Seleksi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK PERAH “Seleksi”



Kelas



Reza Naufal R



: B



200110140063



FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2017



1



I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak perah merupakan ternak yang menghasilkan susu melebihi kebutuhan komsumsi susu anak-anak sapi. Produksi susu tersebut dapat dipertahankan sampai waktu tertentu atau selama masa hidupnya walaupun anak-anaknya sudah disapih atau tidak disusui lagi. Dengan demikian susu yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagai penunjang pertumbuhan, kecerdasan dan daya tahan tubuh. Air susu mengandung sumber protein hewani yang sangat besar bagi semua orang baik untuk bayi maupun sampai orang tua karena mengandung protein yang cukup tinggi. Pada dasarnya, antara persediaan dan permintaan suau di indonesia terjadi kesenjangan yang cukup besar. Kebutuhan atau permintaan jauh lebih besar daripada ketersediaan susu yang ada. Berdasarkan keadaan tersebut, usaha sapi perah untuk menghasilkan susu segar sangat prospektif. Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapi usaha yang berorientasi ekonomi. Rendanya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kekurangan modal dan pengetahuan atau keterampilan para petani maupun peternak. Oleh karena itu,untuk meningkatkan jumlah produktivitas susu yang dihasilkan, maka perlu diadakan pemilihan (seleksi), judging, recording dan Culling dalam penentuan bibit sapi perah yang bekualitas sehingga dapat menghasilkan susu dengan jumlah banyak dan mampu menenuhi kebutuhan atau permintaan dari konsumen.



1.2 Rumusan Masalah



2



1. Apa yang di maksud dengan seleksi, judging, recording dan culing dalam sapi perah? 2. Bagaimana cara melakukan seleksi, judging, recording dan culing dalam sapi perah?



1.3 Tujuan 1.Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian seleksi, judging, recording dan culing dalam sapi perah. 2.Mahsiswa dapat mengetahui cara melakukan seleksi, judging, recording dan culing dalam sapi perah.



3



II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Sapi perah Sapi perah adalah suatu jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire, Guernsey, Jersey dan Friesian Holstein (FH) (Blakely dan Bade, 1995). Bangsa sapi FH adalah bangsa sapi perah yang paling menonjol di Amerika serikat, jumlahnya cukup banyak sekitar 80 - 90% dari seluruh jumlah sapi yang ada. Di antara jenis sapi perah yang ada, FH mempunyai kemampuan produksi susu yang tinggi (Siregar, 1993). Sapi susu atau sapi perah adalah sapi yang dikembangbiakan secara khusus karena kemampuannya dalam menghasilkan susu dalam jumlah yang sangat besar. Sapi susu adalah varietas dari spesies Bos taurus (Wikipedia,2010). 2.2 Seleksi Ternak Perah Seleksi dari segi genetik diartikan sebagai suatu tindakan untuk membiarkan ternak-ternak tertentu berproduksi, sedangkan ternak lainnya tidak diberikan kesempatan untuk berproduksi. Ternak-ternak pada generasi tertentu bisa menjadi tetua pada generasi selanjutnya, jika terdapat dua kekuatan yaitu seleksi alam dan seleksi buatan (Noor,2004). Seleksi merupakan suatu proses dimana individu –individu tertentu dalam suatu proses populasi dipilih dan diternakkan untuk tujuan produksi yang lebih baik (segi kuantitas dan kualitas) pada generasi selanjutnya. Seleksi merupakan salah satu dasar utama dalam pemuliaan ternak (Iwan,2013).



