Siklus Kehidupan Keluarga [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA Dalam setiap pernikahan, setiap pasangan akan melewati urutan perubahan dalam komposisi, peran, dan hubungan dari saat pasangan menikah hingga mereka meninggal yang disebut sebagai Family Life Cycle (Hill & Rodgers, dalam Sigelman & Rider, 2003) Duvall (dalam Lefrancois, 1993) membagi tahap-tahap pernikahan menjadi 8 (delapan) tahap yang disebut juga sebagai Family Life Cycle, sebagai berikut: 1. Keluarga awal: Pasangan baru menikah dan belum memiliki anak, berlangsung selama lebih kurang 2 tahun 2. Childbearing family (kelahiran anak pertama sampai berusia 30 bulan), berlangsung sekitar 2.5 tahun 3. Keluarga dengan anak prasekolah (anak tertua berusia 30 bulan - 6 tahun), berlangsung sekitar 3.5 tahun 4. Keluarga dengan anak sekolah (anak tertua berusia 6 - 13 tahun), berlangsung sekitar 7 tahun 5. Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berusia 13 - 20 tahun), berlangsung sekitar 7 tahun 6. Keluarga dalam periode launching young adults (kepergian anak pertama sampai anak terakhir), berlangsung sekitar 8 tahun 7. Middle – aged parents (masa emptynest dan retirement), merupakan periode terlama yang berlangsung sekitar 15 tahun 8. Aging family members (dari masa pensiun hingga meninggalnya salah seorang pasangan), berlangsung selama lebih kurang 10 - 15 tahun.



Gambar 1. Family Life Cycle oleh Duvall (dalam Lefrancois, 1993)



Tabel 1. Tahap Pertama Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan Dua orangtua, dan Tugas-Tugas Perkembangan yang bersamaan. Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Keluarga Awal



Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga 1. Membangun pernikahan yang saling memuaskan. 2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis. 3. Keluarga



berencana



(keputusan



tentang



kedudukan sebagai orangtua) Ketika dua orang diikat dalam ikatan pernikahan, perhatian awal mereka adalah menyiapkan suatu kehidupan bersama yang baru. Belajar hidup bersama sambil memenuhi kebutuhan kepribadian yang mendasar merupakan sebuah tugas perkembangan yang penting. Pasangan harus saling menyesuaikan diri terhadap banyak hal kecil yang bersifat rutinitas. Misalnya mereka harus mengembangkan rutinitas untuk makan, tidur, bangun pagi, membersihkan rumah, menggunakan kamar mandi bergantian, mencari rekreasi dan pergi ke tempat-tempat yang menyenangkan bagi mereka berdua. Dalam proses saling menyesuaikan diri ini, terbentuk satu kumpulan yang berpola dan lalu dipelihara oleh pasangan tersebut, dengan setiap pasangan memicu dan memantau tingkah laku pasangannya serta kesanggupan dan kemampuan suami istri untuk berhubungan dengan mesra, saling memberi dan menerima cinta. Dalam hubungan yang sehat, perbedaan-perbedaan dipandang untuk memperkaya hubungan pernikahan. Pencapaian hubungan pernikahan yang memuaskan tergantung pada pengembangan cara-cara yang memuaskan untuk menangani “perbedaan-perbedaan tersebut” dan konflik-konflik. Cara yang sehat untuk memecahkan masalah adalah berhubungan dengan kemampuan pasangan untuk bersikap empati, saling mendukung, dan mampu berkomunikasi secara terbuka dan sopan dan melakukan pendekatan terhadap konflik atas rasa saling hormat menghormati. Perubahan peran dasar terjadi dalam pernikahan pertama dari sebuah pasangan, karena mereka pindah dari rumah orangtua mereka ke rumah mereka yang baru. Bersamaan dengan itu, mereka menjadi anggota dari tiga keluarga, yaitu : menjadi bagian anggota keluarga mereka sendiri, menjadi anggota keluarga dari pasangan mereka dan menjadi anggota keluarga yang mereka bentuk dari hasil pernikahan. Pasangan tersebut menghadapi tugastugas memisahkan diri dari keluarga asal mereka dan mengupayakan berbagai hubungan dengan orangtua mereka, sanak saudara dan dengan ipar-ipar mereka, karena loyalitas utama mereka harus diubah untuk kepentingan hubungan pernikahan mereka. Suami istri harus mempelajari dan menyesuaikan diri bila tidak menginginkan hubungan yang tegang dengan sanak saudara mereka. Bagi pasangan tersebut, hal ini menuntut pembentukan



