Sejarah Sultan Mahmud 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM MASA MODERN (Sultan Mahmud II) Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah: Sejarah Pendidikan Islam Dosen Pengampu: Mufatihatut Taubah, S. Ag, M. Pd. I



Oleh: Ahmad Muthohhar



(1710110312)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KUDUS 2018



0



BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG Dampak pembaruan paada masa Turki Usmani masih bisa dirasakan sampai sekarang, diantaranya yang paling menonjol adalah pembaruan di bidang politik yang menjurus pada sekularisasi, yaitu pemisahan urusan agama dan negara. Pembaruan ini menjadikan masyarakat Turki secara umum terbagi menjadi dua kelompok, yakni islam dan militan. Kelompok islam militan menghendaki agar semua aspek berjalan secara islami, baik sosial kemasyarakatan, pendidikan, maupun kenegaraan. Sebaliknya, kelompok sekuler menentang pemikiran tersebut dengan menunjuk pada historis Turki yang mengalami kemunduran karena berpegang pada ajaran agama yang membelenggu. Pembaruan yang cukup dramatis mulai mengambil momentumnya di Turki Usmani sebelum abad ke18 yang diprakarsai oleh elit penguasa. Usaha-usaha ini mengalami hambatan dan tantangan dari kaum ulama tradisional, militer, dan tarekat. Hingga pada masa Sultan Mahmud II (1808-1830) dapat melakukan pembaruan di paruh kedua abad ke-18 dengan hasil yang cukup gemilang. B. RUMUSAN MASALAH 1. Jelaskan biografi, prestasi Sultan Mahmud II? 2. Bagaimana pemikiran pendidikan menurut Sultan Mahmud II? 3. Konsep-konsep pendidikan menurut Sultan Mahmud II? 4. Bagaimana sitem pendidikan dan lembaga-lembaga pendidikan islam pada masa Sultan Mahmud II?



1



BAB II PEMBAHASAN A. Biografi dan prestasi Sultan Mahmud II (1808-1839) Mahmud II seringkali dibandingkan dengan Petter yang agung dalam berbagai sepak terjangnya. Ia lahir di Saray Juli 1785. Ia adalah putra Sultan Abd Hamid dan memperoleh pendidikan istana di bidang bahasa-bahasa Islam klasik, agama, hukum, sastra dan sejarah. Dia tidak memiliki pengetahuan tentang dunia barat secara lansung dan tidak mengetahui satupun bahasa eropa.1 Sultan Mahmud II adalah sultan ke-33 dari 40 sultan Turki yang berkuasa melanjutkan kekuasaan Sultan Musthafa IV. Dia diangkat menjadi Sultan pada tahun 1807 M dan meninggal pada tahun 1839 M.2 Ketika ia naik tahta dan menjadi sultan di kerajaan Turki, Mahmud II memusatkan perhatiannya pada berbagai perubahan internal yang dipusatkan pada rekonstruksi kekuatan angkatan bersenjata kerajaan sehingga menjadi kekuatan yang tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan. Selain itu perbaikan tersebut juga dimaksudkan untuk mengkonsolidasi seluruh potensi lokal. Kebijaksanaan ini menjadikannya sebagai musuh bagi kelompok militer lama yang dikenal dengan jannisari. Pada tahun 1826 ia merombak Jannisari menjadi kekuatan militer model Eropa. Kebijaksanaan ini akhirnya diprotes Jannisari yang telah berdiri pada abad keempat belas oleh Sultan Orkhan, pada tanggal 16 Juni 1826.3 Berbagai prestasi yang telah didirikan oleh Sultan Mahmud II antara lain adalah, mendirikan sekolah kedokteran di kota Istanbul pada tahun 1827 1



Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal.122. Harun Nasution, Pembaruan Dalam Islam, Sejarah Gerakan, dan Pemikiran (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), Hal.90. 3 Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal.122123. 2



