Quba’, sebuah desa yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Yastrib, Nabi istirahat beberapa hari lamanya. Dia menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi membangun masjid. Inilah masjid yang pertama dibangun Nabi sebagai pusat peribadatan.58



Awal mula bangunan masjid Quba sangatlah sederhana sekali, dengan lapangan terbuka sebagai intinya, dan penempatan mimbar pada sisi dinding kiblat, serta di tengah-tengah lapangan terdapat sumber air untuk tujuan bersuci. Masjid Quba ini merupakan karya spontan dari masyarakat muslim Madinah pada



57 Amir Hasan Siddiqi, Studies in Islamic History: Edisi Indonesia Terjemahan HMJ Irawan, (Bandung: Al-Ma’arif, 1987), hlm.172. 58 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. Cet. XX, (Jakarta PT. Raja Grafmdo Persada 2008), hlm.25.



80



waktu itu. Bangunan Masjid Quba disebut para ahli sebagai masjid Arab asli. Namun, kiranya arti lebih besar dari Masjid Quba telah menampilkan pola dasar arsitektur masjid yang lebih mengedepankan makna dan fungsi minimal yang harus terpenuhi dalam bangunan masjid, yakni adanya tempat yang lapang untuk tempat berkumpul umat melaksanakan ibadah.59 Selanjutnya dalam perkembangan Islam masjid-masjid yang lainnya tumbuh di berbagai wilayah Islam sejalan dengan perkembangan dan perluasan wilayah Islam. Demikian pula dengan bentuk bangunan-bangunan masjid, sudah mengalami berbagai penyempurnaan yang diantaranya penambahan menara, makam di sekitar masjid, hiasan kaligrafi, interior yang indah yang memperlihatkan perbedaan tampilan fisiknya.



Di berbagai tempat di mana Islam tumbuh, masjid telah menjadi sebuah kenyataan yang penting dalam syiar Islam. Masjid telah dijadikannya sebagai sarana penambahan budaya Islam sehingga dalam pengertian ini terjadilah pertemuan dua unsur dasar Islam yang terpatri oleh ajaran Islam dan kebudayaan lama yang telah dimiliki masyarakat setempat. Di sini terjadilah asimilasi yang merupakan keterpaduan antara kecerdasan kekuatan watak yang disertai spirit Islam yang kemudian memunculkan kebudayaan baru kreatif, yang menandakan kemajuan pemikiran dan peradabannya.60



Makna dari pusat kebudayaan tersebut juga dapat dimaksudkan sebagai media pendidikan. Keberadaan masjid erat kaitannya dengan pendidikan dan



59 60



Ibid, hlm. 26. Ibid, hlm. 26.



81



dakwah Islam. Timbulnya madrasah dan pesantren sebagai lembaga pendidikan, misalnya, berasal dari masjid. Perkembangan ini berlanjut dari pendidikan pesantren hingga universitas. Universitas Cordova (Spanyol) di dalam Masjid Cordova dengan memiliki lima fakultas, yaitu astronomi, ilmu ukur, kedokteran, ilmu ketuhanan, dan ilmu hukum. Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan tersebut berasal dari seluruh penjuru dunia, baik muslim maupun non-muslim.



Masjid Raya Makassar yang sekarang ini dibangun kembali dengan struktur dan arsitektur baru mengadopsi Masjid Cordova Spanyol, sementara bangunan lama hanya menyisahkan menara pertama disamping kiri masjid. Perombakan besar-besaran atas bangunan masjid ini pun dimulai dengan konsep dasar untuk menjadikan bangunan Masjid Raya Makassar menjadi lebih kokoh, megah, indah, dan moderen. Masjid yang megah dan indah ini sekilas mirip dengan masjid dari Timur Tengah karena memiliki sentuhan arsitektur mediteranian oleh arsitek Ir. Danny Pomanto. Dengan kombinasi 3 warna dasar yaitu krem, hijau dan hitam. Masjid ini yang menggunakan 80% bahannya asli Sulawesi Selatan. Dari segi kontruksi, masjid dirancang terbuka, memiliki dua menara yang tingginya 47 meter (menara lama) dan 66,66 meter (menara baru) melambangkan jumlah ayat kitab Suci Al-Quran. Dari sisi interior terdapat kaligrafi yang menghiasi dinding dan langit-langit masjid, kaligrafi itu dibuat oleh Ustad Syahruddin, dibagian atas mihrab dan tiang pada masjid seluruhnya



82



berhiaskan Asmaul Husna. Kaligrafi yang di gunakan ada dua jenis yaitu kaligrafi tsulus dan kufi, jumlah kaligrafi di dinding masjid tersebut ada 11 kaligrafi.61



Dari berbagai uraian tentang aspek kesejahteraan masjid dapatlah dinyatakan bahwasanya masjid pada masa awal perkembangan Islam merupakan lembaga terpenting dalam proses pertumbuhan Islam. Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga digunakan sebagai pusat kebudayaan dimana di dalamnya pernah pula berlangsung proses pendidikan Islam.



Dengan demikian, dapat disimpulkan tentang aspek kesejarahan masjid bahwa masjid memiliki arti yang sangat penting dalam proses pendidikan islam, tidak terkecuali proses pendidikan Islam di Indonesia. Kehadiran masjid selain sebagai tempat melaksanakan shalat dan tempat berkumpul, masjid dalam sejarahnya juga digunakan sebagai tempat melaksanakan pendidikan Islam. Masjid dilihat dari aspek kesejarahannya memiliki peranan yang sangat signifikan dalam mendidik generasi-generasi muda.



3.6



Fungsi Masjid Raya Makassar bagi Masyarakat di Kota Makassar. Masjid sebagai wadah menimbah ilmu, menurut Sidi Gazalba bahwa



masjid merupakan tempat atau wadah untuk mengajarkan, membicarakan, menyimpulkan pokok-pokok kehidupan Islam. Dimana Islam itu terperinci dalam tiga bidang: agama, antropologi, dan kebudayaan istilah Islam yaitu, ibadah,



61



Sejarah Masjid Raya Makassar http://duniamasjid.islami c-center.or.id, diakses pada pukul 21:33 tanggal 11 Mei 2020.



83



daqwah, dan muamalah dalam arti luas yaitu menyangkut, sosial ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, tehnik, kesenian, dan filsafat yang semuanya dibicarakan dan disimpulkan di masjid meskipun bersifat duniawi.62 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi dari suatu masjid itu bersifat umum dan menyeluruh menyangkut kehidupan sosial manusia dan tidak boleh melakukan sesuatu yang bersifat pribadi atau kepentingan pribadi. Pendidikan keagamaan banyak diselenggarakan di masjid-masjid jika masyarakat di sekitar masjid belum memiliki lembaga pendidikan secara khusus. Di masjid-masjid, setelah Magrib, sering diselenggarakan pengajian untuk anak dan remaja. Pada malam jumat, umumnya diselenggarakan pengajian orang-orang tua. Masjid besar seperti Masjid Raya Makassar pada umumnya memiliki majelis taklim yang menyelenggarakan pengajian mingguan yang jamaahnya cukup besar dan masih ada kajian keagamaan lainnya.



Masjid Raya Makassar sebagai pusat umat Islam Kota Makassar tentunya memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan masjid-masjid pada umumnya, masjid ini memiliki fungsi lebih jika dibandingkan dengan masjid-masjid lain. Masjid yang menjadi menarik perhatian di Kota Makassar, yaitu Masjid Raya Makassar memiliki daya tarik tersindiri bagi pengunjung di Kota Makassar. Maka berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis fungsifungsi Masjid Raya Makassar terhadap masyarakat ialah sebagai berikut:



a) Sebagai Tempat Melakukan Ibadah 62



Sidi Gazaba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, op.cit., hlm. 134-135.



84



Fungsi masjid yang pertama adalah sebagai tempat menunaikan ibadah bagi umat Islam. Masjid sebagai tempat beribadah artinya masjid haruslah dapat digunakan sebagaimana fungsinya yaitu masjid dapat dijadikan sebagai sebagai tempat menunaikan ibadah bagi umat Islam shalat dan ibadah yang lainnya, termasuk seperti shalat jumat, shalat tarawih, shalat Ied, dan shalat-shalat lainnya. Masjid Raya Makassar juga biasa digunakan untuk sholat lima waktu oleh masyarakat baik itu masyarakat yang bermukim di bagian sekitar Masjid Raya Makassar maupun masyarakat pendatang dari luar kota.63 Tidak hanya shalat tapi juga bisa dijadikan tempat untuk memperoleh ketenangan hati bagi setiap orang. Di Masjid Raya Makassar sendiri telah dilakukan beberapa upaya agar masjid ini dapat digunakan sebagaimana fungsinya dengan cara ditunjuknya seorang muadzin dan imam masjid tetap agar pada waktu sholat muadzin akan tepat waktu mengumandangkan adzan dan imam tetap dalam melaksanakan sholat berjamaah.



Fungsi masjid sebagai tempat beribadah sudah diterapkan di Masjid Raya Makassar masyarakat disekitar masjid sangat antusias dan bersemangat melakasanakan sholat berjamaah meskipun tidak keseluruhan dari masyarakat sekitar masjid datang untuk sholat karena pasti memiliki kesibukan dan kesempatan yang berbeda. Dalam hal ini banyak masyarakat dari luar yang justru datang ke masjid untuk merasakan sholat 63 Muhammad Syahril, S. Ag. M. Hi, Imam Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 3 Juni 2020.



85



berjamaah di masjid ini karena seperti yang kita ketahui bahwa pada dasarnya banyak jamaah yang tertarik beribadah di masjid ini tidak lain karena masjid ini sangat istimewa sebagai saksi bisu sejarah perjuangan. Masjid Raya Makassar tentunya memiliki keistimewaan tersendiri bagi masyrakat Islam di Makassar, yang beribadah ditempat ini hampir setiap hari selalu didatangi oleh pengunjung dari luar baik itu masyarakat biasa, pemerintah ataupun kalangan pelejar.



