Silabus Kelas 6 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN Manfaat Kepemimpinan Teori kepemimpinan bermanfaat bagi setiap pemimpin dalam menjalankan peranannya sebagai pemimpin pendidikan. Peranan sebagai pemimpin pendidikan antara lain sebagai personal, Educator, Manager, Administrator, Supervisor, Social, Leader, Enterpreneur, and Climator disingkat PEMASSLEC. 1) sebagi personal, ia harus memiliki integeritas kepribadian dan akhlak mulia, pengembangan budaya, keteladanan, keinginan yang kuat dalam pengembangan diri, keterbukaan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, kendali diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan, bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan. 2) educator, berperan merencanakan, melaksanakan, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih (meneliti dan mengabdikan kepada masyarakat khusunya dosen) 3) manager, melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. 4) administrator, harus mampu mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah. 5) supervisor, merencanakan supervisi, melaksanakan supervisi dan menindaklanjuti hasil supervisi untuk meningkatkan profesionalisme guru. 6)social, ia bekerja sama dengan pihak lain untuk berkepentinagn sekolah, berpartisipasi dalam kegiatan social kemasyarakatan, dan memiliki kepekaan (empati) social terhadap orang dan atau kelompok orang.7) leader, ia harus mampu mempimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara optimal. 8) entrepreneur, ia harus kreatif (inovatif), bekerja keras, etos kerja, ulet (pantang menyerah), dan naluri kewirausahaan. 9) climator, harus mampu menciptakan iklim sekolah yang kondusif yaitu PAKEMB. Peranan kepala sekolah adalah sebagai orang yang memiliki KEpribadian, MANAjerial, KewirAUsahaan, SUpervisi, dan SoSIal disingkat KEMANA KAU SUSI. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN, PEMIMIPIN, DAN PIMPINAN Kepemimpinan (leadership) dan pemimpin (leader) merupakan objek dan subjek yang banyak dipelajari, dianalisis, dan direfleksikan. Kata lead (memimpin) berasal dari kata Anglo Saxon yang umumnya dipakai dalam bahasa Eropa Utara yang artinya jalan atau jalur perjalanan kapal laut. Kepemimpinan menyangkup tentang cara atau proses mengarahkan orang lain agar mau berbuat seperti pemimpin inginkan. Menurut Gardner (1995), pemimpin-pemimpin adalah orang-orang menjadi contoh, memengaruhi perilaku pengikutnya secara nyata melalui sejumlah perasaan-perasaan signifikan pengikutnya. Menurut Bush (2008), “pemimpin-pemimpin adalah orang-orang yang menentukan tujuan-tujuan memberi motivasi-motivasi, dan melakukan tindkaan-tindakan kepada bawahannya. Pemimpin adaalah orang yang memimpin. Ia terpilih sebagai pemimipin karena memiliki keunggulan kompetituf dan/atau keunggulan komparatif di dalam masyarakat. pemimpin yang diangkat dengan surat keputusan dari pihak berwenang disebut pemimpin formal sedangkan pemimpin yang tidak diangkat dengan surat keputusan atau diangkat oleh kelompok nonformal disebut pemimpin nonformal. Pemimpin nonformal dapat



terjadi jika seseorang “mengangkat dirinya sebagai pemimpin” disaat suatu kelompok dalam keadaan genting atau darurat. Stogdill (1974) mendefinisikan kepemimpinan sebagai 1) titik focus proses kelompok, 2) kepribadian dan pengaruhnya, 3) seni agar bujukan dipenuhi, 4) latihan memengaruhi, 5)tindakan atau perilaku, 6) bentuk membujuk, 7) kekuatan hubungan, 8) instrument mencapai tujuan, 9) suatu pengaruh interaksi, 10) suatu perbedaan peran, 11) inisiasi struktur. Kepemimpian adalah tindakan-tindakan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan akhir yang diharapkan (Bush, 2008). Kepemimpinan menurut Sharma (2009) adalah: 1) tindakantindakan memengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan akhir yang diharapkan; 2) memengaruhi masyarakat, bawahan, institusi-institusi, dan siswa; 3) bimbingan mewujudkan yang abstrak seperti visi dan sebagainya; 4) membujuk bawahan untuk menyampaikan minatnya. Bush, et.al (2010) mendefinisikan kepemimpinan adalah tindakan-tindakan memengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan akhir yang diharapkan. Yukl (2010) mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut: 1. Perilaku dari seseorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (share goal) 2. Pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu 3. Pembentukan awal serta pemelihara struktur dalam harapan dan interaksi 4. Peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit, pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi. 5. Sebuah proses memengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan kearah pencapaian tujuan. Kepemimpinan menurut Hughes, et.al (2002) berkenaan dengan keberanian mengambil resiko dengan perhitungan yang matang, dinamika, kreativitas, inovasi, perubahan dan visi. Selanjutnya, ditambahkan oleh Hughes, et.al (2002), “leadership is everyone’s business”. (kepemimpinan adalah urusan semua orang) karena setiap orang pada hakikatnya adalah pemimpin yang kelak diminta pertanggungjawabannya terhadap kepemimpinannya. Berdasarkan pendapat tentang kepemimpinan, dapat disimpulkan bahwa masing-masing definisi berbeda menurut sudut pandang penulisnya. Meskipun demikian, ada kesamaan dalam mendefinisikan kepemimpinanya, yakni mengandung makna memengaruhi orang lain untuk berbuat seperti yanag pemimpin kehendaki. Jadi, yang dimaksud dengan kepemimpinan ialah ilmu dan seni memengaruhi orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dari kesimpulan diatas, dapat diketahui bahwa kata kunci kepemimpinan adalah memengaruhi. Unsur-unsur definisi kepemimpinan diatas mengandung; 1) ada orang dan/atau kelompok yang dipengaruhi, 2) ada tindakan yang diharapkan, 3) ada tujuan yang ingin dicapai. 4) ada cara mencapai yaitu efektif dan efisien. Misi yang dimiliki pemimpin secar tidak langsung dipengaruhin oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi, nilai-nilai yang dianutnya, situasi-situasi, etika dan budaya. Misi pemimpin, etika



