5 0 203 KB
Sejarah Singkat Kabupaten Garut Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Garut VISI Pengarusutamaan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat Secara Berkelanjutan Guna Mempercepat Pencapaian Visi Garut Tahun 2009. MISI 1. Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), disertai peningktatan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT; 2. Meningkatakan Penyelenggaraan Pemerintah yang bersih dan berwibawa; 3. Mengurangi disparitas pembangunan antar wilayah di Kabupaten Garut; 4. Memberdayakan masyarakat & mengentaskan kemiskinan melalui pembangunan berbasis pedesaan; 5. Menciptakan atau menambah kesempatan dan lapangan kerja; 6. Meningkatkan pendapatan masyarakat; 7. Mempertahankan dan menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan; MOTTO •Garut Bangkit •Garut Berprestasi •Garut Sentosa
: Babarengan Ngaronjatkeun Kahirupan Tina Tatanen : Beres Pendidik-Na Rengse Sakolana, Pinter Siswana Menuju; : Sehat Lingkunganna, Tangtu Oge Sehat Masyarakatna
Tujuan Pembangunan sampai dengan Tahun 2009: 1. Meningkatka kualitas sumber daya manusia melalui pelayanan pendidikan, kesehatan dan mengembangkan kehidupan serta kerukunan umat beragama; 2. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa; 3. Meningkatkan pemerataan pembangunan; 4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat yang berbasis pembangunan pedesaan; 5. Mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja; 6. Meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat; 7. Mewujudkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem; Sasaran Pembangunan sampai dengan Tahun 2009: 1. Meningkatnya kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan dan terwujudnya kerukunan umat beragama; 2. Meningkatnya akuntabilitas kinerja pemerintah daerah; 3. Meningkatnya percepatan pembangunan yang berorientasi kewilayahan; 4. Meningkatnya perekonomian daerah; 5. Meningkatknya kesempatan kerja disertai peningkatan produktivitas tenaga kerja; 6. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat; 7. Meningkatnya pelaksanaan pembangunan secara berkelanjutan;
Strategi Dasar :
Sinergitas Pelaksanaan Pembangunan Daerah Menuju Garut Bangkit dan Berprestasi Strategi Operasional : A. Akselerasi Pembangunan Manusia dan Penanganan Wilayah Tertinggal 1. Pemerataan pelayanan pendidikan formal dan non formal, serta pemerataan kualitas pelayanan kesehatan, keluarga berencana, melalui peningkatan sarana dan prasarana serta manajemen pelayanan pendidikan, pemuda, olahraga, kesehatan dan keluarga berencana yang bermutu; 2. Memantapkan pengalaman kehidupan umat beragam disertai peningkatan toleransi inter dan antar umat beragama yang berbasis nilai-nilai kesalehan sosial; 3. Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana publik guna mendorong percepatan pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah; 4. Mengembangkan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi dalam rehabilitasi lahan kritis, pencegahan dan penanggulangan bencana alam, pengelolaan dan pemanfaatan DAS serta pengendalian pencemaran lingkungan; 5. Mengembangkan fungsi lindung dengan kaidah konservasi pada kawasan yang sesuai dengan RTRW JawaBarat; B. Optimalisasi Kinerja Birokrasi Pemerintahan Daerah 1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan administrasi pemerintahan daerah diseluruh tingkatan yang transparan dan akuntabel melalui penataan kelembagaan, manajemen publik serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia aparatur berbasis pengembangan dan pemanfaatan Iptek; 2. Meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi dan penegakan hak asasi manusia melalui peningkatan partisipasi masyarakat dan pemberdayaan perempuan dalam kehidupan politik, sosial dan ekonomi yang dinamis, beretika serta berorientasi pada upaya pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat; 3. Memantapkan kemampuan keuangan daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi potensi pendapatan daerah disertai dengan pengawasan untuk menekan tingkat kebocoran; C. Revitalisasi Perekonomian Daerah 