Seminar Kasus Kel. 5 Ip [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Ny. S DENGAN LEUKIMIA GRANULOSITIK AKUT  (LGK) DI RUANG INTERNE WANITA (IW) RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2021



DISUSUN OLEH :KELOMPOK V 1. 2. 3. 4. 5.



Cindy Novrita Malkam, S. Kep Elsa Shintia Paramita, S. Kep Indah Mayang Sari, S. Kep Riva Akva Wahyuni, S. Kep Yandranil Satrika, S. Kep



6. Nadya Yovia Arianti, S. Kep 7. Dicky Seprian, S. Kep 8. Rahma Tiana Putri, S. Kep 9. Sindy Lidya, S.Kep



Pembimbing akademik 1.



Ns. Revi NeiniIkbal,M.Kep



(........................................)



2.



Ns. HidayatulRahmi, M.Kep



(........................................)



3.



Ns. Wilady Rasyid, M.Kep, Sp.Kep. MB



(........................................)



Pembimbing Klinik 1. Ns. Farida Kurniati, S. Kep



(.......................................)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG TAHUN AJARAN 2021



i



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallah wa Ta’ala atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga kelompok dapat menyelesaikan Seminar Kasus Keperawatan Medikal Bedah dalam rangka memenuhi tugas Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang degan judul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn. D Dengan Leukimia Granulositik Akut  (Lgk)Di Ruangan Interne Pria (IP) RSUP Dr. M. Djamil Padang2021”. Pada kesempatan ini, kelompok hendak menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga Seminar Kasus ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada : 1.



Ibu Ns. Revi Neini Ikbal, M.Kep selaku Preceptor Akademik dandosen keperawatan medikal bedah STIKes AlifahPadang.



2.



Bapak Ns. Willady Rasyid ,M. Kep ,Sp. Kep. MB selaku Preceptor Akademik dan dosen keperawatan medikal bedah STIKes Alifah Padang.



3.



Ibu Ns. Widia Wati, M.Kep, Sp.Kep. MB selaku Preceptor Klinik RSUP Dr M JamilPadang.



4.



Kakak-kakak perawat Ruangan Interne Pria (IP) RSUP Dr. M Djamil Padang.



5.



Teman-teman satu bimbingan yang telah berjuang bersama-sama dalam menyelesaikan laporanini. Kelompok menyadari bahwa Laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh



karena itu, kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan ini. Padang, Desember 2021 Kelompok ii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i KATA PENGANTAR............................................................................................ ii DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii BAB I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1.2 Tujuan ............................................................................................. 1.3 Manfaat ........................................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Fisiologi............................................................................. 2.2 Definisi............................................................................................. 2.3 Etiologi ............................................................................................ 2.4 Patofisiologi..................................................................................... 2.5 WOC................................................................................................ 2.6 Manifestasi....................................................................................... 2.7 Pemeriksaan Penunjang.................................................................... 2.8 Penatalaksanaan............................................................................... 2.9 Askep Teoritis.................................................................................. BAB III LAPORAN KASUS 3.1 Pengkajian......................................................................................... 3.2 Diagnosa............................................................................................ 3.3 Intervensi........................................................................................... 3.4 Implementasi..................................................................................... 3.5 Evaluasi ............................................................................................ BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian........................................................................................ 4.2 Diagnosa........................................................................................... 4.3 Implementasi.................................................................................... 4.4 Evaluasi............................................................................................ BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan........................................................................................ 5.2 Saran.................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA



