Sejarah Olahraga [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Di susun oleh : 1. Nurhadi Syahrudin 2. Vidia Siti Muflihah 3. Fajri Muhammad Iqbal



STKIP KUSUMA NEGARA PENDIDIKAN OLAHRAGA



Fakultas/Prodi : Pendidikan Olahraga Program Studi : S1 Nama Mata Kuliah : Sejarah Olahraga Kode Mata Kuliah : Jumlah SKS : 3 SKS (Teori) Semester :3 Dosen : A.Apri Satriawan Chan, M.Pd



Daftar Isi Perkembangan Olahraga di Indonesia 1. Jaman Pra-Sejarah 2. Jaman Sebelum Penjajahan 3. Jaman Penjajahan ( Belanda/Jepang ) 4. Masa Kemerdekaan 5. KONI



Ganefo 1. Ir. Soekarno, Sang Pencetus 2 Tujuan Ganefo 3. Konferensi Persiapan Ganefo 4. Persiapan Penyelenggaraan Ganefo 5 Janji Atlit Ganefo 6Indonesia Pelaksana Ganefo



Latar Belakang Assalamualaikum,wr,wb . Atas rahamat Allah yang maha Kuasa kami bisa menyelesaikan Makala Sejarah Olahraga untuk memenuhi nilai Persyaratan Tugas Kuliah Sebagi mahasiswa STKIP Kusuma Negara semester 3 Mata kuliah Sejarah Olahraga berbobot 3 (tiga) SKS, bersifat wajib tempuh; mata kuliah ini berisi tentang sejarah dan perkembangan keolahragaan (juga pendidikan jasmani) tingkat nasional, regional maupun internasional; dari masa kuno hingga modern; perkembangan keolahragaan, khususnya yang dinilai merupakan moment-moment penting bagi perkembangan keolahragaan nasional ataupun karena dinilai mempengaruhi dunia keolahragaan nasional; penekanan pembahasan dapat berganti-ganti, yakni antara peristiwaperistiwa atau sosok tokoh pemegang peran utamanya.



Penyusun 1



Vidia Siti Muflihah



Penyusun 2



Nurhadi Syahrudin



Penyusun 2



Fajri Muhammad Iqbal



1. Sejarah Olahraga di Indonesia Bisa anda pelajari untuk mengetahui perkembangan olahraga di indonesia. Salah satu jenis atau aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia adalah olahraga. Olahraga terbagi menjadi berbagai jenis dan ragam yang setiap hari terus mengalami perkembangan. Indonesia sendiri sebenarnya sudah mulai mengenal olahraga sejak zaman dahulu karena memang olah raga pada dasarnya juga sudah mulai dilakukan sejak dulu bahkan ada juga yang menyebutkan jika olahraga sebenarnya sudah dilakukan sejak zaman nabi. Di Indonesia sendiri, olahraga juga sudah mulai dikenal sejak masa kerajaan.



2. Sejarah Olahraga di Indonesia Dari zaman pra sejarah pun sebenarnya Indonesia sudah mengenal tentang olahraga hanya saja kegunaan dan juga cara untuk melakukan olahraga tidak seperti pada saat modern ini. Pada saat zaman dahulu fungsi utama dari olahraga ini merupakan aktivitas untuk bertahan hidup dari berbagai gangguan terutama untuk gangguan dari ganasnya lingkungan. Pada zaman dahulu berbagai tantangan yang harus dihadapi diantaranya seperti hujan, badai, topan serta binatang buas dengan beragam jenis. Zaman ini belum mengenal olahraga secara tepat melainkan hanya merupakan sebuah gerakan yang sama dengan gerakan olahraga atau semacam olahraga. Berbagai olahraga yang sudah dikenal pada zaman itu diantaranya seperti:       



Renang Dayung Lari Gulat Bela diri Tarian perang Memainkan senjata



Sejarah Olahraga di Masa Kerajaan dan Kebudayaan Islam Saat Indonesia masih dalam sebuah sistem kerajaan dan dipimpin oleh raja-raja sudah mengenal olahraga. Hanya saja bentuk dan tujuan dari olahraga pada saat itu berbeda dengan bentuk dan juga tujuan pada saat ini. Pada saat itu olahraga hanya dilakukan secara sederhana saja dan dengan menggunakan alat-alat yang sederhana saja. Kebanyakan jenis olahraga yang dilakukan pada saat masa kerajaan adalah dengan menggunakan ketangkasan seperti misalnya berburu, memanah dan bela diri. Prasarana dan alat yang digunakan pun merupakan berbagai peralatan yang masih ala kadarnya.



Ada juga yang menyebutkan jika pada saat itu, anak laki-laki diwajibkan untuk bisa memanah dan bahkan harus bisa mahir memanah. Memanah pada saat itu menjadi satu simbol keperkasaan seorang pria. Pada saat itu juga belum mengenal berbagai olahraga yang berkembang dan berbagai jenis seperti sekarang.



Salah satu sejarah tentang perkembangan dari olahraga di Indonesia juga berkembang pada saat masa kerajaan islam di Indonesia. Islam sendiri masuk ke Indonesia karena adanya pedagang dari Gujarat yang mulai masuk ke Indonesia. Masuknya Islam kemudian juga berpengaruh dengan kondisi perkembangan olahraga di Indonesia. Hal ini dikarenakan islam juga mengajarkan untuk hidup sehat dan sempurna dengan melakukan berbagai olahraga.



Sehingga, pada saat masa ini ada berbagai jenis olahraga yang mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia, diantaranya adalah sebagai berikut:     



Menunggang kuda Memainkan senjata Kekebalan tubuh Perang Pencak silat



3. Pada Saat Masa Penjajahan dan Kemerdekaan Bisa dibilang jika perkembangan olahraga Indonesia menuju ke model olahraga yang modern dimulai sejak Belanda mulai menduduki Indonesia. Awalnya memang Belanda hanya datang untuk berdagang, namun kemudian hal tersebut berubah dan mulai mempengaruhi tentang perkembangan masyarakat Indonesia pada zaman tersebut. Dengan didudukinya pemerintahan Belanda membuat Belanda sedikit banyak berpengaruh dengan kondisi masyarakat saat itu. Termasuk dalam bidang olahraga yang juga membuat masyarakat Indonesia kemudian mulai mengenal berbagai jenis olahraga yang baru. Perkenalan masyarakat Indonesia dengan beragam jenis olahraga juga dimulai sejak Belanda membawa tentara-tentara yang mereka miliki ke Indonesia. Menurut buku Sejarah dan Filsafat Olahraga yang ditulis oleh dosen FPOK-UPI pada tahun 2010 menyebutkan jika pada abad ke 19 olahraga yang masuk dan berkembang merupakan sebuah olahraga sistem jerman yang diciptakan oleh John Friedrich Guts Muths (1759 – 1835). Dengan adanya hal tersebut maka secara otomatis juga menjelaskan jika olahraga sistem jerman juga mulai dikenal dan masuk ke Indonesia karena dibawa oleh Belanda masuk ke Indonesia. Olahraga jenis ini kemudian tidak hanya berkembang di kalangan militer Belanda melainkan juga mulai berkembang di sekolah dan juga masyarakat Indonesia. Kemudian olahraga di Indonesia juga mengalami perubahan setelah adanya penjajahan dari bangsa Jepang masuk ke Indonesia. Olahraga Jepang pun mulai dikenal dan mulai merambah ke Indonesia. Berbagai jenis olahraga Jepang yang mulai terkenal diantaranya adalah:   



