Self Disclosure [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SELF DISCLOSURE (PENGUNGKAPAN DIRI) Makalah



(diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Interpersonal)



Dosen Pengampu: Laily Nur Aisiyah, S.Pd., M.Pd. Drs. Syarifuddin, M.Pd.



Oleh: Kelas A Firdha Arifianti



170210205032



Dinda Muhimmatul Mafrukha



170210205036



Rika Wahyuni



170210205038



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2019



KATA PENGANTAR Assalamualaikum, Wr.Wb. Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya kepada penyusun sehingga dapat menyusun makalah yang berjudul “Self Disclosure”. kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Laily Nur Aisiyah, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Interpersonal. Sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan dukungan dan bantuannya. Makalah ini telah penyusun buat semaksimal mungkin. Jika masih ada kesalahan, penyusun bersedia menerima kritik dan saran yang membangun guna mengembangkan pengetahuan bersama dan penunjang lebih baik lagi untuk makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran baru kepada pembaca khususnya mahasiswa Universitas Jember. Akhir kata penyusun ucapkan terimakasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Wassalamualaikum, Wr.Wb.



Jember, 10 September 2019



Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................... i DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang...................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2 1.3 Tujuan.................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3 2.1 Pengertian Self Disclosure.................................................................................3 2.2 Dimensi Self Disclosure.....................................................................................4 2.3 Fungsi Self Disclosure........................................................................................5 2.4 Faktor-faktor Self Disclosure.............................................................................6 2.5 Tingkatan Self Disclosure.................................................................................8 2.6 Karakteristik Self Disclosure..............................................................................9 2.7 Hubungan Self Disclosure dan Media Sosial...................................................10 2.8 Self Disclosure yang Efektif.............................................................................12 2.9 Dampak Positif dan Negatif Self Disclosure....................................................13 BAB III PENUTUP..............................................................................................16 3.1 Kesimpulan .....................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................17



ii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas menyampaikan informasi, baik berupa perasaan ide, dan gagasan dari satu pihak ke pihak yang lain. Biasanya aktivitas ini dilakukan secara verbal maupu lisan sehingga memudahkan kedua belah pihak saling mengerti. Komunikasi dalam dunia lingkup anak usia dini juga sangat dibutuhkan apalagi antara anak dengan orang tua, karena dengan berkomunikasi bisa menciptakan hubngan yang lebih erat diantara keduanya dan anak menjadi sterbuka kepada orang tua, sehingga nanti besarnya anak tidak selalu menutupi apapun kepada orang tua. Membahas mengenai keterbukaan atau istilahnya yakni self disclosure, dimana self disclosure merupakan suatu bentuk komunikasi dimana kita menyampaikan informasi yang sifatmya itu pribadi untuk diceritakan atau dibagikan kepada orang lain dengan sukarela. Keterbukaan ini sangat penting dikenalkan kepada anak usia dini agar sang anak tidak salah memilih orang untuk dipercaya menerima keterbukaan dirinya. Berikut dalam makalah ini akan dibahas mengenai self disclosure.



1



1.2 Rumusan Masalah 1.2.1



Apa pengertian self disclosure?



1.2.2



Apa dimensi self disclosure?



1.2.3



Apa fungsi self disclosure?



1.2.4



Apa saja faktor-faktor self disclosure?



1.2.5



Bagaimana tingkatan self disclosure?



1.2.6



Bagaimana karakteristik self disclosure?



1.2.7



Bagaimana hubungan self disclosure dan media sosial?



1.2.8



Bagaimana cara self disclosure yang efektif?



1.2.9



Apa saja dampak positif dan negatif self disclosure?



1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1



Untuk mengetahui pengertian self disclosure.



1.3.2



Untuk mengetahui dimensi self disclosure.



1.3.3



Untuk mengetahui fungsi self disclosure.



1.3.4



Untuk mengetahui faktor-faktor self disclosure.



1.3.5



Untuk mengetahui tingkatan self disclosure.



1.3.6



Untuk mengetahui karakteristik self disclosure.



1.3.7



Untuk mengetahui hubungan self disclosure dan media sosial.



1.3.8



Untuk mengetahui self disclosure yang efektif.



1.3.9



Untuk mengetahui dampak positif dan negatif self disclosure.



