Seorang Wanita 51 Tahun Dengan Frozen Shoulder Sinistra [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PRESENTASI KASUS



REHABILITASI MEDIK SEORANG WANITA 51 TAHUN DENGAN FROZEN SHOULDER SINISTRA



Oleh : Pramesti Fitria G0007130



Pembimbing : DR. Dr. Hj. Noer Rachma, Sp RM



KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA



2011 STATUS PENDERITA I. ANAMNESA A.



Identitas Pasien Nama



: Ny. S



Umur



: 51 tahun



Jenis Kelamin



: Wanita



Agama



: Islam



Pekerjaan



: Ibu Rumah tangga



Alamat



: Kadipiro, Banjarsari



Status



: Menikah



Masuk rumah Sakit : 12 Agustus 2011 Tanggal Periksa



: 12 Agustus 2011



No CM



: 01 07 99 03



B.



Keluhan Utama Nyeri bahu kiri serta sulit untuk digerakan



C.



Riwayat Penyakit Sekarang Sejak kurang lebih 2 bulan sebelum pasien kontrol ke Poli klinik Rehabilitasi Medik RS Dr. Moewardi Surakarta, pasien merasa sulit untuk menggerakkan tangan karena nyeri pada bahu sebelah kiri. Nyeri dirasakan pertama kali saat pasien mandi, tidak dapat mengangkat gayung ke atas, namun kuat membawanya. Nyeri pada bahu semakin berat



bila



pasien



melakukan



aktivitas-aktivitas



tertentu



seperti



melakukan gerakan-gerakan ke atas, menyisir rambut, memakai baju membersihkan kaca jendela, dan lain sebagainya Selain itu, pasien juga merasa lengan bagian atasnya keras dan kaku, tidak ada panas. 2 minggu kemudian, pasien berencana hendak mengurutkan bahu kirinya. Kemudian pasien memanggil tukang urut, dan diurutlah bahu



2



kirinya tersebut. Setelah diurut pasien tidak merasakan adanya perubahan pada bahunya, dan masih sulit untuk digerakkan. Pasien tidak pernah



minum



obat



pengurang



rasa



sakit.



Kemudian



pasien



memeriksakan diri ke RS Dr. Moewardi. BAB dan BAK tidak ada keluhan, riwayat trauma disangkal, mual serta muntah disangkal. D.



E.



F.



G.



Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Jatuh



: disangkal



Riwayat Hipertensi



: disangkal



Riwayat DM



: disangkal



Riwayat Penyakit Jantung



: disangkal



Riwayat Asma



: disangkal



Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Hipertensi



: disangkal



Riwayat DM



: disangkal



Riwayat Penyakit Jantung



: disangkal



Riwayat Alergi



: disangkal



Riwayat Asma



: disangkal



Riwayat Kebiasaan dan Gizi Riwayat Merokok



: disangkal



Riwayat minum alkohol



: disangkal



Riwayat Olahraga



: disangkal



Riwayat Gizi Pasien makan 3 kali sehari, dengan lauk tahu, tempe, telur, kadang daging. Pasien juga makan sayur, dan jarang minum susu.



H.



Riwayat Sosial Ekonomi



3



Pasien adalah ibu rumah tangga, tinggal bersama 3 putra, suami sudah meninggal, memeriksakan diri dengan jaminan kesehatan askes PNS. II. PEMERIKSAAN FISIK A. Status Generalis Keadaan umum sakit sedang, Compos Mentis E4V5M6, gizi kesan cukup B.



C.



Tanda Vital Tekanan darah



: 120/80 mmHg



Nadi



: 84 x/ menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur



Respirasi



: 20 x/menit, irama teratur, tipe thoracoabdominal



Suhu



: 36,5 0C per aksiler



Kulit Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).



D.



Kepala Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam beruban, tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-).



E.



Mata Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)



F.



Hidung Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)



G.



Telinga Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)



H.



Mulut Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-),lidah simetris, lidah tremor (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-)



I.



