Self Determination Theory [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Self determination (deteminasi diri) adalah keyakinan seseorang bahwa orang tersebut mempunyai kebebasan atau otonomi dan kendali tentang mengerjakan pekerjaannya sendiri (Spreitzer, 1997).



bagaimana



Self determination berkaitan



dengan kontrol atas cara kerja yang dilakukan oleh karyawan. Dorongan atau motivasi yang muncul dari dalam diri manusia penting untuk menentukan arah dan perilaku. Salah satu fungsi nyata terkait dorongan ini adalah bagaimana individu dapat mencapai tujuan atau prestasi sesuai dengan apa yang diinginkan. Saat dorongan dalam diri atau disebut juga dengan motivasi intrinsik ini muncul, individu akan secara bebas terikat dengan ketertarikannya untuk menikmati daripada sekedar untuk mendapat sebuah reward atau kepuasan karena paksaan (Deci & Ryan, 1985 dalam Taylor, dkk., 2014) dan akan mendapati diri mereka sebagai agen penyebab dari perilaku mereka sendiri (DeCharms, 1968 dalam Taylor, dkk., 2014). Terkait dengan konsep Human Agentic Behavior, self-determination



sendiri



didefinisikan sebagai “asal dimana perilaku muncul, dengan aspirasi tinggi, tekun dalam menghadapi tantangan, melihat banyak kemungkinan dan peluang untuk bertindak, belajar dari kegagalan, dan lain sebagainya yang mengantarkan ke well-being (Wehmeyer & Little, 2009 p. 868). Selain itu, Wehmeyer (2005) juga mendefinisikan self-determined behavior sebagai “kemauan, kesengajaan, dan self-caused atau tindakan yang didasarkan oleh diri sendiri” (p. 115) Prestasi terkait akademik merupakan hal yang didambakan oleh orang tua dan guru terhadap anak atau anak didik mereka. Mereka menyadari bahwa motivasi ialah hal yang krusial untuk kesuksesan akademik, yang mana self-determination selama ini dikenal sebagai sumber dari hasil yang memuaskan seperti penyelesaian tugas sekolah, kesuksesan karir, serta kesehatan fisik dan mental (Archambault, Janosz, Morizot, & Pagani, 2009; Guay, Ratelle, & Chanal, 2008 dalam Taylor, dkk., 2014). Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa self-determination memiliki hubungan yang positif dengan pencapaian prestasi akademik dan konsep diri (dalam Zheng, dkk., 2012). Hasil penelitian ini didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Amy, dkk. (2014), bahwa 3 aspek dari self-determination berkorelasi positif dengan pencapaian akademik. Penelitian lainnya menyebutkan juga bahwa self-determination bukan hanya berperan



penting dalam pencapaian prestasi akademik, tetapi juga kemauan untuk maju, salah satunya adalah bekerja. Penelitian yang dilakukan oleh Welters, dkk. (2014) menyebutkan bahwa pencari kerja yang termotivasi akan secara signifikan mencari alternatif pekerjaan daripada mereka yang tidak termotivasi. Dari beberapa penjelasan diatas, penulis akan menjelaskan pula dasar teori dari self-determination dan kaitan dalam suatu kisah pengalaman hidup. Self-determination merupakan rasa percaya bahwa individu dapat mengendalikan dirinya sendiri. Self-determination akan muncul ketika seseorang dipengaruhi oleh suatu motivasi yang tumbuh dari dalam dirinya, atau disebut juga dengan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik sangat berperan dalam menentukan pengendalian diri seseorang, termasuk usaha seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang



dia



inginkan



seperti



halnya



sebuah



prestasi



(need



of



achievement). Self-determination memiliki tiga aspek dasar yang digunakan



untuk



mencapai



sebuah



kepuasan



hidup,



yaitu



competence; relatedness; dan autonomy (Deci & Ryan (1980, 1985, 2000). Di dalam tulisan ini pula akan dijabarkan beberapa hasil dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang mendukung bahwa peran self-determination sangat menentukan perilaku individu dalam pencapaian prestasi. Dari bahasan self-determination ini, penulis akan mengambil salah satu contoh pengalaman yang pernah dialami oleh penulis untuk dikaitkan dan dapat dijelaskan dengan konsep self-determination. Teori Self Determination merupakan salah satu bentuk dari teori motivasi. Secara umum, self determination diartikan sebagai rasa percaya bahwa individu tersebut dapat mengendalikan dirinya sendiri. Self determination muncul ketika seorang individu dipengaruhi oleh motivasi yang muncul dari dalam dirinya atau disebut dengan motivasi