iii



1 2 3 5 8 9 11 12 12 13 14 15 29 39 40 42 42 45 46 47 47 49 49



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia merupakan kanker yang berasal dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang. Penyakit ini dijumpai pada anak dan dewasa, yang dapat terjadi jika terdapat perubahan dalam proses pengaturan sel normal sehingga mengakibatkan proliferasi sel-sel punca hematopoietik dalam sumsum tulang. Ada 4 subtipe leukemia yang ditemukan yaitu leukemia limfositik akut, leukemia granulositik kronik leukemia limfositik kronik, dan leukemia mieloid kronik (Supandiman , 2018). Leukimia granulositik kronik (LGK) (chronic granulocytic leukemia) dikenal juga dengan nama leukemia myeloid kronik (chronic myeloid leukemia) merupakan suatu jenis kanker dari leukosit((Supandiman , 2018). Menurut World Health Organization (2018), prevelensi angka kejadian leukemia untuk semua umur di dunia ditemukan sebanyak 3,7 per 100.000 penduduk pertahun, pada tahun berikutnya angka kejadian leukemia meningkat menjadi 4 per 100.000 penduduk per tahun. Berdasarkan jumlah kasus dan kematian pada tahun 2014 – 2016, diperkirakan pada tahun 2017 akan ada peningkatan sekitar 20.830 kasus baru leukemia di seluruh dunia. Menurut Departemen Kesehatan Indonesia (2018), prevelensi angka kejadian leukemia di Indonesia, dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Didapatkan pada tahun 2018, tercatat ada 144 kasus, sedangkan tahun 2019 menjadi 206 kasus baru. Jumlah tersebut merangkak naik di tahun berikutnya. Tahun 2018, angka kejadian kanker leukemia di Indonesia menjadi 252 kasus baru. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat (2018), prevelensi di Provinsi Sumbar didapatkan bahwa, penyakit leukemia di sepanjang tahun 14 2017 meningkat 70% sebelum adanya BPJS. Leukimia granulositik kronik (LGK) adalah bentuk leukemia yang ditandai dengan peningkatan dan pertumbuhan yang tak terkendali dari sel myeloid pada sum-sum tulang, dan akumulasi dari sel-sel ini di sirkulasi darah. LGK merupakan gangguan stem sel sum-sum tulang klonal, dimana ditemukan proliferasi dari granulosit matang (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan



1



prekursornya. Keadaan ini merupakan jenis penyakit myeloproliferatif dengan translokasi kromosom yang disebut dengan kromosom Philadelphia(Supandiman , 2018). Leukemia granulositik kronik (LGK) disebabkan oleh produksi sel granulositik yang bersifat kanker, biasanya dimulai di nodus limfe atau jaringan limfositik lain dan menyebar ke daerah tubuh lainnya. Leukemia mielogenosa dimulai dengan produksi sel mielogenosa muda yang bersifat kanker di sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh, sehingga leukosit diproduksi di banyak organ ekstramedular, terutama di nodus limfe, limpa, dan hati (Supandiman , 2018). Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu secara non farmakologi mendemonstrasikan batuk efektif, memberikan O2, selalu memonitor tandatanda vital, mencukupi pemenuhan nutrisi, meningkatkan BB, dan pantau selalu intake dan out put. Namun secara farmakologinya dapat dilakukan transfusi darah, sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi, imunoterapi merupakan cara pengobatan yang barudantransplantasi sumsum tulang(Rofinda, 2012). Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat dan membahas Laporan Kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada NY. S Dengan Leukemia granulositik kronik (LGK)”. Berdasarkan survei yang menderita LGK di ruangan interne wanita di RSUP Dr. M.Djamil padang sebanyak 2 orang. 1.2 Tujuan a. TujuanUmum Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn.D Dengan Leukemia granulositik kronik (LGK) Di Ruangan Interne Pria (IP) RSUP Dr. M. Djamil Padang 2021 b. TujuanKhusus 1) Mampu melakukan pengkajian Pada Tn.D Dengan Leukemia granulositik kronik (LGK) Di Ruangan Interne Pria (IP) RSUP Dr. M. Djamil Padang 2021



2



2) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Pada Tn.D Dengan Leukemia granulositik kronik (LGK) Di Ruangan Interne Pria (IP) RSUP Dr. M. Djamil Padang 2021 3) Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat pada Pada Tn.D Dengan Leukemia granulositik kronik (LGK) Di Ruangan Interne Pria (IP) RSUP Dr. M. Djamil Padang 2021 4) Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan pada Pada Tn.D Dengan Leukemia granulositik kronik (LGK) Di Ruangan Interne Pria (IP) RSUP Dr. M. Djamil Padang 2021 5) Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada Pada Tn.D Dengan Leukemia granulositik kronik (LGK) Di Ruangan Interne Pria (IP) RSUP Dr. M. Djamil Padang 2021 1.3 Manfaat 1. Bagi RumahSakit Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan dengan seoptimal mungkin, mampu menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien, khususnya pada pasien dengan Leukemia granulositik kronik (LGK). 2. BagiPerawat Perawat mampu memberikan dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien khususnya pada pasien dengan Leukemia granulositik kronik (LGK). Serta mampu melakukan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). 3. Bagi InstitusiPendidikan Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang, Seminar Kasus ini dapat memperkaya bahan pustaka kampus dan dapat dijadikan acuan atau bahan penyusunan bagi mahasiswa yang melakukan atau menyusun laporan kasus tentang asuhan keperawatan pada pasien Leukemia granulositik kronik (LGK). 4. Bagi Pasien dan Keluarga: a. Bagi pasien diharapkan dapat melakukan pengobatan secara rutin,



