Skrining Fitokimia Ekstrak Andong Dan Alang Alang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKRINING FITOKIMIA EKSTRAK HEKSANA, KLOROFORM, DAN METANOL PADA TUMBUHAN ANDONG (Cordyline fruticosa), ANTING-ANTING (Acalypha indica), DAN ALANG-ALANG (Imperata cylindrical) Tukiran, Suyatno, dan Nurul Hidayati* Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan fitokimia pada ekstrak heksana, kloroform, dan metanol dari tumbuhan andong (Cordyline fruticosa (L.), alang-alang (Imperata cylindrical), dan antinganting (Acalypha indica). Uji skrining fitokimia yang dimaksud mencakup uji steroid/triterpenoid, alkaloid, fenolik, flavonoid, saponin, dan tanin. Hasilnya adalah: 1) Semua tumbuhan ini diketahui mengandung senyawa fenolik baik pada ekstrak heksana, ekstrak kloroform maupun ekstrak metanol, 2) Sebaliknya, ketiga tumbuhan ini tidak mengandung senyawa tanin baik pada ekstrak heksana, ekstrak kloroform maupun ekstrak metanol. Hal yang sama, senyawa saponin tidak dikandung pada ketiga ekstrak dari ketiga tumbuhan, kecuali ekstrak metanol dari tumbuhan anting-anting, 3) diketahui bahwa ketiga tanaman tersebut mengandung senyawa steroid dan/atau triterpenoid pada ekstrak heksana, ekstrak kloroform, dan/atau ekstrak metanol, dan 4) Senyawa flavonoid justru terkandung dalam ekstrak non polar heksana dan semi polar kloroform, dan tidak ada pada ekstrak polar metanol. Key Words: andong, alang-alang, anting-anting, extract, phytochemical Abstract: The aim of the research is to determine the phytochemical constituens on the hexane, chloroform, and methanol extracts from the respect plants of andong (Cordyline fruticosa (L.), alang-alang (Imperata cylindrical), and anting-anting (Acalypha indica). Screening phytochemical tests includes alkaloid, steroid/triterpenoid, flavonoid, phenolic, tannin, and saponin. The results of research are 1) all of plants contained phenolic compounds either on hexane, chloroform or methanol extracts, 2) in contrast , all of plants do not contain tannin either on hexane, chloroform or mehtanol extracts. In the same case, saponin also do not contain on the three extracts of all plants, except methanol extract from anting-anting. 3) it was known that the three plants consist of steroid and/or triterpenoid on hexane, chloroform, and/or methanol extracts, and 4) It is very interersting that favonoid compounds contain on non polar hexane and semi polar choroform extracts, and no on polar methanol extract. Kata Kunci: cordyline fruticosa, imperata cylindrical, acalypha indica, ekstrak, fitokimia



Pendahuluan



Memiliki batang keras dan getas, dan bekas dudukan daun tampak dengan jelas. (Gambar 1). Dilihat dari sisi manfaat dan khasiat diketahui bahwa bagian tanaman yang dijadikan obat adalah daun. Khasiat tanaman ini antara lain adalah obat hemostatik, antibengkak, batuk darah, keluar bercak darah sewaktu hamil (kemungkinan keguguran), darah haid keluar sangat banyak, urine berdarah (hematuria), wasir berdarah,



Tanaman andong (Cordyline fruticosa (L) A. Cheval) memiliki nama daerah endong, kayu urip, linjuwang, jejuwang, sabang, dan daun ngasi. Tanaman ini sering ditanam di kebun. Biasanya, tanaman ini juga tumbuh liar di pagar atau di pekuburan sebagai tanaman hias, lazim di tanam pada dataran rendah sampai 1900 m dpl. Tumbuhan ini berupa pohon dengan tinggi dapat mencapai 5 meter. *Staff Akademik FMIPA Jurusan Kimia UNESA Surabaya



1



Anting-anting (Acalypha indica) atau juga biasa disebut kucing-kucingan (Gambar 1), lelatang merupakan gulma yang sering dijumpai di bantaran Kali Surabaya, disamping pohon-pohon pisang dan rerumputan tegalan yang menempel di tepian got, sangat umum ditemukan liar dipinggir jalan. Tanaman ini disebut kucing-kucingan sebab, kucing sangat menyukai akar-akarnya. Bisa dicoba dengan menjemur bagian akar dan memberikannya pada kucing anda maka dengan bernafsu kucing akan menggunyahnya. Dalam beberapa penelitian akar Anting-anting atau kucing-kucingan dapat memperbaiki fungsi ginjal pada kucing. Sifat dan khasiat tanaman anting-anting adalah memiliki rasa pahit dan menyejukkan (astrigen). Berkhasiat antiradang, peluruh kencing (diuretik), pencahar, dan penghenti pendarahan. Indikasi tanaman ini digunakan untuk pengobatan: rematik, radang pada leher rahim, susah buang air besar (sembelit), luka berdarah, koreng, radang kulit, dan berak darah.



