Skandal Lehman Brothers [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKANDAL KEBANGKRUTAN LEHMAN BROTHERS Lehman Brothers merupakan salah satu investment bank terbesar di AS yang sudah berusia 158 tahun. Kebangkrutan bank ini merupakan kebangkrutan terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah perbankan di AS. Pada 15 September 2008, Lehman Brothers mengajukan kebangkrutan demi melindungi aset dan memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham. Kemudian Lehman Brothers resmi kolaps dan dihapuskan dari daftar New York Stock Exchange dan perusahaan-perusahaan Lehman Brothers yang berada di luar negeri juga dinyatakan bangkrut, seperti di Inggris dan Jepang. KRONOLOGI KASUS Pada 2001, Bank sentral AS menurunkan suku bunga acuan cukup tajam menjadi hanya 1 persen. Tujuannya menggairahkan perekonomian AS yang negatif. Penurunan suku bunga acuan yang diikuti suku bunga kredit perbankan diharapkan menjadi stimulus bagi masyarakat AS. Lehman Brothers memanfaatkan rendahnya federal funds rate (FFR) dan mulai berhitung keuntungan yang akan didapat dengan investasi di pasar real estate. Benar saja, dalam waktu lima tahun berikutnya, pinjaman mencapai miliaran dolar mengalir ke pasar real estate. Booming pasar perumahan mengubah Lehman Brothers dari perusahaan kecil menjadi bank investasi terbesar keempat di negeri Paman Sam. Tergiur besarnya keuntungan, Lehman Brothers juga menyalurkan KPR kepada masyarakat berpenghasilan rendah maupun tidak tetap—yang disebut sebagai subprime mortgage. Kategori ini memiliki risiko besar menyumbang kredit bermasalah karena ketidakmampuan membayar cicilan. Dibutakan oleh hitungan keuntungan, LBHI tetap menyalurkan pembiayaan sektor subprime mortgage. Gagal bayar debitur juga menjadi keuntungan sendiri bagi Lehman Brothers. Asumsinya: bila nasabah gagal bayar hipotek, huniannya bisa disita dan menjadi aset Lehman Brothers. Setelahnya, rumah itu bisa dijual kembali oleh perseroan dengan harga bersaing. Dengan kata lain, tidak ada istilah merugi. The Federal Reserve mulai menaikkan tingkat suku bunga acuan pada 2004. Ini dilakukan untuk mengendalikan inflasi. Naiknya FFR memengaruhi kenaikan bunga dan cicilan KPR. Imbasnya, masyarakat kategori subprime mortgage adalah yang pertama menyatakan ketidaksanggupan membayar cicilan rumah.



Pengembang yang sudah terlanjur membangun properti dalam jumlah besar harus mengalami penurunan permintaan, karena bunga KPR tak lagi murah. Masyarakat yang masih terikat KPR memiliki beban cicilan utang semakin besar kepada bank lantaran kenaikan bunga. Di sisi lain, nilai rumah mereka semakin turun. Akibatnya, banyak timbul kasus utang KPR di bank lebih besar dibanding nilai rumah. Masyarakat AS mulai enggan membayar cicilan rumah karena secara ekonomi tidak masuk akal. Siapa pula yang mau membayar 600 juta dolar AS untuk barang senilai hanya 400 juta dolar AS krisis global tahun 2008 telah menjadi salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah krna jatuhnya Lehman Brothers. Bank investasi raksasa Lehman Brothers telah menjadi korban dari krisis kredit macet di Amerika Serikat di tahun 2008. Perusahaan Lehman Brothers



mengalami



kebangkrutan



yang



dikarenakan



yang



pertama



manajemen



perusahaan/kondisi internal perusahaan, dan penyesatan informasi yang material dalam akuntansi Lehman 1. Manajemen perusahaan/kondisi internal perusahaan Pada tanggal 3 Juli 2008 mengindikasikan bahwa kondisi internal perusahaan menjadi salah satu penyebab kejatuhan Lehman Brothers. Pada masa itu, dua kubu dalam Lehman Brothers, yaitu kubu trading yang terdiri dari para trader dan dipimpin oleh Lew Glucksman dan kubu banking yang dipimpin oleh Steve Schwarzman dan Pete Peterson. Perbedaan pandangan mengenai strategi yang tepat untuk membesarkan Lehman Brotehrs menjadi dasar dari pertentangan di antara kedua kubu tersebut. Kubu Lew Glucksman melihat bahwa strategi yang tepat untuk Lehman Brothers adalah dengan memfokuskan pada arah usaha perdagangan dan underwriting surat-surat berharga. Sedangkan, kubu banking menginginkan agar Lehman Brothers menggunakan kapitalnya secara agresif untuk jenis usaha yang lebih berisiko, namun lebih menguntungkan. Persaingan antara kedua kubu tersebut akhirnya “dimenangkan” oleh kubu trading dan Richard Fuld, salah seorang pengikut kubu trading, ditunjuk sebagai CEO dari Lehman Brothers. Namun, di bawah kepemimpinan Richard Fuld, langkah Lehman Brothers justru malah mengikuti strategi yang diusung oleh kubu banking, yang dulu menjadi kubu pesaingnya. 2. Penyesatan informasi yang material dalam akuntansi Lehman Kebangkrutan Lehman Brothers dipicu oleh berbagai hal, salah satunya adalah kasus penyesatan informasi yang material dalam akuntansi Lehman. Menurut laporan Auditor Ernst



