Senyawa Organik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA UMUM



Disusun Oleh :



Nama



: Muhammad Aldy Royhan



NPM



: E1G019093



Prodi



: Teknologi Industri Pertanian



Kelompok



: 3(Tiga)



Hari/Tanggal



: Kamis /07 November 2019



Dosen



: 1. Dra. Devi Silsia, Msi 2. Drs. Syafnil, Msi



Ko-Ass



: Ria Ropiani (E1G017065)



Objek Praktikum



: IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK



LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2019



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Senyawa organik berkaitan dengan semua zat yang berasal dari makhluk hidup. Sebelum tahun 1928 senyawa organik hanya berasal dari tumbuhan dan tidak dapat disintesa, namun setelah tahun 1928 (Fredrich Wohler) berhasil mensintesa urea



CO(NH2)2 dari



amonium



tiosanat



(NH2OCN)



percobaan



tersebut



menghasilkan bau seperti urine, karena penemuan inilah senyawa organik dapat disintesa. Barulah pada tahun 1959 (Friedrich August Kekule) mendefinisikan senyawa organik sebagai senyawa yang mengandung atom Carbon, tak peduli berasal dari makhluk hidup atau bukan. Pada umumnya senyawa organik mengandung unsur atom Carbon, Hidrogen dan Oksigen. Pengecualian untuk senyawa CO, CO2, dan CO3 yang bukan termasuk senyawa organik. Pada percobaan kali ini kami ingin membuktikan senyawa organik pada beberapa sample yang telah disediakan koass. Untuk membuktikannya akan dilakukan beberapa



reaksi



terhadap



senyawa



senyawa



organik



tersebut.



Dengan



menggunakan reaksi 2,3- dinitrofenilhidrazin , test FeCl3, test asam kromat dan test pereaksi tollens.



1.2 Tujuan Untuk mengenal sifat sifat yang dimiliki oleh senyawa senyawa karbon melalui uji reaksi kimia



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa organik adalah suatu senyawa yang unsure-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atomatom hydrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen atau fosfor. Pada awalnya karbon ini secara tidak langsung menunjukkan hubungannya dengan system kehidupan. Namun dalam perkembangannya, ada senyawa organic yang tidak mempunyai hubungan dengan system kehidupan. Hal ini terbukti pada abad ke19, senyawa organic dapat dibuat dari sumber-sumber yang tidak ada kaitannya dengan system kehidupan. Sebagai contoh Fredric-Wohler pada tahun 1828 telah berhasil membuat urea (urea adalah senyawa organic dari makhluk hidup yang berasal dari urin) dengan jalan menguapkan garam ammonium sulfat yang merupakan senyawa anorganik menjadi senyawa organik (Riswiyanto, 2009). Penggolongan senyawa organik dapat dibedakan menurut gugus fungsi yang dikandungnya. Gugus fungsi (fuctional group) adalah sekelompok atom yang menyebabkan perilaku kimia molekul organik induk (Chang, 2011). Terdapat beberapa pendapat mengenai perbedaan antara senyawa organic dan anorganik, diantaranya mengatakan bahwa senyawa organik memiliki karbon sedangkan anorganik tidak. Namun, hal ini tidak tepat seratus persen benar. Lalu, adapula yang menjelaskan bahwa senyawa organik memiliki ikatan karbonhidrogen, sedangkan anorganik tidak. Penjelasan ini sebagian besar benar sehingga alas an ini tepat untuk membedakan senyawa organic dan anorganik (Irwandi,2012). Senyawa organik menunjukan sifat kimia dan fisika yang sangat berbeda karena strukturnya berbeda. Beberapa diantaranya berwujud padat, sebagian berwujud cair, dan ada pula gas. Sifat fisika senyawa organik seperti titik leleh, titik didih, kelarutan tergantung pada struktur, gugus fungsi, dan berat molekul. Gugus fungsi suatu molekul organik sangat menentukan sifat reaksinya. Seperti halide (alkil halida), hidroksil (alkohol dan karboksilat), karbonil (aldehida dan keton), amino, dan sulfonil.Ada yang memiliki rasa manis dan ada pula yang asam. Ada yang beracun, ada yang sangat penting untuk kehidupan. Untuk memahami berbagai sifat molekul organik perlu diketahui strukturnya. Tiga



