Sindikat Sejarah Lily [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SINDIKAT MATERI SEJARAH 1. Keterangan : a. LK 1 Komisariat : Dakwah b. Materi : Sejarah c. Alokasi Waktu : 5 Jam 2. Standar Kompetensi : Memahami Materi Sejarah 3. Kompetensi Dasar : a. Menjelaskan pengertian Sejarah b. Menjelaskan berbagai macam Sejarah 4. Indikator : a. Peserta mampu memahami pengertian sejarah b. Peserta mampu memahami sejarah Pra-Islam dan Keislaman c. Peserta mampu memahami sejarah Keindonesiaan d. Peserta mampu memahami sejarah HMI 5. Metode Pembelajaran : a. Presentasi dan Tanya Jawab b. Ceramah c. Brainstorming d. Diskusi Kelompok e. Ice Breaker f. Energizer g. Games 6. Media Pembelajaran : a. Papan tulis b. Spidol c. LCD 7. Aktivitas Pembelajaran : No Aktivitas 1. Pendahuluan: a. Pemandu Memberikan salam 1 |SINDIKAT SEJARAH



Metode



Ceramah



Time 5’



b. Pemandu Membaca Do’a c. Pemandu



-



memperkenalkan



pemateri serta



5’ 5’



mempersilahkan



-



pemateri untuk mengisi d. Pemateri Memotivasi peserta LK I, 2.



tentang pentingnya materi Sejarah Aktivitas Utama : a. Pemateri Sejarah,



menjelaskan Sejarah



dan



Keislaman b. Memberi



kesempatan



menjelaskan



Sejarah



Keindonesiaan



3.



Presentasi dan Tanya



50’



Jawab Tanya Jawab



10’



Presentasi dan Tanya



50’



kepada



peserta untuk bertanya c. Pemateri



30’



jawab



Definisi



Pra-Islam



Presentasi dan tanya



Jawab Ceramah



10’



d. Pemateri memberi Motivasi dasar



Presentasi dan Tanya



50’



e. Pemateri menjelaskan Sejarah HMI Penutup :



Jawab



a. Pemateri



menutup



sesi



dan



5’



mengembalikan pada pemandu b. Pemandu



melakukan



penajaman



Brainstorming



30’



pemahaman peserta tentang Sejarah c. Pemandu menutup sesi



5’



8. Instrumen Penilaian Teknik Penilaian Tes Lisan Diskusi Kelompok Tes Tertulis



Bentuk Instrumen Pertanyaan Subjektif Pemecahan Masalah Menjawab Soal



Instrumen Afektif Psikomotorik Kognitif



Penilaian Akhir Nilai akhir adalah nilai akumulasi seluruh ranah. Untuk penilaian akhir ini menggunakan rumus : NA = ((N afektif x 50%) + (N rata-rata kognitif x 30%) + (N psikomotorik x 20%)) 2 |SINDIKAT SEJARAH



9. Referensi a. Al-Munawir, Ahmad Warson.1997.



Kamus Arab-Indonesia. Surabaya : Pustaka



Progressif b. Ibn Manzur, Muhammad Ibn Mukarram . 1970. Lisan al-Arab, Vol 3. Beirut: Dar alLisan al- Arab c. Gazalba, Sidi. 1981. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Bhratata, 1981) d. K. Bertens. 1987. Panorama Filsafat Modern. Jakarta: Gramedia e. Hariono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif . Jakarta: Pustaka Jaya f. Cottschalk, Cf. Lois. 1985. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press g. W. Pranoto, Suhartono. 2010. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu h. Kuntowijoyo. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya i. Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH j. Ismawati. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: CV. Karya Abadi Jaya k. Siti Nadroh. 2003. Indonesia Selayang Pandang. Ciputat: PT. Medina Indonesia l. HMI Cabang Ciputat. 2014-2015. BASIC TRAINING Panduan untuk Kader Himpunan Mahasiswa Islam. Ciputat: Bidang PA HMI Cabang Ciputat



Sindikat Uraian Materi Sejarah 3 |SINDIKAT SEJARAH



No. 1.



Bagian Rincian Keterangan Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Halaman 4 Penulis



Esa, yang telah melimpahkan segala ni’mat, karunia, hidayah, dan taufiq-Nya kepada kita semua sehingga kita masih diberi kesempatan untuk menikmati hidup pemberian-Nya ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, yang selalu kita nantikan syafa’atnya di dunia dan di akhirat nanti, Aamiin. Dalam



pembuatan



sindikat materi



sejarah HMI ini, penulis mencoba menjelaskan tentang pengertian sejarah dari mulai sejarah pra-Islam,



sejarah



keislaman,



sejarah



keindonesiaan, serta latar belakang sejarah HMI. Selain itu, sindikat ini pula mengacu pada berbagai teori sejarah pergolakan pemikiran yang menjadi latar belakang berdirinya HMI. Sehingga, harapan besar dari penulis agar sindikat sejarah HMI ini dapat menjadi sumber atau rujukan yang relevan dalam peningkatan kualitas kader –kader HMI yang hari ini sedang tergradasi kualitasnya. Penulis



menyadari



penyusunan sindikat ini



masih



bahwa jauh



dari



kesempurnaan seperti apa yang diharapkan, sehingga penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruksional dari semua pihak. Semoga sindikat ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. 4 |SINDIKAT SEJARAH



2.



Testimoni



Jangan pernah sekalipun berpuas diri dengan Halaman 4



Perkaderan



lingkaran gagasan tertentu, namun usahakan agar lingkaran gagasan yang lebih besar selalu tersedia. Tanggungjawab untuk mengamankan diri dari kekalahan terletak di tangan kita. Selama anda merasa masih hijau, anda berarti sedang tumbuh. Tetapi jika anda merasa telah matang, anda akan mulai membusuk. Diri sejati bergerak seperti musik, sungai kehidupan, yang berubah, bergerak, gagal, menderita, belajar dan akhirnya bersinar. Jerih payah akan berhasil, jika pelakunya tidak mudah putus asa. Maka dari itu, HMI mengajarkan pada kita bahwa dalam hidup ini kita harus selalu yakin dan berusaha, niscaya semua cita-cita kita akan



3.



tercapai. Sindikat Materi a. Abstrak Sejarah



Halaman 5



Tujuan pembuatan sindikat ini yaitu untuk merangkum dan membahas tentang materi sejarah, yang meliputi pengertian sejarah, sejarah Pra-Islam dan Keislaman, sejarah Keindonesiaan, dan sejarah HMI. Dengan sindikat ini diharapkan penulis mampu mengaplikasikannya



guna



meningkatkan



kualitas kader-kader HMI. b. Keyword Sejarah, Islam, Indonesia, HMI c. Uraian Materi 4.



Biografi Penulis



Terlampir dibawah Nama Lengkap : Lilik Husna Mufidah Alamat : RT 004/ RW 01 Keyongan, Gabus,



5 |SINDIKAT SEJARAH



Halaman 5



Grobogan. TTL : Grobogan, 04 Mei 2001 E-mail : [email protected] Facebook : Lilik Husna Mufidah Jurusan : Manajemen Dakwah Fakultas : Dakwah dan Komunikasi Universitas : UIN Walisongo Semarang Cabang : Semarang No. Hp : 082327086611 Pengalaman Organisaasi : 1. Menteri



Ekonomi



Kewirausahawan



Kreatif Monash



dan Institute



Sekretaris Panitia Lk 1 Dakwah 2. Ketua



bidang



Eksternal



Kohati



HMI



komisariat Dakwah 3. Anggota



Koperasi



Mahasiswa



UIN



Walisongo 4. Kader HMI Komisariat Dakwah Walisongo 5. Ketua



Pengurus



Keamaan



Pondok



Pesabtren Al- Barkah, Sulang, Rembang. Foto :



6 |SINDIKAT SEJARAH



Lampiran Materi PENJELASAN MATERI SEJARAH HMI 1.