Karate, Judo Sumo







Kendo



Beragam jenis olahraga diatas kemudian juga mulai berkembang dengan semakin pesatnya. Bahkan berbagai kalangan juga menyukai dan menggunakan olahraga tersebut sebagai olahraga badan dan olahraga yang digunakan. Hal ini juga semakin menjadi lebih baik lagi ketika Jepang kemudian memberikan pelatihan khusus kepada sekolah-sekolah yang ada di Indonesia akan berbagai jenis olahraga tersebut. Berbagai jenis olahraga yang juga dikembangkan di sekolah-sekolah Jepang diantaranya seperti :     



Senam pagi atau disebut dengan Taiso Baris berbaris disebut dengan Kyoreng Lari Cara bertempur atau Kendo yang merupakan cara bela diri khas Jepang Keterampilan menggunakan bayonet atau senapan dengan ujung belati atau pisau



Dengan adanya pelajaran di sekolah ini kemudian memberikan efek pada olahraga di Indonesia yang kemudian mulai mengenal tentang olahraga pendidikan dan olahraga rekreasi. Dengan berbagai bentuk pelajaran ini juga memberikan efek yang bagus untuk warga dan masyarakat Indonesia untuk bisa mengenal lebih jauh lagi tentang olahraga. Justru dari diperkenalkannya bermacam-macam jenis olahraga ini yang kemudian membuat para warga Indonesia mulai mengenal cara membela diri kemudian melawan dan melepaskan diri dari penjajahan. Ketangkasan dalam berolahraga membuat fisik dari warga Indonesia menjadi lebih kuat dan mulai tangkas akan dengan berbagai kegiatan tertentu.



Setelah Indonesia merdeka, kemudian perkembangan olahraga di Indonesia juga mulai berkembang dengan sangat pesat. Pada tahun 1945 – 1950 Indonesia mulai membentuk Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Organisasi ini kemudian memiliki tugas utama yaitu untuk menyelenggarakan pelatihan fisik untuk para kalangan muda dan mengusahakan rehabilitasi fisik dan juga mental.



Pada awalnya pendidikan olahraga dan juga cara mengembangkan dan mengajarinya belum ditata secara runtut bahkan pada saat itu tanpa menggunakan modal sedikitpun. Perkembangan kegiatan olahraga hanya dikembangkan melalui dua cara yaitu dengan menggunakan sarana sekolah dan masyarakat dengan dasar pengabdian. Kala itu, pendidikan yang diberikan juga masih teknik yang masih sangat amatir. Selanjutnya pada tahun 1951 – 1956 baru terlihat bagaimana Indonesia memiliki olahraga yang bisa berkembang dengan sangat pesat. Dari beragam segi, olahraga di Indonesia berkembang dengan pesat dari segi teknis ataupun organisator. PON pertama kali kemudian diselenggarakan pada tahun 1952 setelah Indonesia bisa berdaulat atas negaranya sendiri. Kemudian pada tahun yang sama juga ada perlombaan pelajar SLTP dan SLTA di Semarang dan tahun 1953 di Surabaya.



4.Perjalanan dan Perkembangan Organisasi Olahraga Indonesia



Tanggal 19 April 1930 Indonesia telah mendirikan sebuah organisasi dengan bentuk Persatuan Pendidikan Olahraga dengan sifat kebangsaan. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta. Kemudian pada tahun 1931, organisasi tersebut mulai menggelar berbagai pertandingan antar kota atau anggota namun tidak mengikuti kompetisi yang diselenggarakan oleh pihak Belanda.



Karena organisasi ini bisa berkembang dengan baik, kemudian pada tahun 1938 Belanda mulai melakukan pendekatan dan kerjasama dengan PPO melalui organisasi miliknya yaitu Nederlanch Indische Voetbal Unie (NIVU). Selain dari organisasi sepakbola, organisasi yang mulai berkembang dari bidang olahraga adalah Persatuan Lawn Tennis Indonesia atau PELTI pada tahun 1935 di Semarang. Tahun 1938 berdiri ISI di Jakarta dan diketuai oleh Soetarjo Hadikusumo. ISI ini merupakan satu-satunya organisasi yang memiliki sifat nasional dan berbentuk federasi. Tujuan dari pembuatan dari organisasi ini adalah untuk membimbing, menghimpun dan menggkoordinir seluruh cabang olahraga di Indonesia.



ISI pernah berhasil mengadakan Pekan Olahraga Indonesia pada tahun 1938 dengan nama ISI – sportweek atau pekan olarhaga ISI. Hanya saja ketika Jepang kemudian datang pada tahun 1941, ISI kemudian tidak bisa bergerak lagi secara leluasa seperti tahun sebelumnya. Kegiatan olahraga kemudian pindah tangan menjadi GELORA (Gerakan Latihan Olahraga).



Setelah kemerdekaan kemudian Sejarah Olahraga di Indonesia memiliki nyawa kembali dengan diadakannya Kongres olahraga yang pertama kali pasca kemerdekaan Indonesia. Kongres diselenggarakan pada bulan Januari 1946 di Harbiprojo, Solo. Kongres pertama hanya dihadiri oleh tokoh olahraga dari jawa saja karena memang pada situasi dan kondisi saat itu belum terlalu kondusif.



Hasil dari kongres tersebut adalah disepakati dan diresikannya PORI yang merupakan satu-satunya badan resmi persatuan olahraga Indonesia. Fungsi dan tujuan PORI sama persis dengan fungsi dari ISI. Berbagai kegiatan olahraga diurus oleh PORI seperti ha yang berkaitan dengan Olimpiade, yang kemudian dibentuk Komite Olympiade Republik Indonesia yang diketuhai oleh Sultan Hamengku Buwono IX di Yogyakarta.



5. Olimpiade Pertama Indonesia



Salah satu ajang atau laga olahraga yang sedang berkembang pada saat itu adalah Olimpiade. Olimpiade pada tahun 1948 merupakan olimpiade yang ke 14 setelah 8 tahun tidak diselenggarakan karena adanya perand gunia ke II. Untuk bisa mengikuti olimpiade ini Indonesia harus bisa meyakinkan negara lain jika



Indonesia sudah dalam keadaan dan kondisi yang Merdeka. Sutan Syahrir dan Haji Agus Salim merupakan diplomat yang diusung untuk mendapatkan persetujuan dari negara lain.