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Self Disclosure Dalam kamus bahasa inggris self mempunyai arti diri, sedangkan disclosure sendiri mempunyai arti pengungkapan. Jadi dalam arti sempit self disclosure adalah pengungkapan diri. Sedangkan menurut Supratiknya (1995) pengungkapan diri adalah mengungkapkan tanggapan atau reaksi seseorang terhadap kejadian atau situasi yang sedang dia hadapi dan memberikan informasi akan masa lalu yang berguna untuk memahami tanggapan orang tersebut di masa kini. Menurut Gainau (2009) pengungkapan diri merupakan tindakan atau reaksi seseorang saat memberikan informasi pada orang lain yang informasi tersebut mempunyai sifat pribadi, secara sukarela dan juga disengaja dimaksudkan untuk memberi informasi yang akurat tentang dirinya. Menurut Barker dan Gaut (1996) pengungkapan



diri itu merupakan suatu kemampuan



seseorang dalam



menyampaikan informasi kepada orang lain yang berisi pendapat pikiran, keinginan, peasaan maupun perhatian. Menurut Karina dan Suryanto (2012) pengungkapan diri merupakan kemauan individu dalam mengungkapkan informasi yang mempunyai sifat pribadi atau personal tentang dirinya sendiri kepada orang lain secara sukarela tanpa paksaan dalam rangka mendekatkan diri kepada lawan interaksinya. Menurut Papu (2002) pengungkapan diri adalah memberikan informasi tentang dirinya sendiri kepada orang lain. Informasi yang diberikan ini bisa berupa perasaan, emosi, cita-cita, pengalaman hidup, dan sebagainya. Menurut Dayaksini dan Hudaniyah (2006) dia mengungkapkan bahwa self disclosure itu merupakan keterbukaan diri. Dalam Dayaksini dan Hudaniyah (2006) juga mereka menyebutkan bahwa self disclosure merupakan upaya keterbukaan diri dalam proses menghadirkan diri yang terwujud dalam kegiatan membagi informasi maupun perasaan dengan orang lain. Devito (1990) 3



menyebutkan



bahwa pengertian dari self disclodure adalah suatu bentuk



komunikasi dimana kita menyampaikan suatu informasi tentang diri sendiri yang disimpan, oleh karena itu self disclosure melibatkan dua orang atau lebih. Dalam istilah di Indonesia, Self-disclosure disebut sebagai membuka diri atau penyingkapan diri. Penyingkapan diri adalah membeberkan informasi tentang diri sendiri. Banyak hal yang dapat diungkapkan tentang diri melalui ekspresi wajah, sikap tubuh, pakaian, nada suara, dan melalui isyarat-isarat non verbal lainnya yang tidak terhitung jumlahnya meskipun banyak diantara perilaku tersebut tidak disengaja, namun, penyingkapan diri yang sesungguhnya adalah perilaku yang disengaja. Penyingkapan diri tidak hanya merupakan bagian integral dari komunikasi dua orang, penyingkapan diri telah sering muncul dalam konteks hubungan dua orang daripada dalam konteks komunikasi lainnya Jadi bisa disimpulkan bahwa self disclosure adalah suatu bentuk komunikasi kita dalam menyampaikan



informasi



kepada



orang



lain



secara



sukarela,



yang



informasitersebut bersifat pribadi berupa pengalaman, perasaan, emosi, cita-cita dan sebagainya.



2.2 Dimensi Self Disclosure Menurut Devito (1997) bahwa self disclosure terdapat lima dimensi di dalamnya: a. Amount Amount yakni banyaknya dari pengungkapan diri yang bisa diukur dengan cara mengetahui frekuensi siapa individu yang dipercaya menerima informasi tersebut dan berapa lama waktu durasi dari pesan self-disclosing yang diperlukan untuk mengungkapkan pernyataan dari sang pemilik informasi ke orang lain.



4



b. Valence Self Disclosure ValenceSelf –Disclosure adalah hal positif atau negatif dari pengungkapan diri. Individu dapat mengungkapkan hal-hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam dirinya. c. Accuracy atau Honesty Accuracy atau Honesty adalah kebenaran dan kejujuran seseorang saat mengungkapkan informasi tentang dirinya. d. Intention Intention adalah seluas apa seseorang mengungkapkan tentang informasi apa yang ingin dia ungkapkan, seberapa banyak kesadaran individu untuk mengontrol informasi yang akan diungkapkan ke orang lain. e. Intimacy Intimacy atau keakraban adalah seseorang bisa mengungkapkan secara detail yang paling intim dalam hidupnya. Berdasarkan penjelasan



teori



di atas



dapat disimpulkan



bahwa



selfdisclosure menurut DeVito dilihat dari sudut pandang lima dimensi yaitu, dimensi amount, valence, accuracy/honesty, intention, dan intimacy.



