Skripsi Anggun Oktarina Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA DALAM MENJAGA SANITASI LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2021



SKRIPSI Disusun Oleh ANGGUN OKTARINA 142012017006



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN 2021



HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA DALAM MENJAGA SANITASI LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2021



LaporanTugasAkhir Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Oleh : ANGGUN OKTARINA 142012017006



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU (UMPRI) FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN 2021



HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA DALAM MENJAGA SANITASI LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2021



Anggun Oktarina 99 halaman + 5 lampiran + 6 tabel + 2 bagan



ABSTRAK Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah). ISPA dipengaruhi oleh kurangnya perilaku keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik terhadap kesehatan sehingga menyebabkan berbagai gangguan kesehatan sepertihalnya ISPA.Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan perilaku keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian ISPA pada balita diwilayah kerja Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus. Metode penelitian ini menggunakan desain survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi 221 didapat 76 sampel dengan tehnik simple random sampling. Instrumen yang dipakai kuesioner perilaku keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik dan ISPA. Analisis data yang menggunakan uji chi square. Hasil penelitian diketahui bahwa perilaku keluarga menjaga sanitasi lingkungan dengan baik (64,5%), dan mengalami ISPA (50%). Diketahui ada hubungan perilaku keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p-value = 0.002 < 0.05. Diharapkan keluarga dapat memanagement lingkungan fisik dengan cara rutin membersihkan rumah, mengepel lantai, membuang sarang laba-laba 1 kali seminggu, membuka ventilasi dan menjauhkan balita dari paparan asap rokok dan pembakaran, serta mampu melakukan modifikasi lingkungan fisik rumah atau menjaga agar tetap bersih dari berbagai polusi, sehingga kejadian ISPA pada balita tidak terulang.



Kata Kunci : Perilaku Keluarga, Sanitasi Lingkungan Fisik, ISPA, Balita Referensi : 32 (2010-2020)



THE RELATIONSHIP OF FAMILY BEHAVIOR IN MAINTAINING SANITATION OF THE PHYSICAL ENVIRONMENT WITH THE EVENT OF ARI ON CHILDREN IN THE WORKING AREA OF PULAU PANGGUNG PUBLIC HEALTH CENTER, TANGGAMUS REGENCY IN 2021



Anggun Oktarina 99 pages + 5 appendices + 6 tables + 2 charts ABSTRACT Acute Respiratory Infection (ARI) is caused by microorganisms and attacks one part of the respiratory tract from the nose (upper tract) to the alveoli (lower tract). ARI is influenced by the lack of family behavior in maintaining physical environmental sanitation on health, causing various health problems such as ARI. This research method uses an analytical survey design with a cross sectional approach. Total population of 221 obtained 76 samples with simple random sampling technique. The instrument used was a questionnaire on family behavior in maintaining physical environment sanitation and ARI. Data analysis using chi square test. The results showed that the behavior of the family to maintain environmental sanitation well (64.5%), and experienced ARI (50%). It is known that there is a relationship between family behavior in maintaining physical environmental sanitation with the incidence of ARI in children under five with p-value = 0.002 < 0.05. It is expected that families can manage the physical environment by routinely cleaning the house, mopping floors, removing cobwebs once a week, opening ventilation and keeping toddlers away from exposure to cigarette smoke and burning, as well as being able to modify the physical environment of the house or keep it clean from various pollution, so that the incidence of ARI in toddlers does not recur.



Keywords : Family Behavior, Physical Environment Sanitation, ARI, Toddler Reference : 32 (2010-2020)



PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI Skripsi



Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dihadapan tim penguji skripsi Judul Skripsi



: Hubungan Perilaku Keluarga Dalam Menjaga Sanitasi Lingkungan Fisik Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus Tahun 2021



Nama Mahasiswa : Anggun Oktarina NIM



: 142012017006



MENYETUJUI Pembimbing I



Pembimbing II



Ns. Marlinda, M.Kep., Sp.Kep.,Mat. NBM: 909729



Ns. Desi Ari Madi Yanti, M.kep., Sp. Kep. Mat



PENGESAHAN SKRIPSI



NBM :1017462



HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA DALAM MENJAGA SANITASI LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2021 Skripsi oleh Anggun Oktarina ini telah diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi dan dinyatakan Lulus pada tanggal : 2021



MENGESAHKAN Tim Penguji : Penguji I : Ns. Marlinda, M.Kep., Sp.Kep.,Mat.