Indonesia pada saat itu harus kecewa karena paspor yang digunakan oleh atlet Indonesia tidak diakui oleh pemerintah Inggris. Mereka hanya akan diakui jika menggunakan paspor Belanda saja. Namun, hal ini ditolak oleh Indonesia karena pada saat itu yang diinginkan adalah ingin mengibarkan bendera Indonesia. Sehingga olimpiade di London pun batal diikuti oleh Indonesia.



6. Polemik mengenai penamaan KONI/KON (https://id.wikipedia.org/wiki/Komite_Olahraga_Nasional_Indonesia ) Muncul karena terbitnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan yang tidak menyebutkan nama KONI, melainkan KON dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Dalam Musyawarah Olahraga Nasional Luar Biasa pada 30 Juli, disepakati bahwa nama KONI dipertahankan dan dibentuk KOI yang akan menjalankan fungsi sebagai komite olimpiade nasional (national olympic committee/NOC) Indonesia. Walaupun begitu, polemik masih muncul terutama dari kalangan Pemerintah dan DPR yang mengganggap masih ada hal-hal yang bertentangan dengan UU dan PP tersebut, terutama mengenai penamaan dan keanggotaan KONI. Sejarah Koni



Masa pendudukan Belanda Pada tahun 1938 lahirlah Ikatan Sport Indonesia dengan singkatan ISI yang berkedudukan di Jakarta (waktu itu bernama Batavia). Pada saat itu ISI adalah satu-satunya badan olahraga yang bersifat nasional dan berbentuk federasi. Maksud dan tujuan didirikan organisasi ini adalah untuk membimbing, menghimpun dan mengkoordinir semua organisasi cabang olahraga yang telah berdiri pada saat itu antara lain PSSI (berdiri pada tahun 1930 di Yogyakarta), Persatuan Lawn Tenis Indonesia atau PELTI (berdiri pada tahun 1935 di Semarang) dan Persatuan Bola Keranjang Seluruh Indonesia atau sekarang lebih dikenal dengan nama Perbasi (berdiri pada tahun 1940 di Jakarta). Pada saat itu ISI sebagai koordinator cabang-cabang olahraga juga pernah mengadakan Pekan Olahraga Indonesia pada tahun 1938 yang dikenal dengan nama ISI – Sportweek atau Pekan Olahraga ISI.



Masa pendudukan Jepang Dengan masuknya Jepang ke Indonesia pada bulan Maret 1942, ISI mengalami kesulitan dan rintangan dalam menjalankan fungsinya sehingga tidak bisa beraktivitas sebagaimana semestinya. Pada zaman pendudukan Jepang, gerakan keolahragaan di Indonesia ditangani oleh suatu badan yang bernama GELORA (Gerakan Latihan Olahraga). Tidak banyak peristiwa olahraga penting yang tercatat pada zaman pendudukan Jepang selama tahun 1942-1945, karena peperangan terus berlangsung dan kedudukan Tentara Jepang di Asia juga semakin terdesak.



Masa kemerdekaan



Dengan runtuhnya kekuasaan Jepang pada bulan Agustus 1945, maka diadakanlah kongres olahraga yang pertama pada masa kemerdekaan di bulan Januari 1946 yang bertempat di Habiprojo, Solo. Berhubung dengan suasana darurat pada masa itu, kongres ini hanya dapat dihadiri oleh tokoh-tokoh olahraga dari pulau Jawa. Kongres tersebut akhirnya berhasil membentuk suatu badan olahraga yang bernama Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) dengan susunan pengurus sebagai berikut:                    



Ketua Umum: Mr. Widodo Sastrodiningrat Wakil Ketua Umum: Dr. Marto Husodo dan Soemali Prawirosoedirdjo Sekretaris I: Sutardi Hardjolukito Sekretaris II: Sumono Bendahara I: Siswosoedarmo Bendahara II: Maladi Anggota: Ny. Dr. E. Rusli Joemarsono Ketua Bagian Sepak Bola: Maladi Ketua Bagian Basket Ball: Tony Wen Ketua Bagian Atletik: Soemali Prawirosoedirdjo Ketua Bagian Bola Keranjang: Mr. Roesli Ketua Bagian Panahan: S.P. Paku Alam Ketua Bagian Tennis: P. Sorjo Hamidjojo Ketua Bagian Bulutangkis: Sudjirin Tritjondrokoesoemo Ketua Bagian Pencak Silat: Mr. Wongsonegoro Ketua Bagian Gerak Jalan: Djuwadi Ketua Bagian Renang: Soejadi Ketua Bagian Anggar/Menembak: Tjokroatmodjo Ketua Bagian Hockey: G.P.H. Bintoro Ketua Bagian Publikasi: Moh. Soepardi



Pada mulanya dalam kongres ini diajukan dua nama yang akan diberikan kepada Badan Olahraga yang bakal dibentuk yaitu ISI atau GELORA. Kedua nama tersebut akhirnya tidak terpilih dan sebagai kesimpulan rapat kongres tersebut diresmikanlah berdirinya organisasi PORI dengan pengakuan pemerintah RI sebagai satusatunya badan resmi Persatuan Olahraga yang mengurus semua kegiatan olahraga di Indonesia yang menggantikan fungsi ISI. Sesuai dengan fungsinya, PORI juga bertindak sebagai koordinator semua cabang olahraga di Indonesia dan khusus mengurus kegiatan-kegiatan olahraga dalam negeri. Dalam hubungan tugas keluar berkaitan seperti Olimpiade dengan Internasional Olympic Committee (IOC), Presiden Republik Indonesia telah melantik Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI) yang diketuai oleh Sultan Hamengkubuwono IX dan berkedudukan di Yogyakarta.