Leher



4



Simetris, trakea di tengah, step off (-), JVP (R+2) ,limfonodi tidak membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (+) J.



Thoraks a.



Retraksi (-)



b.



Jantung Inspeksi



: Ictus Cordis tidak tampak



Palpasi



: Ictus Cordis tidak kuat angkat



Perkusi



: Konfigurasi jantung kesan tidak melebar



Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler, bising (-). c.



Paru Inspeksi



: pengembangan dada kanan = kiri



Palpasi



: fremitus raba kanan = kiri



Perkusi



: sonor seluruh lapang paru



Auskultasi : suara dasar ( vesikuler / vesikuler ), suara tambahan (-/-) K.



Trunk Inspeksi



: deformitas (-), skoliosis (-), kifosis



(-),



lordosis(-)



L.



Palpasi



: massa (-), nyeri tekan (-), oedem (-)



Perkusi



: nyeri ketok kostovertebra (-)



Abdomen Inspeksi



: dinding perut sejajar dinding dada



Auskultasi : peristaltik (+) normal Perkusi



: tympani



Palpasi



: supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, nyeri tekan (-), bruit (-) dan lien tidak teraba



M.



Ekstremitas Oedem



Akral dingin



5



N.



-



-



-



Status Neurologis Kesadaran



: compos mentis, GCS E4V5M6



Fungsi Luhur



: dalam batas normal



Fungsi Sensorik : dalam batas normal Fungsi Motorik dan Reflek : Kekuatan :



Tonus :



5



4



5



5



N



N



N



N



Nervus Cranialis N. III



: reflek cahaya (+/+) ; pupil isokor (3 mm/3mm)



N. VII



: dalam batas normal



N XII



: dalam batas normal



- Reflek fisiologis Biseps



+2/+2



Triseps



+2/+2



Patella



+2/+2



Achilles



+2/+2



- Reflek Patologis Hoffman



-/-



Trommer



-/-



Babinsky



-/-



Chaddock



-/-



Oppenheim



-/-



Schaeffer



-/-



6



O.



Range of Motion (ROM) ROM



NECK Flexi Extensi Lateral bend Rotasi EKSTREMITAS SUPERIOR



Aktif



Pasif



0 – 700 0 – 400 0 – 600 0 – 900



0 – 700 0 – 400 0 – 600 0 – 900



ROM AKTIF Dextra



Sinistra



ROM PASIF Dextra



Sinistra



Shoulder



Fleksi Ekstensi Abduksi Adduksi External Rotasi Internal Rotasi



0-180 0-45 0-150 0-75 0-90 0-90



0-90 0-20 0-30 0-75 0-90 0-90



0-180 0-45 0-150 0-75 0-90 0-90



0-110 0-30 0-40 0-75 0-90 0-90



Elbow



Fleksi Ekstensi Pronasi Supinasi



0-150 0-150 0-90 0-90



0-150 0-150 0-90 0-90



0-150 0-150 0-90 0-90



0-150 0-150 0-90 0-90



Wrist



Fleksi Ekstensi Ulnar deviasi Radius deviasi



0-90 0-70 0-30 0-30



0-90 0-70 0-30 0-30



0-90 0-70 0-30 0-30



0-90 0-70 0-30 0-30



Finger



MCP I fleksi MCP II-IV



0-90 0-90



0-90 0-90



0-90 0-90



0-90 0-90



fleksi DIP II-V fleksi PIP II-V fleksi MCP I ekstensi



0-90 0-90 0-90



0-90 0-90 0-90



0-90 0-90 0-90



0-90 0-90 0-90



EKSTREMITAS INFERIOR Hip



Fleksi Ekstensi



ROM AKTIF Dextra 0-120 0-30 7



ROM PASIF



Sinistra



Dextra



Sinistra



0-120 0-30



0-120 0-30



0-120 0-30



Abduksi Adduksi Eksorotasi Endorotasi Fleksi Ekstensi Dorsofleksi Plantarfleksi



Knee Ankle



0-45 0-45 0-30 0-30 0-120 0 0-30 0-30



0-45 0-45 0-30 0-30 0-120 0 0-30 0-30



0-45 0-45 0-30 0-30 0-120 0 0-30 0-30



0-45 0-45 0-30 0-30 0-120 0 0-30 0-30



P. Manual Muscle Testing (MMT) NECK •



Fleksor M. Strenocleidomastoideus







Ekstensor Shoulder



Elbow



Wrist



: :



