Sistem Perencanaan Air Minum Kota Bojonegoro [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Buku ini adalah salah satu bentuk tugas untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum). Dalam waktu satu semester, akhirnya buku ini dapat terselesaikan. Semoga tujuan pengerjaan tugas ini, yakni untuk menambah pemahaman mahasiswa dapat dicapai dengan baik. Dukungan berbagai pihak sangat membantu saya dalam menyelesaikan tugas ini dengan baik. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada: 1. Allah yang telah memberi kemudahan dan kesehatan, 2. Ibu, Ayah, Kakak, dan keluarga atas segala dukungan baik moral, materi, maupun doanya, 3. Bapak Alfan selaku dosen mata kuliah yang senantiasa memberikan ilmu, 4. Bapak Bowo selaku dosen pembimbing, 5. Teman-teman dan sahabat-sahabat atas kebersamaan, kritik, saran dan keceriaannya, Sebagaimana peribahasa menyebutkan bahwa tiada gading yang tak retak, begitupun dengan penyusunan buku ini. Oleh karenanya, saya dengan senang hati menerima segala kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan yang lebih baik, silahkan menghubungi saya melalui [email protected].



Surabaya, 25 Desember 2014



Ayu Noer Annisa



1|AYU NOER ANNISA/ 3312 100 085



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR



1



DAFTAR ISI



2



DAFTAR GAMBAR



5



DAFTAR TABEL



7



BAB 1



8



PENDAHULUAN



8



1.1 LATAR BELAKANG 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1.3 RUANG LINGKUP



8 9 9



BAB 2



11



GAMBARAN UMUM



11



2.1 GEOGRAFI 2.2 TOPOGRAFI 2.3 HIDROLOGI DAN KLIMATOLOGI



11 12 13



BAB 3



15



TINJAUAN PUSTAKA



15



3.1 PROYEKSI PENDUDUK 3.2 METODA PROYEKSI PENDUDUK 3.3 PROYEKSI FASILITAS 3.4 KEBUTUHAN AIR DAN FLUKTULASINYA 3.4.1 KEBUTUHAN DOMESTIK 3.4.2 KEBUTUHAN NON DOMESTIK 3.4.3 KEBOCORAN AIR 3.4.4 FLUKTUASI KEBUTUHAN AIR 3.5 SISTEM DISTRIBUSI AIR 3.6 SISTEM JARINGAN INDUK DISTRIBUSI 3.7 SISTEM PERPIPAAN DISTRIBUSI 3.8 JENIS PIPA DAN PERALATANNYA 3.8.1 JENIS PIPA 3.8.2 TEKANAN KERJA PIPA 3.8.3 PERLENGKAPAN PIPA 3.8.4 SAMBUNGAN PIPA DAN PERLENGKAPANNYA



15 15 17 18 18 20 21 22 24 24 26 27 27 28 29 32



2|AYU NOER ANNISA/ 3312 100 085



3.9 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PERENCANAAN 3.9.1 KECEPATAN ALIRAN 3.9.2 SISA TEKANAN 3.9.3 KEHILANGAN TEKANAN 3.10 PERHITUNGAN DIMENSI PIPA 3.10.1 HARDY-CROSS 3.10.2 PROGRAM EPANET 3.11 RESERVOIR DAN POMPA 3.11.1 VOLUME RESERVOIR 3.11.2 SISTEM POMPA 3.11.3 KAPASITAS POMPA 3.11.4 HEAD SISTEM POMPA



35 35 35 35 36 36 37 40 40 41 41 41



BAB 4 KRITERIA PERENCANAAN



42



4.1 AREA DAN BLOK PELAYANAN 4.2 PROYEKSI PENDUDUK 4.3 KEBUTUHAN AIR BERSIH 4.4 SISTEM DISTRIBUSI 4.5 PERPIPAAN DAN TEKANAN DALAM PIPA 4.6 POMPA DAN RESERVOIR



42 ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. 42 43 43 ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.



BAB 5



44



PERHITUNGAN PROYEKSI PENDUDUK DAN KEBUTUHAN AIR BERSIH



44



5.1 PROYEKSI PENDUDUK 5.1.1 METODE ARITMATIKA 5.1.2 METODE BERGANDA (GEOMETRIK) 5.1.3 METODE SELISIH KUADRAT MINIMUM (LEAST SQUARE) 5.2 PROYEKSI FASILITAS 5.3 PENENTUAN AREA PELAYANAN DAN TOTAL KEBUTUHAN AIR 5.3.1 KEBUTUHAN AIR BERSIH DOMESTIK 5.4 PEMBAGIAN BLOK PELAYANAN DAN KEBUTUHAN AIR BERSIH TIAP BLOK



