Skripsi Abdul Jalil Saban Hidayat (J1a11 71 72) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Hari/Tanggal



: Selasa, 31 Agustus 2021



Pukul



: 13.00 WITA



Tempat



: Ruang Seminar



Tim Penguji 1. Dr. Nani Yuniar, S.Sos., M.Kes 2. Fithria, S.KM., MHS 3. Laode Ahmad Saktiansyah, S.K.M., M.P.H Pembimbing 1. Yasnani, S.Si., M.Kes 2. Fifi Nirmala G., S.Si.,M.Kes



GAMBARAN PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI TAHUN 2021



SKRIPSI



Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat



Oleh:



ABDUL JALIL SABAN HIDAYAT J1A1 17 172



JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2021



ii



HALAMAN PERSETUJUAN Hasil Penelitian



GAMBARAN PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI TAHUN 2021



Disusun Oleh : ABDUL JALIL SABAN HIDAYAT J1A1 17 172



Telah Disetujui Oleh :



Pembimbing I,



Pembimbing II,



Yasnani, S.Si., M.Kes NIP. 197802072014042001



Fifi Nirmala G., S.Si., M.Kes NIP. 198711172015042002



Mengetahui, Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat



Dr. Asnia Zainuddin, M.Kes NIP. 19670601 200212 2 004



iii



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Pengelolaan Sampah Domestik Pada Masa Pandemi Covid19 Di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2021”. Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi serta dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu pada Program Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu oleo. Dari lubuk hati yang mendalam, ucapan terima kasih yang tak terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua tercinta Ibunda Nurliana yang telah melahirkan, mengasuh, membimbing, mendidik dengan kasih sayang yang melimpah, menjadi motivasi untuk hidup lebih mandiri serta memberikan dukungan terus menerus dan doa yang tiada hentinya, menjadi penguat dan sumber semangat, Almarhum Ayahanda tercinta Laode Naana yang telah memberikan dorongan semangat untuk meraih cita-cita semasa hidup dan doa tulus dari alam sana untuk keberhasilan penulis. Dan untuk ayahanda sambung terkasih Laode Gaffar atas kasih sayang menjaga ibunda selama penulis menjalankan studi serta kasih sayang dan kesabaran yang tidak berat sebelah sehingga penulis dapat merasakan kasih sayang seorang ayah. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Terima kasih dan penghargaan tertinggi penulis berikan kepada Ibu Yasnani, S.Si., M.Kes dan Ibu Fifi Nirmala G., S.Si., M.Kes. selaku dosen



iv



pembimbing yang senantiasa memberikan masukkan, saran dan koreksi dalam penyusunan skripsi ini. Serta ucapan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari, beserta seluruh jajarannya. 2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari. 3. Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari Ibu Dr. Asnia Zainuddin, S.Si,. M.Kes. 4. Penasehat Akademik Bapak Rahman, Dr. Wa Ode Salma, S.STG., M.Kes serta Seluruh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo, Kendari. 5. Staf pengelola Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah banyak membantu administrasi penulis dalam menyelesaikan studi. 6. Kepala Kesatuan Bangsa Dan Politik Sulawesi Tenggara



yang telah



memberikan izin penelitian kepada penulis. 7. Kepala Puskesmas Lepo-Lepo beserta seluruh stafnya telah banyak membantu dalam proses penelitian. 8. Lurah Kelurahan Lepo-Lepo, Lurah Kelurahan Baruga, Lurah Kelurahan Wundudopi, dan Lurah Kelurahan Watubangga beserta seluruh staf kelurahan atas bantuan selama penulis menjalankan penelitian. 9. Seluruh Masyarakat dalam cakupan wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo yang telah memberikan kesempatan dan meluangkan waktu dalam upaya pengambilan data atau informasi tentang pengelolaan sampah domestik. 10. Kepada Tim Penguji, Ibu Dr. Nani Yuniar, S.Sos., M.Kes, Ibu Fithria, S.KM., MHS dan Bapak La Ode Ahmad Saktiansyah, S.K.M., M.P.H.



v



11. Terima kasih kepada keluarga besar Dapa-Awi dan keluarga besar WudheRaifa atas dorongan motivasi dan semangat yang diberikan terkhusus kepada kakak Rahmawati, SE yang telah merawat dan menjaga selama menjajaki dunia perguruan tinggi. 12. Terima kasih pula kepada kakak terkasih Ryas Rahmat Hidayat dan Muhammad Irham serta adik tersayang Siska Lisyawati dan Roy Rahmat Abdi. 13. Teman-teman seperjuangan FKM 2017 (XEROF17) terkhusus kelas Kesling dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang setiap harinya selalu berbagi ilmu dan berbagi cerita dalam suka dan duka. 14. Teman-teman PBL Kelurahan Kessilampe dan teman-teman KKN PPM desa Cialam Jaya, Kec. Konda, Kab. Konawe Selatan Tahun 2019 yang memberikan banyak cerita serta pengalaman yang luar biasa. 15. Teman-teman Leting SDN 2 Kontunaga dan teman seperjuangan SMPN 4 Kosambi yang saling memotivasi antara satu dengan yang lain 16. Terkhusus teman-teman seperjuangan Sarmin, Yusran, Mirza, Fajar, Walid, Izat, Firman, Amirul, Yusril, Yahdi dan Kadek atas kebersamaan para lelaki kesling 2017 yang selalu menemani, motivasi, menguatkan, mendukung dan mendoakan dari proses penyusunan proposal, hasil penelitian dan skripsi. 17. Terima kasih pula untuk teman-teman 3 Penjuru Mata Angin. Saudara saya, Syawal Nurdianzah, S.Ked, Laode Muh. Albar, Muhammad Muflih Kasim, S.Farm, Rimala Sanipurnama Kindkasman, dan saudara seperjuangan saya Walid Walyuddin Rahman atas pengalaman, kebersamaan, perjuangan dan



vi



ilmu berharga sehingga menjadi semangat tambahan dalam penyusunan tugas akhir ini. 18. Terima kasih kepada seluruh senior yang telah banyak berkontribusi. Kakanda Kun Syafaat, S.KM, kakanda Umul Syahadat, S.KM, kakanda Sarlin, S.KM, kakanda Laode Faldi, kak Laode Muh. Refri, S.KM, dan kak Januar Ripandi Halulanga, S.KM atas bimbingan selama menjalani proses perkuliahan. 19. Kepada sahabat saya Puput Monica Rifty, Ratu Elisabet, Novayanti Pangarungan, Sukaena Mas’ud dan sahabat yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu serta mentor terbaik saya Sarmin karena selalu ada jika penulis butuh waktu untuk berdiskusi. 20. Terima kasih pula kepada adik-adik yang selalu siap untuk membantu. Nuraevindah, Kurdianto, Aldian, Said, Ketua Hervin dan khususnya the Lips Squad yang selalu bersedia meluangkan waktu jika penulis butuh bantuan dukungan dan doa tulus. 21. Kepada rekan-rekan satu payung lembaga baik MPM, BEM, ISMKMI, ENVIHSA, DPM, KOMPPAK dan Senior lingkar Koalisi Kesehatan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. 22. Terima Kasih Sahabat Teh Rakjat, Rial, Ahmed, Isra, Deon, Aghil, Dimas, Ardi, Iman, Mamaat Kun, Reski Wandi, urip, Ipang, Angga dan Madan. 23. Terima kasih untuk semua senior Satgas Pemuda Covid-19 Prov. Sulawesi Tenggara atas ilmu, pengalaman, motivasi, dorongan samangat dan berbagai bentuk bantuan materil dan moril yang telah diberikan. Khususnya kepada ketua saya, kakanda Andi Baso Amirul Haq, S.Farm dan sekretaris Satgas



vii



Pemuda, kakanda Eddy Rosman, S.ked atas kesempatan langka dan berharga yang telah diberikan. Terima kasih kepada kakanda saya, dr. Pramudya Bagas Syahputra, dr. Marfaisal, dr. Agriawan Al Hikmah, dr. Muhammad Fadhil, Muh. Irvan Albab, Fadhiel Abdul Walid, S.ked, dan kanda Hair, S.Farm atas kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis sebagai adik maupun sebagai rekan. Penulis sangat bersyukur dapat berada di lingkran postif yang penuh dengan ide dan inovasi. 24. Terima kasih setinggi-tingginya untuk seluruh anggota Satgas Covid-19 Prov. Sulawesi Tenggara atas ilmu, kebersamaan, peluang dan kesempatannya sehingga penulis dapat belajar dan mengembangkan keterampilan serta mengasah dan menimba pengetahuan baru. Terkhusus untuk kak Rika, bang Ancacu, om Haryanto, om Ade, bang Asmin, Bang Doddy, kak Mia, kak Ima, bang Ondeng, kak Midha, kak Husna, bang Norman dan seluruh abangabangku Satuan Polisi Pamong Praja Prov. Sultra anggota satgas yang telah menjadikan penulis sebagai adik yang dibimbing dan diarahkan hingga menjadi teman menjaga malam. Harapan



penulis,



semoga



skripsi



ini



memberikan



manfaat



bagi



pengembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya bidang kesehatan, membangun bangsa, negara, dan agama. Akhir kata teriring harapan dan doa semoga apa yang telah di berikan baik secara moril maupun materil, insyaallah mendapat imbalan dari Allah SWT. Amin.



viii



Kendari,



Agustus 2021



Penulis



ix



GAMBARAN PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI TAHUN 2021 Oleh: Abdul Jalil Saban Hidayat J1A117172 ABSTRAK Produksi sampah yang terus menerus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume sampah. Wilayah kerja puskesmas Lepo-Lepo terdiri dari beberapa kelurahan meliputi Kelurahan Lepo-Lepo, Baruga, Wundu Dopi dan Watu Bangga. Masalah pengelolaan sampah domestik di wilayah kerja puskesmas Lepo-Lepo masih dalam kategori buruk, banyaknya timbulan sampah yang ada di lingkungan menyebabkan gangguan estetika. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengelolaan sampah domestik pada masa pandemi Covid19 di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik proportionate stratified random sampling. Jumlah populasi sebanyak 5.573 rumah tangga dengan sampel sebanyak 150 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam pemilahan sampah sebanyak 150 responden diperoleh 70.7 % yang tidak memenuhi syarat dan 29.3 % yang memenuhi syarat, dalam pengumpulan sampah sebanyak 150 responden diperoleh 70.7 % yang tidak memenuhi syarat dan 29.3 % yang memenuhi syarat, dalam pemanfaatan kembali sampah sebanyak 150 diperoleh 92.0 % yang tidak melakukan pemanfaatan kembali sampah dan 8.0 % yang melakukan pemanfaatan kembali sampah, dalam pengangkutan sampah sebanyak 150 responden diperoleh 94.0 % yang tidak memenuhi syarat dan 6.0 % yang memenuhi syarat dan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sebanyak 150 responden diperoleh 96.7 % tidak memenuhi syarat dan 3.3 % yang memenuhi syarat. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa dalam pengelolaan sampah domestik di wilayah kerja puskesmas Lepo-Lepo tidak memenuhi syarat kesehatan. Kata Kunci : Sampah Domestik, Pengelolaan Sampah



x



DESCRIPTION OF DOMESTIC WASTE MANAGEMENT DURING THE COVID-19 PANDEMIC IN THE WORKING AREA OF THE LEPO-LEPO PUSKESMAS KENDARI CITY IN 2021



By: Abdul Jalil Saban Hidayat J1A117172 ABSTRACK The production of waste that continues to increase along with the increase in population and changes in people's consumption patterns causes an increase in the volume of waste. Garbage that is not handled properly can interfere with the aesthetics of the environment, cause odors and lead to the development of disease. The purpose of this study was to describe the management of domestic waste during the Covid-19 pandemic in the working area of the Lepo-Lepo Health Center. The method used in this research is descriptive quantitative. The sampling technique used is proportionate stratified random sampling technique. The total population is 5,573 households with a sample of 150 respondents. The results showed that in waste sorting as many as 150 respondents obtained 70.7% who did not meet the requirements and 29.3% who met the requirements, in the collection of waste as many as 150 respondents obtained 70.7% who did not meet the requirements and 29.3% who met the requirements, in the reuse of waste as much as 150 obtained 92.0% who do not reuse waste and 8.0% who do reuse waste, in the transportation of waste as many as 150 respondents obtained 94.0% who do not meet the requirements and 6.0% who meet the requirements and Temporary Disposal Sites (TPS) as many as 150 respondents obtained 96.7% does not meet the requirements and 3.3% who meet the requirements. The conclusion of this study is that the management of domestic waste in the working area of the Lepo-Lepo Health Center does not meet the health requirements. Keywords



: Domestic Waste, Waste Management



DAFTAR ISI



xi



HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iii KATA PENGANTAR ............................................................................................ DAFTAR ISI........................................................................................................xii DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR............................................................................................xv DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN.....................................................xvi DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 1.1 Latar Belakang..........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................6 1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................6 1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................7 1.5 Ruang Lingkup..........................................................................................8 1.6 Organisasi..................................................................................................8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9 2.1 Tinjauan Umum Tentang Sampah............................................................9 2.2 Tinjauan Tentang Jenis Sampah.............................................................10 2.3 Tinjauan Tentang Faktor Timbulan Sampah..........................................12 2.4 Pengelolaan Sampah Domestik............................................................13 2.5 Pengelolaan Sampah Domestik Selama Pandemi..............................16 2.6 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya...................................................18 2.7 Kerangka Teori.......................................................................................20 2.8 Kerangka Konsep....................................................................................22 BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................25 3.1 Jenis Penelitian........................................................................................25 3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian.................................................................25 3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Penelitian...............................25 3.4 Variabel Penelitian..................................................................................28 3.5 Instrumen Penelitian...............................................................................28 3.6 Definisi Operasional...............................................................................29 3.7 Pengumpulan Data..................................................................................32 3.8 Pengolahan, Analisis Dan Penyajian Data..............................................32 3.9 Protokol Covid-19 Saat Penelitian.......................................................33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................38 xii



4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...................................................38 4.2 Gambara Umum Responden................................................................51 4.3 Gambara Pengelolaan Sampah............................................................55 4.4 Pembahasan...........................................................................................58 BAB V PENUTUP................................................................................................73 5.1 Kesimpulan............................................................................................73 5.2 Saran......................................................................................................74 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................75 LAMPIRAN..........................................................................................................79



DAFTAR TABEL



xiii



No



Judul Tabel



Halaman



Tabel 3.1 Proporsi Sampel ................................................................ Tabel 3.2 Daftar Alat dan Bahan Yang Digunakan Dalam Penelitian .......................................................................... Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Per Kelurahan Tahun 2020 ............... Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Hunian di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo Tahun 2020 .......................................................................................... Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo Tahun 2020 ........................................................................ Tabel 4.4 Industri yang Ada di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo Tahun 2020....................................................... Tabel 4.5 Jumlah Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo Tahun 2020 …………………………………………………………… Tabel 4.6 Jumlah SMP dan MTs Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo Tahun 2020 …………………………………………………………… Tabel. 4.7 Jumlah SMA, SMK dan MA di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2020 ……………………... Tabel 4.8 Jumlah Akademi/Perguruan Tinggi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2020 ............................................................................................. Tabel 4.9 Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Jasa dan Pendidikan non formal di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2020 ........................................................................ Tabel 4.10 Distribusi Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur .................................................................................. Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Alamat ...................... Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................................................................................. Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan .................. Tabel 4.14 Pemilahan Sampah ........................................................... Tabel 4.15 Pengumpulan Sampah ................. .................................... Tabel 4.16 Pemanfaatan Kembali Sampah ......................................... Tabel 4.17 Pengangkutan sampah ...................................................... Tabel 4.18 Tempat Pembuangan Sementara ......................................