Penguji II



(…………………….) NBM: 909729



: Ns. Desi Ari Madi Yanti, M.kep., Sp. Kep. Mat



(…………………….)



NBM. 115636 Penguji III



: Ns. Arena Lestari, M.Kep.,Sp. J



(…………………….) NBM : 965246



Ketua Prodi



Ns. Desi Ari Madi Yanti, M.kep., Sp. Kep. Mat NBM :1017462 Mengetahui, Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung



Elmi Nuryati, M.Epid NBM : 927 024



SURAT PERNYATAAN



Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama



: Anggun Oktarina



NIM



: 142012017006



Program Studi



: S1 Ilmu Keperawatan



Menyatakan semua yang saya tulis dalam skripsi ini sesuai dengan sumbersumber



aslinya



dan



penulisanya



mengikuti



kaidah-kaidah



penulisan



ilmiah.Jika dikemudian hari diketahui skripsi ini plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan yang berlaku.



Pringsewu,



2021



Penulis



ANGGUN OKTARINA



PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK



Sebagai civitas akademik Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung, saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama



: ANGGUN OKTARINA



NIM



: 142012017006



Program Studi



: S1 Ilmu Keperawatan



Jenis Karya



: Skripsi



Guna pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan, menyetujui memberikan kepada Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung tanpa menuntut ganti rugi berupa materi atas karya ilmiah saya yang berjudul: HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA DALAM MENJAGA SANITASI LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2021 Dengan pernyataan ini Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung berhak menyimpan, mengalihmediakan dalam bentuk format yang lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak atas karya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di



: Pringsewu



Pada tanggal :



2021



Yang menyatakan



ANGGUN OKTARINA



MOTTO



“Life is riding a bicycle to keep uour balance, uou must keep moving” (Albert Einsten)



RIWAYAT HIDUP PENULIS



Penulis lahir di Air Bakoman pada tanggal 26 Agustus 1997 Penulis merupakan anak ke Dua dari pasangan Bapak Oktaria dan Ibu Ati Listari Pendidikan yang pernah penulis tempuh adalah : 1. Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Air Bakoman lulus Tahun 2008. 2. Sekolah Madrasah Tsanawiah (Mts) Air Bakoman lulus Tahun 2012. 3. Sekolah Menengah Atas (SMAN) 12 Bandar Lampung lulus Tahun 2014. 4. Tahun 2017 kuliah di Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan sampai dengan sekarang. 5. Email



: [email protected]



PERSEMBAHAN



Skripsi ini saya persembahkan kepada : 1. Kepada orang tua tercinta yang tak pernah henti mendoakan, mencurahkan cinta, kasih sayang dan selalu berusaha untuk menyediakan apa yang dibutuhkan demi keberhasilan, selalu memberikan semangat serta



motivasi



dan



nasehat



kepada



saya



sehingga



saya



dapat



menyelesaikan skripsi ini. 2. Ns. Marlinda, M.Kep., Sp.Kep.,Mat, selaku pembimbing I dan dosen yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan dan motivasi sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. 3. Ns. Desi Ari Madi Yanti, M.kep., Sp. Kep. Mat selaku pembimbing II dan dosen yang selalu sabar



dalam memberikan bimbingan dan motivasi



sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. 4. Ns. Arena Lestari, M.Kep.,Sp. J Selaku penguji utama yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan setelah siding hasil skripsi sampai dengan selesai. 5. Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu yang memberikan banyak ilmu serta pelajaran yang sangat berharga kepada penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu. 6. Rekan-rekan Mahasiswa/Mahasisiwi seperjuangan S1 Ilmu Keperawatan yang selalu membantu dan memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Almamater Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu yang sangat saya cintai.



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian dengan judul: ”HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA DALAM MENJAGA SANITASI LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2021”. Dapat penulis selesaikan guna memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana keperawatan pada program studi keperawatan. Dalam proses penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapakan terimakasih kepada : 1. Drs. H. Wanawir Am, M.M, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung 2. Elmi Nuryati, M.Epid, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung 3. Ns. Desi Ari MadiYati, M.Kep., Sp.Kep.Mat, selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan dan selaku pembimbing II dan dosen yang selalu sabar