Sejarah A. Pengertian Sejarah Di Indonesia istilah sejarah telah lazim dipergunakan. Bahkan semua orangyang mengucap kata itu merasa sudah mengerti maknanya. Secara etimologis (lughowi), istilah sejarah dalam bahasa Arab dikenal dengan tarikh yang berarti menulis atau mencatat; dan catatan tentang waktu serta peristiwa.1 Akan tetapi istilah tersebut tidak serta merta hanya berasal dari kata ini. Malah beberapa pendapat mengatakan bahwa istilah sejarah itu berasala dari istilah bahasa Arab syajarah yang berarti pohon atau silsilah. 2Makna silsilah ini lebih tertuju pada makna tarikh tadi; termasuk kemudian dengan padanan pengertian babad, mitos, legenda, dan seterusnya. Syajarah berarti terjadi, syajarah an-nasab berarti pohon silsilah. Pohon dalam hal ini dihubungkan dengan keturunan atau asal usul keluarga raja atau dinasti tertentu. Hal ini dijadikan elemen utama dalam kisah sejarah pada masa awal. Dikatakan sebagai pohon, sebab pohon akan terus tumbuh dan berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih kompleks dan maju. Sejarah seperti pohon yang terus berkembang dari akar sampai ke ranting yang terkecil. Dalam istilah bahasa Eropa, asal-mula istilah sejarah yang dipakai dalam literature bahasa Indonesia itu terdapat beberapa variasi. Meskipun begitu, banyak yang mengakui



Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir: Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hlm. 17 dan Muhammad Ibn Mukarram Ibn Manzur, Lisan al-Arab, Vol 3 (Beirut: Dar al-Lisan al- Arab, 1970), hlm. 481. 2 Sidi Gazalba, Pengantar Ilmu Sejarah (Jakarta: Bhratata, 1981), hlm. 11.dan K. Bertens, Panorama Filsafat Modern (Jakarta, Gramedia, 1987); dan Hariono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hlm. 51,dan Cf. Lois Cottschalk, Mengerti Sejarah, terj. (Jakarta: UI Press, 1985), hlm. 27. 1



7 |SINDIKAT SEJARAH



bahwa istilah sejarah berasal dari bahasa Yunani historia.3 Dalam bahasa Inggris dikenal dengan history, artinya masa lampau umat manusia; bahasa Prancis historie; bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte yang berarti yang telah terjadi; dan bahasa Belanda dikenal gescheiedenis berarti terjadi. Kata history sebenarnya diturunkan dari bahasa latin dan Yunani (greek), yaitu historia artinya informasi, pencarian ilmu atau belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pengkajian sejarah sepenihnya bergantung kepada penyelidikan terhadap perkara-perkara yang benar-benar terjadi. 4Istor dalam bahasa Yunani artinya orang yang pandai; istoria artinya ilmu yang khusus untuk menelaah gejala-gejala dalam urutan kronologis. Oleh karena itu, kata sejarah berarti “mencari pengetahuan dan kebenaran”. Berdasarkan bahasa Indonesia, sejarah mengandung 3 pengertian: 1) sejarah adalah sifat atau asal-usul, 2) sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadipada masa lampau, dan 3) sejarah adalah ilmu, pengetahuan, dan cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi dimasa lampau. Dari pengertian tersebut, sejarah dapat dipahami sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia, yang berusaha menemukan, mengungkapkan, dan memahami nilai-nilai serta makna yang terkandung dalam peristiwa masa lampau. Namun perlu diketahui, bahwa sejarah mempunyai sifat yang khas diabanding ilmu yang lain, yaitu: 1) adanya masa lalu yang berdasarkan urutan waktu atau kronologis, 2) peristiwa sejarah yang menyangkut tiga dimensi waktu yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang, 3) ada hubungan sebab akibat atau kausalitas dari peristiwa tersebut, 4) kebenaran dari peristiwa sejarah bersifat sementara (merupakan hipotesis) yang akan gugur , apabila ditemukan data pembuktian yang baru. Masa lampau merupakan masa yang telah dilewati oleh masyarakat suatu bangsa dan masa lampau itu selalu terkait dengan



konsep-konsep



dasar



berupa



waktu,



ruang,



manusia,



perubahan,



dan



kesinambungan atau membutuhkan jawaban dari apa: apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana. Al-Qurá n memerintahkan manusia untuk menyiapkan masa depannya dengan mempelajari sejarah yang telah dilaluinya. Sebagaimana dalam Q.S Thoha/ 20 ayat 99, yang artinya: “Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah 3 4



Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 2. Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1999), hlm. 1.



8 |SINDIKAT SEJARAH



umat yang telah lalu, dan sesungguhnya telah kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan (Al-Qur’an)”. B. Metode Sejarah Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Rekonstruksi yang imaginatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses itu disebut historiografi (penulisan sejarah).5 1) Metode Penggalian Sejarah Untuk menggali data yang valid berkaitan dengan sejarah, diperlukan metode penggalian sejarah yang akurat. Penggalian sejarah pada umumnya menggunakan metode lisan, observasi, dan dokumenter. Diantara beberapa metodenya yaitu: a) Metode lisan (interview) Dengan metode ini pelacakan suatu objek sejarah dilakukan dengan interview. Metode interview atau wawancara disebut juga metode kuesioner lisan karena terjadi suatu dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara. b) Metode Observasi Dalam metode ini, objek sejarah diamati secara langsung. Sebelum penelitian dimulai atau pertama kali terjun ke lapangan, metode observasi sangat penting untuk digunakan dalam sebuah penelitian. Metode observasi merupakan metode pengumpulan data, yakni peyelidikan yang dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera terhadap kejadian yang dapat langsung ditangkap. Jadi, metode observasi adalah metode penelitian dengan pengamatan yang dicatat secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. c) Metode Dokumenter Metode ini berusaha mempelajari secara cermat dan mendalam segala catatan atau dokumen tertulis. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui data yang dapat dilihat secara langsung. 5



Drs. Samsul Munir, M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 4.



9 |SINDIKAT SEJARAH



Sbagai laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa dan sengaja menyimpan keteranganketerangan tertentu atau catatan-catatan. Metode ini sangat efektif dan efisien dalam penggunaan waktu dan tenaga karena cukup dengan melihat catatan yang telah ada. 2) Metode Penulisan Sejarah Adapun dalam penulisan sejarah, demikian pula Sejarah Peradaban Islam, metode yang dapat digunakan adalah metode deskriptif, komparatif, dan analisis sintetis. a) Metode Deskriptif Dengan metode ini ditunjukkan untuk menggambarkan adanya peradaban Islam tersebut, maksudnya ajaran Islam sebagai agama samawi yang dibawa Nabi



Muhammad



yang



berhubungan



dengan



peradaban



diuraikan



sebagaimana adanya, dengan tujuan untuk memahami yang terkandung dalam sejarah tersebut. b) Metode Komparatif Metode ini merupakan metode yang berusaha membandingkan sebuah perkembangan peradaban Islam dengan peradaban Islam lainnya. Melalui metode komparatif dimaksudkan bahwa ajaran-ajaran Islam tersebut dikomparasikan dengan fakta-fakta yang terjadi dan berkembang dalam waktu serta tempat-tempat tertentu untuk mengetahui adanya persamaan dan perbedaan dalam suatu permasalahan tertentu.Dengan demikian, dapat diketahui pula adanya garis tertentu yang menghubungkan peradaban Islam dengan peradaban yang dibandingkan. c) Metode Analisis Sintetis Metode ini dilakukan dengan melihat sosok peradaban Islam secara lebih kritis, ada analisis dan bahasan yang luas serta kesimpulan yang spesifik. Dengan demikian, akan tampak adanya kelebihan dan kekhasan peradaban Islam. Hal tersebut akan lebih jelas dengan adanya pendekatan sintetis yang dimaksudkan untuk memperoleh satu keutuhan dan kelengkapan kerangka pencapaian tujuan serta manfaat penulisan sejarah peradaban Islam. C. Manfaat sejarah 10 |SINDIKAT SEJARAH