2



yang bertujuan untuk mendidik dokter militer baru, pada antara tahun 18311834, mendirikan dua lembaga pendidikan untuk tujuan militer yaitu Muzika-i Humayun Mektabi yang merupakan sekolah musik kerajaan, dan Mektab-i Ulum-i Harbiye, yang merupakan akademi militer kerajaan. Untuk nmasyarakat umum ia mendirikan pendidikan tingkat menengah dengan nama sekolah rusydiye. Sekolah ini dibangun untuk mempersiapkan kader kader yang akan menjadi pegawai sipil. Selain itu ia juga mendirikan sekolah ilmu pengetahuan umum, Mekteb-i Ma’arif, yang merupakan sekolah pengetahuan umum dan Mekteb-i Ulum-i Edebiye yang merupakan sekolah sastra. Terhadap sistem pendidikan tradisional, madrasah, ia berusaha memasukkan pengetahuan umum dalam kurikulum pendidikannya. Juga mendirikan lembaga evkaf yang menghimpun dan mengurus harta milik negara. Untuk membantu dalam meletakkan dasar strategi perencanaan jangka panjang ia mendirikan sebuah lembaga legislatif yang dikenal dengan Meclis-i Ahkam-i Adliye pada tahun 1838. Kemudian untuk menyebarluaskan berbagai kebijakan pemerintah, pada tahun 1831 diterbikan sebuah jurnal berbahasa Turki yang menjadi bacaan wajib bagi para pejabat kerajaan yang diberi nama Takvim-i Vekayi.4 B. Pemikiran Pendidikan Pada Masa Sultan Mahmud II Apabila kita meninjau perkembangan pendidikan pada masa Turki Usmani, maka tidak akan terlepas dari setting budaya, dan kondisi sosial politik



yang terjadi pada waktu itu, turki usmani merupakan perpaduan



budaya dari beberapa negara, yaitu: persia, bizantium, dan arab. Dari kebudayaan persia mereka menerima ajaran tentang etika, tatakrama dalam kehidupan di istana. Dari Bizantium mereka mendapatkan tentang organisasi pemerintahan dan prinsip-prinsip kemiliteran. Sedangkan dari kebudayaan



4



Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal.122-125



3



Arab mereka dapatkan ajaran tentang prinsip ekonomi, kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan.5 Di bidang pendidikan Sultan Mahmud II melakukan pembaruan dalam beberapa wilayah, seperti pendidikan politik. Tradisi sebelumnya, sultan berkeyakinan bahwa dirinya mempunyai martabat tinggi sehingga tak pantas untuk bergaul dengan rakyat. Oleh karena itu mereka mengungkung diri di dalam istana dan menyerahkan urusan pemerintahan dan urusan rakyat kepada bawahannya. Dalam hal ini Sultan Mahmud II melanggar tradisi dan menyalahi keyakinan yang selama ini dipegang para pendahulunya. Dia justru mengambil sikap merakyat, egaliter, dan selalu muncul di hadapan publik. Masalah pakaian kerajaan disederhanakan, tanda-tanda kebesaran di hilangkan. Sebaliknya masyarakat dianjurkan untuk meninggalkan pakaian tradisional dan beralih ke pakaian barat. Menurut Mahmud cara ini dianggap dapat menghilangkan perbedaan status yang tampak pada pakaian tradisional.6 Selain pendidikan politik, Mahmud II juga menaruh perhatian yang tinggi terhadap kelangsungan pelaksanaan pendidikan. Selama ini sistem pendidikan di Turki Usmani adalah pendidikan bercorak tradisional. Satusatunya lembaga pendidikan yang ada untuk umum adalah madrasah. Ilmu yang diajarkan di madrasah hanyalah pengetahuan keagamaan seperti Tafsir, Hadits, sejarah islam, sastra, fiqh. Sementara itu, ilmu pengetahuan umum tidak diajarkan. Melihat kondisi yang demikian, Mahmud II mulai menyadari bahwa madrasah tradisional tidak lagisesuai dengan perkembangan jaman. Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud II, semangat masyarakat dalam memasukkan anaknya ke madrasah sudah menurun tajam. Mereka lebih mengutamakan mengambil pelajaran yang bersifat praktis dan lebih 5



