Sistem Agribisnis Komoditas Kapas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



PENGANTAR AGRIBISNIS SISTEM AGRIBISNIS KOMODITAS KAPAS



Disusun Oleh Kelompok 2



Fadia Zachwa



J3J219348



Ira Ghiana Agustina



J3J219362



Luffy Oktaviana



J3J219367



Nada Azahra



J3J219382



Sisca Erika Carolina



J3J219406



Tsuroyya Fitriyani Melati



J3J219410



MAB D PRAKTIKUM 2 SEKOLAH VOKASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR Jalan Kumbang Nomor 14, Babakan, Bogor Tengah, Kota Bogor



1 47



Prakata



Kelompok 2 Luffy Oktaviana - Tsuroyya Fitriyani Melati - Ira Ghiana Agustina - Nada Azahra - Fadia Zachwa - Sisca Erika Carolina



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah akhir yang berjudul “Sistem Agribisnis Komoditas Kapas” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas kelompok dari Bapak Dahri selaku dosen yang membimbing kami pada kelas praktikum Pengantar Agribisnis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan yang berhubungan dengan peran penting agribisnis pada komoditas kapas di Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dahri dan Ibu Ayu, selaku dosen pada kelas kuliah dan praktikum Pengantar Agribisnis yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang menggunakannya dengan bijak. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.



Bogor, November 2019



2 47



Tim Penulis



Daftar Isi



1.1 1.2 1.3 1.4 2.1 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 4.1 4.2



Cover ............................................................................................................ Prakata .......................................................................................................... Daftar Isi ....................................................................................................... Bab I : Pendahuluan .................................................................................. Latar Belakang ............................................................................................. Rumusan Masalah ........................................................................................ Tujuan .......................................................................................................... Output Kapas ................................................................................................ Bab II : Metoda Penulisan ......................................................................... Tinjauan Pustaka .......................................................................................... Bab III : Pembahasan ................................................................................ Subsistem Hulu Komoditas Kapas ............................................................... Subsistem Usahatani Komoditas Kapas ....................................................... Subsistem Hilir Pengolahan Komoditas Kapas ............................................ Subsistem Hilir Pemasaran Komoditas Kapas ............................................. Sustainable Agriculture ................................................................................ Bab IV : Penutup ........................................................................................ Kesimpulan .................................................................................................. Saran ............................................................................................................. Daftar Pustaka .............................................................................................. Daftar Gambar .............................................................................................. Daftar Tabel ................................................................................................. Lampiran ......................................................................................................



1 1 2 2 3 6 6 9 10 14 26 37 44 46 46 46 47 48 49 50



Bab I Pendahuluan 3 47



1.1 Latar Belakang Kapas (Gossypium hirsutum L.) merupakan tanaman perdu semusim yang menjadi salah satu andalan subsektor perkebunan. Serat yang dihasilkannya banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia, tetapi kemajuan industri tersebut belum sepenuhnya mendapat dukungan dalam penyediaan bahan baku. Produksi serat kapas dalam negeri hanya berkisar 1.6002.500 ton (kurang dari 0,5% kebutuhan nasional). Sebagian besar pemenuhan kebutuhan kapas masih diperoleh melalui impor.



No 1 2 3 4 5 6 7



Tabel I. Data Produktivitas/Pertumbuhan Kapas di Indonesia Provinsi 2015 2016 2017 2018 2019 Pertumbuhan (%) Jawa Tengah 23 14 11 11 -19,48 Yogyakarta 9 Jawa Timur 75 50 22 46 -56,70 Bali 43 34 -100,00 Nusa Tenggara Barat 15 69 46 11 -100,00 Nusa Tenggara 174 69 64 66 56 -6,67 Timur Sulawesi Selatan 430 696 234 259 83 -66,38 Indonesia 759 932 332 417 170 -64,44 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan



Menurut Ditjen Perkebunan, dalam Mulyani dan A. Adimihardja (2002) peningkatan kebutuhan sandang akan mendorong peningkatan kebutuhan serat kapas. Perkebunan kapas yang ada saat ini di Indonesia, belum begitu berkembang dibandingkan komoditas perkebunan lainnya, itupun diusahakan sebagai perkebunan rakyat yaitu seluas 19.038 ha dengan produksi 5.194 ton serat kering, yang terkonsentrasi di 6 provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan. Dengan volume impor yang semakin meningkat setiap tahunnya. Tabel II. Data Pertumbuhan Impor Kapas di Indonesia pada Tahun 2012 – 2016 Tahu Volume Pertumbuha Nilai Pertumbuhan n (Ton) n (%) (US$’ 000) (%) 2012 615.101 1,345,689 2013 676.682 10,01 1,357,597 0,87 2014 711.747 5,18 1,415,959 4,30 2015 673.601 5,36 1,088,658 23,12 2016 678.936 0,79 1,087,859 0,07 Sumber : Badan Pusat Statistik



Volume impor kapas Indonesia pada tahun 2012-2016 tumbuh rata-rata 2,66% pertahun, sementara dilihat dari sisi nilainya menurun rata-rata minus 4,5% pertahun. Impor tahun 2012 tercatat 615.101 ton meningkat terus hingga tahun 2014 menjadi 711.747 ton, kemudian turun menjadi 673.601 ton pada tahun 2015 dan meningkat tipis 4 47



pada tahun 2016 menjadi 678.936 ton. Rendahnya produktivitas tanaman kapas di Indonesia menyebabkan peran penting agribisnis sangat diperlukan untuk menjaga kontinuitas keberadaan tanaman kapas dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah, diantaranya : 1.2.1 Bagaimana kondisi dari sistem agribisnis kapas di Indonesia secara menyeluruh? 1.2.2 Apa saja kendala dan resiko yang dihadapi dalam sistem agribisnis kapas? 1.2.3 Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala dan resiko tersebut? 1.2.4 Berapa nilai ekspor dan impor kapas di Indonesia? 1.2.5 Berapakah biaya modal kerja dan investasi pada agribisnis kapas di Indonesia? 1.2.6 Bagaimana kondisi pembiayaan dalam agribisnis kapas? 1.2.7 Darimana diperoleh sumber pembiayaan agribisnis kapas? 1.2.8 Apa saja teknologi yang diterapkan dalam agribisnis kapas di Indonesia? 1.2.9 Bagaimana proses panen dan pasca panen dalam menghasilkan nilai tambah pada produk kapas? 1.2.10 Bagaimana gambaran Suply Chain Management (SCM) pada pemasaran produk agribisnis kapas? 1.3 Tujuan 1.3.1 Sebagai syarat pemenuhan salah satu nilai tugas kelompok di kelas praktikum Pengantar Agribisnis 1.3.2 Mendeskripsikan sistem agribisnis kapas secara menyeluruh di Indonesia 1.3.3 Mendeskripsikan jumlah kebutuhan kapas di Indonesia 1.3.4 Mendeskripsikan secara rinci tentang masing – masing subsistem komoditas kapas 1.3.5 Mendeskripsikan proses pembenihan, penanaman, panen, pengolahan, dan pemasaran tanaman kapas secara lengkap berdasarkan ilmu agribisnis 1.3.6 Untuk membahas tentang sistem agribisnis kapas di Indonesia.



1.4 Output (Olahan) Kapas



5 47



Gambar 1. Tanaman Kapas Sumber : Google



Serat kapas merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10% dari berat kotor (bruto) produk hilang dalam pemrosesan. Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimer selulosa murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya serap yang unik namun disukai orang. 1.4.1 Benang



Gambar 2. Benang Sumber : Google



Serat kapas dapat diolah menjadi benang. Benang yang terbuat dari serat dapat diolah lagi sebagai bahan dasar pada pabrik tekstil dan juga konveksi. 1.4.2 Kain dan Bahan Tekstil



Gambar 3. Kain Katun Sumber : Google



Serat kapas yang sudah menjadi lembaran benang-benang kemudian dapat dimasukkan ke dalam pabrik tekstil. Di dalam pabrik tekstil inilah, serat dari kapas diolah menjadi lembaran kain tenun yang saat ini sering kita kenal dengan istilah kain katun.



1.4.3



Kebutuhan Sandang Berbahan Katun



6 47



Setelah kapas diolah menjadi kain katun, dapat diproses lagi menjadi baju atau pakaian lainnya seperti kaos, kemeja, celana jeans, celana pendek. 1.4.4 Kapas Kecantikan dan Pembersih



Gambar 4. Bola Kapas Sumber : Google



Produk ini cukup membantu dalam perawatan wajah. Kapas kecantikan ini biasanya berwarna putih dan dikemas dalam plastik tertentu. Selain bermanfaat untuk membersihkan wajah, kapas ini juga dapat digunakan untuk membersihkan benda elektronik dengan menggunakan alkohol. 1.4.5 Spons Bedak



Gambar 5. Spons Bedak Sumber : Google



Sebagai bahan utama pembuatan spons bedak, karena kapas memiliki tekstur yang halus dan lembut di wajah 1.4.6 Perban dan Plester Luka



Gambar 6. Plester Luka Sumber : Google



Serat kapas dapat juga bermanfaat sebagai bahan dasar pembuatan perban, plester dan kain kasa. Barang-barang tersebut sangat berfungsi untuk pertolongan pada kecelakaan atau luka lain, terutama dalam dunia kedokteran.



1.4.7



Cotton Bud 7



47



Gambar 7. Cotton Bud Sumber : Google



Cotton bud merupakan salah satu produk kapas yang sering dimanfaatkan oleh kita sebagai salah satu alat yang sangat pentin guntuk membantu membersihkan bagian telinga kita 1.4.8 Ornamen dan Hiasan



Gambar 8. Ornamen Natal Berbahan Kapas Sumber : Google



Kapas dengan warna yang putih juga sering dijadikan sebagai salah satu ornament hiasan, terutama pada kerajinan-kerajinan dan keterampilan anak, seperti membuat poster dan juga membuat janggut dan rambut. 1.4.9 Salah Satu Komoditas Ekspor Kapas merupakan salah satu komoditi ekspor yang menjajikan. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan pemasukan negara kita. Keadaan ini juga dapat membantu meningkatkan pendapat per kapita dari suatu negara, karena adanya ekspor kapas ke luar negeri.



8 47



Bab II Metoda Penulisan 2.1 Tinjauan Pustaka Agribisnis merupakan sebuah sistem keterkaitan antara sektor input produksi, kegiatan budidaya, pengolahan, pemasaran, serta penelitian dan penyuluahan. Semua subsistem tersebut dalam keseluruhannya disebut dengan sistem agribisnis. Pada mulanya agribisnis didefinisikan secara sempit, hanya subsektor produksi/budidaya saja tetapi juga menyangkut pasca panen, pemprosesan, penyebaran dan penjualan (Downay dan Erikson, 1989 dalam Sukardono, 2009). Menurut Saragih (1998), Agribisnis merupakan suatu sektor ekonomi modern dan besar dari pertanian primer, yang mencakup empat subsistem yaitu : 1) Subsistem Agribisnis Hulu (up stream) Kegiatan ekonomi yang menghasilkan agroindustri hulu dan memperdagangkan sarana produksi pertanian primer (seperti industri pupuk, obat-obatan, benih dan alsintan). 2) Subsistem Usaha Tani (on farm) Di masa lalu disebut dengan sektor pertanian primer. 3) Subsistem Agribisnis Hilir (down stream) Kegiatan ekonomi pertanian yang mengelola hasil pertanian primer baik yang siap untuk dimasak maupun siap untuk disaji. 4) Subsitem Jasa Pendukung Seperti perkereditan, asuransi, trasportasi, pergudangan, penyuluhan, kebijakan pemerintah dan lain-lain. Keempat subsistem tersebut saling terkait dan saling menentukan. Subsistem usaha tani memerlukan input dari subsistem agribisnis hulu, sebaliknya susbsistem agribisnis hulu memerlukan subsistem usaha tani sebagai pasar produknya, sedangkan subsitem hilir memerlukan produk untuk diolah dan diperdagangakan dari subsistem usaha tani, ketiga subsitem diatas akan memerlukan subsistem jasa layanan pendukung untuk memperlancar aktivitasnya. Dalam hal budaya atau usaha tani terdiri dari empat subsektor pertanian yang bisa dikembangkan di Indonesia yaitu subsektor tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan hortikultura. 2.1.1 Subsistem Hulu (up stream) Menurut Departemen Pertanian (2001), subsistem hulu merupakan industri yang menghasilkan barang-barang sebagai modal bagi kegiatan pertanian yg mencakup industri pembibitan tumbuhan dan hewan, industri agrokimia (pupuk, pestisida, dan obat-obatan), industri agrootomotif (mesin dan peralatan pertanian), serta industri pendukungnya. Subsistem agribisnis hulu adalah subsistem yg mencakup semua kegiatan untuk memproduksi dan menyalurkan input – input pertanian dalam arti luas. (Purnomo 2009) 9 47