Adanya kegiatan sholat berjamaah di Masjid Raya Makassar setiap waktu sholat tentunya menciptakan dampak positif seperti terjalinnya ikatan jamaah dalam masjid dan bahkan dibawah keluar masjid, hingga terjadilah perkenalan dan ikatan rohaniah yang ditumbuhkan dalam pengalaman agama dan dilanjutkan didalam masjid ataupun diluar masjid dalam kehidupan sehari-hari.64 Ikatan rohani ini tumbuh dalam hati sebagai wujud taqwa kepada Allah Swt. Terciptanya hidup yang saling bekerja sama dalam lingkungan masjid dapat kita lihat dalam mengerjakan sholat berjamaah dimana dalam melaksanakan solat kita dipimpin oleh seorang imam, maka imam ini digambarkan sebagai pemimpin masyarakat Islam yang tumbuh dalam lingkaran masjid. Masjid Raya Makassar selain sebagai tempat melaksanakan solat wajib lima waktu masjid ini juga aktif dijadikan tempat solat tarwih pada setiap bulan ramadhan, sholat jumat,



64 Muhammad Syahril, S. Ag. M. Hi, Imam Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 3 Juni 2020.



86



idul fitri, idul adha dan sebagai tempat melaksanakan hari-hari besar umat muslim.



b) Fungsi Masjid Sebagai Pusat Dakwah Mengingat masjid berfungsi sebagai pusat untuk melakukan dakwah islamiyah dalam berbagai bentuk kegiatan, baik melalui ceramah, pidato, pengajian-pengajian, diskusi-diskusi, termasuk khutbah pada hari Jumat maupun hari-hari raya Islam lainnya. Masjid juga sangat strategis dan potensial dalam berkomunikasi, selain yang sifatnya himbauan, perintah dan lain sebagainya yang ada hubungannya menyangkut soal-soal pemerintahan, keamanan dan sebagainya, apakah datangnya dari pihak pemerintah atau dari pihak berwenang dalam bentuk undangan-undangan sosial lainnya dari kalangan masyarakat setempat. Dengan demikian, maka dakwah dalam pengertian umum yakni, apa saja yang sifatnya ajakan, himbauan, perintah dan penyampaian dalam rangka menuju kepada nilainilai yang dapat membawa ke arah kepentingan kemanfaatan atau kemaslahatan umum atau bentuk sosial kemasyarakatan lainnya yang tidak melanggar norma-norma kebiasaan dalam masyarakat.



c) Tempat melakukan kegiatan pendidikan keagamaan Masjid Raya Makassar memiliki kegiatan pendidikan keagamaan dilakukan pada saat malam setelah bada Magrib dan bada Subuh dilakukan pengajian rutin bagi jamaah. Pada malam jumat membaca Yasin fadilah.



87



Diselenggarakan juga pengajian serta ceramah pada malam-malam yang sudah terjadwal. Kegiatan kegamaannya adalah ceramah dan juga pengajian yang dibawakan oleh ustad-ustad dari luar pada malam yang sudah terjadwal. Alasan Masjid Raya Makassar melaksanakan kegiatan keagamaan pada bada magrib dan bada shubuh ialah karena pada saat itu banyak pengunjung yang datang ke Masjid Raya Makassar. Untuk majelis taklim yang diselenggarakan pengajian setiap minggu pada hari selasa yang jamaahnya cukup besar. Terdapat pula buku-buku keagamaan dan masih ada kajian keagamaan lainnya.65



Kegiatan pendidikan di Masjid Raya Makassar ialah Taman Pendidikan Al Quran (TPA). Hal ini dilakukan agar anak-anak yang masih TK, SD dan SMP bisa membangun pengetahuan terhadap Al-Quran serta menjadi pembaca Al-Quran yang lebih baik. Masjid sebagai tempat suci umat Islam yang dipergunakan sebagai tempat ibadah, juga berfungsi sebagai pusat kegiatan umat Islam. Umat Islam juga sering memanfaatkan masjid sebagai pusat segala kegiatan. Secara umum kegiatan sosial yang sering diselenggarakan di masjid adalah kegiatan temu remaja Islam yang membicarakan problem sosial yang dihadapi, selain hal-hal yang menyangkut pendalaman masalah ibadah. Karena masjid dianggap sebagai tempat yang sakral, maka kegiatan sosialnya hanya terbatas pada kegiatan yang mendukung kegiatan kemasyarakatan, pendidikan, dan kebudayaan.



65



Muhammad Syahril, S. Ag. M. Hi, Imam Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 3 Juni 2020.



88



Fungsi masjid sebagai tempat ibadah juga sebagai sumber ilmu pengetahuan, itulah kenapa masjid sering juga dikatakan bahwa masjid itu adalah tempat untuk mengerjakan, membicarakan, menyimpulkan semua pokok kehidupan yang bersifat Islami. Masjid tidaklah semata-mata sebagai tempat untuk menghadap ilahi tetapi lebih pentingnya lagi dipakai untuk mengerjakan atau menyampaikan ajarannya, yaitu Al Quran dan Al Hadist yang merupakan petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupan didunia. Masjid Raya Makassar ini sebagai tempat untuk menyebar ilmu-ilmu Islam terutama ilmu Al-Quran dan Al-Hadist. Seperti yang kita ketahui bahwa Al-Quran ini mencakup berbagai bidang ilmu pengetahuan dengan demikian Masjid Raya Makassar dapat juga dikatakan sebagai tempat menimbah ilmu pengetahuan. Ada banyak kegiatankegiatan di Masjid Raya Makassar yang tidak lain adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan misalnya pembentukan remaja masjid yang tentunya kegiatan para remaja masjid ini sangat bermanfaat dan membangun karakter dan semangat para generasi muda dalam kegiatan keagamaan dapat dilihat dari kegiatan mereka yang tentunya beda jauh dengan generasi muda pada umumnya. Remaja Masjid Raya Makassar sudah lama terbentuk. Remaja masjid ini tentunya memilih melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih berfaidah sesuai dengan ajaran Islam yaitu rutin melakukan pengajian yang tentunya menciptakan kecintaan mereka terhadap Al-Quran, masjid bisa kita lihat dari salah satu kegiatan rutin mereka yang tidak bisa dilewatkan yaitu selalu menjaga kebersihan masjid



89



dan merawat masjid karena bagi masyarakat Makassar masjid ini sangatlah penting masjid ini menyimpan banyak pelajaran dan sejarah perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan yang tentunya harus tetap dijaga. Hal ini tentunya akan menciptakan kenyamanan tersendiri bagi mereka ataupun para jamaah pendatang. Para anggota Remaja masjid masjid ini sering kali mengikuti beberapa perlombaan ataupun mengadakan perlombaan. Perlombaan ini kadang kala bekerja sama dengan pengurus Masjid Raya Makassar perlombaan-perlombaan yang paling sering mereka laksanakan adalah pada saat perayaan 17 agustus, mauled Nabi Muhammad, 1 Muharram dan hari-hari besar Islam lainnya.66



Ada banyak kegiatan para remaja masjid ini yang tentunya akan menambah wawasan dan pengetahuan mereka seperti kegiatan kajian rutin, belajar berdakwah mempelajari bacaan Alquran dan maknanya serta kajian rutin bacaan hadist, pembentukan remaja masjid di zaman sekarang ini adalah hal yang paling tepat dalam menghadapi begitu canggihnya teknologi zaman sekarang yang terkadang banyak sekali para remaja yang lupa akan kewajibannya akibat sosial media dan game.



Kegiatan-kegiatan para remaja masjid ini tentunya akan berdampak positif dimasa yang akan datang dengan lahirnya generasi-generasi yang cerdas tentunya, generasi yang beriman, generasi cinta Al-Quran, generasi



66



Muhammad Syahril, S. Ag. M. Hi, Imam Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 3 Juni 2020.



90



pencinta masjid dan generasi yang peduli akan perkembangan Islam kedepannya. Remaja masjid ini mempunyai peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan para remaja masjid ini menjadikan Masjid Raya Makassar sebagai masjid yang multi Fungsi sehingga dikenal bahwa Masjid Raya Makassar tidak hanya istimewa dari segi eksistensinya sebagai salah satu masjid tertua di Makassar tetapi juga sebagai masjid multi fungsi yang tidak hanya digunakan sebagai tempat beribadah tetapi juga sebagai wadah untuk menimbah dan meningkatkan ilmu pengetahuan.



d) Sebagai Tempat Bermusyawarah Masjid Raya Makassar pada masa perjuangan sangat memiliki peran penting dimana, masjid ini di gunakan oleh para pemuda untuk melakukan musyawarah atau perundingan masyarakat. Karena itu upaya dan peran Masjid Raya Makassar pada masa perjuangan sangat memberikan pengaruh terhada



p



semangat



para



pemuda



yang



berjuang membela tanah air RI. Fungsi sosial adalah kegunaan dan sosial adalah sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, jadi dalam arti luas fungsi sosial masjid yang dimaksud disini adalah kegunaan masjid atau manfaat masjid bagi kehidupan masyarakat. Fungsi sosial masjid berusaha menciptakan



kegiatan-kegiatan,



usaha,



dan



fungsi



masjid



dapat



menyelesaikan suatu masalah sosial masyarakat. Jika kita menoleh kesejarah Islam pada masa Rasulullah saw masjid pada saat itu adalah pusat kegiatan masyarakat yang meliputi pendidikan dan pembinaan umat,



91



yang tentunya dapat kita pahami bahwa sejatinya masjid itu tidak hanya sebagai tempat beribadah saja tetapi juga diharapkan mampu menjadi tempat untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial yang ada pada masyarakat seperti, kemiskinan, kebodohan, dan masalah hidup sehari-hari.