intrinsik daripada motivasi yang muncul dari luar dirinya atau lingkungan (motivasi eksternal). Dijelaskan oleh Deci dan Ryan (1980, 1985, 2000) bahwa self determination terdiri dari 3 aspek dasar yang digunakan oleh manusia untuk mencapai kepuasan hidup, yaitu competence, relatedness, dan aoutonomy. Berikut merupakan pengertian dari masing-masing aspek dasar tersebut (Deci dan Ryan, 2000): 1. Competence adalah kebutuhan untuk memiliki kontrol lingkungan luar kita. Aspek ini sama dengan konsep Bandura tentang human agency yang menjelaskan tentang kapasitas individu untuk mengambil kontrol atau mengendalikan lingkungan dan kualitas kehidupan mereka sendiri. 2. Relatedness adalah kebutuhan untuk merasakan kasih sayang dari orang lain. 3. Autonomy adalah kebutuhan untuk kebebasan akan pengalaman diri. Ketiga aspek dasar ini merupakan penentu kepuasan diri dan pemenuhan kebutuhan psikologi. Seorang individu tidak akan merasakan sebuah kepuasan jika salah satu atau salah dua dari aspek tersebut tidak terpenuhi. Sehingga, dapat diasumsikan bahwa tiga aspek dasar yang telah dipaparkan diatas adalah faktor pendukung dari kepuasan diri. Selain itu, Deci dan Ryan (2000) menjelaskan bahwa ketiga aspek dasar yang telah disebutkan berdasarkan teori self determination merupakan mediator atau perantara pengembangan dari motivasi intrinsik. Competence menjadi sebuah mediator dari pengembangan motivasi intrinsik, karena kita akan menikmati sebuah aktivitas ketika kita merasa pandai atau cakap melakukan aktivitas tersebut. Dari sinilah, teori self determination menjelaskan, dengan kita memberikan suatu feedback positif dapat menambah perasaan kompeten dan menciptakan motivasi intrinsik pada aktivitas tersebut (Vallerand & Reid, 1984 dalam Petri & Govern, 2004). Tetapi, feedback positif saja tidak cukup, feedback positif ini harus diterima secara sungguh-sungguh (Henderlong & Lepper, 2002) dan tidak harus mengesampingkan otonomi dalam diri (Deci & Ryan, 2000). Dari otonomi yang ada dalam diri akan memunculkan dorongan seperti “Kamu adalah pembaca yang hebat” yang diartikan sebagai “Aku adalah pembaca yang hebat”. Dari kedua aspek dasar ini, individu akan merasa berarti dalam melakukan suatu aktivitas. Selain kedua aspek tersebut, memiliki sebuah relatedness



akan mendukung perasaan keberaartian individu dengan orang lain dalam melakukan sebuah aktivitas. Ketiga aspek inilah yang mendukung perasaan puas dalam diri seseorang. Self determination adalah perasaan individu yang berkaitan dengan pilihan dalam mengawali dan mengatur tindakan (Deci et al., 1989). Self determination merefleksikan otonomi dalam mengawali dan melaksanakan perilaku dan proses kerja, misalnya mengenai pembuatan keputusan tentang metode kerja, kecepatan dan usaha yang dilaksanakan (Spreitzer, 1995). Ryan dan Deci (2002) menyatakan bahwa self determination berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan mendasar terhadap autonomy, competence dan relatedness. Self determination mempresentasikan tingkatan dimana seseorang merasakan tanggung jawab yang timbal balik untuk tindakan-tindakan yang berhubungan dengan pekerjaan, pada perasaan memiliki pilihan dalam memulai dan mengatur perilaku (Spreitzer, 1996). Karyawan yang merasa memiliki self determination tinggi dapat memilih metode terbaik untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pekerjaannya. Seseorang yang dapat menikmati dan tulus melakukan pekerjaannya akan lebih puas dibandingkan dengan yang bekerja karena adanya motif lain seperti reward dan insentif. Controlled motivation ternyata cenderung dapat menjadikan komitmen individu terhadap organisasi dapat berkurang, karena adanya pengejaran target dan keinginan untuk mendapatkan insentif untuk kepentingan individu.



http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125579-155.2%20PRA%20d%20-%20Dinamika %20Motivasi-Literatur.pdf http://www.academia.edu/5877211/JURNAL_hubungan_antara_self_determination_den gan_work_engagement