prinsip sederhana yang dapat memberikan pengertian dasar tentang struktur dan kimiawi molekul organik adalah: 1. Atom karbon dapat membentuk ikatan kovalen dengan ikatan hidrogen. 2. Atom karbon dapat membentuk ikatan kovalen dengn atom karbon lain untuk membangun rantai karbon. 3. Atom karbon dapat membentuk ikatan kovalen dengan unsur lain, terutam oksigen, nitrogen, belerang, dan halogen. (Antony C. Wilbraham & Michael S. Matta,2007). Alkohol merupakan senyawa yang memiliki gugus hidroksil yang terikat pada atom jenuh. Alkohol mempunyai rumus umum ROH, dimana R merupakan alkil, alkil tersubtitusi hidrokarbonsiklik. Alkohol disini tidak memiliki gugus fenol (gugus hidroksil berikatan dengan aromatik), enol (gugus hidroksil berikatan dengan karbon vinilik) karena sifat – sifatnya berbeda. Alkohol diklasifikasikan menjadi 3 kelompok alkohol primer, sekunder dan tersier (Riswayanto, 2009). Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua buah gugus alkil .keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya .keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil (Syukri,2010).



BAB III METODOLOGI



3.1 Alat dan Bahan Alat



Bahan



1. Botol semprot



1. Sample



2. Tabung reaksi dan rak



2. FeCl3



3. Penjepit tabung reaksi



3. Asam kromat



4. Batang pengaduk



4. Etanol 95 %



5. Pipet volume 5 ml



5. NaOH 10 %



6. Gelas Ukur



6. Amonium hidroksida



7. Pipet tetes



3.2



encer



8. Gelas piala



7. Aseton



9. Erlemeyer



8. Aquadest



Prosedur Kerja 1. Test 2,4-dinitrofenil hidrazin (test karakteristik aldehid dan keton)



Mengambil tabung reaksi dan memasukkan 2 ml etanol 95 %. Menambahkan 3 tetes sample yang akan diuji kedalam tabung reaksi tesebut. Memasukkan 1 ml larutan 2,4 – dinitrofenilhidrazin dan menggoyangnya dengan kuat – kuat. Jika tidak menghasilkan endapan, maka memanaskan larutan tersebut dengan pemanas air selama 1 menit dan selanjutnya menambahkan 5 tetes air. Jika membentuk endapan kuning sampai merah oranye menunjukkan test positif untuk adanya gugus karbonil dari keton atau aldehid. 2. Test FeCl3 (test karakteristik untuk fenol) Menyiapkan tabung reaksi lalu memasukkan sample yang akan diuji. Menambahkan 5 tetes larutan FeCl3 dan menggoyangnya. Jika tidak membentuk warna menunjukkan bahwa senyawa tersebut bukan senyawa fenol.



3. Test asam kromat (test karakteristik alkohol) Menyiapkan tabung reaksi dan memasukkan 2 ml sample yang akan diuji keduanya. Menambahkan 1 ml aseton, kemudian menambahkan 1 tetes asam kromat. Warna oranye pada kromat akan berubah menjadi biru kehijauan atau membentuk endapan jika yang ditambahkan berupa alkohol primer atau sekunder. 4. Test pereaksi tollens (test untuk membedakan aldehid dan keton) Memasukkan tabung reaksi 1 ml larutan perak nitrat 5 % selanjutnya menambahkan 1 tetes NaOH 10 % dan menggoyangnya. Menambahkan larutan encer amonium hidroksida kedalam campuran tersebut hingga larutan perak hidroksida melarut (hindari penggunaan amonium hidroksida berlebihan). Menambahkan 2 tetes



larutan yang akan diuji. Menggoyangnya dan



membiarkannya selama 10 menit, jika reaksi tidak terjadi dalam 10 menit maka perlu memanaskan tabung reaksi tersebut diatas penengas air selama 5 menit. Reaksi positif akan ditunjukkan dengan terbentuknya cermin perak pada dinding ada endapan metalik.



BAB IV HASIL PENGAMATAN No



Sampel



Percobaan



Hasil Pengamatan



Keterangan



1



Minyak



Oksidasi Dengan KMnO4



Ada Endapan hitam



(-)



X1 2



Test FeCl3 X2 aldehid



3



Test pereaksi Tollens Aseton



Tidak terjadi perubahan warna Terjadi perubahan warna Menghasilkan endapan perak Belum terdapat endapan



(-) Bukan senyawa fenol (+) Senyawa fenol (+) (-)