Garis waktu 



1946 Top organisasi olahraga membentuk Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) di Solo dengan Ketua Widodo Sosrodiningrat. 1947 o Organisasi olahraga membentuk Komite Olympiade Republik Indonesia (KORI) dengan Ketua Sri Sultan Hamengkubuwono IX. o KORI berubah menjadi Komite Olimpiade Indonesia (KOI). 1951 o











PORI melebur ke dalam KOI.



o 



1952 KOI diterima menjadi anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada tanggal 11 Maret.



o 



1959 o



 o  o  o  o  o



o o o  o o



o



 o  o o



Pemerintah membentuk Dewan Asian Games Indonesia (DAGI) untuk mempersiapkan penyelenggaraan Asian Games IV 1962, KOI sebagai badan pembantu DAGI dalam hubungan internasional. 1961 Pemerintah membentuk Komite Gerakan Olahraga (KOGOR) untuk mempersiapkan pembentukan tim nasional Indonesia, top organisasi olahraga sebagai pelaksana teknis cabang olahraga yang bersangkutan. 1962 Pemerintah membentu Departemen Olahraga (Depora) dengan menteri Maladi. 1964 Pemerintah membentuk Dewan Olahraga Republik Indonesia (DORI), semua organisasi KOGOR, KOI, top organisasi olahraga dilebur ke dalam DORI. 1965 Sekretariat Bersama Top-top Organisasi Cabang Olahraga dibentuk pada tanggal 25 Desember, mengusulkan mengganti DORI menjadi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang mandiri dan bebas dari pengaruh politik. 1966 Presiden Soekarno menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 143 A dan 156 A Tahun 1966 tentang pembentukan KONI sebagai ganti DORI, tetapi tidak dapat berfungsi karena tidak didukung oleh induk organisasi olahraga berkenaan situasi politik saat itu. Presiden Soeharto membubarkan Depora dan membentuk Direktorat Jendral Olahraga dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Induk organisasi olahraga membentuk KONI pada 31 Desember dengan Ketua Umum Sri Sultan Hamengkubuwono IX. KOI diketuai oleh Sri Paku Alam VIII. 1967 Presiden Soeharto mengukuhkan KONI dengan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1967. Sri Paku Alam VIII mengundurkan diri sebagai Ketua KOI. Jabatan Ketua KOI kemudian dirangkap oleh Ketua Umum KONI Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) KONI M.F. Siregar dan Sekretaris KOI Soeworo. Soeworo meninggal, jabatan Sekretaris KOI dirangkap oleh Sekjen KONI M.F. Siregar. Sejak itu dalam AD/ART KONI yang disepakati dalam Musyawarah Olahraga Nasional (Musornas), KONI ibarat sekeping mata uang dua sisi yang ke dalam menjalankan tugasnya sebagai KONI dan ke luar berstatus sebagai KOI. IOC kemudian mengakui KONI sebagai NOC Indonesia. 2005 Pemerintah dan DPR menerbitkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan memecah KONI menjadi KON dan KOI. 2007 Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 16, 17, dan 18 Tahun 2007 sebagai peraturan pelaksanaan UU No. 3 Tahun 2005. KONI menyelenggarakan Musornas Luar Biasa (Musornaslub) pada 30 Juli yang membentuk Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan menyerahkan fungsi sebagai NOC Indonesia dari KONI kepada KOI kembali. Nama KONI tetap dipertahankan dan tidak diubah menjadi KON.



Anggota   o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o



Komite olahraga provinsi/KONI daerah Induk organisasi cabang olahraga[1][2] Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Perserikatan Bisbol dan Sofbol Amatir Seluruh Indonesia (Perbasasi) Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (Ikasi) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Persatuan Senam Indonesia (Persani) Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) Persatuan Olahraga Layar Seluruh Indonesia (Porlasi) Persatuan Menembak dan Berburu Indonesia (Perbakin) Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) Taekwondo Indonesia (TI) Persatuan Lawn Tenis Indonesia (Pelti) Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) Persatuan Gulat Amatir Seluruh Indonesia (PGSI) Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI) Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Persatuan Sepak Takraw Seluruh Indonesia (PSTI) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Ikatan Olahraga Dansa Indonesia (IODI) Ikatan Motor Indonesia (IMI) Persatuan Squash Indonesia (PSI) Persatuan Ski Air Seluruh Indonesia (PSASI) Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI) Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Perserosi) Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Federasi Olahraga Karate-do Indonesia (FORKI) Persatuan Boling Indonesia (PBI) Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI) Persatuan Golf Indonesia (PGI) Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia (Perkemi) Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (Gabsi) Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Wushu Indonesia (WI)



o o o o o o o o o o o o o o o o  o o o o o o o



Keluarga Olahraga Tarung Derajat (Kodrat) Persatuan Cricket Indonesia (PCI) Indonesia Jetsport Boating Association (IJBA) Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Asosiasi Bola Tangan Indonesia (ABTI) Indonesia Woodball Association (IWbA) Equestrian Federation of Indonesia (EFI) Federasi Olahraga Kabaddi Seluruh Indonesia (FOKSI) Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) Persatuan Rugby Union Indonesia Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI) Muaythai Indonesia (MI) Persatuan Gateball Seluruh Indonesia Federasi Hockey Indonesia (FHI) Indonesia Jetsport Boating Association (PP. IJBA / Jetski Indonesia ) Pengurus Besar Kurash Indonesia (PBKI) Induk organisasi olahraga fungsional Seksi Wartawan Olahraga Persatuan Wartawan Indonesia (SIWO PWI) Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (Bapomi) Badan Pembina Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia (Bapopsi) Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (Perwosi) Perhimpunan Pembina Kesehatan Olahraga Indonesia (PPKORI) Badan Pembina Olahraga Korps Pegawai Republik Indonesia (Bapor Korpri)



7. Kisah Ganefo, Ajang Olahraga Negara Berkembang Yang Dipelopori Oleh Ir. Soekarno (http://nysnmedia.com/kisah-ganefo-ajang-olahraga-negara-berkembang-yang-dipelopori-oleh-irsoekarno/ ) Dua tahun sebelum rezim Orde Baru, tepatnya pukul tiga sore, stadion Gelora Bung Karno sudah dipenuhi 100 ribu penonton. Pukul empat sore, Presiden Soekarno tiba menggunakan helikopter. Lalu, berbarengan dengan seorang atlet Indonesia, Harun Al-Rasjid yang berlari membawa obor untuk menyalakan tungku api. Maka, dimulailah rangkaian acara pembukaan pesta olahraga akbar, The Games of the New Emerging Forces (Ganefo) pada 10 November 1963. Soekarno naik ke podium dan lantang mengatakan, “dengan ini, Ganefo I saya buka!”.



The Games of the New Emerging Forces (Ganefo) atau dalam bahasa Indonesia “Pesta Olahraga Negaranegara Berkembang”, singkatnya yakni suatu ajang olahraga yang didirikan oleh mantan Presiden Indonesia, Soekarno pada tahun 1962 sebagai tandingan dari Olimpiade. Ganefo juga menegaskan bahwa politik tidak bisa dipisahkan dengan olahraga, hal ini menentang Komite Olimpiade Internasional (KOI) yang memisahkan antara politik dan olahraga.



Ganefo, sejatinya bukan hanya ajang olahraga saja melainkan sarana pertukaran budaya antar negaranegara berkembang yang ada di dunia.



Sebelumnya, pada 27-29 April 1963 sesuai intruksi Soekarno, Konferensi Ganefo dilaksanakan secara kilat. Terdapat sepuluh negara hadir sebagai anggota penuh, yaitu; Kamboja, Tiongkok, Indonesia, Guinea, Irak, Pakistan, Mali, Vietnam Utara, Republik Persatuan Arab, dan Uni Soviet. Sedangkan Srilanka da Yigoslavia hadir sebagai pengamat. Maka dari konferensi tersebut, Ganefo dikenalkan dan dikemukakan ke publik untuk pertama kalinya. Dalam pidato Konferensi Ganefo di Hotel Indonesia, Presiden Soekarno menjelaskan tentang tujuan Ganefo yang memang menandingi kubu imperialism dalam sistem olimpiade modern.