dalam memberikan bimbingan dan motivasi sampai dengan



selesainya penulisan skripsi ini. 4. Ns. Marlinda, M.Kep., Sp.Kep.,Mat, selaku pembimbing I dan dosen yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan dan motivasi sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. 5. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu yang telah membekali ilmu selama penulis kuliah di Fakultas Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu. 6. Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan, do’a, semangat serta dukungan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Teman-teman



seperjuangan



Fakultas



Kesehatan



Universitas



Muhammadiyah Pringsewu Prodi S1 Keperawatan yang senantiasa memberikan semangat dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan tentang kondisi kesehatan dan penyakit saat ini menunjukkan bahwa salah satu faktor terjadinya wabah dan penyakit yaitu faktor lingkungan



yang sangat berperan penting dalam terjadinya wabah dalam suatu penyakit (Nuryati, 2018). Lingkungan dan manusia saling timbal balik dan sering terjadi berbagai gangguan kesehatan terutama masalah sistem pernafasan, salah satu penyakit pernafasan yang berhubungan dengan rendahnya sarana lingkungan yang tidak memenuhi kriteria syarat adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) (Yuliya & Intan, 2015). Berdasarkan



data



World



Health



Organization



(WHO)



tahun



2019,



menginformasikan bahwa kasus ISPA pada anak secara global insiden diperkirakan 0,29 siklus dinegara berkembang dan 0,05 siklus di negara maju. Hal ini menunjukan bahwa kejadian ISPA pada anak terdapat 156 juta siklus dimana 151 juta siklus terjadi dinegara berkembang. Kasus tertinggi didunia penyakit ISPA pada anak yaitu India 43 juta, China 21 juta dan Pakistan 10 juta, sedangkan Indonesia, Bangladesh, Nigeria masingmasing 6 juta episode pertahun, dari semua kasus kejadian ISPA pada anak 713% diantaranya merupakan ISPA berat. Sedangkan di Indonesia kasus ISPA berdasarkan Riskesdas tahun 2018 sebesar 32,10% dengan provinsi tertinggi kasus ISPA pada balita yaitu NTT 41,7%, Papua 31,1%, Aceh 30%, NTB 28,3% dan Jawa Timur 28,3%. Sedangkan di Provinsi Lampung kasus ISPA sebesar 17,8% dengan kasus tertinggi berturut-turut berada di Kabupaten Pesisir Barat Yaitu 16,99%, Lampung timur 16,29%, pesawaran 12,56% dan Tanggamus sebesar 9,09%. Penyebab terjadinya ISPA salah satunya adalah tentang perilaku keluarga dalam menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan yang dapat berhubungan



dengan tingginya kejadian ISPA pada balita diantaranaya polutan, kelembaban, kepadatan penduduk dan anggota keluarga, kebersihan, musim dan temperature serta perilaku keluarga yang tidak dapat menjaga kebersihan lingkungan (Pratiwi & Rahmawati, 2018). Akses pelayanan kesehatan, faktor penjamu seperti usia, merokok, daya tahan tubuh, status gizi, status infeksi sebelumnya, karakteristik pathogen seperti cara penyebaran atau penularan, faktor virulensi, faktor pencahayaan dan pengetahuan individu mengenai kebersihan lingkungan fisik rumah (Yanti & Sari, 2018). Faktor utama kejadian ISPA pada anak balita yaitu perilaku keluarga yang tidak bisa menjaga kondisi lingkungan rumah yang kurang dijaga dalam kebersihan dan standar kelayakan serta perilaku keluarga yang kurang menjaga kondisi lingkungan fisik dirumah (Pratiwi & Rahmawati, 2018). Kondisi rumah menyumbang angka kejadian ISPA diantaranya luas ventilasi yang tidak memenuhi standar kesehatan, kepadatan anggota keluarga, luas rumah, pencahayaan alami dan suhu. Ventilasi rumah diantaranya jendela mempunyai peran penting dalam pertukaran udara dan masuknya cahaya serta menentukan kualitas udara dalam rumah. Hal ini tidak akan terwujud apabila ventilasi rumah tidak dibuka dengan lebar ataupun tidak dibuka sama sekali, dengan demikian pertukaran udara tidak akan terjadi (Julia & Siwiendrayanti, 2017). Penyebab ISPA yang lain pada anak balita yaitu adanya pencemaran udara di lingkungan kumuh seperti pembakaran genting, bata, gerabah dan pembuatan arang, sedangkan didalam rumah yaitu aktivitas memasak menggunakan kayu bakar dan kebiasaan anggota keluarga merokok didalam rumah. Kondisi ini dapat membuat efek negatif pada kesehatan anggota keluarga terutama bukan