BAB V PEMBAHASAN



Dalam percobaan titrasi ini, kami mencoba mendeteksi senyawa organik yang dengan berbagai reaksi,Test 2,4-dinitrofenilhidrazin tidak dilakukan pada percobaan ini, untuk itu praktikan mencari tahu tentang hasil yang diperoleh dari test 2,4-dinitrofenilhidrazin dari yang telah dilakukan oleh (Gheady, 2015) yang menunjukkan pada semua sampel ditetesi dengan reagen yang bewarna kuning. Kemudia diperoleh hasil bahwa hanya tabung C yang menghasilkan endapan. Hal ini menunjukkan bahwa tabung C mengandung senyawa keton. Jadi dapat disimpulkan bahwa senyawa C merupakan senyawa keton. Namun hasil ini bertentangan dengan hasil pada uji sebelumnya (uji asam kromat dan uji tollens) yang menunjukkan bahwa senyawa C merupakan senyawa keton. Hal ini bisa disebabkan karena senyawa C memang berupa campuran antara aldehid dan keton. Percobaan kedua dilakukan pada Test FeCl3 yang ditambhakan pada alkohol dan fenol, uji FeCl3 ini akan membuktikan apakah senyawa tersebut merupakan fenol atau bukan. Pada sample pertama yaitu alkohol yang ditetesi FeCl 3tidak terjadi perubahan warna yang membuktikan bahwa alkohol bukanlah fenol sedangkan



pada



fenol



yang



ditetesi



FeCl3



menghasilkan



perubahan



warnapengujian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh (Sudarmo, 2006) yaitu Prinsip dari uji feri klorida adalah mendeteksi keberadaan fenol pada sampel dengan penambahan larutan feri klorida yang uji positifnya akan menghasilkan warna ungu, merah, hijau atau biru sebagai akibat dari adanya reaksi gugus OH pada fenol bereaksi dengan larutan feri klorida. Warna yang diperoleh bergantung pada subtituen yang terikat pada fenol. Dari data hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pada sampel fenol ketika ditambah reagen warnanya menjadi ungu. Artinya hasil uji feri klorida dengan fenol adalah positif. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa fenol akan bereaksi dengan feri klorida yang ditandai dengan terbentuknya warna ungu. Percobaan ketiga yaitu test asam kromat untuk mendeteksi karakteristik



alkohol. Percobaan in tidak kami lakukan tetapi pada hasil percobaan pada (Farah, 2014) yang menggunakan 3 sample, pada sample 1 dan 2 menghasilkan warna hijau tosca yang merupakan alkohol primer dan sekunder dan pada sample 3 tidak menghasilkan reaksi. Untuk membedakan alkohol primer dan sekunder dapat dilihat dari perubahan warnanya pada alkohol primer reaksi nya cenderung lebih cepat dibandingkan alkohol sekunder. Percobaan terakhir yaitu pereaksi Tollens, uji tollens ini menggunakan sample formaldehid



yang menghasilkan endapan perak didinding tabung reaksi,



sedangkan pada aseton belum menghasilkan endapan perak pada dinding tabung reaksi. Berdasarkan (Hart, 1990) uji tollen merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan mana yang termasuk senyawa aldehid dan keton. Aldehid lebih mudah dioksidasi dibandingkan keton. Oksidasi aldehid menghasilkan asam dengan jumlah yang sama.



BAB VI PENUTUP



6.1 Kesimpulan Senyawa alkohol dapat diidentifikasi dengan mereaksikan 2,4 – dinitrofenilhidrazin, senyawa fenol dapat diidentifikasi dengan meereaksikan FeCl3.Senyawa alkohol primer, sekunder dan tersier dapat diidentifikasi dengan uji asam kromat. Sedangkan senyawa aldehid dan keton dapat diidentifikasi dengan reaksi tollens. 6.2 Saran Padapratikum kali ini diharapkan kepada praktikan maupun ko-ass agar lebih teliti dalam menggunakan dan mereaksikan zat kimia yang memiliki resiko.



DAFTAR PUSTAKA C. Willbraham, Antoni dan M.S. Matta.2007.Kimia Organik. Bandung : ITB. Chang, Raymond.2011. Kimia Dasar Edisi ke-3 Jilid 2.Jakarta: Erlangga. Farah, Fathiaty, Mardiyah. 2014. Alkohol dan Fenol. Bandung : ITB. Gheady W.,F.,M.,. 2015. Laporan Praktikum Kimia Organik. Bandung : ITB. Irwandi, Dedi.2012. Experiment's book of General Chemistry II. Jakarta: P.IPAFITKPress. Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Riswiyanto, Siswoyo.2009. Kimia Organik. Erlangga:Jakarta. Syukri, S. 2010. Kimia Dasar Jilid 1. Bandung : Penerbit ITB.