Museum Situs Purbakala Semedo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MUSEUM SITUS PURBAKALA SEMEDO Semedo merupakan desa di Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah tempat ditemukannya situs purbakala yang berupa fosil manusia, fosil hewan purba dan fosil tumbuhan purba, yang kemudian dikenal Situs Semedo.Situs semedo berawal dari penemuan fosil oleh seorang petani yang bernama bapak Dakri. Pada saat ditemui beliau menceritakan, awalnya, pada tahun 2003 saat beliau berjalan di ujung timur Semedo, beliau menemukan sebuah tulang besar di bawah longsoran tanah. Karena rasa penasaran, tulang tersebut beliau bawa pulang. Pada tahun 2005 teman beliau dari Slawi yaitu bapak Slamet Haryanto selaku sekretaris LSM Mataram berkunjung ke rumahnya. Bapak Slamet Haryanto berkata bahwa tulang yang beliau temukan adalah fosil yang harus dilindungi oleh negara dan tidak boleh diperjualbelikan. Berkat bantuan dari Bapak Slamet Haryanto, akhirnya kabar ditemukannya fosil tersebut tersebar sampai ke Pemda Tegal. Hingga Bupati Tegal yang menjabat pada waktu itu, Bapak Agus Riyanto turun langsung menemui Bapak Dakri di Semedo dan mengatakan bahwa beliau berjanji akan menjaga Situs Purbakala Semedo sebagai aset negara yang mahal harganya. Hal yang baru-baru ini ditemukan di Semedo dan menjadi penemuan fenomenal adalah penemuan fosil pecahan bagian tengkorak manusia purba. Fosil tersebut memiliki ukuruan kecil dan lebih tipis dari fosil yang ditemukan di Sangiran, sehingga diperkirakan umurnya lebih tua jika dibandingkan dengan fosil manusia purba yang ditemukan di Sangiran. Sejak tahun tahun 2015, museum situs semedo mulai dibangun dengan luas 10.000 hektare. Pembangunan Museum Situs Semedo ini diperkiran menghabiskan dana APBN sebesar 30 Miliyar Rupiah. Selain pembangunan gedung, juga dilakukan pembangunan akses menuju Semedo yang mulai diperbaiki yaitu Jalan Balamoa-Kedungjati. Pembangunan Museum Situs Semedo ini ditargetkan akan selesai pada tahun 2017. Hadirnya Museum Situs Semedo ini merupakan Situs Purbakala terbaru yang dimiliki Indonesia. Bupati Tegal Enthus Susmono menjelaskan bahwa fosil-fosil yang ditemukan di Desa Semedo jumlahnya tidak sedikit. Hingga kini, sudah tercatat sebanyak 3.642 buah. Jenisnya beragam, antara lain, Stegedon Spesies, Elephas-Spesies (sejenis gajah purba), Rhinoceros (badak purba), Suidae (babi), dan sejumlah jenis fauna. Menurut Enthus, usia fauna Semedo dapat disejajarkan dengan fauna-fauna tua yang berada di Cisaat atau di Satir yang usianya mencapai 1,5 tahun. Situs Semedo ini merupakan situs manusia purba yang paling akhir ditemukan. "Situs ini telah memberikan data tentang evolusi manusia, budaya dan lingkungan sejak 1,5 juta tahun yang lalu," kata Enthus. Enthus mengeklaim, situs Semedo ini lebih tua dari situs di Sangiran. Terbukti, fosil yang kali pertama ditemukan di Semedo, usianya sekitar 1,5 juta tahun dan 700.000 tahun yang lalu. Fosil vertebrata itu ditemukan kali pertama oleh Dakri, warga Desa Semedo, pada bulan Juni 2005 silam. Fosil kemudian dilaporkan ke Pemda yang selanjutnya diteliti oleh Badan Arkeologi Yogyakarta. "Rencananya, museum Semedo ini terdiri dari 6 bangunan," sambung Enthus. Keenam bangunan itu antara lain, Museum 1, Museum 2, ruang penyimpanan (storage), ruang pengelola museum, laboratorium, dan ruang perpustakaan. Untuk tahap satu dimulai dengan sasaran pembangunan fisik museum 1 dan 2 dengan alokasi anggaran



Rp 9,5 miliar. Proyek pembangunan itu dilakukan oleh PT Karya Shinta Manarito, dengan konsultan pengawas PT Wahana Prakarsa Utama dan Konsultan Perencana PT Hardja Moekti Konsultan. "Untuk pembebasan lahan, dilakukan oleh Pemda dengan dana dari APBD II," jelas Enthus. Pembebasan lahan seluas 10.582 meter persegi itu, menurut Enthus, dianggarkan sekitar Rp 582 juta. Sedangkan untuk pembebasan lahan parkir seluas 5.545 meter persegi, sebesar Rp 831,7 juta. Selain itu, Pemda juga melakukan pembebasan lahan untuk jalan menuju museum. Termasuk juga pembangunan jembatan di sekitar lokasi museum. "Kontribusi Pemda dalam pembangunan museum, cukup banyak," pungkasnya.