hubungan baru dengan setiap orangtua masing-masing, yaitu hubungan yang tidak hanya memungkinkan dukungan dan kenikmatan satu sama lain, tapi juga otonomi yang melindungi pasangan baru tersebut dari campur tangan pihak luar yang mungkin dapat merusak bahtera pernikahan yang bahagia. Apakah ingin memiliki anak atau tidak dan penentuan waktu untuk hamil merupakan suatu keputusan keluarga yang sangat penting. Dalam hubungan keluarga yang baru sangat penting menekankan pertimbangan semua rencana kehamilan. Dalam hal ini pasangan diharapkan dapat mempersiapkan segala hal seperti, mental, ekonomi serta sosial. Sepasang suami istri diharapkan siap untuk menjadi orangtua. Karena yang biasanya mementingkan diri sendiri dan pasangannya, sekarang harus membagi tanggung jawab terhadap anaknya juga. Suami istri juga harus dapat merencanakan ingin mempunyai berapa keturunan. Semakin banyak keturunan akan mempengaruhi ekonomi keluarga karena banyak pengeluaran yang mungkin akan dikeluarkan. Dan juga biasanya mempunyai banyak keturunan dalam suatu keluarga akan mendapat tanggapan miring dari masyarakat sekitar. Untuk itu diperlukan komunikasi yang intens antara sepasang suami istri, karena akan berdampak di kehidupan yang akan datang. Tabel 2. Tahap Kedua Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang sedang mengasuh anak dan Tugas-Tugas Perkembangan yang Bersamaan. Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Chilbearing family



Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga 1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga). 2. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga. 3. Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan. 4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orangtua dan kakek dan nenek.



Kelahiran seorang anak membuat perubahan-perubahan yang mendasar dalam organisasi keluarga. Fungsi-fungsi pasangan suami istri harus dibedakan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan baru dalam menjalankan peran masing-masing pasangan. Perubahan-



perubahan peran dan adaptasi terhadap tanggungjawab orangtua yang baru biasanya lebih cepat dipelajari oleh ibu daripada ayah. Anak merupakan realita kehidupan yang nyata bagi calon ibu dari pada ayah, karena seorang ibu begitu merasakan bagaimana beratnya mengandung janin dari rahim sampai dilahirkan keluar. Hal ini membaut seorang ibu akan sangat menghargai perjuangannya sendiri untuk merawat anak. Tahap kedua ini perkembangan orangtua adalah belajar untuk menerima pertumbuhan dan perkembangan anak yang terjadi dalam masa usia bermain, khususnya orangtua yang baru memiliki anak pertama yang membutuhkan bimbingan dan dukungan. Orangtua perlu memahami tugas-tugas yang harus dikuasai oleh anak dan kebutuhan anak akan keselamatan, keterbatasan dan latihan buang air (toilet training). Mereka perlu memahami konsep kesiapan perkembangan, konsep tentang “saat yang tepat untuk mengajar mereka”. Pada saat yang sama pula orangtua perlu bimbingan dalam memahami tugas-tugas yang harus mereka kuasai selama tahap ini. Hubungan seksual suami istri umumnya menurun selama kehamilan dan selama 6 minggu masa postpartum. Kesulitan-kesulitan seksual selama masa berikutnya umum terjadi, yang timbul dari faktor-faktor seperti ibu tenggelam dalam peran barunya, keletihan dan perasaan menurunnya daya tarik seksual dan juga perasaan suami bahwa ia “tersingkir” oleh bayinya. Untuk itu diperlukan pembentukan kembali pola-pola komunikasi yang memuaskan termasuk komunikasi masalah hubungan seksual. Pasangan harus terus memenuhi setiap kebutuhan-kebutuhan psikologis dan seksual tetapi tidak melepas tanggung jawab sebagai orangtua. Pada tahap ini pasangan memerlukan penyesuaian hubungan dalam keluarga besar dan dengan teman-teman. Ketika anggota keluarga lain mencoba mendukung dan membantu orangtua baru ini, ketegangan bisa muncul. Misalnya, meskipun kakek nenek dapat menjadi sumber pertolongan yang besar bagi orangtua baru dikala sibuk bekerja, namun kemungkinan konflik tetap ada karena perbedaan nilai-nilai dan harapan-harapan yang ada antar generasi tersebut. Untuk itu diperlukan komunikasi antar anggota keluarga yang baik untuk mencegah terjadinya konflik, misalkan bicara baik-baik, bahwa kita sebagai pasangan akan mecoba mengurus anak secara mandiri.



Tabel 3. Tahap III Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia pra sekolah dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.