Ajid Thohir. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta:Rajawali Pers, 2009), hal.186 6 Harun Nasution, Pembaruan, hal.92



4



senang memasuki industri yang mengajarkan keterampilan tangan. Hal ini menyebabkan bertambahnya jumlah buta huruf di kalangan masyarakt. Untuk mengatasi hal ini Mahmud II Memerintahkan agar orang tua tidak menghalangi anaknya untuk masuk madrasah. Di bagian lain, Mahmud II juga membenahi kurikulum madrasah dengan memasukkan pengetahuan umum sebagai salah satu mata pelajaran, namun hal ini sulit dilakukan karena pihak madrasah banyak menolak. Maka dari itu, alternatif yang diambil Mahmud II adalah mendirikan sekolahsekolah umum di samping madrasah yang sudah berjalan. Sekolah umum yang didirikan Mahmud II diantaranya adalah Maktabi Ma’arif dan Maktab-i Ulum-i Adabiyat-i. Kedua sekolah ini menerima lulusan madrasah yang bermututinggi. Adapun pelajaran yang diberikan di sekolah tersebut meliputi bahasa prancis, ilmu ukur, sejarah, ilmu politik, dan bahasa arab. Sekolah tersebut mendidik siswa untuk menjadi pegawai administrasi dan menyediakan penerjemah-penerjemah bagi pemerintah.7 Beberapa saat setelah sekolah ini didirikan Mahmud II juga membangun sekolah militer, teknik kedokteran, dan pembedahan. Pada tahun 1838 M sekolah kedokteran dan pembedahan digabung menjadi satu dengan nama Dar-ul Uulum Hikemveye Maktab-i Thibbiye-i Sahane. Bahasa pengantar disekolah tersebut adalah bahasa prancis. C. Konsep Pendidikan masa Sultan Mahmud II Menurut Ramayulis, kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan sekolah yang tidak hanya sebatas bidang studi dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi meliputi segala sesuatu dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.8



7 8



Ibid, hal.93. Ramayulis, Ilmu pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal.152



5



Pada zaman pertengahan, kurikulum yang digunakan di sekolah Madrasah tidak menggunakan kurikulum yang resmi, sehingga pembelajaran di madrasah hanya di titik beratkan pada pendidikan agama saja, ketika Sultan Mahmud II berkuasa, Mahmud mengeluarkan maklumat tentang pendidikan dasar mulai adanya perubahan sistem kurikulum, dengan kurikulum baru tersebut dimasukkan pelajaran umum. Pada periode sebelum berkuasanya Sultan Mahmud II, pendidikan di madrasah ditekankan pada studi agama. Namun, selanjutnya madrasah juga memasukkan bahan ajaran lainnya selain agama. Maka, kemudian muncul daftar pelajran seperti ilmu logika, filsafat, dan matematika mulai diajarkan oleh para guru di berbagai madrasah. Di madrasah tertentu juga diajarkan ilmu kedokteran dan astronomi. Ini memantik pendirian rumah sakit dan observatorium. D. Sistem Pendidikan dan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam Masa Sultan Mahmud II Dalam menjalankan pembaruan dalam bidang pendidikannya Sultan Mahmud



II



menambahkan



kurikulum



pendidikan



madrasah



dengan



pengetahuan umum. Dan juga dalam kurikulumnya adalah mendidik anak untuk menjadi pegawai administrasi, di dalam sekolah sastra selain kurikulumnya berisi pengetahuan agama dan bahasa arab juga disediakan penerjemah-penerjemah untuk keperluan pemerintahan. Sultan



Mahmud



II



dalam



meningkatkan



mutu



pejabat



pemerintahannya, ia membangun sekolah istana. Dalam sekolah ini dilatih para pejabat pemerintahan dan administrator tingkat atas. Suatu inovasi dramatis dalam menyelenggarakan pendidikan, karena dasar keunikannya dalam menerima siswa, dan kurikulumnya yang terpadu yang menggabungkan antara agama, fisik, akademik, dan pelatihan keterampilan yang dirancang