“Kami dengan senang hati bergabung ke dalam IOC (International Olympic Committee) karena kami sependapat dengan ide yang disampaikan oleh Baron de Coubertin. Tapi apa yang ternyata kami dapatkan dari IOC? Sikap mereka menunjukkan bahwa mereka sekarang hanyalah sebuah alat imperialism dan politik! Kami punya pengalaman pahit dengan Asian Games! Bagaimana perasaanmu, komunis Cina! Ketika kamu dikucilkan dari olahraga Internasional hanya karena kamu negara komunis? Ketika mereka tidak bersahabat dengan Republik Persatuan Arab, ketika mereka mengucilkan Korea Utara, ketika mereka mengucilkan Vietnam Utara, bukankah itu keputusan politik?”, kecam Presiden Soekarno.



Ganefo I dilaksanakan pada 10 hingga 22 November 1963 di Jakarta, dengan Indonesia sebagai panitia pelaksananya. Jumlah peserta awal Ganefo mencapai sekitar 2.700 atlet dari 51 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin. Pada Ganefo I, Tiongkok menduduki peringkat pertama, sedangkan tuan rumah, Indonesia sendiri menduduki peringkat ketiga. Seiring berjalannya Ganefo, IOC dan federasi internasional mengamati pergerakan ini. Hingga pada akhirnya IOC mengumumkan bahwa mereka tak mengakui adanya Ganefo dan akan mempertimbangkan para atlet yang berpartisipasi dalam Ganefo tidak bisa mengikuti Olimpiade Tokyo 1964.



Namun, untuk Indonesia sendiri, mereka tetap berangkat. Setelah sampai di Tokyo, mereka mengancam IOC: megizinkan seluruh kontingen Indonesia untuk ikut Olimpiade. IOC tetap pada keputusannya dan Indonesia pun akhirnya memutuskan angkat kaki dari Olimpiade Tokyo 1964.



Tiga tahun berselang, Ganefo II berlangsung pada 25 November-06 Desember 1966, yang sebelumnya dicanangkan akan berlangsung di Kairo, Republik Arab Bersatu pada 1967. Hal ini dipindahkan, kendati adanya pertimbangan politik. Ganefo II diikuti sekitar 2000 atlet dari17 negara dan Tiongkok kembali mendududki peringkat pertama.



Kemudian, pada tahun 1970 harusnya Ganefo III tetap digelar. Awalnya Beijing, Tiongkok menjadi tuan rumah. Namun, Beijing menyerahkan pada Pyongyang, Korea Utara. Tetapi, kemudian Ganefo III tidak pernah berlangsung dan sampai saat ini gaung Ganefo tidak pernah lagi terdengar. (Dre)



8 .Ganefo, Olimpiadenya Bangsa Asia Afrika , TUJUAN GANEFO (https://historia.id/olahraga/articles/ganefo-olimpiadenya-bangsaasia-afrika-DWV9M/page/3 ) SEJAK pagi publik Jakarta berbondong-bondong datang ke Stadion Utama Gelora Bung Karno. Mereka melalui Jalan Sudirman yang berhiaskan ratusan umbul-umbul dan bendera merah putih. Kendaraan berjejalan. Lautan manusia tak terhindarkan. Maklum, tiket masuknya gratis.



Pukul tiga sore, stadion sudah dipenuhi 100 ribu penonton. Di luar gerbang tak kalah ramai. Satu jam kemudian, Presiden Sukarno tiba menggunakan helikopter. Dimulailah rangkaian acara pembukaan pesta olahraga akbar The Games of the New Emerging Forces (Ganefo). Satu per satu kontingen tiap negara berparade, defile, sambil disambut riah-riuh penonton.



Lalu seorang atlet Indonesia, Harun Al-Rasjid, berlari membawa obor untuk menyalakan tungku api Ganefo. Api berkobar, dibarengi pengerekkan bendera dan nyanyian himne Ganefo. Acara seremonial yang tidak asing namun bermakna besar bagi para peserta.



Sukarno naik ke podium. Suasana tiba-tiba hening. Dengan satu kalimat singkat dalam tiga bahasa, Indonesia, Inggris, dan Prancis, dia menyatakan, “dengan ini, Ganefo I saya buka.”



Suara meriam menyambut. Balon-balon diterbangkan ke langit. Ribuan merpati lambang perdamaian terbang mengepakkan sayap. Dan para penonton bersukaria.



Setelah resmi dibuka pada 10 November 1963, cabang-cabang olahraga mulai dipertandingkan. Para atlet dari 51 negara berlaga memperebutkan medali. Diinisiasi Indonesia, Ganefo bukan hanya pesta olahraga semata, namun juga sarana pertukaran budaya di antara negara-negara berkembang di dunia yang hubungannya telah dibina sejak Konferensi Asia Afrika 1955.



Persiapan Ganefo dilaksanakan secara kilat sesuai instruksi Sukarno. Menteri Maladi ditugaskan untuk mengurusinya. Konferensi persiapan dilaksanakan di Jakarta pada 27-29 April 1963. Sepuluh negara hadir sebagai anggota penuh: Kamboja, Tiongkok, Guinea, Indonesia, Irak, Pakistan, Mali, Vietnam Utara, Republik Persatuan Arab, dan Uni Soviet. Sedangkan Srilanka dan Yugoslavia hadir sebagai pengamat. Nama pesta olahraga ini pun dikemukakan ke publik untuk kali pertama: The Games of The New Emerging Forces (Ganefo).



Dalam pidato pembukaan konferensi di Hotel Indonesia, Presiden Sukarno menjelaskan Ganefo memiliki tujuan politisuntuk menandingi IOC dan kubu imperialisme di dalamnya. Dia tidak menentang idealisme Olimpiade yang dicetuskan Baron de Coubertin (pendiri sistem olimpiade modern) sebagai sarana persatuan, perdamaian, dan persahabatan antarmanusia di seluruh dunia.



“Kami dengan senang hati bergabung ke dalam IOC karena kami sependapat dengan ide yang disampaikan oleh Baron de Coubertin. Tapi apa yang ternyata kami dapatkan dari IOC? Sikap mereka menunjukkan bahwa mereka sekarang hanyalah sebuah alat imperialisme dan politik! Kami punya pengalaman pahit dengan Asian Games! Bagaimana perasaanmu, komunis Cina! Ketika kamu dikucilkan dari olahraga internasional hanya karena kamu negara komunis? Ketika mereka tidak bersahabat dengan Republik Persatuan Arab, ketika mereka mengucilkan Korea Utara, ketika mereka mengucilkan Vietnam Utara, bukankah itu keputusan politik?” kecam Sukarno.