27 28 38 40 41 44 47 48 48 49 50 53 53 54 55 56 56 56 57 57



DAFTAR GAMBAR No



Judul Gambar



xiv



Halaman



Gambar 2.1 Skema Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan.....................17 Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian..................................................................21 Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian..............................................................22



DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN 3R



: Reduce, Reuse, Recycle



B3



: Bahan Berbahaya Dan Beracun



xv



Covid-19



: Coronavirus Desease 2019



kg



: satuan berat (kilogram)



KK



: Kepala Keluarga



N



: ukuran pupolasi



n



: ukuran sampel



PP



: Peraturan Pemerintah



TPS



: Tempat Penampungan Sementara



TPA



: Tempat Pembuangan Akhir



t/d



: Ton per Day (ton/hari)



UU



: Undang-undang



WHO



: World Health Organization



WWF



: World Wide Fund



DAFTAR LAMPIRAN No



Judul Lampiran



Lampiran 1. Lembar Kuisioner....................................................................



xvi



Halaman 38



Lampiran 2. Pedoman Check list .................................................................



xvii



41



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan hasil dari aktivitas manusia. Keberadaannya tidak dapat dihindari dan harus dikelola dengan baik karena pengelolaan sampah yang tidak saniter dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup dan gangguan pada kesehatan manusia, sampah masih menjadi masalah di Indonesia karena pelayanan yang dilakukan saat ini masih relatif terbatas (Sumantri, 2015). Masalah sampah tidak hanya menjadi isu nasional bahkan telah menjadi perhatian global, didorong oleh percepatan urbanisasi dan pertumbuhan populasi, World Bank (2018) merilis timbulan sampah tahunan global diperkirakan akan melonjak menjadi 3,4 miliar ton selama 30 tahun ke depan, naik dari 2,01 miliar ton pada 2016. Berdasarkan World Bank 2019, Limbah yang dihasilkan per orang per hari di dunia rata-rata 0,74 kilogram dan sampah padat berkisar antara 0,11 hingga 4,54 kilogram. Limbah padat dihasilkan mencapai 2,01 miliar ton setiap tahunnya di dunia, 33% dari jumlah tersebut tidak dikelola. Limbah di dunia di perkirakan akan bertambah 3,40 miliar ton pada tahun 2020 dapat melebihi 2 kali lipat dari periode yang sama (WWF, 2019). Produksi Sampah Perkotaan (MSW) per kapita di ASEAN adalah 1,14 kg / kapita / hari. Dari segi total timbulan sampah tahunan tahunan, urutannya sebagai berikut: Indonesia menghasilkan jumlah sampah kota terbesar dengan 64 juta ton / tahun, diikuti oleh Thailand (26,77 juta ton / tahun), Vietnam (22 juta ton), Filipina (14,66 juta ton), Malaysia (12,84 juta ton), Singapura (7,5 juta ton),



2



Myanmar (0,84 juta ton), dan Laos menghasilkan jumlah MSW terendah yaitu 0,07 juta ton / tahun. Secara dominan, sampah organik (sekitar atau lebih dari 50%) merupakan fraksi persampahan perkotaan tertinggi di semua negara ASEAN, kecuali Singapura, di mana sampah organik hanya menyumbang 10,5% dari total MSW. Volume sampah Sulawesi Tenggara terus bertambah setiap tahunnya bahkan sebagian besar masyarakat masih membuang sampah dalam lubang atau dibakar. Adapun vulume sampah domestik yang dihasilkan oleh masyarakat adalah 1.729 t/d. Kepadatan penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2019 sebesar 71,05 jiwa/km2 Jumlah rumah tangga sebesar 608.745. Terkhusus di kota Kendari jumlah sampah domestik yang dihasilkan dalam setiap hari sebanyak 250 t/d pada tahun 2019. (Dinas Lingkungan Hidup, 2020). Masyarakat dapat menghasilkan sampah sebanyak 0,5 kg setiap harinya per orang dan sumber sampah yang dihasilkan salah satunya adalah dari penggunaan produk-produk industri terutama aneka kemasan makanan dan minuman dari plastik. Selain jumlah sampah faktor-faktor sosial ekonomi juga mempengaruhi dalam hal perbedaan tingkat pendapatan, dimana semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, maka semakin sebesar tingkat konsumsi dalam hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar pula jumlah sampah yang dapat mereka hasilkan. Tingkat pendidikan juga berpengaruh dalam menentukan jumlah sampah, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kesedaran meraka dalam pembatasan jumlah sampah yang akan mereka hasilkan. Akan tetapi pembuangan sampah yang dilakukan secara terus-



3



menerus akan menyebabkan penumpukan sampah di Tempat Pembungan Sampah (Rosmin, 2019). Kegiatan pengurangan sampah bermakna agar seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat luas melaksanakan kegiatan pembatasan timbulan sampah. pendauran ulang dan pemanfaatan kembali sampah atau yang lebih dikenal dengan sebutan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Sesuai dengan tren global, sistem pengelolaan sampah berorientasi pada isu keberlanjutan, terutama melalui penggabungan teknologi 3R (Humaizah, 2020). Produksi sampah yang terus menerus meningkat seiring dengan pertambahan



jumlah



penduduk,



perubahan



pola



konsumsi



masyarakat



menimbulkan bertambahnya volume sampah. Dalam Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang terdiri dari pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan



kesehatan



masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Dari sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit (Grevinda, 2019). Sampah yang tidak tertangani dengan baik dapat mengganggu estetika lingkungan, menimbulkan bau serta mengakibatkan berkembangnya penyakit. Gangguan lingkungan oleh sampah dapat timbul mulai dari sumber sampah, dimana penghasil sampah tidak melakukan penanganan sampah dengan baik. Hal



4



ini dapat terjadi pada penghasil sampah yang tidak mau menyediakan tempat sampah di rumahnya dan lebih suka membuang sampah dengan seenaknya ke saluran air atau membakarnya sehingga mencemari lingkungan sekitarnya. Keb iasaan membakar sampah bisa dikatakan telah membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia (Hasbullah, 2017). Terjadinya bencana non-alam pandemi Covid-19 yang dimulai dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada akhir tahun 2019 telah mengakibatkan terjadi penularan lintas negara yang mengakibatkan banyak korban jiwa di seluruh dunia hingga awal tahun 2020. Pada tanggal 11 Maret 2020, World Health Organization (WHO) telah menyatakan bahwa Covid-19 sebagai global pandemic yang kemudian diikuti dengan penetapan bencana non alam penyebaran Corona Virus Disease



2019 (Covid-19) sebagai bencana nasional berdasarkan Keputusan



Presiden Republik Indonesia nomor 12 tahun 2020 (Prihartanto. 2020). Kondisi pandemi berdampak pada meningkatnya timbulan sampah, terutama sampah plastik dan sampah medis. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menyebutkan bahwa sampah plastik domestik meningkat dari 1-5 menjadi 5-10 kilo gram per hari per individu karena pandemi Covid-19. Selain itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat kenaikan produksi limbah medis saat ini sebanyak 290 ton limbah medis per hari (Suryani, 2020). Puskesmas Lepo-lepo merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kota Kendari yang terdiri dari beberapa wilayah kerja yaitu Kelurahan Lepo-lepo, Baruga, Wundudopi dan Watubangga dengan jumlah penduduk sebanyak 19.755 jiwa yang tersebar di empat (4) kelurahan tersebut (Profil Puskesmas Lepo-lepo).



5



Berdasarkan hasil observasi awal di wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo menunjukan bahwa kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya masih sangat kurang, karena banyaknya timbulan sampah yang ditemukan di Kali dan pekarangan rumah hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam membuang sampah tidak sesuai dengan tempatnya hal ini menunjukan bahwa pewadahan dan pemilahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat dalam kategori sangat buruk. Berdasarkan Surat Edaran Wali Kota Kendari No. 4431 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Aktivitas Masyarakat Dalam Rangka Pencegahan Penularan Covid-19 Di Kota Kendari hal ini menunjukan bahwa segala aktivitas yang dilakukan masyarakat Kota Kendari selama di berlakukan surat edaran tersebut dilakukan di rumah masing-masing (work from home). Timbulan sampah domestik yang dihasilkan semakin meningkat karena presentase



belanja



online



dan



penggunaan



layanan



pesan



antar (delivery) meningkat saat PSBB. paket dibungkus dengan plastik yang tebal dan ditambah dengan bubble wrap. Selotip, bungkus plastik, dan bubble wrap merupakan pembungkus berbahan plastik yang paling sering ditemukan. jumlah sampah plastik dari bungkus paket mengungguli jumlah sampah plastik dari kemasan yang dibeli (LIPI, 2020). Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang pengelolaan sampah domestik pada masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2021.



6



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana gambaran pengelolaan sampah domestik pada masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2021? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengelolaan sampah domestik pada masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2021. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam penelitian adalah: a. Untuk mengetahui pemilahan sampah domestik pada masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2021. b. Untuk mengetahui pewadahan atau pengumpulan sampah domestik pada masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2021. c. Untuk mengetahui pemanfaatan kembali sampah domestik pada masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2021. d. Untuk mengetahui pengangkutan sampah domestik pada masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2021.



7



e. Untuk mengetahui Tempat Penampungan Sementara (TPS) pengelolaan sampah domestik pada masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2 021. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah a. Bagi peneliti merupakan pengalaman yang berharga dalam memperluas cakrawala pengetahuan melalui penelitian b. Diharapkan dapat menjadi masukan dan menambah wawasan serta pengalaman bagi peneliti melalui penelitin lapangan 1.4.2 Manfaat Institusi a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi daerah sebagai proses pembangunan b. Sebagai bahan informasi kepada instansi terkait untuk peningkatan derajat Kesehatan Lingkungan khususnya penanganan sampah domestik dan sanitasi lingkungan 1.4.3 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi tentang kondisi pengelolaan sampah domestik di wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo Kota Kendari dan diharapkan sebagai bahan pertimbangan dan peningkatan sanitasi rumah sakit.



8



1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup lokasi penelitian hanya terbatas pada Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-lepo. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dimana penelitian ini berusaha memberikan gambaran atau uraian yang bersifat deskriptif mengenai suatu kolektifitas objek yang diteliti secara sistematis dan actual mengenai fakta yang ada. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo. 1.6 Organisasi Proposal penelitian ini berjudul Gambaran Pengelolaan Sampah Domestik Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo yang dibimbing oleh Yasnani, S.Si., M.Kes (Pembimbing I) dan Fifi Nirmala G., S.Si., M.Kes (Pembimbing II).



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Tinjauan Umum Tentang Sampah Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk bagian industri), tetapi bukan biologis (Karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat. Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah: dari rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan (Sugiyanti, 2013). Sampah juga didefinisikan sebagai bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau umum dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berlebihan atau ditolak atau buangan. Sampah sebagai suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis (Rozak,2015) Sampah diartikan sebagai zat-zat atau benda- benda yang sudah tidak dapat digunakan lagi, baik berupa bahan buangan yang berasal dari rumah tangga sebagai sisa proses industri. Lain halnya yang dikemukan oleh Hadi Wiyoto yang mengartikan sampah sebagai: “Sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuanperlakuan, baik karena telah diambil bagian utamanya, atau karena pengelolaan, atau karena telah diambil bagian utamanya, atau karena pengelolaan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya, yang ditinjau dari segi sosial ekonomi tidak ada



10



harganya, dan dari segi



lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau



gangguan kelestarian” (Rozak,2015). Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah dalam Pasal 1 ayat (1) yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/ atau proses alam yang berbentuk padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. 2.2 Tinjauan Tentang Jenis Sampah Berdasarkan sumbernya, sampah digolongkan menjadi dua, yang pertama berasal dari aktivitas kehidupan (rumah tangga) atau juga disebut dengan General Waste. Sampah merupakan hasil dari aktivitas manusia baik secara individu maupun kelompok seperti keluarga misalnya. Segala kebutuhan yang harus dipenuhi dalam rumah tangga seperti meuble, makanan, majalah, mainan, buku, peralatan listrik, pakaian, alat bangunan, dan lain-lain. Setelah melalui proses konsumsi dalam rumah tangga tersebut menghasilkan bahan-bahan yang tidak habis di konsumsi (tidak bermanfaat lagi) sebagai akibat dari kegiatan rumah tangga akan menghasilkan limbah, baik limbah padat, cair, maupun gas. Sedangkan yang kedua, yaitu sampah industri yang merupakan hasil dari proses industri. Biasanya berupa bahan-bahan seperti: abu, lumpur, limbah minyak, limbah yang bersifat asam, yang bersifat plastik, kertas, kayu, tekstil, karet, metal dan lain sebagainya. Berdasarkan bahan asalnya, sampah dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampah organik dan samapah anorganik.



11



a. Sampah organik Sampah jenis ini berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, dan tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi basah dan kering.



Istilah



sampah oganik basah yaitu kategori sampah yang memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya seperti kulit buah dan sisa sayuran. Sedangkan sampah organik kering seperti kertas, kayu, atau ranting pohon dan dedaunan kering. b. Sampah anorganik Sampah ini berasal dari sumber daya tak terbaharui (mineral, minyak bumi) dan sampah industri, yang termasuk jenis sampah kering antara laina dalah plastik, alamenium, kaca, kaleng, logam dan lain-lain. Ciri sampah ini lambat terurai secara alami atau bahkan tidak terurai sama sekali. Adapun pembagianya atas dasar sifatnya, yaitu: 1.