2.3 Fungsi Self Disclosure Menurut Darlega dan Grzelak (1988) ada lima fungsi self disclosure yakni: a. Ekspresi (expression). Dalam hidup manusia kadang mengalami kekecewaan, untuk membuang semua kekecewaan itu manusia perlu mengungkapkan ekspresi dengan bercerita pada orang lain untuk membagi perasaannya. b. Penjernih diri (self-clarification) Dengan cara saling berbagi rasa dan menceritakan perasaan dan masalah yang dihadapi ke orang lain, manusia berharap bisa memperoleh pemahaman dan penjelasan akan masalah yang ia hadapi sehingga pikiran menjadi jernih dan bisa melihat persoalannya dengan lebih baik. 5



c. Keabsahan sosial (social-validation) Setelah proses pengungkapkan diri ke orang lain, maka pendengar akan memberikan tanggapan megenai permasalahan tersebut, maka dengan demiian akan diperleh suatu informasi yang bisa bermanfaat, dan kita dapat memperoleh dukungan. d. Kendali sosial (social control) Seseorang bisa mengungkapkan atau menyembunyikan informasi tetang keadaan dirinya yang dimaksudkan bisa mengadakan kontrol sosial, maksudnya orang akan mengatakan sesuatu yang dapat menimbulkan kesan baik tentang dirinya. e. Perkembangan hubungan (relationship development) Dalam menjalani suatu hubungan maka perlu untuk berbagi rasa dan informasi tentang diri kita kepada pasangan. 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Disclosure Faktor yang mempengaruhi self diclosure menurut Joseph A Devito (1977) sebagai berikut: a. Efek diadik. Pembahsan diatas sudah menjelaskan bahwa self disclosure bersifat timbal balik. Maka dari itu, keterbukaan dalam diri kita terhadap lawan komunikasi yang ditanggapi dengan keterbukaan membuat interaksi kita dengan lawan komunikasi bisa berlangsung. Keterbukaan diri kita terhadap lawan komunikasi mendorong lawan komunikasi membuka diri juga terhadap kita. Jadi ini yang dinamakan efek diadik. b. Ukuran khalaak. Diatas juga kita membahas self disclosure merupakan salah satu karakteristik antar pribadi. Oleh sebab itu, self disclosure kemungkinan besar terjadi pada khalayak kecil. Contohnya dalam komunikasi antar pribadi atau komunikasi kelompok kecil. Alasannya karena jika khalayak komunikasi besar maka diri kita akan kesulitan dalam mengotrol dan



6



menerima umpan balik dari lawan komunikasi kita. Jika khalayak komunikasi itu keil maka diri kita akan dapat dengan mudah mengontrol situasi dan dapat melihat umpan baliknya. Jika lawan komunikasi memebrikan respon yang baik terhadap self disclusure maka maka sself disclosure kita dan lawan komunikasi dapat berlangsung. c. Topik bahasan. Biasanya pada awal pembicaraan terhadap lawan komunikasi orang-orang hanya membicarakan hal yang umum saja. Namun setelah makin akrab maka pembicaraan akan semakin mendalam. Tidak mungkin kita membicarakan soal pribadi kita terhadap orang baru kita kenal. Maka dari itu kita lebih memilih topik yang umum saja untuk dibicarakan misalnya soal cuaca hari ini, politik secara umum dan kondisi keuangan negara. d. Valensi. Self disclosure berhubungan dengan sifat positif dan negatif pada umumnya orang cenderung menyukai sifat valensi positif atau self disclosure positif dibandingkan dengan self disclosure negatif. Apalagi lawan komunikasi kita bukan orang yang kita akrabi. Tetapi jika lawan komunikasi kita adalah orang yang sangat akrb dengan kita kemungkinan self dislosure negatif bisa terjadi dalam pembicaraan. e. Jenis kelamin. Pada umunya wanita leb9h terbuka dibandingkan dengan pria. Bisa saja yang diungkapkan oleh wanita merupakan unhkapan streotipikal. Namun, dalam penelitian memang wanita lebih terbuka dibandingkan dengan pria. Meskipun begitu bukan berarti pria tidak melakukan self disclosure. Hanya bedanya wanita mengungapkan dirinya terhadap orang yang mereka cintai sedangkann pria mengungkapkan dirinya terhadaporang yang dia percaya. f. Ras, nasionalitas dan usia. Hal ini juga busa dikatan dengan bentuk stereotip atas Ras, Naisonalitas, dan usia. Tetapi, kenyataannya memang ada ras yang menunjukkan ras tersebut sering melakukan self disclosure dibandingkan dengan ras