4



Seleksi adalah tindakan untuk memilih ternak yang dinggap mempunyai mutu genetik baik untuk dikembangbiakkan lebih lanjut serta memilih ternak yang dinggap kurang baik untuk diafkir (Anonim,2007). Seleksi adalah kegiatan memilih tetua untuk menghasilkan keturunan melalaui pemeriksaan atau pengujian berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu dengan menggunakan metode atau teknologi tertentu (Abu Bakar,2014). Metode seleksi menurut (Hardjosubroto,1994) dibagi menjadi tiga metode yang sederhana yaitu : 1. Seleksi individu (individu selection) adalah seleksi per ternak sesuai dengan nilai fenotip



yang dimilikinya. Metode ini paling sederhana daripada



umumnya dan menghasilkan respon seleksi yang cepat. 2. Seleksi keluarga (family selection) adalah seleksi per keluarga sebagai kesatuan unit sesuai dengan fenotip yang dimiliki keluarga yang bersangkutan. 3. Seleksi dalam keluarga (within-family selection) adalah seleksi tiap individu di dalam keluarga berdasarkan nilai rata-rata fenotip dari keluarga asal individu bersangkutan.



Seleksi bibit sapi perah dapat dilakukan sebagai berikut (Abu Bakar,2014): 1. Seleksi pada setiap generasi untuk menentukan ternak yang terpilih minimal memiliki presentase darah FH sama dengan ternak awal dan memenuhi standar sebagai tetua untuk generasi berikutnya, 2. Seleksi sapi perah betina dilakukan berdasarkan presentase darah minimal 87,5% dan pertumbuhan (bobot lahir, bobot sapih dan bobot setahun), data reproduksi dan data produksi susu, 3. Seleksi sapi perah jantan dilakukan berdasarkan presentase darah minmal 93,75% dan uji performan (bobot lahir, bobot sapih dan bobot setahun), uji libido, kualitas semen dan spermatozoa, uji zuriat serta pelaksanaan seleksi dilakukan dengan metode indepedent culving level artinya calon pejantan



5



yang tidak dapat melampaui salah satu kriteria di atas disingkirkan dari pejantan.



Tujuan seleksi pada sapi betina menurut (Anonim,2007) yaitu meningkatkan produksi susu, mempertahankan kadar lemak susu dan meningkatkan daya tahan terhadap mastitis. Menurut (Schmidt et al.,1988) seleksi ditujukan terutama untuk menghasilkan pejantan yang memiliki kemampuan mewariskan sifat produksi susu tinggipada anaknya dan menghasilkan sapi betina berkemampuan produksi susu tinggi dan penggunaan input produksi secara efisien. Respon kemajuan genetik dari seleksi yang dilakukan tentunya akan ditentukan oleh keragaman genetik, akurasi seleksi, intensitas seleksi dan interval generasi.



2.3 Judging Ternak perah



Judging atau penilaian sapi perah menyangkut pengamatan untuk menghubungkan antara tipenya sebagai sapi perah dan fungsi produksinya seekor sapi dengan karakteristik yang baik akan menampilkan produksi susu dan lemak susu untuk jangka waktu yang panjang (Blakely dan Bade, 1995). Penilaian judging menggunakan kartu skor yang disebut The Dairy Cow Unified Score Card, dimana kartu ini dibagi menjadi empat bagian utama, yaitu penampilan umum, sifat perah, kapasitas badan, dan sistem mamae (Williamson dan Payne, 1993) Seleksi berdasarkan visual biasa disebut dengan judging. Judging pada ternak dalam arti yang luas adalah usah yang dilakukan untuk menilai tingkatan ternak yang memiliki karekteristik penting untuk tujuan-tujuan tertentu, Sedangkan judging dalam arti sempit adalah referensi untuk pemberian penghargaan tertentu dalam suatu kontes (Santosa,2004). Penilaian (judging) pada ternak sapi perah dilakukan melalui empat tahapan yaitu (Santosa, 2007) : 6