dan budaya berpengaruh langsung terhadap cara pemimpin mengarahkan, menentukan tujuan, sasaran dan keterbatasan untyk bertindak. Akan tetapi, secara tidak langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan harapan. Pengarahan, tujuan, sasaran, dan keterbatasan untuk bertindak berpengaruh langsung terhadapt kegiatan-kegiatan pemimpin. Akan tetapi secara tidak langsung dipengaruhi etika, budaya, lingkungan dan harapan. Akhirnya, hasil atau dampak secara langsung dipengaruhi kegiatan-kegiatan dan secara tidak langsung dipengaruhi lingkungan dan harapan. Uraian ini digambarkan Immegart (1990) seperti gambar 1 berrikut.



Gambar 1 Model Umum Konsep Kepemimpinan (Immegart, 1990) KERANGKA PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN Teori kepemimpinan didasarkan pada beberapa perspektif yang berbeda. Jago (1982) telah mengembangkan kerangka perspektif kepemimpinan yang terdiri atas dua dimensi, yaitu 1) fokus dan 2) pendekatan. Fokus memandang kepemimpinan sebagai seperangkat sifat-sifat (traits) dan perilaku yang esensinya kepemimpinan yang efektif dan tidak efektif tergantung sifat-sifat yang dimiliki pemimpin sejak lahir. Perspektif perilaku berfokus pada perilaku pemimpin yang dapat diamati. Gaya bersikap dan bertindak tampak dari cara melakukan sesuatu seperti memerintah, cara mengambil keputusan, cara memotivasi, cara berkomunikasi, cara berkoordinasi, dsb, sehingga muncul gaya umum pemimpinan yaitu otoriter, demokratis, dan laize faire (satu jalan terbaik). Setiap organisasi mempunyai ciri khusus dan masing-masing mempunyai keunikan sehingga tidak mungkin organisasi dipimpin dengan perilaku tunggal untuk segala situasi. Situasi yang berbeda harus dihadapi dengan perilaku yang berbeda pula. Oleh karena itu, muncul koreksi terhadap pendekatan perilaku dengan pendekatan kontigensi. Pendekatan terdiri atas universal dan kontigensi. Pendekatan universal menganggap hanya ada satu cara terbaik untuk pemimpin. Pemimpin efektif tergantung pada situasinya. Pendekatan kontigensi atau pendekatan kemungkinan, artinya situasi berbeda harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda pula. Oleh karena itu, beberapa kiteratur menyamakan istilah dengan situasi. Jago (1982) meringkas kerangka perspektif kepemimpinan seperti tabel 1 berikut.



Tabel 1 Kerangka Perspektif Kepemimpinan



(Jago 1982)



Gibson, et.al. (2009) juga memberikan kerangka untuk memelajari kepemimpinan seperti gambar 2 berikut.



Gambar 2 Kerangka untuk Mempelajari kepemimpinan (Gibson, et.al., 2009) TEORI KEPEMIMPINAN Kepemimpinan adalah urusan semua orang (Leadership is every body’s bisnis) karena setiap manusia adalah pemimpin, minimal dirinya sendiri, serta bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Teori kepemimpinan terdiri atas teori kepemimpinan klasik dan teori kepemimpinan modern. Teroi kepemimpinan klasik meliputi: 1) gaya kepemimpinan model Taylor, 2) gaya kepemimpinan model Mayo, 3) studu Lowa, 4) studi Ohio, 5) studi Michigan,.