Sampah yang secara alami mudah terurai (degradable waste) atau sampah yang mudah membusuk.



2.



Sampah yang sukar teruri atau tidak mudah membusuk (non- degradable waste).



c.



3.



Sampah yang mudah terbakar (combustible)



4.



Sampah yang sulit atau tidak mudah terbakar (non-combustible) Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) Jenis sampah yang dikategorikan berbahaya dan beracub bagi manusia.



Umumnya, sampah jenis ini mengandung merkuri seperti kaleng cat semprot, minyak wangi, kosmetik. Namun, tidak menutup kemungkinan sampah yang mengandung jenis racun lain yang berbahaya (Ernayanti, 2020).



12



2.3 Tinjauan Tentang Faktor Timbulan Sampah Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi sampah, yaitu: 1. Jumlah penduduk dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah inipun berpacu dengan laju pertambahan produk. 2. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggikeadaan sosial ekonomi masyarakat, semakinbanyak pula jumlah perkapita sampah yang dibuang tiap harinya. kualitas sampahnya pun semakin banyak yang bersifat non organik atau tidak membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Peningkatan kesejahteraan inipun akan meningkat kegiatan kontruksi dan pembaharuan terhadap bangunan-bangunan, transportasipun bertambah dengan konsekuensi, bertambahnya volume dan jenis sampah. Kondisi sosial ekonomi menunjukkan posisi individu dan kelompok yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang berlaku umum tentang pendidikan, pemilikan barang-barang, dan patisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya, sedangkan kondisi sosial ekonomi kaitanya dengan status sosial ekonomi itu sendiri dengan kebiasaan hidup sehari-hari individu atau kelompok (Huzaimah,2019) 3.



Kemajuan teknologi akan menambah jumlah mapun kualitas sampah, karena pemakaian bahwa baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk



13



manufaktur yang semakin beragam dapat mempengaruhi jumlah dan jenis sampahnya (Huzaimah,2019) 2.4 Pengelolaan Sampah Domestik Pengelolaan sampah merupakan cara yang efektif untuk memutuskan rantai penularan penyakit, dan juga untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat (Munahwaroh, 2019). Pengelolaan sampah rumah tangga adalah proses pengelolaan sampah dengan aman pada tingkat rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang dan mendaur ulang. Pengelolaan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan (Kemenkes RI, 2018). Pengelolaan sampah anorganik dengan metode 3R (reduce, reuse dan recycle) dapat dilakukan tiap rumah (Ra dityaningrum, Caroline, & Restianti, 2017). Pengelolaan sampah dengan cara ini lebih bijaksana dan ramah lingkungan, terutama dapat menambah pendapatan rumah tangga. Adapun proses 3R yang dapat dimulai dari rumah tangga : a) Reuse: memilih botol mineral untuk dijadikan tempat minyak goreng, b) Reduce: menggunakan produk yang dapat diisi ulang, c) Recycle: memilah sampah anorganik menjadi barang yang bermanfaat (Usman, 2016). Pengelolaan sampah yang dimaksud dalam PP RI No. 97 Tahun 2017 dapat dibedakkan 2 bagian yaitu meliputi kegiatan : a.



Pengurangan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan melalui



14



kegiatan pembatasan timbulan sampah , pendaur ulang sampah dan/atau pemanfaatan kembali sampah b.



Penanganan sampah sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan melalui upaya-upaya pemilahan, pengumpulan, pemanfaatan kembali, pengangkutan, TPA dan pembuangan akhir : 1. Pemilahan sampah dilakukan mulai dari sumber sampah organik atau nonorganik oleh penghasil sampah. 2. Pengumpulan/Pewadahan merupakan aktivitas penanganan yang tidak hanya mengumpulkan sampah dari wadah melainkan juga mengangkutnya ketempat



terminal



tertentu



(TPS).



Proses



pengumpulan



dengan



menggunakan wadah tertutup, anti bocor atau anti tusuk dan mudah dibersihkan. 3. Pemanfaatan kembali sampah yang dihasilkan merupakan Langkah yang tepat untuk mengurangi volume timbulan sampah pada lingkungan dengan menggunakan 3R 4. Proses pengangkutan yang dilakukan petugas kebersihan menggunakan kendaraan seperti mobil truck atau gerobak yang kebanyakan dimulai dari tempat pembuangan sementara (TPS) dan dapat pula dilakukan secara langsung



dari



sumbernya.



Tujuan



pengangkutan



sampah



adalah



menjauhkan sampah dari perkotaan ke tempat pembuangan akhir yang bisaanya jauh dari kawasan perkotaan dan permukiman



15



5. TPA adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan mahkluk hidup lainnya. Di TPA dapat dilakukan pengelolaan sampah lebih lanjut dengan menggunakan insinerator 6. Pembuangan akhir adalah tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pemilahan, pewadahan/pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan pembuangan, berikut skema pengelolaan persampahan : Timbulan Sampah Pewadahan/Pemilahan



Pengumpulan Pengangkutan TPA Pengelolaan (3R)



Pengelolaan



Pemusnahan



Pembuangan Akhir



Gambar 2.1 Skema pengelolaan persampahan



16



c.



Pengelolaan sampah Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. 75 Tahun 2019 melalui : Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dilakukukan



melaui: a. Pembatasan timbulan sampah dapat dilakukan dengan cara menggunakan produk, kemasan produk, dan/atau wadah yang mudah diurai oleh proses alam dan yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin serta Tidak menggunakan produk, kemasan produk, dan/atau wadah yang sulit diurai oleh proses alam. b. Pendauran ulang sampah dapat dilakukan dengan cara menggunakan bahan baku produksi yang dapat didaur ulang atau menggunakan bahan baku produksi hasil daur ulang c. Pemanfaatan kembali sampah dapat dilakukan dengan cara menggunakan bahan bagu berdaya guna kembali, mengolah kembali sampah yang dapat dimanfaatkan serta menggunakan kembali barang atau bahan hasil daur ulang (LHK RI, 2019). 2.5 Pengelolaan Sampah Domestik Selama Pandemi Limbah Padat Domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan kerumahtanggaan atau sampah sejenis, seperti sisa makanan, kardus, kertas, dan sebagainya baik organik maupun anorganik. Sedangkan limbah padat khusus meliputi masker sekali pakai, sarung tangan bekas, tisu/kain yang mengandung cairan/droplet hidung dan mulut), diperlakukan seperti Limbah B3 infeksius.



17



Langkah-langkah pengelolaan sampah domestik dimasa pandemi Covid19 : 1. Sediakan tiga wadah limbah padat domestik di lokasi yang mudah dijangkau orang, yaitu wadah untuk limbah padat organik, non organik, dan limbah padat khusus (untuk masker sekali pakai, sarung tangan bekas, tisu/kain yang mengandung cairan/droplet hidung dan mulut); 2. Wadah tersebut dilapisi dengan kantong plastik dengan warna berbeda sehingga mudah untuk pengangkutan limbah dan pembersihan wadah; 3. Pengumpulan limbah dari wadah dilakukan bila sudah 3/4 penuh atau sekurang-kurangnya sekali dalam 24 jam; 4. Pengumpulan limbah padat pada wadah khusus ini dilakukan bila sudah 3/4 atau sekurang-kurangnya sekali dalam 6 jam; 5. Petugas pengumpulan limbah harus dilengkapi dengan masker, sarung tangan, sepatu boot, dan apron; 6. Petugas pengumpulan sampah khusus harus dilengkapi dengan masker, sarung tangan, sepatu boot, apron, kacamata pelindung (goggle), dan penutup kepala; 7. Pengumpulan dilakukan dengan langkah-langkah: a) Buka tutup tempat sampah b) Ikat kantong pelapis dengan membuat satu simpul c) Masukkan kantong tersebut ke wadah untuk diangkut; 8. Setelah melakukan pengumpulan, petugas wajib membersihkan seluruh badan atau sekurang-kurangnya mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir;



18



9. .Peralatan pelindung diri yaitu goggle, boot, dan apron yang digunakan agar didisinfeksi sesegera mungkin pada larutan disinfektan, sedangkan masker dan sarung tangan dibuang ke wadah limbah padat khusus; 10. .Limbah padat organik dan anorganik agar disimpan di Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Padat Domestik paling lama 1 x 24 jam untuk kemudian berkoordinasi dengan instansi yang membidangi pengelolaan limbah domestic di kabupaten/kota; 11. Tempat Penyimpanan Sementara Limbah padat domestic agar dilakukan disinfeksi; 12. Limbah padat khusus agar disimpan di Tempat Penyimpanan Sementara Sampah/Limbah B3 dengan perlakuan seperti limbah B3 infeksius (Kemenkes, 2020). 2.6 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya A. Rosmin, 2019 Judul Gambaran Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Desa Karumbu Kecamatan Langgudu. Metode



dalam penelitian ini



adalah



deskriptif yaitu menggambarkan sistem pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Karumbu yaitu menggunakan lembar kusioner dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pewadahan Sampah yang tidak memenuhi syarat sebesar 71 KK (77%) tidak memenuhi syarat 21 KK (23%) dari 92 responden. Karena warga



masih menggunakan tempat



pewadahan dari karung, keranjang plastik, kardus, ember bekas dan drum,



19



yang diletakkan di dalam rumah maupun di luar rumah, kriteria pewadahan sampah yaitu harus kedap air, kuat, mudah dibersihkan, memiliki tutup supaya higienis. Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat yaitu 48 KK (52’2%) dan 44 KK (47,8%) memenuhi syarat. Pewadahan Sampah yang tidak memenuhi syarat yaitu 71 (77%) dan yang memenuhi syarat 21 (23%) dari 92 responden. Pembuangan Sampah yang memenuhi syarat yaitu 44 (47,8%)



dan pembungan sampah yang tidak memenuhi syarat 48



(52,2%) dari 92 responden. Kondisi Tempat Penampungan Sampah keluarga yang memenuhi syarat yaitu sekitar 16 (18%) dan yang tidak memenuhi syarat 76 (82%) dari 92 responden. B. Almas Ghassani Celesta, 2019 Judul Gambaran Sanitasi Dasar Di Desa Payaman, Kabupaten Bojonegoro. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan observasional. Hasil penelitian didapatkan 99,6% KK sudah memiliki sarana penyediaan air bersih. Terdapat 79,0% KK yang belum memiliki SPAL yang sesuai aturan. Sejumlah 67,7% KK



yang belum



menyediakan sarana pembuangan sampah di dalam rumah. Terdapat 94,4% KK melakukan metode pengelolaan sampah dengan burning on premises di pekarangan rumahnya. C. Rusdin Rauf, 2016 Judul Gambaran Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kabupaten Kudus Tahun 2016: Studi Ehra I. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa di Kabupaten Kudus, hanya



20



32,6 % responden (sebanyak 300 dari 920 responden) yang melakukan pengumpulan sampah untuk dibuang ke TPS atau dikumpulkan oleh kolektor informal pada cluster 1, 2 dan 3. Sedangkan responden pada cluster 0, tidak melakukan pengumpulan sampah. Responden yang melakukan pemilahan sampah sebelum dibuang, hanya sebanyak 2,3 %. data yaitu wawancara. D. Herlianti, 2014 Judul Identifikasi Sampah Rumah Tangga Pada



Masyarakat



Kecamatan Sukarame, Kota Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap rumah tangga di Kecamatan Sukarame menghasilkan sampah sebanyak 1,71 kg per hari.



Dari jumlah ini, porsi sampah organic sebanyak 44% dan



sampah anorganik sebanyak 56%. Jika data di atas dikonversiakan untuk menghitung jumlah sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga maka diperoleh hasil sekitar 26,89 ton sampah per hari dari seluruh rumah tangga di Kecamatan Sukarame. Hampir sekitar 70% dari jumlah sampah di Sukarame dikelola oleh petugas kebersihan yang bertugas menjemput sampah 2—3 kali per minggu di setiap kelurahan, sisanya sebanyak 30% belum



ditangani



dengan



baik



sehingga



berpotensi



menyebabkan



menumpuknya sampah di lingkungan permukiman. 2.7 Kerangka Teori Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Dalam aktivitas rumah tangga setiap hari akan menghasilkan



21



sampah yang terdiri dari sampah padat dan sampah cair. Penelitian ini fokus pada pengelolaan sampah



padat. Variabel dalam penelitian ini adalah pemilahan,



pewadahan, pemanfaatan kembali, pengangkutan dan Tempat Penampungan Sementara (TPS) telah dirujuk dari : Sumber Sampah/Perumahan Sampah Domestik Sampah Padat



Limbah B3



Organik



Limbah Cair Non-Organik



Pengelolaan



Pengelolaan



Pemilahan/Pewadahan Pengumpulan Pemanfaatan Kembali Pengangkutan Tempat Penampungan Sementara



Penyaringan Pengendapan Pengapungan Penyerapan



Pembuangan akhir Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian (Afriyanto, 2015).



22



2.8 Kerangka Konsep Kerangka konsep di susun berdasarkan variabel-variabel yang di teliti. Variabel dependent adalah Pengelolaan Limbah Domestik, independent terdiri : Pemilahan, Pewadahan/Pengumpulan, Pemanfaatan Kembali, Pengangkutan dan Tempat Penampungan Sementara (TPS).



Berdasarkan kerangka teori, maka



kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut:



Pemilahan Pewadahan/Pengumpulan Pengelolaan Sampah Domestik



Pemanfaatan Kembali Pengangkutan



Tempat Pembuangan Sementara Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Ket : = Variabel terikat = Variabel bebas



BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian pendekatan



yang



digunakan



deskriptif.



Pendekatan



adalah



penelitian



deskriptif



yaitu



kuantitatif



dengan



pendekatan



yakni



menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti, menurut keadaan yang sebenarnya pada saat penelitian langsung. Penelitian ini akan dilakukan dengan observasi langsung di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo 2021 (Sugiyono, 2011). 3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo mulai pada bulan April 2021 sampai selesai. 3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Penelitian A. Populasi Populasi adalah seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang di teliti (Notoatmodjo, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo yaitu 25.490 jiwa atau 5.573 rumah tangga. Dengan Kelurahan Baruga sebanyak 2.095 rumah tangga, Kelurahan Lepo-Lepo dengan 1.195 rumah tangga, Kelurahan Watubangga 1.404 rumah tangga dan Kelurahan Wundudopi dengan 843 rumah tangga (BPS Kota Kendari 2018).