& Young, tersirat bahwa Lehman menggunakan rekayasa akuntansi untuk menutupi utang sebesar 50 miliar dollarAS di pembukuannya. Kerugian Lehman Brothers bersumber jumlah subprime dan surat utang berisiko tinggi beragun aset yang terlalu banyak. Kerugian besar Lehman Brothers akibat aset beragun efek semakin membengkak sepanjang tahun 2008. Bangkrutnya Lehman Brothers inipun akhirnya mencuatkan pula praktik ‘manipulasi’ standar akuntansi (window dressing). Meski hal ini sesungguhnya merupakan kejahatan, namun biasanya sulit untuk membuktikannya di pengadilan,karena menyangkut interpretasi atau judgment. Perdebatan ini mencuat setelah keluarnya laporan audit investigasi penyebab bangkrutnya Lehman Brothers tanggal 11 Maret 2010 lalu. Audit dilakukan oleh Anton R. Valukas, yang ditunjuk oleh pengadilan kepailitan Southern District (Manhattan). Laporan Valukas tersebut setebal 2.200 halaman dan terdiri atas 9 volume. Khusus menyangkut transaksi repo, dilaporkan pada volume 3 bagian III.A.4 halaman 732-1053. Bagian inilah yang menjadi perdebatan seru dan akan memiliki implikasi yang panjang. Laporan Valukas tersebut menyimpulkan adanya ‘materially misleading accounting gimmick’ atau singkatnya praktik window dressing (upaya ‘mempercantik’ kondisi keuangan secara artificial agar kondisi perusahaan terlihat lebih kuat). Praktik yang disebut window dressing tadi bahkan sudah diakui sendiri oleh salah satu pejabat eksekutif Lehman Brothers dalam percakapan melalui email internal. Para pejabat tinggi Lehman Brothers juga disebut melakukan ‘actionable balance sheet manipulation’. Valukas juga menyebut E&Y – yang merupakan the biggest five public accountant, auditor Lehman Brothers waktu itu sebagai ‘tidak memenuhi standar profesional’ sebagai auditor dan melakukan ‘malpraktek’ (halaman 990/91). Opini audit E&Y terakhir menyatakan semuanya masih ‘ok’ atau ‘fairly presented in accordance with general accepted accounting principles’ (GAAP). E&Y masih bertahan dengan pendapatnya tadi setelah keluarnya Laporan Pemeriksaan Valukas tadi, meski berdalih bahwa auditnya yang terakhir belum selesai karena Lehman Brothers keburu bangkrut. Hal lain yang akan membuat ‘komplikasi’ adalah bahwa praktik yang dinilai sebagai window dressing ini memanfaatkan ‘regulatory arbitrage’, yaitu perbedaan sistem hukum dan standar akuntansi yang berlaku di Inggris dan AS. Praktik yang dilakukan Lehman Brothers ini melibatkan perusahaan afiliasi Lehman Brothers yang berdomisili di Inggris.



Pada saat transaksi repo dilakukan oleh Lehman Brothers, kewajiban untuk membeli kembali surat berharga tersebut tidak diungkapkan sebagaimana seharusnya menurut standar akuntansi yang berlaku. Metode pencatatan akuntansi ini saat itu terdapat pada Statemen of Financial Accounting Standard (SFAS) 140, semacam PSAK di Indonesia. Standar akuntansi yang mulai diperkenalkan di AS tahun 2001. Transaksi repo Lehman Brothers ini dilakukan dengan pihak terkait di Inggris yang, konon memiliki sistem hukum dan standar akuntansi yang berbeda. Pihak terkait inilah yang awalnya melakukan pembelian secara repo surat berharga, yang kemudian direpokan kembali ke Lehman Brothers di US. Hal yang sebaliknya juga dilakukan dengan mekanisme yang sama pada saat Lehman Brothers melakukan penjualan secara repo. Menurut argumen Lehman Brothers, transaksi repo semacam ini di Inggris bisa diperlakukan sebagai ‘true sales’ atau penjualan ‘outright’. Seolah benar-benar dijual tanpa kewajiban untuk dibeli kembali. Dengan dalih seperti itu, maka Lehman Brothers dapat ‘memperbaiki’ tampilan neracanya, menjadi lebih ‘sehat’. Penjualan surat berharga secara repo, yang oleh Lehman Brothers diperlakukan sebagai ‘true sale’ tadi dan kemudian ‘cash’ yang diterima digunakan untuk melunasi ‘hutang’ membuat total aset (neraca) Lehman Brothers akan mengecil. Demikian pula tingkat ‘leverage ratio’ (rasio hutang terhadap modal) menjadi lebih baik. Lehman Brothers terlihat lebih ‘liquid’ kondisinya pada saat dimana isu likuiditas bank-bank di AS menjadi sorotan. Hal yang menjadi pusat ‘keanehan’ dan memperkuat dugaan praktik ‘window dressing’ adalah bahwa transaksi repo tersebut dilakukan pada setiap akhir kuartal, menjelang publikasi laporan keuangan kuartalan. Jumlah transaksi repo-nya pun terus meningkat, yaitu sekitar 38,6 milyar US Dollar (2007), 49,1 milyar US Dollar di kuartal I 2008 dan 50,38 milyar US Dollar di kuartal II 2008. Transaksi ini dilakukan Lehman Brothers dengan jangka waktu yang sangat pendek (rata-rata di bawah 7 hari, bahkan ada yang hanya semalam). Artinya, begitu laporan keuangan kuartalan keluar, maka kondisi neraca Lehman Brothers kembali seperti sediakala (tidak sebagus pada saat laporan dikeluarkan ke publik).