Teori kepemimpinan modern meliputi; 1) teori orang besar (great man), 2) sifat-sifat (traits), 3) perilaku (behavioral), 4) situasional (kontigensi), 5) transaksional, 6) transfirmasional, 7) Pancasila. Persamaan dan perbedaan keenam pendapat tentang pendekatan kepemimpinan seperti tabel 2 berikut. Tabel 2 Persamaan dan Perbedaan Keenam Pendapat Pendekatan Kepemimpinan



Pada tabel 2 dapat disimpulkan bahwa urutan pendekatan kepemimpinan yaitu; 1) great man Theories, 2) sifat-sifat, 3) keterampilan, 4) pengaruh dan kekuasaan, 5) perilaku (gaya), 6) situasional, 7) kontigensi, 8) transaksional, 9) atribut, 10) transformasional/karismatik. 1. Teori Kepemimpinan Klasik a. Gaya Kepemimpinan Model Taylor Taylor (1911), menemukan gaya kepemimpinannya dalam perusahaan sebagai berikut. 1) Cara terbaik untuk meningkatkan hhasil kerja ialah dengan meningkatkan teknik aytau metode kerja, akibatnya manusia dianggap sebagai mesin 2) Manusia untuk manajemen, bukan manajemen untuk manusia 3) Fungsi kepemimpinana adalah menetapkan dan menerapkan kriteria prestasi untuk mencapai tujuan 4) Focus pemimpin adalah pada kebutuhan organisasi b. Gaya Kepemimpinan Model Mayo Gaya kepemimpinan Mayo (1920) dikenal dengan gerakan hubungan manusiawi merupakan reaksi dari gaya kepemimpinan Taylor yang meperlakukan manusia seperti mesin. Mayo berpendapat bahwa dalam memimpin (1) selain mencari teknik atau metode kerja terbaik, juga harus memperhatikan perasaan hubungan manusiawi yang baik, (2) pusat-pusat kekuasaan adalah hubungan pribadi dalam unit-unit kerja,(3) fungsii kepemimpinan adalah memudahkan pencapaian tujuan anggota secara kooperatif dan mengembangkan kepribadiannya. c. Studi Lowa Lewi, et al. (1981) meneliti tiga klun anak-anak berumur 10 tahun. Setiap klub diminta memainkan peran tiga gaya kepemimpinannya yaitu; otoriter, demokratis dan laize-faire



(semuanya sendiri). Pemimpin yang otoriter bertindak sangat direktif, selalu mengarahkan, dan tidak memberikan kesempatan bertanya apalagi membantah. Bawahan harus patuh pada perintah atasan tanpa membantah. Pemimpin demojratis mendorong kelompok berdiskusi, berpartisipasi, menghargai pendapat orang, siap berbeda, dan perbedaan tidak untuk dipertentangkan, tetapu untuk didapatkan hikmahnya. Pemimipn demokratis mencoba untuk bersikap objektif dalam memuji dan mengkritik. Pemimpin laize-faire memberikan kebiasaan kebebasan mutlak pada kelompok. Penelitian menemukan bahwa 19 anak dari 20 anak sangat sangat suka kepada kepemimpinan demokratis dan hanya 1 orang anak sangat senang dengan gaya kepemimpinan otoriter mungkin karena kebetulan dia anak seorang militer. d. Studi Ohio Tahun 1945, Biro Penelitian Bisinis Universitas Negeri Ohio melakukan serangkaian penelitian. Suatu tim penelitian interdisiplin seperti psikologi, sosiologi, dan ekonomi mengembangkan angket Deskripsi Perilaku Pemimpin (the Leader Behaviour Description Questionmsire) atau LBDQ. Angket ini untuk mendapatkan data kepemimpinan dalam berbagai unit kerja (Stogdill & Coons, 1957). Tim penelitian merumuskan kepemimpinan sebagai suatu perilaku seseorang yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu yang terdiri atas dua dimensi, yaitu struktur pembuatan inisiatif (initiating structure) dan perhatian (consideration). Struktur pembuatan inisiatif menunjukkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada pencapaian tugas. Perhatian menujukkan perilaku pemimpin pada hubungan manusiawi kepada bahawannya. Jika LBDQ diisi oleh bawahannya maka LOQ (Leader Opnion Questionnaire) diisi oleh pemimpin. Penelitian Ohio menemukan empat gaya kepemimpinan seperti gambar 3 berikut.