25



26



B. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang di teliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoamodjo, 2010). Pada penelitian ini yang akan di jadikan sampel adalah adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo. Pada peneltian ini peneliti menggunakan rumus Lemeshow (1990) :



Keterangan: n



= Jumlah sampel



p



= Perkiraan proporsi



q



= 1-p



Z2 1- α/2



= Statistika Z (Z=1.96 untuk α=0,05)



N



= Besar populasi



Berdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampel yang harus digunakan dalam penelitian ini adalah



Dibulatkan menjadi n= 150 Jadi besar sampel adalah 150 responden.



27



Tabel 3.1 Proporsi Sampel Kelurahan



Jumlah RumahTangga



Jumlah Sampel



Baruga



2.095



(2.095/5.537) x 150 = 57



Lepo-Lepo



1.195



(1.195/5.537) x 150 = 32



Watubangga



1.404



(1.404/5.537) x 150 = 38



Wundudopi



843



(843/5.537) x 150 = 23



Jumlah



150 Rumah Tangga



Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah teknik proportionate stratified random sampling. Teknik ini digunakan jika populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2010). Adapun kriteria sampel yang akan dipilih sebagai berikut : a. Kriteria Inklusi 1) Rumah tangga yang berada di wilayah kerja Puskemas LepoLepo 2) Bersedia menjadi responden dan dinyatakan secara tertulis 3) Anggota rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo yang telah dewasa b. Kriteria eksklusi 1) Anggota rumah tangga yang tidak berada di tempat 2) Anggota keluarga tidak bersedia menjadi responden penelitian



28



3.4 Variabel Penelitian Variabel adalah Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Variabel dalam penelitian ini adalah Pengelolaan sampah domestik pada masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari mengenai Pemilahan, Pewadahan dan Pengangkutan. 3.5 Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitiaan ini dapat di lihat pada tabel dibawah ini:



Tabel 3.2 Daftar Alat dan Bahan Yang Digunakan Dalam Penelitian No. 1. 2. 3 4 5



Alat/Bahan Alat Tulis



Fungsi



Sebagai Alat Tulis Dalam Proses Penelitian Laptop Sebagai Alat Penyusunan Hasil Penelitian Kamera Sebagai Alat Dokumentasi Dalam Proses Penelitian Komputer Sebagai Pengelola Data Lembar Kuisioner Sebagai Pengumpulan dan Observasi Data Informasi



Hasil/Output Hasil Penelitian Hasil Penelitian Hasil Dokumentasi Penelitian Hasil Penelitian Hasil Penelitian



Instrumen tersebut diatas digunakan untuk mempermudah segala aspek kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sehingga penelitian dapat dilakukan secara efektif dan efisien.



29



3.6 Definisi Operasional 1. Pemilahan/Pewadahan Kegiatan pemilahan dilakukan mulai dari sumber penghasil sampah dengan maksud untuk memisahkan sampah berdasarkan jenis, kelompok dan karakteristik limbah. Sediakan tiga wadah limbah padat domestik di lokasi yang mudah dijangkau orang, yaitu wadah untuk limbah padat organik, non organik, dan limbah padat khusus (untuk masker sekali pakai, sarung tangan bekas, tisu/kain yang mengandung cairan/droplet hidung dan mulut). Wadah tersebut dilapisi dengan kantong plastik dengan warna berbeda sehingga mudah untuk pengangkutan limbah dan pembersihan wadah. Kriteria Objektif : Memenuhi syarat



: Jika pemilahan sampah dilakukan sesuai dengan jenis sampah yang dihasilkan yaitu berdasarkan jenisnya organik atau non-organik



Tidak memenuhi syarat : Jika pemilahan sampah dilakukan tidak sesuai dengan jenis bercampur



sampah yang dihasilkan yaitu antara sampah organik dan non



organik. 2. Pengumpulan Sampah biasanya ditampung di tempat produksi sampah untuk beberapa lama. Oleh karena itu, tiap unit harus disediakan tempat penampungan dengan bentuk, ukuran, dan jumlah yang disesuaikan dengan



30



jumlah sampah. Pengumpulan limbah dari wadah dilakukan bila sudah 3/4 penuh atau sekurang-kurangnya sekali dalam 24 jam Pengumpulan limbah padat pada wadah khusus ini dilakukan bila sudah 3/4 atau sekurangkurangnya sekali dalam 6 jam



Kriteria Objektif : Memenuhi syarat



: Jika bahan tidak mudah berkarat, kedap air, terutama untuk menampung sampah basah, bertutup rapat, dan mudah dibersihkan.



Tidak memenuhi syarat : Jika bahan mudah berkarat, tidak kedap air, terutama untuk menampung sampah basah, tidak



tertutup



rapat



dan



tidak



mudah



dibersihkan, 3. Pemanfaatan Kembali Pemanfaatan kembali atas barang-barang atau smpah yang bisa dipakai kembali dengan tujuan mengurangi volume sampah di lingkungan. Kriteria Objektif : Memenuhi syarat



: Jika melakukan



pemanfaatan kembali barang-



barang atau sampah yang bisa dipakai Tidak memenuhi syarat : Jika tidak melakukan pemanfaatan kembali sampah yang bisa dipakai



31



4. Pengangkutan Pengangkutan dilakukan dari setiap sumber penghasil sampah. Petugas pengumpulan sampah khusus harus dilengkapi dengan masker, sarung tangan, sepatu boot, apron, kacamata pelindung (goggle), dan penutup kepala.



Kriteria Objektif : Memenuhi syarat



: Jika pengangkutan sampah menggunakan wadah yang tertutup, anti bocor dan anti tusuk



Tidak memenuhi syarat: Jika pengangkutan sampah tidak menggunakan wadah yang tertutup, tidak anti bocor dan tidak anti tusuk 5. Tempat Penampungan Sementara Tempat Penampungan Sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pengelolaan lebih lanjut atau pengelolaan sampah terpadu dengan lokasi mudah di jangkau oleh masyarakat. Kriteria Objektif : Memenuhi syarat



: Jika terdapat TPS yang mudah dijangkau



oleh



masyarakat



penampungan sampah



untuk



sementara, tidak



menimbulkan lingkungan



kumuh, lantai



dan dinding kedap air serta ada penutup Tidak memenuhi syarat



: Tidak ada TPS yang mudah dijangkau,



32



tidak mudah



dijangkau



oleh



masyarakat dan lantai dan dinding tidak kedap air, serta tidak terdapat penutup 3.7 Pengumpulan Data A. Data Primer Data primer diperoleh dari alat bantu kuesioner yang diberikan dan diisi oleh responden tanpa perantara serta hasil observasi langsung oleh peneliti. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti (Umar, 2013). B. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang di peroleh dari berbagai jenis buku, jurnal dan literature yang relavan sebabagi bahan kepustakaan. 3.8 Pengolahan, Analisis Dan Penyajian Data A. Pengolahan Data Kuisioner yang telah diisi dikumpulkan kembali dan kemudian diperiksa kelengkapannya, dimasukan dan diolah menggunakan SPSS versi 16 dengan beberapa langka sebagai berikut : 1. Pemeriksaan Data (Editing) Editing yaitu mememriksa data yang telah dikumpulkan untuk diteliti kelengkapan, kejelasan makna jawaban maupun kesalahan anatara jawaban pada kuisioner.



33



2. Pemasukan Data (Data Entry) Data Entry



adalah memasukan data untuk diolah dengan



menggunakan komputer. Data, yakni jawaban-jawaban dari masingmasing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software komputer. Software komputer ini bermacam-macam, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Dalam penelitian ini menggunakan SPSS. 3.



Cleaning Cleaning adalah apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan - kemungkinan adanya kesalahan - kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya,kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmojo, 2014).



B. Analisis Data Analisa



Univariat



adalah



menjelaskan



atau



mendeskripsikan



karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya (Notoatmojo, 2014). C. Penyajian Data Data diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi, frekuensi dan narasi berdasarkan variabel yang diteliti. 3.9 Protokol Covid-19 Saat Penelitian Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2020 protokol kesehatan pada situasi pandemi.



34



1. Jarak antar peneliti kegiatan minimal 1 meter. 2. Tidak diperkenankan melakukan kontak fisik seperti bersalaman atau berpelukan. 3. Pengaturan ruang kegiatan untuk memfasilitasi physical distancing, tempat duduk antara satu orang dengan yang lainnya minimal 1 meter 4. Penggunaan masker, yaitu peserta kegiatan wajib menggunakan masker sejak perjalanan dari/ke rumah, dan selama melakukan kegiatan riset di lapangan/komunitas/masyarakat. 5. Penggunaan sarung tangan saat menggunakan peralatan bersama. 6. Penggunaan APD lainnya yang diperlukan sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan. 7. membersihkan diri seperti mencuci tangan sebelum dan setelah menggunakan APD. 8. Suhu tubuh dan kondisi kesehatan tidak boleh lebih dari 37,5°C. Apabila terdapat gejala batuk, flu, demam, dan sesak napas tidak diperkenankan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian A. Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo Puskesmas Lepo-Lepo terletak di Kecamatan Baruga, Kota Kendari. Luas wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo sama dengan Luas Wilayah Kecamatan Baruga, Kota Kendari yang terdiri dari beberapa kelurahan yaitu Kelurahan Lepo-lepo, Kelurahan Wundudopi, Kelurahan Baruga dan Kelurahan Watubangga. Letak astronomis Kecamatan Baruga Kota Kendari terletak pada 3°59´47´´ - 4°5´01´´ LS dan 122°26´37´´ - 122°32´57´´ BT. Sedangkan letak geografis Kecamatan Baruga sebagai berikut: a. Bagian utara berbatasan dengan Kecamatan Wua-Wua b. Bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan c. Bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan, dan d. Bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Kambu Berikut ini peta Kecamatan Baruga Kota Kendari :



38



39



B. Keadaan Penduduk Menurut data dari Kecamatan Baruga jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo pada tahun 2020 sebanyak 25490 jiwa yang terdiri dari 5525 KK . Distribusi jumlah Kepala Keluarga dan jumlah penduduk per Kelurahan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Per Kelurahan Tahun 2020



1.



Nama Kelurahan Lepo- Lepo



2.



Wundudopi



3. 4.



No.



Jumlah Jumlah Jiwa Rumah Tangga 1184 1096 5603



Jumlah KK



802



630



4119



Baruga



2018



2104



9818



Watubangga



1521



1310



5950



JUMLAH



5525



5140



5140



Sumber : Profil Puskesmas Lepo-Lepo 2020 Dari data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut: Grafik.1 Distribusi Penduduk Wilayah Kecamatan Baruga Tahun 2020



40



30000



25490



25000 20000 15000 9818 10000 5000



5603 1184



4119 802



5950 2018



5525



1521



0 Lepo-lepo



Wundudopi



Baruga



JUMLAH KK



Watubangga



Jumlah



JUMLAH JIWA



Sumber : Profil Puskesmas Lepo-Lepo 2020 Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa jumlah penduduk terbanyak di Kelurahan Baruga yaitu 9819 jiwa dari 2018 KK dan yang paling sedikit di Kelurahan Wundudopi yaitu 4119 jiwa yang terhimpun dalam 802 KK. Berdasarkan tingkat hunian wilayah kerja UPTD Puskesmas Lepolepo dapat diketahui sebagai berikut : Tabel 4.2 Distribusi penduduk berdasarkan tingkat hunian di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2020 No.



Nama Kelurahan



Jumlah KK



Tingkat Hunian



1. Lepo - Lepo 1184 2. Wundudopi 802 3. Baruga 2018 4. Watubangga 1521 JUMLAH 5525 19 Sumber : Profil Puskesmas Lepo-Lepo 2020



Jumlah Jiwa 5 5 5 4



5603 4119 9818 5950 25490



Wilayah kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo kurang lebih lebih 13.130 Ha. Dengan cara pembagi jumlah penduduk dengan luas daerah maka dapat diketahui kepadatan penduduk Kecamatan Baruga rata-rata 194 jiwa/km2. Dengan mengetahui tingkat kepadatan penduduk tersebut dapat dilihat



41



bahwa Wilayah kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo berdasarkan tingkat kepadatan penduduk termasuk dalam kategori kurang padat. Dengan tingkat hunian ± 5 jiwa/rumah, ini merupakan tingkat hunian yang



padat dan



potensial terhadap penularan penyakit. Undang-undang No 56/PRP/1960 membagi 4 klasifikasi kepadatan penduduk yaitu : 1. Tidak padat , dengan kepadatan 1-50 jiwa/km2 2. Kurang padat antara 51-250 jiwa/km2 3. Cukup padat 251-400 jiwa/km2 4. Sangat padat dengan tingkat kepadatan lebih besar dari 401 jiwa/km2 Berdasarkan data jumlah penduduk disbanding dengan luas wilayah maka tingkat kepadatan penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas lepolepo adalah 1,94 jiwa/km2 dan masuk kategori tidak padat. Komposisi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin yang ada di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini. Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin yang ada di Kecamatan Baruga adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2020 No.



Kelompok Umur



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44



Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan 1424 1477 1289 1217 1097 1017 1297 1509 1587 1671 1070 1059 1139 1125 915 963 898 836



jumlah 2901 2506 2114 2806 3258 2129 2264 1878 1734



42



10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.