Kegiatan Ganefo I didasarkan pada semangat Konferensi Asia-Afrika di Bandung dan idealisme olimpiade yang sejati: bertujuan mempromosikan kemandirian perkembangan kebudayaan berolahraga di seluruh negara-negara Nefos, menstimulasi hubungan baik di antara pemudapemudi Nefos, serta mempromosikan jembatan persahabatan dan perdamaian dunia pada umumnya.



Ganefo I dilaksanakan pada 10-22 November 1963 di Jakarta, dengan Indonesia sebagai panitia pelaksananya. Ada tiga program utama, yakni ajang kompetisi olahraga, pesta seni, dan tur delegasi ke beberapa wilayah di Indonesia.



Sementara Jakarta bergegas mempersiapkan Ganefo, IOC mengamati gerakan ini. “IOC dan federasi internasional tidak dapat menoleransi pergerakan olahraga yang terang-terangan bertujuan politis, terutama yang ingin menyaingi Olimpiade,” tulis Richard Espy dalam The Politics of the Olympic Games: With an epilogue, 1976-1980.



IOC kemudian mengumumkan bahwa mereka tak mengakui Ganefo dan akan mempertimbangkan kembali hak untuk mengikuti Olimpiade Tokyo 1964 bagi para atlet-atlet yang berpartisipasi dalam Ganefo. Indonesia tak bergeming dan tetap melayangkan undangan ke negara-negara berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Sejumlah negara, kendati dilanda bimbang karena seruan IOC, menyambut uluran Sukarno.



Satu hal yang menarik dari penyelenggaraan Ganefo adalah minimnya ongkos yang dikeluarkan Indonesia selaku tuan rumah. Tiongkok menyumbangkan 18 juta dolar untuk transportasi semua delegasi Ganefo sebagai bentuk dukungan, juga karena diberi kesempatan berkompetisi di ajang olahraga internasional. Dilihat dari permukaan, konsep Ganefo tak lain adalah replika dari Olimpiade, begitu pula cabang-cabang olahraganya.



“Kompleks olahraga sudah tersedia dan didanai pembangunannya oleh Soviet untuk Asian Games IV. Amerika baru saja menyelesaikan jalan layang yang mempermudah akses dari Tanjung Priok ke Senayan. Jepang mengucurkan dananya untuk membangun hotel berstandar internasional yang dapat mengakomodasi peserta Ganefo dari perkampungan atlet. Meskipun ongkosnya rendah, namun timbal balik politisnya sangat tinggI .



9.Konferensi Persiapan Ganefo (https:// infografik/kronologi/ganefo-pemersatu-bangsa-lewatolahraga)



Hari Olahraga Nasional yang diperingati setiap tanggal 9 September dilatarbelakangi oleh penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) 1948. Tujuan diadakannya ajang tersebut adalah untuk memupuk semangat nasionalisme masyarakat Indonesia yang saat itu baru merdeka.



Melalui pertandingan olahraga para atlet diajak untuk menunjukkan semangat persatuan bangsa. Pandangan inilah yang membuat Presiden Soekarno mengatakan bahwa olahraga selalu terkait dengan proyek-proyek kebangsaan untuk mengembangkan nasionalisme.



Alasan yang membuat penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta harus mengikuti Asian Games Federation (AGF) dan International Olympic Committee (IOC). Penyebabnya adalah panitia Asian Games IV menolak kehadiran Taiwan dan Israel sebagai peserta karena menghormati China dan negara-negara Arab atas konflik di masing-masing negara.



Konflik yang berujung pada skors yang diberikan AGF dan IOC kepada Indonesia tidak membuat gentar Presiden Soekarno. Malahan berani Soekarno menyerukan untuk membuat pesta olahraga yang setara dengan mengundang negara-negara yang baru merdeka.



Presiden Soekarno mencetuskan Game The New Emerging Forces (Ganefo). Mereka yang ikut dalam Ganefo merupakan negara-negara baru sesuai dengan istilah The New Emerging Forces (Nefo) ciptaan Presiden Soekarno.



Ganefo merupakan jawaban dari Indonesia bahwa negara-negara baru yang anti imperialisme dapat menyelenggarakan pesta olahraga setara olimpiade. Meskipun Ganefo berumur pendek, namanya tetap terkenang sebagai nama monumen api abadi di Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah.



1962 4 Agustus – 4 September 1962 Asian Games IV yang diadakan di Jakarta tidak mengundang Taiwan dan Israel untuk menghormati China dan negara-negara Arab atas konflik negara-negara tersebut. Keputusan inilah yang membuat Dutt Sondhi Wakil Presiden AGF mempermasalahkannya.



17 September 1962 International Amateur Athletic Federation (IAAF) dan IOC mengancam untuk tidak mengakui Asian Games IV di Jakarta karena melibatkan urusan politik dalam pesta olahraga.



11 Oktober 1962



IAAF melayangkan surat yang isinya memberikan pilihan kepada Indonesia untuk tetap berada dalam organisasi IAAF atau memilih keluar. Namun, Indonesia tetap memilih untuk keluar sebagai risiko atas konflik di Asian Games IV.



3 November 1962 Presiden Soekarno di Istana Merdeka menyatakan bahwa AGF tidak mencerminkan semangat dari Konferensi Asia-Afrika 1955 yang antiimperialisme. Maka Presiden Soekarno mencetuskan untuk membuat pesta olahraga yang terdiri dari negara-negara Nefo sebagai bentuk perlawanannya. Gagasan tersebut menjadi titik mula yang dibentuknya Ganefo. 1963 7 Februari 1963 IOC dan AGF memutuskan untuk ikut berpartisipasi dalam ajang Olimpiade Tokyo 1964. Indonesia melanggar peraturan IOC dengan mencampuradukkan masalah politik dalam pesta olahraga.



13 Februari 1963 Dalam Konferensi Besar Front Nasional Presiden Soekarno memerintahkan agar Indonesia keluar dari IOC. Menteri Olahraga Maladi mengirimkan pesan ke IOC yang sedang bersidang di Swiss. Saat itu juga Presiden Soekarno mengundang negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin, dan negara-negara sosialis untuk bergabung dalam Ganefo.



24 April 1963 Presiden Soekarno Keputusan mengeluarkan Presiden Nomor 74 tahun 1963 tentang Pembentukan Komite Nasional Ganefo dan Keputusan Presiden Nomor 75 tahun 1963 tentang Pembentukan Staf Presiden Urusan Ganefo . Komite Nasional Ganefo ini mempersiapkan dan melaksanakan penyelenggaraan Ganefo I di Jakarta. Sedangkan, Staf Presiden Urusan Ganefo kewenangan kewenangan untuk mengambil keputusan terkait penyelenggaraan Ganefo sesuai dengan kebijakan umum presiden.