Masjid



Raya



Makassar



sering



digunakan



sebagai



tempat



bermusyawarah masyarakat. Para pengurus memiliki program pengajian, kerja bakti, santunan bagi orang yang kurang mampu, dan memfasilitasi kegiatan para remaja masjid. Program ini tentunya memberikan pelayanan sosial bagi masyarakat sekitar masjid seperti pendidikan, dan ekonomi yang sekaligus menjadi solusi bagi permasalahan sosial yang ada pada masyarakat.67



Dalam hal ini tentu yang paling pengurus harapkan adalah keberhasilan dalam mengolah suatu program dengan terus membuat kegiatan yang lebih kreatif dan menarik minat masyarakat, karena ada banyak hal yang dapat diambil ketika keberhasilan itu tercipta mulai dari pendanaan, tenaga, pikiran, ataupun hal lain yang dimiliki oleh setiap masyarakat ataupun jamaah masjid, adanya partisipasi masyarakat tentunya akan membawa dampak positif maka masjid akan terus



67



Muhammad Syahril, S. Ag. M. Hi, Imam Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 24 Oktober 2019.



92



mengembangkan kegiatannya dan masjid akan lebih bermanfaat bagi masyarakat.



Motivasi dan harapan para pengurus adalah hal yang tidak bisa lepas dari perjuangan mereka saat ini dalam mengelolah masjid. Sehingga masjid dapat menjadi pusat kegiatan masyarakat Islam. Masjid mempunyai posisi yang sangat vital dalam memberikan solusi bagi permasalahan sosial masyarakat apabila dijalankan dengan benar-benar sesuai dengan fungsinya. Fungsi sosial masjid sejatinya akan berjalan dengan baik apabila ada program-program yang dirancang sebagai solusi dari permasalahan masyarakat seperti program santunan yang ditujukan kepada masyarakat kurang mampu. Kegiatan kebersihan di Masjid Raya Makassar biasa dikerjakan oleh pengurus masjid maupun masyarakat secara bersama-sama, ini dilakukan agar Masjid Raya Makassar bersih dan masyarakat juga bisa merasa nyaman.



e) Tempat Penyelenggaraan Kegiatan Hari Besar Islam



Masjid Raya Makassar sering digunakan untuk penyelenggaraan hari besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammad saw, Isra Miraj yang selalu meriah, hari raya Idul Fitri, dan Idul Adha.



f) Tempat pengelolaan sedekah, infaq dan zakat



93



Masjid Raya Makassar juga dijadikan pusat pengelola sedekah, infaq dan zakat masjid karena berperan sebagai lembaga untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.68 g) Tempat Manasik Haji Masjid Raya Makassar juga dijadikan sebagai tempat bimbingan manasik haji, bagi calon jemaah haji akan dilatih tentang tata cara pelaksanaan ibadah haji yang akan dilaksanakannya. Manasik haji juga diperlukan guna memberikan pemahaman kepada setiap calon jemaah haji, jemaah haji akan dapat memahami hal-hal apa saja yang harus dilakukan pada saat melaksanakan ibadah haji.



68



Muhammad Syahril, S. Ag. M. Hi, Imam Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal



3 Juni 2020.



94



BAB IV PERKEMBANGAN MASJID RAYA MAKASSAR 4.1



Perkembangan Masjid Raya Makassar Dalam perkembangan Masjid Raya Makassar pada periode 1947 hingga



1978 mulai terjadi beberapa peningkatan yang sangat pesat terhadap perkembangan Masjid Raya Makassar yang tidak terlepas dari program kerja dari pengurus yayasan Masjid Raya Makassar yang ada. Masyarakat berubah ke era modern karena adanya tantangan perubahan kondisi. Perkembangan Masjid Raya Makassar berubah dan berkembang dari tahun ke tahun juga dipengaruhi oleh adanya tantangan untuk merubah kondisi sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan mengedepankan teknologi. Perkembangan Masjid Raya Makssar mengalami perubahan seiring dengan bergantinya kepengurusaan Masjid Raya Makassar. Perkembangan ini sejalan dengan perkembangan ekonomi, teknologi dan kebutuhan masyarakat. Selain sebagai tempat beribadah juga tempat untuk melakukan berbagai aktivitas sosial. Masjid Raya Makassar sebagai pusat ibadah masyarakat yang merupakan tempat, media, lembaga sosial, yang mampu berjalan penuh dalam menjalankan ajaran Islam bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat terlihat pada hari-hari besar yang fokus kegiatannya di Masjid Raya Makassar. Seluruh kegiatan dapat meningkatkan pengetahuan, penghayatan, dan pengalaman masyarakat. Fungsi sosial untuk masyarakat Kota Makassar dengan adanya Masjid Raya Makassar adalah adanya sikap saling menghargai,



95



memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan antar umat muslim serta pembauran toleransi beragama terhadap umat lain juga sangat ditegakkan. Masjid yang bersejarah masih banyak kita temui hingga saat ini. Ada yang masih mempertahankan bentuk dan ornamen aslinya dan ada yang sudah berubah, baik dari segi bentuk, luas, ornamen, material bahkan ada yang berubah secara keseluruhan. Masjid Raya Makassar sudah berubah secara keseluruhan. Perubahan ini disebabkan dari segi materil yang dipengaruhi oleh usia material yang sudah lama maupun material apa yang digunakan untuk membangun masjid pada saat pertama kali pembangunannya. Perubahan Masjid Raya Makassar dari segi bentuk juga dipengaruhi oleh perkembangan zaman yang berubah-ubah seiring perkembangan zaman. Sedangkan perubahan luas bangunan Masjid Raya Makassar dipengaruhi oleh jumlah jamaah yang semakin meningkat sedangkan daya tampung masjid yang terbatas. Perubahan luas bangunan menjadi lebih luas menutupi atau bahkan menghilangkan bentuk asli pada bangunan masjid. Perubahan bangunan Masjid Raya Makassar menjadi berlantai dua. Sebagai salah satu masjid terindah di kawasan Indonesia Timur, Masjid Raya Makasar juga merupakan saksi bisu sejarah bagi masyarakat Makassar yang pada masa perjuangan. Pada tahun 1957 Presiden pertama Ir. Sukarno berkunjung ke Masjid Raya Makassar dan melakukan shalat jumat. Sekaligus mengadakan dialog dan berpidato. Berselang sepuluh tahun kemudian tepatnya pada tahun



96



1967, Presiden Soeharto juga berkunjung dan melaksanakan shalat jumat di Masjid Raya Makassar . 1 Pada tanggal 10 hingga 15 September 1969 pembukaan MTQ tingkat Nasional oleh ketika Menteri Agama dijabat oleh KH. Muhammad Dahlan (19671971),2 MTQ mulai dilembagakan secara nasional. Beliau bersama Prof. KH. Ibrahim Hossen adalah pemrakarsa pertama penyelenggaraan Musabaqah Tilawah al-Qur’an (MTQ) tingkat nasional. Adapun Lembaga Pengembangan Tilawah alQuran (LPTQ) adalah organisasi di dalam Kementerian Agama yang bertanggung jawab menyelenggarakan acara MTQ tersebut. Baik laki-laki dan perempuan dari seluruh Indonesia dapat berpartisipasi dalam perencanaan dan implementasi kompetisi ini, serta dapat memilih kontestan mereka dan menyiapkan delegasi untuk kompetisi tersebut. Menteri Agama KH. Muhammad Dahlan di dampingi oleh H.M. Patompo di Masjid Raya Makassar membuka MTQ tinggkat Nasional pertama kali diselenggarakan di Makassar, Sulawesi Selatan. Masjid Raya Makassar mendapat kehormatan sebagai tuan rumah pertama Musabaqah Tilawatil Quran yang dibuka langsung oleh Presiden Soeharto. Kala itu hanya melombakan tilawah dewasa saja, yang melahirkan Qari Ahmad Syahid dari Jawa Barat dan Muhammadong dari Sulawesi Selatan. Pada tahun 1967 terdapat kunjungan pejabat dari Jakarta atas kegiatan ini akhirnya Menteri Agama ketika itu, menyutujui pelaksanaan MTQ tingkat Nasional dilaksankan di Makassar.3



1



KH. Muh. Sanusi Baco, LC, Ketua Yayasan Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 18 November 2019. 2 Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Koleksi Foto. No Reg. 627. 3 Amal Fathullah, Mungkinkah Pembinaan Umat Beragama melalui MTQ, Buletin Kerabat, edisi 65, tahun X, 2012, hlm.15.



97



Musabaqah Tilawah Al-Quran (MTQ) yang merupakan program rutin dari Lembaga Pengembangan Tilawah Al-Quran Indonesia (LPTQ). Musabaqah Tilawah al-Qur’an tersebut memperlombakan beberapa segi kemahiran dalam bidang Al-Quran yang telah menjadi tradisi positif serta dilembagakan. 4 Dalam skala regional, nasional dan internasional di Indonesia, pelaksanaan kegiatan ini selalu mendapat sumbangan moril dan juga dukungan finansial dari pemerintah serta para sponsor. Di Indonesia, Tilawah Al-Quran telah menjadi bagian dari kebudayaan yang hidup dalam masyarakat. Buktinya antara lain dalam berbagai upacara telah terbiasa dibuka dengan pembacaan Al-Qur’an, terdapat berbagai pengajian, kursus, diklat seta kegiatan lain yang bersifat individual atau training center tentang Tilawah Al-Quran, dan juga adanya penyelenggaraan perlombaan musabaqah tilawah Al-Quran. Musabaqah Tilawah Al-Quran (MTQ) adalah lomba membaca Al-Quran dalam lagu.5 Masjid Raya Makassar sudah mengalami 3 kali renovasi, yakni pada tahun 1978, tahun 1999 dan pada tahun 2018.6 Perawatan bangunan sejarah tidaklah mudah. Seiring perkembangan zaman dan semakin tuanya bangunan maka bangunanpun akan mengalami perubahan. Ketahanan material yang digunakan, kebutuhan akan luas bangunan akan mengikis sedikit demi sedikit keaslian bangunan. Material-material yang banyak digunakan pada masa lampau untuk membangun sebuah bangunan yaitu kayu. Sedangkan ketahanan kayu tidaklah



4



Quraish Shihab, Lentera Al-Quran: Kisah dan Makna Kehidupan (Bandung: Mizan, 2008),hlm. 26. 5 Amal Fathullah, Mungkinkah Pembinaan Umat Beragama melalui MTQ, Buletin Kerabat, edisi 65, tahun X, 2012, hlm.16. 6 Muhammad Syahril, S. Ag. M. Hi, Imam Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 24 Oktober 2019.