Saragih dalam Suryanto (2004) mengatakan bahwa subsistem agribisnis hulu (up stream off-farm agribusiness), mencakup kegiatan ekonomi industri yang menghasilkan sarana produksi seperti pembibitan, usaha industri pupuk, industri obatobatan, industri pestisida, dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya. Subsistem agribisnis hulu disebut juga subsistem faktor input (input factor subsyistem) ,yaitu subsistem pengadaan sarana produksi pertanian. Kegiatan subsistem ini berhubungan dengan pengadaan sarana produksi pertanian, yaitu memproduksi dan mendistribusikan bahan, alat, dan mesin yang dibutuhkan usaha tani atau budidaya pertanian (on farm agribusiness). (Saragih : 1998) Kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian , seperti industri dan perdagangan agrokimia (pupuk , pestisida, dan lainnya), industry agroomotif (mesin dan peralatan ), dan industri benih/bibit. (Hanafi, 2012) 2.1.2 Subsistem Usaha Tani/Budidaya (on farm) Menurut Saragih (2001), yaitu merupakan kegiatan ditingkat petani, pekebun, peternak, dan nelayan termasuk pula kegiatan kehutanan yang mengelola input-input untuk menghasilkan suatu produk tertentu dalam hal ini produk pertanian.   Menurut Rahardi (2003), on-farm merupakan kegiatan pertanian yang dilaksanakan di sawah, ladang, kebun, kolam dan tambak.   Menurut Abidin (2003), subsistem budidaya (on-farm) merupakan kegiatan usaha yang menghasilkan komoditas tertentu dengan memanfaatkan faktor produksi. 2.1.3 Subsistem Hilir Pengolahan Subsistem hilir merupakan subsistem pengolahan dan pemasaran (tata niaga) produk-produk pertanian dan olahannya. Dalam subsistem ini terdapat suatu mata rantai atau rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk usaha tani, pengolahan, penyimpanan hingga distribusi produk pertanian hingga ke konsumen. (Firdaus, 2008) Menurut Hermawan (2006), subsitem hilir atau subsistem agroindustry pengolahan hasil merupakan suatu keseluruhan kegiatan pengolahan, mulai dari pengolahan sederhana di tingkat petani yang berupa penanganan pasca panen hingga ke pengolahan yang lebih lajut berupa menciptakan nilai tambah pada produk primer. Kemudian subsistem agribisnis hilir juga dapat diartikan sebagai down stream agribussines, yang merupakan industri-industri yang mengolah produk atau komoditas pertanian primer menjadi produk olahan seperti industri makanan/minuman, pakan, barang-barang serat alam, farmasi dan bahkan bio-energy. (Nainggolan dan Aritonang, 2012) Subsistem agribisnis hilir juga sering disebut sebagai suatu kegiatan agroindustry atau kegiatan industri yang menggunakan produk-produk pertanian sebagai bahan bakunya. (Saragih, 2001)



10 47



Selanjutnya Soekartawi (2005) menyebutkan jika subsistem agribisnis hilir merupakan suatu subsistem di dalam bagan agribisnis yang kegiatan usahanya menggunakan hasil pertanian sebagai input untuk industri pengolahan hasil pertanian maupun perdagangan. Menurut Hastuti (2008), agribisnis hilir merupakan kegiatan industri yang mengolah hasil-hasil pertanian menjadi produk antara maupun produk akhir. 2.1.4 Subsistem Hilir Pemasaran Menurut John Westwood, pengertian pemasaran adalah sebuah usaha terpadu yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan memberikan keuntungan/ laba kepada perusahaan. Menurut Tung Desem Waringin, pengertian pemasaran adalah media untuk mengkomunikasikan sebuah nilai tambah yang lebih tinggi. Menurut Kotler, pengertian pemasaran adalah aktivitas sosial dan sebuah pengaturan yang dilakukan oleh perorangan ataupun sekelompok orang dengan tujuan untuk mendapatkan tujuan mereka dengan jalan membuat produk dan menukarkannya dengan besaran nominal tertentu ke pihak lain. Menurut Jay Abraham, pengertian pemasaran adalah sebuah media untuk mencapai kesuksesan dengan cara memberikan pelayanan peling baik kepada konsumen. Menurut William J. Stanton, definisi pemasaran adalah sistem keseluruhan dari berbagai kegiatan bisnis atau usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga barang atau jasa, mempromosikannya, mendistribusikannya, dan bisa memuaskan konsumen. Menurut Hair dan Mc. Daniel, pengertian pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga promosi dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan konsumen dan tercapainya tujuan organisasi. Menurut Basu dan Hani, pengertian pemasaran adalah proses kegiatan perencanaan dalam pengelolaan barang dan jasa, penetapan banderol harga barang dan jasa tersebut, hingga proses promosi maupun pendistribusiannya, dimana keseluruhan proses pemasaran bertujuan untuk memenuhi kebutuhan maupun memperoleh laba. 2.1.5 Subsistem Jasa dan Penunjang Pertanian Menurut Rida (2011) bahwa sistem jasa penunjang (supporting sytem agribusiness) adalah dukungan sarana dan prasarana serta lingkungan yang kondusif dengan pengembangan agribisnis. Subsitem jasa penunjang merupakan subsitem yang menyediakan jasa agribisnis (service for agribusiness) seperti perkreditan transportasi dan pergudangan, Litbang, pendidikan SDM dan kebijakan otonomi (Nainggolan dan Aritonang, 2012).



11 47



Bab III Pembahasan Sistem Agribisnis Kapas



Subsistem Hulu Pengadaan Barang dan Sarana Produksi Komoditas Kapas oleh Petani dan Industri Penyedia  Benih  Media Semai  Lahan  Alat – Alat  Pupuk  Pestisida  Modal



Subsistem On Farm Proses Budidaya Tanaman Kapas oleh Petani  Biaya Modal  Investasi



Subsistem Hilir Pengolahan Proses Meningkatkan Nilai Tambah pada Produk Hasil Budidaya Kapas Menjadi Suatu Barang yang Bernilai (Output) oleh Pengolah (Pabrik)



Subsistem Hilir Pemasaran Kegiatan Penjualan Hasil Produksi Untuk Prolehan Keuntungan



Lembaga Penunjang



Lembaga Permodalan Bank dan Non Bank (Bank, Koperasi, Perkreditan) Pengatur Kebijakan : Perizinan (Pemerintah)



12 47



3.1.



Subsistem Hulu Komoditas Kapas Subsistem hulu kapas meliputi pengadaan sarana produksi pertanian (input) antara lain terdiri dari benih kapas, media semai, lahan, pupuk, obat pemberantas hama dan penyakit (pestisida), lembaga kredit, alat-alat, mesin, dan peralatan produksi pertanian. Pelaku-pelaku kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah perorangan, perusahaan swasta, pemerintah, dan koperasi. Betapa pentingnya subsistem ini mengingat perlunya keterpaduan dari berbagai unsur itu guna mewujudkan sukses agribisnis kapas. 3.1.1 Sarana Produksi Pertanian (Input) Penanaman Kapas 3.1.1.1 Benih Benih kapas diperoleh dari biji atau dari plantlet, benih berasal dari tanaman yang sehat atau varietas unggul memilih buah kapas yang sudah tua, sehat, dan tidak cacat, warna kulit buah kecoklatan, dan kering.



Gambar 9. Benih Kapas Sumber : Google



Industri benih tanaman kapas di Indonesia 1. PT. Syngenta Indonesia 2. PT. Advanta Seed Indonesia 3. PT. Bisi Internasional Tbk 3.1.1.2 Media Semai Media untuk menanam kapas dapat dibuat dengan mencampurkan tanah, pasir, dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Selanjutnya, campuran tersebut dimasukkan ke dalam media polybag berukuran 10x15 cm kira – kira ¾ bagian, lalu dibiarkan selama 24 jam sampai siap ditanami. 3.1.1.3 Lahan Lahan yang dibutuhkan untuk membudidayakan kapas pada umumnya seluas 10.000 m2. Membutuhkan tanah yang rata, dekat sumber mata air, tidak tergenang air, dan mudah diawasi. 3.1.1.4 Alat – Alat Alat – alat yang digunakan untuk membudidayakan tanaman kapas, antara lain : 1. Sekop 2. Cangkul 3. Watering can (penyiraman)



13 47



4. Sarung Tangan 3.1.1.5 Pupuk Pupuk yang baik untuk tanaman kapas adalah pupuk kandang dan pupuk urea, pemupukan dilakukan saat tanaman kapas berusia 40 hari. Industri pupuk bagi tanaman kapas di Indonesia, antara lain : 1. PT. Petrokimia Gresik 2. BDF HJ FINA 3.1.1.6 Pestisida Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Industri pestisida di Indonesia, antara lain : 1. Bayer (Jerman) 2. Monsanto (USA) 3. DuPont (USA) 4. Syngenta Indonesia 5. PT. Mitra Kreasidharma 6. PT. Mastalin Alindah 7. PT. Kresna Bumitama Sejati 8. PT. Jerca Utama Sakti 9. PT. Exindo Raharja Pratama 10. CV Prima Praja 3.1.2 Pelaku yang Terlibat dalam Subsistem Hulu Kapas 3.1.2.1 Petani Kapas Terlibat dalam semua hal yang berhubungan dengan budidaya tanaman kapas, seperti menanam, merawat, memperoleh modal dan perizinan, dan sebagainya. 3.1.2.2 Industri Benih Kapas Berperan sebagai penyedia benih kapas. 3.1.2.3 Industri Alat – Alat dan Mesin Pertanian (Agrootomotif) Menjadi penyedia alat – alat dan mesin yang digunakan dalam budidaya tanaman kapas. 3.1.2.4 Industri Pupuk Kapas Memproduksi pupuk yang berfungsi dalam pemenuhan nutrisi tanaman kapas. 3.1.2.5 Industri Pestisida Tanaman Kapas Penyedia kebutuhan pestisida yang digunakan untuk memberantas hama pada tanaman kapas. 3.1.2.6 Lembaga Penunjang pada Subsistem Hulu Kapas Meliputi pemerintah, lembaga permodalan, asuransi, dan transportasi.



14 47



3.1.3 Lembaga Penunjang Subsistem Hulu Kapas 3.1.3.1 Pemerintah Mengeluarkan dukungan kebijakan dan perizinan bagi kegiatan yang terlibat dalam subsistem hulu tanaman kapas. 3.1.3.2 Perbankan dan Koperasi Pendanaan atas penciptaan dan penggunaan bibit unggul oleh petani maupun para peneliti untuk pengembangannya yang masih kurang di dalam budidaya kapas. 3.1.3.3 Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan benih kapas unggul dan penyedia tenaga yang mampu mendukung proses produksi benih melalui lulusannya. 3.1.3.4 Asuransi Meminimalkan kerugian dari kejadian tak terduga yang mungkin terjadi dalam proses pembuatan benih atau segala kegiatan yang terlibat dalam subsistem hulu komoditas kapas. 3.1.3.5 Transportasi Menjadi sarana atau kunci atas distristribusinya faktor-faktor produksi (benih, pupuk, pestisida, dan alat – alat) tanaman kapas yang umumnya berskala besar. 3.1.4 Kendala dan Resiko pada Subsistem Hulu Kapas 3.1.4.1 Faktor Iklim atau Agroklimat Pengaturan benih diperlukan untuk mensiasati waktu kapan tanaman rentan atau tidak terhadap ketersediaan air di lahan selama masa pertumbuhan benih. Curah hujan yang terlalu tinggi di awal pertumbuhan dapat merusak benih. 3.1.4.2 Keterbatasan Modal Masalah utama yang timbul pada sektor pertanian pada umumnya adalah keterbatasan modal maupun kepemilikan aset yang dimiliki oleh petani terbatas. Modal, baik dana maupun aset untuk memproduksi sangat mempengaruhi produktivitas pertanian. Banyaknya lahan – lahan produktif yang tidak diusahakan dan dibiarkan tanpa diolah disebabkan tidak adanya dana. 3.1.4.3 Keterbatasan Benih Unggul Ketersediaan benih unggul tanaman kapas sampai saat ini belum ada institusi atau badan khusus yang menyediakan benih bermutu. Benih berserat yang ditanam petani dengan daya tumbuh 20% - 40% merupakan hasil panen musim sebelumnya yang daya tumbuhnya kurang lebih sama. 3.1.4.4 Kurangnya Pengadaan Teknologi Pengadaan teknologi tepat guna untuk memperoleh benih kapas yang berkualitas oleh petani pada umumnya masih belum maksimal. Salah satu keengganan petani menerapkan teknologi tersebut ditunjang oleh minimnya ketersediaan modal. Padahal apabila penggunaan teknologi digunakan secara optimal akan mengakibatkan peningkatkan pendapatan riil bagi petani baik dari segi pendapatan atas biaya total maupun pendapatan atas biaya tunai.



15 47



3.1.4.5 Pengeluaran Biaya yang Cukup Tinggi Biaya merupakan kebutuhan mutlak bagi berkembangnya suatu sistem usahatani termasuk tanaman kapas. Biaya pada usahatani kapas cukup besar dan relatif tidak terjangkau oleh petani. Biaya yang dimaksud meliputi biaya pengadaan benih, pupuk, herbisida, dan intektisida. 3.1.4.6 Gangguan pada Pertumbuhan Tanaman Kapas Mengakibatkan produksi kapas mengalami keterlambatan bahkan dan kesempatan menanam kapas musim tanam berikutnya akan terlambat. 3.1.5 Strategi Penanganan Kendala dan Resiko pada Subsistem Hulu Kapas 3.1.5.1 Meminjam Modal pada Lembaga Bank dan Non Bank Petani kapas harus pintar dalam memilih peminjaman dari lembaga keuangan mana yang lebih menguntungkan dengan suku bunga yang rendah. Pinjaman modal tersebut harus digunakan sesuai dengan kebutuhan usaha yang akan dijalankan. Selain itu, petani harus giat dalam berusaha agar prduktivitas panen meningkat dan mendapat keuntungan banyak. Lembaga kuangan baik bank maupun non bank sebaiknya tidak memperumit dalam proses peminjaman perkreditan. 3.1.5.2 Memperhatikan Kualitas Faktor – Faktor Produksi Tanaman Kapas Perlu diperhatikan keunggulan benih, kualitas pupuk dan pestisida yang baik dan cocok untuk tanaman kapas. Serta, memilah alat – alat dan mesin yang digunakan masih layak pakai atau tidak. 3.1.5.3 Memperkirakan Waktu Penanaman Kapas yang Tepat Guna meminimalisir kegagalan panen. 3.1.5.4 Melakukan Riset Untuk Mengembangkan Bibit Unggul Pengembangan benih unggul melalui riset dan penelitian diperlukan untuk meningkatkan hasil produktifitas kapas. Hal terpenting dalam industri benih adalah memanfaatkan para ahli genetik, teknologi hibrida dan agrokimia.



