Sirup (Tinpus) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Hari, Tanggal : Rabu, 17 April 2013 Pukul



: 11.00-14.00 WIB



Dosen Pj



: Dr.dra.Hj. Ietje Wientarsih, Apt.,M.Sc Lina Noviyanti Sutardi, Apt.,M.Si Bayu Febram Prasetyo, Apt.,M.Si



Laporan Praktikum Sediaan Farmasi dan Terapi Umum SIRUP



Oleh: Kelompok 10 Siang Srimita Kristiani Br Sembiring



B04090067



Stephanus Wahyu Nugroho



B04090093



LABORATORIUM FARMASI DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTIUT PERTANIAN BOGOR 2013



BAB I PENDAHULUAN Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta penggunaannya yang aman. Profesi farmasi merupakan profesi yang berhubungan dengan seni dan ilmu penyediaan atau pengolahan bahan sumber alam dan bahan sintesis yang cocok dan menyenangkan untuk didistribusikan dan digunakan dalam pengobatan dan pencegahan suatu penyakit. Dalam dunia farmasi kita mungkin mengetahui beberapa bentuk sediaan obat yang umunya dipakai dalam pembuatan obat, setiap bentuk sediaan memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan untuk apa obat tersebut dipakai. Salah satu bentuk sediaan dari obat yang sering dijumpai dan sering digunakan adalah sediaan larutan sirup. Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Sediaan obat berbentuk larutan atau dalam farmasetika disebut sediaan cair misalnya sirup, spirit, eliksir, air aromatik, tingtur, infusa dll. Selain itu larutan sebagai obat luar misalnya losio dan larutan otik. Sediaan obat berbentuk larutan, merupakan campuran homogen dimana zat aktifnya terdistribusi secara merata sehingga dosis dapat diberikan dengan tepat. Secara definisi dan teknis, resep merupakan bentuk pengaplikasian pengetahuan dokter dalam memberikan obat kepada pasien melalui kertas resep menurut kaidah dan peraturan yang berlaku, diajukan secara tertulis kepada apoteker di apotek agar obat diberikan sesuai dengan yang tertulis. Selain itu resep juga merupakan wujud akhir kompetensi dokter dalam medical care, secara komprehensif menerapkan ilmu pengetahuan dan keahliannya di bidang farmakologi & teraupetik secara tepat, aman dan rasional kepada pasien khususnya masyarakat pada umumnya. Orang yang berhak menulis resep adalah Dokter Umum, Dokter gigi, terbatas pada



pengobatan gigi dan mulut dan Dokter hewan, terbatas pada pengobatan pada hewan/ pasien hanya hewan. Penulisan resep bertujuan untuk memudahkan dokter dalam pelayanan kesehatan



di



bidang



farmasi



sekaligus



meminimalkan



kesalahan



dalam



pemberianobat. Umumnya, rentang waktu buka instalasi farmasi/ apotek dalam pelayananfarmasi jauh lebih panjang daripada praktik dokter, sehingga dengan penulisanresep diharapkan akan memudahkan pasien dalam mengakses obat-obatan yang diperlukan sesuai dengan penyakitnya.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam istilah farmasi, larutan didefenisikan sebagai sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya tidak dimasukkan kedalam golongan produk lainnya. Larutan obat-obat dalam air yang mengandung gula digolongkan sebagai sirup, larutan yang mengandung hidroalkohol yang diberi gula (kombinasi dari air dan etil alcohol) disebut eliksir, larutan dari bahann-bahan yang berbau harum disebut spirit jika pelarutnya mengandung alcohol atau air aromatik. Larutan yang dibuat dengan menyaring unsur-unsur aktif dari bahan obat alam disebut tinktur atau ekstrak encer, gergantung pada cara pembuatan dan konsentrasinya (Ansel. 1989). Larutan oral, sirup, dan eliksir dibuat dan digunakan karena efek tertentu dari zat obat yang ada. Dalam sediaan ini zat obat umumnya diharapkan memberikan efek sistemik. Kenyataan bahwa obat-obat ini diberikan dalam bentuk larutan, biasanya dapat diabsorbsi dalam system saluran cerna ke dalam sirkulasi sistemik, dan efek yang diharapkan adalah efek yang lebih cepat dibandingkan sediaan suspense atau padat (Ansel. 1989). Dalam larutan yang diberikan secara oral biasanya terdapat zat-zat terlarut lain selain dari bahan obat. Bahan-bahan tambahan ini biasanya meliputi pemberi warna, pemberi rasa, pemanis, atau penstabil larutan. Untuk larutan dengan zat terlarut tunggal dan terutama untuk larutan dengan zat terlarut yang banyak jenissnya, ahli farmasi harus mengetahui sifat-sifat kelarutan yang khas dari zat terlarut. Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh. Suhu merupakan factor yang penting