perokok sepertihalnya anak balita yang terdampak secara langsung. ISPA yang diderita oleh balita akan berlanjut ke penyakit pernafasan lainya apabila tidak dilakukan penanganan yang tepat diantaranya pneumonia atau radang paruparu yang sering dialami oleh anak, kondisi ini akan semakin buruk jika anak mengalami gangguan gizi seperti gizi buruk, gizi kurang dan malnutrisi (Kadrianti, 2016). Kondisi tersebut sama halnya yang telah terjadi di wilayah kerja Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus. Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang banyak menangani masalah ISPA, berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga kesehatan di Puskesmas Pulau Panggung banyak angka kejadian masalah kesehatan mengenai ISPA pada anak balita disetiap tahunnya, hal tersebut menunjukan semakin tingginya prevalensi ISPA pada balita yang setiap tahunnya mengalami peningkatan, faktor -



faktor yang



menyebabkan kejadian ISPA yaitu salah satunya adalah faktor perilaku keluarga dalam menjaga kebersihan lingkungan pemicunya, kejadian ISPA pada balita diwilayah kerja Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus berjumlah 483 balita dari jumlah balita 1.353, diwilayah kerja Puskesmas Gunung Batu angka kejadian ISPA pada balita terdapat 334 dari jumlah 1.127 anak balita, diwilayah kerja Puskesmas Sumberjo jumlah anak balita terdapat 1.285 dengan kejadian balita ISPA 258 balita dan diwilayah kerja Puskesmas Gunung alip terdapat kejadian ISPA pada anak balita sebanyak 394 dengan jumlah anak balita 1.299. Jadi tingginya angka kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pulau Panggung memiliki hubungan yang sangat erat



dengan perilaku keluarga dalam menjaga lingkungan yang tidak sehat dapat memicu terjadinya ISPA. Penelitian Pangaribuan (2017) mengatakan bahwa kondisi sanitasi lingkungan mempunyai peran yang vital terhadap kesehatan anggota keluarga terutama terhindar dari masalah kesehatan sistem pernafasan yaitu ISPA, ventilasi udara dengan presentase vitilasi udara yang tidak memenuhi standar balita mengalami ISPA sebesar 96,8% dan balita terpapar asap rokok mengalami ISPA sebesar 84,2% dalam penelitian ini kedua variabel mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian ISPA pada balita p-value 0.000. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuryati (2018) yang mengatakan bahwa penyebab ISPA yang terjadi pada masyarakat dari usia balita hingga lansia di Pandansari Selatan Kabupaten Pringsewu tahun 2018 diantaranya cerobong asap yaitu pembakaran genting dan bata, kayu bakar, dan merokok. Hasil penelitian ini menunjukan cerobong asap dengan kejadian ISPA p-value 0,033 dan OR 2,682 artinya responden yang memiliki cerobong asap 2,682 kali akan mengalami ISPA.



Penelitian lain dilakukan oleh Julia (2017) menyampaikan bahwa ISPA merupakan penyakti yang erat kaitanya dengan perilaku individu dalam menjaga kondisi rumah, kejadian ISPA akan menigkat pada keluarga yang mempunyai tingkat kesadaran dalam menjaga rumah tetap memenuhi standar kesehatan rendah. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ventilasi kamar, kelembaban udara kamar, keberadaan perokok dalam rumah dan kebiasaan



membuka jendela mempunyai hubungan yang signifikan terjadinya ISPA pada balita.



Peneliti telah melakukan pra-survey di wilayah kerja puskesmas pulau panggung untuk mengetahui presentase anak yang yang mengalami ispa berdasarkan perilaku keluarga yang kurang baik. Berdasarkan hasil pra-survey yang telah lakukan di wilayah kerja puskesmas pulau panggung jumlah balita yang tinggal diwilayah kerja Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten Tangamus berjumlah 1.353, jumlah balita yang mengalami ISPA berjumlah 221 balita dari bulan Januari sampai Mei.