luka berdarah, diare, disentri, nyeri lambung dan ulu hati. Tanaman ini juga bisa menyembuhkan rasa sakit dari sengatan binatang berbisa dan radang gusi. Kandungan kimiawi pada tanaman ini yang telah diketahui adalah steroida, saponin, dan polisakarida. Alang-alang adalah rumput tahunan (Mac Donald et al., 2002), berakar rim-pang yang tumbuh menyebar mendatar di bawah permukaan tanah, dan bagian yang ada di atas permukaan tanah mudah terbakar. Walaupun berulang kali terbakar, alang-alang tidak musnah, karena dari akar rimpangnya akan tumbuh tunas baru (Gambar 1). Eusen (1981 dalam Murniati, 2002) menyatakan bahwa laju pertumbuhan relatif alang-alang dapat diturunkan hingga 50% dengan menurunkan intensitas cahaya 80%. Penelitian menggunakan naungan (50% dan 75%) dapat menurunkan secara drastis berat kering pucuk, berat kering rimpang, dan kandungan karbohidrat total dalam rimpang (Moosavinia and Dore, 1979 dalam Murniati, 2002). Alang-alang dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu melalui biji dan akar rimpang. Biji alang-alang yang tertiup angin akan terbang mengikuti arah angin dan akan tumbuh pada tempat biji tersebut tersangkut/ jatuh. Akar rimpang yang berada di bawah permukaan tanah akan mengeluarkan tunas baru yang akan menjadi alang-alang. Dengan sifat-sifat tersebut alang-alang berkembang biak sangat cepat dan sulit diberantas (Pudjiharta, dkk., 2008). Adapun nama alang-alang dikenal di berbagai daerah seperti berikut. Bernama Naleueng lakoe (Aceh); Jih (Gayo); Rih, Ri (Batak); Oo (Nias); Alalang, Hilalang, Ilalang (Minang kabau); Lioh (Lampung); Halalang, Tingen, Padang, Tingan, Puang, Buhang, Belalang, Bolalang (Dayak); Eurih (Sunda); Alang-alang kambengan (Jawa); Kebut, Lalang (Madura); Ambengan, Lalang (BaIi); Kii, Rii (FIores); Padengo, Padanga (Gorontalo); Deya (Bugis); Erer, Muis, Wen (Seram); Weli, Welia, Wed (Ambon). Sementara nama simplisia adalah Imperatae Rhizoma; rimpang alang-alang.



Metode Penelitian a. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini mencakup: blender, pisau, neraca O-hauss, gelas kimia 100 mL, corong gelas, tabung reaksi, pipet tetes, pelat tetes, tripot/kaki tiga, batang pengaduk, penangas air, dan lain-lain. Sementara, bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: sampel berupa daun andong, daun alang-alang, dan daun anting-anting. dan Berikut anting-anting: ini gambar dari tanaman andong, alang-alang dan anting-anting:



A



B



C



Gambar 1. A. Andong (Cordyline fruticosa), B. Alang-alang (Imperata cylindrical), C. Antinganting (Acalypha indica)



2



Bahan lain yang digunakan adalah asam klorida (HCl) pekat, asam sulfat pekat, asam sulfat (H2SO4) 2N, ferriklorida (FeCl3) 1%, kloroform, amoniak, logam Mg, metanol 60-80%, etanol 70%, aquadest, reagen Liebermann-Burchard, reagen Mayer, reagen Dragendorff, dan reagen Wagner.