98



lama. Dimakan rayap, lembab, atau sering terkena air hujan menyebabkannya cepat rusak. Hanya ada beberapa jenis kayu yang mampu bertahan lama, namun dengan perawatan yang secara khusus. Masjid Raya Makassar ini dibangun pada tahun 1947. Diresmikan pemakaiannya pada tanggal 25 Mei 1949. Masjid ini merupakan salah satu saksi sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang masih ada hingga saat ini. Masjid ini sudah mengalami beberapa kali renovasi. Renovasi pertama tahun 1978, kedua tahun 1999, dan renovasi ketiga tahun 2018. Pada tahun 1978 masjid ini direnovasi atas anjuran H. Kalla ayahhanda H.M. Yusuf Kalla yang juga merupakan Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pemugaraan Masjid Raya Makassar diketuai oleh A. Oddang yang merupakan Gubernur Sulawesi Selatan.7 Masjid Raya Makassar sebagai pusat kegiatan masyarakat. Berselang 30 tahun sejak peletakan batu pertama Masjid Raya Makassar. Renovasi pertama Masjid Raya Makassar dilakukan pada tahun 1978, karena di beberapa bagiannya masjid sudah mengalami kerusakan, terutama pada bagian atap dan kubahnya yang sudah bocor. Kondisi tersebut mempengaruhi struktur bangunannya yang lain. Sehingga perlu direnovasi dan diperbaiki dengan tidak merubah bentuk dan bagian-bagiannya yang unik. Pemugaraan ini memerlukan sumbangan dari pihak pemerintah dan masyarakat. Namun tidak diketahui secara pasti berapa banyak bantuan yang diberikan oleh masing-masing pihak.8 Berdasarkan surat keputusan Walikotamadya Ujung Pandang No. 196 /S Kep/A/III/78. Tanggal 29 Juni 1978 yang ditandatangani oleh H. M. Dg Patompo. 7 Udhin Palisuri dkk, Makassar Doeloe Makassar Kini Makassar Nanti, (Makassar: Yayasan Losari Makassar, 2000), hlm. 217 8 Ibid,. hlm. 218.



99



Surat keputusan ini berisi surat keputusan tentang pemberian sumbangan Pemda Kotamadya Ujung Pandang untuk pemugaran Masjid Raya Makassar. Surat keputusan tersebut menetapkan bahwa: 1. Memberikan bantuan sumbangan kepada panitia pemugaran Masjid Raya Makassar sejumlah Rp. 10.000.000. 2. Jumlah sumbangan tersebut dibebankan dalam APBD Kotamadya Ujung Pandang. Surat keputusan ini mulai berlaku terhitung sejak tanggal penetapannya dengan ketentuan bahwa segala sesuatu akan diroboh dan diperbaiki sebagaimana mestinya. Ditetapkannya di Makassar pada tanggal 29 Juni 1978.9 Berikut susunan panitia pemugaran Masjid Raya Makassar pada tahun 1976 sebagai berikut: Tabel 4.1: Susunan Panitia Pemugaran Masjid Raya Pada Tahum 197610 Panitia Pemugaran Masjid Raya Pada Tahum 1976 1. H. Ahmad lamo 2. H. M. Dg. Patompo 3. Drs. Abd. Azis Gaffar 4. Drs. H. Muhyiddin zain 5. Syamsulrijal SH 6. K. H. S. Ali Ba’Bud



9 Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988. No Reg 1934. 10 Arsip Pengelola Masjid Raya Makassar 2005.



100



7. H. M. Hidjaz yunus SH 8. M. Idris Nashir 9. H. Kalla 10. H. Lotang 11. H. Fadel Luran 12. Drs. H. Umar lakunnu 13. Drs. H. M. Amin Situru 14. H. Muhayyang Kadir 15. M. Arsyad Daud 16. H. M. Ali M. Dg. Tojeng 17. Drs. H. M. Jusuf Kalla 18. Drs. H. M. Yasin Miyala 19. Ir. Rusdy. Y. O 20. H. A. Ampauleng 21. H. Adam Ahmad 22. Abd. Salam Amin Perencana : CV Rusma Jaya Pelaksana : CV Merpati Teknik Ketua Umum : Drs. H. Muhyiddin Zain Sekertaris Umum H. M. Hidjaz Yunus, SH



Diantara anggota panitia pemugaran Masjid Raya Makassar yang diatas, dibentuk dengan surat keputusan Gubernur Kepala Dearah Tingkat I Sulawesi



101



Selatan tanggal 16 Juni 1976 No.326/VI/1976, diantaranya beberapa anggota panitia telah pindah tempat dan jabatan, maka perlu dibentuk panitia yang baru untuk pemugaran Masjid Raya Makassar.11



Berikut susunan panitia pemugaran Masjid Raya Makassar pada tahun 1978 sebagai berikut: Tabel 4.2: Susunan Panitia Pemugaran Masjid Raya Makassar Tahun 197812 No Jabatan



Nama



Keterangan



1



A. Oddang



Gubernur Sulawesi



Ketua Umum



Selatan 2



Ketua Pelaksana



Abustam



Walikotamadya KDH Makassar



3



Wakil Ketua I



H. Andi Gazaling



Unsur Pemerintahan Daerah Sulsel



4



Wakil Ketua II



Drs. H Mihyiddin Zain



Unsur Yayasan Masjid Raya Makassar



5



Sekretaris



M. Idris Nashir



Unsur Yayasan Masjid Raya Makassar



6



Wakil Sekertaris



Drs. Hamzah Yakub



Unsur Pemerintahan Daerah Sulsel



11 Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988. No Reg 1471. 12 Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988. No Reg 1471.



102



7



Bendahara



Drs. Abd. Azis Musa



Unsur Pemerintahan Daerah Sulsel



8



Pembantu Umum



1. Drs. Andi Bakri Unsur Pemerintahan Tandaramang 2. Drs.



Abd.



Daerah Sulsel Azis Unsur Pemerintahan



Gaffar



Daerah Sulsel



3. Drs. Muh Sayuthy



Unsur Kanwil Depag Sulsel



4. H. Fadli Luran



Unsur IMMIM



5. Drs. H. M. NA. IM Unsur ABRI 6. H. Lotang



Unsur Yayasan Masjid Raya Makassar



9



Seksi 2 1. Usaha Dana



H. Kalla



Unsur Yayasan Masjid Raya Makassar



H. Muhayying Kadir



Unsur Pemerintahan Daerah Sulsel



2. Publikasi



K.H. Sayed Baboed



Unsur Yayasan Masjid Raya Makassar



M. Arsyad Daud



Unsur Ktr Departemen Agama



3. Bangunan



Drs. H. M. Yusuf Kalla



Unsur Usahawan



Ir. Rusdy J. Otoluwa



Unsur Pemerintahan



103



Daerah Sulsel H. M. Hijas Junus SH



Unsur Yayasan Masjid Raya Makassar



4. Keamanan



Djamaluddin



Unsur Pemerintahan Daerah Sulsel



Adam Ahamd



Unsur Yayasan Masjid Raya Makassar



5. Sekretariat



M. Idris Nashir



Unsur Yayasan Masjid Raya Makassar



6.Pembantu



Adam Ahmad



Sekretariat



Abd. Salam Amin H. Munir Suaib



Berdasarkan surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan No. 633/X/1978. Tanggal 31 Oktober 1978 yang ditandatangani oleh A.Oddang Gubernur Sulawesi Selatan. Surat keputusan ini berisi penetapan susunan panitia pemugaraan atau penyempurnaan Masjid Raya Makassar untuk meningkatkan



perkembangan



kegiatan



Masjid



Raya



Makassar



serta



pemeliharaannya. Surat keputusan tersebut menetapkan bahwa: 1. Mencabut surat keputusan Gubernur Kepala Dearah Tingkat I Sulawesi Selatan tanggal 16 Juni 1976 No.326/VI/1976, tentang pembentukan panitia pemugaran atau penyempurnaan Masjid Raya Makassar.



104



2. Bahwa diantara anggota panitia pemugaran Masjid Raya Makassar yang dibentuk dengan surat keputusan Gubernur Kepala Dearah Tingkat I Sulawesi Selatan tanggal 16 Juni 1976 No.326/VI/1976, diantaranya beberapa anggota panitia telah pindah tempat dan jabatan, maka perlu dibentuk panitia yang baru untuk pemugaran Masjid Raya Makassar. 3. Membentuk panitia pemugaran Masjid Raya Makassar yang baru, yang susunan anggota-anggotanya sebagaimana yang tercantum dalam lampiran surat keputusan ini. 4. Panitia bertugas dan bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan pemugaran Masjid Raya Makassar tersebut sebelum selesai seluruhnya, termasuk yang masih sementara dan yang akan dilaksanakan. 5. Sumber dana di peroleh dari: a. Bantuan Bapak Presiden RI b. Bantuan Pemda Tingkat I Sulawesi Selatan c. Bantuan Pemda Tingkat II Sulawesi Selatan d. Swadaya Masyarakat e. Lain-lainnya Surat keputusan ini mulai berlaku pada hari ditetapkannya, dengan ketentuan bahwa segala sesuatunya akan akan dirubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya. Ditetapkannya di Makassar pada tanggal 31 Oktober 1978.13



13



Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988. No Reg 1934.