1) Sejarah sebagai Peristiwa (history as actual) Sejarah merupakan peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau, sehingga sejarah sebagai peristiwa, yaitu peristiwa yang sebenarnya telah terjadi atau berlangsung pada waktu masa lampau. Sejarah melihat sebagaimana apa yang seharusnya terjadi (histoir realite). Sejarah sebagai peristiwa merupakan suau kejadian dimasa lampau yang hanya sekali terjadi serta tidak bisa diulang. Ciri utama sejarah sebagai peristiwa adalah: a) Abadi, karena peristiwa tersebut tudak berubah-ubah. b) Unik, karena peristiwa itu hanya terjadi satu kali. c) Penting, karean peristiwa yang terjadi tersebut mempunyai arti bagi seseorang bahkan dapat pula menentukan kehidupan orang banyak. 2) Sejarah sebagai Kisah (history as story and written) Sejarah sebagai kisah merupakan rekonstruksi dari suatu peristiwa yang dituliskan maupun diceritakan oleh seseorang . Sejarah sebagai kisah dapat berupan lisan maupun tulisan. Pertama, bentuk lisan, seperti penuturan secara lisan baik yang dilakukan oleh seorang maupun kelompok tentang peristiwa yang telah terjadi. Kedua, bentuk tulisan, dapat berupa kisah yang ditulis dalam buku-buku sejarah. Ada beberapa factor yang harus diperhatikan dan sangat berpengaruh dalam melihat dan menulis sejarah sebagai kisah, adalah sebagai berikut: a) Kepentingan yang diperjuangkannya Faktor kepentingan dapat terlihat dalam cara seseorang menuliskan dan menceritakan kisah peristiwa sejarah. b) Kelompok sosial dimana dia berada Dalam hal ini adalah lingkungan tempat ia bergaul, berhubungan dengan sesama pekerjaannya atau statusnya. c) Perbendaharaan pengetahuan yang dimilikinya Pengetahuan dan latar belakang kemampuan ilmu yang dimiliki pencerita sejarah juga mempengaruhi kisah sejarah yang disampaikan. d) Kemampuan bahasa yang dimilikinya Pengaruh kemampuan bahasa seorang penutur atau pencerita sejarah sebagai kisah terlihat dari hasil rekonstruksi penuturan kisah sejarah. 11 |SINDIKAT SEJARAH



2. Sejarah Pra-Islam dan Keislaman A. Peradaban Arab Sebelum Islam Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan Islam, terutama di sekitar Mekkah masih diwarnai dengan penyembahan berhala sebagai Tuhan, yang dikenal dengan istilah “Paganisme”. Selain menyembah berhala, dikalangan bangsa Arab ada pula yang menyembah agama Masehi (Nasrani), agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran, dan Syam. Disamping itu juga agama Yahudi yang dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran di Yaman dan Madinah, serta agama Majusi (Mazdaisme), yaitu agama orangorang Persia.6 Demikianlah keadaan bangsa Arab menjelang kelahiran Nabi Muhammad yang membawa Islam di tengah-tengah bangsa Arab. Masa itu biasa disebut dengan zaman Jahiliah, masa kegelapan dan kebodohan dalam hal agama, bukan dalam hal yang terakhir ini bangsa Arab mengalami perkembangan yang sangat pesat. Mekkah bukan hanya merupakan pusat perdagangan dunia yang penting saat itu, yang menghubungkan antara utara, Syam, dan selatan, Yaman, antara timur, Persia, dan barat Abesinia dan Mesir. Dalam bidang sastra, pada masa ini sastra juga memiliki arti penting dalam kehidupan bangsa Arab, mereka mengabdikan peristiwa-peristiwa dalam syair yang diperlombakan setiap tahun di pasar seni Ukaz, Majinnah dan Majaz. Bagi yang memiliki Syair yang bagus, maka diberikan hadiah, dan mendapat kehormatan bagi suku atau kabilahnya serta syairnya digantungkan di Ka’bah yang dinamakan “AlMu’allaq As-Sab’ah”. Bangsa Arab juga dikenal suka berperang. Peperangan antar sukutidak perbah berhenti, saling berebut kekuasaan dan pengaruh merupakan kepahlawanan yang dibanggakan. Namun, dibalik semua itu, bangsa Aarab sejak dahulu memiliki sifat kesatria, setia kepada kawan, dan menepati janji. Bangsa Arab suka menghormati tamu dan suka memberi makan kepada siapapun yang meminta perlindungan ke rumah mereka. Mereka juga memberi makan dan minum kepada kafilah padang pasir dan menghargai kepahlawanan, sebagai contoh bahwa bangsa Arab Quraisy suka membela orang-orang 6



Drs. Samsul Munir, M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 63.



12 |SINDIKAT SEJARAH



yang tidak berdaya dari goongan mereka sendiri serta selalu bermusyawarah dalam persoalan keluarga. Terbukti sudah sejak lama orang-orang Arab Quraisy memiliki lembaga permusyawaratan yang bernama “Darun Nadwah”. Dilingkungan inilah Nabi Muhamad dilahirkan, disinilah beliau memulai untuk menegakkan tonggak ajaran agama Islam, ditengah-tengah masyarakat yang sudah bobrok dan penuh kemaksiatan. Meskipun diwarnai dengan berbagai rintangan yang tersu mendera. Namun, beliau tetap teguh dalam menyebarkan agama baru, yakni agama Islam kepada masyarakat ketika itu. B. Perkembangan Islam pada Periode Makkah Nabi Muhammad SAW lahir di Makkah pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal atau 20 April 571 M. Ketika itu Raja Abrahah dengan gajahnya menyerbu Makkah untuk menghancurkan Ka’bah sehingga tahun itu dinamakan Tahun Gajah. Belia menjadi yatim piatu ketika beliau berumur delapan tahun, dan beliau diasuh oleh kakek dan pamannya, Abdul Muthalib dan Abu Talib. Pada umur 12 tahun, beliau mengenal perdagangan dan mengikuti jejak pamannya untuk berdagang ke Syam, dan beliau bertemu dengan Khadijah , seorang saudagar wanita kaya yang akhirnya menjadi isteri beliau. Fase kenabian Nabi Muhammad dimulai ketika beliau bertahannus atau menyepi di gua Hira’, sebagai alat imbas keprihatinan beliau melihat keadaan bangsa Arab yang menyembah berhala. Ditempat inilah beliau menerima wahyu pertama yang berupa surah al-Alaq ayat 1-5. Dengan wahyu yang pertama ini, maka beliau telah diangkat menjadi Nabi, utusan Allah. Pada saat itu, Nabi Muhammad belum diperintahkan untuk menyeru kepada umatnya, namun setelah turun wahyu kedua, yaitu surah Al-Muddatsir ayat 1-7, Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul yang harus berdakwah. Kehidupan Nabi Muhammad SAW di Makkah pada dasarnya adalah melaksanakan tugas-tugas kerasulannya. Untuk itu, beliau melakukan dakwah berdasarkan pada petunjuk wahyu, yang dijalankan dengan sabar dan ikhlas. Strategi dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dibagi kedalam tiga tahapan: 7 7



Prof. Dr. Hj. Ismawati, M. Ag., Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015), hlm.



17.



13 |SINDIKAT SEJARAH



1) Pertama, tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi melalui silaturrahim. Pada awalnya, Rasulullah SAW menyampaikan ajaran Islam kepada orangorang yang paling dekat dengan beliau, yaitu anggota keluarga dan sahabatsahabat karib beliau. Merekalah yang nantinya disebut “Ass-Sabiquunal Awwalun” (orang-orang yang terdahulu dan pertama masuk Islam). Mereka terdiri dari isteri beliau, Khadijah binti Khuwailid dan sahabat karib beliau, Au Bakar As-Siddiq. Berkat seruan Abu Bakar As-Siddiq ini, ada beberapa orang yang masuk Islam, yaitu: Utsman bin Affan, Zubair ibn Al-Awwan, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad ibn Abi Waqqash, Thalhah ibn Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abd al-Amar dari Bani Zuhrah dan Arqam ibn Abi al-Arqam. Selama tiga tahun dakwah Islam masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan. Selama jangka waktu ini telah dibentuk kelompok orang-orang mukmin yang senantiasa menguatkan hubungan persaudaraan dan saling bahu membahu. Mereka ini yang mendapatkan pendidikan agama pertama dan langsung dari Nabi SAW di rumah sahabat Arqam, yang kemudian dikenal dengan sebutan “ Daar al-Arqam”. Tempat ini juga dikenal sebagai lembaga dakwah dan pendidikan pertama yang dibentuk oleh Rasul. 2) Kedua, tahapan dakwah kepada keluarga besar Bani Hasyim. Nabi SAW mengundang kaum kerabat dari Bani Hasyim pada jamuan makan dan mengajak mereka untuk meyakini ajaran Islam. Walau belum banyak yang menerima, namun dalam kesempatan itu ada 3 orang yang bersedia masuk Islam, yaitu Ja’far ibn Abi Talib dan pembantu beliau, Zaid ibn Haritsah dan anak paman beliau yaitu Ali bin Abi Thalib yang saat itu masih anak-anak dan hidup dalam asuhan beliau. 3) Ketiga, tahapan dakwah secara terang-terangan dengan mempergunakan segala sarana, politik, ekonomi, perkawinan, perdamaian, dan surat-menyurat. Nabi Muhammad SAW menyampaikan dakwah Islam masih secara sembunyi-sembunyi, hingga turun wahyu dalam surat al-Hijr ayat 94, yang mengharuskan Rasulullah SAW menyampaikan dakwah secara terang-terangan kepada kaumnya, dengan wahyu sebagai berikut:



14 |SINDIKAT SEJARAH



“Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu)dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. Pada tahapan dakwah secara terang-terangan ini yang menyatakan masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy adalah Hamzah ibn Abd al-Muthalib dan Umar ibn Khattab bahkan orang diluar Makkah pun masuk Islam, yaitu Abu Dzar al-Ghiffari, seorang tokoh suku Ghiffar, Tufail ibn Amr al-Daus, seorang penyair dari Daus, dan dari suku Khazraj di Yatsrib sebanyak 6 orang, disusul 13 orang dan disusul berikutnya lebih banyak lagi. Kabilah Quraisy tidak berani menyakiti Muhammad karena beliau mendapat perlindungan dari pamannya, Abu Thalib memiliki pribadi yang sangat khas, yaitu di satu sisi membenarkan Islam, membela keponakannya Muhammad, walaupun ia tidak pernah mengikuti apa yang dibelanya samapai meninggal. Oleh karena itu, setelah isteri Nabi Khadijah meninggal pada usia 50 tahun dan pamannya meninggal pada usia 87 tahun dalam tahun yang sama yaitu 619 M, maka perlawanan kaum kafir Quraisy semakin keras lagi. Tahun itulah yang dirasakan Nabi sebagai tahun kesedihan atau Amul Huzn. C. Perkembangan Islam pada Periode Madinah Dalam periode ini, pengembangan Islam lebih ditekankan pada dasar-dasar pendidikan masyarakat Islam dan pendidikan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, Nabi kemudian meletakkan dasar-dasar masyarakat Islam di Madinah, sebagai berikut: 1) Pertama, mendirikan masjid Tujuan Rasulullah mendirikan masjid adalah untuk mempersatuka umat Islam dalam satu majelis, sehingga di majelis ini umat Islam bersama-sama melaksanakan shalat jama’ah secara teratur, mengadili perkara-perkara dan bermusyawarah. Masjid ini memegang peranan penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempererat tali ukhuwah Islamiyah. 2) Kedua, mempersatukan dan mempersaudarakan keluarga-keluarga Islam yang terdiri dari Muhajirin dan Anshar. Dengan cara mempersaudarakan antara kedua golongan ini, Rasulullah SAW telah menciptakan suatu pertalian yang



15 |SINDIKAT SEJARAH



berdasarkan agama pengganti persaudaraan yang berdasar kesukuan seperti sebelumnya. 3) Ketiga, perjanjian saling membantu antara sesama kaum muslimin dan bukan muslimin. Nabi Muhammad SAW hendak menciptakan toleransi antargolongan yang ada di Madinah. Oleh karena itu, Nabi membuat perjanjian antara kaum muslimin dan nonmuslimin, yang disebut engan Piagam Madinah. Isi Piagam Madinah tersebut yaitu: 4) Keempat, meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan sosial untuk masyarakat baru. Ketika masyarakat Islam terbentuk maka diperlukan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat yang baru terbentuk tersebut. Oleh karena itu, ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan dalam periode ini terutama ditujukan kepada pembinaan hukum. Ayat-ayat ini kemudian diberi penjelasan oleh Rasulullah, bik lisan maupun perbuatn beliau sehingga terdapat dua sumber hukum dalam Islm, yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Dari kedua sumber tersebut, didapat suatu sistem untuk bidang politik, yaitu sistem musyawarah. Dan untuk bidang ekonomi dititikberatkan



pada



jaminan



keadilan



sosial,



serta



dalam



bidang



kemasyarakatan, diletakkan pula dasar-dasar persamaan derajat antara masyarakat atau manusia, dengan penekanan bahwa yang menentukn derajat manusia adalah ketakwaan. D. Perjanjian Hudaibiyah Pada tahun 6 H, ketika ibadah Haji sudah disyariatkan, Nabi Muhammad SAW dengan sekitar 1000 pasukan muslimin berngkat ke Makkah bukan untuk berperang, tetapi untuk melaksanakan ibadah umrah, namun penduduk Makkah tidak mengizinkan mereka msuk kota. Akhirnya, diadakan perjanjian Hudaibiyah yang isinya antara lain sebagai berikut: 1) Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka’bah tahun itu, tetapi ditangguhkan sampai tahun depan. 2) Lama kunjungan hanya dibatasi sampai 3 hari.



16 |SINDIKAT SEJARAH



3) Kaum muslimin wajib mengembalikan orang-orang Makkah yang melarikan diri ke Madinah, namun sebaliknya, pihak Quraisy tidak harus menolak orang-orang Madinah yang kembali ke Makkah. 4) Selama 10 tahun diberlakukan gencatan senjata antara masyarakat Madinah dan Makkah. 5) Tiap kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum Quraisy atau kaum muslimin, bebas melakukannya tanpa mendapat rintangan. 8 Dengan perjanjian ini, harapan untuk mengambil alih Ka’bah dan menguasai Makkah semakin terbuka. Ada dua faktor pokok yang mendorong kebijaksanaan ini; Pertama, Makkah adalah pusat keagamaan bangsa Arab dan melalui konsolidasi bangsa Arab dalam Islam, Islam bisa tersebar keluar. Kedua, Apabila suku Quraisy dapat diislamkan, Islam akan memperoleh dukungan yang kuat karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar. E. Fathul Makkah Setelah dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah menjangkau seluruh Jazirah Arab, hingga hampir ke pelosok Jazirah Arab. Hal tersebut membuat orang-orang kafir Makkah khawatir dan merasa terpojok. Oleh karena itu, oraang-orang kafir Quraisy secara sepihak melanggar perjanjian Hidaibiyah.9 Melihat hal itu, Nabi SAW kemudian bersama dengan sepuluh tentara tertolak ke Makkah untuk menghadapi kaum kafir. Dan tanpa perlawanan berarti Nabi pun dapat menguasai Makkah. Meski demikian, masih ada dua suku Arab yang masih menentang, yaitu Bani Tsaqif dan Bani Hawazin. Kedua suku ini ingin menuntut atas penghancuran berhala-berhala yang dihancurkan Nabi Muhammad dan umat Islam pada waktu penyerbuan Makkah. Akan tetapi, mereka dapat dengan mudah ditaklukkan. 3. Sejarah Keindonesiaan A. Sejarah Awal



8



Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antarnusa, 1990), hlm.



9



Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Sejarah Islam, (Jakarta: ZAMAN, 2014), Hlm. 81.



402-403.



17 |SINDIKAT SEJARAH



Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA, BI: "Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia



Timur"),



yang



seorang Skotlandia yang



dikelola



oleh James



meraih



Richardson



Logan (1819-1869),



sarjana hukum dari Universitas



Edinburgh.



Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA. Dalam JIAEA volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading



Characteristics



of



the



Papuan,



Australian



and



Malay-Polynesian



Nations ("Pada Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua, Australia dan Melayu-Polinesia"). Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan



penyebutan



India



yang



lain.