Situs Semedo merupakan situs manusia purba yang relatif baru ditemukan sekitar tahun 2005. Secara administratif situs ini terletak di Desa Semedo, kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Propensi Jawa Tengah. kedung banteng sendiri terletak 30 km di timur kota slawi dab berbatasan dengan kabupten pemalang dengan bentang alam perbukitan dan hutan jati.Situs ini mulai dikenal sejak tahun 2005, ketika beberapa orang penduduk Desa Semedo – Dakri, Duman, Sunardi, Anshori – menemukan fosil-fosil binatang vertebrata di kawasan hutan Semedo, kemudian LSM Gerbang Mataram mengekspos temuan fosil-fosil binatang vertebrata dari hutan Semedo ke media cetak dan elektronik. Selanjutnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal melaporkan temuan tersebut kepada Bupati Tegal, dan meminta kepada Balai Arkeologi Yogyakarta untuk melakukan penelitian. Mengingat temuan tersebut sangat penting dan dapat memberikan gambaran mengenai evolusi fauna dan lingkungan purba pada Kala Plestosen, khususnya di Kabupaten Tegal, maka Balai Arkeologi Yogyakarta segera melakukan peninjauan ke lokasi penemuan guna melakukan identifikasi temuan dan pengelolaan situs ke depannya.Secara umum, hasil-hasil penelitian di Situs Semedo yang pernah dilakukan oleh BPSMP SANGIRAN dan Balai Arkeologi Yogyakarta hingga tahun 2013 antara lain : a. Cakupan wilayah: distribusi lateral Situs Semedo mencakup wilayah sekitar 2,5 kilometer persegi, yang apabila dilakukan penelitian yang intensif lagi dapat mencakup wilayah yang lebih luas lagi. b. Hasil pengamatan stratigrafi di daerah penelitian menunjukkan 2 komponen utama perlapisan batuan, yaitu lapisan tegalan yang secara intensif merupakan lapisan tanah hasil pelapukkan batuan dan batuan induk berupa lapisan pasir lateritik berwarna coklat kekuningan, keras, kompak. c. Paleontologi: jenis-jenis fauna yang telah teridentifikasi meliputi Elephantidae (gajah purba), Bovidae (kerbau, sapi, banteng), Cervidae (sejenis rusa), Rhinoceros sp (badak), Suidae (babi), Hippopotamus sp (kuda nil), Canidae, Felidae, Hyaenidae, Chelonidae (penyu), Crocodilidae (buaya), dan Lamnidae (ikan hiu), kemudian sisa avertebrata meliputi phylum Ceolenterata, Echinodermata, dan moluska.



