Situs Semedo Sebagai Sumber Belajar Sejarah [PDF]

  • Author / Uploaded
  • dian
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SITUS SMEDO SEBAGAI PENEMUAN FOSIL-FOSIL SEJARAH a. Latar belakang



Dalam kaitannya dengan warisan budaya, berdasarkan peraturan pemerintah RI No.19 tahun 1995 museum merupakan lembaga tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti materil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Menurut international council of museum (ICOM, 2007), museum merupakan institusi permanen yang bersifat non-profit yang melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum dan bertugas



untuk



mengumpulkan,



melestarikan,



meneliti,



mengkomunikasikan dan memamerkan warisan sejarah kemanusiaan baik yang berwujud benda maupun tak benda beserta lingkungannya, yang ditunjukan untuk pendidikan, penelitian dan hiburan.



b. Identifikasi masalah a) Bagaimana kondisi situs semedo saat ini? b) Apa saja fosil yang telah ditemukan di situs semedo? c) Bagaimana cara pembangunan situs purbakala semedo sehingga dapat dijadikan sebagai sumber sejarah? c. Pembatasan masalah



4.1 KEBERADAAN SITUS SEMEDO 4.1.1



Letak Situs Semedo



Semedo merupakan sebuah desa di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal yang sebelah utara berbatasan langsung dengan Desa Sigentong, sebelah timur Desa Sidamulya sebelah selatan Hutan Semedo dan sebelah barat Desa Karang Malang. Mata pencaharian warganya masih mengutamakan Pertanian, sebagian merantau ke luar kota. Situs Semedo terletak di jajaran Pegunungan Serayu Utara, berbatasan dengan dataran alluvial pantai utara Tegal, sekitar 15 kilometer di sebelah timur Slawi, Perbukitan bergelombang dengan lapisan tanah yang terdiri dari kerikil, pasir dan kapur adalah ciri morfologinya. Tidak sama dengan situs sejenis yang menyebar di Jawa Tengah bagian timur dan juga Jawa Timur, situs ini justru terletak di ujung barat-utara Jawa Tengah. Luas situs menunjukan daerah yang cukup luas, yaitu berukuran 3 x 3 km2. Letaknya berada di sebelah barat daya Desa Semedo, di area terbuka berupa tegalan pohon jati, antara pertengahan desa dan Gunung Semedo. Kawasan Situs Semedo berada di wilayah hutan Perum Perhutani di petak 27 E RPH Dukuh Taban BKPH Kedungjati KPH Pemalang. 4.1.2



Asal Usul Situs Semedo



Situs Semedo ini merupakan situs manusia purba yang paling akhir ditemukan. Situs ini telah memberikan data tentang evolusi manusia, budaya, dan lingkungannya sejak 1,5 juta tahun yang lalu. Situs ini telah memberikan pemahaman baru tentang persebaran Homo erectus di Pulau Jawa – dimana sisa sisa fosil manusia purba ini telah ditemukan pada bulan Mei 2011. Itu menunjukan bahwa mereka juga telah melangkahkan kaki di ujung barat Jawa Tengah, terpisah dari saudara-saudara mereka yang ada di Sangiran.