7



lainnya. Contohnya saja seperti ras kulit putih Amerika lebih sring melakukan self dislosure dibandingkan dengan orang Negro. Begitu juga dengan usia, self disclosure lebih sering digunakan oleh kelompok usia 1750 tahun dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih muda ataupun yang lebih tua. g. Mitra dalam hubungan Tingkat keakraban merupakan penentu kedalam dalam self disclosure sehingga lawan komunikasi atau mitra dalam hubungan akan menentukan self disclosure. Kita melakukan self disclosure kepada orang terdekat. Dan kita juga akan melihat bagaimana respon mereka terhadap kita. Jika kita pandang mereka adalah orang yang hangat dan penuh perhatian maka kita akan melakukan self disclosure dan jika sebaliknya yang terjadi maka kita akan lebih memilih menutup diri.



2.5 Tingkatan Self Disclosure Tingkatan-tingkatan self disclosure dalam komunikasi menurut John Powell (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2006) sebagai berikut: a. Basa basi. Basa basi adalah tingkat pengungkapan diri yang sifatnya dangkal atau paling lemah. Artinya walaupun terdapat keterbukaan diantara individu, namun tidak terjadi hubungan antar pribadi. Dan masing-masing individu berkomunikasi sekedar untuk memiliki kesopanan. b. Membicarakan orang lain. Jadi yang menjadi pembicaraan dalam komunikasi adalah tentang orang lain atau hal-hal yang diluar pribadinya. Namun pada tingkat ini isi komunikasi lebih mendalam sedangkan pada tahap ini individu tidak mengungkapkan diri.



8



c. Menyatakan gagasan atau pendapat. Disini sudah terjalin hubungan yang sangat erat karena individu mulai terbuka atau mengungkapkan tentang dirinya kepada individu yang lain, tetapi hanya sebatas pendapat mengenai hal-hal tertentu. d. Perasaan. Terkadang setiap individu satu dengan individu yang lainnya memiliki gagasan atau pendapat yang sama namun perasaan atau emosi yang menyertai gagasan atau pendapat setiap individu bisa saja berbeda-beda. Jadi setiap hubungan yang ingin pertemanan antar pribadi yang sungguhsungguh harus berdasarkan hubungan yang jujur, terbuka dan menyatakan perasaan-perasaan yang mendalam. e. Hubungan puncak. Pada tahap ini pengungkapan diri sudah dilakukan secara mendalam, individu yang menjalin hubungan antar pribadi bisa menghayati perasaan yang dialami oleh individu yang lainnya. Semua persahabatan yang mendalam dan sejati sudah seharusnya didasari oleh pengungkapan diri serta kejujuran yang mutlak.



2.6 Karakteristik Self Disclosure Karakteristik self disclosure secara umum menurut Devito (1997) sebagai berikut: a. Self disclosure merupakan tipe komunikasi yang pada umumnya berisi tentang informasi diri yang tersimpan, lalu dikomunikasikan kepada orang lain. b. Self disclosure merupakan informasi diri yang individu berikan merupakan pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui oleh orang lain dengan demikian harus di perbincangkan atau komunikasikan. c. Self disclosure merupakan informasi tentang pribadi yang mencakup tentang perasaan, pikiran dan sikap.