5



5



Ekstremitas Superior Fleksor M Deltoideus anterior M Biseps Ekstensor M Deltoideus anterior M Teres mayor Abduktor M Deltoideus M Biceps Adduktor M Lattissimus dorsi M Pectoralis mayor Internal M Lattissimus dorsi M Pectoralis mayor Rotasi Eksternal M Teres mayor M Infra supinatus Rotasi Fleksor M Biceps M Brachialis Ekstensor M Triceps Supinator M Supinator Pronator M Pronator teres Fleksor M Fleksor carpi



Dextra 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5



Sinistra 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5



5 5



5 5



5 5 5 5 5 5



5 5 5 5 5 5



Ekstensor



radialis M Ekstensor



5



5



Abduktor



digitorum M Ekstensor carpi



5



5



Adduktor



radialis M ekstensor carpi



5



5



ulnaris



8



Finger



Fleksor Ekstensor



M Fleksor digitorum M Ekstensor



5 5



5 5



digitorum Ekstremitas inferior Fleksor M Psoas mayor Ekstensor M Gluteus maksimus Abduktor M Gluteus medius Adduktor M Adduktor longus Fleksor Harmstring muscle Ekstensor Quadriceps femoris Fleksor M Tibialis Ekstensor M Soleus



Hip



Knee Ankle



Dextra 5 5 5 5 5 5 5 5



Sinistra 5 5 5 5 5 5 5 5



Q. Provokasi Test a.



Apley test atas (-/+)



b.



Apley test bawah (-/+)



c.



Mosley test (-/sulit dievaluasi)



d.



Yergason sign (-/-)



e.



Nyeri tekan supraspinatus (-/+)



f.



Nyeri tekan infraspinatus, subscapula, teres mayor (-/-)



R. Status Psikiatri Deskripsi umum 1. Penampilan : perempuan, tampak sesuai umur , berpakaian sederhana, perawatan diri baik 2. Kesadaran : compos mentis



3. Perilaku dan aktivitas motorik : normoaktif 4. Pembicaraan: koheren, menjawab pertanyaan 5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif, kontak mata cukup Afek dan mood 1. Afek : appropiate



9



2. Mood : normal Gangguan persepsi 1. Halusinasi (-) 2. Ilusi (-) Proses pikir 1. Bentuk : realistik 2. Isi : waham (-) 3. Arus : koheren Sensorium dan kognitif 1. Daya konsentrasi : baik 2. Orientasi : orang, waktu, tempat :baik 3. Daya ingat : Jangka pendek : baik



Jangka panjang : baik Daya nilai :daya nilai realitas dan sosial baik Insight : baik Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya III. ASSESMENT Klinis : Nyeri bahu kiri Topis : M. Supraspinatus et M. Deltoideus Etiologi: Myalgia IV. DAFTAR MASALAH A. Problem Medis Myalgia shoulder sinistra B. Problem rehabilitasi Medik 1.



Fisioterapi



: Nyeri dan keterbatasan gerak ekstremitas kiri atas



2.



Speech therapy



:-



3.



Occupational therapy : Keterbatasan melakukan kegiatan seharihari



10



4.



Sosio Medik



: Memerlukan bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari



5.



Orthesa-Protesa



:-



6.



Psikologi



:-



V. IMPAIRMENT, DISABILITY, DAN HANDICAP Impairment



: Nyeri bahu



Disability



: Penurunan fungsi anggota gerak atas



Handicap



: Keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari, dalam kegiatan memakai baju, menyisir rambut, mengangkat gayung mandi, dan lain sebagainya.