3



dan diharapkan dapat mengontrol asupan makanan yangdikonsumsi. b. Bagi keluarga pasien diharapkan dapat memberi motivasi, mampu mengontrol asupan makanan yang dikonsumsi pasien ketika pulang kerumah. 5. Bagi Mahasiswa khususnya Program Studi Profesi Ners: a. Dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu, pengetahuan dan wawasan yang luas dalam kepedulian penanggulangan Leukemia granulositik kronik (LGK). b. Dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian lebih lanjut tentang studi kasus yang berhubungan dengan penyakit Leukemia granulositik kronik (LGK) maupun penyakit-penyakit yang lain yang lebih mendalam.



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Leukemia granulositik kronik (LGK) Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Darah didalam tubuh berfungsi sebagai pengangkut oksigen keseluruh tubuh. Didalam darah terdapat juga nutrisi, darah juga berfungsi mengangkut sel-sel sisa metabolisme, dan mengandung



berbagai



bahan



penyusun



system



imun



yang



bertujuan



mepertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Darah merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia, 70% tubuh manusia terdiri atas darah, darah memiliki banyak fungsi didalam tubuh manusia, pada dasarnya bermanfaat untuk mengedarkan oksigen, mengatur suhu tubuh, mengedarkan sari makanan dalam tubuh, dan mengedarkan hormone(Supandiman, 2018).



Gambar 1. Anatomi sistem hematologi Sumber : Fianda (2017)



a. Fungsidarahterdiriatas:



5



1) Sebagai alat pengangkut 2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan membunuh tubuh dengan perantaraan leukosit, anti bodi / zat-zat anti racun 3) Menyebarkan panas ke seluruh tubuh b. Ada beberapa tempat pembuatan darah yaitu: 1) Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemapoesis adalah tulang vertebrae, stenum (tulang dada ), dan costa (tulang gigi). 2) Hepar Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh manusia. Tugas utama hati yaitu untuk menghasilkan energy, mengerap karbohidrat, menstabilkan gula darah, dan menetralisir racun didalam tubuh. 3) Limpa Limpa adalah organ yang berkapsul dengan berat 100- 150gr yang terletak dibagian kiri atas abdomen dan berbentu setegah bulan berwarna merah. Limpa berfungsi sebagai organ limdoid dan memfagositosis material tertentu dalam sirkulasi darah merah yang rusak. Di dalam tubuh terjadi 1/3 darah pada orang dewasa yang sehat dari berat badan atau setara 4-5 liter darah. Dalam tubuh manusia jumlah darah tidak sama tergantung pada usia, pekerjaan dan keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri atas beberapa bagian yaitu: a) Plasma darah Plasma darah adalah bagian darah 55% dari darah yang berupa cairan kekuningan dan membentuk medium cairan yang disebut plasma darah. Plasma darah merupakan media sirkulasi element darah (eritrosit, leukosit, trombosit ), sebagian pengangkut zat organik dan organic dari suatu organ atau jaringan ke organ atau jaringan lain (Supandiman , 2018).



b) Eritrosit



6



Eritrosit atau sel darah merah merupakan sel yang telah berdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen. Eritrosit terbentuk seperti cakram bikonkaf dan bila dilihat pada bidang datar berbentuk bundar. Sel-sel darah merah bersifat elastis dan mempunyai ukuran sekitar 8.6µm. Kemampuan berubah bentuk, jumlah eritrosit pada laki-laki terdapat 5-5, 5 juta permililiter kubik. Eritrosit berwarna kuning kemerah- merahan karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin (Fianda, 2017). c) Trombosit Trombosit merupakan benda-benda kecil yang berbentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat da nada yang lonjong warnanya



putih



dengan



jumlah



normal



150.000-450.000/mm3.