9



d. Self disclosure bisa bersifat informasi secara khusus. Informasi secara khusus itu sendiri merupakan rahasia yang diungkapkan kepada orang lain secara pribadi yang tidak semua orang ketahui. e. Self disclosure ini juga melibatkan sekurang-kurangnya seorang individu lain, oleh karena itu keterbukaan diri merupakan informasi yang harus diterima dan dipahami oleh individu lain. 2.7 Hubungan Self Disclosure dan Media Sosial Keterbukaan diri dapat dilakukan melalui berbagai cara dan dimana saja. Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, keterbukaan diri juga bisa dilakukan diberbagai media, salah satu yang populer saat ini adalah melalui media jejaring sosial. Pengguna sering memanfaatkan media jejaring sosial sebagai tempat dimana mereka mengungkapkan apa yang mereka rasakan dan mereka alami. Ketika mereka mengungkapkan diri di media jejaring sosial, kita bisa melihat sisi lain dari pengguna yang tidak kita temukan saat kita sekedar bertatap muka. Selain itu pengguna akan lebih merasa aman saat membuka siapa dirinya di jejaring sosial. tetapi sebenarnya pengungkapan diri yang dilakukan di media jejaring sosial terkadang juga bisa membahayakan pengguna, contohnya saja 2 kasus yang menimpa Dinda April 2014, seorang remaja yang mengumpat ibu hamil yang meminta tempat duduknya saat di kereta api dan Florence Agustus 2014 lalu yang dilansir merdeka.com , seorang mahasiswa UGM ini mengumpat kota Yogyakarta saat ia sedang mengantri BBM yang tertulis dalam status di akun Path mereka. Mereka hanya berniat mengungkapkan kekesalan yang mereka alami, karena mereka percaya bahwa Path adalah jejaring sosial yang hanya orang terdekatlah yang mengetahuinya. Itulah contoh kecil pengungkapan diri yang membahayakan diri sendiri. Media jejaring sosial adalah wadah satu wadah komunikasi yang sedang populer saat ini. Dewasa ini, media jejaring sosial pun mengembangkan beberapa fitur dan aplikasi sehingga memudahkan penggunanya untuk menggunakannya. Terdapat beberapa jenis media jejaring sosial yang kita jumpai saat ini, seperti



10



media facebook, yang memililki aplikasi untuk membuat profil, mengirimkan informasi, mengunggah foto, menambahkan teman dll. Adapula jejaring sosial yang lebih menawarkan aplikasi hanya untuk mengunggah foto, dan mengedit foto seperti Instagram dan Flickr. Ada juga Youtube yang menwarkan aplikasi untuk mengunggah video dan menikmati video. Pengguna sosial media akan meningkat seiring dengan meningkatnya pengguna internet. Mereka para pengguna akan saling membagi informasi, mengupdate informasi dan menyapa satu sama lain setiap harinya melalui media sosial. Ini alasan mengapa meneliti media sosial sangatlah penting, karena dewasa ini media sosial adalah salah satu wadah untuk berkomunikasi dengan lawan interaksi tanpa harus bertemu, dan juga untuk mengenalkan diri kita pada dunia dengan pengungkapan diri. Meskipun terdapat beberapa jenis berbeda dalam media sosial, tetapi tujuannya sama yaitu menyampaikan informasi dan berkomunikasi dengan lainnya. Terdapat berbagai kelebihan yang dimiliki media sosial dibandingkan dengan media konvensional. Self disclosure melalui media sosial hanya memerlukan (1) cepat, ringkas, padat dan sederhana. Apabila kita lihat, setiap produksi media konvensional membutuhkan suatu keterampilan khusus, standar yang baku dan kemampuan marketing yang unggul. Sebaliknya media sosial sangatlah mudah digunakan (user friendly). Bahkan, para penggunanya tanpa basis pengetahuan Teknologi Informasi (TI) pun dapat menggunakannya yang diperlukan hanya komputer, tablet, smartphone, ditambah koneksi internet. (2) Menciptakan hubungan lebih intens. Media konvensional hanya melakukan komunikasi satu arah. Untuk mengatasi keterbatasan itu, media konvensional mencoba membangun hubungan dengan model interaksi atau koneksi secara live melalui telepon, sms. Sebaliknya, media sosial memberikan kesempatan yang luas kepada user untuk berinteraksi dengan mitra, pelanggan, dan relasi, serta membangun hubungan timbal balik secara langsung dengan mereka. (3) Jangkauan luas dan global. Media-media konvensional memiliki daya jangkau secara global, tetapi untuk menopang itu perlu biaya besar dan membutuhkan waktu lebih lama.