1) Pandangan samping yaitu untuk menilai keadaan lutut, kekompakan bentuk tubuh, keadaan pinggul dan kaki. 2) Pandangan belakang untuk menilai kelebaran pantat, kedalaman otot, kelebaran dan kepenuhan bokong dan keserasian berdiri pada tumpuan pada kaki-kakinya. 3) Pandangan depan untuk menilai bentuk dan ciri kepalanya, kebulatan bagian rusuk, kedalaman dada dan keadaan pertulangan serta keserasian kaki depan. 4) Perabaan. Penilaian ini untuk menentukan tingkat dan kualitas akhir melalui perabaan yang dirasakan melalui ketitisan, kerapatan dan kelunakan kulit serta perlemakannya (bagian rusuk, transversus processus pada tulang belakang, pangkal ekor, bidang bahu. Penilaian judging sapi perah ada empat, antara lain yaitu General Appearance (Keadaan umum), Dairy Character (Sifat pemerahan), Body Cappacity (Kapasitas tubuh), dan Mammary System (Sistem ambing) (Blakely dan Bade, 1994). Penilaian (jadging) ternak umumnya diperlukan untuk kepentingan untuk kepentingan pasar dengan asumsi calon pembeli ternak menginginkan ternak dengan bentuk tubuh yang bagus. Jadi,kaidah penilaian ternak sebagian besar tergantung selera pasar (Anonim,2010). Pelaksanaan judging ,juri berdiri mengamati sapi-sapi : dari samping, depan, belakang, dalam jarak yang cukup dan membandingkan satu sama lainnya. Juri dilengkapi dengan “kartu skor”, sapi yang dinilai (judging) dijalankan/ dituntun keliling mengelilingi para juri untuk melihat adanya kemungkinan cacat gerak / pincang yang tersembunyi (Anonim,2010).



7



2.4 Recording Sapi Perah Recording merupakan pencatatan ternak denga tujuan untuk mengetahui asal-usul ternak yang dipelihara, sehingga nantinya diharapkan tidak didapatkan sapi perah yang mengalami inbreeding.Recording dapat memudahkan tata laksana selanjutnya pada ternak, memudahkan pengontrolan dan memudahkan peningkatan mutu genetik (Santosa,1997). Recording (pencatatan produksi) adalah suatu usaha yang dikerjakan oleh peternak untuk mencatat gagal atau berhasilnya suatu usaha peternakan. Pada bidang usaha peternakan, program ini ditetapkan hampir di semua sektor usaha ternak baik ternak perah, ternak potong dan unggas (Anonim,2008). Pencatatan (recording) tidak lepas dari salah satu pelaksanaan pemberian tanda pengenal ternak berupa: nomor telinga, tanduk, tato, cap bakar, kalung bernomor dan sebagainya.Rekording yang dilakukan di Peternakan Koperasi Nusantara terdiri dari rekording reproduksi, rekording kesehatan, rekording umur, dan rekording susu yang dilakukan pada kartu berisikan produksi susu yang dihasilkan, hanya saja pada pemberian pakan tidak ada rekording yang baik sehingga pemberian pakan tiap sapi tidak terkontrol dengan baik (Syarief dan Sumoprastowo, 1985). Tujuan utama menyediakan rekording pada usaha ternak perah adalah untuk menyediakan informasi yang lengkap dan terperinci tentang ternak sapi secara baik individu maupun secara kelompok (herd), yang diperlukan dalam rangka (Anonim,2009): 1. pengambilan keputusan sehari-hari (misalnya jumlah pemberian konsentrat bagi setiap sapi dan untuk menentukan secara tepat kapan mengawinkan, mengeringkan atau mengafkir seekor sapi serta bagaimana memberi pengobatan/penanganan bagi seekor ternak yang sakit atau menunjukkan kelainan), 2. evaluasi terhadap manejemen yang sedang dijalankan dan 3. perencanaan jangka panjang. Berdasarkan informasi yang diringkas dari record secara bulanan, semi-annual atau annual akan sangat berguna bagi



8



pengelola usaha ternak perah untuk menentukan kekuatan (strenghts), kelemahan (weakness) dan keuntungan (profitability) dari saha ternaknya.