27-29 April 1963



Konferensi persiapan untuk Ganefo diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta. Dari 17 negara yang diundang, 12 negara mengirimkan perwakilannya. Negara-negara yang hadir adalah Republik Rakyat Tiongkok (China), Republik Uni Soviet Sosialis, Pakistan, Guinea, Indonesia, Kamboja, Irak, Vietnam Utara, Mali, dan Republik Persatuan Arab (Mesir dan Suriah). Sri Lanka dan Yugoslavia hadir sebagai negara peninjau. Permintaan tersebut disetujui Ganefo I pada 10–22 November 1963 di Jakarta.



9 September 1963 Komite Nasional Ganefo menentukan 20 cabang olahraga yang akan dipertandingkan, yaitu: panahan, atletik, bulutangkis, bola basket, tinju, balap sepeda, anggar, sepak bola, senam, hoki, judo, menembak, renang-loncat indah, tenis meja , tenis, bola voli, polo air, angkat besi, gulat, dan lomba layar.



28 September 1963 Diperkenalkan lambang Ganefo berupa bundaran dunia berwarna biru yang didalamnya terdapat 12 bendera berwarna kuning dengan tiang hitam melambangkan 12 negara penggagas Ganefo. Pada bagian bawah terdapat sebuah semboyan Onward! Tidak Ada Mundur (Maju Terus! Pantang Mundur). 10–22 November 1963 Ganefo I di Jakarta diikuti oleh 51 negara yang berasal dari benua Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin. Dalam penyelenggaraan perdana ini, sejumlah record terpecahkan. China dikukuhkan sebagai juara umum, di tempat kedua Indonesia, dan di tempat ketiga disusul oleh Uni Soviet



24–25 November 1963 Diadakan Kongres Ganefo I di Jakarta sebagai bentuk untuk mempertemukan negara peserta yang juga terbagung dalam Nefo. Kongres Ganefo Saya menghasilkan beberapa keputusan seperti penyelenggaraannya empat tahun, Pemesanan organisasi Ganefo yang tetap, dan penetapan Kairo Republik Persatuan Arab sebagai rumah Ganefo II pada tahun 1967.



1965 7–9 Juli 1965



Menteri Olahraga Maladi mengikuti Sidang Presidium Ganefo II di Kairo. Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai berbagai permasalahan yang berada di dalam Republik Persatuan Arab dalam persiapannya sebagai tuan rumah Ganefo II. Maladi, yang juga berbicara Ketua Federasi Ganefo, mengatakan pada Ganefo II akan diundang negara-negara Afrika, yang sudah maupun yang belum merdeka, seperti Kongo, Angola, dan Afrika Selatan.



21 September 1965 Sidang Dewan Federasi Ganefo berlangsung di Peking (Beijing), China dengan peserta dari 40 negara Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin. Sidang ini merupakan yang kedua dari Dewan Federasi Ganefo sejak didirikan tahun 1963. Sidang membahas tentang persiapan Ganefo II di Kairo 1967.



25 September 1965 Sidang Dewan Federasi Ganefo membentuk Komite Ganefo Asia sebagai cita-cita mengembangkan Ganefo di Benua Asia. Anggota eksekutif komite ini adalah Palestina, Kamboja, Sri Lanka, Tiongkok, Indonesia, Irak, Korea Utara, Pakistan, dan Vietnam Utara. China terpilih sebagai ketua komite, sementara Pakistan dan Korea Utara sebagai ketua wakil. Sidang juga memutuskan untuk mengadakan Ganefo Asia I pada tahun 1966.



5 Desember 1965 Panitia Asian Games di Bangkok, Muangthai (Thailand) membicarakan rencana pencegahan terhadap para atlet yang mengikuti Ganefo Asia Saya dilarang ikut dalam Asian Games V Bangkok tahun 1966. Dalih yang mereka pakai adalah bahwa Ganefo tidak menyatakan oleh IOC.



1966 10 Januari 1966 Menteri Olahraga Maladi bersama delegasi Indonesia mengikuti persiapan Ganefo Asia di Phnom Penh, Kamboja.



1 Februari 1966



Menteri Olahraga Maladi dalam keterangan persnya di Istana Merdeka menyampaikan bahwa Ganefo Asia akan berlangsung tanggal 25 November – 6 Desember 1966 di Phnom Penh, Kamboja.



25 Mei 1966 Kamboja melayani 20 negara peserta akan turut meramaikan Ganefo Asia. Sebanyak 14 negara menyatakan kesediaannya sebagai peserta Ganefo Asia. Di sisi lain Birma (Myanmar) turut tidak turut. Begitu pun Jepang menolak ikut Ganefo Asia karena dilarang oleh Komite Olimpiade Jepang.



26 Mei 1966 Departemen Olahraga Indonesia mulai memanggil para atlet untuk menjalani pemusatan latihan nasional di Jakarta untuk menyambut pagelaran Ganefo Asia I.



7 Juni 1966 Menanggapi permintaan Jepang agar Indonesia tidak turut dalam Ganefo Asia I, Menteri Luar Negeri Adam Malik menjelaskan bahwa Indonesia akan tetap turut dalam Ganefo Asia. Hal ini disampaikan oleh Adam Malik di mana Indonesia merupakan pendiri dan sponsor utama Ganefo Asia. Indonesia juga akan berpartisipasi dalam Asian Games V di Bangkok yang diselenggarakan pada tahun 1966.



16 September 1966 Komite Nasional Ganefo dalam Dewan Olahraga RI yang dibentuk tahun 1963 secara resmi dibubarkan oleh pemerintah. Namun, Dirjen Olahraga Indonesia Kol. Sukamto Sajidiman memberitahu bahwa Indonesia tetap memberikan sokongan kepada Ganefo.



28 Oktober 1966 Indonesia secara resmi mengikuti Asian Games V di Bangkok. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia akan mengikuti dua ajang olahraga internasional yakni Ganefo Asia I dan Asian Games V.



17 November 1966 Indonesia mengumumkan kontingennya yang akan dikirim untuk mengikuti Ganefo Asia I di Phnom Penh dan Asian Games V di Bangkok. Untuk Ganefo Asia saya akan mengirimkan 33 atlet putra dan 17 atlet putri. Sedangkan untuk Asian Games V akan dikirim 78 atlet putra dan 25 atlet putri. Selain itu juga terdapat perwakilan Indonesia untuk mengikuti janji Ganefo dan Asian Games.



25 November – 6 Desember 1966 Ganefo Asia I diselenggarakan, diikuti oleh 16 negara peserta dengan mempertandingkan 26 cabang olahraga. China peringkat pertama sekaligus dikukuhkan sebagai peringkat pertama, tempat kedua diisi oleh Korea Utara, dan Kamboja di peringkat ketiga.