16 47



3.2.



Subsistem Usahatani (On Farm) Komoditas Kapas



3.2.1 Kondisi Subsistem Usahatani (On Farm) Komoditas Kapas 3.2.1.1 Syarat Tanam Pada musim-musim tertentu tanaman kapas sangat tidak menyukai keadaan yang terlalu basah atau terlalu kering. Selama pertumbuhan vegetatif memerlukan hujan sedikit. Lebih baik jika hujan itu terjadi pada malam hari dan pada siang hari mendapat sinar matahari sepenuhnya. Pada waktu buah masak (merekah), perlu keadaan lebih kering. Perubahan dari musim kering mendadak ke hujan lebat dapat menyebabkan rebahnya pohon.  Kapas yang umurnya kurang dari 1 (satu) tahun menghendaki curah hujan rata-rata 1500-1800 mm/tahun. Sebaiknya tanaman kapas ditanam di tanah datar, dan cocok pada ketinggian 10-150 mdpl. Selama masa pertumbuhan hendaknya suhunya sama. Pada suhu dibawah 15oC tumbuhnya lambat. Pertumbuhan yang optimal menghendaki suhu rata – rata 25 – 28oC dengan kelembaban 70%. Penyinaran matahari juga merupakan aspek penting untuk pertumbuhan/perkembangan tanaman kapas, dari tanaman muda hingga berbunga penuh. Kurangnya penyinaran sinar matahari akan memperlambat masaknya buah dan tuanya buah tidak serempak. Pada musim yang tepat dimana sinar matahari memenuhi syarat tumbuh kapas, kemasakan buah bisa mencapai 70-90%. Kekeringan tanah dengan angin yang sedang, agak merugikan tanaman kapas. Tetapi angin yang membawa uap air, bagus untuk pertumbuhan kapas. 3.2.1.2 Pembenihan  Syarat Benih a. Benih kapas dapat diperoleh dari biji atau dari plantlet b. Benih berasal dari tanaman yang sehat atau varietas unggul c. Memilih buah kapas yang sudah tua, sehat, dan tidak cacat d. Warna kulit buah kecoklatan dan kering  Penyemaian Benih 1. Pembuatan Media Semai Media dapat dibuat dengan mencampurkan tanah, pasir, dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 1:1:1, atau dapat juga dengan campuran tanah, pupuk kandang, pupuk buatan seperti NPK dengan perbandingan 2:2:1. selanjutnya campuran tersebut dimasukkan ke dalam media polybag ukuran 10x15cm kira-kira 3/4 bagian. selanjutnya disiram dan di biarkan selama 24 jam.



17 47



2. Cara dan Waktu Penyemaian Benih kapas yang akan dismaikan, sebaiknya direndam dengan air selama 2-4 jam. Kemudian benih disemaikan pada media tanam yang telah di sediakan, benih disemai dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah. Selanjutnya benih didtup dengan campuran abu sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1 agar calon batang mudah menembus ke permukaan. Sebaiknya benih disiapkan lebih, sebagai cadangan untuk penyulaman. Benih disimpan di tempat yang teduh. 3. Penyiraman Bibit di persemaian disiram setiap pagi hari, mulai dari kecambah belum muncul sampai bibit muncul ke permukaan tanah. Untuk penyiraman, dapat menggunakan tangki semprot atau bisa dengan menggunakan timba air. Penyiraman dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengikis tanah dalam media semai. Apabila daun sejati telah keluar, penyiraman bibit dilakukan setiap pagi dan sore hari agar bibit tidak mengalami kekeringan. 4. Pemupukan Untuk pertumbuhan vegetatif bibit dapat dipacu dengan penyemprotan ppuk daun yang mengandung unsur Nitrogen (N) tinggi. Pemupukan dengan pupuk daun cukup dilakukan satu kali saja, yaitu pada saat umur bibit 7-9 HSS dengan konsenterasi 1,01,5/liter air. Pupuk akar berupa pupuk kandang atau pupuk buatan tidak perlu ditambahkan selama pembibitan karena pupuk akar yang diberikan pada media semai sudah mencukupi. 5. Penjarangan Penjarangan dilakukan dengan tujuan menyiakan bibit-bibit yang sehat dan kekar untuk di tanam ke lapangan. Penjarangan ini mulai dilakukan 3 hari sebelum pemindahan bibit ke lapangan. bibit yang memiliki pertumbuhan seragam dikumpulkan menjadi satu.Bibit yang pertumbuhannya merana disingkirkan dan tidak ditanam. 6. Pemberian Pestisida       Pada masa pembibitan, penyemprotan pestisida dilakukan apabiala dianggap perlu. Konsentrasi penuh akan menyebabkan daun-daun seperti terbakar (plasmolisis). Penyemprotan ini dilakukan terutama pada saat 2-3 hari sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. 7. Pemindahan Bibit Bibit kapas dipindahkan ke lapangan apabila sudah berdaun 4-5 helai. Cara pemindahan tidak berbeda dengan cara pemindahan tanaman lain, yaitu kantong plastik dilepas secara hati-hati, selanjutnya bibit serta tantahnya di taman pada lubang-lubang yang telah disiapkan.



18 47



3.2.1.3 Penanaman a. Pembuatan Lubang dan Jarak Tanam Pembuatan lubang dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul yaitu menggali sedalam kurang lebih 10-20 cm dan luas lubang kira-kira 10 x 10 cm. Selanjutnya penentuan jarak taman, jarak tanam disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah. Pada lahan yang kurang subur, jarak tanam yang dianjurkan yaitu sekitar 80 x 30 cm, dimaksudkan agar menekan pertumbuhan gulma dan tidak terjadi persaingan antar tanaman. Sedangkan pada tanah yang subur, jarak tanam dianjurkan tidak terlalu rapat yaitu sekitar 100 x 30 cm, karena pada tanah yang subur ini tanaman akan cepat tumbuh besar. b. Cara dan Waktu Penanaman Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari pada saat cuaca sejuk dan tidak panas, ini bertujuan agar bibit mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Penaman dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : 1. Mengumpulkan bibit pada suatu tempat, yang teduh. 2. Mengambil bibit satu persatu untuk ditanam. 3. Cara penanaman yaitu merobek dan membuang polybag dengan hati-hati, jangan sampai merusak perakaran bibit. 4. Memasukkan bibit ke dalam lubang tanam yang telah disediakan. 5. Kemudian ditimbun kembali dengan tanah bekas galian lubang. 6. Penyiraman perdana bibit di lapangan, semuanya dilakukan dengan hati-hati. 3.2.1.4 Pemeliharaan Tanaman a. Pemupukan Tanaman kapas dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, tetapi harus diperhatikan bahwa tanah tersebut cukup mengandung unsur hara. Dengan alasan itu, tanah – tanah marginal yang luas dengan iklim yang menguntungkan masih dapat diusahakan pertanaman kapas dengan menambah unsur hara tanaman dengan cara pemupukan. Kapas yang dipupuk dengan baik akan lebih tahan terhadap hama dan penyakit.  Waktu Pemupukan 1. Pemupukan I Dilaksanakan pada saat tanaman berusia 3 – 4 minggu setelah tanam. Pupuk yang diaplikasikan yaitu Pupuk N (50 Kg/Ha) dan Pupuk K (50 Kg/Ha). 2. Pemupukan II Dilaksanakan pada saat tanaman berusia 6 – 8 minggu setelah tanam. Pupuk yang digunakan yaitu Pupuk N (100 Kg/Ha).  Dosis Pemupukan Urea : 150 Kg/Ha SP-36 : 100 Kg/Ha KCl : 100 Kg/Ha



19 47







Cara Pemupukan 1. Ditugal Dengan cara membuat lubang berjarak 5-10 cm dari tanaman, dengan kedalaman kurang lebih 5-7 cm. Kemudian masukkan pupuk ke dalam lubang dan urug dengan tanah. 2. Kocoran Dengan cara mencampur pupuk dengan air dan kemudia disiramkan pada tanah dengan jarak 5 – 10 cm dari tanaman. Cara kocoran ini direkomendasikan apabila laham kesulitan air. b. Pengairan dan Penyiraman Kebutuhan air tanaman kapas tergolong tinggi pada masa perkecambaha, menjelang berbunga dan pada saat pembentukan buah. Apabila keadaan terlalu kering saat tanaman menjelang pembungaandan pembentukan buah akan menyebabkan buah dan bungabunga gugur. Pengairan dilakukan pada sore hari dengan mengaliri air pada parit-parit atau larikan antar bedeng. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari secara rutin, untuk mengurangi tingkat kekerinag. Pengairan dan penyiraman hendaknya dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengikis tanah di sekitar pertanaman. c. Penyulaman Benih kapas sudah tumbuh pada hari ketujuh setelah tanam, sehingga bila ada benih yang tidak tumbuh harus dilakukan penyulaman dengan benih yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan dibawah umur 10-15 hari setelah tanam, agar pertumbuhan tanaman bisa seragam karena agar mempermudah dalam proses perawatanya. d. Penyiangan Penyiangan dilakukan apabila gulma banyak tumbuh disekitar tanaman kapas. Penyiangan dilakukan berulang-ulang apabila tumbuh banyak gulma. Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan koret dan dicabut. e. Pembumbunan Pembumbunan dilakukan guna untuk menopang pangkal batang tanaman agar tidak mudah rubuh. Pembumbunan dilakukan pada pangkal batang yaitu dengan membentuk bukit-bukit kecil. Kegiatan ini dapat membantu menjaga kesuburan tanah. 3.2.1.5 Hama dan Penyakit Pengendalian terhadap organisme pengganggu sebaiknya dilakukan mulai sejak saat pembibitan sampai menjelang produksi. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara alami dengan menggunakan agen-agen hayati, maupun secara kimiawi dengan menggunakan pestisida buatan pabrik. Pengendalian dengan menggunakan pestisida sebaiknya dilakukan seminimal mungkin dan sebijaksana mungkian, hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi pencemaran.



20 47



a. Hama Utama 1. Pectinophora Menyerang biji/buah/bunga sehingga bunga tidak dapat mekar sempurna/bunga roset dan gugur. 2. Helicoverpa armigera Menyerang bunga dan buah, meninggalkan lubang hitam pada buah. 3. Sundapterix biguttula / Empoasca / Amrasca Menghisap klorofil dengan ciri menguning pada ujung daun, mengkerut, coklat dan rontok. 4. Eareas vittella Merusak pucuk tanaman dan buah dengan cara menggerek, serangan meningkat pada kondisi kering. 5. Bemicia tabacci Berwarna putih seperti gulali/lengket berada di bawah daun, menghisap jaringan daun muda sehingga mengkerut. 6. Bapak Pucung Menghisap biji kapas/buah/cairan buah yang sedang berkembang dan sudah matang, kotoran dari bapak pucung mengakibatkan serat kapas berwarna kuning. b. Penyakit Pada Tanaman Kapas 1. Busuk Arang (penyebabnya adalah jamur) Ciri-ciri tanaman yang terkena busuk arang yaitu daun kuning, layu mengering, batang berwarna coklat dan jika dicabut akar berwarna hitam. 2. Rebah Kecambah (penyebabnya jamur). Yang diserang adalah tanaman muda 3. Busuk Buah (penyebabnya adalah gigitan serangga) 4. Hawar Daun (oleh Xantomonas competris) Bercak kecoklatan pada daun, cairan hitam kecoklatan pada tulang daun. c. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) 1. Pestisida Nabati 2. Musuh alami (predator, parasit/parasitoid, patogen) 3. Penggunaan varietas tanah OPT 4. Sanitasi (untuk pectinopora apabila ada bunga roset maka segera cabut tanaman dan di bakar) 5. Pestisida kimia 3.2.2 Kendala – Kendala pada Subsistem Usahatani (On Farm) Komoditas Kapas 3.2.2.1 Gangguan Hama dan Penyakit Hama dan penyakit pada tanaman kapas harus dicegah dan dikendalikan untuk menghindari kehilangan hasil. Hama maupun penyakit dapat mengganggu dan merusak pertumbuhan serta hasil tanaman kapas.