105



Pada bangunan asli Masjid Raya Makassar memiliki penginapan dengan nama Musafir Chana yang merupakan bangunan khusus tempat penampungan orang-orang musafir dan pelajar-pelajar yang terputus bantuan dari orang tuanya dan masih memerlukan bantuan, juga memiliki Poliklinik Umum, Taman Pendidikan Al Quran dan sarana kegitan Remaja Masjid. 14 Pemerintah Daerah Kota Makassar secara khusus juga menaruh perhatian terhadap Masjid Raya Makassar dan menjadi salah satu kebanggaan kota Makassar. Setelah 20 tahun berselang sejak renovasi pertama pada tahun 1978 kondisi Masjid Raya Makassar sudah rapuh, atap masjid banyak yang bocor sehingga sangat sulit dipertahankan. Atas dasar itu, masjid ini dibangun kembali dengan struktur dan arsitektur baru dengan mengadopsi Masjid Cordoba di Spanyol, sementara bangunan lama hanya menyisakan menara di samping kiri masjid. Sehingga renovasi kedua Masjid Raya Makassar dilakukan pada tahun 1999. Tanggal 29 Oktober 1999 sembilan orang tokoh masyarakat dan ulama di Makassar mengawali pengecoran. Masjid ini dibangun kembali dengan struktur dan arsitektur baru mengadopsi Masjid Cordoba Spanyol. Bangunan Masjid Raya Makassar yang baru ini dibangun menggunakan bahan bangunan dari bahan baku lokal sekitar 80 persen, memiliki menara setinggi 66,66 meter, berdaya tampung 10.000 jamaah dan fasilitas berupa perpustakaan, kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel. Dana pembangunan masjid masing-masing bersumber dari Jusuf Kalla sebesar Rp18,5 miliar, Aksa Mahmud (Bosowa Coorporation) Rp 1,5 miliar, Pemrintah Kota Makassar Rp 3 miliar, Pemprov Sulawesi Selatan Rp1 14



Muhammad Syahril, S. Ag. M. Hi, Imam Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 24 Oktober 2019.



106



miliar, jamaah masjid Rp 1 miliar dan Andi Sose Rp500 juta. Pada hari jumat 27 Mei 2005 bertepatan dengan 18 Rabiul Akhir 1426 H. Masjid Raya Makassar diresmikan pemakaiannya oleh Wakil Presiden RI, Drs H Muhammad Jusuf Kalla.15 Masjid Raya Makassar memiliki koleksi sebuah Al-Quran besar berukuran 1 x 1,5 meter yang dipajang secara tetap di lantai 2 masjid. Al-Quran ini senantiasa mendapat perhatian jamaah yang datang beribadah. i samping AlQuran yang dipajang dalam kotak kayu jati tertutupi kaca tembus pandang tersebut. Al-Quran besar ini merupakan produk ke-6 dari Yayasan Al-Asyariah Kalibeber, Wonosobo, Jawa Tengah. Penulis utama Al-Qur’an ini adalah KH.Ahmad Faqih Muntaha, anak dari penghafal dan penulis kaligrafi terkenal KH.Muntaha Al-Hafidz, pendiri Yayasan Al-Asyariah yang mengelola berbagai pendidikan formal, seperti Pondok Pesantren Al-Asyariah, juga pendiri Padepokan Agung tertua di Wonosobo, lembah Pegunungan Dieng. Produk pertama Al-Qur’an besar seperti ini, diserahkan ke Presiden RI pada 5 Juli 1994. Produk serupa yang kedua disimpan di Istana Negara, Jakarta. Produk ketiga dibuat atas pesanan Gubernur DKI Jakarta, H.Sutioso. Kemudian, keempat, dibuat atas pesanan dari Gubernur Provinsi Jawa Tengah, H.Murdianto. Produk kelima dibuat atas pesanan Sultan Hasanah Bolkia dari Brunai Darussalam. Al-Quran besar yang dipajang di Masjid Raya Kota Makassar merupakan pesanan dari Pembina Masjid Raya Makassar yang juga pendiri Bosowa Coorporation, Drs.H.M.Aksa Mahmud. Al-Quran besar dengan 6666 ayat, 114 surah, dan 30 juz 15



Zainuddin Tika dkk, Makassar Tempo Doeloe, Makassar: Lembaga Kajian dan Penulisan Sejarah Budaya Sulawesi Selatan, 2011.



107



tersebut terdiri atas 605 lembar. Menggunakan kertas berkualitas produksi Perum Peruri. Penulisan menggunakan campuran Tinta Cina dan Air Teh kental agar tahan tidak meluntur. Al-Qur’an besar yang pembuatannya hingga selesai memakan waktu satu tahun (12 bulan), berat total termasuk tempatnya 584 kg.16 Adapun Perpustakaan Masjid Raya Makassar sebenarnya telah menjadi perpustakaan utama, akan tetapi, setelah masjid ini dipugar tahun 1999, perpustakaannya belum ditata kembali.17 Perpustakaan Masjid Raya Makassar sekarang ini terletak di lantai 1 Masjid Raya Makassar. Seiring perubahan zaman Masjid Raya Makassar telah mengalami perubahan. Pemugaran masjid yang dilakukan dengan harapan yang selama pembangunan Masjid Raya Makassar berlangsung sampai hari ini di menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat kota Makassar pada masa perjauangan. 4.2



Relevansi keberadaan Masjid Raya Makassar Bagi Masyarakat Kota



Makassar Hadirnya bangunan Masjid Raya Makassar ditengah-tengah masyarakat Makassar tentunya membawa pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat setempat. Dalam sebuah gambaran yang lebih komprehensif seputar potensi yang demikian oleh masyarakat kota makassar terkhusus, Sulawesi selatan. Oleh karena itu di harapkan akan jelas bagaimana benang merah keterkaitan antara agama, dan keadaan sosial masyarakat dengan masjid.



16 https://bujangmasjid.blogspot.com/2011/05/masjid-raya-makassar.html?m=1, diakses pada tanggal 24 Mei 2020, pukul: 20.50. 17 Muhammad Syahril, S. Ag. M. Hi, Imam Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 24 Oktober 2019.



108



Beberapa kegiatan dilakukan di Masjid ini tidak hanya sebagai tempat beribadah masjid ini kemudian menjadi wadah menimbah ilmu, sebagai tempat bermusyawaran dan memecahkan masalah-masalah sosial yang dialami masyarakat Makassar hingga sekarang. 1) Kegiatan pembinaan Ajaran Islam Hal yang paling menggembirakan terkait dengan pembinaan ajaran Islam saat ini adalah ketersediaan rumah ibadah atau masjid diberbagai daerah, masjid tidak hanya dibangun dalam ruang lingkup masyarakat tetapi masjid juga tersedia diberbagai lembaga seperti lembaga pemerintahan, pendidikan, dan sebagainya. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya bangunan masjid ini dalam kegiatan pembinaan ajaran Islam kepada masyarakat setempat melaui masjid pengembangan akhlak Pembinaan karakter atau dalam ajaran Islam disebut dengan akhlak adalah merupakan sesuatu hal yang tidak mudah, pembinaan karakter merupakan sesuatu yang sangat penting dimasa sekarang. Menghadapi kenyataan yang sangat memperhatinkan ini maka perlu dilakukan pendekatan yang tepat untuk menjaga karakter dan akhlak bangsa baik kalangan tua terutama generasi muda sebagai harapan bangsa. Pembinaan karakter harus dilakukan tidak hanya dengan memberikan pengertian mengenai apa yang dilarang dan apa yang dianjurkan untuk dilakukan, tentang hal yang buruk atau baik, sesuatu yang terpuji atau tercelah. Keberadaan Masjid Raya Makassar sendiri tentunya memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan karakter masyarakat masjid akan



109



selalu mengingatkan kita akan pentingnya masjid sebagai tempat ritual keagamaan seperti melaksanakan solat berjamaah, ikhtikaf, berdoa, membaca kitab suci, dan bahkan memperoleh pendidikan dan ilmu-ilmu agama. Oleh karena itu keberadaan masjid juga dapat dijadikan sebagai wadah pembentukan karakter yang dilakukan secara utuh dan melahirkan generasi-generasi muda yang berakhlak mulia. Kegiatan pembinaan ajaran Islam ialah suatu proses pemberian bantuan kepada masyarakat yang sesuai dengan ajaran agama agar mampu hidup sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah Swt, hingga tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Pembinaan ajaran ini dengan jalan menanamkan, mengamalkan, dan menghayati nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan amal shaleh dalam tata kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan bernegara. Sehingga terciptanya kehidupan yang damai dan sejahtera ditengah-tengah masyarakat. Upaya-upaya pengembangan masyarakat dapat dilihat sebagai perletakan sebuah tatanan sosial dimana manusia secara adil dan terbuka dapat melakukan usaha-usahanya sebagai bentuk perwujudan atas kemampuan dan potensi yang dimilikinya sehingga kebutuhan material dan spiritual dapat terpenuhi. Pengembangan masyarakat pada dasarnya merencanakan dan menyiapkan suatu perubahan sosial yang berarti bagi peningkatan kualitas kehidupan manusia melalui pembinaan kehidupan beragama Islam. Seperti halnya apa yang telah pengurus masjid ataupun yang terkait dalam ruang lingkup Masjid Raya Makassar mengusahakan



110



untuk membina masyarakat, mereka memiliki semangat dalam pembinaan masyarakat sekitar masjid salah satu kegiatan yang paling rutin adalah pengajian kegiatan ini tentunya dilaksanakan tidak memandang usia dalam artian semua kalangan diperuntukankan dalam kegiatan ini baik yang masih kecil, remaja, sampai tua, kegiatan ini tentunya dapat membina masyarakat sekitar agar kepandaiannya dalam membaca kitab suci tetap terjaga kegiatan seperti ini tentu membawa masyarakat pada suasana yang lebih nyaman dan lebih dekat dengan Alquran serta lebih bersemangat dalam mempelajari Alquran dan maknanya.18 Masjid Raya Makassar ini juga membentuk sebuah majelis taklim. Majelis taklim sendiri merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal tidak lain adalah dengan tujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt dan terbentuknya akhlak yang mulia bagi jamaah serta terwujudnya rahmat bagi alam semesta. Dalam prakteknya majelis taklim merupakan wadah pengajaran dan pendidikan yang tidak terikat oleh waktu dalam setiap kegiatannya majelis taklim ini dapat dilakukan kapan saja, majelis taklim juga bersifat terbuka terhadap segala usia, dan lapisan atau strata sosial. Majelis taklim juga merupakan wahana interaksi dan komunitas yang kuat antara masyarakat awam dengan para mualim dan antara sesama anggota jamaah majelis taklim tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu.