Gambar 3 Gaya Kepemimpinan Ohio e. Studi Michigan



Kantor riset Angkatan Laut mengadakan kontrak kerja sama dengan Pusat Riset Survei Universitas Michigan untuk mengadakan penelitian. Tujuan kerja sama ini adalah untuk meneliti prinsip-prinsip produktivitas kelompok dan kepuasaan anggota kelompok yang diperoleh partisipasi mereka. Penelitian mengidentifikasi dua konsep gaya kepemimpinan yaitu berorientasi pada bawahan dan berorientasi pada produksi. Pemimpin berorientasi pada bawahan menekankan pentingnya hubungan dengan pekerja dan menganggap setiap pekerja penting, diperhatikan minatnya, diterima keberadaannya dan dipenuhi kebutuhannya. Pemimpin yang berorientasi pada produksi menekankan pentingnya produksi dan aspek teknik-teknik kerja. pekerja diperlakuakn sebagai alat-alat untuk mencapai tujuan organisasi. Kedua orientasi ini parallel dengan gaya kepemimpinan demokratis dan otoriter dalam konsep perilaku kontinum dari Tannenbaum-Scmidt. 2. Teori Kepemimpinan Modern Teori kepemimpinan terdiri atas pendekatanl 1) sifat-sifat, 2) perilaku, 3) situasionalkontigensi, dan 4) Pancasila. Teori kepemimpinan ini bersifat umum. Oleh sebab itu, dapat diterapkan dalam berbagai organisasi termasuk organisasi pendidikan. Keempat pendekatan kepemimpinan tersebut diuraikan sebagai berikut. a. Teori Pendekatan Sifat-sifat (Traits Approach Theory) Pendekatan ini berdasarkan pada sifat seseorang yang dilakukan dengan cara; 1) membadingkan sifat yang timbul sebagai pemimpin dan bukan pemimpin, 2) membandingkan sifat pemimpin yang efektif dengan pemimpin yang tidak efektif. Teori ini disebut teori The Great Man yaitu seseorang dilahirkan sebagai pemimpin maka ia akan menjadi pemimpin. Penelitian tentang pemimpin efektif dan tidak efektif mengemukakan bahwa pemimpin yang efektif tidak berdasarkan pada sifat manusia tertentu, tetapi terletak pada seberapa jauh sifat seorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang dihadapinya. Sifat-sifat yang dimiliki oleh pemimpin yang efektif antara lain adalah K11, yaitu; Ketaqwaan, Kejujuran, Keahlian, Keikhlasan, Kesederhanaan, Keluasan pandangan, Komitmen, Keahlian, Keterbukaan, Keluasan hubungan social, Kedewasaan, dan Keadilan. Wexley & Yukl menyatakan bahwa terdapat beberapa persyaratan untuk menjadi pemimpin yang efektif, yaitu kemampuan yang lebih tinggi dari rata-rata bawahannya, antara lain; 1) memiliki kecerdasan yang cukup, 2) memiliki kemampuan berbicara, 3) memiliki keperyaan diri, 4) memiliki inisiatif, 5) memiliki motivasi berprestasi, dan 6) memiliki ambisi. Newstrom & Davis (1997) menyatakan bahwa sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin yang efektif yaitu; hasrat untuk memimpin, percaya diri, pengetahuan, perasaan positif, kreativitas dan orisinil, karisma, luwes dan adaptif, kemampuan berpikir, kejujuran dan integritas, keinginan personal. Toing (1997) mengungkapkan karakteristik kepala sekolah yang efektif anatar lain 1) adil dan tegas dalam mengambil keputusan, 2) membagi tugas secara adil kepada guru, 3) menghargai partisipasi staff, 4) memahami perasaan guru, 5) memiliki visi dan berupaya melakukan perubahan, 6) terampiil dan tertib, 7) berkemampuan dan efisien, 8) memiliki dedikasi dan rajin, 9) tulus dan 10) percaya diri. Manning & Curtis (2003) mengukur



kepemimpinan yang efektif dengan indicator: 1) berdasarkan fakta, 2) menciptakan visi, 3) memotivas, 4) memberdayakan staf. Kepemimpinan efekti menurut Bush (2008) adalah (1) vsioner, (2) penampilan berwibawa, (3) tegas, (4) pandai bicara, (5) agresif, (6) kerja keras, (7) konsisten, (8) berani (9) ramah, (10) cerdas. Berikut ini disajikan empat gaya kepemimpinan efektif (lihat Gambar 4) dan empat gaya kepemimpinan kurang efektif (lihat Gambar 5)



Gambar 4 empat gaya kepemimpinan Efektid (Anonim, 2009)



Gambar 5 empat gaya kepemimpinan kurang efektif (Anonim, 2009) Kouzes & Posner memberikan lima praktik untuk menjadi pemimpin teladan dan sepuluh komitmen seperti tabel 3 berikut.



1.



3.



4.



5.



6.