21 47



3.2.2.2 Penerapan Teknologi Produksi Masih Kurang Di Tingkat Petani Masalah on farm yang menonjol adalah penerapan teknologi produksi masih kurang ditingkat petani. Pengelolaan tanah secara intensif hampir tidak dipraktekkan, petani melakukan pengolahan tanah secara sederhana yaitu dengan menggunakan bajak untuk baris tanam. 3.2.2.3 Iklim Dengan Distribusi Hujan Setiap Tahunnya Tidak Merata Iklim dan cuaca berpengaruh langsung terhadap kulitas dan kuantitas saat panen kapas. Lahan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kapas adalah mempunyai iklim dengan curah hujan antara 1.000 – 1750 mm/ tahun, bulan kering (kurang dari 100 mm) antara 3-4 bulan (Djaenudin et al.,1997). 3.2.2.4 Areal Penanaman Kapas Menurun Rendahnya produksi kapas juga disebabkan karena area penanaman kapas menurun. Penurunan areal pengembangan ini karena terdesak tanaman pangan ynag mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi, serta adanya sistem pewarisan dan alih fungsi lahan pertanian ke sektor lain. Sampai saat ini, petani masih mengutamakan penggunaan lahannya untuk ditanami tanaman pangan baik secara monokultur maupun tumpang sari dengan adalasan food security. Kapas hanya diusahan secara tumpang sari atau tumpang sisip sebagai tanaman pelengkap bukan tanaman utama. Pengusahaan kapas secara intensif dilakukan setelah tanaman utama dipanen,dimana intensitas hujan sudah berkurang. Kondisi ini mengakibatkan diperlukannya pengairan ektra untuk mempertahankan produktivitas. 3.2.3 Resiko pada Subsistem Usahatani (On Farm) Komoditas Kapas 3.2.3.1 Kegagalan Panen Akibat Kekeringan Kebutuhan air yang terbesar bagi tanaman kapas adalah pada fase pembentukan bunga dan buah (umur 8-15 minggu). Produksi serat kapas 95 % berasal dari buah-buah yang terbentuk pada minggu ke 8 sampai 12 setelah tanam. Pada periode tersebut tanaman kapas sangat rentan terhadap kekurangan air, karena akan menyebabkan tanaman menggugurkan kuncup bunga, bunga dan buah muda. Hal ini berhubungan dengan sifat fisiologis tanaman, dalam menjaga keseimbangan agar tetap dapat bertahan hidup melewati periode kering (Krieg, 1989). 3.2.3.2 Pembengkakan Biaya Guna Memberantas Hama dan Penyakit Hama dan penyakit pada tanaman kapas harus dicegah dan dikendalikan untuk menghindari kehilangan hasil. Hama maupun penyakit dapat mengganggu dan merusak pertumbuhan serta hasil tanaman kapas. Hama tersebut menyebabkan kerugian dengan gejala tersendiri, sedangkan penyakit pada tanaman kapas disebabkan oleh golongan cendawan dan bakteri. 3.2.3.3 Berkurangnya Kuantitas Hasil Panen Ketertinggalan pertanian tanaman kapas nasional karena sektor pertanian di negara ini masih tradisional, yang berarti kurang sentuhan teknologi. Sehingga



22 47



produktivitasnya rendah. Sehingga pada sektor pertanian nasional tanaman kapas masih menjadikan Indonesia sebagai negara impor. 3.2.4 Upaya Dalam Mengatasi Resiko Pada Subsistem Usahatani (On Farm) Komoditas Kapas 3.2.4.1 Sanitasi Membersihkan sisa-sisa atau bagian-bagian tanaman setelah penanaman. Sisasisa atau bagian-bagian tanaman tersebut sering kali dijadikan sebagai : a. Tempat berlindung b. Tempat berdiapause c. Tempat tinggal sementara sebelum tanaman utama ditanam kembali Dengan melakukan sanitasi berarti kita telah mengurangi populasi awal dari hama tersebut sehingga kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman berikutnya berkurang. 3.2.4.2 Penyediaan Benih Secara Tepat Varietas. Mutu, Jumlah, Lokasi, dan Waktu a. Tepat Varietas Seiring dengan kemajuan pertanian tanaman non pangan, maka semakin besar pula tuntutan terhadap ketersediaan benih varietas unggul bermutu sebagai salah satu faktor yang menentukan keberhasilan produksi tanaman tersebut. b. Tepat Mutu Benih bermutu tentulah mempunyai kelebihan dibandingkan benih asalan. Keterangan mutu dicantumkan pada label yang tertera pada kemasan benih. Artinya bila lingkungan mendukung maka potensi produksinya menyampai seperti tertera pada labelnya. Prinsip tepat mutu juga dijadikan pedoman untuk menentukan jumlah benih yang diperlukan dalam luasan areal tanam. c. Tepat Jumlah Penyediaan benih bermutu harus mengikuti prinsip tepat jumlaah. Maksudnya adalah ketersediaan benih haruslah sesuai dengan luas tanam yang ada. Adanya ketidakseimbangan antar stok dan kebutuhan inilah yang pada umumnya memicu maraknya peredaran benih palsu atau benih berkualitas rendah. Benih seperti ini sangat merugikan petani dan menghilangkan kepercayaan petani terhadap benih bermutu. d. Tepat Lokasi Prinsip tepat lokasi adalah ketersediaan benih pada areal-areal pertanian. Semakin luas areal pertanaman sepatutnya ketersediaan benih juga cukup. e. Tepat Waktu Prinsip tepat waktu adalah benih tersedia pada saat musim tanam tiba. Stok benih yang banyak tidak berarti tiba saat dibutuhkan ketersediaan tidak ada. 3.2.4.3 Dukungan Pupuk Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung.



23 47



3.2.4.5 Pelatihan Petani Penyuluhan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan para petani . Baik itu dari segi pengetahuan , keterampilan , hingga pengelolahan pertanian . Pelatihan pertanian terbagi menjadi beberapa jenis yaitu : a. Pemanfaatan teknologi digital b. Pelatihan penggunaan alat pertanian c. Pengelolahan hasil pertanian 3.2.4.6 Tanaman Serempak Waktu Pada saat terjadi kekeringan yang panjang, waktu tanam kapas bisa dilakukan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan atau tanam dipercepat (tanam kering) terutama pada daerah – daerah dimana terdapat tambahan air irigasi. Hal ini di lakukan agar pada saat panen kapas tidak kehujanan. 3.2.4.7 Pengaturan Kerapatan Tanaman Bertanam rapat sangat dianjurkan untuk cvoporasi pada kondisi kekeringan. Ditinjau dari tingkat penyinaran matahari yang melimpah pada saat terjadi El-Nino dan dengan kelembaban yang rendah, sebenarnya menguntungkan bagi pertumbuhan kapas apabila ditunjang dengan adanya tambahan air irigasi. 3.2.4.8 Mendorong Pihak Swasta Untuk Berinvestasi Secara Serius Dukungan perusahaan pengelola yang di harapkan antara lain : a. Optimalisasi ginnery b. Fasilitas kredit perbankan (sebagai avalis) c. Pembangunan kebun benih kapas unggul dan penampungan hasil



24 47



3.2.5



Urutan Permasalahan Dalam Pembiayaan Subsistem Onfarm Komoditas Kapas 3.2.5.1 Minimnya informasi dan buruknya komunikasi antara sektor pertanian dan lembaga keuangan perbankan dan nonperbankan Para pelaku bisnis sektor pertanian umumnya kurang aktif untuk menyampaikan peluang bisnis dan prospektif usaha pertanian kepada pelaku usaha di sektor lain, terutama kepada lembaga pembiayaan. Akibatnya, sektor pertanian menjadi kurang atraktif bagi lembaga pembiayaan, terutama sektor perbankan. Di samping itu, sektor perbankan juga memiliki pemahaman yang tidak lengkap tentang prospek sektor pertanian. Mereka hanya mengetahui-dari persepsi atau literatur ekonomi pembangunan kedaluwarsa-bahwa pertanian itu sebagai suatu sektor usaha sangat berisiko (high risk), tergantung musim, jaminan harga yang tidak pasti, dan sebagainya. 3.2.5.2 Perhatian sektor perbankan masih terfokus pada agbribisnis modern dan perkebunan besar Para bankir tidak jarang menganggap bahwa petani kecil itu tidak pintar karena terdapat prejudice bahwa mereka tidak menawarkan margin keuntungan yang memadai bagi lembaga keuangan. Benar bahwa lembaga keuangan atau sektor perbankan cenderung 'mengikuti' dunia usaha. Maksudnya, jika dunia usaha pertanian tidak menarik bagi perbankan, cukup sulit bagi sektor perbankan untuk datang dan memberikan perhatian bagi sektor pertanian. 3.2.5.3 Pragmatisme keputusan mikro bisnis perbankan dan skeptisme dukungan kebijakan ekonomi makro Sektor perbankan mengambil keputusan bisnisnya sesuai dengan ketentuan bank umum, yang tentu harus mengikuti prinsip prudential banking. Demikian pula, walaupun Bank Indonesia telah mencoba untuk menurunkan suku bunga SBI, kebijakan ekonomi makro masih belum cukup untuk mendukung iklim kondusif bagi perkembangan dunia usaha. Akibatnya, sebagian besar bank di Indonesia masih merasa lebih aman untuk memanfaatkan bunga SBI, karena sudah lebih dari cukup untuk menanggung operasional perbankan.



25 47



3.2.6



Biaya Investasi dan Modal Kerja Pada Agribisnis Kapas beserta Sumber Biaya 3.2.6.1 Sumber Pembiayaan Salah satu aspek pendukung bergeraknya usaha agribisnis adalah adanya dukungan permodalan, antara lain melalui skim-skim kredit perbankan dan non perbankan. Diperlukan skim kredit yang fleksibel, luwes dan sederhana tetapi ada rambu-rambu yang dapat mencegah terjadinya penyimpangan, sehingga kredit tersebut dapat mencapai sasaran baik dari segi jumlah, waktu, maupun penerima kredit. Skim kredit tersebut adalah Skim Kredit Ketahanan Pangan (KKP). Pelaksanaan penyaluran kredit dengan pola executing, lembaga keuangan perbankan dan non perbankan cenderung hati-hati dan menerapkan prinsip prudential banking dengan 5 C (Collateral, Capital, Character, Capacity, Condition), sehingga realisasi penyaluran kredit relatif kecil dan lambat. Hal ini antara lain disebabkan adanya trauma kredit macet seperti masa lalu, dimana beberapa bank menerapkan agunan tambahan seperti sertifikat tanah, tidak adanya lembaga penjamin/avalis dan beberapa pelaku usaha tidak layak menerima kredit, antara lain masih adanya tunggakan KUT. Skim kredit untuk sektor pertanian selama ini terfokus pada usaha budidaya (on-farm) dengan komoditas terbatas, misalnya seperti KUT dan KKP. Sumber pembiayaan lain yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan agribisnis antara lain adalah : Kredit Taskin, Modal Ventura, Pemanfaatan Laba BUMN, Pegadaian, Kredit Komersial perbankan, (Kupedes dari BRI, Swamitra dari Bank Bukopin, Kredit Usaha Kecil dari : BNI, Bank Danamon, BII, Bank Mandiri, Kredit BCA, Kredit Pengusaha Kecil dan Mikro (KPKM) dari Bank Niaga, Kredit Modal Kerja dari Bank Agro Niaga), dan pemanfaatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di pedesaan.



26 47



3.2.6.2 Komponen Kebutuhan Biaya Investasi dan Modal Kerja Pengolahan Tanaman Kapas Komponen biaya merupakan rincian besarnya biaya yang diperlukan untuk menjalankan aktivitas usaha pengolahan kapas. Komponen biaya ini mencakup modal tetap dan modal kerja. Modal tetap adalah semua komponen yang diperlukan dari tahap pra investasi sampai produksi, sedangkan modal kerja adalah pengeluaran untuk mebiayai keperluan operasi atau produksi. 3.2.6.2.1 Biaya Investasi Pengolahan Kapas Tabel III. Data Biaya Investasi Pengolahan Kapas *jumlah yang tercantum pada kolom di bawah hanyalah pemisalan (bukan data asli)



No . 1



Rincian Biaya



Total Biaya (Rp)



Perizinan dan Bangunan



 



(a) Biaya Perizinan



Rp50.000.000



 



(b) Biaya Bangunan



Rp450.000.000 Jumlah (1)



2



Rp500.000.000



Biaya Penunjang



 



(a) Pengadaan Kendaraan



Rp500.000.000



 



(b) Pengadaan Mesin



Rp500.000.000



 



(c) Inventaris Kantor



Rp25.000.000



 



(d) Instalasi Alat Proses



Rp25.000.000



 



(e) Biaya Umum dan Administrasi



Rp50.000.000



Jumlah (2)



Rp1.100.000.000



Total (1+2)



Rp1.600.000.000



Sumber : https://repository.ipb.ac.id/



Biaya investasi pengolahan kapas dalam sebuah perusahaan (bukan petani) dapat dijabarkan menjadi dua kelompok biaya, yaitu biaya perizinan dan bangunan serta biaya penunjang. Biaya perizinan dan bangunan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk izin pembangunan (mencakup pabrik dan kantor operasional). Biaya penunjang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan kendaraan dan mesih, inventaris kantor, instalasi alat proses, serta biaya umum dan administrasi. Biaya investasi dikeluarkan untuk membiayai kegiatan yang bersifat jangka panjang.