Hasil wawancara 10 orang ibu yang memiliki balita ISPA, 7 dari 10 orang ibu mengatakan jarang membuka jendela rumah, tidak memiliki ventilasi rumah yang cukup, jarang mencuci tangan sebelum pembersihkan rumah seminggu sekali, dimana keluarga rumah membersihkan rumah jika sewaktu ingin saja. Hasil wawancara dengan tenaga kesehatan penyebab masalah ISPA pada balita tersebut salah satunya adalah buruknya perilaku keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan rumah seperti banyak sebagian anggota keluarga yang berperilaku tidak menjaga lingkungan rumahnya seperti kurangnya ventilasi cahaya dalam rumah, kurangnya kebersihan rumah seperti debu, jarangnya membuka jendela agar udara masuk. Selain itu penderita ISPA pada balita di pulau panggung lebih dari 1 minggu dan keluarga cenderung memeriksakan anaknya ke pelayanan kesehatan ketika balita sudah mengalami gejala ISPA yang berat.



Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa responden memiliki perilaku hidup bersih dan sehat dan menjaga lingkungan fisik rumah masih dikategorikan rendah, hal ini yang membuat masih banyaknya anak balita di Kabupaten Tanggamus masih banyak yang mengalami penyakit sistem pernafasan diantaranya ISPA. Abainya keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik disinyalir menjadi pemicu utama kejadian ISPA pada balita yang berulang dan menurunkan angka kesehatan balita serta menigkatkan angka kesakitan, diwilayah kerja puskesmas pulau panggung kabupaten tanggamus pun belum ada data terkait yang pernah melalukan penelitian dengan masalah tersebut. Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Apakah ada Hubungan Perilaku Keluarga Dalam Menjaga Sanitasi Lingkungan Fisik dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Kabupaten Tanggamus Tahun 2021”. B. Rumusan Masalah Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang menangani masalah ISPA. ISPA merupakan penyakit dengan prevalensi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, perilaku keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan merupakan salah satu faktor penyebabnya. Berdasarkan uraian latar belakang maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan Perilaku Keluarga Dalam Menjaga Sanitasi Lingkungan Fisik dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Kabupaten Tanggamus Tahun 2021?”.



C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Perilaku Keluarga Dalam Menjaga Sanitasi Lingkungan Fisik dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Kabupaten Tanggamus. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik responden (umur,jenis kelamin keluarga) b. Mengetahui distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik. c. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian ISPA pada balita d. Mengetahui Hubungan Perilaku Keluarga Dalam Menjaga Sanitasi Lingkungan Fisik dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Kabupaten Tanggamus. D. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian sebagai berikut. 1.



Jenis penelitian Jenis penelitian dalam metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional



2.



Populasi Populasi dalam penelitian ini yaitu keluarga dan balita



3.



Tempat Di Kabupaten Tanggamus



4.



Waktu penelitian



Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus tahun 2021. 5.



Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah variable perilaku keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik dan kejadian ISPA pada balita.



E. Manfaat Penelitian 1. Aplikasi a. Bagi Responden Diharapkan responden dapat mengetahui tentang hubungan perilaku keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian ISPA pada balita agar nantinya dapat menagani permasalahan gangguan kesehatan pada anak balita khususnya ISPA baik dalam pencegahan dan pengobatannya. b. Bagi Keluarga Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada keluarga bahwa perilaku keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik dapat menjadi penyebab penyakit ISPA pada balita. 2. Bagi Institusi a. Bagi Puskesmas Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sarana pemberian informasi tentang hubungan perilaku keluaga dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian ispa pada balita sehingga dapat meningkatkan kebersihan lingkungan diwilayah kerja puskesmas. b. Bagi Fakultas Kesehatan UMPRI



Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk mengembangan penelitian hubungan perilaku keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian ISPA pada balita dalam lingkup keperawatan anak dan dapat menambah wawasan dan informasi untuk mahasiswa-mahasiswi Universitas Muhamadiyah Pringsewu Lampung 3. Penelitian Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang sifatnya lebih besar dan bermanfaat bagi kemajuan keperawatan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Konsep Balita Balita adalah individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga usia remaja. Masa anak merupakan masa tumbuh kembang yang dimulai dari usia neonatus (0-28 hari), bayi (1-12 bulan), toddler (1-3 tahun), pra sekolah (3-5 tahun). Anak balita merupakan individu yang rentan karena mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks terjadi sepanjang masa kanak-kanak, dalam perkembangan anak memiliki ciri fisik (berat badan dan tinggi badan), kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Andriana, 2017).



Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia 1−3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3−5 tahun). Saat usia balita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Balita diharapkan tumbuh dan berkembang dalam keadaan sehat jasmani, sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Masalah kesehatan balita merupakan masalah nasional, menginggat angka kesakitan dan angka kematian pada balita masih cukup tinggi. Angka kesakitan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya karena penyebab utamanya berhubungan dengan faktor lingkungan antara lain; asap dapur, penyakit infeksi dan pelayanan kesehatan. Salah satu faktor penyebab kematian maupun yang berperan dalam proses tumbuh kembang balita yaitu ISPA, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Untuk itu kegiatan yang dilakukan terhadap balita antara lain pemeriksaan perkembangan dan pertumbuhan fisiknya,



pemeriksaan perkembangan kecerdasan, pemeriksaan penyakit infeksi, imunisasi, perbaikan gizi dan pendidikan kesehatan pada orang tua .



B. Konsep Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 1. Definisi ISPA ISPA adalah infeksi yang terjadi pada pernapasan bagian atas yang meliputi mulut, hidung, tenggorokan, laring (kotak suara), dan trakea (batang tenggorokan). Gejala dari penyakit ini antara lain; sakit tenggorokan, beringus (rinorea), batuk, pilek, sakit kepala, mata merah, suhu tubuh meningkat 4-7 hari lamanya .



Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atau Acute Respiratory infeksi saluran pernapasan yang sering dijumpai pada masyarakat, khususnya bayi dibawah usia lima tahun (balita). Penyakit-penyakit pernapasan pada balita menjadi penyebab Infectious Disease merupakan penyakit angka morbiditas dan mortalitas khususnya di negara miskin dan berkembang. ISPA merupakan salah satu penyebab kematian utama didunia dan penyebab turunnya kualitas hidup (disability adjusted life years) khususnya terhadap balita .



Infeksi saluran pernapasan akut pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan dan faktor pejamu. ISPA merupakan penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala sampai penyakit yang parah dan



mematikan, tergantung sekelompok penyakit yang termasuk ISPA adalah pneumonia, influenza dan syncytial virus (RSV). Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri, penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala : tenggorokan sakit, nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. ISPA tertinggi terjadi padakelompok umur 1-4 tahun .



2. Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus, riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korine bakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan



Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus,



Mikoplasma, Herpes virus dan lain-lain (Hartono, 2013). ISPA disebabkan oleh bacteri atau virus yang masuk kesaluran nafas. Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang



lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu



rumah tangga selalu melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka



hirup sehari-hari, sehingga



banyak masyarakat



mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung



zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon,



Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Depkes, 2016). 3. Tanda dan Gejala ISPA



Tanda dan gejala yang biasa dialami oleh penderita ISPA bukan pneumonia, yakni demam dengan suhu lebih dari 37°C, batuk, hidung berair, nyeri atau radang tenggorokan, tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, dan tidak ada nafas cepat . Timbulnya gejala pada penderita berlangsung cepat, biasanya dalam waktu 3 hari dan akan menurun gejalanya dalam waktu 7 sampai 14 hari. a. Gejala ISPA Ringan Seorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala seperti batuk, suara serak saat berbicara atau menangis, pilek, dan demam dengan suhu badan lebih dari 37°C. b. Gejala ISPA Sedang Seorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala seperti nafas cepat (fast breathing) sesuai usia, untuk usia r table (0,444). Maka hasil uji reliabilitas untuk kuesioner perilaku keluarga dinyatakan reliable



4. Pengumpulan Data. Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitian (Dharma, 2015). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan data primer. Data primer didapat langsung dari responden dengan cara membagikan lembar



kuesioner. Pegumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan langsung oleh peneliti kepada responden ibu/bapak yang memiliki anak usia balita yang terdiagnosis untuk mengetahui hubungan perilaku keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian ISPA. Setelah pengisian selesai dilakukan maka kuesioner dikembalikan pada peneliti H. Metode Pengolahan Data Menurut Notoajmodjo (2014), pengelolaan data merupakan salah satu langkah yang penting. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari peneliti masih mentah, belum memberikan informasi apa-apa dan belum siap untuk disajikan. Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik, diperluka pengelolaan data. Langkah-langkah yang digunakan dalam pengelolaan data adalah : 1. Editing (Penyuntingan) Editing merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data terkumpul baik dari kuisioner ataupun dari pengamatan secara langsung. Editing dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan pengisian, kesalahan dan kelengkapan jawaban dari responden.



2. Coding (Pengkodean) Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjunya dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. 3.