44 45 46 48 52 58 58 64



BAB 6



68



PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN PIPA, RESERVOIR, DAN POMPA



68



6.1 ANALISA JARINGAN PIPA 6.1.1 ANALISA HARDY CROSS 6.1.2 ANALISA DENGAN KOMPUTER (PROGRAM EPANET) 6.2 PERHITUNGAN RESERVOIR 6.3 PEMILIHAN POMPA DISTRIBUSI GRUNDFOS



68 68 71 84 86



BAB 7



91



3|AYU NOER ANNISA/ 3312 100 085



DETAIL JUNCTION



91



7.1 SIMBOL DETAIL JUNCTION 7.2 PERHITUNGAN DETAIL JUNCTION



91 93



BAB 8



108



BILL OF QUANTITY (BOQ) DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)



108



8.1 BOQ PERPIPAAN 8.2 BOQ AKSESORIS PIPA 8.3 BOQ PENANAMAN PIPA 8.4 BOQ PEMBETONAN TRUST BLOCK TRUST BLOCK UNTUK BEND 90° TRUST BLOCK UNTUK INCREASER DAN REDUCER 8.5 BOQ RESERVOIR



108 108 110 115 116 117 121



BAB 9



124



PROFIL HIDROLIS SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM



124



DAFTAR PUSTAKA



125



4|AYU NOER ANNISA/ 3312 100 085



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta Batas Administrasi Kabupaten Bojonegoro 11 Gambar 2.2 Peta Kecamatan Bojonegoro 12 Gambar 3.1 Pola Jaringan Distribusi cabang 25 Gambar 3.2 Pola Jaringan Distribusi Loop 26 Gambar 3.3 Gate Valve 29 Gambar 3.4 Air Release Valve 29 Gambar 3.5 Blow Off Valve 30 Gambar 3.6 Cek Valve ( Non Return Valve) 30 Gambar 3.7 Trust Blok untuk Tee All Flange 31 Gambar 3.8 Pelintasan pipa melewati sungai 31 Gambar 3.9 Manhole 31 Gambar 3.10 Meter Tekanan 32 Gambar 3.11 Meter Air 32 Gambar 3.12 Clam Saddle 32 Gambar 3.13 Bell dan Spigot 33 Gambar 3.14 Flange Joint 33 Gambar 3.15 Bend 33 Gambar 3.16 Increaser dan Reducer 34 Gambar 3.17 Tee 34 Gambar 3.18 Tapping Band 34 Gambar 3.19 G-Bault Join 34 Gambar 3.20 Menentukan satuan dimensi dalam Epanet 38 Gambar 3.21 Menentukan satuan dimensi dalam Epanet (meter) 38 Gambar 3.22 Mengatur mengenai dasar-dasar jaringan pipa pada Epanet 38 Gambar 3.23 Mengatur mengenai satuan debit, formula headloss, maximum trial dan deman multiplier pada Epanet 39 Gambar 5.1 Pipa Utama Kecamatan Bojonegoro 64 Gambar 5.2 Blok Pelayanan Air Minum Kecamatan Bojonegoro Tahun 2024 67 Gambar 6.1 Memasukkan Peta Pada Program Epanet 72 Gambar 6.2 Peta Bojonegoro pada Program Epanet 72 Gambar 6.3 Menentukan Satuan Dimensi dalam Epanet (meter) Kota Bojonegoro 73 Gambar 6.4 Menentukan Default Dimensi Debit, Headloss Formula, Maximum Trial dan Demand Multiplier dalam Epanet Kota Bojonegoro 73 Gambar 6.5 Toolbar Browser Data – Options – Hydraulics pada Epanet 74 Gambar 6.6 Toolbar Hydraulics pada Epanet 74 Gambar 6.7 Toolbar Times Option pada Epanet 75 Gambar 6.8 Jaringan Pipa Induk 75 Gambar 6.9 Memasukkan Data Pipa pada Jaringan Induk 76 Gambar 6.10 Run Data Epanet 78 Gambar 6.11 Tampilan Nodes dan Links Hasil Run 78 Gambar 6.12 Memasukkan Data Head dan Debit Pompa 79 Gambar 6.13 Toolbar Browser Data-Pump 80 Gambar 6.14 Memasukkan Kurva Pompa ke Data Pompa 80 Gambar 6.15 Membuka WebCAPS pada Aplikasi Grundfos 87 Gambar 6.16 Default setting untuk Product Range 87 Gambar 6.17 Default setting untuk User Defined 88 Gambar 6.18 Catalog pada WebCAPS 88 Gambar 6.19 Jenis Pompa yang Dipilih 88 Gambar 6.20 Memasukkan Kriteria Pompa 89 Gambar 6.21 Pilihan Pompa sesuai Kriteria yang Diperlukan 89 Gambar 6.22 Grafik Pilihan Pompa Sesuai Kriteria yang Diperlukan 90 Gambar 6.23 Dimensi Pompa Sesuai Kriteria yang Diperlukan 90 Gambar 7.1 Simbol Valve yang Ada di Autocad 91 Gambar 8.1 Penggalian Pipa 110 Gambar 8.2 Potongan A-A 110 Gambar 8.3 Potongan B-B 111 Gambar 8.2 Trust Block untuk bend 45° 115 Tabel 8.6 BOQ Pembetonan Trust Blok Bend 45 0 116