27 47



3.2.6.2.2 Biaya Modal Kerja Pengolahan Kapas Biaya yang digunakan untuk membiayai kegiatan jangka pendek seperti pembelian bahan baku, operasi atau produksi, dan membayar upah pegawai dan biaya operasional lainnya. Tabel IV. Data Biaya Modal Kerja Pengolahan Kapas *jumlah yang tercantum pada kolom di bawah hanyalah pemisalan (bukan data asli)



No . 1           2       3        



Rincian Biaya Biaya Tenaga Kerja (a) Direktur (b) Manajer (3 orang tenaga tetap) (c) Ketua Divisi (3 orang tenaga tetap) (d) Produksi (10 orang tenaga tetap) (e) Pelaksana (5 orang tidak tetap) Jumlah (1) Biaya Bahan Baku dan Penunjang (a) Pohon Kapas (b) Larutan Kimia dan Pupuk (c) Air Jumlah (2) Biaya Lain – Lain (a) Perawatan Mobil (b) Listrik (c) Telepon (d) Kesehatan Jumlah (3) Total (1 + 2 + 3)



Biaya Per Bulan (Rp)



Biaya Per Tahun (Rp)



Rp5.000.000 Rp15.000.000



Rp60.000.000 Rp180.000.000



Rp12.000.000 Rp20.000.000 Rp5.000.000 Rp57.000.000



Rp144.000.000 Rp240.000.000 Rp60.000.000 Rp684.000.000



Rp100.000.000 Rp5.000.000 Rp500.000 Rp105.500.000



Rp1.200.000.000 Rp60.000.000 Rp6.000.000 Rp1.266.000.000



Rp5.000.000 Rp2.000.000 Rp1.000.000 Rp1.000.000 Rp9.000.000 Rp171.500.000



Rp60.000.000 Rp24.000.000 Rp12.000.000 Rp12.000.000 Rp108.000.000 Rp2.058.000.000



Sumber : https://repository.ipb.ac.id/



28 47



3.3. Subsistem Hilir Pengolahan Komoditas Kapas 3.3.1 Kondisi Subsistem Hilir Pengolahan Komoditas Kapas 3.3.1.1 Panen dan Pasca Panen Kapas  Tanda – Tanda Buah Kapas Siap Dipanen 1. Buah kapas sudah mekar sempurna, cukup umur dan kering 2. Warna kelopak sawo matang 3. Kelopak lebih rapuh ketika di pegang  Waktu Pemetikan 1. Pemetikan kapas rata-rata di mulai pada umur 105-110 hari dan selesai pada umur 135-140 hari 2. Pada pengaturan waktu tanam yang tepat dan di dukung oleh keadaan cuaca dan musim yang sesuai/tepat maka masa panen akan jatuh pada musim kering. Keadaan ini merupakan saat yang paling tepat untuk melakukan pemetikan. Jika pada saat masa panen ternyata masih turun hujan, maka buah yang mulai merekah segera di petik, kemudian di kupas dan di jemur 3. Jangan memetik buah yang terlalu pagi (ada embun) karena memetik terlalu pagi kapas masih kena embun (basah). Jika terpaksa harus memetik di pagi hari karena keadaan cuaca kemungkinan akan turun hujan, maka kapas yang sudah di petik harus segera di jemur/dinginkan untuk mencegah tumbuhnya jamur-jamur pada buah kapas. 4. Masa pemetikan belangsung selama 4-6 minggu/3-5 kali pemetikan. Jarak waktu pemetikan1 minggu (sesuai masaknya buah, banyaknya buah dan varietas kapas).  Cara Pemetikan 1. Pemetikan di lakukan dengan ke dua belah tangan. Tangan kiri memegang kelopak buah dan tangan kanan menarik kapas berbiji dari kelopak. 2. Masa pemetikan selama 4-6 minggu, 3-5 kali. Sesuai masak buah, banyaknya buah dan varietas. 3. Jarak waktu pemetikan yang satu dan berikutnya adalah satu minggu. 4. Alat untuk tempat hasil pemetikan dapat di pergunakan bakul, karung atau kantung terigu. Hindarkan hasil pemetikan dari kotoran/daun-daun/ranting/debu.



29 47



 Penanganan Hasil Panen 1. Kapas yang baru di petik harus segera di jemur. Jika tidak ada sinar matahari harus dianginkan. Kapas yang masih lembab/basah tidak boleh di tumpuk.Proses pengeringan berlangsung sampai kadar air mancapai 7- 8 %. 2. Tempat penjemuran menggunakan tikar atau lantai semen. 3. Hindari kontaminasi serat-serat plastic polypropylene, minyak (grease).







Penyimpanan Hasil Panen Jika dalam proses pengeringan kadar air sudah mencapai sekitar 78 % maka kapas berbiji untuk masing-masing mutu segera di masukan ke dalam karung yang bersih dan di simpan di tempat aman. Hindari penggunaan karung plastik dan bahan pengikat dari tali rafia untuk menjaga kemungkinan tercampurnya serat kapas dengan bahan plastik dari karung plastik atau tali raffia 3.3.1.2 Proses Pengolahan Kapas 1. Ginning (Penjeratan) Dilakukan oleh mesin di ladang kapas dengan cara memisahkan serat kapas dari polong dan biji yang melekat. Serat kapas kemudian dikeringkan dan ditampung ke dalam tas besar dan diangkut ke pabrik tekstil.



Gambar 10. Mesin Ginning Sumber : Google



2. Spinning (Pemintalan)



30 47



Dimulai dengan membuka bola kapas yang biasanya secara otomatis terbuka dibantu oleh alat pemintal tradisional ataupun modern. Biasanya pemintalan benang dicampur dari berbagai serat dari bola kapas yang berbeda agar semua bola kapas tersebut bisa menyatu. Serat kapas kemudian melewati sebuah mesin yang disebut mesin carding. Mesin ini membersihkan kapas dan menghasilkan serat benang yang tipis. 3. Weaving (Penenunan) Proses utama mengubah benang menjadi kain. Sebelum masuk ke proses penenunan atau weaving, benang perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Benang dianyam hingga terbentuk anyaman kain. 4. Treatments (Perawatan) Bagian tenunan dari benang katun selanjutnya akan melewati sejumlah perawatan untuk meningkatkan kualitas kain karena tidak semua potongan kapas benar-benar disortir. Beberapa perawatan dapat dilakukan seperti penggosokan di mana beberapa area spesifik kain dibersihkan. Pemutihan cerah dan mencerahkan kain atau penambahan warna pada kain katun.



5. Finishing (Penyelesaian) Kualitas kain pada tahap finishing ditingkatkan dengan penambahan bahan kimia dan bahan lainnya. Misalnya, katun dapat dicampur dengan bahan kimia yang melindunginya dari sinar UV matahari. 3.3.2 Resiko dan Upaya dalam Subsistem Hilir Pengolahan Kapas 3.3.2.1 Iklim  Unsur-unsur iklim yang berpengaruh dalam pengusahaan kapas adalah curah hujan, suhu udara, radiasi surya, kelembaban, dan kecepatan angin. Faktor curah hujan merupakan unsur iklim yang paling menentukan , karena curahannya fluktuatif menurut waktu dan tempat. Curah hujan yang tidak menentu merupakan salah satu kendala klebihan air pada suatu periode tertentu (Riajaya, 2002).  Upaya teknis dalam mengahadapi perubahan iklim dan perakitan varietas baru yang toleran antara lain terhadap kekeringan, kelebihan curah hujan, dan kelimpahan CO2. 3.3.2.2 Areal Tanaman Kapas Menurun Penurunan areal pengembangan ini karena terdesak tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi, serta adanya sistem pewarisan dan alih fungsi lahan pertanian ke sektor lain. Sampai saat ini, petani masih mengutamakan penggunaan lahannya untuk di tanaman pangan baik secara monokultur maupun tumpang sari 31 47



dengan alasan food security. Kapas hanya diusahakan secara tumpang sari atau tumpang sisip sebagai tanaman pelengkap bukan tanaman utama di panen, dimana intensitas hujan sudah berkurang, kondisi ini mengakibatkan diperlakukannya pengairan ekstra untuk mempertahankan produktivitasnya.   Mengembangkan industri kapasnya untuk menopang kegiatan industri TPT sehingga mampu menampung tenaga kerja dalam jumlah besar. 3.3.2.3 Kesulitan Permodalan Kurangnya modal dan tenaga kerja di pedesaan faktor pembatas pertama dalam penerapan teknologi oleh petani (Sahid dan Wahyudi 2001). Kurangnya modal menjadi sebuah kendala yang cukup berarti dimana sekarang ini harga input-input pertanian sangatlah mahal. Petani kapas sering tidak dapat meneruskan usahatani kapasnya dikarenakan tidak mendapat dukungan modal dari pemerintah. Jika dihadapkan dengan kredit di lembaga keuangan, petani tentunya berfikir ulang tentang bunga yang di tawarkan.  Pemerintah lebih memperhatikan pemberian subsidi pada tanaman pangan seperti padi dan jagung sehingga pengembangan usahatani kapas (non pangan) belum begitu disorot oleh pemerintah. Sebaiknya pemerintah lebih adil dan bijaksana dalam pemberian kebijakan maupun subsidi sehingga merata di segala sektor.



3.3.2.4 Rendahnya Transfer dan Adopsi Teknologi Oleh Petani Penguasaan teknologi petani dalam budidaya kapas juga berpengaruh terhadap produktivitas kapas. Sedangkan faktor yang lain adalah kemampuan petani yang terbatas dan pemikiran yang sederhana, tidak tepatnya sarana produksi sampai ke tingkat petani, pembinaan petani yang kurang intensif, dan koordinasi instansi terkait yang belum terpadu. Sedangkan faktor yang lain adalah kemampuan petani yang terbatas dan pemikiran yang sederhana, tidak tepatnya sarana produksi sampai ke tingkat petani, pembinaan petani yang kurang intensif, dan koordinasi instansi yang belum terkait yang belum terpadu.   Memberikan pelatihan mengenai teknologi kepada petani dan pemerataan pendidikan di Indonesia. 3.3.2.5 Adanya Benih Transgenik yang Merusak Perkebunan Kapas Mutu benih juga menjadi kendala dalam pengembangan kapas, meskipun benih yang digunakan dalam pengembangan kapas saat ini relatif lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang menggunakan benih kabu-kabu. Akan tetapi, penyempurnaan masih perlu di lakukan, khususnya dalam pengadaan benih berjenjang mulai dari benih dasar sampai benih sebar yang dibutuhkan, diperlukan sarana pendukung meliputi jumlah mesin delinter, lantai jemur, gudang, dan tenaga kerja yang



32 47



terampil. Hubungan dan kerja sama antarinstansi terkait juga sangat menentukan keberhasilan program pengembangan kapas.  Petani diharapkan lebih selektif dan berhati-hati dalam memilih benih. Selain itu, pemerintah juga diharapkan untuk lebih memberikan kebijakan-kebijakan yang tepat dan memperhitungkan lagi kemungkinan terburuk (kerugian) yang akan dialami oleh petani.



3.3.3 Biaya Produksi (Cost of Product) Komoditas Kapas Meliputi : 1. Biaya Material Langsung (Direct Material) Biaya bahan baku yang bersentuhan langsung dengan produk yang akan diproduksi dan nominal yang timbul cenderung mudah ditelusuri. 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor) Upah, tunjangan, dan asuransi yang dibayarkan kepada pegawai yang terlibat langsung dalam jalannya proses produksi barang. 3. Biaya Overhead Pabrik (Manufacturing Overhead) Biaya Overhead Pabrik (BOP) adalah biaya yang secara tidak langsung berkaitan dengan aktivitas pabrik dan terjadi ketika memproduksi suatu produk. Biaya overhead pabrik meliputi :  Bahan Material Tidak Langsung (Indirect Material) Bahan yang digunakan dalam proses produksi namun cenderung sulit untuk dilacak nominalnya.  Tenaga Kerja Tidak Langsung (Indirect Labor)



33 47



Tenaga kerja pegawai yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi. Contohnya seperti petugas keamanan, pengawas, dan supervisor Quality Control di pabrik. Upah dan tunjangan mereka akan diklasifikasikan sebagai biaya tenaga kerja tidak langsung.  Biaya Overhead Lain seperti biaya utilitas pabrik, sewa gedung dan tanah, depresiasi mesin, dan asuransi. Contoh : Sebuah perusahaan pengolah kapas memproduksi kain sebanyak 1000 helai. Tabel V. Biaya Produksi Komoditas Kapas No Komponen Harga 1. Bahan Baku (Kapas) Rp 15.000.000 2. Mesin Rp 1.000.000 3. Upah Karyawan Rp 5.000.000 4. Sewa Pabrik Rp 1.000.000 5. Listrik Rp 1.500.000 6. Bahan Bakar Rp 1.000.000 7. Asuransi Rp 500.000 Total Rp 25.000.000 Total biaya produksi secara keseluruhan Rp 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah). Maka, biaya produksi untuk satu helai kain senilai Rp 25.000 (dua puluh ribu rupiah) diperoleh dari total biaya produksi keseluruhan dibagi jumlah kain yang diproduksi.



3.3.4



Proses Pasca Panen yang Menghasilkan Nilai Tambah Pada Produk Agribisnis Kapas 3.3.4.1 Pembuatan Benang 1. Pencampuran Bahan Baku (Serat Kapas) Proses ini dilakukan oleh bagian Mixing berdasar resep dari laborat. Bahan baku disusun rapi pada area yang telah ditentukan dan selanjutnya gumpalan kapas akan ditarik masuk sedikit demi sedikit oleh mesin Bale Plucker. 2. Penguraian Gumpalan Kapas Penguraian gumpalan kapas yang tadi telah ditarik oleh Bale Plucker menjadi seratserat halus dan dicampurkan dengan serat lainnya serta pembersihan kotoran yang dilakukan oleh mesin Blowing yang kemudian disalurkan melalui pipa-pipa yang menuju mesin berikutnya.



34 47



Gambar 11. Proses Pemisahan Serat Kapas Sumber : Google



Serat yang disalurkan melalui pipa dari mesin Blowing kemudian masuk kedalam mesin Carding. Disini serat-serat tadi akan diuraikan lagi dan dipisahkan antara serat pendek dan serat panjang serta dibersihakan dari kotoran yang ikut tertiup mesin Blowing kemudian mengeluarkannya dalam bentuk sumbu. 3. Seleksi Sliver dari Carding yang ditampung dalam spincan (tong putar) kemudian dibawa ke mesin Drawing untuk disejajarkan seratnya dan menentukan perangkapan sliver sesuai berat dan ketebalan sesuai kebutuhan untuk proses berikutnya.