Trombosit memegang peranan penting dalam pembekuan darah. d) Leukosit (sel darah putih) Leukosit adalah sel darah yang bentuknya dapat berubah-rubah dan mempunyai macam-macam inti sel sehingga dapat dibedakan berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna kuning (tidak berwarna). Jumlah leukosit kira- kira 4000-11000/mm3. Leukosit berfungsi untuk membunuh dan memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh serta mengangkut zat lemak dari dinding usus melalui limpa dan pembuluh darah (Suryani, 2014). Golongan utama leukosit terdiri atas leukosit agranular yaitu leukosit yang mempunyai sitoplasma yang tampak homogen dan intinya berbentuk bulat. Ada 2 jenis leukosit agranula yaitu: 1) Limfosit adalah leukosit mononuclear lain dalam darah yang memiliki inti bulat dan oval yang dikelilingi oleh pinggiran sitoplasma sempit berwarna biru yang mengandung sedikit granula. 2) Monosit lebih besar dari pada neutrophil dan dan memiliki inti monomorfik yang relative sederhana. Golongan leukosit granular leukosit mengandung granula spesifik dalam sitoplasma yang mempunyai inti yang memperlihatkan banyak fariasi dalam bentuknya. Ada 3 jenis leukosit granular yaitu:



7



a) Neutrofil merupakan system pertahanan tubuh primer melawan infeksi bakteri, metode pertahanan adalah proses fagositosis. b) Eusinofil mempunyai fungsi fagositosis yang lemah dan lebih berfungsi pada reaksi antigen, antibody, dan meningkat pada serangan asma. c) Basofil membawa heparin, factor-faktor pengaktifan histamine dan trombosit dalam granula-granulanya untuk menimbulkan peradangan pada jaringan (Supandiman, 2018). 2.2 Definisi Leukimia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang, ditandai dengan proliferasi sel-sel darah putih serta gangguan pengaturan leukosit dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Setiap inti sel memiliki kromosom yang menentukan ciri fisik, misalnya kulit coklat, rambut lurus, mata putih, sedangkan gen merupakan bagian terkecil dari kromosom yang memiliki fungsi dan jumlahnya berjuta-juta. Bentuk akut dari leukikimia yang diklarifikasikan menurut sel yang lebih banyak dalam sumsum tulang yaitu berupa lymphoblastis. Pada keadaan leukemia terjadi proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian (Supandiman, 2018). Leukemia granulositik kronik atau Chronic Myelogenous Leukemia (CML)



merupakan



kelainan



myeloproliferative



yang



ditandai



denganpeningkatan proliferasi dari seri sel granulosit tanpa disertai gangguan diferensiasi, sehingga pada apusan darah tepi dapat ditemukan berbagai tingkatan diferensiasi seri granulosit, mulai dari promielosit (bahkan mieloblas), meta mielosit, mielosit, sampai granulosit (Rofinda, 2012). 2.3 Etiologi Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu : 1. Genetik (Keturunan) a. Adanya Penyimpangan Kromosom



8



Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis. Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy. b. Saudara kandung Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi 2. Faktor Lingkungan Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya ALL 3. Virus Dalam banyak percobaantelah didapatkan faktabahwaRNA virus menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata. Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T 4. Bahan Kimia dan Obat-obatan a. Bahan Kimia Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen) dihubungkan dengan peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain : produk –



9



produk minyak, cat, ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik b. Obat-obatan Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML 5. Radiasi Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan pada pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis. 6. Leukemia Sekunder Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain disebut Secondary Acute Leukemia (SAL) atau treatment related leukemia. Termasuk diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan termasuk golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA. 2.4 Patofisiologi Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal dan terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertama- tama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga mengakibatkan hematomegali dan splenomegali. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer serta mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, eritrosit, dan trobosit.



10



Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur. Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel hematopoetik lainnya dan mengarah kepembelahan sel yang cepat dan sitopenia atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun. Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie dan ekimosis atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan hidung, hematoma dalam membrane mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan lunak yang disebabkan oleh infark tulang, (Suryani, 2013).