1. Mengembangkan ekonomi kerakyatan dengan memanfaatkan potensi lokal yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, serta menciptakan iklim usaha yang kondusif; 2. Meningkatkan akses permodalan penguatan kelembagaan, pengembangan teknologi, pembinaan dan peningkatan jaringan pemasaran bagi Koperasi, UMKM, BMT dan BUMD; 3. Meningkatkan kemampuan dan produktivitas usaha melalui optimalisasi sumber daya pertanian, peternakan, perikanan dan sumber daya kelautan berbasis agribisnis; 4. Meningkatkan peluang kemitraan usaha secara sinergis antara pemerintah, masyarakat dunia usaha serta pengembangan pelatihan tenaga kerja guna menumbuhkan hubungan dan kesesuaian antara kualifikasi keahlian dengan kebutuhan pasar tenaga kerja; 5. Meningkatkan upaya-upaya untuk mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja serta perlindungan hukum bagi tenaga kerja melalui implementasi hubungan industrial yang harmonis dan terintegrasi;
Latar Belakang Sejarah Kabupaten Garut berawal dari pembubaran Kabupaten Limbangan pada tahun 1811 oleh Daendels dengan alasan produksi kopi dari daerah Limbangan menurun hingga titik paling rendah nol dan bupatinya menolak perintah menanam nila (indigo). Pada tanggal 16 Pebruari 1813, Letnan Gubernur di Indonesia yang pada waktu itu dijabat oleh Raffles, telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci. Untuk sebuah Kota Kabupaten, keberadaan Suci dinilai tidak memenuhi persyaratan sebab daerah tersebut kawasannya cukup sempit. Berkaitan dengan hal tersebut, Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten. Pada awalnya, panitia menemukan Cimurah, sekitar 3 Km sebelah Timur Suci (Saat ini kampung tersebut dikenal dengan nama Kampung Pidayeuheun). Akan tetapi di tempat tersebut air bersih sulit diperoleh sehingga tidak tepat menjadi Ibu Kota. Selanjutnya panitia mencari lokasi ke arah Barat Suci, sekitar 5 Km dan mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan Ibu Kota. Selain tanahnya subur, tempat tersebut memiliki mata air yang mengalir ke Sungai Cimanuk serta pemandangannya indah dikelilingi gunung, seperti Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talaga Bodas dan Gunung Karacak. Saat ditemukan mata air berupa telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri (Marantha), seorang panitia "kakarut" atau tergores tangannya sampai berdarah. Dalam rombongan panitia, turut pula seorang Eropa yang ikut membenahi atau "ngabaladah" tempat tersebut. Begitu melihat tangan salah seorang panitia tersebut berdarah, langsung bertanya : "Mengapa berdarah?" Orang yang tergores menjawab, tangannya kakarut. Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi "gagarut". Sejak saat itu, para pekerja dalam rombongan panitia menamai tanaman berduri dengan sebutan "Ki Garut" dan telaganya dinamai "Ci Garut". (Lokasi telaga ini sekarang ditempati oleh bangunan SLTPI, SLTPII, dan SLTP IV Garut). Dengan ditemukannya Ci Garut, daerah sekitar itu dikenal dengan nama Garut.. Cetusan nama Garut tersebut direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya untuk dijadikan Ibu Kota Kabupaten Limbangan. Pada tanggal 15 September 1813 dilakukan peletakkan batu pertama pembangunan sarana dan prasarana ibukota, seperti tempat tinggal, pendopo, kantor asisten residen, mesjid, dan alun-alun. Di depan pendopo, antara alun-alun dengan pendopo terdapat "Babancong" tempat Bupati beserta pejabat pemerintahan lainnya menyampaikan pidato di depan publik. Setelah tempat-tempat tadi selesai dibangun, Ibu Kota Kabupaten Limbangan pindah dari Suci ke Garut sekitar Tahun 1821. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal No: 60 tertanggal 7 Mei 1913, nama Kabupaten Limbangan diganti menjadi Kabupaten Garut dan beribu kota Garut pada tanggal 1 Juli 1913. Pada waktu itu, Bupati yang sedang menjabat adalah RAA Wiratanudatar (1871-1915). Kota Garut pada saat itu meliputi tiga desa, yakni Desa Kota Kulon, Desa Kota Wetan, dan Desa Margawati. Kabupaten Garut meliputi Distrik-distrik Garut, Bayongbong, Cibatu, Tarogong, Leles, Balubur Limbangan, Cikajang, Bungbulang dan Pameungpeuk.