Sampel sebanyak ± 1 mL dicampur dengan 3 mL klorofrom atau 3 mL etanol 70% dan ditambah 2 mL asam sulfat pekat dan 2 mL asam asetat anhidrat (reagen Liebermann-Burchard). Perubahan warna dari ungu ke biru atau hijau menunjukkan adanya steroid atau terbentuknya warna merah kecoklatan pada antar permukaan menunjukkan adanya triterpenoid. 2. Identifikasi Alkaloid dengan Metode Culvenor-Fitzgerald (Harborne, 1987) Sampel sebanyak ± 1 mL dicampur dengan 1 ml kloroform dan 1 ml amoniak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu dipanaskan di atas penangas air, dikocok dan disaring. Filtrat yang diperoleh dibagi tiga bagian yang sama, lalu masukkan ke dalam tabung reaksi, dan tambahkan masing-masing 3 tetes asam sulfat 2 N, kocok dan diamkan beberapa menit hingga terpisah. Bagian atas dari masing-masing filtrat diambil dan diuji dengan pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendorf. Terbentuknya endapan jingga, cokelat, dan putih pada masingmasing hasil uji menunjukkan adanya alkaloid. 3. Identifikasi Fenolik Sampel sebanyak ± 1 mL didihkan dengan 20 ml air di atas penangas air, lalu disaring. Filtrat yang diperoleh, ditambahkan beberapa tetes (2-3 tetes) FeCl 3 1% dan terbentuknya warna hijau, merah, kuning, orange, biru atau hitam menunjukkan adanya fenolik. 4. Identifikasi Flavonoid (Harborne, 1987) Sampel sebanyak ± 1 mL dicampur dengan 3 mL etanol 70%, lalu dikocok, dipanaskan, dan dikocok lagi kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh, kemudian ditambah Mg 0,1 g dan 2 tetes HCl



b. Prosedur Penelitian a. Penyiapan Ekstrak Heksana, Kloroform, dan Metanol dari Daun Andong, Daun Alang-alang, dan Daun Anting-anting Daun segar secukupnya dari ketiga tanaman masing-masing dibersihkan, dipotong kecil-kecil, lalu dikeringanginkan. Setelah kering kemudian digiling atau diblender untuk mendapatkan serbuk kering sebanyak 5 g. Sebanyak 5 g serbuk tersebut masingmasing dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL untuk diekstraksi atau dimaserasi dengan cara merendam serbuk tersebut ke dalam masing-masing 30 mL heksana teknis, 30 mL kloroform teknis, dan 30 mL metanol 60 - 80%, dan biarkan semalam atau 24 jam. Selanjutnya, masing-masing disaring menggunakan kertas saring dan filtrat yang dihasilkan dipekatkan dengan cara diuapkan dalam penangas air atau rotary evaporator untuk menghasilkan ekstrak kental heksana, ekstrak kloroform, dan ekstrak metanol dari ketiga jenis tanaman tersebut. b. Uji Fitokimia terhadap Ekstrak Heksana, Kloroform, dan Metanol dari Ketiga Tumbuhan Ekstrak-ekstrak ini yang selanjutnya disebut sebagai SAMPEL, kemudian dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui komponen kimianya mencakup uji alkaloid, steroid/ triterpenoid, fenolik, flavonoid, tanin, dan saponin, masing-masing uji dilakukan 1 kali, dengan langkah prosedur sebagai berikut. 1. Identifikasi Steroid/Triterpenoid (Harborne, 1987)



3



pekat. Terbentuknya warna merah pada lapisan etanol menunjukkan adanya flavonoid. 5. Identifikasi Saponin (Harborne, 1987) Sampel sebanyak ± 1 mL dididihkan dengan 10 ml air dalam penangas air. Filtrat dikocok dan didiamkan selama 15 menit. Terbentuknya busa yang stabil (bertahan lama) berarti positif terdapat saponin. 6. Identifikasi Tanin (Edeoga et al., 2005) Sampel sebanyak ± 1 mL didihkan dengan 20 ml air di atas penangas air, lalu disaring. Filtrat yang diperoleh, ditambahkan beberapa tetes (2-3 tetes) FeCl 3 1%



dan terbentuknya warna coklat kehijauan atau biru kehitaman menunjukkan adanya tanin.



Hasil dan Pembahasan Uji (skrining) fitokimia merupakan salah satu langkah penting dalam upaya mengungkap potensi sumber daya tumbuhan. Hasil analisis fitokimia dapat memberikan petunjuk tentang keberadaan komponen kimia (senyawa) jenis golongan steroid/ triterpenoid, alkaloid, fenolik, flavonoid, saponin, dan tanin pada tumbuhan. Berikut ini (Tabel 1) adalah hasil uji skrining fitokimia yang terdapat pada 3 daun tanaman obat yaitu andong, alang-alang dan anting-anting:



Tabel 1. Hasil Uji Skrining Fitokimia terhadap Tiga Daun Tumbuhan Obat No 1 2



3 4 5 6



Andong



Uji



Alang-alang



Anting-anting



Fitokimia



Hx



CHCl3



MeOH



Hx



CHCl3



MetOH



Hx



Steroid/ Triterpenoid



+/-



+/-



-/+



+/-



+/-



+/-



-/+



+/-



+/-



-



-



+



-



-



-



-



-



+



-



+



+



-



-



-



-



-



+



+ + + -



+ + -



+ + -



+ + + -



+ + -



+ -



+ + -



+ -



+ + + -



Alkaloid: a. Mayer b. Dragendr off c. Wagner Fenolik Flavonoid Saponin Tanin



CHCl3 MeOH



Keterangan: Hx = Heksana, CHCl3 = Kloroform, dan MeOH = Metanol



Berikut adalah penjelasan singkat mengenai karakteristik masing-masing senyawa sebagaimana disebutkan di atas. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai karakteristik masing-masing senyawa sebagaimana disebutkan di atas. Steroid/triterpenoid adalah suatu kelompok senyawa yang memiliki kerangka dasar siklopentanoperhidrofenantrena, dalam bentuk empat cincin terpadu. Senyawa ini memiliki beberapa kegunaan bagi tumbuhan yaitu sebagai pengatur pertumbuhan (misal dari kelompok seskuiterpenoid, abisin dan giberelin), karotenoid sebagai pewarna dan



memiliki peran dalam membantu proses fotosintesis. Kegunaannya dalam bidang farmasi seringkali digunakan sebagai bahan baku/simplisia pembuatan obat. Lebih lanjut dilaporkan bahwa alkaloid merupakan senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlah maupun sebarannya. Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen di dalam struktur dasarnya. Harborne dan Turner (1984, dalam Trengginas, F. (2012) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkaloid yang memuaskan, tetapi umumnya alkaloid adalah



4



senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen dengan sepasang elektron bebasnya. Fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan yang memiliki ciri dan karakter yang sama, yaitu memiliki cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor kasar. Identifikasi hasil positif senyawa ini yaitu adanya perubahan warna larutan menjadi merah, violet, atau merah-ungu (Harbourne, 1987). Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan kuning yang ditemukan banyak dalam tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, serta jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang berwarna merah, hampir selalu ditemukan mengandung senywa flavon atau flavonol yang tak berwarna. Flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam macam bioakitivitas seperti antiinflamasi, membantu memaksimalkan fungsi vitamin C, mencegah keropos tulang, sebagai antibiotik, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, dan diuretic. Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon) serta busa. Saponin ini terdiri dari dua kelompok: saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan seharihari, misal untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo. Sementara, tanin merupakan gambaran umum untuk senyawa golongan polimer fenolik (Cowan, 1999 dalam Mustarichie, dkk., 2011), contohnya (-)-epicathecin gallate dan (-)-epigallocathecin gallate. Untuk mengetahui senyawa tanin dapat digunakan larutan FeCl 3. Perubahan warna coklat kekuningan



dari larutan FeCl 3 menjadi coklat kehijauan atau biru kehitaman menunjukkan adanya tanin. Menurut Syarifuddin (1994 dalam Mustarichie, dkk., 2011) disampaikan bahwa hal ini terjadi disebabkan terbentuknya Fe 3+tanin dan Fe3+-polifenol. Atom oksigen pada senyawa tanin dan polifenol memiliki pasangan elektron bebas yang mampu menyumbangkan elektronnya kepada Fe 3+ yang mempunyai orbital d yang kosong untuk membentuk ikatan kovalen koordinat sehingga menjadi senyawa kompleks. Sementara itu, uji (skrining) fitokimia telah dilakukan terhadap serbuk kering dari ketiga tanaman obat, yaitu daun andong (Cordyline fruticosa (L.), daun alang-alang (Imperata cylindrical), dan daun anting-anting (Acalypha indica) dan hasilnya dapat disajikan pada tabel berikut. Terkait dengan hasil uji skrining fitokimia terhadap tiga tumbuhan obat di atas dapat dijelaskan hal-hal penting sebagai berikut: 1) Semua tumbuhan obat diketahui mengandung senyawa fenolik baik pada ekstrak heksana, ekstrak kloroform maupun ekstrak metanol, 2) Sebaliknya, ketiga tumbuhan obat tidak mengandung senyawa tanin baik pada ekstrak heksana, ekstrak kloroform maupun ekstrak metanol. Hal yang sama, senyawa saponin tidak dikandung pada ketiga ekstrak dari ketiga tumbuhan, kecuali ekstrak metanol dari tumbuhan anting-anting. 3) diketahui bahwa ketiga tanaman obat mengandung senyawa steroid dan/atau triterpenoid pada ekstrak heksana, ekstrak kloroform, dan/atau ekstrak metanol. 4) Yang menarik adalah senyawa flavonoid justru terkandung dalam ekstrak non polar heksana dan semi polar kloroform, dan tidak ada pada ekstrak polar metanol. Kemungkinan struktur flavonoid disini telah tersubstitusi oleh gugus metil maupun prenil dan tidak lagi tersubstitusi oleh gugul glikosil yang menyebabkan tidak terdapat pada ekstrak metanol pada ketiga tumbuhan obat tersebut.