Tabel 3 Lima Praktk Keteladana dan Sepuluh Komitmen Kepemimpinan Lima Praktik Keteladanan Sepuluh Komitmen Kepemimpinan Menantang proses 1. Mencari kesempatan menantang untuk mengubah, mengembangkan, menginovasii, dan meningkatkan 2. Melakukan eksperimen, mengambil resiko, dan belajar dari kesalahan yang menyertainya Mengiilhami wawasan baru 3. Membayangkan masa depan, meningkatkan semangat menuju kejayaan 4. Mengajak orang lain dalam wawasan bersama dengan mengimbau melalui nilai-nilai, perhatian, harapan, dan iimpian bersama bawahan Memungkinkan orang lain dapat 5. Menganjurkan untuk mencapaii tujuan secara penuh bertindak melalui kerja sama serta membina kepercayaan 6. Memperkuat orang-orang dengan cara memberikan kekuasaan, menyediakan pilihan, mengembangkan keterampilan, memberikan tugas penting, dan menawarkan dukungan yang tampak 7. Memberikan teladan dengan cara berperilaku konsisten sesuai wawasan bersama tadi. Menjadi petunjuk jalan 8. Mencapai kemenangan kecil yang meningkatkan kemajuan secara konsisten dan membina komitmen 9. Menghargai sumbangan individu kepada keberhasilan setiap tugas Mendorong hati 10. Merayakan keberhasilan tim secara teratur Boone dan Johson (1980) dalam penelitiannya terhadap 801 manajer, menemukan lima kunci komitmen sebagai beriikut: 1. Komitmen terhadap organisasi Hersey dan Blanchard (1993) memberikan tiga teknik untuk meningkatkan komitmen terhadap organisasi, yatu membangun organiisasi, setia kepada atasan-bawahan, dan bekerja dengan nilai-nilai dasar yang dianut oleh organisasi. 2. Komitmen terhadap diri sendiri Komitmen ini difokuskan pada kepribadian manajer. Komitmen terhadap diri sendiri dibagi dalam tiga aktivitas khusus, yakni dengan menunjukkan otonomi, membangun diri sendiri sebagai manajer, dan menerima kritik yang membangun. 3. Komitmen terhadap konsumen Manajer yang baik akan berusaha memberikan service yang bermanfaat konsumen. Konsumen didefiniskan sebagai seseorang yang secara benar bermanfaat bagi kerja sebuah unit manajer. Manajer yang baik mementingkan konsumen dengan cara; a) komunikasi yang jelas, mementingkan konsumen terhadap pekerja, b) memperlakukan konsumen sebagai prioritas utama, c) mencegah komentar yang merusak tentang orang-orang yang menggunakan produk atau pelayanan kelompok kerja mereka.



4. Komitmen terhadap orang lain Manajer yang sempurna menunjukkan sebuah dedikasi terhadap orang-orang yang bekerja untuk mereka. Hal ini menunjukkan bahwa manajer menggunakan gaya yang tepat darii kepemimpinan untuk menolong agar orang-orang sukses dalam tugasnya. Tiga aktivitas penting dari komitmen adalah meperlihatkan kepeduliian positif dan penghargaan, memberikan umpan balik yang membangun dan mendorong ide-ide inovatif. 5. Komitmen terhadap tugas Manajer sukses memberikan arti dan relevansi untuk menunjukkan tugas pada orangorang. Mereka menyediakan focus, arah dan jaminan tugas pada orang-orang. b. Pendekatan Perilaku (Gaya-Gaya Kepemimpinan) Pendekatan ini berasumsi bahwa perilaku dapat dipelajari, sehingga pemimpin dapat dilatih dengan perilaku kepemiimpinan yang tepat agar menjadi pemimpin yang efektif. Pendekatan perilaku membuat seseorang menjadi pemimpin yang efektif. Pemimpin efektif ialah pemimpin yang menggunakan gaya (style) yang dapat mewujudkan sasarannya. Plato (427-347) dalam bukunya yang berjudul Republic membagi tiga gaya kepemimpinan yaitu, 1) filosofi, 2) militer (otoriter), 3) entrepreneur (Bass, 1981). Para peneliti telah mengidentifikasi dua gaya kepemimpiinan, yaitu; (1) berorientasi tugas (task oriented), (2) berorientasi bawahan (employee oriented). Gaya beroriented pada tugas lebiih memerhatikan pada penyelesaian tugas dengan pengawasan yang sangat ketat agar tugas selesai sesuai keinginannya. Hubungan baik dengan bawahannya diabadikan, yang penting bawahan harus bekerja keras, produktif, dan tepat waktu. Kelemahan seorang pemimpin berorientasi tugas yaitu kurang disenangi bawahannya karena bawahan dipaksa bekerja keras agar tugas-tugas selesai dengan cepat dan baik. Kelebihannya adalah pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu. Sedangkan kelemahan pemimpin berorientasi bawahan yaitu pekerjaan banyak yang tidak selesai. Kelebihannya yaitu pemimpin disenangi oleh sebagian besar bawahannya. Untuk menjadi pemimpin yang efekttif digunakan keseimbangan gaya kepemimpinan yang berorientasi dengan tugas dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan. Gaya ini dinamakan gaya kepemimpinan transaksional. Berikut diuraikan Gaya kepemimpinan Likert, Managerial Grid Blake & Mouton yang kemudiian Geradi, Reddin, transformasional, dan primal. 1. Empat Siistem Kepemimpinan dalam Manajemen Likert Likert mengembangkan participative management yaitu gaya yang menekankan bahwa keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan dan komunikasi. Selain itusemua pihak dalam organisasi menerapkan pola hubungan yang mendukung (supportive relationship). Lkert (1961 & 1967) merancang empat system kepemimpinan sebagai berikut a. System 1 Expoitative Authoritative (Otoriter yang Memeras) Pemimpin membuata keputusan dan memerintah bawahannya untuk melaksanakannya sekaligus menentukan standar hasil kerja dan cara pelaksanaan.