VI. PENATALAKSANAAN Terapi Medikamentosa : 1.



Fitbon 1x 1 tab



2.



Meloxicam 2x1 tab



3.



Ranitidin 1x1 tab



4.



Sohobion 1x1 tab Rehabilitasi Medik: Fisioterapi



1.



Stimulation



: Transcutaneus neural Electrical



(TENS) dan latihan fisik



2.



Terapi wicara



: tidak ada



3.



Okupasi terapi



: Latihan peningkatan lingkup



gerak sendi dengan



aktivitas



4.



Sosiomedik : Modifikasi lingkungan



5.



Ortesa-Protesa



6. Psikologi



: tidak ada



VII. TUJUAN



11



: tidak ada



a) Mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan b) Meminimalkan impairment, disability dan handicap c) Membantu penderita sehingga mampu mandiri dalam menjalankan aktivitas sehari-hari VIII. PROGNOSIS Ad vitam



: dubia ad bonam



Ad sanam



: dubia ad bonam



Ad fungsionam



: dubia ad bonam



TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI SENDI BAHU



Secara umum anatomi fungsional sendi bahu dapat digambarkan sebagai berikut:



12



1. Shoulder Joint Gerakan-gerakan yang terjadi di gelang bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang saling berhubungan erat, misalnya sendi kostovertebral atas, sendi akromioklavikular,



sendi



sternoklavikular,



permukaan



pergeseran



skapulotorakal dan sendi glenohumeral atau sendi bahu. Gangguan gerakan di dalam sendi bahu sering mempunyai konsekuensi untuk sendi-sendi yang lain di gelang bahu dan sebaliknya. 2. Kapsul Sendi Kapsul sendi terdiri atas 2 lapisan : a. Kapsul Sinovial (lapisan bagian dalam) dengan karakteristik mempunyai jaringan fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya menghasilkan cairan synovial sendi dan sebagai transformator makanan ke tulang rawan sendi. Bila ada gangguan pada sendi yang ringan saja, maka yang pertama kali mengalami gangguan fungsi adalah kapsul sinovial, tetapi karena kapsul tersebut tidak memiliki reseptor nyeri, maka tidak merasa nyeri apabila ada gangguan, misalnya pada artrosis sendi. b. Kapsul Fibrosa Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi dan,stabititas sendi, memelihara regenerasi kapsul sendi. 3. Kartilago Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi, sehingga tidak terasa nyeri sewaktu penderita berjalan. Namun demikian pada gerakan tertentu sendi dapat nyeri akibat gangguan yang dikenal dengan degenerasi kartilago 4. Otot Kumpulan otot-otot ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok otot yang menggerakkan dan menstabilkan skapula (shoulder girdle). Otot-otot tersebut, yaitu : a. Penggerak Sendi Bahu



13



1) Deltoid, dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : -



Pars clavicularis (anterior)



Gerakan : Prime mover fleksi 90° dan adduksi bahu dan sebagai pembantu gerakan internal rotasi dan abduksi lebih dari 60° dari bahu. -



Pars acromialis (middle)



Gerakan : Prime mover abduksi bahu sampai 90° -



Pars spinalis (posterior)



Gerakan : Prime mover ekstensi bahu 2) Supraspinatus : Prime mover abduksi bahu hingga 90° 3) Infraspinatus : Prime mover rotasi ke lateral dan ekstensi horisontal bahu dan sebagai pembantu gerakan abduksi horisontal bahu.



4) Subskapularis : Prime mover rotasi ke dalam dari humerus 5) Teres minor : Prime mover rotasi kelateral dan ekstensi horisontal bahu dan sebagai pembantu gerakan abduksi horisontal bahu. Kelima otot di atas disebut juga sebagai otot intrinsik bahu, sedangkan otot nomor dua hingga lima disebut sebagai “Rotator Cuff”.