Tahap Siklus



Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga



Kehidupan Keluarga Keluarga dengan 1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang anak usia Prasekolah.



bermain, privasi, keamanan. 2. Mensosialisasikan anak. 3. Mengintegrasi anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain. 4. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan pernikahan dan hubungan orangtua dan anak) dan di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas).



Pada tahap ini, pasangan suami istri sudah mempunyai anak yang mungkin sudah masuk ke dunia sekolah. Kemungkinan anak tersebut akan sedikit lebih aktif dari sebelumnya, mengingat dalam masa sekolah pertama PAUD atau TK, anak akan lebih senang dalam bermain. Mungkin juga karena bermain terlalu aktif, si anak juga bisa mengalami cedera. Untuk itu diperlukan suatu ruang khusus bermain anak yang aman atau seorang pengawas yang baiknya orangtua sendiri dalam mengawasi putra-putrinya bermain untuk menghindari hal-hal tidak diinginkan saat bermain. orangtua pada tahap ini memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendidik anakanaknya. Sebagai contoh orangtua harus mengajarkan anaknya mengidentifikasi jenis kelaminnya sendiri, terlebih lagi anak laki-laki diatas usia 5 tahun. orangtua khususnya ayah harus benar-benar mengajarkan bagaimana mengidentifikasi peran sebagai seorang laki-laki, agar kedepan identitas anak laki-laki tersebut terbentuk dengan matang. Pada tahap ini pula, kadang orangtua akan memiliki anak kedua. Karena itu, tahap ini, bisa memunculkan konflik antara anak pertama dengan adiknya sendiri. Seorang kakak bisa “cemburu” terhadap adiknya. Dan biasanya juga, orangtua akan lebih mencurahkan kasih sayang lebih terhadap anak kedua terlebih yang baru lahir. Biasanya ini terjadi, dimana sang kakak berusia dibawah 5 tahun. Untuk itu, perlu peran orangtua untuk membagi kasih sayang secara adil antara anak pertama dengan kedua. Mungkin sebagai contoh bisa saat sang adik bermain dengan ibunya, ayah bisa menemani kakaknya. Peran orangtua pada siklus ini bisa membuat pernikahan lebih sulit, seperti: pasangan suami istri masing-masing merasakan perubahan kepribadian; mereka kurang puas dengan keadaan di rumah, terdapat banyak interaksi yang berorientasi pada tugas, pembicaraan pribadi lebih sedikit sedangakan pembicaraan akan teralih yang berpusat pada anak, kehangatan yang diberikan kepada anak lebih banyak dari pada yang diberikan satu sama lain, dan tingkat kepuasan hubungan seksual lebih rendah. Untuk itu perlu memahami dan komunikasi peran masing-masing antara suami istri. Lebih dihangatkan lagi



pembicaraan antara sesama, memilih waktu-waktu yang tepat untuk berhubungan seksual serta saling terbuka tentang perubahan yang terjadi. Tabel 4. Tahap IV Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia sekolah, dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan. Tahap Siklus



Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga



Kehidupan Keluarga Keluarga dengan anak 1. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi usia sekolah



sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat. 2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. 3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga



Tugas orangtua pada tahap ini adalah untuk belajar membiarkan anak pergi. Lama kelamaan hubungan anak dengan teman sebaya dan kegiatan-kegiatan diluar rumah akan memainkan peranan yang lebih besar dalam kehidupan anak usia sekolah tersebut. Seorang anak akan sangat mudah terpengaruh dengan teman sebaya atau lingkungan luar rumah. Hal ini bisa menjadi bekal seorang anak untuk mencapai fase remaja yang baik. Perlu pendampingan anak agar paham dalam mengambil hal-hal positif dari teman-teman sebaya dan lingkungan luar rumah. Selama tahap ini orangtua juga diharapkan mampu mendidik anak dengan baik agar anak-anaknya mendapat prestasi yang baik di sekolah. Kadang pada tahap ini orangtua sudah mulai tidak peduli dengan proses pendidikan anaknya, dan lebih menyerahkan pengasuhan anak terhadap seorang pengasuh anak. Ini bisa membuat kedekatan antara orangtua dengan anak renggang. Orangtua perlu mengetahui proses pendidikan anaknya, jangan hanya mengetahui hasilnya saja. Belum tentu hasil yang baik diperoleh dengan proses yang baik pula. DP: Lefrancois, Guy. (1993). The Life-Span (4thed.). Belmont California: Wadsworth Publishing Company. Sigelman, Carol. K., Rider, Elizabeth A. (2003). Life-Span Human Development (4th.ed). Belmont California: Wadsworth Publishing Company.