dalam menentukan kelarutan suatu obat dan dalam mempersiapkan larutannya. Kebanyakan bahan kimia menyerap panas bila dilarutkan dan dikatakan mempunyai panas larutan negative, yang menyebabkan meningkatnya kelarutan dengan kenaikan suhu. Sogolongan kecil bahan kimia mempunyai panas larutan positif dan menunjukkan berkurangnya kelarutan dengan suatu kenaikan suhu. Disamping suhu, factor-faktor lain juga mempengaruhi kelarutan. Meliputi, bermacam-macam bahan kimia dan sifat-sifat fisika lainnya dari zat terlarut dan pelarut, factor tekanan, keasaman atau kebasaan dari larutan, keadaan bagian dari zat terlarut, dan pengadukan secara fisik yang dilakukan terhadap larutan selama berlangsungnya proses melarut (Ansel. 1989). Kelarutan suat zat kimia murni pada suhu dan tekanan tertentu adalah tetap, tetapi laju-lajunya yaitu kecepatan zat ini melarut, tergantung pada ukuran partikel dari zat dan tingkat pengadukan. Makin halus bubuk, makin luas permukaan kontak dengan pelarut, makin cepat proses melarut. Juga makin kuat pengadukan makin banyak pelarut yang tidak jenuh bersentuhan dengan obat, dan makin cepat terbentuknya larutan. Kelarutan suatu zat dalam pelarut tertentu dapat diketahui dengan membuat larutan jenuh dari zat itu pada suhu yang spesifik dan penentuan jumlah zat yang larut dalam sejumlah berat tertentu dari laurtan dengan cra analisis kimia (Ansel. 1989). Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat. Sirup yang mengandung bahan pemberi rasa tapi tidak mengandung zat-zat obat dinamakan pembawa bukan obat atau pembawa yang wangi/harum. Beberapa sirup bukann obat adalah sirup akasia, sirup cerri, sirup coklat, sirup jeruk. Sirup ini dimaksudkan sebagai pembawa yang memberikan rasa enak pada zat obat yang ditambahkan kemudian, baik dalam peracikan resep untuk obat. Sirup untuk obat yaitu sirup yang mengandung bahan terapeutik atau bahan obat.



Sebagian besar sirup-sirup mengandung komponen-



komponen berikut disamping air murni dan semua zat-zat obat yang ada, yakni gula,



pengawet mikroba, pembau, dan pewarna. Gula biasanya dalam bentuk sukrosa atau pengganti gula yang digunakan untuk member rasa manis dan kental (Ansel. 1989). Sukrosa adalah gula yang paling sering digunakan dalam sirup, walaupun dalam keadaan khusus dapat diganti seluruhnya atau sebagian dengan gula-gula lainnya seperti dektrose atau bukan gula seperti sorbitol, gliserin dan propilen glikkol. diabsorbsi ked ala aliran darah, dan penggunaannya menghasilkan pembawa seperti sirup yang baik sekali untuk obat obat yang dugunakan oleh pasien yang menderita diabetes dan pasien yang dietnya harus dikontrol dan dibatasi dengan zat-zat yang bukan berasal dari glikogenetik (Tan.2007). Jumlah