45-49 777 635 50-54 471 348 55-59 322 306 60-64 205 198 65-69 107 111 70-74 94 117 75 111 98 TOTAL 12803 12687 Sumber : Profil Puskesmas Lepo-Lepo 2020



1412 819 628 403 218 211 209 25490



Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah kelompok umur terbanyak terdapat pada kelompok umur 20-24 tahun yaitu 3258 jiwa dan kelompok umur terendah yaitu umur > 75 tahun sebanyak 209 jiwa. Jumlah penduduk Kecamatan Baruga yang berusia 15-64 tahun sebanyak 17331 C. Keadaan ekonomi Keadaan ekonomi adalah suatu kedudukan yang secara rasional dan menetapkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat Menurut Sumardi dan Evers (2001) dalam Basrowi dan Juariyah (2010). Tinggi rendahnya keadaan ekonomi masyarakat akan mempengaruhi tingkat social masyarakat di suatu wilayah. Wilayah kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo sebagian masih berupa lahan pertanian dan lahan yang belum dimanfaatkan. Pertanian tanaman pangan seluas kurang lebih 2847 Hektar menurut sumber dari Kecamatan Baruga. Komposisi lahan pertanian di wilayah Kecamatan Baruga dapat dilihat pada table sebagai berikut : 50% 2. Komposisi Lahan Pertanian di Wilayah Kerja UPTD Grafik Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2020 40% 30%



Tegalan



20%



Ladang Lainnya



10% 0% Pemanfaatan Lahan



43



Sumber : Profil Puskesmas Lepo-Lepo 2020 Menurut grafik tersebut dapat diketahui bahwa pemanfaatan lahan untuk tegalan sebanyak 30%, pemanfaatan lading sebanyak 25% dan lainnya sebanyak 45%. Wilayah Kecamatan Baruga yang luas untuk pertanian sangat mendukung untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memanfaatkan lahan pertanian untuk tanaman pangan sebagai komoditan sendiri maupun dijual. Akan tetapi banyak lahan yang dibiarkan kosong tidak dimanfaatkan sehingga mengurangi daya manfaat lahan yang seharusnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat hal ini disebabkan karena pemilik lahan yang luas merupakan orang yang bukan bertempat tinggal di lahan tersebut dan lahan tersebut hanya digunakan sebagai asset atau simpanan. Wilayah Kecamatan Baruga belum banyak terdapat sector industry apalagi industri yang besar. Adanya industry terutama industry yang besar akan menyerap tenaga kerja yang banyak sehingga mengurangi jumlah pengangguran. Dengan berkurangnya jumlah pengangguran maka tingkat ekonomi semakin meningkat dan angka ketergantungan semakin kecil. Belum banyaknya industry di wilayah Kecamatan Baruga dikarenakan kurangnya infestor dan tenaga ahli yang masuk.



44



Di Wilayah Kecamatan Baruga terdapat industri besar sebanyak 1, industry sedang 3, dan industry kecil sebanyak 32 buah. Industri yang terdapat di wilayah Kecamatan Baruga dapat dilihat pada table berikut :



Tabel 4.4 Industri yang ada di wilayah kerja Puskesmas LepoLepo Tahun 2020 NO



INDUSTRI



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Industri rumah tangga Industri kayu dan barang anyaman dari bamboo Industri jamu Industri barang dari logam Industri makanan Industri minuman Industri pakaian jadi Industri percetakan Industri barang galian bukan logam Industri pengolahan lainnya Jumlah



JUMLAH 351 29 3 33 87 41 545 10 57 11 1167



Sumber : Profil Puskesmas Lepo-Lepo 2020 Keadaan industri di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik 3. Industri di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-lepo Tahun 2020



45



Sumber : Profil Puskesmas Lepo-Lepo 2020 Menurut data jumlah industri yang ada di wilayah Kecamatan Baruga dapat diketahui bahwa jumlah industry sebanyak 1167 industri. Dari banyaknya industry yang ada jumlah terbanyak yaitu industri pakaian jadi sebanyak 545, kemudian industry rumah tangga 531, dan industri makanan sebanyak 87 industri. Sedangkan yang paling sedikit yaitu industri jamu sebanyak 3 industri. Dari industri yang ada sebagian besar merupakan industri kecil yang tidak memerlukan tenaga kerja lebih, karena cukup dikerjakan oleh anggota rumah sendiri. Adanya industri diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat di Wilayah Kecamatan Baruga. D. Keadaan pendidikan Pendidikan merupakan salah satu sektor yang mendukung upaya perwujudan cita-cita bangsa Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sektor ini telah menjadi salah satu barometer kunci kemajuan bangsa ke depan. Hal tersebut sangat beralasan mengingat bahwa perwujudan cita-cita bangsa hanya dapat dilakukan oleh penyelenggara pembangunan yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang tangguh dan siap pakai. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh serta siap pakai diperlukan lembaga pendidikan yang berkualitas, kredibel



46



dan mampu mengelolah seluruh aktifitas kehidupan sekolah secara efektif dan efisien. Kondisi ini perlu pula di tunjang dengan sistem pendidikan nasional yang tertata dengan rapi. Selain Pendidikan formal di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lepolepo terdapat juga sarana pendidikan informal. Sarana pendidikan formal mulai dari PAUD sampai dengan Perguruan Tinggi baik yang negeri maupun swasta.



1. Sarana Pendidikan Formal Sarana pendidikan formal yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5 Jumlah Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2020 NO 1. 2. 3. 4.



KELURAHAN NEGERI SWASTA Lepo-lepo 2 1 Wundudopi 1 2 Baruga 3 1 Watubangga 1 2 Jumlah 7 6 Sumber : Profil Puskesmas Lepo-Lepo 2020



JUMLAH 3 3 4 3 13



Sekolah dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional yang mempengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP. Menurut data Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo tersebut dapat diketahui bahwa jumlah Sekolah



47



Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 13 sekolah. Dari jumlah sekolah tersebut yang terbanyak adalah di Kelurahan Baruga yaitu sebanyak 4 sekolah ( 30,7% ). Dengan tersedianya Sekolah Dasar yang cukup banyak diharapkan semua anak usia sekolah dasar dapat menerima pendidikan dasar karena pendidikan dasar sangat penting untuk anakanak mengenal huruf dan angka serta melatih bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih luas.



Tabel 4.6 Jumlah SMP dan MTs Di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2020 NO KELURAHAN NEGERI SWASTA JUMLAH 1. Lepo-lepo 1 0 1 2. Wundudopi 0 3 3 3. Baruga 1 2 3 4. Watubangga 0 1 1 Jumlah 2 6 8 Sumber : Profil Puskesmas Lepo-Lepo 2020 Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah sekolah SMP dan MTs yang ada di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo sebanyak 8 Sekolah yang terbanyak adalah di Kelurahan Wundudopi dan Baruga masing-masing sebanyak 3 Sekolah. Tabel. 4.7 Jumlah SMA, SMK dan MA di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2020 NO 1. 2. 3. 4.



KELURAHAN NEGERI SWASTA Lepo-lepo 1 1 Wundudopi 0 0 Baruga 2 2 Watubangga 1 1 Jumlah 4 4 Sumber : Profil Puskesmas Lepo-Lepo 2020



JUMLAH 2 0 4 2 8



48



Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah sekolah SMA, SMK dan MA yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo sebanyak 8 sekolah yang terbanyak adalah di kelurahan Baruga sebanyak 4 sekolah.



Tabel 4.8 Jumlah Akademi/Perguruan Tinggi di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2020 NO 1. 2. 3. 4.



KELURAHAN NEGERI SWASTA Lepo-lepo 0 3 Wundudopi 0 0 Baruga 1 2 Watubangga 0 0 Jumlah 1 5 Sumber : Profil Puskesmas Lepo-Lepo 2020



JUMLAH 3 0 3 0 6



Dari data tersebut dapat diketahui bahwa Akademi/Perguruan Tinggi yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo sebanyak 6 Akademi/Perguruan Tinggi yang terbanyak adalah di kelurahan Lepo-lepo dan Baruga masing-masing sebanyak 3 Akademi/Perguruan Tinggi. 2. Sarana Pendidikan Informal Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo tahun 2020 dapat dilihat pada table berikut : Tabel 4.9 Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Jasa dan Pendidikan non formal di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2020 No



Kelurahan



Kursus menjahi t



Kursus kecantikan



Kursus mengemudi



Kursus lainnya



49



1. 2. 3. 4.



Lepo-lepo 0 0 Wundudopi 0 0 Baruga 0 0 Watubangga 0 0 Jumlah 0 0 Sumber : Profil Puskesmas Lepo-Lepo 2020



0 0 0 0 0



1 0 1 2 4



Dari data tersebut dapat diketahui bahwa Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Jasa dan Pendidikan non formal yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Lepo-lepo sebanyak 4. Usaha dan Tenaga Kerja Jasa dan Pendidikan non formal yang terbanyak adalah di kelurahan Watubangga sebanyak 2 Usaha dan Tenaga Kerja Jasa dan Pendidikan non formal. E. Sarana Kesehatan 1. Puskesmas Puskesmas sebagai organisasi atau lembaga milik pemerintah berperan sebagai ujung tombak terdepan dalam melaksanakan pembangunan bidang kesehatan. Dalam menjalankan fungsinya Puskesmas harus menerapkan fungsi managemen dengan sebaikbaiknya, karena dalam organisasi Puskesmas terdapat sumber-sumber daya, program, sarana dan prasarana yang komplek. Puskesmas melaksanakan upaya-upaya kesehatan berupa promotif, preventif, kuratif , rehabilitatif dan pendidikan



yang dilaksanakan secara



menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Dengan upaya tersebut diharapkan terujud tujuan pembangunan kesehatan dengan tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terujud derajat kesehatan yang optimal.



50



UPTD Puskesmas Lepo-Lepo merupakan Puskesmas Perawatan ( Kebidanan & Unit Gawat Darurat ). Berdasarkan Keputusan Walikota Kendari Nomor 1512 Tahun 2015 Tentang Penetapan Kriteria Puskesmas Dalam Wilayah Kota Kendari UPTD Puskesmas Lepo-lepo termasuk Kriteria Puskesmas dalam Wilayah Perkotaan. Puskesmas Lepo-lepo didirikan pada tanggal 1 April 1992 yang sebelumnya merupakan Puskesmas Pembantu dari Puskesmas Puwatu. Puskesmas Lepo-Lepo terletak di RT 02/RW 01 Kelurahan Lepo-lepo Kecamatan Baruga Kota Kendari atau di Jl. Christina M. Tiahahu No.117 Kota Kendari Telp.(0401) 3195398. Pada tahun 2007 dilakukan rehabilitasi fisik untuk peningkatan menjadi rawat inap penuh (khususnya rawat inap umum). Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat, pada bulan Agustus 2018 dilakukan rehabilitasi kembali serta penambahan beberapa ruangan sehingga menjadi lebih luas dan lebih banyak menampung pasien, demikian juga dengan fasilitas pelayanan menjadi lebih nyaman dan lebih lengkap.



2. Rumah Sakit Rumah Sakit yang ada di wilayah Kecamatan Baruga yaitu Rumah Sakit Bahteramas Kendari yang merupakan rumah sakit negeri kelas B. Rumah Sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari Rumah Sakit Kota/Kabupaten. Rumah Sakit Provinsi terletak di Kelurahan Watubangga Kecamatan Baruga.



51



3. Sarana Kesehatan Swasta Sarana Kesehatan swasta yang ada di Wilayah kerja UPTD Puskesmas lepo-lepo Rumah Sakit Umum dan Klinik : ada 5 yaitu Rumah Sakit Hati Mulia yang terletak di Kelurahan Wundudopi, Rumah Sakit Dewi Sartika yang terletak di Kelurahan Watubangga, Rumah Sakit Aliyah 3 di Baruga dan Klinik Nur di Kelurahan Wundudopi, serta yang terbaru yaitu Rumah Sakit Hermina yang terletak di Kelurahan Wundudopi. 4.2 Gambaran Umum Responden Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo terhitung sejak tanggal 7 Oktober 2020 s.d. 7 November 2020. Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan



pendekatan deskriptif.



Pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling dengan cara accidental sampling. Accidental sampling didasarkan pada cara pengambilan sampel yang terdiri dari unit atau individu yang mudah di temui. Kriteria Inklusi adalah Bapak/Ibu yang berumah tangga dan Bapak/Ibu yang terdaftar di kelurahan Lepo-lepo sedangkan Kriteria eksklusi adalah Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian. Hasil penelitian dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang pengelolaan sampah domestik pada masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2020 Berikut ini distribusi informan berdasarkan kelompok umur, alamat, pendidikan dan pekerjaan A. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur



52



Umur merupakan lama waktu hidup seseorang sejak dilahirkan. Umur seseorang secara tepat dapat dihitung mulai dari tanggal, bulan, dan tahun dilahirkan. Dalam penelitian ini umur seseorang dihitung dengan satuan tahun (I Gusti Putu Ngurah Adi Santika, 2015). Umur responden di daerah penelitian disajikan dalam table 4.10 berikut.



Tabel 4.10 Distribusi Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2021 No



Kelompok Umur



1. 2. 3. 4. 5.



17-25 26-35 36-45 46-55 56-65 Total Sumber : Data primer



Frekuensi (n)



Persentase (%) 124 12 10 3 1 150



82.7 8.0 6.7 2.0 7 100.0



Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dengan jumlah responden 150 orang responden yang paling banyak menurut kelompok umur



adalah pada kelompok umur 17-25 orang sebanyak 124 orang



sedangkan yang paling rendah adalah pada kelompok umur 56-65 orang sebanyak 1 orang. B. Distribusi Responden Berdasarkan Alamat



53



Menurut Tarigan (2006) alamat adalah nama jalan, nomor rumah ,dan kode pos tempat kita tinggal. berikut ini distribusi alamat rumah responden berdasarkan kelurahan disajikan dalam tabel 4.11. Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Alamat di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2021 No Kelurahan Frekuensi Persentase (n) (%) 1. Baruga 57 38.0 2. Lepo-lepo 32 21.3 3. Wundudopi 23 15.3 4. Watubangga 38 25.3 Total 150 100.0 Sumber : Data primer Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dengan jumlah responden 150 yang paling banyak menurut kelurahan di wilayah kerja puskesmas Lepo-lepo adalah pada kelurahan Baruga sebanyak 57 orang sedangkan yang paling rendah adalah kelurahan Wundumdopi sebanyak 23 orang. C. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemauan yang dikembangkan. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari- hari, khususnya dalam hal kesehatan (Suhardjo, 2007).Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat pendidikan responden



adalah



pendidikan



formal



terakhir



yang



telah



54



ditempuh/ditamatkan oleh responden. Tingkat pendidikan responden dapat disajikan dalam tabel 4.12. Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2021 No



Tingkat Pendidikan



1. 2. 3. 4.



SD SMP SMA Akademi/Universitas Total Sumber : Data primer



Frekuensi (n)



Persentase (%) 1 2 116 31 150



.7 1.3 77.3 20.7 100.0



Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dengan jumlah responden 150 yang paling banyak menurut tingkat pendidikanya adalah pada tingkat SMA sebanyak 116 orang sedangkan yang paling rendah adalah pada tingkat SD sebanyak 1 orang. D. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk tujuan tertentu yang dilakukan dengan cara yang baik dan benar (Arya Dwiandana Putri, Nyoman Djinar Setiawina, 2013). Variasi mata pencaharian/pekerjaan pokok responden dapat disajikan dalam tabel 4.13. Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2021 No



Pekerjaan Responden



1. 2. 3. 4.



Ibu rumah tangga PNS Karyawan swasta Wiraswasta/pemilik salon/bengkel Buruh/supir/tukang ojek



5.



Frekuensi (n) 101 18 4



Persentase (%) 67.3 12.0 2.7



11



7.3



1



.7



55



6. 7.