5|AYU NOER ANNISA/ 3312 100 085



Gambar 8.3 Trust Block untuk bend 90° Gambar 8.4 Trust Block untuk Increaser dan Reducer Gambar 8.5 Trust Block untuk Tee All Flange Gambar 8.8 Ground Reservoir dan Elevated Gambar 8.9 Potongan A-A Ground Reservoir Gambar 8.10 Potongan B-B Ground Reservoir dan Elevated



116 117 119 121 121 121



6|AYU NOER ANNISA/ 3312 100 085



DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Tanah Kering dan Tanah Sawah Masing-Masing Kelurahan Tabel 2.2 Nama, Panjang, dan Debit Air Sungai di Kabupaten Bojonegoro Tabel 3.1 Kebutuhan Air Bersih Untuk Domestik Berdasarkan Kategori Kota Tabel 3.2 Kebutuhan Air Domestik Berdasarkan P3KT Tabel 3.3 Kebutuhan Air Non Domestik Tabel 3.4 Faktor Hari Maksimum dan Faktor Jam Puncak Berdasarkan Kategori Kota Tabel 5.1 Data Penduduk Kota Bojonegoro Tahun 2000 - 2010 Tabel 5.2 Perhitungan Nilai Korelasi Metode Aritmatik Tabel 5.3 Perhitungan Nilai Korelasi Metode Geometri Tabel 5.4 Perhitungan Nilai Korelasi Metode Least Square Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Nilai Korelasi (r) Tabel 5.6 Perhitungan Rata-rata Prosentase Tambahan Penduduk Pertahun Tabel 5.7 Proyeksi Penduduk Kota Bojonegoro Hingga Tahun 2024 Tabel 5.8 Data Jumlah Fasilitas di Kota Bojonegoro pada Tahun 2013 Tabel 5.9 Proyeksi Fasilitas Pendidikan Kota Bojonegoro Hingga Tahun 2024 Tabel 5.10 Hasil Proyeksi Fasilitas Kesehatan Kota Bojonegoro Hingga Tahun 2024 Tabel 5.11 Hasil Proyeksi Fasilitas Peribadahan Kota Bojonegoro Hingga Tahun 2024 Tabel 5.12 Hasil Proyeksi Fasilitas Perindustrian Kota Bojonegoro Hingga Tahun 2024 Tabel 5.13 Besar Unit Konsumsi Berdasarkan Jumlah Penduduk Tabel 5.14 Besar Unit Konsumsi Berdasarkan Instansi Tabel 5.15 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kota Bojonegoro 2012-2024 Tabel 5.16 Prosentase Jumlah Penduduk Masing-Masing Kelurahan Tahun 2024 Tabel 5.17 Proyeksi Kebutuhan Air Masing-Masing Kelurahan Tahun 2024 Tabel 5.18 Pembagian Blok dan Kebutuhan Air Bersih Tiap Blok Kota Bojonegoro Tabel 6.1 Perhitungan Hardy Cross Iterasi 1 Tabel 6.2 Perhitungan Hardy Cross Iterasi 2 Tabel 6.3 Perhitungan Hardy Cross Iterasi 3 Tabel 6.4 Perhitungan Hardy Cross Iterasi 4 Tabel 6.5 Hasil Perhitungan Junction dengan Program Epanet Tabel 6.6 Hasil Perhitungan Pipes dengan Program Epanet Tabel 6.7 Daftar Ukuran Diameter Pipa HDPE merek Vinilon Tabel 6.8 Fluktuasi Pemakaian Air Tabel 6. 9 Hasil Fluktuasi Pengaliran Air dari IPAM ke Ground Reservoir Tabel 7. 1 Simbol Detail Junction Tabel 7.2 Diameter tapping untuk Masing-Masing Blok Tabel 7.3 Detail Junction Masing-Masing Tapping Tabel 8.1 BOQ Pipa Tabel 8.2 BOQ Aksesoris Pipa Tabel 8.3 Standar Urugan yang Diperkenankan Tabel 8.4 Perhitungan Galian Normal Pipa SPAM Tabel 8.5 Dimensi A,B,C,D pada Trust Blok Bend 45 0 Tabel 8.7 Dimensi A,B,C,D pada Trust Blok Bend 90 0 Tabel 8.8 BOQ Pembetonan Trust Blok Bend 90 0 Tabel 8.9 Dimensi A,B,C,D pada Trust Blok Increaser/Reducer Tabel 8.11 Dimensi Trust Blok Tee All Flange Tabel 8.12 BOQ Pembetonan Trust Blok Tee All Flange Tabel 8.13 Perhitungan BOQ Reservoir Tabel 9. 1 Kedalaman Instalasi Pipa