b. Benevolent Authoritative (otoriter yang Baik) Pemimpin masih menentukan perintah, tetap bawahannya mempunyai kebebasann untuk memberi tanggapan terhadap perintahnya. Bawahan diberi kesempatan untuk melasanakan tugasnya dalam batar-batas yang telah ditentukan secara rinci sesuai prosedur. c. Consultative (Konsultatif Pemimpin menetapkan sasaran tugas dan memberikan perintahnya setelah mendiskusikan dengan bawahannya. Bawahan dapat membuat keputusan sendiri mengenai pelaksanaan tugasnya, tetapi kekuasaan dibuat oleh pemimpin tingkat atas. d. Participative (partisipatif) Sasaran tugas dan keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan dibuat oelh kelompok. pengambilan keputusan yang ambil pemimpin berdasarkan pendapat kelompok. Likert dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan ssten 1 dan 2 akan menghasilkan produktivitas kerja yang rendah, sedangkan penerapan system 3 dan 4 akan menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi. Thierant (1977) menggambarkan system Likert yang disajikan pada gambar 6.



Gambar 6 Gaya Kepemimpinan Likert (Thierauf, et al., 1977) 2. Managerial Grid Leadership Blake & Mouton Blake & Mouton (1964) menyebutkan bahwa manajemen terdiri atas lima gaya. Perhatikan gambar 7 berikut.



Gambar 7 gaya kepemimpinan Blake & Mouton (1964) 3. Tiga Dimensii Gaya Kepemimpinan Reddin Reddin menggambarkan keefektifan kepemimpinan terdiri atas tiga kotak atau disebut model 3 Deminesi (3D model). Kotak tengah merupakan gaya dasar pemimpin sama seperti penemuan Ohio. Dari kotak tengah ditarik ke atas dank e bawah yang melukiskan sebagai gaya yang efektif dan tidak efektif. Gaya yang efektif berada diatas terdiri empat gaya, yaitu; a) Eksekutif Gaya ini banyak memberikan perhatian pada tugas-tugas pekerjaan dan hubungan kerja. pemimpiin yang memakai gaya ini disebut motivator yang baik, mau dan mampu menetapkan standar kerja yang tinggi, mau mengenal perbedaan indivdu, mau menggunakan kerja tim dalam manajemen. b) Pecinta pengembangan Gaya ini memberikan perhatian pada hubungan kerja dan mnimal terhadap tugas. Pemimpin yang menggunakan gaya ini kepercayaan implisit terhadap orang-orang yang bekerja dalam organisasinya dan sangat meperhatikan pengembangan indiviidu. c) Otokratis yang baik hati



d)



e)



f)



g)



h)



Gaya ini memberikan perhatian yang minimal pada tugas dan hubungan kerja. pemimpin yang menggunakan gaya ini mengetahui secara tepat yang diinginkannya dan cara mencapainya tanpa menyebabkan keengganan pihak bawahannya Birokrat Saya ini memberikan perhatian yang minimal pada tugas dan hubungan kerja. pemimpin yang menggunakan gaya ini sangat tertarik pada aturan-aturan dan mengontrol pelaksanaannya secara teliti. Gaya ini tidak efektif berada dibawah kotak terdiri atas empat gaya, yaitu pecinta kompromi (compromiser), missionary, otokrat, dan lari dari tugas (deserter) Pecinta kompromi Gaya ini memberikan perhatian yang besar pada tugas-tugas pekerjaan dan hubungan kerja berdasarkan kompromi. Pekerjaan yang memakai gaya ini merupakan pembuat keputusan yang jelek karena banyak tekanan bawahan yang memengaruhi. Missionary Gaya ini memberikan perhatian maksimal pada hubungan kerja, dan minimal terhadap tugas. Pemimpin yang menggunakan gaya ini hanya menilai keharomonisan sebaga tujuan dirinya sendiri. Otokrat Gaya ini meberikan perhatian yang maksimal pada tugas dan minimal pada hubungan kerja. pimpinan yang menggunakan gaya ini tidak percaya pada orang lain, tidak menyenangkan, dan hanya tertarik pada pekerjaan yang cepat/selesai. Lari dari tugas Gaya ini sama sekali tidak memberikan perhatian pada tugas dan hubungan kerja, pimpinan yang menggunakan gaya ini tidak pedulii pada tugas dan orang lain. Reddin menggambarkan uraian diatas sepertii gambar 8