18



Muhammad Syahril, S. Ag. M. Hi, Imam Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 24 Oktober 2019.



111



Dalam pembinaan ajaran Islam tentu banyak lembaga-lembaga yang ikut serta dalam peningkatan mutu masyarakat salah satunya adalah para pemuda yang tentunya ikut andil dalam kegiatan pembinaan ajaran Islam dilihat dari terbentuknya remaja masjid yang didalamnya terdapat kegiatan-kegiatan positif yang tentunya berdampak pada peningkatan segala aktivitas dan pengetahuan para remaja dan akhirnya tumbuh dengan karakter yang terbina dan terdidik. Remaja masjid itu sendiri merupakan suatu perkumpulan pemuda masjid yang melakukan aktivitas sosial dan ibadah dilingkungan suatu masjid. Pembagian tugas dan wewenang dalam remaja masjid termasuk dalam golongan organisasi yang menggunakan konsep dan nilai-nilai Islam dengan menerapkan asas musyawarah, mufakat, dan gotong royong dalam segenap aktivitasnya. Kegiatan pembinaan lainnya adalah masjid ini selalu menerima kedatangan para pendakwah dari luar hal ini dapat mewujudkan suasana yang berbeda dan tentunya



menarik



para



jamaah



untuk



mendengarkan



beberapa



pembelajaran dari para pendakwah. Hal ini dapat memberikan pengajaran bagi masyarakat mendapatkan ilmu-ilmu baru yang bermanfaat 2) Pelaksanaan Ajaran Islam dalam Berbagai Aspek Kehidupan Pelaksanaan ajaran Islam dalam bidang pendidikan tentunya sudah dilakukan dikawasan Masjid Raya Makassar bisa di lihat dengan dibentuknya beberapa elemen-elemen yang aktif dalam bidang pendidikan mendidik kalangan anak-anak, remaja, dan kalangan dewasa. Seperti adanya TPA Masjid Raya Makassar yang dibentuk sebagai lembaga



112



belajar dan mengajar bagi anak-anak sekitar masjid ataupun anak-anak yang datang dari luar. Kemudian adanya remaja Masjid Raya Makassar yang bertujuan agar para remaja masjid dapat mencintai masjid dan tahu bagaimana memfungsikan masjid yang sebenarnya dengan adanya kegiatan mereka yang positif mereka memfungsikan masjid tidak sebatas sebagai tempat beribadah tetapi mereka juga dapat menjadikan masjid sebagai tempat menimbah ilmu tempat untuk memperluas pengetahuannya mengenai agama. Kebebasan mereka dalam melakukan aktivitas masjid tidak pernah disia-siakan dengan menjadikan masjid sebagai tempat untuk menenangkan fikiran dan memperoleh ilmu dengan terus belajar hampir setiap hari tentunya pelajaran sebagian besar tentang ajaran Islam itu sendiri. Selain itu majelis taklim Masjid Raya Makassar juga juga punya peran penting dalam membentu karakter yang lebih baik seperti seringnya diadakan pengajian-pengajian yang dan mendengarkan dakwah-dakwah yang tentunya dapat mancerdaskan masyarkat dan membentuk pola pikir yang lebih positif. Shalat dapat menghilangkan sekat-sekat status sosial yang disandang dalam masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dalam pelaksanaan sholat disemua masjid seperti halnya di Masjid Raya Makassar



pengurus



masjid



tidaklah



membatasi



seseorang



untuk



melaksanakan ibadah sholat masyarakat sekitar masjid ataupun pendatang semuanya berhak melaksanakan solat berjamaah di Masjid Raya Makassar ini. Masjid Raya Makassar selalu didatangi oleh jamaah dari luar baik itu dengan tujuan untuk sekedar melaksanakan ibadah sholat ataupun dengan



113



tujuan sholat dan sekedar ingin mengetahu lebih banyak tentang masjid tersebut yang dianggap istimewa sebagai salah satu masjid tertua yang berada di Makassar. Masjid Raya Makassar menarik banyak perhatian tidak hanya sebagai masjid tertua namun juga bentuknya yang unik, selain itu masjid ini menyimpan banyak sejarah mengenai Makassar pada masa Negara Indonesia Timur dan masjid ini dibangun pada masa perjuangan, masjid ini banyak dikunjungi oleh para turis, pejabat-pejabat, para pelajar ataupun sejarawan. Hal ini menciptakan adanya proses sosialisasi antara manusia yang satu dengan lainnya sehingga terjalin tali persaudaraan yang erat. Kini Masjid Raya Makassar diketuai oleh KH. Muh Sanusi Baco, LC. KH. Muh Sanusi Baco, LC adalah salah seorang ulama Sulawesi Selatan yang memiliki kompetensi keulamaan yang memadai. Selain tugas pokoknya sebagai pendidik, ia dapat diterima oleh semua kalangan, karena kemampuannya untuk membawakan tema dan materi dakwah secara kontekstual. Berbagai jabatan yang dipegangnya, empat periode ia menjabat Rois Syuriah PWNU Sulsel dan ketiga kalinya menjadi Ketua Umum MUI Sulsel, dan Ketua Umum Masjid Raya Makassar.19 KH. Muh Sanusi Baco, LC lahir tanggal 3 April 1937 di Talawe, sebuah desa di Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Desa tersebut lebih populer dengan nama Panjallingang. Beliau mengawali pendidikan formalnya di Sekolah Rakyat (1945-1948) di desa kelahirannya. Setelah tamat



19



Abd. Kadir Ahmad, Ulama Bugis, (Makassar: lndobis, 2008), hlm. 204.



114



beliau melanjutkan pelajaran ke Vervolk School di Kota Maros, kemudian ia dikirim ke Makassar untuk belajar di Darud Dakwah Wal Irsyad di Galesong Baru. Di Pesantren Darud Dakwah Wal-Irsyad Mangkoso Kabupaten Barru ia belajar selama delapan tahun (1950 -1958), menyelesaikan I'dadiyah 1 tahun, Tahdliriyah 3 tahun, dan Tsanawiyah 4 tahun. Selepas dari pesantren Sanusi melanjutkan kuliah di UMI, dan kemudian mendapat beasiswa ke Al Azhar Mesir, atas nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Empat tahun lamanya Sanusi kuliah di Al-Azhar sampai memperoleh gelar "LC". Ia kemudian kembali ke Indonesia tahun 1967. Karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil dimulai tahun 1960, selaku guru agama di Madrasah Ibtidaiyah DDI Ranting Mariso, Makassar. Beliau sebagai dosen pada Fakultas Syariah Alauddin Makassar. Di Fakultas inilah ia mengabdi sampai pensiun pada tahun 2002. Pada organisasi keagamaan ia menjabat sebagai Rois Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan selama empat periode berturut-turut. Pada organisasi keulamaan MUI ia terpilih sebagai Ketua Umum selama tiga periode kepengurusan. KH. Muh Sanusi Baco juga menjadi Ketua Yayasan Masjid Raya Makassar sejak tahun 1995 hingga saat ini.20



20



KH. Muh. Sanusi Baco, LC, Ketua Yayasan Masjid Raya Makassar, Wawancara, tanggal 18 November 2019.



115



BAB V PENUTUP 5.1



Kesimpulan Masjid Raya Makassar merupakan salah satu salah satu masjid terindah di



kawasan Indonesia Timur, Masjid Raya Makassar juga merupakan saksi bisu sejarah bagi masyarakat Makassar yang pada masa perjuangan yang memiliki nilai sejarah karena pada masa pembangunan Masjid Raya Makassar periode Makassar sebagai Negara Indonesia Timur (NIT) yang berdiri pada tahun 1949. Masjid Raya Makassar terletak di jalan Masjid Raya No 1, kelurahan Bontoala, kecamatan Bontoala, kota Makassar dengan dibangun diatas lahan seluas 13.912m2 dan dana awal pembangunan Masjid Raya Makassar Rp. 60.000 kemudian diresmikan dengan biaya Rp. 1200.000. Pembangunan Masjid Raya Makassar yang diprakarsai KH. Ahmad Bone pada tahun 1947 dengan menunjuk ketua panitia KH. Muchtar Luthfi, dua tahun kemudian diresmikan. Pembangunan Masjid Raya Makassar dimulai pada peletakan batu pertama oleh Raja Gowa yaitu Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Laloang Sultan Mahammad Abdul Kadir Aidid, yang dirangkaikan dengan peresmian pada Masjid Raya Makassar diresmikan pada tanggal 25 Mei 1949 (27 Rajab 1368). Masjid ini selesai dibangun dan dimulai digunakan pada tahun 1949. Mulai digunakan untuk sembahyang di Masjid Raya Makassar pada hari jumat bulan Agustus 1949. Masjid Raya Makassar ini menjadi kebanggaan bagi masyarakat Islam di Makassar ketika itu karena masjid ini sangat megah di zamannya. Hingga kini, Masjid Raya Makassar tetap menjadi kebanggaan terutama di kota Makassar.