Pada tahun 1915, RAA Wiratanudatar digantikan oleh keponakannya Adipati Suria Karta Legawa (19151929). Pada masa pemerintahannya tepatnya tanggal 14 Agustus 1925, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal, Kabupaten Garut disahkan menjadi daerah pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom). Wewenang yang bersifat otonom berhak dijalankan Kabupaten Garut dalam beberapa hal, yakni berhubungan dengan masalah pemeliharaan jalan-jalan, jembatan-jembatan, kebersihan, dan poliklinik. Selama periode 1930-1942, Bupati yang menjabat di Kabupaten Garut adalah Adipati Moh. Musa Suria Kartalegawa. Ia diangkat menjadi Bupati Kabupaten Garut pada tahun 1929 menggantikan ayahnya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929). Perkembangan Fisik Kota Sampai tahun 1960-an, perkembangan fisik Kota Garut dibagi menjadi tiga periode, yakni pertama (18131920) berkembang secara linear. Pada masa itu di Kota Garut banyak didirikan bangunan oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk kepentingan pemerintahan, berinvestasi dalam usaha perkebunan, penggalian sumber mineral dan objek wisata. Pembangunan pemukiman penduduk, terutama disekitar alun-alun dan memanjang ke arah Timur sepanjang jalan Societeit Straat. Periode kedua (1920-1940), Kota Garut berkembang secara konsentris. Perubahan itu terjadi karena pada periode pertama diberikan proyek pelayanan bagi penduduk. Wajah tatakota mulai berubah dengan berdirinya beberapa fasilitas kota, seperti stasiun kereta api, kantor pos, apotek, sekolah, hotel, pertokoan (milik orang Cina, Jepang, India dan Eropa) serta pasar. Periode ketiga (1940-1960-an), perkembangan Kota Garut cenderung mengikuti teori inti berganda. Perkembangan ini bisa dilihat pada zona-zona perdagangan, pendidikan, pemukiman dan pertumbuhan penduduk.
Keadaan Umum Kota Pada awal abad ke-20, Kota Garut mengacu pada pola masyarakat yang heterogen sebagai akibat arus urbanisasi. Keanekaragaman masyarakat dan pertumbuhan Kota Garut erat kaitannya dengan usaha-usaha perkebunan dan objek wisata di daerah Garut. Orang Belanda yang berjasa dalam pembangunan perkebunan dan pertanian di daerah Garut adalah K.F Holle. Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Kolonial Belanda mengabadikan nama Holle menjadi sebuah jalan di Kota Garut, yakni jalan Holle (Jl.Mandalagiri) dan membuat patung setengah dada Holle di Alun-alun Garut. Pembukaan perkebunan-perkebunan tersebut diikuti pula dengan pembangunan hotel-hotel pada Tahun 1917. Hotel-hotel tersebut merupakan tempat menginap dan hiburan bagi para pegawai perkebunan atau wisatawan yang datang dari luar negeri. Hotel-hotel di Kota Garut , yaitu Hotel Papandayan, Hotel Villa Dolce, Hotell Belvedere, dan Hotel Van Hengel. Di luar Kota Garut terdapat Hotel Ngamplang di Cilawu, Hotel Cisurupan di Cisurupan, Hotel Melayu di Tarogong, Hotel Bagendit di Banyuresmi, Hotel Kamojang di Samarang dan Hotel Cilauteureun di Pameungpeuk. Berita tentang Indahnya Kota Garut tersebar ke seluruh dunia, yang menjadikan Kota Garut sebagai tempat pariwisata.