6) Teres Mayor 7) Latissimus Dorsi 8) Korakobrakhialis 9) Pektoralis Mayor b. Penggerak pergelangan bahu B. FISIOLOGI GERAK SENDI BAHU Gerakan-gerakan dari bahu dibagi dua, yang didasarkan pada kelompok otot penggeraknya. Gerakan tersebut antara lain gerakan skapula dan gerakan dari humerus. Gerakan-gerakan tersebut antara lain : 1) Gerakan skapula a. Elevasi dan depresi b. Abduksi (protraksi) dan Aduksi (retraksi) c. Upward rotation dan downward rotation



14



d. Upward tilt dan reduction of upward tilt. 2) Gerakan humerus Posisi awal berdiri tegak dengan lengan di samping tubuh. a. Fleksi dan ekstensi b. Abduksi dan adduksi c. Fleksi dan Ekstensi lumbar d. Rotasi C. FROZEN SHOULDER 1. DEFINISI



Bahu beku yang dikenal di kalangan medis sebagai “frozen shoulder” atau capsulitis adesif adalah suatu kondisi dimana terjadi kekakuan dan rasa nyeri pada sendi bahu. Biasanya tanda dan



gejalanya



muncul



perlahan-lahan,



memburuk



dengan



berjalannya waktu dan kemudian menghilang, biasanya dalam periode 2 tahun. 2.



TANDA DAN GEJALA



Bahu beku biasanya memberikan gejala yang berkembang secara perlahan-lahan, dan dibagi dalam 3 tahap penyakit. Tiap tahap penyakit ini terjadi dalam hitungan bulan: a) Tahap nyeri Pada tahap ini, nyeri muncul jika sendi bahu digerakkan, dan pergerakan sendi bahu anda juga terbatas. b) Tahap beku Nyeri mulai berkurang pada tahap ini. Namun, bahu anda semakin terasa kaku, dan pergerakan sendi bahu anda semakin berkurang. c) Tahap penyembuhan Pada tahap ini, pergerakan sendi bahu anda mulai menunjukkan perbaikan. Pada beberapa orang, nyeri dirasakan lebih nyata pada malam hari, dan mengganggu pola tidur.



15



3. PENYEBAB



Tulang, penghubung sendi, dan urat/tendon di bahu bahu dibungkus oleh kapsul sendi. Sakit bahu muncul jika kapsul ini menebal dan makin ketat menekan sendi bahu; sehingga membatasi pergerakannya. Para dokter belum paham betul penyebab terjadinya penyakit ini hanya pada beberapa orang saja, walaupun paling sering terjadi pada orang yang belakangan tidak menggerakkan sendi bahunya dalam jangka waktu cukup lama, misalnya setelah menjalani operasi patah tulang lengan. Karena tingginya angka kejadian sakit bahu pada penderita diabetes, kemungkinan faktor autoimun merupakan dasar dari penyakit ini. Walaupun penyebab pastinya belum diketahui, namun orang berusia 40 tahun ke atas lebih sering mengalami sakit bahu, dan sekitar 70% dari penderita tersebut adalah perempuan.



4. PEMERIKSAAN a. Apley Scratch test Pasien diminta menggaruk daerah di sekitar angulus medialis scapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada pola gerakan tersebut otot-otot abductor dan eksternal rotasi bahu bekerja. Pada tendonitis supraspinatus, bursitis atau kapsulitis adhesive bahu apley scratch tes tidak dapat dilakukan oleh pasien karena timbul nyeri disekitar persendian bahu.



16



b. Yergason’s test. Tes ini dilakukan untuk menentukan apakah tendon otot biceps dapat mempertahankan kedudukannya di dalam sulkus intertuberkularis atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan dengn meminta pasien untuk memfleksikan elbow sampai 90 dan supinasi lengan bawah dan stabilisasi pada thoraks yang berlawanan dengan pronasi lengan bawah. Pasien diminta untuk melakukan gerakan lateral rotasi lengan melawan tahanan. Hasil positif jika ada tenderness di dalam sulkus bicipitalis atau tendon ke luar dari sulcus, ini merupakan indikasi tendinitis bicipitalis.