WOC



11



Faktor endogenfaktorekstrogen -



Ras - Sinar x, Radiaktif



-



Kelainankromosom-Bahayakimia, Hormon



-



Herediter



- ifeksi



Sel darah menggumpal di sum sum tulang Invasikesumsumtulang leukimialimfablasitikakut proliferasiseldarahputihimatur



imunosupresi pada



pansitopeni



kemotrapi



sumsumtulang mual,muntah



MK: Nyeri Kronis



Eritropeni HB menurun



lekopeni



trombositomi



MK: Resiko Infeksi



perdarahan



MK: Kekurangan Volume Cairan



Suplai O2 dalamdarah Menurun



MK: Nutri kurang dari kebutuhan tubuh



perfusijaringan O2 menurun MK: Perfusi perifer tidak efektif Sumber:Rafinda,2012



12



2.5 Manifestasi Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia, perdarahan,



kelemahan,



nyeri



tulang



atau



sendi



dengan



atau



tanpa



pembengkakan. Purpura merupakan hal yang umum serta hepar dan lien membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dapat ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal mengandung protein yang meningkatkan dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga terdapat beberapa hubungan antara leukemia dan sindrom down (mongolisme) : 1) Pucat. 2) Malaise. 3) Keletihan (letargi). 4) Perdarahan gusi. 5) Mudah memar. 6) Petekia dan ekimosis. 7) Nyeri abdomen yang tidak jelas. 8) Berat badan turun. 9) Iritabilitas. 10) Muntah.



13



11) Sakit kepala (pusing). 2.6 Pemeriksaan Penunjang 1. Hitung darah lengkap : a) Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/ 100 ml. b) Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (kurang dari 50.000/ mm). c) Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan peningkatan sel darah putih imatur (mungkin menyimpang kekiri). Mungkin ada sel blast leukemia. 2. Pemeriksaan sel darah tepi : Biasanya menunjukkan anemia dan trobositopenia, tetapi juga dapat menunjukkan leucopenia, leukositosis tergantung pada jumlah sel yang beredar. 3. Asam urat serum/ urine : mungkin meningkat. 4. Biopsi sumsum tulang : Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari 50% atau lebih dari sel darah putih pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari sel blast, dengan prekusor eritrosit, sel matur, dan megakariositis menurun. 5. Biopsi nodus limfa : Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limfa akan terdesak seperti limfosit normal dan granulosit. (Nanda. 2016) 2.7 Penatalaksanaan 1. Keperawatan a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips). b. Memberikan O2 kepada pasien agar pasien menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal). c. Selalu memonitor tanda-tanda vital tetap dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan). d. Mencukupi pemenuhan nutrisi Klien agar terpenuhi, berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet pasien.



14



e. Meningkatkan BB Klien agar kembali ke BB sewaktu sehat. f. Usahakan tidak terjadi mual dan muntah pada pasien. g. Membuat nafsu makan klien kembali meningkat. h. Pantau selalu intake dan out put pasien. i. Melakukan tindakkan Defisit Perawatan Diri kepada pasien, agar pasien merasa nyaman. 2. Medis a) Transfusi darah Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse trombosit. b) Kortikostiroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya. Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan gejala klinik membaik ), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan. c) Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi vinkristine, asparaginase, prednisone untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan



kombinasi



mercaptopurine,



metotrexate,



vincristine,



dan



prednisone untuk pemeliharaan. Radias untuk daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu mencegah kekambuhan pada system saraf pusat. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang bebas hama). d) Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-106), imuno terapi diberikan. Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Crynae bacterium dan dimaksutkan agar terbentuk antibody yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi. e) Transplantasi sumsum tulang. 2.8 Askep Teoritis Keperawatan



adalah



suatu



bentuk



pelayanan



profesional



yang



merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan



15



kiat keperawatan yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial, spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit dan mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan merupakan bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemajuan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari secara mandiri, (UNIMUS, Nurilawati, 2016). Di dalam memberikan asuhan keperawatan menurut (UNIMUS, Nurilawati, 2016) terdiri dari beberapa tahap atau langkah-langkah proses keperawatan yaitu : A. Pengkajian Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda pertama yang menunjukkan adanya penyakit neoplastik. Keluhan yang samar seperti perasaan letih, nyeri pada ekstermitas, berkeringat dimalam hari, penurunan selera makan, sakit kepala, dan perasaan tidak enak badan dapat menjadi petunjuk pertama leukimia, (Wong‟s pediatric nursing 2009). Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi (leukemia) meliputi : 1. Biodata a. Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pendidikan. b. Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, danalamat. 2. Riwayat kesehatansekarang a. Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sumtulang. b. Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan. 3. Riwayat kesehatansebelumnya a. Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat. b. Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami. 4. Pemeriksaan Fisik a. KeadaanUmum Meliputi : Baik, jelek, sedang. b. Tanda-tandavital