Penetapan Hari Jadi Garut Sebagaimana sudah disepakati sejak awal, semua kalangan masyarakat Garut telah menerima bahwa hari jadi Garut bukan jatuh pada tanggal 17 Mei 1913 yaitu saat penggantian nama Kabupaten Limbangan menjadi Kabupaten Garut, tetapi pada saat kawasan kota Garut mulai dibuka dan dibangun sarana prasarana
sebagai persiapan ibukota Kabupaten Limbangan. Oleh karena itu, mulai tahun 1963 Hari Jadi Garut diperingati setiap tanggal 15 September berdasarkan temuan Tim Pencari Fakta Sejarah yang mengacu tanggal 15 September 1813 tersebut pada tulisan yang tertera di jembatan Leuwidaun sebelum direnovasi. Namun keyakinan masyarakat terhadap dasar pengambilan hari jadi Garut pun berubah. Dalam PERDA Kab. DT II Garut No. 11 Tahun 1981 tentang Penetapan Hari Jadi Garut yang diundangkan dalam Lembaran Daerah pada tanggal 30 Januari 1982, dinyatakan bahwa Hari Jadi Garut dipandang lebih tepat pada Tanggal 17 Maret 1813. Penelusuran hari jadi Garut berpijak pada pertanyaan kapan pertama kali muncul istilah “Garut”. Seperti dijelaskan dalam Latar Belakang di atas, bahwa ungkapan itu muncul saat “ngabaladah” dalam mencari tempat untuk ibukota Kabupaten Limbangan yang diperintahkan R.A.A Adiwijaya sebagai Bupati yang dilantik pada tanggal 16 Februari 1813. Fakta tentang Jembatan Leuwidaun yang peletakkan batu pertamanya adalah tanggal 15 September 1918 juga tetap diperhitungkan. Dengan demikian, asal mula tercetus kata “Garut” adalah diyakini berada pada sebuah hari antara 16 Februari 1813 s.d. 15 September 1918. Dari berbagai penelusuran diketahui bahwa Bupati Adiwijaya dalam membuat kebijakan selalu meminta fatwa dari sesepuh yang diduga berkebudayaan Islam karena Suci berada di sekitar Godog, makam tokoh penyebar agama Islam. Bersumber pada tradisi tata perhitungan waktu masyarakat, diperkirakan bahwa panitia yang “ngabaladah” ibukota diperintahkan pada bulan Mulud sebagai bulan yang dianggap baik pada waktu itu. “Ngabaladah” tidak mungkin dilakukan pada tanggal 1 Mulud karena kepercayaan orang Sunda pada waktu itu adalah bahwa hari baik jatuh pada saat bulan purnama antara 12-14 Mulud. Karena, 12 mulud dianggap sebagai hari puncak peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW, maka yang paling diiyakini memungkinkan untuk “ngabaladah” adalah tanggal 14 Mulud. Menurut perhitungan waktu karya Roofer, hasil konversi tanggal 14 Mulud 1228 Hijriyah itu adalah tanggal 17 Maret 1913. Letak Geografis
Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas-batas sebagai berikut : Utara Timur Selatan Barat
Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang Kabupaten Tasikmalaya Samudera Indonesia Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur
Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hitterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung sekaligus pula berperan di dalam mengendalikan keseimbangan lingkungan.