AKHIR CERITA Pada 15 September 2008, Lehman Brothers meminta perlindungan atas kebangkrutan sesuai Bab 11 Undang-undang Kepailitan AS. Kewajiban utang Lehman Brothers terhadap



bank dinyatakan sejumlah 613 miliar dolar AS. Dimana sebesar 155 miliar dolar AS utang obligasi. Sementara total asset Lehman Brothers yang dimiliki hanya sejumlah 639 miliar dolar AS. JP Morgan Chase & Co dan Citigroup meminta tambahan penjaminan sebesar 21 miliar dolar AS ketika Lehman mulai terguncang. Laporan itu menyebutkan, pada 11 September 2008 JP Morgan meminta tambahan jaminan 5 miliar dolar AS. Permintaan jaminan oleh para kreditor Lehman berdampak langsung terhadap likuiditas Lehman. Ini menjadi penyebab utama kebangkrutan Lehman. Selain itu, Auditor Ernst & Young sebagai auditor keuangan Lehman Brothers juga dinilai lalai, dan melaporkan hasil audit palsu soal keuangan lembaga keuangan terbesar dan bergengsi di AS tersebut. Selain permintaan tambahan kolateral, penumpukan aset Lehman Brothers juga dibuat terpusat pada kredit kepemilikan kredit rumah bermasalah. Sehingga ada kasus penyesatan informasi yang material dalam akuntansi Lehman. Menurut laporan Auditor Ernst & Young, tersirat bahwa Lehman menggunakan rekayasa akuntansi untuk menutupi utang sebesar 50 miliar dolar AS di pembukuannya. Semua itu dilakukan untuk menyembunyikan ketergantungan dari utangnya. Para pejabat senior Lehman, juga auditor mereka Ernst & Young, sadar akan tindakan ini. Tidak hanya itu, mereka juga menyinggung kemungkinan gugatan hukum terhadap mantan pimpinan Lehman, Dick Fuld, juga pejabat keuangan Lehman, eksekutif Lehman lainnya seperti Chris O'Meara, Erin Callan, dan Ian Lowitt. Perusahaan itu dituduh telah melakukan skandal akuntansi. Itulah mengapa pemerintah Amerika Serikat tidak membailout Lehman Brothers, karena aktiva lehman lebih banyak berbentuk derivatif



TAMBAHAN INFO Repo pada dasarnya adalah pinjaman yang dijamin dengan agunan, biasanya berupa suratsurat berharga (securities). Dengan demikian, makna ekonomi transaksi repo adalah ‘collateralized borrowing’. Lazim pula disebut dengan ‘gadai’, misalnya gadai surat-surat berharga atau gadai saham.



Pada umumnya repo dibedakan menajdi dua jenis, yaitu ‘classic repo’ dan ‘sell and buy back’ repo. Meskipun ada pula yang menggunakan jenis repo berupa ‘total return swap’. Untuk ‘classic repo’ maka tak lain adalah benar-benar berupa pinjaman dana (cash) yang dijamin dengan agunan. Pihak yang meminjam dana (buyer atau borrower) akan mencatat pinjaman di sisi Hutang (liabilities) sebagai lawan ‘cash’ yang diterima. Agunan yang diserahkan masih tercatat sebagai aset di neraca bank peminjam tersebut. Dengan demikian, total neraca bank akan bertambah sebesar transaksi repo yang dilakukan. Sementara untuk ‘sell and buy back’ repo, maka agunan (surat-surat berharga) seolah-olah ikut berpindah tangan. Dengan demikian, penerimaan cash dari bank pemberi pinjaman, akan diikuti dengan penyerahan aset (surat-surat berharga). Namun demikian, perlu diingat bahwa bank peminjam tersebut harus tetap menginformasikan bahwa memiliki kewajiban untuk ‘membeli’ kembali surat berharga yang diserahkan (sebagai agunan) atas pinjaman yang diterima sesuai dengan harga yang sudah disepakati di awal. Pencatatan yang sama, dari sisi sebaliknya juga dilakukan oleh lawan transaksi (counterpart). Hal ini mengingat transaksi repo ini pada prinsipnya mencakup 2 perjanjian transaksi yang tidak terpisah, yaitu ‘menjual’ sementara surat berharga untuk kemudian ‘dibeli’ kembali.