Gambar 8 Gaya Kepemimpinan Reddin 4. Perilaku Pemimpin Lippit & White



Penelitian Lippit & White dalam bukunya ‘Leader Behaviour and Member Reaction in There Social Cliimate’ meneliti hubungan antara perilaku pemimpin yang berbeda yaitu otoriter, demokratis, dan laissez faire dengan fungsi kelompok seperti tabel 4 berikut. Tabel 4 Perilaku Pemimpin yang Berbeda dan Tanggapan bawahannya dalam Tiga Iklim Sosial



Gambar 9 Tiga Gaya Kepemimpinan (Manning & Curtis, 2009) Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa semakin otoriter seseorang semakin pemimpin sebagai pusat pengambilan keputusan. Semakin laize faire seseorang, semakin ia membebaskan bawahannya mengambil keputusan. Ketiga gaya kepemimpinan itu masingmasing memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. c. Kepemimpinan Situasional-Kontingensi Pendekatan ini menggambarkan gaya yang digunakan tergantung pemimpinnyasendiri, dukungann pengikut, dan situasi yang kondusif. Pendekatan ini terkenal dengan (1) model kontigensi Fiedler, (2) model rangkaian kesatuan kepemimpinan dari Tannenbaum &



d.



e.



f.



g.



Schmidt, (3) model kontinum kepemimpinan lima faktor Vroom & Yetton, (4) model kontigensi lima faktor Farris, (5) model kepemimpinan dinamika kelompok Caartwht & Zander, (6) model kepemimpinan path goal Evans dan House, (7) model kepemimpinan vertical dyad linkage Graen, (8) model kepemimpinan Bass, (9) model kepemimpinan situasional Hersey & Blanchard, (10) kepemimpinan Transforming Kouzes & Posner. Kepemimpinan Pancasila Roeslan Abdulgani menyebutkan bahwa kepemimpinan ABRI mempunyai sebelas asas kepemimpinan yaitu; 1) Ing Ngarso Sung Tulada , artinya jia berada dimuka nia memberikan teladan. 2) Ing Madya Mangun Karso, artinya jika berada ditengah, ia mengembangkan tekad. 3) Tut Wuri Handayani, artinya jika berada dibelakang aia menjadi pendorong, 4) Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 5) waspada Prba Waseso, yaiut waspada dan mengawasi serta sanggup dan berani koreksi kepada anak buah, 6) Ambeg Para Ma Arta, yaitu dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan, 7) Prasaja, yaitu bersikap sederhana dan tidak berlebihan (sederhana, 8) satya, yaitu sikap loyal yang timbal balik dari atasan terhdapa bawahannya dan dari bawahan terhadap atasan dank e samping terhadap teman-teman, 9) Geni Nastiti, berarti hemat dan cermat, yaitu kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu yang benarbenar diperlukan, 10) Belaka, berarti jujur yaitu kemauan, kerelaan, dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakannya, 11) Legawa, berarti ikhlas, yaitu kemauan, kerelaan dan keikhlasan pada saat menyerahkan tanggungjawab dan kedudukan kepada generasi berikutnya. Kepemimpinan Pendidikan Kepemimpinan pendidikan adalah kepemimpinan yang focus pada peningkatan mutu pendidikan. Kepemimpinan Pendidikan Kejuruan Dimensi kepemimpinan kejuruan menurut Finch & Mc Gough (1982) meliputi; 1) dimensi manusia (human) meliputi hubungan manusiawi, kreativitas, komitmen (tanggung jawab), fleksibel, dan orientasi jauh kedepan. 2) dimensi tugas meliputi perencanaan, epngembangan, amnajemen dan penilaian. 3) dimensi lingkungan meliputi sekolah, masyarakat, dan penyediaan tenaga kerja. Tipe Kepemimpinan Berdasarkan sejarahnya tipe kepemimpinan terbadi menjada tiga yaitu: 1) guru, 2) pahlawan dan 3) penghukum.