Topografi Ibukota Kabupaten Garut berada pada ketinggian 717 m dpl dikelilingi oleh Gunung Karacak (1838 m), Gunung Cikuray (2821 m), Gunung Papandayan (2622 m), dan Gunung Guntur (2249 m). Karakteristik topografi Kabupaten Garut sebelah Utara terdiri dari dataran tinggi dan pegunungan, sedangkan bagian Selatan sebagian besar permukaannya memiliki tingkat kecuraman yang terjal dan di beberapa tempat labil. Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi d ipuncak gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian 500-100 m dpl terdapat di kecamatan Pakenjeng dan Pamulihan dan wilayah yang berada pada ketinggian 100-1500 m dpl terdapat di kecamatan Cikajang, Pakenjeng-Pamulihan, Cisurupan dan Cisewu. Wilayah yang terletak pada ketinggian 100-500 m dpl terdapat di kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan Bungbulang serta wilayah yang terletak di daratan rendah pada ketinggian kurang dari 100 m dpl terdapat di kecamatan Cibalong dan Pameungpeuk. Rangkaian pegunungan vulkanik yang mengelilingi dataran antar gunung Garut Utara umurnya memiliki lereng dengan kemiringin 30-45% disekitar puncak, 15-30% di bagian tengah, dan 10-15% di bagian kaki lereng pegunungan. Lereng gunung tersebut umumnya ditutupi vegetasi cukup lebat karena sebagian diantaranya merupakan kawasan konservasi alam. Wilayah Kabupaten Garut mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi antara 0-40%, diantaranya sebesar 71,42% atau 218.924 Ha berada pada tingkat kemiringan antara 8-25%. Luas daerah landai dengan tingkat kemiringan dibawah 3% mencapai 29.033 Ha atau 9,47%; wilayah dengan tingkat kemiringan sampai dengan 8% mencakup areal seluas 79.214 Ha atau 25,84%; luas areal dengan tingkat kemiringan sampai 15% mencapai 62.975 Ha atau 20,55% wilayah dengan tingkat kemiringan sampai dengan 40% mencapai luas areal 7.550 Ha atau sekitar 2.46%. Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di Laut Jawa dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah aliran selatan pada umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan daerah aliran selatan merupakan DAS Cikaengan dan Sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut terdapat 33 buah sungai dan 101 anak sungai dengan panjang sungai seluruhnya 1.397,34 Km; dimana sepanjang 92 Km diantaranya merupakan panjang aliran Sungai Cimanuk dengan 58 buah anak sungai. Berdasarkan interpretasi citra landsat Zona Bandung, nampak bahwa pola aliran sungai yang berkembang di wilayah dataran antar gunung Garut Utara menunjukan karakter mendaun, dengan arah aliran utama berupa sungai Cimanuk menuju ke utara. Aliran Sungai Cimanuk dipasok oleh cabang-cabang anak sungai yang berasal dari lereng pegunungan yang mengelilinginya. Secara individual, cabang-cabang anak sungai tersebut merupakan sungai-sungai muda yang membentuk pola penyaliran sub-paralel, yang bertindak sebagai subsistem dari DAS Cimanuk.
Wilayah Administratif
Kabupaten Garut merupakan wilayah yang dinamis, seiring dengan bertambahnya waktu, berbagai dinamika terus berlangsung, baik yang diharapkan maupun yang tidak sehingga perubahan terjadi pada semua sektor.
Dalam perkembangannya, Kabupaten Garut tumbuh dan mengalami perubahan yang cukup signifikan. Untuk menanggulangi perubahan dan pertumbuhan tersebut pada awal tahun 2004 dilaksanakan pemekaran wilayah kecamatan sebanyak 2 kecamatan sehingga seluruh wilayah kecamatan menjadi sebanyak 42 kecamatan, 19 kelurahan dan 400 desa dengan luas wilayah 306.519 Ha. Hingga tahun 2007 Kabupaten Garut memiliki 42 Kecamatan, 21 Kelurahan dan 403 Desa. Kecamatan Cibalong merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah terluas mencapai 6,97% wilayah Kabupaten Garut atau seluas 21.359 Ha, sedangkan kecamatan Kersamanah merupakan wilayah terkecil dengan luas 1.650 Ha atau 0,54%.