13 14 19 20 20 23 44 45 47 48 49 49 51 53 54 55 56 57 58 59 60 61 63 65 70 70 71 71 81 82 82 85 85 91 93 95 108 108 111 113 115 116 117 117 119 120 123 124



7|AYU NOER ANNISA/ 3312 100 085



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Berbeda dengan negara-negara maju yang pada umumnya memiliki gradien pertumbuhan penduduk negatif, Indonesia mempunyai gradien pertumbuhan penduduk yang cenderung positif. Hal tersebut menunjukkan dari waktu ke waktu jumlah penduduk Indonesia hampir selalu bertambah. Hal tersebut juga dapat diartikan bahwa semakin lama jumlah penduduk di Indonesia diperkirakan akan semakin banyak. Kecamatan Bojonegoro adalah salah satu kecamatan yang ada di Indonesia dengan gradien pertumbuhan penduduk yang positif. Jumlah penduduk yang semakin banyak akan diikuti oleh pembangunan infrastruktur yang semakin banyak pula. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembangunan infrastruktur akan mempengaruhi struktur tanah dibawahnya. Tanah ditopang salah satunya oleh air tanah. Pengambilan air tanah yang melebihi batas kemampuan maksimum akan menyebabkan air tanah cepat habis, sedangkan kita tahu bahwa pengimbuhan air tanah secara alami membutuhkan waktu yang sangat lama. Jika air tanah diambil tanpa diisi ulang dengan tepat, dikhawatirkan kecamatan yang ada di atasnya akan turun dan bisa saja suatu saat nanti akan tenggelam. Penyediaan air minum terpusat adalah salah satu solusi yang dapat digunakan untuk menyelamatkan keberadaan air tanah, sehingga tidak akan mengancam bangunan yang berada di atasnya. Selain itu, dengan keberadaan sungai yang sangat banyak dan curah hujan yang tinggi dapat menjadi suatu potensi yang sangat berharga. Penyediaan air minum terpusat juga diharapkan dapat menjadi obat penenang bagi konsumen karena khawatir mendapatkan air dengan kondisi yang tercemar. Setelah air permukaan (sungai) diolah menjadi air minum, diperlukan suatu sistem yang dapat menyalurkan air dari penghasil ke tangan konsumen. Sistem penyediaan air minum diharapkan dapat menjadi solusi akan kebutuhan air minum di masa mendatang. Di dalam buku ini, akan direncanakan jalur-jalur pipa yang akan ditanam untuk melayani penduduk kecamatan Bojonegoro. Selain itu semakin banyaknya jumlah penduduk berarti semakin banyak juga jumlah pencemar, baik secara domestik maupun non domestik. Maka dari itu diperlukan sistem penyaluran air limbah agar limbah yang dihasilkan dapat disalurkan ke tempat yang tepat sehingga dapat diolah (IPAL) dan tidak mencemari lingkungan. Sebagai negara yang mempunyai curah hujan yang tinggi tidak jarang kita temui bahwa di beberapa kota besar di Indonesia mengalami banjir. Bahkan banjir tersebut meluap hingga ke jalan raya dengan ketinggian tertentu yang tentu saja menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.



8|AYU NOER ANNISA/ 3312 100 085



Perencanaan sistem drainase perkotaan tentu saja wajib direncanakan dengan baik agar tidak menimbulkan kerugian besar yang tidak diinginkan di kemudian hari.



1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari sistem pendistribusian air minum ke konsumen adalah untuk menyediakan air minum dan menyalurkannya secara merata ke seluruh daerah pelayanan perencanaan, sehingga kebutuhan masyarakat akan air bersih dapat terpenuhi tanpa harus mengambil air yang berlebih dari air tanah. Sedangkan maksud tugas ini secara khusus untuk mahasiswa adalah agar mahasiswa dapat lebih memahami perencanaan sistem penyediaan air minum dalam suatu kota. SPAM adalah salah satu tugas 3S (SPAM, SPAL, dan SDRAIN yang diberikan untuk mahasiswa semester 5 Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS. Diharapkan melalui tugas ini mahasiswa dapat lebih mendalami materi yang telah diberikan di kelas.