Gambar 12. Proses Seleksi Serat Kapas Sumber : Google



4. Penyisiran Proses berikutnya sliver dari mesin Drawing dibawa ke mesin Combing. Disini serat-serat disejajarkan lagi dan dilakukan penyisiran sehingga panjang antar serat bisa relatif sama. Serta kotoran-kotoran yang lolos dari mesin sebelumnya juga dibersihkan. Sehingga didapatkan serat yang lurus dan bersih untuk kemudahan proses berikutnya.



35 47



Gambar 13. Proses Penyisiran Serat Kapas Sumber : Google



5. Pilin Serat-serat hasil dari mesin Drawing maupun mesin Combing kemudian dibawa ke mesin Speed Frame untuk dipilin menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Hasil pilinan digulung dalam Bobbin yang kemudian disebut Roving. 6. Peregangan Roving dari mesin Speed Frame kemudian dibawa ke mesin Ring Spinning untuk dijadikan benang. Disini roving ditarik / diregangkan melalui tiga buah as yang berputar dengan kecepatan berbeda. Roving yang ditarik kemudian diputar dengan TPI (Twist Per Inch) yang telah ditentukan berdasar diameter benang yang di inginkan. Benang yang telah dipilin ditampung kedalam Tube kecil yang kemudian dikirim ke mesin selanjutnya.



Gambar 14. Proses Penggulungan Benang dari Kapas Sumber : Google



Benang dalam tube dari mesin Ring Spinning kemudian dibawa ke mesin Winding untuk disambung dan digulung pada paper Cone yang menghasilkan gulungan besar dan tanpa putus serta siap untuk dipasarkan.



3.3.4.2 Pembuatan Kain 1. Spinning Proses Spinning atau yang lebih dikenal dengan proses pemintalan adalah proses dimana kain kapas pertama kalinya melalui proses pemintalan dari kapas untuk



36 47



menghasilkan benang. Sebagai langkah utama dalam pembuatan kain, hal ini adalah proses yang cukup memerlukan kehati –hatian. 2. Soft Winder Setelah menyelesaikan proses spinning dengan benar, selanjutnya adalah melalui proses soft winder. Proses Soft winder adalah proses untuk menggulung helaian benang hasil dari proses spinning. 3. Pencelupan Usai menyelesaikan proses soft winder, langkah selanjutnya adalah melalui proses yang dinamakan pencelupan. Pada proses pencelupan yang satu ini, benang yang telah digulung atau melalui proses soft winder tadi akan dicelupkan guna menghasilkan beragam warna. Setelah pencelupan berhasil dilakukan, benang harus segera dikeringkan. 4. Menenun Kain (Weaving) Kemudian setelah menghasilkan benang dengan beragam warna, barulah benang – benang yang sebelumnya telah mengalami proses pencelupan, ditenun menjadi kain. Sehingga Nampak jelas bahwa warna kain berasal dari benang yang dicelupkan bukan kain yang dicelupkan ke dalam warna. 5. Shiage Berlanjut dari proses weaving atau menenun kain menuju langkah selanjutnya yaitu proses Shiage. Proses ini adalah bagian dari proses pemeriksaan setelah kain telah ditenun dengan sempurna. Proses ini berfungsi untuk menentukan grade dari kain – kain tersebut. 6. Dyeing Proses selanjutnya adalah proses pemolesan terhadap warna, penampilan dan handling atau pegangan. Ini adalah langkah terakhir dari proses kapas hingga menjadi kain. 3.3.5 Pengolahan Limbah Pabrik Pengolah Kapas/Tekstil 3.3.5.1 Pengolahan Limbah Kering Kapas banyak digunakan untuk bahan pakaian, karena sifatnya yang dapat menyerap keringat/air, sehingga nyaman dipakai. Namun produk tersebut masih merupakan komoditi ekspor dan limbah yang dihasilkan setelah dipintal menjadi benang adalah sekitar 4-5%. Sebagian besar dari limbah tersebut masih mengandung serat pendek yang berpotensi sebagai penguat biokomposit dan sisanya berupa kotoran, debu, tanah dan lainnya. Dalam rangka penanganan dan pemanfaatan limbah, agar menghasilkan produk yang mempunyai nilai tambah, maka dilakukan penelitian pembuatan biokomposit menggunakan limbah tersebut. Tujuannya adalah untuk mendapatkan biokomposit berpenguat limbah serat kapas berupa felt (produk nonwoven) dan manufactured wood (papan pabrikan) berupa papan serat yang dapat memenuhi standar. Dari hasil uji diketahui bahwa felt tersebut dapat menyerap suara sampai 78% pada frekuensi acuan 5000 Hz (memenuhi standar minimal untuk koefisien serap bunyi)



37 47



sehingga dapat digunakan sebagai peredam suara (untuk bangunan/otomotif) dan sebagai bahan baku untuk tekstil otomotif (door trim, dashboard ataupun head lining). Begitu juga halnya dengan papan serat, produk tersebut mempunyai performa yang memenuhi standar dan dapat memantulkan suara ≥ 90%, sehingga dapat digunakan juga sebagai panel interior ruangan untuk memantulkan suara. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dalam pembuatan biokomposit berbahan baku limbah serat kapas, dibanding dengan bahan baku kayu, serat non kayu, limbah kain jeans dan lainnya, yaitu ketersediaaan bahan baku yang memadai (kontinyu) dan proses pembuatannya yang lebih singkat.  Bahan Bahan baku yang digunakan adalah limbah serat kapas dari industri pemintalan yang berada di sekitar Bandung dan matriks polimer (resin epoksi dan low melt polyester)  Peralatan Hot Press Machine, Mixing Box, Carding Machine, Needle Puch Machine, Oven, neraca analitik dan peralatan gelas. 1. Komposit dengan Needle Punch dan Pemanasan



LIMBAH KAPAS PENCAMPURAN DENGAN LOW MELT POLIESTER



CARDING MACHINE NEEDLE PUNCH MACHINE



OVEN FELT Gambar 15. Pengolahan Limbah Kering Kapas dengan Needle Punch



Pada proses ini, sebagai resin pengikat digunakan low melt polyester (staple fiber). Untuk setiap kali proses produksi diperlukan bahan baku total minimal sebesar 50 kg (skala pilot). Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut : Serat ditimbang, sesuai dengan berat yang telah direncanakan



38 47



- Low melt polyester yang akan digunakan ditimbang pula, sesuai dengan perbandingan (komposisi) dengan limbah serat kapas yang telah direncanakan sebelumnya - Limbah serat kapas tersebut dicampur dengan low melt polyester pada suatu bak pencampur (mixing box) - Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam mesin Carding; dan dilewatkan pada alat Needle Punch, agar terbentuk produk berupa non woven - Produk berupa non woven akhirnya dilewatkan pada oven dengan suhu sekitar 110oC, sehingga low melt polyester meleleh dan mengikat serat-serat dari limbah serat kapas 2. Komposit dengan Proses Cetakan Tertutup



LIMBAH KAPAS PENCAMPURAN DENGAN RESIN EPOKSI



PEMBENTUKAN LEMBARAN



PAPAN SERAT Gambar 16. Pengolahan Limbah Kering Kapas dengan Cetakan Tertutup



Pada proses ini, penekannya menggunakan sistem hidrolik. Resin yang digunakan dalam proses cetak tekan ini umumnya adalah epoksi, poliester, vinil ester, dan fenolat. Namun pada penelitian ini resin yang digunakan adalah jenis epoksi. Langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut : - Serat ditimbang, sesuai dengan berat yang telah direncanakan - Resin epoksi dan katalis (hardener) ditimbang dengan berat yang sama dengan resinnya. Adapun berat resin yang digunakan pada umumnya disesuaikan dengan perbandingan (komposisi) antara serat dengan resin, yang telah direncanakan sebelumnya - Limbah serat kapas tersebut dicampur dengan resin, kemudian dimasukkan ke dalam rongga cetakan yang terbuat dari teflon. Selanjutnya bagian atas dari rongga cetakan ditutup oleh penutup yang dilapisi teflon - Selanjutnya diletakkan pada alat Hot Press dan ditekan dengan tekanan sebesar 60 kg/cm2, dengan suhu 90oC, selama waktu tertentu. 3.3.5.2 Pengolahan Air Limbah (Cair) a. Proses Pre-Treatment



39 47



Proses ini bertujuan mengkondisikan karakteristik air limbah yang akan diolah, dimulai dari : penyaringan partikel kasar, penghilangan warna (decolouring), equalisasi (penyeimbangan debit), penyaringan halus, dan penyesuaian suhu. 1. Penyaringan Partikel Kasar Tujuan dari tahap penyaringan partikel kasar ini adalah menahan sisa benang dan kain yang memungkinkan ada dalam aliran air limbah. 2. Penghilangan Warna (Decolouring) Air limbah yang berwarna akan mengalami koagulasi dengan koagulan khusus untuk mengikat warna, lalu air limbah mengalami penyesuaian pH dengan penambahan kapur akibat pencampuran koagulan Ferro Sulphate sebelumnya. Dan kemudian air limbah masuk ke tangki flokulasi dengan penambahan polymer sehingga terbentuk flok-flok yang dapat mengendap dalam tangki sedimentasi.



Gambar 17. Pengolahan Limbah Cair pada Pabrik Pengolah Kapas



b. Penyesuaian Suhu Penyesuaian suhu air limbah dari pencelupan/pencapan mutlak dilakukan dalam Cooling Tower. Karakteristik limbah produksi tekstil umumnya bersuhu 350-400 oC, sehingga Cooling Tower dibutuhkan untuk menurunkan suhu agar kerja bakteri (proses biologis) optimal. 1) Proses Primer Dalam proses ini dilakukan main treatment (pengolahan utama), bisa secara biologis dan diikuti proses pengendapan (sedimentasi). 1. Proses Biologis Apabila digunakan proses biologis sebagai proses primer pengolahannya, beberapa proses yang terbukti efektif antara lain: lumpur aktif, laguna aerob, dan parit oksidasi. 2. Proses Sedimentasi Bak sedimentasi didesain untuk memudahkan proses pengendapan partikel dalam air. 2) Proses Sekunder Proses ini merupakan tahap lanjutan proses biologi dan sedimentasi dalam rangka mempersiapkan air limbah olahan memasuki badan air penerima, Beberapa parameter yang dicek pada outlet bak sedimentasi menjadi tolok ukur boleh tidaknya air limbah olahan ini dibuang ke badan air penerima. 3.4 Subsistem Hilir Pemasaran Komoditas Kapas 3.4.1 Kondisi Subsistem Hilir Pemasaran Kapas (Industri Kapas di Indonesia) 40 47



Indonesia masih mengimpor kapas sebagai bahan baku tekstil. Hal ini disebabkan ketidakmampuan tanaman kapas untuk tumbuh dengan baik di wilayah Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, secara nasional, kebutuhan bahan baku tekstil katun yang berasal dari kapas sekitar 42% dari seluruh produksi tekstil nasional. Tekstil sintetis masih mendominasi dengan kisaran 50%, dan sisanya adalah tekstil rayon. Sementara itu, kebutuhan kapas sebagai bahan baku tekstil nasional saat ini tidak mengalami peningkatan karena tergantikan oleh polyester dan nilon yang harganya cenderung lebih murah. Pabrikan pun juga lebih banyak yang mencampur kapas dan polyester sebagai bahan baku tekstil. Saat ini, harga kapas berada di kisaran 52 sen poundsterlin per pon. Adapun, nilai impor kapas Indonesia mencapai US$1 miliar tiap tahun. Kapas banyak digunakan untuk produksi pakaian dalam, kaos kaki, dan denim. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan, total produksi kapas Indonesia tahun 2015 hanya sebesar 759 ton dengan produktivitas rata-rata 151kg/ha. Walaupun jika dilihat perkembangan harga rata-rata tahunan kapas di pasar domestik tahun 2007-2014 cenderung mengalami kenaikan tiap tahunnya. Dengan kata lain kita masih perlu melakukan pembenahan besar-besaran. Salah satu caranya ialah berkaca dan membantu mengembangkan tanaman kapas di provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini dikarenakan Sulawesi Selatan merupakan kontributor produksi tanaman kapas terbesar di Indonesia yaitu sebesar 56,6534%. Tabel VI. Negara Tujuan Ekspor Kapas Indonesia Tahun 2014 No Negara Asal Volume Impor (kg) Nilai Impor (US $) Share Vol. Impor (%) . 1 Taiwan 7.861.336 8.413.749 22,28 2 China 6.198.837 6.989.886 17,57 3 Jepang 4.257.441 6.413.303 12,06 4 Vietnam 3.404.821 3.265.943 9,65 5 Thailand 2.906.360 3.642.161 8,24 6 Hongkong 2.136.232 3.360.274 6,05 7 Lainnya 8.525.060 11.969.342 24,16 Total 35.290.087 44.054.658 100 Sumber : BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian



Peluang industri tekstil Indonesia masih terbilang cukup besar. Bahkan menurut WTO (World Trade Organization), jumlah ekspor tekstil pakaian Indonesia termasuk 10 besar di dunia. Negara saingannya di dunia ialah : China, Jerman, Korea, Uzbekistan, dan lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa hasil tekstil dari Indonesia masih berpeluang besar untuk bersaing di kancah Internasional. Redup di negara sendiri tapi tetap bisa mekar di negara lain. Dari data BPS di atas juga menunjukkan jumlah ekspor tekstil (konveksi) Indonesia cenderung masih tidak stabil. Tapi jelas nilai FOB ekspor pakaian jadi (konveksi) cenderung terus naik tiap tahunnya. Permintaan pasar terus meningkat dan nilai ekspor yang tinggi menjadi harapan yang perlu dipertimbangkan pengusaha tekstil tanah air.