8–9 Desember 1966 Sidang tahunan III dari Dewan Eksekutif Ganefo di Phnom Penh memutuskan bahwa Ganefo II diadakan di Beijing, China pada September 1967. Pergantian tuan rumah ini berdasarkan laporan dari perwakilan Republik Persatuan Arab yang menyatakan bahwa Kairo kesulitan dalam mempersiapkan Ganefo II.



1967 30 Maret 1967 Negara-negara anggota Ganefo menyangsikan keamanan China sebagai tuan rumah Ganefo II. Hal ini disebabkan karena kondisi China yang sedang genting akibat Revolusi Kebudayaan. Indonesia juga mempertimbangkan keamanan China sehingga ragu untuk mengirimkannya ke China.



20 Desember 1967 Pihak Dirjen Olahraga Indonesia menyatakan bahwa Ganefo tidak bermanfaat, sehingga akan dilakukan pembicaraan dalam sidang MPRS agar Indonesia tidak akan terlibat lagi dalam Ganefo.



1968 26-29 Februari 1968 Rapat Paripurna Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) memutuskan untuk mencabut secara konstitusional dan sumber hukum berdirinya Ganefo. Hal ini membuat Ganefo secara resmi dibubarkan oleh Indonesia.



1970 Ganefo II yang direncanakan akan diselenggarakan di Beijing, China dibatalkan karena konflik berkepanjangan di China. Pembatalan ini juga berakibat pada dibubarkannya secara resmi setelah Indonesia mencabut sumber hukumnya dan desakan internasional yang tidak mau mengakui Ganefo. 10. PersiapanGanefo A. GladiResik Dimulainyapembangunanfasilitasolahraga di Jakarta oleh pemerintah Indonesia menunjukkankepada dunia bahwa Jakarta akanmenghelatGanefodalamwaktudekat. Tidakhanyapembangunaninfrastruktur, tetapiberbagairangkaian acara pun terselenggarauntukmenyiapkanmentl dan fisikolahragawan Indonesia. Acara mulaidariseleksiatlit Pusat Latihan Nasional (Puslatnas) hinggagladiresikuntukseluruh negara peserta. Kompetisiolahragapraolimpiadebertujuanmembangun rasa percaya para negara pesertakepadapanitiapelaksanauntukmemimpinpertandingan. Ganefomemilikicitraolimpiadeolahraga pada umumnya, sehinggatiapcabormelakukanseleksiatlit di istoraolahragasenayan pada 13 – 14 oktober 1963. Selamaduahariseleksitersaringlah 4 atlit yang lanjut pada tahappusatnas. Empatatlittersebutbernama :MegahInawati, MegahIdawati, Wong Gweek Lian dan Wong Pek Shen. KeduaatlitbernamaMegah yang kemudianresmimenjadi wakil Indonesia di olimpiadeganefo. Selangduahari, stadionutamasenayansibukkembalidengangladiresikdari 13 cabanglainnya. Pelaksanaganefomengadakan Latihan umumtersebut pada 15 – 18 Oktober 1963. Gladiresikini pun sebagaiupayamenggugahatmosfirmasyarakatterhadapganefosedinimungkin. Seluruhpersiapan para atlit, dariseleksihinggagladiresiktercatat oleh media massa, demi menumbuhkan rasa semangatmenyambutganefo. Negara pesertaturutdiundangdalam acara gladiresikini, kesempatantersebutdipakaitimofisial dan para atlituntuk Menyusun strategi adaptasi. Gladiresikmerupakanawalperjlananpemberitaantentangolimpiadeganefo. Dengandemikianpanitiapelaksana dan para atlit negara pesertaganefosemakinmatanguntukmenyelenggarakanpestaolahraga.



1.



JanjiAtlitGanefo 1. Akan befrtandingdengansportifitas yang tinggi, berjiwakesatria dan menjunjungtinggikebesaranolahraga. 2. Mematuhisegalaperaturan yang telah dan akanditetapkan oleh wasitjuri. 3. Akan menerimasemuakeputusanwasitjuridengankebesaranjiwaseorangatlit



2.



PelaksaanGanefo Pada tanggal 10 November 1963, ganeforesmiterselenggara di istorasenayan, Presiden Sukarno mengambil momentum haripahlawansebagaipenbukanganefo, denganmaksudmenirusemangatperjuangan. Indonesia dan negara peserta yang notabene negara ketiga, masihberjuangmelawanimperialisme, kolonialisme, dan neokolonialisme. Salah satubentukperlawanannyaadalahganefo, memberikanwadahberkumpulnya negara negara yang pernahterjajahuntukberekspresi dan menunjukkankulaitasnya. Ganefo pun sebagaibentukrevolusidari negara negara dunia ketiga yang bergerak di bidangdiplomasibudaya Jakarta yang menjaditempatpenyelenggaramenjadiriuhramai, banyakbendera negara peserta dan bendera logo ganefoberkibarsejakbentukpenyambutan. Upacarapembukaandimulaisejak 16.00 wib Ganefo menjadi pesta olahraga yang begitu megah, dibukannya dengan upacara defile seluruh negara pesertaberjumlah 51 negara. Tidak lupa bagian penting dari olimpia deolahraga, proses penyulutmataapioborganefo. Proses arak mataapi sudah terselenggara sejak November 1963. Mata api diambil dari 3 lokasi berbeda yaitu Pamekasan di Madura, desaManggarmas di Grobogan Purwodadi dan terakhir dari Indramayu jawabarat



Daftar Pustaka



1. Dirjen Olahraga dan Pemuda. (1972). Sejarah Organisasi Pembinaan dan Kegiatan Olahraga Indonesia. Jakarta: Proyek STO/SMOA DKI Jakarta Raya. 2. Dirjen Olahraga dan Pemuda.(1973). Pengetahuan Umum Olahaga untuk SMOA. Jakarta: Proyek STO/SMOA DKI Jakarta Raya. 3. Kantor Menpora. (1991). Sejarah Olahraga Indonesia. Jakarta: Kantor Menteri Pemuda dan Olahraga, Senayan. 4. Margono. (2001). Sejarah Olahraga. Diktat Kuliah. Yogyakarta: FIK UNY. 5. Moch. Soebroto. (ed.). (1979). Asas-asas Pengetahuan Umum Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 6. Kieran, John and Arthur Daley. (1961). The Story of Olympic Games 776 BC - 1960 AD. New York, USA: JB. Lippincott, Co. 7. Menke, Frank G. (1983). The Encyclopedia of Sport. New York: AS Barnes & Co. 8. Van Dalen, DB and Bruce L. Bennet. (1971). A World History of Physical Education (Cultural, Philosophical and Comparative). New York: Prentice Hall Inc. 9. Zeigler, Earle F. (1979). History of Physical Education and Sport. New York, USA: Prentice Hall Inc.