1.3 Ruang Lingkup Tugas Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Kecamatan Bojonegoro ini mencakup beberapa hal, yaitu: 1. Teori –teori Teori – teori tersebut berhubungan dan mendukung perhitungan penyediaan air bersih. 2. Gambaran Umum Wilayah Gambaran umum wilayah Kecamatan Bojonegoro baik keadaan fisik, topografi, demografi dan juga fasilitas penduduk yang ada di Kecamatan Bojonegoro. 3. Daerah Proyek/Perencanaan Daerah proyek merupakan daerah yang dipilih untuk dijadikan daerah perencanaan. 4. Daerah Pelayanan Daerah pelayanan adalah sebagian dari daerah proyek yang benar-benar mendapatkan pelayanan air minum. Daerah pelayanan ditentukan dengan pertimbangan faktor sosial ekonomi dan kemungkinan pengembangan serta tata guna lahan. 5. Proyeksi Penduduk



9|AYU NOER ANNISA/ 3312 100 085



Jumlah penduduk diproyeksikan untuk mengetahui jumlahnya pada tahun yang direncanakan supaya dapat diketahui jumlah kebutuhan air yang harus dilayani dan didistribusikan pada tahun yang direncanakan tersebut. 6. Pemilihan Jaringan Distribusi Air Bersih Jaringan distribusi air bersih menggunakan sistem melingkar atau loop yang direncanakan disesuaikan dengan kondisi jalan yang ada dan perkembangan daerah pelayanan. 7. Perhitungan Kebutuhan Air Kebutuhan air dihitung berdasarkan proyeksi jumlah penduduk pada tahun perencanaan yang meliputi kebutuhan domestik dan non domestik termasuk juga untuk kebocoran dan pemadam kebakaran. 8. Perhitungan Dimensi Pipa Dimensi pipa direncanakan sesuai dengan kebutuhan air pada tahun perencanaan, untuk mendistribusikan air perlu dihitung dimensi pipa yang dipakai. 9. Perhitungan Reservoir dan Pompa Perhitungan reservoir digunakan untuk menentukan volume dan dimensi reservoir yang digunakan, sedangkan perhitungan pompa digunakan untuk menentukan debit dan jenis pompa yang digunakan. 10. Gambar-Gambar Gambar-gambar yang diperlukan dalam prencanaan sistem penyediaan air bersih.



10 | A Y U N O E R A N N I S A / 3 3 1 2 1 0 0 0 8 5



BAB 2 GAMBARAN UMUM



Kecamatan Bojonegoro termasuk wilayah Kabupaten Bojonegoro, yang juga merupakan Pusat Pemerintahan Kabupaten Bojonegoro dan terdiri dari 18 (delapan belas) Desa/ Kelurahan. Wilayah Kecamatan Bojonegoro 100% adalah dataran rendah. Dengan luas wilayah keseluruhan 25,71 Km2, 35 Ha wilayah Bojonegoro merupakan wilayah hutan Rakyat, 950,757 Ha berikutnya berupa lahan sawah yang sebagian besar berada di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo. Sebanyak 1160,496 Ha merupakan tanah kering dan sisanya 4,85% adalah perkebunan dan lain-lain. Sedangkan grafis wilayah administrasi, kepadatan, dan tata guna lahan Kecamatan Bojonegoro dapat dilihat pada peta berikut : Gambar 2.1 Peta Batas Administrasi Kabupaten Bojonegoro



Kecamatan Bojonegoro memiliki luas wilayah sebesar 25,71 Km2 terdiri dari dataran rendah dan berada di sisi selatan aliran bengawan solo, serta dihuni oleh 26.879 kepala keluarga, berpenduduk 90588 jiwa terdiri dari Laki-laki



: 44439



Perempuan



: 46149



2.1 Geografi Secara administrasi Kecamatan Bojonegoro dibagi menjadi 18 Kelurahan dengan luas wilayah keseluruhan adalah 25,71 Km2. Batas-batas administrasi Kecamatan Bojonegoro adalah : 



Sebelah Utara : Kabupaten Tuban/ Kecamatan Trucuk







Sebelah Timur : Kabupaten Tuban/ Kecamatan Trucuk



11 | A Y U N O E R A N N I S A / 3 3 1 2 1 0 0 0 8 5







Sebelah Selatan : Kecamatan Kapas/ Kecamatan Dander







Sebelah Barat : Kecamatan Dander/ Kecamatan Trucuk



Secara geografis, Kabupaten Bojonegoro berada pada koordinat 6o59’sampai 7o37’ Lintang Selatan dan 112o25’ sampai 112o09’ Bujur Timur,dengan jarak + 110 km dari ibu kota propinsi. Gambar 2.2 Peta Kecamatan Bojonegoro