pengawet



yang



dibutuhkan



untuk



menjaga



sirup



terhadap



pertumbuhan mikroba berbeda-beda sesuai dengan banyaknya air yang tersedia untuk pertumbuhan, sifat dan aktivitasnya sebagai pengawet yang dipunyai oleh beberapa bahan formulasi. Terdapat beberapa bahan pengawet yang umum digunakan yakni asam benzoate (0.1 -0.2%), natrium benzoate (0.1 -0.2%), dan berbagai campuran metal, propil, dan butyl paraben (total ±0.1%) (Tan.2007). Pembuatan sirup dilakukan dengan 4 cara, tergantung dari sifat kimia dan fisika bahan-bahan, yakni larutan dari bahan-bahan dengan bantuan panas, larutna dari bahan-bahan dengan pengadukan tanpa penggunaan panas, penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat aatau pada cairan yang diberi rasa, dan dengan perkoalasi dari sumber-sumber bahan obat atau sukrosa. Pada keadaan tertentu sirup dapat berhasil dibaut dengan lebih dari satu cara di atas.



BAB III MATERI DAN METODE 1. Resep ( Tulis yang dibuku hal 41kasi kotaknya sekalian, terus pas bahan R/ ditambah succus liq 10 ml, ol menthaepip qs 2. Alat dan bahan Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah succus liq 10 ml, ektract thyme 6 ml, syrupus simpleks ad 60 ml , ol menthaepip. Alat yang digunakan adalah botol obat, gelas piala, gelas ukur, pengaduk, timbangan, pipet tetes. 3. Metode praktikum Metode praktikum sirup kali ini dimulai dengan melakukan peneraan timbangan dan mengalasinya dengan menggunakan kertas perkamen. setelah itu dilakukan peneraan pada botol obat ± 60 ml,. Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang



bahan yang ada sesuai dengan ukurannya. Timbang gula



sebanyak 26.4 gram, gula ini digunakan untuk membuat sirupus simpleks. Adapun cara pembuatan sirupus simpleks sebanyak 44 ml adalah dengan memasukkan 26.4 gram gula kedalam 44 ml air panas pada gelas piala dan diaduk dengan cepat agar homogeny. Kedalam gelas piala masukkan succus dan extract thymi aduk hingga homogen, kemudian masukkan syrupus simpleks sebanyak 44 ml, aduk hingga homogen dan teteskan ol.menthaepip sebanyak 1 tetes, setelah itu tuangkan kedalam botol obat. Beri etiket warna putih dan etiket tambahan kocok dahulu. Anjing (B) milik Tn. Opik Sehari tiga kali satu sendok makan



KOCOK DAHULU



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Dari hasil pencampuran keempat bahan dengan memenuhi cara pencampuran yang ada, didapatkan hasil berupa sirup yang diberikan sehari tiga kali sebanyak 1 sendok makan. Adapun komposisi obat yang dibuat adalah sebagai berikut. R/



: Succus liq Syrupus simpleks



10 ml ad



60 ml



Extract thyme



6 ml



Ol menthaepip



qs



2. Pembahasan Batuk sebenarnya adalah refleks normal tubuh kita akibat adanya rangsangan dari selaput lendir di daerah tenggorok dan cabang tenggorok, yang bertujuan untuk membersihkan saluran pernafasan dari zat-zat asing yang menganggu. Jadi, merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh. Namun jika berlebihan memang jadi menjengkelkan. Batuk dibedakan menjadi dua jenis, batuk kering dan batuk berdahak. Batuk kering biasanya bukan merupakan mekanisme pengeluaran zat asing, dan mungkin merupakan bagian dari penyakit lain. Batuk seperti ini harus dihentikan. Untuk ini ada obat-obat yang bekerja menekan rangsang batuk atau dikenal dengan nama antitusif. Beberapa obat yang termasuk jenis ini dan sering digunakan adalah dekstrometorfan, noskapin, dan kodein. Tetapi penggunaan noskapin dan kodein