Simpulan Dari hasil uji skrining fitokimia terhadap ekstrak heksana, kloroform, dan metanol dari tanaman andong, alang-alang, dan anting-



5



yang tidak dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatera Utara : 16-25



anting dilaporkan adanya senyawa steroid/ triterpenoid, alkaloid, fenolik, dan flavonoid. Disisi lain, semua tumbuhan ini tidak mengandung senyawa tanin maupun saponin, kecuali untuk senyawa saponin hanya terdapat pada ekstrak metanol dari tumbuhan anting-anting.



Kamilia Mustikasari, Dahlena Ariyani, (2010), Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Biji Kalangkala (Litsea Angulata), Program Studi Kimia FMIPA Unlam Banjarbaru, Sains dan Terapan Kimia, 4(2), pp. 131136.



Saran



MacDonald, G.E., D.G. Shilling, B.J. Brecke, J.F. Gaffney, K.A. Lange-land and J.T. Ducar. 2002. Weeds in the Sunshine: Cogon Grass (Im-perata cylindrica (L.) Beauv.) Bio-logy, Ecology and Management in Florid. WWW.google.com



Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui komponen-komponen kimia yang terkandung dalam ketiga tanaman obat tersebut melalui serangkaian kegiatan ekstraksi, isolasi, dan elusidasi struktur senyawa hasil isolasi dan kajian ilmu kimianya.



Murniati. 2002. From Imperata cylin-drica Grassland to Productive Ag-roforestry. Thesis Wageningen Uni-versity. The Netherlands.



Ucapan Terima Kasih Tulisan ini merupakan bagian kecil dari hasil penelitian yang didanai oleh Islamic Development Bank (IDB) bekerjasama dengan Program Desentralisasi, Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemendikbud, dengan nomor: 097/UN38/HK/LT/2014 tanggal . Untuk ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas dukungan dana tersebut. Kami juga mengucapkan terima kasih pada mahasiswa bimbingan yang ikut mendukung kelancaran dan keberhasilan dalam penelitian ini.



Mursito, B. 2000. Ramuan Tradisional untuk Kesehatan Anak. Jakarta: Penebar Swadaya. Mustarichie, R., Ida Musfiroh, dan Jutti Levita, (2011). Metode Penelitian Tanaman Obat: Teori dan Implementasi Penelitian Tanaman untuk Pengobatan, PT. Widya Padjadjaran, Bandung. Pudjiharta, Enny Widyati, Yelin Adalina, dan/ and Syafruddin HK, 2008. Kajian Teknik Rehabilitasi Lahan Alang-Alang (Imperata cylindrica L. Beauv), Info Hutan Vol. V No. 3 : 219-230, 2008.



Daftar Acuan



Tim Penyusun, 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Organik II, Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Universitas Negeri Surabaya.



Cowan, (1999). Plant Product as Antimicrobial Agents, Clinical Microbiology Reviews, 12 (4), 564 – 582.



Trengginas, F. (2012), Metode Ekstraksi dan Uji Fitokimia Pada Genjer (Limnocharis Flava), Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.



Edeoga, H.O., D.E. Okwu & B.O. Mbaebie. 2005. Phytochemical Constituents of Some Nigerian Medicinal Plants. African Journal of Biotechnology. 4 (7), pp. 685688.



http://www.herbalisnusantara.com/ o b a t h e r b a l / view4905.html?mnu=2&id=201, diakses 3-3-2014, 14.30).



Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan K. Padmawinata & I. Soediro, Penerbit ITB, Bandung.



http://tanamanherba.com/uncategorized/ obat-herbal-alang-alang.html), diakses 9-3-2014, 8.57).



Jatmoko. 2003. Studi Pembuatan Sirup Akar Alang-Alang ( Imperata cylindrica). Skripsi



6