11



Melalui media sosial, siapa pun bisa mengkomunikasikan informasi secara cepat tanpa hambatan geografis. Pengguna media sosial juga diberi peluang yang besar untuk mendesain konten sesuai dengan target dan keinginan ke lebih banyak pengguna. (4) Kendali dan terukur. Dengan sistem tracking yang tersedia pada media sosial, pengguna bisa mengendalikan/mengukur efektivitas informasi yang diberikan melalui respons balik serta reaksi yang muncul. Sedangkan pada mediamedia konvensional, masih membutuhkan waktu yang lama. 2.8 Self Disclosure yang Efektif a. Menggunakan motivasi yang tepat dan sesuai. Hal yang penting dalam komunikasi adalah motivasi. Diusahakan dalam memulai self disclosure brlandaskan dengan motivasi yang tepat dan benar yang bertujuan untuk memperkuat hubungan dengan lawan komunikasi kita. b. Pertimbangkan konteks pembicaraan. Sebelum melakukan self disclosure kita harus dapat melihat situasi yang ada. Apakah waktu ini tepat untuk memulai komunikasi atau tidak, topik yang kita bicarakan sudah sesuai dengan lawan komunikasi kita. Self disclusure yang kita mulai dengan lawan komunikasi kita setidaknya tidak menyakiti perasaannya, kita harus mempertimbangkan pembicaraan kita terhadap lawan komunikasi kita. c. Memberi kesempatan lawan komunikasi untuk merespon. Self dislosure merupakan hal yang baik dalam mengobrol. Akan tetapi, kita juga harus memberi kesempatan terhadap lawan komunikasi kita untuk merespon atau feedback terhadap topik yang kita bicarakan. Jangan sampai kita tidak memberi kesempatan lawan komunikasi kita untuk merespon. Beri lawan komunikasi kita self disclosure untuk merespon kita. Jika hal ini terjadi maka akan terbentuk suatu komunikasi interpersonal yang baik dan juga akan membentuk relasi yang kuat antara kita dengan lawan komunikasi kita.



12



d. Mempertimbangkan resiko yang akan muncul. Hal yang penting dalam memulai self disclosure adalah tidak dengan membicarakan hal yang membuat lawan komunikasi beresiko ataupun dengan diri kita sendiri. Topik yang dibicarakan tidak menjadi boomerang bagi diri kita sendiri atau lawan komunikasi.



2.9 Dampak Positif dan Negatif Self Disclosure Dampak positif dan negatif self disclosure sebagai bentuk komunikasi yang penting dalam perkembangan suatu hubungan memiliki banyak keuntungan. Beberapa keuntungan atau dampak positif yang diperoleh dengan melakukan self disclosure. a. Self knowledge Seseorang mungkin tidak dapat sepenuhnya mengetahui dan memahami bagaimana dirinya jika tidak melakukan self disclosure dengan. Melalui self disclosure seseorang memperoleh sebuah perspektif baru mengenai dirinya sendiri, pemahaman yang lebih mendalam mengenai perilakunya. b. Meningkatkan kemampuan coping self disclosure dapat meningkatkan kemampuan dalam menghadapi masalah terutama perasaan bersalah. Ketika melakukan self-disclosure individu akan merasa lebih mendapatkan kekuatan dibandingkan penolakan. Mereka yang telah melakukan selfdisclosure merasa lebih dapat menerima diri mereka, dan dapat mengembangkan respon-respon positif bagi diri mereka sendiri. c. Communication enhancement self disclosure juga membantu dalam meningkatkan kualitas berkomunikasi. Mereka yang telah mengenal seseorang dengan baik akan lebih mengerti pesan yang disampaikan oleh orang tersebut. Hal ini memungkinkan untuk