Menurut (Anonim,2008) Manfaat dari recording ini adalah : 1. Mengetahui jumlah populasi akhir. Ini diperlukan karena bagaimanapun letak keuntungan ditentukan oleh jumlah populasi akhir, dengan mengetahui populasi akhirnya kita dapat memperoleh jumlah ternak yang mati, hilang dan sebagainya selama pemeliharaan. 2. Untuk bahan pertimbangan dalam penilaian tata laksana yang sedang dilaksanakan. Seperti: pertambahan berat badan (PBB), Feed Consumtion Rate (FCR), jumlah produksi dan kesehatan ternak. 3. Sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan sehari-hari. 4. Sebagai langkah awal dalam menyusun rencana jangka panjang. 5. Bagi pemerintah berguna untuk penyusunan kebijakan dalam bidang peternakan. 6. Mempermudah



peternak



melakukan



evaluasi,



mengontrol



dan



memprediksi tingkat keberhasilan usaha. 7. Bagi perguruan tinggi data recording bisa sebagai bahan penelitian.



Menurut (Abu Bakar,2014) pencatatan (recording) harus dilakukan pada setiap individu ternak secara teratur dan terus menerus serta dimasukan dalam buku induk registrasi. Pencatatan meliputi: a. Nomor telinga dan nomor registrasi ternak untuk identifikasi, b. Rumpun, identitas ternak dan sketsa (foto individu ternak), c. Silsilah, identitas dan produktivitas tetua, d. Perkawinan (tanggal, kode semen, pemeriksaan kebuntingan (PKB) dan tanggal bunting), e. Kelahiran (tanggal, berat badan, jenis kelamin, tipe kelahiran, kemudian beranak (calving-ease), f. Penyapihan (tanggal dan bobot badan), g. Pengukuran (performa, pertumbuhan dan produksi susu),



9



h. Pakan (jenis dan konsumsi), i. Vaksinasi dan pengobatan (tanggal dan perlakuan/ treatment), dan j. Mutasi (pemasukan dan pengeluaran).



2.5 Culling Ternak Perah Culling adalah pemisahan atau pengafkiran ternak yang dilihat secara ekterior dan dinilai potensinya yang mungkin berpengaruh terhadap produksinya. Pengafkiran ialah menyisihkan ternak-ternak yang buruk dan tidak produktif dari kawasan ( satu kelompok ternak) (Anonim,2007). Ternak yang dinyatakan culling (afkir) apabila memenuhi persyaratan sebagai bibit. Ternak yang memenuhi persyaratan bibit, antara lain induk sudah tidak produktif, keturunan jantan yang tidak terpilih sebagai calon bibit (tidak lolos seleksi) dan anak betina pada saat sapih atau pada umur muda menunjukkan tidak memenuhi persyaratan bibit. Ternak afkir harus dikeluarkan untuk dijadikan ternak potong (Abu Bakar,2014). Pengeluaran ternak yang sudah dinyatakan tidak memenuhi persyaratan bibit (afkir/culling), dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut (Ahmad H,2010): 1.



Untuk bibit rumpun murni, 50% sapi bibit jantan peringkat terendah (pertumbuhan lambat, testis tidak normal dan tidak simetris dan cacat lainnya) saat seleksi pertama (umur sapih) dikeluarkan atau dijadikan bakalan untuk digemukkan dan dijual.



2. Sapi betina yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bibit, dikeluarkan sebagai ternak afkir (culling). 3. Sapi induk yang tidak produktif segera dikeluarkan. Keuntungan atau manfaat dari culling atau pengafkiran adalah (Zalhendra,2009) : (1). Kepadatan ternak persatuan luas kandang akan berkurang, sehingga ternak yang produktif akan senang serta akan nyaman berproduksi,



10



(2).Pengurangan kemungkinan adanya penyakit yang menyebar dari ternak yang tidak produktif ke ternak yang produktif, (3). Pengurangan pemakaian tenaga kerja, (4). Penambahan uang masuk dari hasil penjualan ternak afkir, (5). Jumlah ransum yang dibutuhkan perhari berkurang. Seleksi dan pengafkiran adalah dua istilah yang menyatakan pekerjaan yang sama, yaitu memilih individu-individu dari salah satu kelompok ternak akan tetapi sasaran pemilihan individu ternak berbeda atau bertolak belakang (Zalhendra,2009).