41 47



Menurut BTPB Balitbang Sulawesi Selatan tidak berkembangnya usahatani kapas disebabkan oleh berbagai masalah baik masalah off farm maupun masalah on farm. Masalah kelangkaan modal kerja misalnya nilai paket kredit di Sulawesi Selatan yang masih berat. Fluktuasi musim dan curah hujan pada periode penanaman kapas lahan kering, merugikan dalam variasi masa tanam, dan gangguan pada pertumbuhan tanaman. Teknologi produksi berupa paket teknologi anjuran usahatani kapas belum dapat diterapkan secara lengkap oleh semua petani kapas. 3.4.2 Resiko yang Terjadi pada Subsistem Hilir Pemasaran Kapas 3.4.2.1 Fluktuasi Harga Kapas di Pasar Banyak perusahaan terutama bagi perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) pengelola kapas berspekulasi pada saat harga bahan baku kapas menurun perusahaan harus membeli bahan baku tersebut dengan kuantitas yang banyak, agar memperoleh keuntungan yang lebih besar. Namun pada kenyatannya, harga kapas terus menurun. Hal ini berdampak pada margin perusahaan benang yang tergerus, akibat harga jual harus mengikuti pasar. Harga produksinya jadi lebih mahal dibandingkan para pabrikan benang yang tak menyetok kapas. 3.4.2.2 Kalah Saing Produk Lokal dengan Produk Impor Ketergantungan industri tekstil pada bahan baku impor dan volume ekspor kapas petani ke negara lain mengakibatkan pertumbuhan industri sektor tekstil Indonesia tidak terlepas dari fluktuasi mata uang rupiah terhadap mata uang asing dalam setiap transaksi perdagangan ekspor impornya. Depresiasi mata uang rupiah terhadap dollar USA mengakibatkan harga bahan bakar impor meningkat dan begitu pula dengan harga jualnya. Hal ini dapat mengakibatkan beberapa industri tekstil di Indonesia terpaksa tutup, di mana seluruhnya merupakan industri tekstil yang berorientasi pada pasar domestik. Oleh karena itu ketergantungan industri tekstil Indonesia pada bahan baku kapas impor dan target pasar tekstil ekspor, maka kestabilan kurs rupiah terhadap mata uang asing menjadi salah satu penentu keberlangsungan industri tekstil. 3.4.2.3 Minimnya Transportasi Pemasaran Indonesia memiliki banyak daerah yang produktif menghasilkan kapas. Khusus daerah di Sumba Nusa Tenggara Timur (NTT). Kualitas produksinya merupakan yang terbaik di Indonesia. Produktivitas kapas di Kabupaten Sumba Timur itu mencapai 4,6 ton per hektar, sedangkan di Jawa dan Sumatera hanya dua ton per hektar. Tingginya produksi kapas tersebut karena didukung kualitas tanah yang subur serta alat penyiram yang berkualitas. Alat penyiraman itu dengan panjang 420 meter itu mampu menyiram lahan pertanian kapas seluas 300 hektar. Disamping itu kendala masih harus ditemukan. Kendala utama pengembangan tanaman perkebunan di NTT, adalah pemasaran. Banyak industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang menginkan bahan baku kapas dari Sumba tersebut. Namun alat transoprtasi yang kurang memadai menjadikan permasalahan bagi produsen kapas di Sumba. 3.4.3 Upaya yang Dilakukan dalam Menghadapi Resiko pada Subsistem Hilir Pemasaran Kapas



42 47



3.4.3.1 Mendukung Revitalisasi Pelebaran Industri Mendorong pertumbuhan industri dan produksi tekstil, mendukung revitalisasi pelebaran industri tekstil dengan meyakinkan pelaku usaha tekstil dan pakaian berinvestasi dalam mesin baru. Hal ini juga dikomplemen dengan promosi kerja sama pengembangan teknologi dan ilmu pengetahuan antara perusahaan lokal dan asing. 3.4.3.2 Menanggung Bea Masuk Barang Modal dan Bahan Produksi Pemerintah mengupayakan auntuk menanggung bea yang masuk agar perusahaan pengolah kapas tidak perlu untuk mnanggungnya. Hal ini bertujuan agar harga pemasaran kapas tidak tinggi. 3.4.3.3 Tax Allowance Pengurangan pajak penghasilan sebanyak 30% untuk wilayah tertentu, dilakukan selama 6 tahun. 3.4.3.4 Memberikan Bantuan Teknis Pengambangan Industri TPT Nasional Dengan menggelar pelatihan sumber daya manusia industru garmen dengan sistem three in one. Selain itu, dengan bantuan pengadaan mesin dan peralatan tekstil, program restrukturisasu permesinan sektor TPT dengan memberi potongan harga, pendampingan tenaga ahli desain, dan promosi melalui pameran. 3.4.3.5 Memperhatikan Kedaan Pasar yang Tertuju Pada Sosial Media



Gambar 18. Online Shopping Sumber : Google



Sarana sosial media dan media jual-beli online adalah hal yang paling lumrah untuk memahami serta mengikuti keadaan konsumen saat ini. Pasalnya dengan data dan pengiklanan pada media terssebut kita dapat mengarahkan calon pembeli dengan lebih baik. Hal penting lain yang perlu diperhatikan selanjutnya ialah teknik pemasaran dan permintaan pasar/konsumen. Daerah Indonesia terkenal akan budayanya, sehingga mencampurkan budaya dan tekstil misalnya akan meningkatkan ketertarikan konsumen. Dan beberapa idea kreatif lain dapat digunakan untuk menggenjot permintaan pasar.



3.4.4



Biaya yang Terdapat dalam Subsistem Hilir Pemasaran Kapas



43 47



Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses mengalirnya produk dari titik produksi (tangan produsen) ke titik konsumsi (tangan konsumen akhir). Pembiayaan pemasaran adalah penyediaan dan investasi modal terhadap produk dan fasilitasfasilitas yang diperlukan dalam proses pemasaran. Besar kecilnya biaya pemasaran (produk pertanian) tergantung dari besar kecilnya kegiatan lembaga pemasaran dan jumlah fasilitas yang diperlukan dalam proses pemasaran tersebut. Setiap jenis produk yang dihasilkan, maka biaya pemasaran yang dikerluarkan berbeda-beda. Biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan untuk produk pertanian 1. Pengangkutan kapas 2. Penyimpanan kapas 3. Butuh 4. Resiko- resiko (kehilangan atau berubah fisik) 5. Penyepakan 6. Pengolahan kapas 7. Informasi pasar 8. Pajak Berdasarkan proses pemasaran, maka biaya pemasaran dapat dibagi menjadi : a. Biaya pengumpulan (assembly cost) b. Biaya pemindahan dari titik produksi ke titik konsumsi c. Biaya penyebaran didaerah konsumen (distribution cost) Biaya- biaya tersebut mempengaruhi besarnya perbedaan atau selisih harga yang diterima produsen atau selisih harga yang diterima produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen.



44 47



3.4.5



Proses Peningkatan Nilai Tambah pada Komoditas Kapas Nilai Tambah adalah selisih (beda) antara nilai akhir/hasil (output) dengan nilai input (awal/nilai pertama). Sebagai contoh untuk memproduksi baju, maka harus di produksi terlebih dahulu kapas kemudian diproses menjadi benang, selanjutnya diproses lagi agar menjadi kain, dan terakhir dibuatlah sebuah baju. Melalui contoh di atas nilai tambah (value added) tersebut dapat disimpulkan menjadi : nilai/harga dari kapas, ditambah dengan selisih antara nilai/harga dari benang dan kapas, dan ditambah lagi dengan selisih antara nilai/harga dari baju dan benang. Maka totalnya tersebut adalah yang disebut dengan nilai tambah (value added). Secara matematikanya nilai tambah (value added) dapat dutilis menjadi : harga kapas + (harga benang - harga kapas) + (harga baju - harga benang). maka hasilnya dari penjumlahan tersebut lah yang disebut nilai tambah (value added). Tabel VII. Nilai Tambah pada Komoditas Kapas Nama Barang Nilai Akhir Nilai Tambah Perhitungan Nilai Tambah Kapas Kapas Rp10.000 Rp10.000 Rp10.000 – 0 = Rp10.000 Benang Rp15.000 Rp 5.000 Rp15.000 – 10.000 = Rp 5.000 Kain Rp18.000 Rp 3.000 Rp18.000 – 15.000 = Rp 3.000 Pakaian Rp50.000 Rp32.000 Rp50.000 – 18.000 = Rp32.000 Total Rp93.000 Rp50.000 *harga di atas bukan data asli Sumber : Google



Di bagian nilai tambah kapas nilainya tetap dengan nilai produksinya yaitu Rp 10.000, karena nilai produksinya belum mengalami perubahan menjadi barang lain. Lalu, kapas diubah menjadi benang dan mendapat nilai tambah sebesar Rp 5.000 menjadi seharga Rp 15.000, ini didapat dari selisih antara nilai produksi benang dengan kapas. Benang dipintal menjadi kain dan menambah nilai sebesar Rp 3.000 dan merubah harga barang tersebut menjadi seharga Rp 18.000. Di akhir proses pengolahan, biasanya kain diolah kembali menjadi barang yang lebih siap pakai yaitu pakaian. Hal ini menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 32.000. setelah itu, pakaian yang sudah jadi dipasarkan menjadi seharga Rp 50.000.



45 47



3.4.6 Teknologi yang Diterapkan dalam Subsistem Hilir Pemasaran Kapas 3.4.6.1 Transportasi Yang bertujuan untuk memudahkan produsen dalam melakukan penyaluran barang kepada konsumen contohnya : pick up, motor, dan mobil. 3.4.6.2 Promosi Bertujuan untuk memancing konsumen agar mau membeli produk . Biasanya pengusaha memberikan promosi free ongkos kirim , maupun bonus produk. 3.4.6.3 Informasi Pasar Proses pemasaran dimulai dengan pemahaman penuh tentang pasar dan kebutuhan serta keinginan konsumen. Oleh karna itu, perusahaan membutuhkan informasi yang dapat di percaya untuk menghasilkan nilai dan kepuasan yang tinggi bagi pelanggan. perusahaan juga membutuhkan informasi tentang pesaing, penjual perantara, dan pelaku serta kekuatan lain di pasar. 3.4.7



Rantai Pasok (Supply Chain Management) Kapas di Indonesia Supply chain adalah sebuah sistem organisasi yang di dalamnya terdapat peranperan dan melakukan berbagai kegiatan meliputi informasi, pendanaan/keuangan, dan sumber daya lainnya yang saling terkait dalam pergerakan suatu produk atau jasa dari pemasok ke pelanggan. Nama lain dari supply chain adalah rantai pasok atau rantai suplai. SCM atau supply chain management adalah pengelolaan sebuah aktivitas rantai pasok untuk memaksimalkan customer value dan mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Manajemen rantai suplai adalah kegiatan yang meliputi perencanaan dan manajemen dari semua aktivitas yang terlibat baik di dalam sumber daya, pengadaan, konversi, dan semua kegiatan manajemen logistik. Tabel VIII. Distribusi Nilai Tambah Kapas Petani Kapas 5-20% Pengumpul atau Pengolah Primer Kapas 20-30% Pengolah Hilir Kapas 30-40% Distributor 40-60% Sumber : Google



Khususnya, hal itu juga mencakup koordinasi dan kerjasama dengan para pihak terkait, yang dapat berperan sebagai pemasok, perantara, penyedia layanan pihak ketiga, ataupun pelanggan. Pada dasarnya, manajemen rantai pasokan mengintegrasikan pengelolaan penawaran dan permintaan di seluruh perusahaan. Termasuk semua kegiatan manajemen logistik yang disebutkan di atas, serta kegiatan manufaktur, yang mendorong koordinasi dari proses dan kegiatan di seluruh pemasaran, penjualan, desain produk, keuangan dan teknologi informasi.



46 47



Gambar 19. Skema Rantai Pasok Kapas di Indonesia Sumber : https://mgt-logistik.com/



3.4.7.1 Mata Rantai 1 : Pemasok Kapas Aliran fisik yang ada dalam mata rantai yang pertama ini antara lain bahan baku, material mentah, material tambahan, ataupun suku cadang. Pemasok kapas yang berada dalam rantai pertama saling berhubungan dengan suppliers lainnya. Jumlah pemasok kapas bisa sangat banyak tapi bisa juga hanya ada pemasok tunggal atau sedikit. 3.4.7.2 Mata Rantai 2 : Pemasok Kapas – Pengolah/Pabrik Kapas Pada titik ini dilakukan pengolahan/konversi bahan baku kapas (input) hingga menjadi bahan siap pakai (output). 3.4.7.3 Mata Rantai 3 : Pemasok Kapas – Pengolah/Pabrik Produk Kapas – Distributor Produk akhir yang dihasilkan oleh pabrik pengolah kapas kemudian didistribusikan kepada konsumen dalam bentuk olahan kapas siap pakai (kain, benang, dan sebagainya). Proses distributor itu sendiri dimulai dengan pembelian produk dari pabrik kapas atau distributor kapas lain yang lebih besar. Selanjutnya terjadi pengklasifikasian produk untuk didistribusikan ke penjual ataupun ke konsumen. 3.4.7.4 Mata Rantai 4 : Pemasok Kapas – Pengolah/Pabrik Kapas – Distributor – Pengecer Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang (warehouse) milik sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menumpuk barang sebelum didistribusikan lagi ke pihak retail. Transportasi hingga ke outlet para pengecer biasanya dilakukan menggunakan jalur darat. Pada titik ini kembali dapat kita lihat potensi-potensi untuk melakukan efisiensi. Dari segi logistik, dapat memanfaatkan konsep backloading atau muatan balik dari truk yang kosong saat perjalanan pulang. 3.4.7.5 Mata Rantai 5 : Pemasok Kapas – Pengolah/Pabrik Kapas – Distributor – Pengecer – Konsumen Dari rak-raknya, para pengecer ini menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Outlet adalah tempat di mana pembeli akhir melakukan pembelian. Mata rantai supply baru betul-betul berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba di pemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) barang atau jasa dimaksud.