Jajaran Pegunungan Serayu merupakan daerah batas dengan Jajaran Bogor di Jawa Barat. Pada zaman plaestosen daerah ini telah terdorong ke atas oleh gerakan geosinklinal Pulau Jawa bagian utara, yang setelah melewati Kala Plestosen Bawah sekitar 1,8 juta tahun yang lalu, tertutup endapan volkanik. Terdapat kemungkinan bahwa – bersama dengan Cijulang, Prupuk, Bumiayu, dan Ajibarang – daerah penemuan fosil di Desa Semedo merupakan batas Pulau Jawa bagian timur pada akhir Kala Pliosen, ketika Jawa Tengah dan Jawa Barat masih berada di bawah laut pada sekitar 2,4 juta tahun yang lalu. 4.2 PERINTIS SITUS SEMEDO Situs Semedo tidak akan pernah terdengar jika tidak diperjuangkan dengan penuh kerja keras oleh Bapak Dakri, beliau adalah penduduk setempat yang pertama kali menemukan fosil-fosil vertebrata di situs ini pada bulan Juni 2005. Temuan tersebut kemudian ditindak lanjuti oleh Bapak Bambang Purnama dan Slamet Heriyanto dari LSM Gerbang Mataram, dan disampaikan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal. Mereka lah sang pelopor penemuan fosil, yang kemudian disampaikan kepada khalayak ramai melalui media cetak dan elektronik. Para pakar dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran maupun Balai Arkeoogi Yogyakarta serta berbagai institusi pendidikan kemudian mengadakan penelitian secara intensif hingga saat ini. Bapak Dakri telah mendapatkan piagam dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Sragen karena atas jasanya melestarikan situs Semedo. Beliau juga ditunjuk sebagai Petugas Pengaman Situs Semedo Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah kab. Tegal. 4.3 KOLEKSI BENDA BENDA PURBAKALA Situs Semedo menyimpan berbagai kekayaan budaya pada masa purbakala. Hampir ratusan fosil hewan purba telah ditemukan di Cagar Budaya Semedo itu. Bukit Semedo yang tingginya mencapai 140 meter di atas permukaan laut tersebut menyimpan misteri kehidupan manusia purba hampir seperti di Sangiran yang terkenal sebagai cagar budaya manusia. Dari bukit itu ditemukan fosil hewan purba dengan ukuran raksasa. Dari mulai gajah, babi hutan, rusa, harimau, singa, ikan hiu, kuda nil, badak dan hewan purba lainnya. Fosil Hewanhewan itu ditemukan oleh warga sekitar yang dipelopori oleh bapak Dakri. Fosil hewan purba yang ditemukan di Semedo ditemukan secara terpencar di seluruh permukaan situs. Sebagian besar berupa fragmen tulang panjang, diantaranya disertai pula dengan fragmen tengkorak beserta rahang dan gigi geliginya, dan juga beberapa tulang rusuk. Tingkat fosilisasi



sudah sangat sempurna, dengan mineral silika yang telah lanjut menggantikan unsur-unsur organiknya, sehingga menjadi berat dan keras. Selain itu, tulang juga telah banyak berubah warna menjadi kehitaman. Berikut adalah daftar benda benda purbakala yang terdapat di Situs Semedo :



1.



Fosil fauna darat



a.



Stegodon trigonocephallus Sisa Gajah purba Stegodon terdiri atas fragmen gading, fragmen gigi geraham, fragmen tulang lengan, fragmen tulang paha dan tulang iga.



b.



Mastodon sp. ditemukan terakhir sekitar tahun 2008 lalu, berupa gigi-geliginya



c.



Elephas sp. ditemukan di berbagai tempat, yang kebanyakan ditemukan fragmen giginya. Stegodon, Mastodon dan Elephas adalah tiga jenis gajah purba nenek moyang gajah Sumatra yang telah hidup di Semedo sejak 1,5 juta tahun yang lalu.



d.



Bovidae (sapi, kerbau, banteng) Terdiri dari fragmen gigi dan pecahan tanduk.



e.



Rhinoceros sp. (badak) Terdiri dari fragmen gigi.



f.



Suidae (babi) Terdiri dari fragmen gigi.



g.



Cervidae (sejenis rusa) Terdiri dari fragmen gigi dan pecahan tanduk.



h.



Hippopotamus sp. (kuda air) fragmen gigi geraham dan gigi taring.



2.



Fosil fauna Perairan a.



Crocodyllus sp. (Buaya) Terdiri dari fragmen rahang dan gigi-geliginya.



b.



Tryonix sp. (Penyu laut)



c.



Galeocerdo sp. dan Carcharodon sp. (Hiu laut) Terdiri dari fragmen gigi



d. Moluska (Kerang-kerangan) e.



Gastropoda(Keong)



f.



Pelecypoda (Kerang setangkup)



3.



Endapan-endapan lempung, dari jenis Murex sp., Turritella sp., danAntogona claratha.



4.



Pecahan-pecahan koral (Anodara sp.) Untuk pecahan koral sendiri sangat mudah ditemukan di wilayah situs sebagian besar dalam bentuk koral berwarna merah kecoklatan atau kekuningan.