11



III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Seleksi merupakan memilih ternak yang mempunyai sifat-sifat produksi yang tinggi untuk dijadikan bibit yang akan datang, judging sapi perah menyangkut pengamatan untuk menghubungkan antara tipenya sebagai sapi perah dan fungsi produksinya seekor sapi dengan karakteristik yang baik dan recording merupakan pencatatan ternak denga tujuan untuk mengetahui asalusul ternak yang dipelihara, sehingga nantinya diharapkan tidak didapatkan sapi perah yang mengalami inbreeding serta culling merupakan ternak yang tidak terpilih dan sudah tidak produktif untuk tujuan tertentu.



3.2 Saran Penulis hanya bisa menyarankan semoga para pembaca lebih bisa memahami apa yang dimaksud dengan seleksi, judging, recording dan culling sehingga mampu menjadikan contoh dalam berternak baik perah maupun ternak lainnya.



12



DAFTAR PUSTAKA Abu Bakar,SE.2014.Pedoman Pembibitan Sapi Perah Yang Baik.Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan RI.Jakarta. Ahmad Hanafiah.2010.Petunjuk Teknis Pembibitan Sapi Perah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp) Jawa Barat.Bandung. Anonim.2007.Produksi Ternak Perah.Fakultas Peternakan Unpad.Padjajaran. Anonim.2008.Pencatatan Produksi (Recording). http://sentralternak.com/index.php/2008/10/07/pencatatan-produksirecording/html. (Diakses Sabtu, 03 Oktober 2015 pada pukul 22.20 WITA). Anonim.2009.Recording Pada Usaha Ternak Perah,Pdf.http:// mtp-pptrecording-p-usaha-ternak-perah/html. (Diakses Sabtu,03 Oktober 2015 pada Pukul 22.10 WITA). Anonim.2010.www.vetmed.fkh.unair.ac.id/materi/JUDGING.ppt. Diakses Senin, 5 Oktober 2015 pukul 12.00 WITA. Blakely, J dan Bade, DH. 1994. Ilmu Peternakan Edisi ke 4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Harjosubroto.1994.Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan.PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.Jakarta. Iwan Wiranata.2013.Seleksi Ternak.http://ayamcinta.blogspot.in/2013/07/seleksi-ternak.html. (Diakses Rabu, 03 Oktober 2015 pada pukul 22.50 WITA.) Noor, R.2004.Genetika Ternak.Penebar Swadaya.Jakarta. Santosa. 2007. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.



Santosa,B.A.2004.Buku Petunjuk Praktikum Produksi Ternak Perah.Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.Semarang.



13



Santosa, U.1997.Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet.Penebar Swadaya.Jakarta. SCHMIDT, G.H., L.D. VAN VLECK and M.F. HUJENS. 1988.Principles of Dairy Sci. 2nd Ed. Prentice Hall, N.J.07632.



Siregar, M. S. 1993. Jenis Tehnik Pemeliharaan dan Analisis Usaha Sapi Perah. Swadaya, Jakarta. Syarief,M.Z. dan C.D.A. Sumoprastowo.1985.Ternak Perah.CV.Yasaguna.Jakarta. Williamson, G dan Payne, W. J. A. 1993. Pengantar Peternakan di daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wikipedia.2010.Sapi Susu.http://id.m.wikipedia.org./wiki/sapi_susu.html.Diakses Senin, 05 Oktober 2015 pukul 18.18 WITA.



14