47 47



3.5 Sustainable Agriculture 3.5.1 Dimensi Ekonomi (Profit) 3.5.1.1 Daya Saing Sampai saat ini Indonesia masih mengandalkan impor kapas dari Amerika Serikat. Pasalnya, kapas asal negeri paman Sam ini merupakan kapas premium yang memiliki kualitas tinggi. Keunggulan kapas hasil produksi Amerika Serikat yaitu berkualitas baik, sustainability dan dilakukan pendampingan saat pembelian. Kemudian dengan harga yang mahal maka diperlukan edukasi kepada kalangan pengusaha tekstil bahwa kapas Amerika ini memiliki nilai tambah. Selain kualitas yang bagus juga  bisa meminta tag label USA sehingga mendorong pemesanan produk Indonesia. Keuntungan lainnya, dengan membeli kapas dari Amerika maka diharapkan mampu meningkatkan nilai ekspor pakaian jadi. Selain itu, bisa menekan biaya impor bea masuk ke Amerika. Cotton USA selalu berkomitmen untuk mendampingi para pelaku industri manufaktur dalam memahami tren fashion, penggunaan teknologi terbaru, dan keunggulan penggunaan kapas Amerika untuk menciptakan peluang baru dan manfaat lain bagi para pengusaha dan secara lebih luas, untuk industri tekstil Indonesia. 3.5.2 Dimensi Lingkungan Alam 3.5.2.1 Dampak Terhadap Flora Pembukaan hutan untuk perkebunan besar dapat menyebabkan kerusakan ekosistem hutan secara besar-besaran. Akibatnya, keanekaragam flora dan fauna hutan menurun drastis, serta manfaat hutan bagi manusia dapat terganggu atau hilang sama sekali. Di samping itu, manfaat hutan secara tidak langsung juga ikut hilang. Misalnya, sebagai pengatur tata air di alam (hidroorologi), memberi keindahan di alam, menjaga kelembaban udara, memelihara iklim lokal, habitat satwa liar, sumber plasma nutfah, kepentingan rekreasi, kepentingan ilmiah, dan lain-lain. Dengan hilangnya plasma nutfah karna pembukaan hutan untuk dijadikan area perkebunan berdampak negative terhadap keanekaragaman hutan yang mungkin bisa di manfaatkan suatu saat nantinya. Secara umum, adanya gangguan hutan di mana-mana, yang paling merasakan akibatnya secara langsung adalah penduduk yang bermukim di kawasan atau sekitar kawasan hutan. Rusak atau hilangnya hutan, bukan saja dapat mengakibatkan gangguan lingkungan hayati, tapi juga secara langsung dapat mengganggu kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat pedesaan hutan. Mereka yang tadinya mendapatkan bahan makanan dari jenis-jenis tumbuhan atau satwa liar dengan secara bebas di hutan, akan kehilangan sumber kehidupannya. 3.5.2.2 Dampak Terhadap Fauna Dewasa ini tercatat berbagai jenis satwa liar di Indonesia yang kondisi sangat mengkhawatirkan karena adanya pembukaan hutan untuk areal perkebunan yang terus berlangsung dan kerusakan atau kehilangan habitat satwa tersebut. Hal ini diakibatkan oleh maraknya aksi pembabatan hutan untuk dijadikan areal perkebunan, pemasangan perangkap berat, dan pemburuan diam-diam.



48 47



3.5.2.3 Risiko Penggunaan Pestisida Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor komoditas perkebunan disamping beberapa negara lain. Dalam rangka mengembangkan perkebunan, beberapa negara pesaing tersebut tidak tertutup kemungkinan mempunyai kepentingan untuk melindungi petaninya dari persaingan dengan negara pengekspor lain. Perlindungan itu diwujudkan melalui berbagai kebijakan produksi, perdagangan, investasi, dan pengolahan terutama terkait dengan mutu, dari komoditas primer hingga produk hilir perkebunan. Salah satu untuk meningkatkan produksi perkebunan dengan menggunakan pestisida sebagai pemberantas hama dan pupuk untuk meningkatkan hasil panen. Kedua zat kimia ini digunakan untuk mendapatkan hasil semaksimal mungkin terkadang tanpa melihat dampak atau efek yang ditimbulkan. Pestisida bergerak dari lahan perkebunan menuju aliran sungai dan danau yang dibawa oleh hujan atau penguapan, tertinggal atau larut pada aliran permukaan, terdapat pada lapisan tanah dan larut bersama dengan aliran air tanah. Penumpahan yang tidak disengaja atau membuang bahan-bahan kimia yang berlebihan pada permukaan air akan meningkatkan konsentrasi pestisida di air. Kualitas air dipengaruhi oleh pestisida berhubungan dengan keberadaan dan tingkat keracunannya, dimana kemampuannya untuk diangkut adalah fungsi dari kelarutannya dan kemampuan diserap oleh partikelpartikel tanah. 3.5.3 Dimensi Sosial Perkebunan kapas merupakan sumber pendapatan dan penyedia lapangan kerja. Peningkatan luas perkebunan kapas meningkatkan penyerapan tenaga kerja menjadi lebih banyak. Dari sisi pendapatan perkebunan kapas mampu mengurangi kemiskinan, terutama di daerah pedesaan. Pendapatan petani kapas di pedesaan. Selain itu, industri tekstil bisa menjadi penggerak investasi asing yang masuk ke Indonesia. Selain itu, mencari solusi dari hambatan-hambatan yang dihadapi yang bisa menghambat investasi, termasuk investasi dari dalam negeri. Banyak investor asing ingin masuk ke sektor dyeing atau pencelupan hingga printing tekstil, tapi masih ada sumbatan.



49 47



Bab IV Penutup 4.1 Kesimpulan Kebutuhan terhadap serat kapas di Indonesia masih sangat tinggi, namun Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan secara keseluruhan. Hal ini menyebabkan permintaan serat kapas impor di Indonesia memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Faktor – faktor yang memengaruhi permintaan serat kapas impor di Indonesia terbagi menjadi jangka panjang dan jangka pendek. Tabel IX. Negara Tujuan Ekspor Kapas Indonesia Tahun 2014 No Negara Asal Volume Ekspor Nilai Ekspor (US $) Share Vol. . (kg) Impor (%) 1 China 4.108.728 6.470.815 62,16 2 Jerman 730.889 3.963.303 11,06 3 Korea 412.241 1.070.467 6,24 4 Uzbekistan 66.260 113.575 1,00 5 Lainnya 1.291.475 2.886.517 19,54 Total 6.609.593 14.504.677 100 Sumber : BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian



Faktor – faktor yang berpengaruh dalam jangka panjang yaitu produksi serat kapas domestik, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, dan nilai ekspor tekstil di Indonesia. Sedangkan faktor – faktor yang berpengaruh dalam jangka pendek yaitu produksi serat kapas domestik dan nilai ekspor tekstil. Baik dalam jangan panjang maupun jangka pendek, semua faktor berpengaruh secara positif. 4.2 Saran 4.2.1 Perlunya meningkatkatkan produksi kapas domestik dengan cara mengembangkan penelitian dan pembenihan kapas varietas unggul. 4.2.2 Perlunya pengurangan penggunaan serat kapas sebagai bahan baku utama insutri tekstil dengan cara mensubstitusi serat kapas tersebut dengan serat alami yaitu serat rami atau serat sintetis seperti serat rayon, polyester, nylon, dan lain sebagainya. 4.2.3 Menggalakkan kembali penanaman serat kapas di Indonesia untuk emngurangi ketergantungan yang tinggi terhadap serat kapas impor mengingat ketersediaan lahan untuk penanaman kapas masih cukup luas. 4.2.4 Perlunya dilakukan pengembangan modal pengusaha kapas domestik untuk mendorong pengembangan kapas dalam negeri sebagai bahan baku tekstil, sehingga dapat meningkatkan PDB dalam negeri serta dapat mengurangi impor kapas di Indonesia. 4.2.5 Cakupan penelitian selanjutnya sebaiknya dilengkapi dengan analisis skala mikro, seperti usahatani serat kapas maupun pasar serat kapas di Indonesia sehingga akan diperoleh analisi yang lebih komperehensif.



Daftar Pustaka



50 47



Ajim N. 2016. Jenis dan Penggolongan Limbah Industri Tekstil [internet]. [dikutip pada tanggal 2019 Nov 24]. https://www.mikirbae.com/2016/08/jenis-danpenggolongan-limbah-industri.html?m=1 Aktivitas Blog. 2018. Pendekatan Produksi (Ekonomi) [internet]. [dikutip pada 2019 Nov 24]. https://aaktivitas.blogspot.com/2018/02/pendekatan-produksi-aktivitasblog.html Ana C. 2015. 9 Manfaat Serat Kapas dalam Kehidupan Sehai-Hari [internet]. [dikutip pada tanggal 2019 Nov 24]. https://manfaat.co.id/manfaat-serat-kapas Asmara CG. 2019. Pengusaha Tekstil ke Jokowi : 100% Impor Kapas, Listrik Mahal! [internet]. [dikutip pada 2019 Nov 24]. https://www.cnbcindonesia.com/news/20191121125259-4-116862/pengusahatekstil-ke-jokowi-100-impor-kapas-listrik-mahal Coraik. 2011. Pengamatan Lingkungan [internet]. [dikutip pada tanggal 2019 Nov 22]. http://suratnipunyacerita.blogspot.com/2011/06/dampak-perkebunanterhadap.html Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. 2017. Efektivitas Pemupukan Tanaman Kapas [internet]. [dikutip pada tanggal 2019 Nov 24]. https://www.academia.edu/34571098/Makalah_Kapas Mutia T, Sukardan MD, Novarini E, Kasipah C, Sana AW. 2018. Pemanfaatan Limbah Serat Kapas dari Industri Pemintalan untuk Felt dan Papan Serat [internet]. [diunduh pada 2019 Nov 24]. http://litbang.kemenperin.go.id/jiat/article/download/4030/3147 PT. Citra Cendikia Indonesia. 2017. Inportir Kapas Terbesar di Dunia [internet]. [dikutip pada tanggal 2019 Nov 24]. https://cci-indonesia.com/importir-kapas-terbesardi-dunia/ Putradi C. 2019. Pengertian Supply Chain, Manajemen Rantai Pasok, dan Contoh Proses [internet]. [dikutip pada 2019 Nov 24]. https://mgt-logistik.com/supply-chainadalah/ Simanjuntak W. 2017. Analisis Pengaruh Kurs Dollar, Harga Serat Kapas Dunia, dan Ekspor Teksil terhadap Nilai Impor Serat Kapas Indonesia [internet]. [dikutip pada tanggal 2019 Nov 22]. https://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEw ivivKjgf7lAhUHxTgGHQSXCgwQFjABegQIBBAC&url=https%3A%2F %2Fsinta.unud.ac.id%2Fuploads%2Fdokumen_dir %2F241479d5ecf0ff8adeb379a801c2eb09.pdf&usg=AOvVaw3lddpVw2AJ6M8 p5sZhNhpH Suhaiffah R. 2019. Apa Kabar Teksil Indonesia [internet]. [dikutip pada tanggal 2019 Nov 22]. https://geotimes.co.id/opini/apa-kabar-tekstil-indonesia/



51 47



Sukresna I. 2018. Kapas [internet]. [dikutip pada tanggal 2019 Nov 22] http://balittas.litbang.pertanian.go.id/index.php/id/produk/varietas-unggul/kapas



Daftar Gambar No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.



Gambar Gambar Logo Institut Pertanian Bogor Gambar Anggota Kelompok Gambar 1. Tanaman Kapas Gambar 2. Benang Gambar 3. Kain Katun Gambar 4. Bola Kapas Gambar 5. Spons Bedak Gambar 6. Plester Luka Gambar 7. Cotton Bud Gambar 8. Ornamen Natal Berbahan Kapas Gambar 9. Benih Kapas Gambar 10. Mesin Ginning Gambar 11. Proses Pemisahan Serat Kapas Gambar 12. Proses Seleksi Serat Kapas Gambar 13. Proses Penyisiran Serat kapas Gambar 14. Proses Penggulungan Benang dari Kapas Gambar 15. Pengolahan Limbah Kering Kapas Gambar 16. Pengolahan Limbah Kering Kapas Gambar 17. Pengolahan Limbah Cair Gambar 18. Online Shopping Gambar 19. Skema Rantai Pasok Kapas



Halaman Cover Prakata 3 3 3 4 4 4 5 5 10 27 31 31 32 32 34 35 36 38 43



52 47



Daftar Tabel No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Tabel Tabel I. Data Produktivitas Kapas di Indonesia Tabel II. Data Pertumbuhan Impor Kapas di Indonesia Tabel III. Data Biaya Investasi Pengolahan Kapas Tabel IV. Data Biaya Modal Kerja Pengolahan Kapas Tabel V. Biaya Produksi Komoditas Kapas Tabel VI. Negara Asal Impor Kapas Indonesia Tabel VII. Nilai Tambah pada Komoditas Kapas Tabel VIII. Distribusi Nilai Tambah Kapas Tabel IX. Negara Tujuan Ekspor Kapas Indonesia



Halaman Ltr Blkg Ltr Blkg 24 25 30 37 41 42 46



53 47



LAMPIRAN



54 47