umumnya menggunakan resep dokter. Jadi jika batuk anda jenis kering, carilah obatobat yang berisikan dekstrometorfan (baca komposisinya) atau berlabel antitusif. Sebaliknya, batuk berdahak adalah mekanisme tubuh untuk mengeluarkan zatzat asing dari saluran nafas, temasuk dahak. Batuk ini sebaiknya tidak ditekan, supaya zat-zat asing itu bisa dikeluarkan. Obat-obat yang bisa membantu pengeluaran dahak disebut ekspektoran. Obat-obat ini biasanya juga merangsang terjadinya batuk supaya terjadi pengeluaran dahak. Selain itu ada juga obat-obat yang bisa membantu mengencerkan dahak sehingga mudah dikeluarkan yang disebut mukolitik. Contoh obat-obat ekspektoran adalah amonium klorida, gliseril guaiakol, ipekak, dll. Sedangkan contoh obat mukolitik adalah bromheksin, asetilsisitein, dan ambroksol. Thymi merupakan salah satu tanaman yang sudah lama digunakan sebagai antibatuk. Efek utama sebagai ekspektoran dan antispasmodic serta bersifat mukolitik . Aktivitas ini diduga terkait kandungan minyak atsiri (timol dan karvakrol), serta flavonoid. Ekspektoran adalah sirup obat batuk untuk mengobati batuk berdahak, sakit tenggorokan, dan kesulitan bernafas, juga digunakan dalam kasus bronchitis akut. Mukolitik adalah obat yang bekerja dengan mengurangi kekentalan dahak sehingga diharapkan dahak tersebut menjadi mudah dikeluarkan. Obat ini memiliki efek samping berupa tukak lambung karena sifat obat yang dapat mengiritasi lapisan lender lambung. Cara kerja ekspektoran adalah dengan merangsang saraf kelenjar brochila sehingga secret yang dikeluarkan menjadi lebih banyak. Efek samping ekspektoran adalah iritasi lambung, mual, muntah rekasi kulit, bengkak pada kelopak mata (Chang et al. 2009). Larutan sirup pada praktikum kali ini dibuat dengan menggunakann bantuan panas. Sirup yang dibuat dengan cara ini dibutuhkan untuk sirup yang pembuatannya harus cepat dan bila komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh panas. Pada cara ini, gula umumnya ditambahkan ke air yang dimurnikan dan panas digunakan sampai



larutan terbentuk. Kemudian komponen-komponen lain yang tidak tahan panas ditambahkan ke sirup panas, campuran dibiarkan dingin dan volumenya disesuaikan sampai jumlah yang tepat. Penggunaan panas membantu melarutnya gula dengan cepat juga komponen tertentu lainnya dari sirup, akan tetapi pembuatannya harus hati-hati. Sukrosa merupakan suatu disakarida, dapat mengalami proses penguraian menjadi monosakarida, dekstosa (glukosa) dan fruktosa (levolusa). Rekasi hidrolisis ini dikenal sebagai inverse, dan kombinasi dari produk dua monosakarida adalah gula invert. Sirup-sirup yang mudah terurai lebih rentan terhadap fermentasi dan terhadap pertumbuhan mikroba daripada sirup yang stabil tidak terurai. Karena kemungkinan penguraian oleh panas, sirup tidak dapat disterilkan dengan autoklaff. Penggunaan air murni yang dididihkan pada pembuatan sirup dapat meningkatkan kestabilan dan penyimpanan dalam wadah tertutup rapat merupakan persyaratan untuk semua sirup (Ansel. 1989) .



BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan



Daftar Pustaka Ansel HC.1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi. Farida I, penerjemah; Iif SU, editor. Jakarta (ID) : UI-Press. Terjemahan dari : Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms. Ed ke-4. Chang CC, Chheng AC, Chang AB. 2009. Over the counter (OTC) medications to reduce cough as an adjunct to antibiotics for acute pneumonia in children and adults. Tan HT. 2007. Obat-obat penting: khasiat, penggunaan dan efek-efek sampingnya. Edisi ke-6. Jakarta: Elex Media Komputindo.