(Sumber google earth) Secara geografis, Kabupaten Bojonegoro dilalui oleh sungai Bengawan Solo. Sungai Bengawan Solo yang mengalir dari selatan, menjadi batas alam dari Provinsi Jawa Tengah, kemudian mengalir ke arah timur, di sepanjang wilayah utara Kabupaten Bojonegoro. Bagian utara merupakan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang ekstensif. Kawasan pertanian umumnya ditanami padi pada musim penghujan, dan tembakau pada musim kemarau. Bagian selatan adalahpegunungan kapur, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian barat laut (berbatasan dengan Jawa Tengah) adalah bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara. 2.2 Topografi Topografi Kecamatan Bojonegoro menunjukkan bahwa di sepanjang daerah aliran sungai Bengawan Solo merupakan daerah dataran rendah. Bengawan Solo mengalir dari Selatan, menjadi batas alam dari Provinsi Jawa Tengah, kemudian mengalir ke arah Timur, di sepanjang wilayah Utara Kecamatan Bojonegoro. Bagian Utara merupakan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang ekstensif. Kawasan pertanian umumnya ditanami padi pada musim penghujan dan tembakau pada musim kemarau



12 | A Y U N O E R A N N I S A / 3 3 1 2 1 0 0 0 8 5



Tabel 2.1 Luas Tanah Kering dan Tanah Sawah Masing-Masing Kelurahan



Sumber: Kecamatan Bojonegoro Dalam Angka 2013



a. Dataran rendah: 100 % b. Sungai: Bengawan solo c. Jenis penggunaan tanah: a. Sawah



e. perkebunan



b. Kering



f. Tanah kep. Fas umum



c. Basah



g. Tanah Kep. Fas sosial



d. Hutan e. Perkebunan 2.3 Hidrologi dan Klimatologi Kondisi Hidrologi di Kabupaten Bojonegoro dijelaskan berdasarkan sumber air yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro yaitu air sungai, mata air, air tanah. Selain itu jenis sumber daya alam diatas juga terdapat sumber daya alam air yang telah termanfaatkan dan dikelola oleh Pemerintah dan Masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk pemanfaatan waduk dan saluran irigasi. Dareah Aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro terbagi dalam beberapa ordo sungai yang membedakan antara sungai besar, sungai dan anak sungai. Dimana pada kabupaten wilayah Bojonegoro terdapat satu sungai yang menjadi hulu dari semua sungai yaitu Sungai Bengawan Solo. Sungai ini merupakan sungai besar yang menjadi induk sungai dari seluruh sungai di kabupaten Bojonegoro. Sementara sungai lainnya terklasifikasi sebagai anak sungai. Lebih jelas nama, panjang dan debit air sungai di Kabupaten Bojonegoro dijelaskan pada tabel 2.5. sebagai berikut. Tabel 2.5. Nama, Panjang dan Debit Air Sungai di Kabupaten Bojonegoro



13 | A Y U N O E R A N N I S A / 3 3 1 2 1 0 0 0 8 5



Tabel 2.2 Nama, Panjang, dan Debit Air Sungai di Kabupaten Bojonegoro



Kecamatan Bojonegoro memiliki musim penghujan antara April s.d Oktober. Dari pantauanstasiun pengamat hujan diperoleh hari hujan pada tahun 2009 sebesar 92 hari dengan curah hujan rata-rata 150 mm, sedangkan pada tahun 2010 naik menjadi 134 hari dengan curah hujan mencapai 221 mm dan pada Tahun 2011 turun menjadi 99 hari dengan curah hujan rata-rata sebesar 146 mm.



14 | A Y U N O E R A N N I S A / 3 3 1 2 1 0 0 0 8 5



BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Proyeksi Penduduk Proyeksi jumlah penduduk dan fasilitas-fasilitas yang ada sangat diperlukan untuk kepentingan perencanaan dan perancangan serta evaluasi penyediaan air bersih. Kebutuhan akan air bersih semakin lama semakin meningkat sesuai dengan semakin berkembangnya jumlah penduduk dimasa yang akan datang. Untuk suatu perencanaan diperlukan suatu proyeksi penduduk (termasuk juga fasilitas-fasilitas umum). Walaupun proyeksi bersifat ramalan dimana keberadaannya dan ketelitiannya bersifat subjektif, namun bukan berarti tanpa pertimbangan dan metoda. Dalam proyeksi penduduk ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu: 1. Jumlah populasi peduduk dalam suatu area Bila perkembangan penduduk pada masa lampau tidak terdapat penurunan, maka proyeksi penduduk akan semakin teliti. 2. Kecepatan pertambahan penduduk Apabila angka kecepatan pertambahan penduduk pada masa lampau semakin besar, maka proyeksi penduduk akan berkurang petelitiannya. 3. Kurun waktu proyeksi Semakin panjang kurun waktu proyeksi, maka proyeksi penduduk akan semakin berkurang ketelitiannya. Data penduduk masa lampau sangat penting untuk menentukan proyeksi penduduk pada masa yang akan datang. Jadi pada dasarnya proyesi penduduk pada masa yang akan datang sangat bergantung pada data penduduk saat sekarang ataupun masa lampau.