116



Masjid Raya Makassar berada di kawasan perkotaan yang strategis. Letak masjid juga sangat dekat dengan pusat keramaian masyarakat di kota Makassar. Fungsi Masjid Raya Makassar lebih dari pada masjid pada umumnya dan masih berfungsi seperti masjid pada umumnya, selain tempat untuk melakukan ibadah shalat serta berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan-kegiatan sosial dan pendidikan yang mampu memberikan perubahan dan perkembangan baik untuk jamaah maupun masjid itu sendiri, juga kegiatan keagamaan seperti pengajian-pengajian rutin yang dibawakan oleh ustad pilihan dan ustad tertentu, sekaligus dengan pada bada magrib dan bada shubuh, selain untuk beribadah Masjid Raya Makassar juga berfungsi sebagai tempat peristirahatan bagi masyarakat umum sambil menikmati indahnya suasana kota Makassar. Dalam perkembangan Masjid Raya Makassar pada periode 1947 hingga 1978 mulai terjadi beberapa peningkatan yang sangat pesat terhadap perkembangan Masjid Raya Makassar yang tidak terlepas dari program kerja dari pengurus yayasan Masjid Raya Makassar yang ada. Masjid Raya Makassar ini juga membentuk sebuah majelis taklim. Majelis taklim sendiri merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal tidak lain adalah dengan tujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Perkembangan meliputi aktivitas keagamaan seperti aktivitas pendidikan, aktivitas sosial, dan aktivitas ekonomi. Sejak berdirinya Masjid Raya Makassar yang sampai sekarang ini dapat berfungsi seperti yang diharapkan, yakni sebagai pusat ibadah, pemberdayaan dan persatuan umat Islam. Sejak diresmikan Masjid Raya Makassar dimanfaatkan sebagai pusat ibadah dan kebudayaan Islam di Makassar



117



dan berbagai kegiatan ibadah, dakwah, pendidikan, sosial, dan ekonomi sudah melekat di hati masyarakat. 5.2



Saran Setelah penulis memaparkan mengenai Sejarah Masjid Raya Makassar



1947-1978: Sebuah Tinjauan Sosial, selanjutnya penulis akan memberikan saran sebagai berikut, Masjid Raya Makassar adalah masjid yang berdiri kokoh di pusat kota Makassar maka bagus dilengkapi dengan buku-buku yang ada kaitannya dengan sejarah berdirinya dan sejarah perkembangan masjid. Untuk memelihara buku-buku ini, maka alangkah baiknya bila Masjid Raya Makassar ini dilengkapi dengan perpustakaan yang dikelolahkan secara profesional, menyediakan ruang tersendiri, menyediakan buku-buku yang memadai untuk menarik minat baca para jamaah untuk membuat membaca dan menambah ilmu pengetahuan



Dalam penulisan skripsi ini, dapat dikatakan bahwa penulis melakukan kegiatan penelitian ini dengan tujuan untuk mengatahui secara jelas sejarah Masjid Raya Makassar, akan tetapi sangat disadari oleh penulis bahwa penulis kesulitan dalam mencari data-data, sumber-sumber ataupun literatur-literatur yang berkaitan dengan judul dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini belum sepenuhnya sempurna, mungkin ada yang tertinggal atau terlupakan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan dan dikaji ulang yang tentunya lebih teliti, kritis dan lebih mendetail guna menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat. Perbedaan pandangan dijadikan sebuah rahmat, bukan dijadikan



sebagai



pemicu



118



konflik.



DAFTAR PUSTAKA Sumber Arsip: Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988. No Reg 1471. Gubernur Kepala Daerah. Sulawesi Selatan, surat keputusan tentang Pembentukan Panitian Pemugaran Masjid Raya Ujung Pandang tahun 1978. Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988. No Reg 1934. Walikotamadya Kepala Daerah mengenai surat keputusan tanggal 29 Juni 1978 tentang pemberian sumbangan untuk pemugaran Masjid Raya Ujung Pandang. Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988. No Reg 248. Sekertariat kota Makassar. Surat-surat keputusan bulan September 1956 tentang pemberian sumbangan kepada Yayasan Masjid Raya Makassar. Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988. No Reg 34. Pemerintan kota Makassar. Ringkasan notulen rapat tanggal 18 Desember 1946 tentang perundingan mengenai tata letak kota Makassar.NB .Bahasa Belanda. Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Republik Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan Kementerian Penerangan 1953, No Reg 610. Tentang Muchtar Luthfi dengan Masjid Raya Makassar. Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Republik Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan Kementerian Penerangan 1953, No Reg 625. Tentang Masjid Raya Makassar. Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Koleksi Foto. No Reg. 627. Foto Kegiataan Pada tanggal 10 hingga 15 September 1969 pembukaan MTQ tingkat Nasional oleh Menteri Agama dijabat oleh KH. Muhammad Dahlan di Masjid Raya Makassar.



Sumber Buku: Agung, Ide Anak Agung Gde. 1985. Dari Negara Indonesia Timur ke Republik Indonesia Serikat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Agustang, Andi. 2008 Masjid Tua Katangka Dari Ritual Hingga Fungsi Sosial. Makassar: Sarwah Press. 119



Ahmad, Abd. Kadir. 2008. Ulama Bugis. Makassar: Indobis. Ayyub E Moh. 1996. Manajemen Masjid. Jakarta: Gema Insani Press. Badri Yatim 2008. Sejarah Peradaban Islam. Cet. XX. Jakarta: PT. Raja Grafmdo Persada. Gazalba, Sidi. 2001. Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna. Hasjmy, A. 1990. Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang. Helius Sjamsuddin. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Heuken SJ, A. 2003. Mesjid-Mesjid Tua di Jakarta. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Husnul Fahimah Ilyas, dkk. 2018. Jaringan Ulama Sulawesi Selatan Dan Sulawesi Barat Awal Abad XX. Makassar: Balitbang Agama Makassar. Koro, Nasaruddin. 2009. Makassar Terkenang Masa Lalu. Jakarta: Mitracard Grafika. Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. Mattulada, 2011. Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar Dalam Sejarah, Makaassar: Ombak. Madjid M Saleh dan Abdul Rahman Hamid. 2008. Pengantar Ilmu Sejarah Makassar : Rayhan Intermedia. Mappangara, Suriadi. 2016. Filosofi Arung Palakka. Yogyakarta: Ombak. Muhtamar Shaff. 2005. Buku Cerdas Sulawesi Selatan. Makassar: Yayasan Karaeng Pattingallong Perpustakaan Abdurrasyid Daeng Lurang. Patunru, Abd. Razak Daeng. 1993. Sejarah Gowa. Ujung Pandang: Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan. Poelinggomang, Edward L. 2002. Makassar Abad XIX Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Mariti. Jakarta: KPG Kepustakaan Populer Gramedia. Poelinggomang, Edward L. 2004. Perubahan Politik dan Hubungan Kekuasaan Makassar 1906-1942. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: Serambi Syahidin. 2003. Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid. Bandung: Alfabeta. Tihami, H. M.A. 2007. Masjid Agung Banten Nafas Sejarah dan Budaya. Yogyakarta: Ombak. Wahid, Sugira. 2007. Manusia Makassar. Makassar: Refleksi



120



Wahyuddin. Sejarah dan Fungsi Masjid, Makassar Cet. ll, 2013.Bandung: Remaja Rosdakarya. Zein, A. B. 1999. Masjid-masjid bersejarah di indonesia. Bandung: Gema Insani. Sumber Sekunder (Jurnal) Fathullah, Amal. 2012. “Mungkinkah Pembinaan Umat Beragam melalui MTQ” dalam Buletin Kerabat. Edisi. 65. Makkelo, Ilham Daeng. 2017. “Penataan Kota dan Masyarakat Perkotaa: Makassar Sebagai Ibu Kota Negara Indonesia Timur(NIT) 1946-1950 ”. Jurnal Sasdaya Gadjah Mada Journal Of Humanities. Vol. 2. No. 1. Muhammadiyah, Amin. 2006. “Aktualisasi Fungsi dan Peran Masjid, Al-Markaz: Pencerahan Spiritual dan Pencerdasan Intelektual”. Merekonstruksi Fungsi Masjid. Vol.1 No. 1. Sumber Skripsi Ahmad Bardi. 2017. Abdul Hamid Daeng Magassing Sebagai Walikota Makassar 1947-1950. Makassar: Skripsi di Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin. Satriawati. 2015. Pembangunan Kota Makassar dalam Periode Negara Indonesia Timur 1949-1950, suatu studi Ilmu Sejarah. Skripsi Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin Heriana. Jaringan Orang Arab dan Keturunannya di Makassar 1930-1952, suatu studi Ilmu Sejarah. Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin. Sumber Internet: https:///biografi-singkat-ahmadi-bone-ulama-dari-bone, diakses pada tanggal 19 November 2019, pukul: 20.50. https://bujangmasjid.blogspot.com/2011/05/masjid-raya-makassar.html?m=1, diakses pada tanggal 24 Mei 2020, pukul: 20.50.



121



Data Informan 1. Nama Umur



: Muhammad Syahril, S. Ag. M. Hi : 53 tahun



Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan



: Imam Masjid Raya Makassar



Alamat



: Dalam lingkungan Masjid Raya Makassar



Wawancara



: 25 Oktober 2019



2. Nama Umur



: KH. Muh. Sanusi Baco, LC : 83 tahun



Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan



: Ketua Yayasan Masjid Raya Makassar



Alamat



: Jalan Kelapa



Wawancara



: 18 November 2019.