Earl



mengajukan



dua



pilihan



nama: Indunesia atau Malayunesia ("nesos" dalam bahasa Yunani berarti "pulau"). Pada



halaman



71



artikelnya



itu



tertulis



(diterjemahkan



ke Bahasa



Indonesia dari Bahasa Inggris): "... Penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu masing-masing akan menjadi "Orang Indunesia" atau "Orang Malayunesia"". Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 ia mendirikan



sebuah



biro pers dengan



nama Indonesische



Persbureau.



Nama Indonesisch (pelafalan Belanda untuk "Indonesia") juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch ("Hindia") oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan



dengan



itu, inlander ("pribumi")



diganti



dengan Indonesiër ("orang



Indonesia").. Dipercayai bahwa Indonesia sudah mewujud sejak masa Pleistocene (4 juta tahun sebelum masehi) yang pada saat itu Indonesia masih menyatu dengan daratan Asia. Waktu itulah Homonoid muncul pertama kali, dan “manusia Jawa” mendiami suatu tempat di dunia yang kini disebut “Indonesia”. Manusia Jawa yang disebut Pithecanthropus erectus oleh Eugene Dubois penemu fosil pertama bumi Indonesia. 18 |SINDIKAT SEJARAH



Pendatang pertama dari India pada umumnya berasal dari Gujarat di tenggara India pada masa awal Masehi. Masa Caka di Indonesia merupakan awal pengenalan terhadap bahasa Sansekerta dan tulisan Pallawa oleh Pangeran Aji Caka (78 M). Tulisan Devanagari dari bahasa Sansekerta juga digunakan., seperti tulisan pada prasasti batu atau tembaga kuno yang berhasil di gali. Hubungan awal perdagangan dijalin antara India Selatan dengan Indonesia. Sumatera kemudian dinamai Swarna Dwipa atau Pulau Emas, Jawa disebut Jawa Dwipa atau Pulau Padi, Kerajaan Hindu Sriwijaya di Sumatera dan Nalanda di India Selatan tidak terhalang melakukan pertukaran budaya dan agama. Mereka kemudian menjalin hubungan diplomatik dan meluaskan perdagangan. Gelombang para pendatang terus berlangsung sejak abad pertama hingga abad ke tujuh Masehi. Secara damai dan bertahap agama Hindu menyebar ke seluruh kepulauan. Agama tersebut dipeluk oleh seluruh lapisan masyarakat Jawa, tapi di pulau lain hanya dipeluk oleh kalangan atas mereka. B. Periode Kerajaan Hindu-Budha Kerajaan Budha pertama yang muncul yaitu Kerajaan Sriwijaya yang diperkenalkan oleh seorang biksu Budha dari China yang bernama Fa Hsien yang menyebutkan adanya kerajaan Budha, dengan nama “Kanti Lim”, di Sumatera Selatan yang sekarang disebut Palembang atau yang dimaksud adalah kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 689 M, kerajaan Sriwijaya telah menjadi pusat belajar ajaran Budha dan melahirkan banyak sarjana filsafat seperti Sakyakitri, Dharmapala, dan Vajabudhi. Kerajaan Budha yang lain yang terkenal adalah Syailendra di Jawa Tengah. Kerajaan itu dipimpin oleh raja-raja Dinasti Syailendra yang mana dalam kepemimpinannya dibangunlah beberapa candi, seperti Borobudur, Mendut, Kalasan, dan Pawon. Di Jawa Barat terdapat kerajaan Galuh, Kanoman, Kuningan, dan Padjajaran. Pada akhir abad ke-10 (911-1007 M) Kerajaan Singasari yang kuat muncul di Jawa Timur dengan rajanya bernama Dharmawangsa. Selanjutnya, di Jawa Timur muncul kerajaan Majapahit. Raja pertamanya adalah Pangeran Wijaya yang juga dikenal dengan Raja Kartarajasa. Dibawah pimpinan Raja Hayamwuruk, kerajaan ajapahit menjadi kerajaan terkuat dalam sejarah Indonesia. Dia berhasil mewujudkan obsesinya untuk memiliki wilayah 19 |SINDIKAT SEJARAH



kekuasaan yang luas, melampaui batas wilayah kepulauan Indonesia saat ini. Raja Hayamwuruk dengan dukungan penuh dari Perdana Menteri Gajah Mada yang gagah berani. Dengan “Sumpah Palapa”-nya Hajah Mada, kerajaan Majapahit berhasil secara perlahan menyatukan seluruh kepulauan dibawah nama Dwipantara. C. Masa Kerajaan Islam Para sudagar Islam dari Gujarat dan Persi mulai mengunjungi Indonesia pada abad ke-13 M dan membangun hubungan dagang antara negeri ini dengan India dan Persia. Bersama dengan misi perdagangan, mereka juga menyebarkan Islam kepada bangsa Indonesia, khususnya di sepanjang pesisir Jawa, seperti Demak, Banten, dan Gresik. Pada masa berikutnya, mereka bahkan mempengaruhi dan mengajak rajaraja Hindu masuk Islam, yang pertama adalah Sultan Demak. Sultan muslim ini kemudian menyebarkan Islam ke arah barat yaitu ke Cirebon dan Banten, kemudian ke arah timur yaitu Gresik dan pada akhirnya mampu mengalahkan kekuatan kerajaan Majapahit. Setelah keruntuhan Majapahit, Islam mulai menyebar terus ke arah Timur hingga membangun Kesultanan Bone dan Gowa di Sulawesi Selatan. Juga termasuk di bawah pengaruh Islam adalah kesultanan Ternate, Tidore, dan Maluku. Salah satu kerajaan Islam terbesar di Jawa adalah Demak. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah, salah seorang putranya bernama Raden Trenggono meneruskan yang meneruskan kekuasaan kerajaan Demak dan mendapat gelar Sultan Demak. Pada masa Sultan Trenggono ini, Demak mengalami perkembangan yang pesat dan berhasil menguasai Majapahit. Di Jawa Barat terdapat sebuah kerajaan Hindu-Budha yang terkenal dengan sebutan kerajaan Padjajaran dengan ibukotanya Sunda Kelapa (1300 M). Sunda Kelapa saat ini berada di wilayah ibu kota negara Indonesia yaitu Jakarta. Pada tahun 1527 M, Sunda Kelapa ditaklukkan oleh Falatehan, seorang komandan dari pasukan kesultanan Demak. Setelah Sunda Kelapa ditaklukkan, kemudian dinamai “Jaya Karta” sebuah kosakata dari bahasa Sansekerta yang berarti jaya dan makmur. Kata inilah yang merupakan nama asli dari Jakarta yang saat ini lebih terkenal.



20 |SINDIKAT SEJARAH



Falatehan juga dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati, salah satu Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa. Pada tahun 1524-1525 M, ia pergi ke Jawa Barat, bersama tentara Demak untuk mendirikan suatu pusat perdagangan di wilayah Banten. Di Bnaten, dia berhasil menggulingkan penguasa lokal, seorang penerus kerajaan Padjajaran yang beragama Hindu-Budha di wilayah pedalaman Sunda. Sekitar 1527 M, Sunan Gunung Jati berhasil merebut pelabuhan utama Padjajaran, yaitu Sunda Kelapa. Meskipun sebelumnya telah ada kesepakatan amtara penguasa setempat dengan Portugis untuk mendirikan pos dagang di daerah tersebut, tetapi ketika Portugis datang kembali ke Sunda Kelapa, mereka diusir oleh penguasa baaru yang telah beragama Islam. Sunda Kelapa kemudian berada di bawah kekuasaan Banten yang dipimpin oleh Sultn Hasanuddin, salah seorang putra Gunung Jati yang kemudian menjadikan Banten sebagai kawasan pusat perdagangan terpenting. D. Portugis Dalam rangka mencari rempah-rempah, bangsa Portugis mendarat di Indonesia tahun 1511 M. Setelah menaklukkan kerajaan Islam Malaka di Semenanjung Malaya, mereka diikuti oleh bangsa Spanyol. Keduanya mulai menyebarkan agama Kristen di wilayah Indonesia. Minahasa dan Maluku merupakan wilayah yang paling berhasil dalam menyebarkan ajaran Kristen. Sultan Aceh di Sumatera, Sultan Demak di Jawa, dan Sultan Ternate di Maluku bahumembahu mengusir Portugis. Pada waktu itu kekuatan dan kedaulatan Kesultanan Ternate diakui oleh lebih dari 72 pulau, termasuk pulau Timor. Tahun 1570 M, bangsa Portugis berhasil membunuh Sultan Khairun dari Ternate. Akan tetapi penggantinya, Sultan Babulah berhasil menyerbu benteng Portugis di Ternate. Babullah kemudian bekerjasama dengan Belanda melawan Portugis dan Spanyol. Tahun 1651 M, Belanda menjajah Kupang, di Timor Barat. Walaupun Belanda hadir di Timor, tetapi tidak ada kontrol yang nyata dari dua kekuatan kolonial (Portugis dan Sanyol) hingga 200 tahun lebih setelah Belanda menaklukkan Kupang. Baru pada tanggal 20 April 1859 M, bangsa Belanda membuat perjanjian dengan Portugis untuk membagi dua pulau Timor menjadi daerah jajahan mereka masingmasing. Belanda menguasai bagian barat dan Portugis bagian timur. Sejak saat itu, 21 |SINDIKAT SEJARAH