d. Arkeologi: telah ditemukan himpunan artefak litik di Situs Semedo berupa alat batu massif dan non-massif. Alat batu massif terdiri dari kapak penetak (chopping), kapak perimbas (chopper), kapak genggam (hand axe), batu berfaset (polyhedral), batu inti (core), dan batu pukul (percutor), sedangkan alat batu non-massif berupa alat serpih, serpih, serut, gurdi, serpihan nonintensional (analis: Indah Asikin Nurani, dan Sofwan Nurwidi). Bahan koral kersikan ini hanya ditemukan di Situs Semedo dan menjadi ciri utama situs ini, karena disitus-situs paleolitik yang lain belum pernah ditemukan bahan alat dari koral kersikan. e. Paleoantropologi: telah ditemukan atap tengkorak Homo erectus dari awal Plestosen Tengah yang diperkirakan berumur 700.000 ribu tahun yang lalu, namun belum diketahui lokasi pengendapan aslinya. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa Situs Semedo adalah situs Kala Plestosen baru yang mampu menunjukkan potensi luar biasa bagi pemahaman evolusi lingkungan, fauna, manusia purba pada Kala Plestosen di Jawa. (Source : kemendikbud) PERBUKITAN Semedo terhampar sekitar 2,5 kilometer di baratdaya Desa Semedo. Di sanalah ragam fosil ditemukan. Situs itu berada di area terbuka hutan pohon jati antara desa dan bukit setinggi 148 meter di atas permukaan laut. Area hutan itu masuk wilayah Perhutani Pemalang. Dalam perjalanan menuju ke lokasi itu, kita disuguhi pemandangan tegal yang ditanami tebu serta hamparan perbukitan di sisi selatan jalan. Jalan menuju ke sana masih diperbaiki.Area perbukitan di semeedo memang tak tampak terikat dalam rentang sejarah evolusi manusia Jawa yang panjang. Namun jika merunut ke situs Sangiran dan fisiografi Pulau Jawa, Semedo merupakan bagian paling barat dari jajaran Pegunungan Serayu Utara dan daerah batas dengan jajaran Bogor, Jawa Barat. Daerah itu terdorong ke atas oleh gerakan geosinklinal Jawa bagian utara dan setelah melewati Kala Plestosen Bawah sekitar 1,8 juta tahun lalu tertutup endapan vulkanik.Ada kemungkinan, bersama Cijulang, Prupuk, Bumiayu, dan Ajibarang, kawasan Semedo merupakan batas Pulau Jawa bagian timur pada akhir Kala Pliosen, ketika Jawa Tengah dan Jawa Barat masih berada di bawah laut sekitar 2,4 juta tahun lalu.Gambaran itu menjelaskan, Semedo adalah ladang kehidupan bersejarah. Kini, Semedo terbuka luas bagi para peneliti dalam dan luar negeri untuk mengkaji lebih lanjut. Semedo siap menjadi laboratorium arkeologi dunia. Masih banyak misteri tersimpan di perbukitan Semedo.Semedo merupakan nama desa sekaligus perbukitan yang menyatu dengan Pegunungan Serayu Utara di Kecamatan Kedungbanteng, 30 kilometer sebelah timur kota Slawi atau 20 kilometer dari Suradadi, Kabupaten Tegal. Semedo semula hanya sebuah desa biasa. Sebagian besar penduduknya petani. Mereka membuka lahan perbukitan untuk bercocok tanam. Tahun 2005, Dakri (58), petani dan pencari kayu bakar dari Semedo, menemukan batu menyerupai tulang seperti kaki gajah. Dia menempatkan batu itu sebagai hiasan di teras rumah. “Setelah itu makin banyak yang menemukan batuan berbentuk tulang di



Semedo,” kata Dakri. menemukan fosil sejenis antara lain Duman, Sunardi, dan Ansori. Dakri menuturkan saat menemukan tulang-belulang mereka tak tahu itu fosil. Tulang-belulang itu berat dan besar.Makin hari kian banyak tulang ditemukan. Tulang yang diyakini sebagai fosil binatang purba itu digeletakkan begitu saja di sekitar rumah mereka. Mei 2011 ditemukan fosil manusia purba jenis Homo Erectus