16



TD



: TekananDarah



N



:Nadi



P



:Pernapasan



S



: Suhu



c. Sistem pernafasan Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola napas, bunyi tambahan ronchi dan wheezing d. Sistem cardiovaskular Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi jantung, tekanan darah dan capylary reffiling time. e. Sitem Pencernaan Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak, palpasi abdomen apakah mengalami distensi dan auskultasi peristaltik usus adakah meningkat atau tidak. f. Sistem Muskuloskeletal Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah. g. SistemIntegumen Rambut : Warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak. Kulit



: Warna, temperatur, turgor dan kelembaban. Kuku :



Warna,



permukaan kuku, dankebersihannya. h. Sistem endokrin Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine. i. SitemPengindraan Mata



: Lapang pandang dan visus.



Hidung : Kemampuanpenciuman. Telinga : Keadaan telinga dan kemampuan pendengaran. j. Sistem reproduksi Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi. k. SistemNeurologis 1) Fungsicerebral 2) Status mental : orientasi, daya ingat danbahasa. 3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan



17



Gaslow Coma Scale(GCS). 4) Kemampuanberbicara. 5) Fungsi Karnial: a) Nervus I (Olfaktorius): Suruh Klien menutup mata dan menutup salah satu lubang hidung,



mengidentifikasi



dengan



benar



bau



yangberbeda



(misalnya jeruk dan kapas alkohol). b) Nervus II (Optikus): Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus optikus, penglihatan perifer. c) Nervus III (Okulomotorius) : Kelopak mata terhadap posisi jika terbuka, suruh anak mengikuti cahaya. d) Nervus IV (Troklearis) : Suruh Klien menggerakkan mata kearah bawah dan kearah dalam. e) Nervus V (trigemenus) : Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika Klien merapatkan giginya dengan kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakah anak dapat merasakan sentuhan diatas pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi disentuh), dekati dari samping, sentuh bagian mata yang berwarna dengan lembut dengan sepotong kapas untuk menguji refleks berkedip dan refleks kornea. f) Nervus VI (Abdusen) : Kaji kemampuan Klien untuk menggerakkan mata secara lateral. g) Nervus VIII (Fasialis) : Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasiLarutan manis (gula), Asam (jus lemon), atau hambar (kuinin) pada lidah anterior. Kaji fungsi motorik dengan meminta anak yang lebih besar



untuk



tersenyum,



menggembungkan



pipi,



atau



memperlihatkan gigi, (amati bayi ketika senyum dan menangis). h) Nervus VIII (akustikus) : Uji pendengaran Klien.



18



i) Nervus IX (glosofharingeus) : Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasi rasa larutan pada lidah posterior. j) Nervus X (vagus) : Kaji Klien terhadap suara parau dan kemampuan menelan, sentuhkan spatel lidah ke posterior faring untuk menentukan apakah refleks muntah ada (saraf cranial IX dan X mempengaruhi respon ini), jangan menstimulasi refleks muntah jika terdapat kecurigaan epiglotitis, periksa apakah ovula pada posisi tengah. k) Nervus XI (aksesorius) : Suruh Klien memutar kepala kesamping dengan melawan tahanan, minta anak untuk mengangkat bahu ketika bahunya ditekan kebawah. l) Nervus XII (hipoglosus) : Minta Klien untuk mengeluarkan lidahnya. periksa lidah terhadap deviasi garis tengah, (amati lidah bayi terhadap deviasi lateral ketika anak menangis dan tertawa).dengarkan kemampuan anak untuk mengucapkan “r”. letakkan spatel lidah di sisi lidah anak dan minta anak untuk menjauhkannya, kaji kekuatannya. 6) Fungsi motorik: Massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot. 7) Funsi sensorik: Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran. 8) Funsi cerebrum: Kemampuan koordinasi dan keseimbangan. 5. Pemeriksaan Diagnostik 1) Hitung darah lengkap: a) Menunjukkan normostik, anemia normostik. b) Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/ 100 ml. Retikulosit:



Jumlah



biasanyarendah. c) Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah ( 3 detik, Klaudikasi, Warna tidak kembali ketungkai saat tungkai diturunkan, Kelambatan penyembuhan luka perifer, Penurunan nadi, Edema, Nyeri ekstremitas, Bruit femoral, Pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit, Pemendekan jarak bebas nyeri yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit, Perestesia,Warnakulitpucatsaatelevas



Menurut



analisapenulis,



datayang



didapatkan dari pasien kelolaan sesuai dengan tanda gejala diatas, klien mengalami Waktu pengisian kapiler > 3 detik, Kelambatan penyembuhan luka perifer, Penurunan nadi, Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut,



kelembapan,



kuku,



sensasi,



saatdilakukanpengkajianpadapasien. 4.3 Intervensi



51



suhu,datainisesuaididapatkan



Intervensi merupakan suatu strategi untuk mengatasi masalah klien yang perlu ditegakan diagnosa dengan tujuan yang akan dicapai serta kriteria hasil. Umumnya perencanaan yang ada pada tinjauan teoritis dapat diaplikasikan dan diterapkan dalam tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang ada atau sesuaidenganprioritasmasalah. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa pertama yaitu melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (P,Q,R,S,T) untuk mengetahui



karakteristik



nyeri,



mengontrol



lingkungan



yang



dapat



mempengaruhi nyeri untuk memberikan kenyamanan, posisikan klien semi fowler, kolaborasikan pemberian analgetik, memonitor TTV (TD, N, RR, S) dan melakukan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri yang dapat memberikan kenyamanan



pada



pasiendankompresdinginjugaberfungsiuntukmelancarkansirkulasidarah. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa kedua yaitu Periksa sirkulasi perifer, Identifikasi faktor resiko, Monitorpanas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas, Lakukan pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi, Lakukan pencegahan infeksi, Anjurkan meminum obat pengontrol tekanan darah secara teratur, Anjurkan melakukan perawatan kulit yangtepat.



4.4 Implementasi Berdasarkan dari perencanaan keperawatan pada klien penulis melakukan beberapa aktivitas pada masing-masing diagnosa, tindakan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan intervensi yang sudah dirancang sebelumnya dan disesuaikandengankondisisertakebutuhanklien. Asuhan keperawatan berupa tindakan telah dilakukan kepada klien dengandiagnosasebagaiberikut: a. Nyeriakutb.dAgenciderafisik Pada diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut. Dimana implementasi yang dilakukan oleh penulis yaitu melakukan pengkajian nyeri secara komprehesif untuk mengetahui karakteristik nyeri, mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri untuk memberikan kenyamanan, mengajarkan teknik nonfarmakologi atau kompres dingin untuk mengurangi nyeri dan memberikan kenyamanan pada pasien. Dilakukan



52



pemberian terapi nafas dalam untuk mengurangi nyeri klien. Pada kasus kelolaan terjadi penurunantingkatnyeri dari skala4menjadiskala3 b. Perfusi



perifer



hemoglobin



tidakefektifberhubungandenganpenurunankonsentrasi Implementasiyangdilakukanpada



periksa



sirkulasiperifer,mengidentifikasifaktorresiko,memonitorpanas, kemerahan,nyeri,ataubengkakpadaekstremitas,melakukanpengukuran tekanandarahpadaekstremitasdenganketerbatasanperfusi,melakukan pencegahaninfeksi,menganjurkanmelakukanperawatankulityangtepat.



4.5 Evaluasi Evaluasiyangdiperolehdaritanggal 17-20 November2021: a. Nyeriakutb.dAgenciderafisik Berdasarkan kasus didapatkan evaluasi setelah dilakukan tiga hari implementasi yaitu mengalami penurunan intensitas skala nyeri pada hari pertama dari nyeri skala 4 ke nyeri skala 3. Klien mengatakan lebih



baik



setelahmelakukanteknikrelaksasinafasdalam



Menurutanalisapeneliti,penurunan



skalanyeritersebut



terjadikarena



implementasi dilakukan secara tiga berturut-turut dan didukung dengan keluarga juga ikut melakukan manajemen nyeri pada klien. Membantu menjaga keamanan lingkungan klien dan melakukan teknik relaksasi agar klienmerasatenangdan nyaman,sehingganyeridapatberkurang.