Portugis menguasai penuh Timor Timur samapi melepaskan wilayah itu tahun 1975 M kepada Indonesia. E. Penjajahan Belanda Belanda memulai pelayaran mencari rempah ke Indonesia untuk di jual di pasar Eropa dengan keuntungan besar. Untuk efektivitas dan keteraturan mencapai tujuan perdagangan tersebut, mereka mendirikan Perusahaan Dagang Hindia Belanda (VOC) tahun 1602 M. Untuk melindungi kapal pedagang dari serangan bajak laut, kapal perang Belanda diperintahkan untuk mengawal. Setelah nasionalisasi VOC tahun 1799 M, pemerintah Belanda makin menguasai wilayah penting di negeri ini. Penduduk di wilayah tersebut dipaksa menyerahkan hasil bumi kepda pedagang Belanda. Setelah penaklukan Ambon di Maluku tahun 1605 M dan pulau Banda tahun 1623 M, Belanda memegang monopoli perdagangan di pulau rempah itu. Suatu kebijakan eksploitasi yang tak beradab yang disebut “Idevide et impera” (adu domba dan kuasai) pun dijalankan. Dengan cara ini perdagangan antar pulau antara Makassar, Aceh, Mataram, daan Banten, juga keluar negeri secara berangsur-angsur dilumpuhkan. Indonesia dikebiri hanya menjadi negara agraris yang memasok pasar Erop. Pada waktu yang sama, Belanda membuka sistem “buka pintu” bagi orang China supaya mereka bisa berperan sebagai tengkulak dalam perdagangan mereka dengan orang Indonesia. Kerajaan Mataram mulai memasuki masa suram setelah dibagi menjadi tiga bagian oleh VOC menjadi Kesultanan Yogyakarta, Surakarta, dan Mangkunegara. Dalam konflik internal kerajaan Mataram itu, kompeni Belanda ikut campur tangan sehingga kekuatan internal kerajaan Mataram benar-benar pecah dan menjadi tergantung kepada VOC. Tetapi konsesi dagang Belanda ini makin lama merasa kesulitan dan kemudian diterjang krisis dan bangkrut, sehingga pada tanggal 31 Desember 1799 seluruh wilayahnya di Indonesia diambil alih oleh Pemerintahan Belanda di Batavia. F. Pemerintahan Sementara Inggris Tahun 1814 M, bangsa Inggris datang ke Indonesia dan membangun benteng York di Bengkulu di pantai barat Sumatera. Benteng itu dinamai beteng Malborough. 22 |SINDIKAT SEJARAH



Selama peperangan Napoleon di Eropa waktu itu Belanda diduduki oleh Perancis, sehingga Indonesia jatuh ke tangan penguasa British East India Company.Sir Thomash Standford Raffles diangkat sebagai Letnan Jenderal Gubernur Jawa dan sekitarnya. Dia merupakan bawahan Gubernur Jenderal di Bengal, India. Setelah kekalahan Napoleon dan berakhirnya pendudukan Perancis atas Belanda, Inggris dan Belanda menandatangani kesepakatan di London tanggal 13 Agustus 1814 M, dimana harta benda kolonial Belanda yang dimiliki sejak 1803 M dan setelahnya harus dikembalikan kepada Pemerintahan Belanda di Batavia. Maka kepulauan Indonesia lepas dari Inggris pada tahun 1815 M. G. Masa Pendudukan Jepang Tentara-tentara Jepang bergerak ke arah selatan untuk menaklukkan negaranegara Asia Tenggara, setelah mereka menyerang Pearl Harbour di Hawai. Soekarnno dan Hatta dibebaskan dari penahanan. Jepang memulai kampanye dan propganda



yang mereka sebut Kemakmuran Asia Timur Raya. Tetapi bangsa



Indonesia segera menyadari bahwa itu hanya kedok imperialisme jepang sebagai pengganti kolonialisme Belanda. Untuk tujuan kemerdekaan Indonesia, Soekarno dan Hatta muncul untuk bekerjasama dengan penguasa Jepang. Dalam kenyataannya,



pemimpin



nasionalis



Indonesia



secara



rahasia



mengotaki



pemberontakan di Blitar (Jawa Timur), Tasikmalaya, dan Indramayu (Jawa Barat), Sumatera dan Kalimantan. Karena tekanan Perang Pasifik ke-4, jalur pasokan tentara Jepang terputus. Pemberontakan di Indonesia meningkat. Akhirnya, Jepang mengijinkan bendera merah-putih dikibarkan sebagai bendera nasional Indonesia. Pengakuan lagu “Indonesia Raya” sebagai lagu kebangsaan dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Dengan begitu, sumpah pemuda 1928 terpenuhi. Setelah tuntutan terus menerus, Jepang akhirnya menyetujui menyerahkan administrasi sipil ke tangan ndonesia. Ini merupakan peluang emas bagi para pimpinan naionalis untuk menyiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. H. Kelahiran Republik Republik Indonesia memulai hari pertamanya pada tanggal 17 Agustus 1945, ketika kemerdekaannya di proklamasikan sehari setelah Jepang menyerah kepada 23 |SINDIKAT SEJARAH



sekutu. Pancasila menjadi ideologi dan dasar negara Republik Indonesia. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Undang-Undang Dasar 1945 ditetapkan sebagai dasar hukum negara. Menyesuaikan dengan UUD, negara dikepalai oleh seorang Presiden yang juga sebagai kepala pemerintahan. Dia dibantu oleh wakil presiden dan kabinet. Kedaulatan rakyat diwakili oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan demikian, Presiden bertanggungjawab kepada MPR. Kekuasaan legislatif berada di tangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Lembaga negara lain adalah Mahkamah Agung, Dewan Pertimbangan Agung, dan Badan Pemeriksa Keuangan. Soekarno menjadi Presiden pertama dan kepala pemerintahan, dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden. Tanggal 15 September 1945 kabinet pertama dibentuk. 10 4.Sejarah HMI A.Latar Belakang Sejarah Berdirinya HMI  Jika ditinjau secara umum ada 4 (empat) permasalahan yang menjadi latar belakang sejarah berdirinya HMI.  1) Situasi Dunia Internasional Berbagai argumen telah diungkapkan sebab-sebab kemunduran ummat Islam. Tetapi hanya satu hal yang mendekati kebenaran, yaitu bahwa kemunduran ummat Islam diawali dengan kemunduran berpikir, bahkan sama sekali menutup kesempatan untuk berpikir. Ketika ummat Islam terlena dengan kebesaran dan keagungan masa lalu maka pada saat itu pula kemunduran diundang datang. Akibat dari keterbelakangan ummat Islam , maka munculah gerakan untuk menentang keterbatasan seseorang melaksanakan ajaran Islam secara benar dan utuh (kaffah). Gerakan ini disebut Gerakan Pembaharuan. Gerakan Pembaharuan ini ingin mengembalikan ajaran Islam kepada ajaran yang totalitas, dimana disadari oleh kelompok ini, bahwa Islam bukan hanya terbatas kepada hal-hal yang sakral saja, melainkan juga merupakan pola kehidupan manusia secara keseluruhan. Untuk itu



10



sasaran



Gerakan



Pembaharuan atau



reformasi adalah



ingin



Dra. Hj. Siti Nadroh, M. Ag., Indonesia Selayang Pandang, (Ciputat: PT. Medina Indonesia, 2003), hlm.