Sebagai Kabupaten yang areal wilayahnya yang cukup luas tentu mempunyai banyak permasalahan intern dan ekstern dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Dengan segala kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada, Pemerintah Kabupaten Garut dengan penerapan arah kebijakan pembangunan dan strategi yang tepat, bertekad untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.
Daftar Kecamatan, Luas dan Jumlah Desa di Kabupaten Garut (*Klik Nama Kecamatan untuk melihat Profil Kecamatan tersebut)
No
Nama Kecamatan
1
Cisewu
2
Luas (Ha)
Jumlah Desa/Kel
9.483
7 Desa
Caringin
17.703
5 Desa
3
Talegong
10.874
7 Desa
4
Bungbulang
13.444
12 Desa
5
Mekarmukti
6
Pamulihan
13.244
5 Desa
7
Pakenjeng
19.844
12 Desa
8
Cikelet
17.232
9 Desa
6.776
4 Desa
9
Pameungpeuk
4.411
7 Desa
10
Cibalong
21.359
10 Desa
11
Cisompet
17.225
11 Desa
12
Peundeuy
5.679
6 Desa
13
Singajaya
6.769
9 Desa
14
Cihurip
4.042
4 Desa
15
Cikajang
12.495
11 Desa
16
Banjarwangi
12.382
11 Desa
17
Cilawu
7.763
18 Desa
18
Bayongbong
4.995
17 Desa
19
Cigedug
2.888
5 Desa
20
Cisurupan
8.088
16 Desa
21
Sukaresmi
3.517
6 Desa
22
Samarang
5.971
12 Desa
23
Pasirwangi
4.670
12 Desa
24
Tarogong Kidul
1.871
7 Desa 5 Kelurahan
25
Tarogong Kaler
3.674
12 Desa 1 Kelurahan
26
Garut Kota
2.771
11 Kelurahan
27
Karangpawitan
5.207
16 Desa 4 Kelurahan
28
Wanaraja
2.804
8 Desa
29
Pangatikan
1.819
8 Desa
30
Sucinaraja
4.252
7 Desa
31
Sukawening
3.883
11 Desa
32
Karangtengah
2.328
4 Desa
33
Banyuresmi
6.246
15 Desa
34
Leles
7.351
12 Desa
35
Leuwigoong
1.935
8 Desa
36
Cibatu
4.143
11 Desa
37
Kersamanah
1.650
5 Desa
38
Cibiuk
1.990
5 Desa
39
Kadungora
3.731
14 Desa
40
Bl. Limbangan
7.359
14 Desa
41
Selaawi
3.407
7 Desa
42
Malangbong
9.238
23 Desa
306.519
424 Desa / Kelurahan
Jumlah
Sumber : BPN (Luas) dan BPMKL (Jumlah Desa)
Sumber Daya Alam
Pertanian Struktur ekonomi Kabupaten Garut dari tahun ke tahun selalu didominasi oleh sektor pertanian, khususnya tanaman pangan. Dengan komposisi ini Garut tergolong kabupaten yang berbasis pertanian. Sektor pertanian yang menjadi andalan Kabupaten Garut, pada dasarnya berpeluang dapat lebih mendorong roda perekonomian Garut khususnya, bahkan lebih memberi andil terhadap perekonomian Jawa Barat.
Tabel Kapasitas Produksi Pertanian Tanaman Pangan 2009
No A
Komoditi Padi
Produksi (Ton)
Luas (Ha)
1.
Padi Sawah
2.
Padi Gogo Jumlah Padi
614.171
57,92
66.933
29,93
681.104
87,85
252.586
41.734
6.397
4,554
27.848
19,237
2.711
2,764
B
Palawija
1.
Jagung Berhasil
2.
Kedelai
3.
Kacang Tanah
4.
Kacang Hijau
5.
Ubi Kayu
513.714
23,316
6.
Ubi Jalar
70.271
5,626
873.527
97,231
Jumlah Palawija C
Sayuran
1
Bawang Merah
2
Bawang Putih
3
Bawang Daun
4
13.715 79
1.504 8
37.363
2.490
Kentang
120.842
5.139
5
Kubis
116.699
4.328
6
Kembang kol
4.704
304
7
Petsay
30.343
1.909
8
Wortel
24.289
1.427
9
Jamur
33
51.860
10 Kacang Merah
39.673
4.836
11 Kac. Panjang
10.629
844
12 Cabe Besar
62.714
4.181
13 Cabe Rawit
18.230
1.411
14 Tomat
88.721
3.139
15 Terung
11.032
576
16 Buncis
11.956
887
17 Ketimun
12.953
785
18 Labu Siam
18.374
477
19 Kangkung
2.611
208
20 Bayam
1.234
134
Jml. Sayuran D
Buah-buahan
1
Alpukat
2
738.082 7.047.224
39.948,8
224,58
Belimbing
404,7
47,45
3
Duku/langsat/Kokosan
446,3
93,22
4
Durian
4.087,5
157,68
5
Jambu Biji
3.514,4
68,91
6
Jambu Air