. Dakri menemukan fosil itu di aliran Sungai Kawi, Semedo. Fosil yang ditemukan berupa kepingan tengkorak, yang diperkirakan sisa peninggalan Kala Pleistosen Tengah 700.000 tahun lalu. Ditemukan pula fosil binatang purba seperti tulang gajah, babi, macan, dan ikan hiu.Fosil-fosil itu diperkirakan dari binatang purba, seperti Mastodon sp, Stegodon sp, Elephas sp (gajah purba), Rhinoceros sp (badak), Hippopotamus sp (kuda nil), Cervidas (sejenis rusa), Suidae (sejenis babi), Bovidae (sapi, kerbau, banteng), yang hidup antara 1,2 juta dan 0,4 juta tahun lalu di Semedo.Melengkapi temuan fosil, di lokasi tersebut juga ditemukan kapak penetak (chopping tool), serpih (flake), serut (scrapper), tatal/limbah (ebris). Ada juga batu yang digunakan sebagai alat, antara lain jenis batu rijang (chert), batu gamping kersikan (silisifide limestone), dan batu kalsedon.Penemuan itu tentu menguatkan bahwa Semedo dulu tak hanya ditinggali binatang purba, tetapi hidup juga manusia purba. Bukit itu pun menjadi bukti nyata ada leluhur manusia pada zaman dahulu. Temuan itu menjadi bahan penelitian untuk mengungkap kehidupan manusia purba yang berperadaban tinggi dengan bukti alat berburu yang tergolong modern pada zamannya. RENCANA PEMBANGUNAN SITUS SEMEDO Museum manusia purba Semedo di Desa Semedo, Kacamatan Kedung Banteng, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah, akan dibangun pada 2015. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tegal membangun museum itu di atas tanah seluas 1,5 hektar dengan anggaran Rp 5 miliar.Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Harry Widianto mengatakan, fosil yang ditemukan di Semedo mencapai ribuan dan artefak sekitar 400 buah. Fosil dan artefak itu sudah saatnya dipajang di museum yang layak sehingga dapat bercerita dan terpelihara.Fosil dan artefak di Semedo ditemukan sejak tahun 2005. Warga terus menemukan jejak manusia purba. Beberapa hari lalu, warga menemukan rahang babi hutan. Untuk sementara, koleksi itu ditampung di rumah Dakhri, salah seorang warga di Semedo. Persebaran manusia purba Dalam buku Nafas Sangiran Nafas Situs Semedo (2011), Harry menuliskan, situs dengan diameter mencapai 3,5 kilometer itu menggambarkan persebaran manusia purba di wilayah barat Jawa Tengah. Semedo merupakan bagian paling barat dari jajaran pegunungan Serayu Utara dan merupakan daerah batas dengan jajaran Bogor di Jawa Barat.Daerah itu terdorong ke atas oleh gerakan geosinklinal Pulau Jawa bagian utara yang setelah melewati Kala Plestosen Bawah sekitar 1,8 juta tahun lalu lantas tertutup endapan vulkanik.Sebelum ditemukan fosil di Semedo pada 2005, orang mengenal manusia purba Homo erectus hanya ada di wilayah timur Jawa



Tengah dan Jawa Timur, seperti Sangiran, Trinil, dan Trowulan. Pada 2011, ditemukan tengkorak di daerah Semedo. Fauna yang ditemukan pun menunjukkan usia sangat tua, melebihi yang ada di Sangiran.Yusuf Efendi, pamong budaya Kemdikbud di Kabupaten Tegal, mengatakan, dunia harus berterima kasih kepada para penemu fosil di Semedo, yakni Dakhri, Duman, Sunardi, dan Ansori. Mereka yang mulanya menemukan fosil dan artefak pada 2005 saat mencari kayu bakar di bukit Semedo. Dakhri pula yang menemukan tengkorak Homo erectus pada 2011.