3. Nama Umur



: Drs. H. Muhammad Said : 59 tahun



Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan



: Sekertaris Umum Masjid Raya



Alamat



: Jalan Abu Bakar Lambogo



4. Nama Umur



: H. Ambo Sakka : 51 tahun



Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan



: Kepala Bagian Kesekretariatan sekaligus Administrasi dan Keuangan



122



Alamat



: Jalan Sultan Alaudin



Wawancara



: 25 Oktober 2019



5. Nama Umur



: Erna : 45 tahun



Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan



: Pegawai Sekertariat



Alamat



: Dalam lingkungan Masjid Raya Makassar



Wawancara



: 11 Oktober 2019



6. Nama Umur



: Saffaruddin : 56 tahun



Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan



: Muadzin Masjid Raya Makassar



Alamat



: Jalan Landak



Wawancara



: 2 Desember 2019



123



Lampiran Arsip Gambar 1 http://bit.ly/MateriSEMNASCBLingkar Peletakan batu pertama pembangunan Masjid Raya Makassar pada tahun 1947 oleh Raja Gowa yaitu Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Laloang Sultan Mahammad Abdul Kadir Aidid



Gambar 2 http://bit.ly/MateriSEMNASCBLingkar Sketsa rencana pembangunan Mesjid Raya Makassar tahun 1947



124



Gambar 3 Susunan Panitia Awal Pembangunan Masjid Raya Makassar Tahun 19471 No



Nama Panitia Pembangunan Masjid Raya Makassar



1



KH. Muchtar Luthfi



2



H. Lotang



3



H. Husain Dg Nuntung



4



M. Idris Dg Kulle



5



H. Muchlis



6



Faisal Muhammad



7



Sayid Jafar Aidid



8



H. Lala



9



Sultan Muhammad Kaharuddin



10



Andi Idjo Raja Gowa



11



Abdul Hamid Dg Magassing



12



H. Hameling



13



Malajomg Dg Liwang



14



Abd Waris



15



Dr. J Van Zwaal



16



Mr. Teng Tjing Leng



17



The Peng Joe



18



HM. Saleh Dg Tikka



1



Arsip Pengelola Masjid Raya Makassar 2005.



125



19



H. Muh. Al Banjar



20



H. Abd.Haq



21



Andi Hakim



22



H. Mansyur Dg. Tompo



23



Abd Rahim Muhiddin



24



H. Muh Akib



25



KH. Ahmad Bone



26



M. Said Effendi



27



M. Danial



28



H. Mattewakkang



Pengawas Bangunan 1



H. PH Van Franqeumount



2



M. Salim



3



M. Bie



4



H. M. Arsyad



Anemer Jie Pak Fong



126



Gambar 4 Masjid Raya Makassar foto kuno pandangan dari depan2



Gambar 5 Foto Masjid Raya Makassar3



2



Arsip Pengelola Masjid Raya Makassar 2005. Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Republik Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan Kementerian Penerangan, No Reg. 610. 3



127



Gambar 6 Foto Interior Masjid Raya Makassar 19494



4



Udhin Palisuri dkk, Makassar Doeloe Makassar Kini Makassar Nanti, (Makassar: Yayasan Losari Makassar, 2000), hlm. 214.



128



Gambar 7 Susunan Panitia Pemugaran Masjid Raya Makassar Tahun 1976.



129



Gambar 8 Susunan Panitia Pemugaran Masjid Raya Makassar Tahun 19785 Bahwa diantara anggota panitia pemugaran Masjid Raya Makassar yang dibentuk dengan surat keputusan Gubernur Kepala Dearah Tingkat I Sulawesi Selatan tanggal 16 Juni 1976 No.326/VI/1976, diantaranya beberapa anggota panitia telah pindah tempat dan jabatan, maka dibentuklah panitia yang baru untuk pemugaran Masjid Raya Makassar. (Sumber : Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988. No Reg. 1471) No



Jabatan



Nama



Keterangan



1



Ketua Umum



A. Oddang



Gubernur Sulawesi Selatan



2



Ketua Pelaksana



Abustam



Walikotamadya KDH Makassar



3



Wakil Ketua I



H. Andi Gazaling



Unsur Pemerintahan Daerah Sulsel



4



Wakil Ketua II



Drs. H Mihyiddin Zain



Unsur Yayasan Masjid Raya Makassar



5



Sekretaris



M. Idris Nashir



5



Unsur Yayasan Masjid



Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988. No Reg. 1471.



130



Raya Makassar 6



Wakil Sekertaris



Drs. Hamzah Yakub



Unsur Pemerintahan Daerah Sulsel



7



Bendahara



Drs. Abd. Azis Musa



Unsur Pemerintahan Daerah Sulsel



8



Pembantu Umum



1. Drs. Andi Bakri Unsur Pemerintahan Tandaramang



Daerah Sulsel



2. Drs. Abd. Azis Unsur Pemerintahan Gaffar



Daerah Sulsel



3. Drs. Muh Sayuthy Unsur Kanwil Depag Sulsel 4. H. Fadli Luran



Unsur IMMIM



5. Drs. H. M. NA. Unsur ABRI IM



Unsur Yayasan Masjid



6. H. Lotang 9



Raya Makassar



Seksi 2 1. Usaha Dana



H. Kalla



Unsur Yayasan Masjid Raya Makassar



H. Muhayying Kadir



Unsur Pemerintahan Daerah Sulsel



2. Publikasi



K.H. Sayed Baboed



Unsur Yayasan Masjid Raya Makassar



M. Arsyad Daud



131



Unsur Ktr Departemen



Agama 3. Bangunan



Drs. H. M. Yusuf Kalla



Unsur Usahawan



Ir. Rusdy J. Otoluwa



Unsur Pemerintahan Daerah Sulsel



H. M. Hijas Junus SH



Unsur Yayasan Masjid Raya Makassar



4. Keamanan



Djamaluddin



Unsur Pemerintahan Daerah Sulsel



Adam Ahamd



Unsur Yayasan Masjid Raya Makassar



5. Sekretariat



M. Idris Nashir



Unsur Yayasan Masjid Raya Makassar



6.Pembantu



Adam Ahmad



Sekretariat



Abd. Salam Amin H. Munir Suaib



132



Gambar 9



Sumber : Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988, tentang surat keputusan ini berisi surat keputusan tentang pemberian sumbangan Pemda Kotamadya Ujung Pandang untuk pemugaran masjid Raya Makassar, 29 Juni 1978. No Reg 1934.



133



Gambar 10



Sumber : Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988, tentang surat keputusan ini berisi surat keputusan tentang pemberian sumbangan Pemda Kotamadya Ujung Pandang untuk pemugaran masjid Raya Makassar, 29 Juni 1978. No Reg 1934.



134



Gambar 11



Sumber : Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988, tentang surat keputusan ini berisi penetapan susunan panitia pemugaraan atau penyempurnaan masjid Raya Makassar untuk meningkatkan perkembangan kegiatan masjid Raya Makassar serta pemeliharaannya, 31 Oktober 1978. No Reg 1471.



135



Gambar 12



Sumber : Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988, tentang surat keputusan ini berisi penetapan susunan panitia pemugaraan atau penyempurnaan masjid Raya Makassar untuk meningkatkan perkembangan kegiatan masjid Raya Makassar serta pemeliharaannya, 31 Oktober 1978. No Reg 1471.



136



Gambar 13



Sumber : Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988, tentang surat keputusan ini berisi penetapan susunan panitia pemugaraan atau penyempurnaan masjid Raya Makassar untuk meningkatkan perkembangan kegiatan masjid Raya Makassar serta pemeliharaannya, 31 Oktober 1978. No Reg 1471.



137



Gambar 14



Sumber : Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Inventaris Arsip Pemerintah Kota Madya Ujung Pandang 1926-1988, tentang surat keputusan ini berisi penetapan susunan panitia pemugaraan atau penyempurnaan masjid Raya Makassar untuk meningkatkan perkembangan kegiatan masjid Raya Makassar serta pemeliharaannya, 31 Oktober 1978. No Reg 1471.



138



Gambar 15 https://www.google.com/search?ie=UTF-8&client=msandroidsamsung&source=androidbrowser&q=foto+kh+muchtar+lutfi# KH. Muchtar Luthfi Ketua Panitia Aeal Pembangunan Masjid Raya Makassar



Gambar 16



139



Gambar 17



140



Gambar 18 Kegiatan Ceramah KH. Muh Sanusi Baco, LC6



Gambar 19 Lukisan Masjid Raya Makassar Tempo Dulu7



6 7



Arsip Pengelola Masjid Raya Makassar 2005 Arsip Pengelola Masjid Raya Makassar 2005



141



Gambar 20 Menara Masjid Raya Makassar yang bagian belakang adalah menara masjid Raya Makassar yang pertama setinggi 47 meter yang letaknya pada bagian kiri bangunan utama dan tetap dipertahankan untuk menghargai sejarah dan mengenang donaturnya dan usianya sama dengan masjid Raya Makassar. Pembangunan menara masjid didanai oleh Sultan Muhammad Kaharuddin dan tetap dipertahankan sebagai symbol persahabatan dan menara masjid yang kedua adalah menara yang baru dibangun yang tingginya 66,66 meter.



142



Gambar 21 Menara Masjid Raya Makasssar yang pertama pembangunan menara masjid didanai oleh Sultan Muhammad Kaharuddin dan tetap dipertahankan sebagai symbol persahabatan.



143



Gambar 22 Peresmian Masjid Raya Makassar



Gambar 23 Masjid Raya Makassar yang dikelilingi oleh penghijauan yang alami



144



Gambar 24 Tampak depan Masjid Raya Makassar yang sekarang



Gambar 25 Interior Masjid Raya Makassar yang mendapat pencahayaan alami pada siang hari di lantai 2 yang tidak pakai tiang dan dan tak pakai pintu



145



Gambar 26 Menara pertama yang masih dipertahankan hingga saat ini



146



Katrol Bimbingan Skripsi



( Pembimbing I )



149



Katrol Bimbingan Skripsi



( Pembimbing II )



150



151