3.2 Metoda Proyeksi Penduduk a. Metoda Rata-Rata Aritmatik Metode ini sesuai untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang selalu naik secara konstan, dan dalam kurun waktu yang pendek. Rumus yang digunakan : (3.1) Dimana : Pn



= jumlah penduduk pada akhir tahun periode



Po



= jumlah penduduk pada awal proyeksi



r = rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun



15 | A Y U N O E R A N N I S A / 3 3 1 2 1 0 0 0 8 5



dn



= kurun waktu proyeksi



b. Metoda Selisih Kuadrat Minimum (Least Square) Metoda ini digunakan untuk garis regresi linier yang berarti bahwa data perkembangan penduduk masa lalu menggambarkan kecenderungan garis linier, meskipun perkembangan penduduk tidak selalu bertambah. Dalam persamaan ini data yang dipakai jumlahnya harus ganjil. Rumusnya adalah : (3.2) Dimana : t = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar a={ ∑ b={











∑ ∑



} { ∑



∑ ∑



} {







∑ ∑



}



}



c. Metoda Berganda (Geometric) Proyeksi dengan metoda ini menganggap bahwa perkembangan penduduk secara otomatis berganda, dengan pertambahan penduduk . Metoda ini tidak memperhatikan adanya suatu saat terjadi perkembangan menurun dan kemudian mantap, disebabkan kepadatan penduduk mendekati maksimum. Rumus yang digunakan : (3.3) Dimana : Po



= Jumlah Penduduk mula-mula



Pn



= Penduduk tahun n



dn



= kurun waktu



r



= rata-rata prosentase tambahan penduduk pertahun



Untuk menentukan metode yang dipakai untuk proyeksi penduduk, terlebih dahulu mencari nilai koefisien korelasi (r) untuk tiap - tiap metode. Untuk metode yang mempunyai nilai koefisien korelasi yang mendekati nilai 1 (satu), sesuai atau tidaknya analisa yang akan dipilih ditentukan dengan menggunakan nilai koefisien korelasi yang berkisar antara 0 (nol) sampai 1 (satu) maka metode itulah yang dipakai untuk memproyeksikan penduduk. Persamaan yang dipakai adalah sebagai berikut: ∑ √{







∑ ∑



}{



∑ ∑







}



(3.4)



16 | A Y U N O E R A N N I S A / 3 3 1 2 1 0 0 0 8 5



Proyeksi penduduk dibagi menjadi dua, yaitu: a. Proyeksi domestik adalah proyeksi tentang jumlah penduduk yang ada pada suatu daerah tertentu. b. Proyeksi non domestik adalah proyeksi tentang jumlah fasilitas yang ada dalam suatu daerah dan digunakan oleh penduduk di tempat tersebut. Dalam melaksanakan proyeksi penduduk ini perlu diketahui rencana perkembangan aktifitasnya. Proyeksi non domestik adalah fasilitas tempat ibadah, perkantoran, pendidikan, kesehatan, komersial dan industri. Dalam menentukan metode proyeksi penduduk yang terpilih dari ketiga metode di atas dilaksanakan pengujian angka korelasi. Angka korelasi yang mendekati atau sama dengan nol berarti lemah. Metode proyeksi penduduk yang dipilih adalah yang mempunyai angka korelasi mendekati atau sama dengan satu.



3.3 Proyeksi Fasilitas Jumlah serta jenis fasilitas yang ada pada daerah pelayanan menentukan besarnya kebutuhan air non domestik. Adanya pertambahan penduduk akan menyebabkan pertumbuhan fasilitas. Perlu diketahui bahwasanya jumlah fasilitas yang sudah ada tidak dapat diproyeksikan. Namun jumlah fasilitas yang ada tersebut dapat diperkirakan untuk tahun yang akan datang. Sehingga tidak ada data proyeksi fasilitas, namun yang ada adalah perkiraan jumlah fasilitas pada tahun yang akan datang. Selain pertambahan penduduk, pertambahan fasilitas juga dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:  Jenis fasilitas  Perluasan fasilitas yang ada  Perkembangan sosial ekonomi