53



b. Perfusiperifer



tidakefektifberhubungandenganpenurunankonsentrasi



hemoglobin. Evaluasi pada diagnosa ketiga yaitu setelah dilakukan periksa sirkulasi



perifer,



mengidentifikasi



faktor



resiko,



memonitor



panas,



kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas, melakukan pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi, melakukan pencegahan Menurut



infeksi analisa



,



menganjurkanmelakukanperawatankulityangtepat.



peneliti,



dengan



terus



dilakukan



pemeriksaan



konsentrasiperiferkonsentrasihemoglobinklienkembali meningkat.



BAB VI PENUTUP



54



6.1 Kesimpulan Setelah dilakukan proses keperawatan didapatkan kesimpulan: 1. Padapengkajiandidapatkantandadangejalautamayangmunculadalahnyeri. 2. Diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut, perfusi perifer tidak efektif dan intoleransi aktivitas. Masalah tersebut berdasarkan pada data langsung dari klien dan data observasi perawatsertahasilpemeriksaanpenunjang. 3. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada nyeri yaitu dengan pemberian terapi rekaksasi, gangguan berkemih dengan melakukan komporess dingin, ansietas denganmemberikanpenkesdanterapiberzikir. 4. Implementasi keperawatan terhadap klien sesuaikan dengan intervensi yang telah penulis rumuskan yang didaptkan dari teoritis. Semua intervensi diimplementasikan oleh penulis dan dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan. 5. Evaluasi setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam yaitu, nyeri klien berkurangmenjadiskala3,setelahdilakukancompressdinginpadapayudara 6.2 Saran Dengan selesainya dilakukan asuhan keperawatan pada klien dengan LGK,diharapkandapatmemberikanmasukanterutamapada: 1. BagiMahasiswa Diharapkan hasil karya ilmiah ners ini dapat menambah wawasan mahasiswa dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan medikalbedahpadakliendengan LGK. 2.



BagiInstitusiPendidikan Dapat dijadikan sebagai bahan untuk pelaksanaan pendidikan serta masukan dan perbandingan untuk penelitian lebih lanjut asuhan keperawatan pada pasien dengan LGK.



3. BagiPelayananKeperawatan Diharapkan hasil karya ilmiah akhir ners ini akan memberikan manfaat bagipelayanan keperawatan dengan memberikan gambaran dan mengaplikasikan acuan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien LGKyang komprehensif serta memberikan pelayanan yang lebih baik dan menghasilkan pelayanan yang memuaskan pada klien serta melihatkan perkembanganklienyanglebih baik.



55



4. BagiPasienDanKeluarga Sebagai media informasi tentang penyakit yang diderita klien dan bagaimana penangananbagikliendankeluargabaikdirumahsakitmaupundirumah.



DAFTAR PUSTAKA Fianza P.I (2017). Leukimia Limfoblastik Akut Dalam : Buku ajar penyakit dalam jilid II. Edisi 5.Jakarta : Interne Publishing Rofinda,



Z.



D.



(2012).



Kelainan



Hemostasis



pada



Leukemia.Jurnal



KesehatanAndalas, 1(2), 68–74. Supandiman, Iman. 2018. Penyakit Leukemia Limfoblastik Akut. Yogyakarta. Citra Media Suryani, dkk. 2013. Identifikasi Penyakit Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) Menggunakan Fuzzy Rule Based System Berdasarkan Morfologi Sel Darah Putih. Semarang : SEMANTIK 2013.



56



Suryani, dkk. 2014. Identifikasi Penyakit Acute Myeloid Leukemia (AML) Menggunakan ‘Rule Based System’ Berdasarkan Morfologi Sel Darah Putih Studi Kasus : AML2 dan AML4. Semarang : SEMANTIK 2014. PPNI, TimPokjaSIKIDPP. (2018). StandarIntervensi Keperawatan Indonesia. DPP. PPNI. JakartaSelatan. PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. JakartaSelatan.



57