1.131,8
59,60
7
Jeruk Siam/Keprok
9.616,5
50,00
8
Jeruk Besar
45,2
48,52
9
Mangga
28.098,7
122,07
10 Manggis
833,8
108,61
2.826,7
61,32
110,8
1,35
13 Papaya
2.415,2
28,40
14 Pisang
120.033
22,54
5.459,4
90,18
16 Salak
81,4
23,24
17 Sawo
1.153,7
107,47
18 Markisa /Konyal
1.865,6
11,22
19 Sirsak
5.630,9
136,57
20 Sukun
1.119,4
53,72
250,5
11,17
11 Nangka /Cempedak 12 Nenas
15 Rambutan
21 Melinjo
22 Petai Jml. Buah-Buahan
3.641,8
76,54
394.948,8
36,06
E
Tanaman Hias(tangkai)
1
Anggrek
2
Anthurium
3
Gladiol
4
Heliconia
5
Sedap Malam
6
Dracaena
157
7
Anyelir
245
8
Gerbera
3.014
9
Krisan
1.079
10 Mawar
5.441
11 Melati
1.413
12 Palem
449
Jumlah Tan. Hias
2.036 255.678 2.383 615 39.443
1.776.487
F. Tan. Obat-Obatan (kg) 1
Jahe
42.300.632
2
Laos
2.604.209
3
Lempuyang
13.370
4
Temu Lawak
17.144
5
Kapulaga
6
Temu Kunci
7
Kencur
8
Kunyit
9
Temu Ireng
101.749 8.704.914 39.183.055 9.666
10 Keji Beling
11.585
11 Mengkudu
8.405
12 Sambiloto
3.750
Jml.Tan. Obat-obatan
929.584,79
Produk Unggulan Pertanian Komoditas Unggulan yang dimaksud adalah komoditas yang diusahakan berdasarkan keunggulan kompetitif dan komparatif ditopang oleh pemanfaatan teknologi yang sesuai dengan agroekosistem untuk meningkatkan nilai tambah dan mempunyai multiflier effect terhadap berkembangnya sektor lain (Badan Agribisnis Deptan, 1997). Pemilihan komoditas unggulan ini berdasarkan pendekatan wilayah (kawasan) dan pendekatan pasar sehingga diharapkan dapat menjamin kesinambungan produksi melalui pemanfaatan keunggulan komparatif daerah sebagai basis pengembangan (spesifik atau keunggulan lokal), dan dapat menumbuhkan pusat-pusat (sentra) komoditas spesifik wilayah yang mendorong keterkaitan antar wilayah secara dinamis dan membangkitkan interaksi sektor produksi dan pasar yang dinamis.
Tujuan Pasar Selain Garut No Komoditas
Jumlah Rata-Rata (Ton)
Lokasi
Seluruh Kecamatan di Kab. Garut kecuali Cikajang
427.610 Bandung , Jakarta
2 Jagung
Leles, Leuwigoong, Malangbong, Limbangan, Selaawi, Sukawening, Banyuresmi, Cilawu, Kadungora, Karangpawitan, Tarogong*, Wanaraja*
Bandung , 179.298 Jakarta, Cirebon, Sukabumi
3 Kedelai
Karangpawitan, Wanaraja*, Karangtengah, Sukawening, Banyuresmi, Cibatu, Tarogong*
Kacang 4 Tanah
Caringin, Bungbulang, Pakenjeng, Cibalong, Cibatu, Malangbong, Limbangan, Selaawi, Cikelet, Pameungpeuk
5 Kentang
Cikajang, Cilawu, Bayongbong*, Cisurupan, Sukaresmi, Samarang, Pasirwangi, Wanaraja*
6 Kubis
Cikajang, Bayongbong*, Cisurupan, Sukaresmi, Samarang, Pasirwangi, Wanaraja*
98.559 Bandung, Jakarta
Cabe 7 Besar
Talegong, Cikajang, Cilawu, Bayongbong, Cisurupan, Sukaresmi, Samarang, Pasirwangi. Tarogong*, Banyuresmi
49.252
1
Padi Sawah
Kecamatan Sentra
23.421 Bandung, Jatim
109.875
Bandung, Jakarta, Batam
Bandung, Jakarta, Batam
8 Tomat
Cikajang, Cilawu, Bayongbong*, Cisurupan, Sukaresmi, Samarang, Pasirwangi, Tarogong*, Wanaraja*
Bandung, Jakarta, 60.627 Batam, Yogyakarta
9 Wortel
Cikajang, Bayongbong*, Pasirwangi
36.257 Bandung, Jakarta
10 Jeruk
Cikajang, Cisurupan,Sukaresmi, Samarang, Pasirwangi, Karangpawitan, Wanaraja*
11 Alpukat
Cikajang, Bayongbong, Cisurupan, Karangpawitan, Wanaraja, Samarang
12 Pisang
Peundeuy, Cilawu, Wanaraja, Cikelet, Pameungpeuk, Cibalong, Cisompet
49.402 Bandung, Jakarta
13 Pepaya
Karangpawitan, Banyuresmi, Leles
61.318 Bandung, Tasik
824.191
Bandung, Jakarta, Tasik