6



untuk mempersiapkan siswa-siswa terjun ke dunia kerja pada lapangan yang luas, termasuk jabatan tinggi pada pemerintahan daulah Usmani.9 Selain itu Sultan Mahmud II juga mengirim siswa-siswa ke Eropa untuk belajar yang setelah kembali ke tanah air juga mempunyai pengaruh dalam penyebaran ide-ide baru di kerajaan Usmani.10 Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang didirikan oleh Sultan Mahmud II antara lain, 1. Sekolah Mekteb-i Ulum-u Edebiye (sekolah satra) 2. Sekolah Mekteb-i Ma’arif (sekolah pengetahuan umum) 3. Sekolah Dar-ul Ulum-u Hikemveye Maktab Thibbiye-i Sahane (gabungan antara sekolah pembedahan dan kedokteran) 4. Sekolah militer (Mektab-i Ulum-i Harbiye,) 5. Sekolah teknik 6. Sekolah musik kerajaan ( Muzika-i Humayun Mektabi)



9



Joseph S. Szyliowies, Education and Modernization in Midle East,diterjemahkan oleh Achmad Djaini, Pendidikan dan Modernisasi Dunia Islam,(Surabaya: Al Ikhlas, 2001), hal.169 10 Harun Nasution, Pembaruan, hal.95



7



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pendidikan adalah merupakan suatu hal yang paling utama bagi suatu negara, karena maju dan terbelakangnya suatu negara tercermin dari tinggi dan rendahnya tingkat



pendidikan warga negaranya. Pendidikan dalam



kehidupan manusia, mempunyai peranan yang sangat penting. Ia dapat membentuk kepribadian seseorang. Ia diakui sebagai kekuatan yang dapat menentukan prestasi dan produktivitas seseorang. Sultan Mahmud II adalah sultan ke-33 dari 40 sultan Turki yang berkuasa melanjutkan kekuasaan Sultan Musthafa IV. Dia diangkat menjadi Sultan pada tahun 1807 M dan meninggal pada tahun 1839 M. Melihat dari keadaan pendidikan yang semakin berkurang peminatnya Sultan Mahmud II melakukan



perombakan



pada



bidang



pendidikan.



Yaitu



dengan



mengkolaborasikan pendidikan agama dan pendidikan umum. Dalam pembaruannya Sultan Mahmud II telah mendirikan berbagai macam lembaga pendidikan yang mumpuni seperti Sekolah Mekteb-i Ulum-u Edebiye (sekolah satra), Sekolah Mekteb Ma’arif (sekolah pengetahuan umum), Sekolah Dar-ul Ulum-u Hikemveye Maktab Thibbiye-i Sahane (gabungan antara sekolah pembedahan dan kedokteran), Sekolah militer serta Sekolah teknik.



8



B. Saran Makalah ini dibuat dengan judul Sejarah Pendidikan Islam Masa Modern( Sultan Mahmud II) berdasarkan tugas yang telah diberikan. Bila terdapat kekuarangan atau kesalahan penulisan dalam makalah ini saya mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun selalu saya butuhkan untuk menjadikan makalah ini lebih baik. Karena, Kesempurnaan hanya milik Allah swt, dan manusia tempatnya salah dan dosa. Perlu adanya kajian lanjutan bagaimana sejarah pendidikan Islam disajikan secara lebih menarik, lebih dimengerti, dan termotivasi melaksanakan ajaran Islam secara total (kaffah).



9



DAFTAR PUSTAKA Nasution, Harun. 1975. Pembaruan Dalam Islam: Sejarah Gerakan dan Pemikiran. Jakarta:Bulan Bintang Thohir, Ajid. 2009. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Rajawali Pers.



Mughni, Syafiq A. 1997. Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki. Jakarta:Logos Wacana Ilmu Szyliowies, Joseph S. 2001. Education and Modernization in Middle East diterjemahkan oleh Achmad Djaini. Pendidikan dan Modernisasi di DuniaIslam. Surabaya:Al Ikhlas. Ramayulis. 2008. Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.



10