3.Drop-arm test / Test Moseley Tes ini dilakukan untuk mengungkapkan ada tidaknya kerusakan pada otot –otot serta tendon yang menyusun rotator cuff dari bahu. Pemeriksa mengabduksikan shoulder pasien sampai 90 dan meminta pasien menurunkan lengannya secara perlahan-lahan atau timbul nyeri



17



pada saat mencoba melakukan gerakan tersebut. Hasil tes positif indikasi cidera pada rotator cuff complex 4. Supraspinatus test ABD shoulder pasien sampai 90 dalam posisi netral dan pemeriksa memberikan tahanan dalam posisi tersebut. Medial rotasi shoulder sampai 30, dimana ibu jari pasien menghadap ke lantai. Tahanan terhadap ABD diberikan oleh pemeriksa sambil melihat apakah ada kelemahan atau nyeri, yang menggambarkan hasil tes positif. Jika hasil tes positif indikasi ada kerobekan / cidera otot atau tendon supraspinatus.



D. PENATALAKSANAAN Pengobatan bahu beku melibatkan pengendalian terhadap rasa nyeri dan memperbaiki luas pergerakan sendi bahu sebesar mungkin. Managemen komprehensif untuk meminimalkan ketidakmampuan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. 1. Fisioterapi Tujuan: 1. Mengurangi Spasme otot 2. Pencegahan kontraktur 3. Meningkatkan kemampuan dalam kebebasan bergerak dan fungsi anggota tubuh didasarkan pada anatomi, fisiologi, kinesiologi, prosedur pemeriksaan medis serta ilmu patologi Cara : - TENS 18



Transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS) merupakan suatu cara penggunaan energi listrik guna merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri. Pemberian TENS dapat menurunkan nyeri, baik dengan cara peningkatan vaskularisasi pada jaringan yang rusak tersebut , maupun melalui normalisasi saraf pada level spinal maupun supra spinal, sehingga dengan berkurangnya nyeri pada bahu didapatkan gerakan yang lebih ringan. Efek TENS terhadap pengurangan nyeri juga dapat mengurangi spasme dan meningkatkan sirkulasi, sehingga memutuskan lingkaran “viscous circle of reflex” yang pada akhirnya dapat meningkatkan LGS. TENS efektif mengurangi nyeri melalui aktivasi saraf berdiameter besar dan kecil melalui kulit yang selanjutnya akan memberikan informasi sensoris ke saraf pusat. TENS menghilangkan nyeri dikaitkan melalui sistem reseptor nosiseptif dan mekanoreseptor. Sistem reseptor nosiseptif bukan akhiran saraf bebas, melainkan fleksus saraf halus tak bermyelin yang mengelilingi jaringan dan pembuluh darah. Pengurangan nyeri yang ditimbulkan oleh TENS dapat juga meningkatkan kekuatan otot karena menormalkan aktivitas α motor neuron sehingga otot dapat berkontraksi secara maksimal, dan berkurangnya “refleks exitability” dari beberapa otot antagonis gelang bahu sehingga otot agonis dapat melakukan gerakan, dan karena stabilitas terbesar pada sendi bahu oleh otot, maka hal tersebut meningkatkan mobilitas sendi bahu. Selain itu dapat digunakan juga modalitas terapi berupa Ultrasound yang secara klinis sering diaplikasikan untuk tujuan terapeutik pada kasus-kasus tertentu termasuk kasus muskuloskeletal. Terapi ultrasound menggunakan energi gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000Hz yang tidak mampu ditangkap oleh telinga atau pendengaran. Dengan pemberian modalitas ultra sonic dapat terjadi iritan jaringan yang menyebabkan reaksi fisiologis seperti kerusakan jaringan, hal ini disebabkan oleh efek mekanik dan thermal ultra sonik.