Proyeksi fasilitas dapat dilakukan dengan pendekatan perbandingan jumlah penduduk:



(3.5)



Dalam menentukan kebutuhan air non domestik, selain melalui proyeksi fasilitas, ada juga yang langsung diasumsikan sebesar 25 % dari kebutuhan domestik yang telah diketahui dari proyeksi penduduk. Namun cara ini kurang representatif karena tidak memperhatikan jenis fasilitas yang ada



17 | A Y U N O E R A N N I S A / 3 3 1 2 1 0 0 0 8 5



pada daerah pelayanan tersebut, meskipun pertambahan penduduk dianggap sebanding dengan pertambahan fasilitas.



3.4 Kebutuhan Air dan Fluktulasinya Kebutuhan air merupakan jumlah air yang diperlukan oleh suatu unit konsumsi air dimana kehilangan air dan kebutuhan air untuk pemadam kebakaran juga ikut dipertimbangkan. Kebutuhan dasar dan kehilangan air tersebut berfluktuasi dari waktu ke waktu, dengan skala jam, hari, bulan, selam kurun waktu satu tahun. Sedangkan untuk pemadam kebakaran, tidak berfluktuasi, karena penggunaannya hanya secara insidentil. Besarnya air yang digunakan untuk berbagai jenis penggunaan tersebut dikenal dengan pemakai air. Besarnya konsumsi air yang digunakan, dipengaruhi oleh: 



Ketersediaan air, baik dari segi kuantitas, kualitas dan kontinyuitas.







Kebiasaan penduduk setempat.







Pola dan tingkat kehidupan.







Harga air.







Faktor teknis ketersediaan air, seperti :











Fasilitas distribusi







Fasilitas penyambungan limbah yang dapat memperngaruhi kualitas air bersih







Kemudahan dalam mendapatkannya



Keadaan sosial ekonomi setempat.



3.4.1 Kebutuhan Domestik Kebutuhan dasar domestik ditentukan oleh adanya konsumen domestik, yang dapat diketahui dari data penduduk yang ada. Kebutuhan domestik ini antara lain : mandi, minum, memasak dan lainnya. Kecenderungan meningkatnya kebutuhan air dasar ditentukan oleh kebiasaan dan pola hidup serta taraf hidup yang didukung oleh perkembangan sosial ekonomi. Jenis pelayanan air memberikan pengaruh terhadap konsumsi air, yang dikenal dua katagori fasilitas penyediaan air minum, yaitu : a.



Kebutuhan Sambungan Rumah (SR) Sambungan rumah adalah jenis sambungan pelanggan yang menyediakan air langsung ke



rumah-rumah dengan menggunakan sambungan pipa-pipa distribusi air melalui water meter dan



18 | A Y U N O E R A N N I S A / 3 3 1 2 1 0 0 0 8 5



instalasi pipa yang dipasang di dalam rumah. Pelayanan air minum dengan menggunakan sambungan rumah ditujukan bagi warga yang telah menempati rumah permanen. Golongan masyarakat ini akan sanggup membayar air untuk mendapatkan air bersih demi kesehatan. Biasanya yang termasuk golongan ini adalah golongan ekonomi kelas menengah hingga atas. b.



Kebutuhan Air Hidran Umum Hidran umum adalah jenis sambungan yang menyediakan air melalui kran yang dipasang di



suatu tempat tertentu agar mudah dipergunakan oleh masyarakat umum untuk mencukupi kebutuhan mandi, cuci dan minum. Pelayanan air minum ini ditujukan bagi masyarakat dengan golongan ekonomi bawah atau menempati rumah non permanen yaitu rumah yang terbuat dari bambu atau kayu. Golongan ini berpenghasilan rendah dan lebih mengutamakan penggunaan air tanah yang bebas biaya sehingga tingkat penggunaan air dengan sumber air permukaan akan menjadi sangat rendah karena memerlukan biaya. Tabel 3.1 Kebutuhan Air Bersih Untuk Domestik Berdasarkan Kategori Kota



19 | A Y U N O E R A N N I S A / 3 3 1 2 1 0 0 0 8 5



Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, 2000



NO



Tabel 3.2 Kebutuhan Air Domestik Berdasarkan P3KT Penyediaan Air Jumlah Penduduk Kategori Kota (liter/orang/hari) Kehilangan Air (orang) SR HU



1



Metropolitan



>1.000.000



120



30



15-25%



2



Besar



500.000-1.000.000



100



30



15-25%



3



Sedang



100.000-500.000



90



30



15-25%



4



Kecil



20.000-100000



60



30



15-25%



5



IKK



3000-20000



45



30



15-25%



6



Sub IKK