Pelajar Tidak bekerja Total Sumber : Data primer



9 6 150



6.0 4.0 100.0



Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dengan jumlah responden 150 yang paling banyak menurut jenis pekerjaan adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 101 orang sedangkan yang paling rendah adalah pekerja tukang ojek sebanyak 1 orang.



4.3 Gambaran Pengelolaan Sampah A. Pemilahan Sampah Berdasarkan hasil penelitian dengan responden sebanyak 150 orang di wilayah kerja puskesmas Lepo-Lepo, maka dapat diketahui pemilahan sampah rumah tangga dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut: Tabel 4.14 Pemilahan Sampah di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2021 No



Pemilahan Sampah



1.



Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat Total Sumber : Data primer



2.



Frekuensi (n)



Persentase (%) 106



70.7



44 150



29.3 100.0



Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dari 150 responden sebanyak 106 responden atau 70.7 % yang tidak memenuhi syarat dalam melakukan pemilahan sampah sedangkan 44 responden atau sebanyak 29.3 % yang memenuhi syarat dalam pemilahan sampah.



56



B. Pengumpulan Sampah Berdasarkan hasil penelitian dengan responden sebanyak 150 orang di



wilayah



kerja



puskesmas



Lepo-Lepo,



maka



dapat



diketahui



pengumpulan sampah rumah tangga, untuk lebih jelasnya mengenai pengumpulan sampah dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut: Tabel 4.15 Pengumpulan Sampah di wilayah kerja Puskesmas LepoLepo Tahun 2021 No



Pengumpulan Sampah 1. Tidak memenuhi syarat 2. Memenuhi syarat Total Sumber : Data primer



Frekuensi (n)



Persentase (%) 106



70.7



44 150



29.3 100.0



Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dari 150 responden sebanyak 106 responden atau 70.7 % yang tidak memenuhi syarat dalam melakukan pengumpulan sampah sedangkan sebanyak 44 responden atau 29.3 % yang memenuhi syarat dalam melakukan pengumpulan sampah. C. Pemanfaatan Kembali Sampah Berdasarkan hasil penelitian dengan responden sebanyak 150 orang di



wilayah



kerja



puskesmas



Lepo-Lepo,



maka



dapat



diketahui



pemanfaatan sampah rumah tangga, untuk lebih jelasnya mengenai pemanfaatan kembali sampah dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut: Tabel 4.16 Pemanfaatan Kembali Sampah di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2021 No 1. 2.



Pemanfaatan Kembali Sampah Buruk Baik Total



Frekuensi (n) 138 12 150



Persentase (%) 92.0 8.0 100.0



57



Sumber : Data primer Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dari 150 responden sebanyak 138 respoden atau 92.0 % yang tidak melakukan pemanfaatan kembali sampah dalam kategori buruk sedangkan 12 atau 8.0 % yang melakukan pemanfaatan kembali sampah dalam kategori baik.



D. Pengangkutan sampah Berdasarkan hasil penelitian dengan responden sebanyak 150 orang di



wilayah



kerja



puskesmas



Lepo-Lepo,



maka



dapat



diketahui



pengangkutan sampah rumah tangga, untuk lebih jelasnya mengenai pemilahan sampah dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut: Tabel 4.17 Pengangkutan sampah di wilayah kerja Puskesmas LepoLepo Tahun 2021 No 1. 2.



Pengangkutan Sampah Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat Total Sumber : Data primer



Frekuensi (n)



Persentase (%) 141



94.0



9 150



6.0 100.0



Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dari 150 responden sebanyak 141 responden atau 94.0 % yang melakukan pengangkutan sampah tidak memenuhi syarat sedangkan 9 responden atau 6.0 % yang melakukan pengangkutan sampah memenuhi syarat. E. Tempat Pembuangan Sementara Berdasarkan hasil penelitian dengan responden sebanyak 150 orang di wilayah kerja puskesmas Lepo-Lepo, maka dapat diketahui Tempat



58



Pembuangan Sementara (TPS), untuk lebih jelasnya mengenai TPS dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut: Tabel 4.18 Tempat Pembuangan Sementara di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2021 No 1. 2.



Tempat Pembuangan Sampah Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat Total Sumber : Data primer



Frekuensi (n)



Persentase (%) 145



96.7



5 150



3.3 100.0



Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dari 150 responden sebanyak 145 responden atau 96.7 % yang memilliki TPS memenuhi syarat sedangkan sebanyak 5



tidak



responden atau 3.3 % yang



memilliki TPS memenuhi syarat 4.4 Pembahasan Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, menyebutkan bahwa sampah merupakan permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu di lakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat (Joflius Dobiki, 2018). Sedangkan menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak diapakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Despa Wildawati, 2019). Sampah Rumah Tangga Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan seharihari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan



59



sampah spesifik dan dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan. (Muhtar Mochamad Solihin, Pudji Muljono, 2019). Banyaknya volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat akan memicu terjadinya kerusakan lingkungan, yang akhirnya akan mengganggu kenyamanan bagi masyarakat jika tidak ditanggulangi. Untuk itu perlu adanya pengelolaan sampah yang baik agar masyarakat dapat hidup aman dan tentram (Wa Ode Rosnawati, Dr. Bahtiar, 2017) Keberhasilan pengelolaan sampah juga dipengaruhi oleh fasilitas dalam pengelolaan sampah berupa sarana dan prasarana yang tersedia. Hal ini dimungkinkan



karena



sarana



maupun



prasarana



pengelolaan



akan



mempengaruhi secara langsung keberhasilan, dengan sarana dan prasarana yang cukup tersediua tentunya akan mempercepat keberhasilan pengelolaan sampah (Hayat, 2018). Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan keterlibatan masyarakat dalam proses-proses pengelolaan sampah mulai dari diri sendiri, yang dapat dilakukan secara langsung berarti masyarakat aktif menyumbangkan tenaga dalam proses pengelolaan sampah, seperti pemakaian bahan yang masih dapat digunakan untuk mengurangi sampah, memilah sampah, mengangkut ke tempat pembuangan sementara memanfaatkan sampah kembali, dan mengikuti kegiatan kebersihan lingkungan (Ritonga., 2019). Pengelolaan sampah rumah tangga sudah otomatis bahwa sampah tersebut harus dipisah antara organik dan anorganik, sehingga pengadaan alat berupa tong sampah sebagai penunjang pembuangan



60



sampah pada tempatnya harus sudah mencukupi karena sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya (Jumarianta, 2017). Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air, dan tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya. pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat (Hayat, 2018). A. Pemilahan Sampah Pewadahan atau pemilahan adalah tempat sampah sementara sebelum sampah tersebut terkumpul, untuk kemudian diangkut serta dibuang. Penyimpanan atau pewadahan sampah yang bersifat sementara ini sebaiknya disediakan tempat yang berbeda untuk macam atau jenis sampah tertentu. Misalnya sampah basah hendaknya dikumpulkan dengan sampah basah, demikian pula dengan jenis sampah kering, dan lain sebagainya hendaknya ditempatkan secara terpisah (Jailan Sahil, Mimien Henie Irawati Al Muhdar, Fachtur Rohman, 2016). Kegiatan pemilahan sampah adalah kegiatan mengelompokkan dan memisahkan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, atau sifat sampah. Kegiatan pemilahan sampah penting dilakukan dan dapat dimulai di rumah. Hal ini didukung dalam penelitian yang dilakukan oleh



61



Sukerti et al. (2017) yang menunjukkan bahwa pemilahan sampah organik dan anorganik yang dilakukan di tingkat rumah tangga merupakan salah satu bentuk dan partisipasi masyarakat dalam menangani dan mengatasi masalah sampah di lingkungannya (Naila Humaira dan Sriwulan Ferindian Falatehan, 2021). Pemilahan sampah di sumber membantu mengklasifikasikan sampah yang dapat dimanfaatkan, diolah lagi, dan yang tidak bisa dimanfaatkan. Pemilahan di sumber (rumah tangga) akan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan sampah yang bernilai, misalnya botol atau kardus. Masyarakat dapat memisahkan sampah yang masih bisa digunakan dan hanya membuang yang tidak dapat diolah. Sementara itu, untuk mengolah sampah organik Jika sampah organik yang bercampur dengan sampah anorganik akan sulit diuraikan dan dijadikan kompos. Dalam penanganan sampah organik misalnya dengan metode takakura, bentuk dan jenis sampah organik yang dipotong kecil akan mempercepat proses pengomposan. Demikian juga pada sampah anorganik yang sudah dikelompokkan akan memudahkan untuk didaur ulang, karena dalam proses daur ulang semakin sejenis materialnya maka semakin baik hasil keluarannya. Sampah yang tercampur juga akan membuat proses selanjutnya tertunda sehingga menimbulkan bau tidak sedap, mengundang vektor penyakit, dan merusak pemandangan (Elga Andina, 2019. ) Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 70.7% yang tidak memenuhi syarat dalam melakukan pemilahan sampah sedangkan sebanyak 29.3% yang memenuhi syarat dalam pemilahan sampah. Pemilahan sampah



62



di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo dikarenakan masih banyak menggunakan pewadahan dari karung, kardus, ember bekas tanpa tutup yang diletakan di dalam dan di luar rumah. Penggunaan tempat sampah tersebut sudah menjadi kebiasaan masyarakat untuk menampung sampah yang dihasilkan rumah tangga. Penggunaan ember bekas cat yang digunakan masyarakat sebenarnya sudah baik jika memiliki tutup karena anti tusuk, anti air dan tidak akan terkontaminasi oleh fektor penyakit seperti lalat, kecoak serta tikus. Hasil observasi tempat sampah, masyarakat masih menggunakan beberapa wadah diantaranya ember bekas cat dan kardus. Namun, barang lazim yang digunakan masyarakat ini merupakan salah satu barang yang tidak tidak dipakai dan dimanfaatkan sebagai tempat sampah yang sesuai dengan peraturan pengelolaan sampah domestik yang berlaku. Hal menunjukan pemilahan sampah tidak sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga bahwa dalam pemilahan sampah harus menggunkan wadah tertutup, anti bocor atau anti tusuk dan mudah dibersihkan. Masyarakat cenderung enggan memilah sampah yang mereka hasilkan. Selain memakan banyak waktu, memilah sampah dirasa kurang efektif karena masyarakat beranggapan bahwa pada akhirnya sampah akan dibuang secara berasamaan. Olehnya itu, pemilahan sampah dilakukan dengan mencampur segala jenis sampah pada satu tempat yang sama. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jihan Aryani, (2021) yang menunjukan bahwa kondisi sampah yang dibuang masyarakat di Kota Samarinda sudah dalam



63



keadaan dicampur menjadi satu apapun jenis sampahnya. Selain itu, belum tersedianya Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang membedakan antara jenis sampah organik dan non-organik juga menjadi alasan masyarakat tidak memilah sampah sebelum membuangnya ke Tempat Penampungan Sementara. B. Pengumpulan Sampah Pewadahan atau pengumpulan sampah di sumbernya secara individual umumnya ditempatkan dimuka rumah sedangkan komunal umumnya ditempatkan terbuka yang mudah diakses. Sampah yang diwadahi sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Sampah yang di kumpulkan harus sesuai dengan karakteristuik sampah yang dihasilkan dan menggunakan wadah yang berbeda supaya memudahkan dalam proses daur ulang pada tahap pengelolaan sampah berikutnya (Kementerian Pekerjaan Umum, 2019) Penanganan sampah dari tiap-tiap sumber sampah perlu terlebih dahulu diketahui karakteristik dari sampah yang ada sehingga pola penanganan yang dipilih akan lebih tepat dan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Pola pengelolaan sampah dimulai dari tahap pengumpulan di tempat sumber, tahap pengangkutan,



serta



tahap



pembuangan



dan



pemusnahan.



Pewadahan/pengumpulan sampah adalah suatu cara penampungan sebelum dikumpulkan dipindahkan, diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan akhir. Tujuan utama dari pewadahan adalah untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga mengganggu lingkungan dari segi kesehatan, kebersihan dan estetika, memudahkan proses pengumpulan sampah dan tidak membahayakan petugas pengumpul sampah, baik petugas



64



kota maupun dari lingkungan setempat. Kegiatan pewadahan atau penampungan sampah yang harus diperhatikan yaitu jenis sarana wadah yang digunakan, lokasi penempatan sarana pewadahan, kesehatan dan keindahan lingkungan serta metode pengumpulan yang digunakan (Kumala YS, 2017). Pewadahan sampah untuk menghindari sampah yang berserakan serta memudahkan dalam pengumpulan sampah. Pemilahan sampah dengan menggunakan wadah yang terpisah juga akan meningkatkan nilai estetika dan mencegah penyakit yang ditimbulkan. Tempat sampah yang kedap air akan mencegah lindi yang dihasilkan oleh sampah bercecer dan dapat mengundang vektor pembawa penyakit. Wadah sampah selain harus kedap air, juga harus mudah dikosongkan karena untuk memudahkan pengangkutan sampah hingga sampah dapat terbuang secara menyeluruh tanpa meninggalkan sisa yang nantinya akan terjadi pembusukan dan mengudang datangnya vektor atau binatang pengganggu. Selain untuk mencegah datangnya vektor, sampah yang tertutup juga dapat mencegah adanya bau yang tidak sedap dari sampah. Karena bau sampah hanya ada dalam tempat sampah tanpa mengganggu kenyamanan sekitarnya dengan tanpa menutup tempat sampah yang ada (Qurnia Maulani, 2020) Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa sebanyak 70.7% rumah tangga melakukan pengumpulan sampah tidak memenuhi syarat sedangkan sebanyak 29.3% melakukan pengumpulan sampah yang memenuhi syarat. Masyarakat di wilayah kerja puskesmas Lepo-Lepo masih mengabaikan proses pewadahan sampah dibuktikan dengan wadah sampah yang digunakan adalah ember bekas, kardus, karung bekas hingga kantung kresek. Hasil



65



obeservasi menunjukan bahwa sampah-sampah yang dihasilkan seperti sampah plastik dan sisa-sisa makanan disatukan dalam satu wadah. Kurangnya wadah sampah yang digunakan oleh masyarakat sampah organik dan non-organik dicampurkan dalam satu wadah, kertas dan kantong plastik yang dicampurkan dengan sisa-sisa makanan dan bahkan bahan sisa pengolahan makanan yang mudah menghasilkan bau busuk dalam satu wadah menyebabkan kondisi tempat sampah sangat berbau dan sangat mengundang vektor penyakit seperti lalat, kecoak dan tikus serta adanya ulat yang di temukan di tempat sampah. Sampah yang dihasilkan juga terkadang dikumpulkan di tanah atau area lapang kemudian oleh beberapa rumah tangga membakar sampah tersebut hingga menghasilkan sampah lain berupa sisa pembakaran yang dimana menghasilkan karbon yang berbahaya bagi lingkungan. Sisa pembakaran ini juga kadang menghasilkan bau saat musim penghujan akibat sisa pembakaran atau sampah organik yang tidak habis terbakar. Terbatasnya tempat sampah yang dimiliki masyarakat menyebabkan aktivitas ini berlangsung dan menjadi kebiasaan bagi sebagain masyarakat. Tempat sampah yang kerap digunakan diantaranya ember bekas cat, karung, kantung kresek bahkan kardus. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh



(Ramon A, 2017) menunjukan bahwa Rata-rata



masyarakat di kota Bengkulu tidak menggunakan tempat sampah melainkan ember bekas tanpa tutup dan



kantong



plastik untuk menampung



sampahnya yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari. C. Pemanfaatan Kembali Sampah



66



Muradho (1983) mengatakan, bahwa pemanfaatan sampah menjadi suatu produk bernilai ekonomi merupakan aspek yang dihaapkan semua pihak. Akan tetapi di dalam pemanfaatan sampah padat diperlukan teknologi yang tepat sesuai dengan karakteristik sampah yang ada, yang juga membantu mengembangkan lapangan pekerjaan yang pada akhirnya akan mendatangkan penghasilan bagi masyarakat. Sedangkan menurut Hadiwiyoto (1983), bahwa sampah dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam bahan yang berguna tergantung teknologi yang digunakan. Antara lain dapat dibuat sebagai pupuk, bio gas, alkohol dan bahan pakan ternak. (Fitriza Yuliana, 2017). Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa sebanyak 92.0% yang tidak melakukan pemanfaatan kembali sampah dalam kategori buruk sedangkan 8.0% yang melakukan pemanfaatan kembali sampah dalam kategori baik. Hasil observasi menunjukan kebanyakan masyarakat diwilayah kerja puskesmas Lepo-lepo sangat mengabaikan proses pemanfaatan kembali sampah plastik yang dihasilkan, karena keterbatasan waktu atau tidak adanya kesempatan serta pengetahuan tentang kreaktifitas dalam pengelolaan sampah plastik. Terkait pemanfaatan kembali sampah bagi masyarakat di wilayah kerja puskesmas Lepo-Lepo masih sangat sedikit hal ini dipengaruhi oleh vaktor ketidaktahuan untuk berkreasi dalam hal mengembangkan kerajinan dari sampah atau pemanfaatan sampah organik menjadi pupuk kompos. Salah satu upaya pemanfaatan sampah yang dilakukan masyarakat diantaranya menggunakan plastik sebagai bahan menyulut api atau dikumpulkan untuk dijual ke pengepul.



67



Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Rahmawati Sulistiyorini, Rudi Saprudin Darwis, (2017) menunjuikan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam melakukan pemanfaatan sampah di lingkungan Margaluyu Kelurahan Cicurug adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari kesadaran warga untuk melaksanakan usaha pemilahan sampah, dan dalam pembuatan produk daur ulang dari sampah. Disamping itu berkembangnya swadaya masyarakat yang cukup berhasil, termasuk usaha untuk mengelola sampah dan kebersihan di lingkungannya (Nur Rahmawati Sulistiyorini, Rudi Saprudin Darwis, 2017).



D. Pengangkutan sampah Pengangkutan sampah adalah sub-sistem yang bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju tempat pemrosesan akhir atau TPA. Pengangkutan sampah merupakan salah satu komponen penting dan membutuhkan perhitungan yang cukup teliti dengan sasaran mengoptimalkan waktu angkut yang diperlukan. Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah minimal dengan jaring (Rosmin, 2019) Manajemen sampah dari sumber sampah merupakan upaya yang dilakukan mengurangi timbulan sampah untuk mencegah adanya vektor penyakit, lingkungan kumuh, menjaga lingkungan agar tidak berbau dan gangguan estetika lainnya (Jumarianta, 2017). Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah ke tempat pembuangan akhir.



68



Berhasil tidaknya penanganan sampah juga tergantung pada sistem pengangkutan yang diterapkan. Pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truck container tertentu yang dilengkapi alat pengepres, sehingga sampah dapat dipadatkan 2-4 kali lipat (Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko, 2002:29). Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 94.0% yang melakukan pengangkutan sampah tidak memenuhi syarat sedangkan 6.0% yang melakukan pengangkutan sampah memenuhi syarat. Pembuangan sampah di TPS dilakukan tak terjadwal dari pemerintah. Masyarakat membuang sampah di TPS Ketika wadah sampah seperti ember atau karung bekas penuh maka masyarakat akan membuang sampah tersebut ke TPS terdekat. Proses pengangkutan sampah dari rumah warga ke TPS dilakukan masing-masing rumah sebagai penghasil sampah. Ketika sampah penuh langsung diangkut kemudian di buang ke TPS. Wadah yang digunakan untuk mengumpul



dan



mengangkut



sampah



sangat



jarang



di



bersihkan,



menyebabkan tempat sampah berulat sehingga menimbulkan bau yang kurang mnyenangkan proses pengangkutan juga dilakukan dengan wadah uang tidak tertutup sehingga kerap kali sampah yang diangkut ke TPS terdekat tercecer di jalan dan meruskan estetika serta mencemari sekitar. Hal ini memangtidak dirasa krusial karena dianggap dapat segera diatasi dengan memungutinya kembali. Namun, hal ini tidak sesua dengan standar pengakutan sampah yang ditetapkan pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yang



69



didalamnya menyatakan bahwa pihak penghasil sampah harus mampu menyediakan alat angkut sampah termasuk untuk sampah terpilah yang tidak mencemari lingkungan. Peran dari masyarakat turut mempengaruhi dalam menangani masalah sampah, masyarakat dituntut untuk memiliki kesadaran dan sifat peduli dalam menangani masalah sampah dan menjaga lingkungan sebagai tempat bernaung dan berlindung. Namun, di salah satu kelurahan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo pengelolaan sampahnya cukup baik. Terutama di bagian pengangkutan. Sebab, sampah-sampah yang terdapat di rumah masyarakat akan diangkut menggunakan gerobak yang akan berkeliling kerumah-rumah. Dimana hal ini merupakan program strategis dalam pengelolaan sampah di tengah masyarakat. Antusias masyarakat dalam mengangkut sampahnya juga sangat luar biasa. Dimana pada saat penelitian berlangsung terlihat banyak masyarakat yang tengah membuang sampah pada sore hari. Ada yang menggunakan gerobak dorong, diangkut menggunakan motor maupun diangkut dengan wadah kantung plastik. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jihan Aryani (2021) yang menunjukan bahwa rata-rata masyarakat telah memahami aturan terkait jam-jam dalam proses pengumpulam sampah ke TPS. Masyarakat di Kota Samarinda yang hendak membuang sampah atau mengumpulkan sampah cenderung dilakukan pada malam hari setelah jam 18.00 Wita. Sampah di buang setelah 2/3 bagian telah terisi. E. Tempat Penampungan Sementara



70



Tempat Penampungan Sementara merupakan fasilitas yang terletak dekat dengan daerah perumahan atau komersial, TPS digunakan untuk menerima dan menampung sampai dari kendaraan pengumpul hingga dapat dipindahkan ke kendaraan transfer yang lebih besar untuk dibuang ke TPA. TPS beberapa memiliki keunggulan lingkungan karena penggunaan TPS memungkinkan menghindari sampah-sampah yang berserakan dilingkungan sekitar sehingga lingkungan tetap bersih dari sampah (Rosnawati, W, 2017) Terciptanya lingkungan yang sehat salah satu syaratnya adalah memiliki manajemen sampah yang baik. Pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya membuat lingkungan menjadi kotor, dan tidak teratur. Tempat penampungan sampah (TPS) sementara yang memadai akan meminimalisir dampak-dampak lingkungan tersebut. Dalam memilih lokasi tempat sampah sementara sebaiknya meliputi evaluasi terhadap beberapa variabel yaitu jarak terhadap jalan utama, jarak terhadap sungai, dan buffering di sekeliling tempat penampungan sampah (TPS) sementara (Basriyanta, 2016). Persyaratan kesehatan pengolahan sampah dan penampungan sampah sementara, dengan ketentuan tidak terlihat kotor, jorok, bau, dan jauh dari sumber penyakit bagi pemukiman sekitarnya, lokasi harus strategis untuk pengangkutan sampah dan tidak merusak keindahan kota, serta lokasi tidak mengganggu pengguna jalan (Basriyanta, 2016) Penyediaan Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang memadai sangat diperlukan untuk tempat menampung sampah, jika tidak suatu daerah akan mengalami masalah yang serius. Masalah sampah apabila tidak cepat ditangani secara benar, tidak menutup kemungkinan suatu daerah lama-



71



kelamaan akan tenggelam dalam timbunan dan tumpukan sampah 3 bersamaan dengan segala dampak negatif yang ditimbulkannya seperti pencemaran air, udara, tanah, dan penyebaran sumber penyakit. Dalam menyediakan dan membangun tempat penampungan sampah (TPS) sementara diperlukan kriteria persyaratan fisik maupun persyaratan sosial ekonomi agar keberadaannya tidak membahayakan dan aman bagi lingkungan sekitar (Basriyanta, 2016) Peran Tempat penampungan Sampah (TPS) Sementara sangat penting bagi masyarakat maupun bagi pemerintah dalam menjaga kebersihan lingkungan karena sebelum sampah dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), maka terlebih dahulu diangkut ke tempat penampungan sampah (TPS) sementara, sehingga memudahkan masyarakat untuk membuang sampah. Ketersediaan tempat penampungan sampah (TPS) sementara di setiap daerah baik desa, kecamatan, maupun kota/kabupaten sangat diperlukan untuk membantu penanganan masalah sampah. (Basriyanta, 2016) Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa sebanyak 96.7% yang memilliki TPS



tidak memenuhi syarat sedangkan sebanyak 3.3% yang



memilliki TPS memenuhi syarat. Hasil obeserasi menunjukan bahwa kondisi TPS yang ada diwilayah kerja puskesmas Lepo-Lepo sangat buruk hal ini sangat terlihat jelas dengan keadaaan yang sangat kumuh, berbau, tanpa penutup, lantai tidak kedap air dan banyak sampah yang sangat berhamburan di luar TPS. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh



(Muchammad Zamzami Elamin, Kartika Nuril Ilmi, Tsimaratut



72



Tahrirah, Yudhi Ahmad Zarnuzi, 2018) menunjukan bahwa dalam pengelolaan sampah di desa Disanah Kecamatan Sreseh Kabupaten Sampamg dari segi fasilitas masih sangat kurang yaitu TPS sehingga berdampak pada estetika yaitu lingkungan kumuh, sampah berhamburan dan sangat berbau.



F. Keterbatasan Dalam Penelitian Penelitian kali ini dilakukan pada masa pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia bahkan Indonesia hingga dirasakan pada lokasi penelitian. Hal ini merupakan salah satu keterbatasan dalam melakukan penelitian. Dimana semua serba menjaga jarak, mengurangi interaksi hingga untuk bertemu orang lainpun telah diatur dan dibatasi oleh pemerintah. Sehingga penelitian ini menjadi sedikit terhambat dan kesulitan untuk bertemu responden. Hal ini juga dikarenakan wilayah kerja Puskesmas LepoLepo merupakan salah satu wilayah dengan kasus konfirmasi Covid-19 yang cukup tingga untuk Kota Kendari. Keterbatasan lainnya diantaranya kurangnya sifat kooperatif masyarakat. Namun hal ini dapat dimaklumi mengingat kondisi yang masih belum stabil.



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pengelolaan sampah domestik pada masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari tahun 2021 terkait dengan proses pengelolaan sampah domestik meliputi beberapa tahap



yaitu



pemilahan,



pewadahan/pengumpulan,



pengangkutan dan TPS sehingga dalam



pemanfaatan



kembali,



pengelolaan sampah domestik dapat



ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.



Dalam proses



pemilahan dan pewadahan sampah di wilayah kerja



puskesmas Lepo-Lepo, masih banyak masyarkat



yang menggunakan



pewadahan dari karung, kardus, ember bekas tanpa tutup yang diletakan di dalam dan di luar rumah. 2.



Masyarakat di wilayah kerja puskesmas Lepo-Lepo masih mengabaikan proses



pewadahan sampah dibuktikan dengan wadah sampah yang



digunakan adalah ember dan karung bekas yang mudah sobek dan tidak anti air. 3.



Masyarakat diwilayah kerja puskesmas Lepo-lepo masih mengabaikan proses pemanfaatan kembali sampah plastik yang dihasilkan, karena keterbatasan waktu



atau tidak adanya kesempatan serta pengetahuan



tentang kreaktifitas dalam pengelolaan sampah plastik. 4.



Pembuangan sampah di TPS dilakukan tak terjadwal dari pemerintah, masyarakat membuang sampah di TPS Ketika wadah sampah seperti



73



74



ember atau karung bekas penuh maka masyarakat langsung membuang sampah tersebut ke TPS terdekat. 5.



Hasil obeserasi menunjukan bahwa kondisi TPS yang ada diwilayah kerja puskesmas Lepo-Lepo masih kurang memadai. Hal ini sangat terlihat jelas dengan keadaaan yang sangat kumuh, berbau, tanpa penutup, lantai tidak kedap air dan banyak sampah yang sangat berhamburan di luar TPS.