5.



Alat-alat batu (Artefak) Alat-alat batu di Semedo mulai ditemukan sejak tahun 2007, hingga kini sudah terkumpul kurang lebih 300 artefak. Artefak yang ditemukan ini berukuran sebesar genggaman tangan dan alat-alat berukuran kecil, dengan jenis-jenis alat batu seperti kapak penetak (chopping tools), kapak perimbas (chopper), batu inti (core), alat serpih (flake), dan serut (scrapper).



6.



Fosil manusia purba Homo Erectus Fosil manusia purba Homo Erectus di Situs Semedo ditemukan setelah lebih dari setengah tahun diteliti oleh tim ahli dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran . Fosil yang ditemukan itu berupa kepingan-kepingan bagian tengkorak kepala, seperti tulang tengkorak bagian belakang serta sepasang tulang tengkorak di belakang dahi dan tulang pertautannya. Selain itu, ditemukan juga tulang berbentuk cekungan tempat melekatnya otak belakang. Fosil itu ditemukan bapak Dakri di sebuah anak Sungai Kawi. 4.4 USIA FAUNA SEMEDO Penemuan fosil-fosil binatang di daerah Kabupaten Tegal ini merupakan temuan menarik karena daerah Tegal termasuk dalam daerah perbatasan dari persebaran fauna yang dapat dimasukkan sebagi bagian dari zona Bumiayu dan Ajibarang sebagai salah satu daerah temuan fauna vertebrata yang cukup tua. Jika dilihat dari pembentukan Pulau Jawa yang sangat bergantung pada gerakan lempeng tektonik, erupsi gunung berapi, dan gerak permukaan air laut, maka dapat dikatakan bahwa Jawa Barat merupakan bagian Pulau Jawa yang sudah berada di permukaan laut pada saat itu Jawa Tengah dan Jawa Timur masih berada di bawah permukaan laut. Sekilas jenis-jenis binatang yang ditemukan di Situs Semedo tersebut merupakan jenis khas yang hidup di hutan terbuka pada sekitar 1 juta tahun yang lalu. Jenis Stegodon sudah muncul pada Fauna Trinil dan hadir terakhir kali pada Fauna Ngandong sekitar 400.000 tahun, sementara jenisRhinoceros, Suidae, dan Cervidae hampir



ditemukan di berbagai kelompok fauna lainnya. Dalam hal ini, jajaran Kedung Banteng,Bumiayu dan Ajibarang merupakan daerah tertua setelah Cisaat ataupun Satir yang merupakan fauna tertua,



mencapai



setidaknya



1,5



juta



tahun.



Akan



tetapi



dengan



ditemukannya



jenis Mastodon sp. pada fauna Situs Semedo ini, membuat usia fauna Semedo semakin tua 1,5 juta tahun lalu. Sehingga usia fauna Semedo dapat disejajarkan dengan fauna-fauna tua yang berada di Cisaat ataupun Satir. 4.5 PERHATIAN PEMERINTAH LOKAL Fosil-fosil yang ditemukan 2005 telah dibawa ke Museum Sekolah Slawi. Berupa fosil babi hutan, rusa, kijang, harimau, singa, gajah, ikan hiu, kuda nil, badak dan hewan purba lainya. Namun, fosil yang ditemukan setelah tahun itu masih berada di rumah Bapak Dakri. Namun, hingga kini belum ada perintah dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk membawanya ke museum. Bapak Dakri mengungkapkan bahwa sebelum ini pihaknya tidak berani melaporkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tegal sebelum melaporkannya sendiri ke Sangiran, karena memang untuk melaporkan temuan tersebut kepada Dinas, bapak Dakri seolah dipersulit dengan persyaratan persyaratan yang rumit,awalnya Pemkab memang seolah acuh, namun pada akhirnya dengan bantuan sebuah LSM lokal, penemuan tersebut dapat terungkap lebih lanjut hingga dijadikan sebagai objek penelitian oleh arkeolog dari berbagai institusi di Indonesia. Bahkan baru baru ini terdapat arkeolog asal Perancis yang melakukan penelitian di sana yang mengambil spesialisasi vertebrata mamalia purba.