13



dapat lebih mengerti dan mengetahui kapan seseorang itu serius atau hanya bercanda, kapan orang dapat menjadi sarkastik dan sebagainya. d. Meaningful of relationship self disclosure penting jika dua orang sedang membina suatu hubungan yang bemakna (meaningful relationships). Jika dalam suatu hubungan selfdisclosure dilakukan, maka bisa dilihat sikap saling mempercayai, menghargai, dan memperdulikan satu dengan yang lain. Hal ini dapat memunculkan suatu hubungan yang bermakna, yaitu suatu hubungan jujur dan terbuka. Selain memiliki keuntungan, self-disclosure juga memiliki kemungkinan menimbulkan dampak negatif. Beberapa dampak negatif dari self-disclosure adalah: a. Personal risk. Seseorang tidak akan melakukan self-disclosure pada sembarang orang. Secara umum self-disclosure hanya akan dilakukan pada orang yang dirasa akan mendukung dirinya. Namun hal ini tidak dapat dipastikan. Orang yang dianggap pasti akan mendukung, bisa saja menolak dan menjauh setelah selfdisclosure dilakukan. b. Relationship risk. Walaupun individu sudah memiliki hubungan yang dekat, tidak jarang ketika melakukan self disclosure mengenai hal-hal baru, maka dapat menimbulkan resiko pada hubungan. Orang tua yang umumnya selalu mendukung anaknya memiliki kemungkinan melakukan penolakan ketika mengetahui anaknya adalah homoseksual, atau menikah dengan orang yang berbeda agama. Sahabat atau pacar bisa saja memberikan reaksi yang sama, ketika mengetahui bahwa teman atau pasangannya mengidap penyakit yang mematikan.



14



c. Professional risk. Self-disclosure yang berisi informasi negatif umumnya akan menimbulkan dampak negatif juga. Tidak jarang self-disclosure menyebabkan seseorang akan kehilangan materi dengan berbagai cara. Orang yang diketahui homoseksual akan dikeluarkan dari pekerjaannya. Karyawan yang mengaku menggunakan narkotika atau mencuri sesuatu akan mendapatkan pemecatan dan tindakan kriminal sebagai hasilnya.



15



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Devito (1990) menyebutkan bahwa pengertian dari self disclodure adalah suatu bentuk komunikasi dimana kita menyampaikan suatu informasi tentang diri sendiri yang disimpan, oleh karena itu self disclosure melibatkan dua orang atau lebih. Jadi bisa disimpulkan bahwa self disclosure adalah suatu bentuk komunikasi kita dalam menyampaikan informasi kepada orang lain secara sukarela, yang informasitersebut bersifat pribadi berupa pengalaman, perasaan, emosi, cita-cita dan sebagainya. Self disclosure terdapat lima dimensi di dalamnya: amount, valence selfdisclosure, accuracy atau honesty, intention, intimacy. Fungsi self disclosure yaitu terdiri dari: ekspresi (expression), penjernih diri (self-clarification), keabsahan



sosial



(social-validation),



kendali



sosial



(social



control),



perkembangan hubungan (relationship development). Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi self disclosure efek diadik, ukuran khalaak, topik bahasan, valensi, jenis kelamin, ras, nasionalitas dan usia, mitra dalam hubungan. Sedangkan pada tingkatan self disclosure terdiri dari: basa basi, membicarakan orang lain, menyatakan gagasan atau pendapat, perasaan, hubungan puncak. Keterbukaan diri dapat dilakukan melalui berbagai cara dan dimana saja. Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, keterbukaan diri juga bisa dilakukan diberbagai media, salah satu yang populer saat ini adalah melalui media jejaring sosial. Meskipun terdapat beberapa jenis berbeda dalam media sosial, tetapi tujuannya sama yaitu menyampaikan informasi dan berkomunikasi dengan lainnya.



16



DAFTAR PUSTAKA Barker, L.L. dan Gaut, D.A. 1996. Communication. Massachussets: Allyn and Bacon. Dayakisni, T dan Hudaniah. 2006. Psikologi Sosial. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.  Devito, J. A. 1990. KOMUNIKASI ANTAR MANUSIA: KULIAH DASAR, EDISI KE LIMA. Jakarta: Proffesional Books. Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional Books. Gainau, M.B. 2009. Keterbukaan diri (self disclosure) siswa dalam perspektif budaya dan implikasinya bagi konseling. Jurnal ilmiah widya warta, Vol.33, No.1. Karina S.M., dan Suryanto. 2012. Pengaruh Keterbukaan Diri Terhadap Penerimaan Sosial pada Anggota Komunitas Backpacker Indonesia Regional Surabaya dengan Kepercayaan Terhadap Dunia Maya Sebagai Intervening Variabel. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, Vol.1, No.02. Papu, Johanes. 2002. Pengungkapan Diri. Jakarta: Team e-psikologi. Supratiknya. 1995. Tinjauan Psikologi Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.



17