19



Pengaruh mekanik tersebut juga dengan terstimulasinya saraf polimedal dan akan dihantarkan ke ganglion dorsalis sehingga memicu produksi “P subtance” untuk selanjutnya terjadi inflamasi sekunder atau dikenal “neurogeic inflammation”. Namun dengan terangsangnya “P” substance tersebut mengakibatkan proses induksi proliferasi akan lebih terpacu sehingga mempercepat terjadinya penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan. Pengaruh nyeri terjadi secara tidak langsung yaitu dengan adanya pengaruh gosokan membantu “venous dan lymphatic”, peningkatan kelenturan jaringan lemak sehingga menurunnya nyeri regang dan proses percepatan regenerasi jaringan. - Exercise Pasif dan Aktif Pada tahap awal penatalaksanaan frozen shoulder adalah dengan latihan pasif dimaksudkan untuk : a. Mencegah kontraktur b. Mencegah atropi otot c. Memperbaiki Lingkup Gerak Sendi Selanjutnya diikuti dengan latihan aktif yang progresif, yang dimulai dengan latihan : a. Pendulum Exercise Penderita agak membungkuk dengan lengan bergantung, lengan digerakkan ke depan, ke belakang, makin lama makin jauh (panjang) gerakannya. Kemudian gerakan ke samping, dilanjutnya gerakan lingkar (putar). Masing-masing gerakan tersebut dilakukan lebih dari 10 kali gerakan.



20



b. Shoulder Wheel Latihan ini terutama pada penderita yang mengalami keterbatasan Lingkup Gerak Sendi. Latihan ini dimulai dengan posisi menghadap alat yang telah disiapkan, kemudian pasien diharuskan untuk menggerakkan beban secara memutar sesuai dengan kemampuannya. Pada latihan ini penderita harus di pacu agar rajin melakukan latihan secara teratur walaupun dihambat oleh rasa nyerinya dengan tujuan meningkatkan LGS dan dapat memperkuat otot.



c. OverheadPulley Exercice Merupakan latihan menarik katrol. Tempat duduk di taruh tepat di bawah katrol untuk latihan abduksi dan fleksi. Selanjutnya tempat duduk penderita ditaruh didekat katrol sehingga tali temali berada pada posisi lebih dari 40° untuk latihan abduksi horisontal. Selanjutnya tempat duduk penderita ditaruh di depan katrol sehingga tali temali berada pada posisi 45° untuk latihan rotasi keluar dan ke dalam.



21



Okupasi Terapi Tujuan: Melatih keterampilan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari Pekerja Sosial Medik Tujuan:



1. Menilai situasi kehidupan pasien 2. Perantara dalam hubungan pasien/keluarga dan tim dokter



2. Antiinflamasi Obat-obatan penghilang rasa nyeri dapat membantu menghilangkan rasa nyeri dan proses peradangan yang berhubungan dengan sakit bahu anda. Penyuntikam obat anti-inflamasi (kortikosteroid) ke dalam sendi bahu dapat meringankan rasa nyeri dan memperpendek durasi penyakit pada tahap nyeri. Namun tidak dianjurkan untuk melakukan penyuntikan obat ini secara berkala DAFTAR PUSTAKA Donatelli, Robert ; Wooden, Micheal J, Orthopaedic Physical therapy, Churchil Livingstone Inc, 1989. hal: 160



22



Goldberg, Charlie. 2010. A Practical Guide to Clinical Medicine: A comprehensive



physical examination and clinical education site for medical students and other health care professionals. San Diego: Univercity of California Maria



Valentine.



2010.



Bahu



Beku



atau



Frozen



Shoulder.



Didapat



dari



http://indonesian.orthopaedicclinic.com.sg/?cat=4431 (12 Agustus 2011)



Thomson, Ann M., Tidy’s physiotherapy, 12th ed, Butterworth-Heinemann, 1991. hal: 71



23