5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : Khusus Untuk Puskesmas : Memberikan edukasi tentang lingkungan sehat dan dampak lingkungan kumuh pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas Lepo-lepo. Khusus Untuk Pemerintah Kelurahan : Membuat peraturan larangan membuang sampah sembarangan dan menyediakan fasilitas pembuangan sampah sementara sesuai aturan kesehatan



DAFTAR PUSTAKA Aryani, Jihan., (2021). Studi Tentang Penanganan Sampah Oleh Dinas Lingkungan Hidup Di Kota Samarinda. Administrasi Publik, 9(1). Basriyanta. (2016). Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Riset, 2(1). Dinas Lingkungan Hidup, 2020. Profil Dinas Lingkuingan Hidup Kota Kendari Despa Wildawati, E. H. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat Di Kawasan Bank Sampah. Human Care, 4(3), 149–158. Dobiki, J., (2018). Analisis Ketersedian Prasarana Persampahan Di Pulau Kumo Dan Pulau Kakara Di Kabupaten Halmahera Utara. Spasial, 5(2) Ernayanti C., 2020. Pengelolaan bank sampah untuk kesejahteraan Masyarakat Dliko Sari Kelurahan blotongan kecamatan sidorejo Kota salatiga. [Skripsi]. Hlm 1-160 Elamin, Muchammad Zamzami et. at., (2018). ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA DISANAH KECAMATAN SRESEH KABUPATEN SAMPANG. Kesehatan Lingkungan, 10(4).\ Elga Andina, 2019. Analisis Perilaku Pemilahan Sampah di Kota Surabaya. Jurnal Masalah-Masalah Sosial. Volume 10, No. 2 Farida, I. (2010). Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif (D. P. FISIPO (ed.)). Universitas Sang Bumi Ruwa Jura. Fitriza Yuliana, S. H. (2017). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Pemukiman Pada Kecamatan Tungkil Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat. J. Ilmu Lingkungan, 15(2), 96–111. Ghassani C. A., 2019. Gambaran Sanitasi Dasar Di Desa Payaman, Kabupaten Bojonegoro. Kesehatan Lingkungan, ISSN: 1829 – 7285, E-ISSN: 2040 881X, Vol. 11 No. 2, DOI: 10.20473/jkl.v11i2.2019.83-90 Hasbullah, 2017. Analisis Pengelolaan Sampah Di Kota Subulussalam. Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No. 2 Juni 2019 – Nopember 2019 Humaizah, Siti. 2020. Kehidupan Sosial Ekonomi Pemulung di Tempat Pembuangan Ahir (TPA) Kelurahan Sitimulyo Piyungan Bantul Yogyakarta. Islamic Management and Empowerment Journal. 2(1) Husnu. (2020). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. CV.Pustaka Ilmu Group. 75



76



Hayat, H. Z. (2018). Model Inovasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. 2(2), 131–141. Humaira, N., dan Falatehan, S. F., (2021). ANALISIS PERILAKU PEMILAHAN SAMPAH BERDASARKAN THEORY OFPLANNED BEHAVIOR SELAMA PANDEMI COVID-19 (Kasus : Bank Sampah Asri Mandiri, Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor) Masyarakat. Sains Komunikasi Dan Pengembangan, 5(1). Jumarianta. (2017). Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Penelitian Di Desa Karang Intan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar jurnal. As Siyasah, 2(2). Kumala YS, P. E. (2017). Kondisi Sanitasi dan Kepadatan Lalat Kantin Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu. J of Health Edu, 2(1), 101–106. Kristiani, L., dan A. (2012). Teknik Focus Group Discussion Dalam Penelitian Kualitatif. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (K. K. RI (ed.)). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian Pekerjaan Umum. (2010). Modul Pengolahan Sampah Berbasis 3R. Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum Lexy J. Moeloeng. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Kualitatif. PT Rosdakarya. Mulasari A., Heru H. A., & Muhadjir N. (2016) Analisis Situasi Permasalahan Sampah Kota Yogyakarta dan Kebijakan Penanggulangannya. Jurnal Kesehatan Masyarakat volume 11 nomor 2. dx.doi.org/10.15294/kemas.vllil.3521 Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta :Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2013). Promosi Kesehatan Global. Jakarta :Rineka Cipta. Notoatmodjo S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta. Notoatmojo, S., (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Prihartanto. 2020. Perkiraan Timbulan Limbah Medis Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Dari Rumah Sakit Penanganan Pasien Covid-19. Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 15, No. 1, Juni 2020



77



Putri A. D., Setiawina N. D,. 2013. PENGARUH UMUR, PENDIDIKAN, PEKERJAAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA MISKIN DI DESA BEBANDEM. EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS UDAYANA Vol. 2, No. 4 Qurnia Maulani, W. N. F. (2020). Pengelolaan Sampah Rumah Susun Sederhana Sewa Baleendah, Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Kesehatan Lingkungan, 12(2). Rozak, Abdul. 2014. Peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam Pemberdayaan Perekonomian Nasabah. Skripsi S1 Ekonomi Syariah. Rusdin Rauf, 2016. Gambaran Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kabupaten Kudus Tahun 2016: Studi Ehra I. Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 1, No. 2, Hlm 1-14 Rosmin, 2019. Gambaran Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Desa Karumbu Kecamatan Langgudu. Skripsi. Hlm 1-49 Ramon A, A. A. (2017). Karakteristik Penanganan Sampah Rumah Tangga di Kota Bengkulu. Masyarakat Andalas., 10(1), 24–31. Ritonga., R. F. (2019). Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga untuk Meningkatkan Pendapatan Keluarga. Official Online Jurnal, 8(2). Rosnawati, W., Bahtiar, D. H. A. (2017). Pengelolaan Sampah Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Masyarakat Pemukiman Atas Laut Di Kecamatan Kota Ternate. JURNAL TECHNO, 6(2). Regita S. G., 2019. Analisis Timbulan Sampah Di Keluarahan Singkil Satukecamatan Singkil Kota Manado Tahun 2019 Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 5, Juli 2019 Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitaf, Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta, CV. Sugiyanti, Dina. 2013. Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Limbah Kulit Udang Sebagai Alternatif Pupuk Organik Alami Ramah Lingkungan untuk Meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat di Daerah Tambak Lorok,Kelurahan Tanjung Mas, Semarang. Semarang: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Sumantri A, 2015, Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitaf, Kualitatif dan R & D. Bandung:



78



Alfabeta. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, CV. Sri S. A., 2020. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Lingkungan Global. Vol. XII, No. 13/I/Puslit/Juli/2020 Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Sahil, Jailan. et. al., (2016). Sistem Pengelolaan dan Upaya Penanggulangan Sampah Di Kelurahan Dufa- Dufa Kota. Ternate Jurnal BIOeduKASI, 4(2). Solihin, M. M., Muljono, P., D. S. (2019). Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah melalui Bank Sampah di Desa Ragajaya, Bojonggede Bogor Jawa. Ilmu Lingkungan, 17(3), 388–398. Sulistiyorini, N. R., Darwis, R. S., & A. S. G. (2017). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI LINGKUNGAN MARGALUYU KELURAHAN CICURUG. Ilmu Lingkungan, 5(1). Santika, I G. P. N. A., 2015. HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN UMUR TERHADAP DAYA TAHAN UMUM (KARDIOVASKULER) MAHASISWA PUTRA SEMESTER II KELAS A FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN IKIP PGRI BALI. Pendidikan Kesehatan Rekreasi. Vol 1 No 1. Hal. 42 – 47 Suhardjo. 2007. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara Taufiqurrahman, 2018. Optimalisasi Pengelolaan Sampah Berdasarkan Timbulan Dan Karakteristik Sampah Di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang, Hlm 1127 Tarigan. (2006). Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Umar, H. (2013). Metode penelitian untuk skripsi dan tesis. Jakarta: Rajawali. Zamili M. (2015). MENGHINDAR DARI BIAS: Praktik Triangulasi DanKesahihan Riset Kualitatif. 7(2), 1–23.



79



LAMPIRAN



80



Lampiran 1. Lembar Kuisioner KUISIONER PENELITIAN GAMBARAN PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI TAHUN 2021 I



Identitas Responden 1. Nama



:



2. Jenis kelamin



:



3. Umur



:



4. Alamat



:



5. Pendidikan



:



6. Pekerjaan



:



7. Kesediaan responden



:



Paraf...........................



Petunjuk Jawaban Istilah pertanyaan dibawah ini dengan tanda silang ( X ) sesusai dengan kondisi yang sebenarnya. A. Pemilahan/pewadahan 1. Apakah bapak/ibu mengetahui pengelohan sampah yang baik dan benar ? a. Ya b. Tidak 2. Apakah wadah sampah domestik terpisah antara organik dan nonorganik ? a. Ya b. Tidak 3. Apakah wadah penampung sampah kuat, tahan karat, kedap air, memiliki tutup rapat, tahan terhadap benda tajam dan runcing ? a. Ya



81



b. Tidak 4. Menurut bapak/ibu perlukah kita melakukan pemihan sampah ? a. Ya b. Tidak 5. Apakah sebelum membuang sampah bapak/ibu melakukan pemilahan berdasarkan jenis sampah ? a. Ya b. Tidak 6. Apakah bapak/ibu memisahkan sampah organik dan non-organik pada tempat yang berbeda ? a. Ya b. Tidak 7. Apakah seluruh anggota di dalam rumah melakukan pemilahan sampah berdasarkan jenisnya ? a. Ya b. Tidak B. Pengumpulan 1. Apakah bapak/ibu wadah penampung sampah dilapisi dengan kantong plastik ? a. Ya b. Tidak 2. Apakah bapak/ibu menyediakan tempat sampah ? a. Ya b. Tidak



82



3. Apakah bapak/ibu menyediakan tempat sampah yang tertutup ? a. Ya b. Tidak 4. Apakah bapak/ibu menyediakan tetap sampah yang kedap air ? a. Ya b. Tidak 5. Apakah bapak/ibu menyediakan tempat sampah organic dan nonorganik ? a. Ya b. Tidak C. Pemanfaatan Kembali 1. Apakah bapak/ibu memanfaatkan kembali sampah atau barang-barang bekas yang dihasilkan? a. Ya b. Tidak 2. Apakah bapak/ibu menggunakan kembali masker kain



yang telah



digunakan melalui proses pencucian ? a. Ya b. Tidak



3. Apakah bapak/ibu menggunakan kaleng bekas sebagai pot tanaman atau pot bunga ? a. Ya b. Tidak



83



4. Apakah bapak/ibu sering melakukan kerajinan dari sampah plastik ? a. Ya b. Tidak 5. Apakah bapak/ibu sering membuat kerajinan seperti hiasan dinding dari plastik gelas mineral atau sejenisnya ? a. Ya b. Tidak D. Pengangkutan 1.



Apakah pengangkutan sampah dilakukan setiap hari atau sehari jika 2/3 bagian telah terisi ? a. Ya b. Tidak



2.



Apakah bapak/ibu menyediakan tempat pengangkut sampah kedap air, anti tusuk dan anti bocor ? a. Ya b. Tidak



3.



Apakah ada jadwal pembuangan sampah yang di tetapkan pemerintah setempat ? a. Ya b. Tidak



4.



Apakah bapak/ibu membuang sampah lebih dari satu kali dalam sehari ? a. Ya b. Tidak



84



5.



Apakah ada TPS yang sediakan oleh pemerintah setempat untuk pembuangan sampah sementara ? a. Ya b. Tidak



6.



Apakah ada Tempat Pembuangan Sampah Sementara ? a. Ya b. Tidak



7.



Apakah TPS yang disediakan oleh pemerintah jauh dari rumah bapak/ibu ? a. Ya b. Tidak



E. Tempat Penampungan Sementara 1. Apakah bapak/ibu membuang sampah ke TPS ? a. Ya b. Tidak 2. Apakah bapak/ibu sering membakar sampah ? a. Ya b. Tidak 3. Apakah lokasi TPS jauh dari rumah bapak/ibu? a. Ya b. Tidak 4. Apakah bapak/ibu kesulitan menjangkau TPS yang disediakan oleh pemerintah setempat ? a. Ya



85



b. Tidak 5. Apakah lantai dan dinding TPS kedap air ? a. Ya b. Tidak 6. Apakah TPS memiliki penutup agar tidak terkontaminasi oleh vektor penyakit ? a. Ya b. Tidak 7. Apakah TPS terdiri dari dua tempat yaitu organik dan non-organik ? a. Ya b. Tidak 8. Apakah TPS menimbulkan lingkungan kumuh sehingga banyak vektor penyakit seperti tikus, lalat dan kecoak ? a. Ya b. Tidak (Sumber : Kemenkes, 2020



86



Lampiran 2. Pedoman Check list pelaksanaan prosedur pengelolaan sampah domestik CHECK LIST PELAKSANAAN PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK Tanggal Pengambilan data Nama Kepala Keluarga Kelurahan No



Tahap



1



Pemilahan/ pewadahan



2



Pengumpulan



: : : Syarat



1. Sampah domestik dimasukkan ke dalam wadah/bin yang dilapisi kantong plastik berdasarkan jenisnya 2. Setelah ¾ penuh atau paling lama 12 jam, sampah domestik dikemas dan diikat rapat. 1. Sampah domestik yang telah diikat setiap 24 jam harus diangkut dan disimpan pada TPS 2. Pengumpulan sampah domestik dilakukan dengan menggunakan wadah tertutup, anti air dan anti tusuk 3. Sampah domestik yang telah diikat setiap 12 jam di dalam wadah/bin harus diangkut dan disimpan pada TPS 4. Pada TPS sampah domestik kemasan sampah dilakukan disinfeksi dengan menyemprotkan disinfektan (sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan) pada plastik sampah yang telah terikat 5. Setelah selesai digunakan, wadah/bin didisinfeksi dengan disinfektan



Pemenuhan Syarat Keterangan Ya Tidak



87



seperti klorin 0,5%, lysol, karbol, dan lain-lain 6. domestik padat yang telah diikat, dilakukan disinfeksi menggunakan disinfektan berbasis klorin konsentrasi 0,5% bila akan diangkut ke pengolah 3 Pemanfaatan 1. Sampah plastik terlebih Kembali dahulu dipilah untuk dimanfaatkan kembali 2. Sampah plastik dibuat sebagai pot bunga atau tanaman atau hiasan dinding atau tempattempat lainnya. 4 Pengangkutan 1. Pengangkutan sampah domestik dilakukan dengan menggunakan wadah tertutup, anti air dan anti tusuk 2. Petugas pengangkut yang telah selesai bekerja melepas APD dan segera mandi dengan menggunakan sabun antiseptik dan air mengalir 5 TPS 1. Lokasi Tps Mudah Dijangkau Oleh Masyarakat 2. Lantai Dan Dinding Kedap Air 3. Tidak Menimbulkan Lingkungan Kumuh 4. Tersedia Tempat Sampah Sementara Organik Dan Non Organic 5. Tempat sampah terdapat penutup agar tidak mudah terkontaminasi oleh vektor penyakit (Sumber : Kemenkes, 2020



88



Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian



Proses wawancara bersama responden



89



Gambar tempat sampah di rumah masyarakat



90



TPS di sekitar perumahan masyarakat



91



Alat angkut sampah yang digunakan masyarakat



Kegiatan membuang sampah di TPS oleh masyarakat



92



Lampiran 3. Administrasi Penelitian



Surat izin penelitian ke Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Kendari



93



Surat izin penelitian yang diterbitkan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Kendari



94



Surat izin penelitian yang dari Dinas Kesehatan Kota Kendari



95



Surat keterangan Telah Melakukan Penelitian