PRINSIP KEPEMIMPINAN ABAD KE-21 Reinhartz & Beach (2004) menyebutkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang dibutuhkan kepala sekolah agar sukses dalam mempipin sekolahnya yaitu: 1) dapat dipercaya (Credible) 2) menggunakan kebenaran, 3) menggunakan pengetahuan nilai inti bersama 4) mendengarkan suara guru, siswa, staf, orang tua dll 5)menghasilkan visi yang baik 6) berdasarkan data yang benar 7) berjaalan dengan introspeksi dan refleksi 8) memberdayakan dirinya dan orang lain



serta melibatkan orang lain dalam informasi dan pengambilan keputusan 9) melibatkan pengidentifikasian dan perlakuan hambatan-hambatan personal dan organisasional untuk berubah. KONSEP KEKUASAAN French dan Raven (1956) mengembangkan taksonomi untuk mengklasifikasi jenis sumbersumber kekuasaan yaitu: 1) reward power , 2) coercive power, 3) legimate power, 4) expert power, 5) referent power. Menurut Yukl (2010) Taksonomi French dan Raven mempengaruhi penelitian tentang kekuasaan, namun tidak semua sumber kekuasaan yang relevan bagi para pemimpin. Sedangkan Hersey dan Goldsmith menyebutkan tujug kekuasaan yaitu: 1) kekuasaan paksaan (coercive power), 2) koneksi, 3) ganjaran (reward power), 4) legitimasi (formal), 5) referen, 6) informasi, 7) informasi, 8) keahlian. MODEL KEPEMIMPINAN Bush (2008) membagi model kepemimpinan atas Sembilan model, yaitu 1) manajerial (managerial) focus para pemimpin adalah pada tugas pokok dan fungsi dengan menggunakan kompetensi, 2) partisipatif (participative) berfokus pada pengelolaan aktivitas yang ada untuk mencapai sukses dimasa depan, 3) transformasional (transformational) model komprehensif menggunakan pendekatan normatif, 4) interpersonal (interpersonal) lebih menekankan pada hubungan dengan teman sejawat dan hubungan antar prinadi, 5) transaksional (transaction) kepemimpinan yang mempengaruhi orang lain berdasarkan pada pertukaran sumber-sumber berharga berdasarkan kesepakatan, 6) postmodern menggunakan kepemimpinan demokrasi yakni berfokus pada visi yang dikembangkan oleh pemimpin, 7) kontigensi (contingency) lebih memfokuskan pada situasi dan mengevaluasi perilaku dan lingkungan, 8) moral (moral) focus utamanya pada nilai, kepercayaan, etika pimpinan, 9) pembelajaran (instrucsional) berfokus pada pembelajaran oleh guru dan siswa. KECERDASAN KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN MacGillchrist, et al. (2004) telah mengembangkan Sembilan kecerdasan prnilsisn yang dibutuhkan oleh memimpon guru, tenaga kependidikan, peserta didik yaitu 1) kecerdasan etika 2) kecerdasan spspiritual, 3) konteksutual, 4) operasioanl, 5) emosional, 6) kolegia, 7) reflektif. 8) pedagogik 9) sistematik. MUTU-MUTU KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP QUALITIES) Mutu kepemimpinan adalah atribut atau sifat yang dimiliki oleh pemimpin yang berkualitas. Sadler (1997) mengidentifikasi mutu personal meliputi 1) sifat-sifat kepribadian, 2) karakter, 3) temperamen, 4) kemsmpusn kognifit, 5) perhatian pada orang lain, 6)percata diri, 7)okoh 8) daya tahan tubuh 9) berwibawa, 10) integritas.



KEPEMIMPINAN MUTU Kepemimpinan mutu adalah kepemimpinan yang berfokus pada pencapaian dan pemenuhan kepuasaan pelanggan. Tanpa kepemimpinan mutu maka pimpinan disetiap lembaga, peningkatan mutu tidak akan terwujud. Saalis (2004) mengatakab bahwa setiap pemimpin harus memiliki sifat-sifat atau atribut 1) memiliki visi tentang mutu bagi lembaganya, 2) memiliki komitmen yang kuat terhadap mutu, 3) mengkomunikasikan pesan mutu secara efektif, 4) kebutuhan pelanggan sebagai fokus kebijakan dan melaksanakan kebijakan sebaik-baiknya, 5) mengarahkan pengembangan staf, 6) bersikap hati-hati untuk tidak menyalahkan orang ketika masalah muncul, 7) memimpin inovasi dalam lembaga, 8) memastikan bahwa struktur organisasi sudah jelas, 9) memiliki komitmen, mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan mengevaluasi keberhasilan pencapaian mutu. KEPEMIMPINAN PEMBERDAYAAN Peran utama pemimpin pendidikan adalah memberdayakan guru. guru hendaknya diberi kewenangan yang luas dan otonom dalam meningkatkabmutu pembelajaran siswa. Spanbauer (1992) menyampaikan pengarahan kepada pemimpin bahwa pemimpin harus membimbing dan membantu stafnya untuk mengembangkan sifat yang sama. Tindakan pemimpin tersebut dapat mewujudkan leingkungan kerja yang interaktif.