27-42.



24 |SINDIKAT SEJARAH



mengembalikan ajaran Islam kepada proporsi yang sebenarnya, yang berpedoman kepada Al Qur'an dan Hadist Rassullulah SAW. Dengan timbulnya ide pembaharuan itu, maka Gerakan Pem-baharuan di dunia Islam bermunculan, seperti di Turki (1720), Mesir (1807). Begitu juga penganjurnya seperti Rifaah Badawi Ath Tahtawi (1801-1873), Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Ibnu Abdul Wahab (Wahabisme) di Saudi Arabia (17031787), Sayyid Ahmad Khan di India (1817-1898), Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938) dan lain-lain. 2) Situasi NKRI Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu pulalah Indonesia dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling tidak 3 (tiga) hal :  



Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya







Missi dan Zending agama Kristiani







Peradaban Barat dengan ciri sekulerisme dan liberalisme.



Setelah melalui perjuangan secara terus menerus dan atas rahmat Allah SWT maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal Proklamasi atas nama bangsa Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya. 3) Kondisi Mikrobiologis Ummat Islam di Indonesia Kondisi ummat Islam sebelum berdirinya HMI dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) golongan, yaitu : Pertama : Sebagian besar yang melakukan ajaran Islam itu hanya sebagai kewajiban yang diadatkan seperti dalam upacara perkawinan, kematian serta kelahiran. Kedua : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktekkan ajaran Islam sesuai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang terpengaruh oleh mistikisme yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan akhirat saja. Keempat : Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, selaras dengan wujud dan hakekat agama Islam. Mereka berusaha supaya agama Islam itu benar-benar dapat dipraktekkan dalam masyarakat Indonesia. 25 |SINDIKAT SEJARAH



4) Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswaan Ada dua faktor yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi (PT) dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama: sistem yang diterapkan dalam dunia pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah kepada sekulerisme yang "mendangkalkan agama disetiap aspek kehidupan manusia". Kedua : adanya Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh Komunis. Bergabungnya dua faham ini (Sekuler dan Komunis), melanda dunia PT dan Kemahasiswaan, menyebabkan timbulnya "Krisis Keseimbangan" yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat. B. Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) 1) Latar Belakang Pemikiran Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diprakasai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam), kini UII (Universitas Islam Indonesia) yang masih duduk ditingkat I. Tentang sosok Lafran Pane, dapat diceritakan secara garis besarnya antara lain bahwa Pemuda Lafran Pane anak keenam dari Sultan Pangurabaan Pane, yang lahir di Padang Sidempuan pada tanggal 5 Februari 1922. Pemuda Lafran Pane yang tumbuh dalam lingkungan nasionalis-muslim pernah menganyam pendidikan di Pesantren, Ibtidaiyah, Wusta dan sekolah Muhammadiyah.  Adapun latar belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah: "Melihat dan menyadari keadaan kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat dari sistem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut. Organisasi mahasiswa ini harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk pemahaman dan penghayatan ajaran 26 |SINDIKAT SEJARAH



agamanya, yaitu agama Islam. Tujuan tersebut tidak akan terlaksana kalau NKRI tidak



merdeka,



rakyatnya



melarat.



Maka



organisasi



ini



harus



turut



mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat. 2) Peristiwa Bersejarah 5 Februari 1947 Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan yang berakhir dengan kegagalan. Lafran Pane mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan secara mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir. Ketika itu hari Rabu tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947, disalah satu ruangan kuliah STI di Jalan Setiodiningratan (sekarang Panembahan Senopati), masuklah mahasiswa Lafran Pane yang dalam prakatanya dalam memimpin rapat antara lain mengatakan "Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena persiapan yang diperlukan sudah beres. Yang mau menerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah terus menentang, toh tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri dan berjalan". Pada awal pembentukkannya HMI bertujuan diantaranya antara lain: 







Mempertahankan kemerdekaan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia dari intervensi kolonialisme Internasional.







Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. (Syiar Islam)



Secara interpretatif kedua tujuan diatas memiliki makna dialektika kausal, bahwa tidak ada da’wah Islamiyah tanpa ada kedaulatan wilayah politik. Islam akan berkembang menjadi agama budaya dan agama masyarakat, bila kalau masyarakat Indonesia sudah mempunyai kedaulatan Negara. Sementara tokoh-tokoh pemula / pendiri (Founding Father)HMI antara lain :







Lafran Pane (Yogyakarta), 







Karnoto Zarkasyi (Ambarawa), 







Dahlan Husein (Palembang), 







Siti Zainah (Palembang),







Maisaroh Hilal (Singapura), 







Soewali (Jember)



27 |SINDIKAT SEJARAH







Yusdi Ghozali (Semarang), 







M. Anwar (Malang),







Hasan Basri (Surakarta),







Marwan (Bengkulu),







Tayeb Razak (Jakarta),







Toha Mashudi (Malang), 







Bidron Hadi (Kauman-Yogyakarta),







Zulkarnaen (Bengkulu),







Mansyur



3) Faktor Pendukung Berdirinya HMI a) Posisi dan arti kota Yogyakarta







Yogyakarta sebagai Ibukota NKRI dan Kota Perjuangan







Pusat Gerakan Islam







Kota Universitas/ Kota Pelajar







Pusat Kebudayaan







Terletak di Central of Java







Kebutuhan Penghayatan dan Keagamaan Mahasiswa







Adanya tuntutan perang kemerdekaan bangsa Indonesia







Adanya STI (Sekolah Tinggi Islam), BPT (Balai Perguruan Tinggi)







Gajah Mada, STT (Sekolah Tinggi Teknik).







Adanya dukungan Presiden (Rektor) STI Prof. Abdul Kahar Muzakir







Ummat Islam Indonesia mayoritas



b) Faktor Penghambat Berdirinya HMI Munculnya reaksi-reaksi dari :







Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY)







Gerakan Pemuda Islam (GPII)







Pelajar Islam Indonesia (PII)



4) Fase-Fase Perkembangan HMI dalam Perjuangan Bangsa Indonesia a) Fase Konsolidasi Spiritual (1946)



28 |SINDIKAT SEJARAH



Bermula dari latar belakang munculnya pemikiran dan berdirinya HMI serta kondisi objektif yang mendorongnya, maka rintsisan untuk mendirikan HMI muncul di bulan November 1946. Permasalahan yang dapat diangkat dari latar belakang berdirinya HMI, merupakan suatu kenyataan yang harus diantisipasi dan dijawab secara cepat dan konkrit serta menunjukkan apa sebenarnya Islam itu. Maka pembaharuan pemikiran di kalangan umat Islam bangsa Indonesia suatu keniscayaan. b) Fase Berdiri dan Pengokohan (5 Februari 1947 - 30 November 1947) Selama lebih kurang 9 (sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan yang datang silih berganti, yang kesemuanya itu semakin mengokohkan eksistensi HMI sehingga dapat berdiri tegak dan kokoh.  c) Fase Perjuangan Fisik / Bersenjata dan Perang Kemerdekaan, dan Menghadapi Penghianatan dan Pemberontakan PKI (1947 - 1949) Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda, membantu Pemerintah, baik langsung memegang senjata bedil dan bambu runcing, sebagai staff, penerangan, penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18 September 1948, Ketua PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM), dengan Komandan Hartono dan wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas pemberontakkan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI tertanam. Dendam disertai benci itu nampak sangat menonjol pada tahun '64-'65, disaat-saat menjelang meletusnya G30S/PKI. d) Fase Pembinaan dan Pengembangan Organisasi (1950-1963) Selama para kader HMI banyak yang terjun ke gelanggang pertempuran melawan pihak-pihak agresor, selama itu pula pembinaan organisasi terabaikan. Namun hal itu dilakukan secara sadar, karena itu semua untuk 29 |SINDIKAT SEJARAH



merealisir tujuan dari HMI sendiri, serta dwi tugasnya yakni tugas Agama dan tugas Bangsa. Maka dengan adanya penyerahan kedaulatan Rakyat tanggal 27 Desember 1949, mahasiswa yang berniat untuk melanjutkan kuliahnya bermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun 1950 dilaksankanlah tugas-tugas konsolidasi internal organisasi. Disadari bahwa konsolidasi organisasi adalah masalah besar sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB HMI dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta. e) Fase Tantangan I (1964 - 1965) Dendam sejarah PKI kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi HMI. Setelah agitasi-agitasinya berhasil membubarkan Masyumi dan GPII, PKI menganggap HMI adalah kekuatan ketiga ummat Islam. Begitu bersemangatnya PKI dan simpatisannya dalam membubarkan HMI, terlihat dalam segala aksi-aksinya, Mulai dari hasutan, fitnah, propaganda hingga aksiaksi



riil



berupa



penculikan,dsb. 



Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi, PKI dengan puncak aksi pada tanggal 30 September 1965 telah membuatnya sebagai salah satu organisasi terlarang. f) Fase Kebangkitan HMI Sebagai Pejuang Orde Baru dan Pelopor Kebangkitan Angkatan 66 (1966 - 1968) HMI sebagai sumber insani bangsa turut mempelopori tegaknya Orde Baru untuk menghapuskan orde lama yang sarat dengan ketotaliterannya. Usaha-usaha itu tampak antara lain HMI melalui Wakil Ketua PB Mari'ie Muhammad memprakasai Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) 25 Oktober 1965 yang bertugas antara lain : 1) Mengamankan Pancasila. 2) Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan Gestapu/ PKI sampai ke akar-akarnya. Masa aksi KAMI yang pertama berupa Rapat Umum dilaksanakan tanggal 3 Nopember 1965 di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta, dimana barisan HMI menunjukan superioitasnya dengan massanya yang terbesar. Puncak aksi KAMI terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang mengumandangkan tuntutan rakyat dalam bentuk Tritura yang terkenal itu. Tuntutan tersebut ternyata mendapat 30 |SINDIKAT SEJARAH



perlakuan yang represif dari aparat keamanan sehingga tidak sedikit dari pihak mahasiswa menjadi korban. Diantaranya antara lain : Arif Rahman Hakim, Zubaidah di Jakarta, Aris Munandar, Margono yang gugur di Yogyakarta, Hasannudin di Banjarmasin, Muhammad Syarif al-Kadri di Makasar, kesemuanya merupakan pahlawan-pahlawan ampera yang berjuang tanpa pamrih dan semata-mata demi kemaslahatan ummat serta keselamatan bangsa serta negara. Akhirnya puncak tututan tersebut berbuah hasil yang diharapharapkan dengan keluarnya Supersemar sebagai tonggak sejarah berdirinya Orde Baru. g) Fase Partisipasi HMI dalam Pembangunan (1969 - sekarang) Setelah Orde Baru mantap, Pancasila dilaksanakan secara murni serta konsekuen (meski hal ini perlu kajian lagi secara mendalam), maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). HMI pun sesuai dengan 5 aspek pemikirannya turut pula memberikan sumbangan serta partisipasinya dalam era awal pembagunan. Bentuk-bentuk partisipasi HMI baik anggotanya maupun yang telah menjadi alumni meliputi diantaranya : 1) partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan



dilaksanakannya



pembangunan,



2)



partisipasi



dalam



pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran 3) partisipasi dalam bentuk pelaksana langsung dari pembangunan. h) Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran (1970 - 1998 ) Suatu ciri khas yang dibina oleh HMI, diantaranya adalah kebebasan berpikir



dikalangan



anggotanya,



karena



pada



hakikatnya



timbulnya



pembaharuan karena adanya pemikiran yang bersifat dinamis dari masingmasing individu. Disebutkan bahwa fase pergolakan pemikiran ini muncul pada tahun 1970, tetapi geja-gejalanya telah nampak pada tahun 1968. Namun klimaksnya memang terjadi pada tahun 1970 di mana secara relatif masalahmasalah intern organisasi yang rutin telah terselesaikan. Sementara di sisi lain, persoalan ekstern muncul menghadang dengan segudang problema. i) Fase tumbangnya Orde Baru dan Kemunculan Reformasi (Mei 1998-2000)



31 |SINDIKAT SEJARAH



Mahasiswa adalah inti kekuatan perubahan, ditengah berkuasanya rezim orde baru dengan soeharto sebagai icon besarnya yang menunjukkan kekuatan negeri ini (The Power Of State) dengan represif, hegemonik dan atoriterianisme. HMI kembali bersama-sama dengan elemen mahasiswa lainnya menjadi bagian dari kekuatan yang mampu menumbangkan rezim tersebut. j) Fase Tantangan II (2000-sekarang) Fase tantangan ke-2 ini muncul justru setelah Orde Reformasi berjalan dua tahun. Jika pada fase tantangan I (1964-1965) HMI dihadapkan pada tantangan eksternal yaitu menghadapi PKI, pada fase tantangan II ini, HMI dihadapkan sekaligu pada dua tantangan besar secara internal dan eksternal sekaligus. (1) Pertama, tantangan internal, kajian HMI saat ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan sekarang dan mendatang, HMI ditantang: 



Masalah eksistensi dan keberadaan HMI, seperti menurunyya jumlah mahasiswa baru masuk HMI, tidak terdapatnya HMI di berbagai perguruan tinggi, iinstitute, fakultas, akademi, program studi, sebagai basis HMI.







Masalah



relevansi



pemikiran-pemikiran



HMI,



untuk



melakukan



perbaikan perbaikan dan perubahan yang mendasar terhadap berbagai masalah yang muncul yang dihadapi bangsa Indonesia. 



Masalah peran HMI sebagai organisasi perjuangan yang sanggup tampil dalam barisan terdepan sebagai avant grade, kader pelopor bangsa dalam mengambil inisiatif untuk melakukan berbagai perubanhan yang sangat dibutuhkan masyarakat.







Masalah efektifitas HMI untuk memecahkan masalah yang dihadapi bangsa, karena banyak organisasi yang sejenis maupun yang lain yang dapat tampil lebih efektif dan dapat mengambil inisiatif terdepan untuk memberi solusi terhadap problem yang dihadapi bangsa Indonesia.



(2) Kedua, tantangan eksternal, berbagai tantangan eksternal juga dihadapkan kepada HMI yang tidak skala besar dan rumitnya dari tantangan internal, antara lain:



32 |SINDIKAT SEJARAH







Tantangan menghadapi perubahan zaman yang jauh berbeda dari abad ke-20 dan yang muncul pada abad ke-21 ini.







Tantangan terhadap peralihan generasi yang hidup dalam zaman dan situasi yang berada dalam berbagai aspek kehidupan khususnya yang dijalani generasi muda bangsa.







Tantangan menghadapi bahaya komunis.







Tantangan menghadapi golongan lain, yang mempunyai misi lain dari umat Islam dan bangsa Indonesia.







Tantangan menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang terus berkembang tanpa henti, dll.11



Pada fase tantangan II ini, nampaknya HMI semakin memudar dan mundur yang telah berlangsung sejak tahun 1980-2005. Peralihan zaman, peralihan generasi, saat ini menentukan bagi eksistensi HMI di masa mendatang. k) Fase Kebangkitan Kembali (2006-sekarang) Gelombang kritik terhadap HMI tentang kemundurannya, telah menghasilkan dua umpan balik. Pertama, telah muncul kesadaran individual dan kolektif di kalangan anggota, kader, aktivis, bahkan alumni HMI serta pengurus sejak dari komisariat sampai PB HMI, bahwa HMI sedang mengalami kemunduran. Kedua, selanjutnya dari kesadaran itu muncul pula kesadaran baru, baik secara individual dan kolektif di kalangan anggota, aktivis, kader, serta pengurus bahwa dalam tubuh HMI mutlak dilakukan perubahan dan pembaharuan, supaya dapat bangkit kembali seperti masa jaya-jayanya dulu.



HMI Cabang Ciputat, BASIC TRAINING Panduan untuk Kader Himpunan Mahasiswa Islam, (Ciputat: Bidang PA HMI Cabang Ciputat, 2014-2015), hlm. 10-30. 11



33 |SINDIKAT SEJARAH