Processing (Memproses data)



Processing adalah memproses data agar data yang sudah di-entry dapat dianalisis. Pemprosesan data dapat dilakukan dengan cara mengentri data dari kuesioner kedalam program computer lalu dimasukan dalam program Microsoft exel terlebih dahulu lalu di pindahkan keprogram SPSS. 4. Cleaning(Pembersihan data) Setelah semua data dari semua responden telah selesai diproses, perlu dilakukan pengecekan ulang kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan data, kelebihan data yang dimasukkan, sehingga dapat dilakukan koreksi. 5. Tabulating Tabulating adalah penyususnan data yang merupakan pengorganisasi data yang sedemikian rupa agar mudah disajikan dan dinamis. Tahap ini hasil pemeriksaan yang sama dikelompokan dengan teliti dan teratur lalu di hitung dan dijumlahkan kemudian ditulis dalam bentuk tabel – tabel.



I. Analisa Data 1. Analisis Univariat Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2014).



Analisa



univariat menggunakan rumus presentase untuk melihat distribusi frekuensi dan presentase dari karateristik responden penelitian meliputi usia, jenis kelamin, perilaku keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik dan kejadian ISPA. 2. Analisa Bivariat



Analisa bivariat merupakan analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2014). Analisis ini menggunakan uji Chi Square digunakan untuk menguji perbedaan proporsi atau presentase antara beberapa kelompok data. Karena melihat dari skala ukur dalam definisi operasional yang kedua variabel menggunakan data nominal dan nominal. Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik di gunakan batas kemaknaan 95% dengan nilai p (P value) ≤ 0,05 maka Ho ditolak, dan p (pvalue) ≥ 0,05 maka Ho gagal ditolak. Hasil dari penelitian ini didapatkan hasil nilai p-value = 0.002 < 0.05 artinya terdapat hubungan Perilaku Keluarga Dalam Menjaga Sanitasi Lingkungan Fisik dengan Kejadian ISPA Pada Balita dan nilai Odds Ratio 4.921 Confidence Interval (1.742-13.899) artinya perilaku keluarga yang tidak baik memiliki risiko 4.921 kali balita terserang penyakit ISPA J. Jalannya Penelitian 1. Langkah Persiapan Persiapan merupakan rancangan yang berfungsi sebagai karangka awal dalam penelitian. Langkah–langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan meliputi : a. Melakukan perizinan kepada institusi dan tempat penelitian b. Melakukan survey pendahuluan untuk mengetahui jumlah penderita ISPA di wilayah kerja puskesmas Pulau Panggung Kab. Tanggamus. c. Mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian ke institusi pendidikan Universitas Muhammadiyah pringsewu.



d. Menyerahkan surat permohonan izin yang diperoleh ketempat penelitian. 2. Langkah Pelaksanaan a. Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin validitas terlebih dahulu pada institusi program studi S1 keperawatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu. b. Peneliti menyerahkan permohonan izin validitas yang di peroleh dari institusi pendidikan ke Puskesmas Margoyoso Kabupaten Tanggamus c. Setelah yakin instrument valid dan reliable kemudian peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi program studi S1 keperawatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu. d. Peneliti menyerahkan permohonan izin yang diperoleh dari institusi pendidikan ke kantor kesatuan bangsa dan politik setelah mendapat balesan kemudian peneliti menyerahkan ke Pemerintah Kabupaten Tangamus Dinas Kesehatan kemudian surat balasan dari dinas kesehatan di serahkan ketempat penelitian Puskesmas Pulau Panung Kabupaten Tanggamus. e. Sebelum



terjun



kelapangan



peneliti



menyiapkan



APD



(Masker,Handsanitizer, Gown, Sarung Tanan, Face Shild) dan saat penambilan data peneliti menerapkan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, membatasi mobilitas, menjauhi kerumunan) saat akan bertemu calon responden f. Peneliti menemui PJ program yang terkait di Puskesmas Pulau Panggung



g. Peneliti melihat rekam medis responden dalam 6 bulan terakhir untuk mengetahui apakah pernah terdiagnosis ISPA/tidak h. Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu dan membagikan infomerd consent terkait kerahasiaan informasi yang di berikan akan di jaga dan hanya di gunakan untuk kepentingan peneliti. i. Peneliti meminta persetujuan kepada responden ibu/bapak yang memiliki anak usia balita j. Peneliti di dampingi oleh petugas kesehatan dari Puskesmas Pulau Panggung dalam membagikan kuesioner kerumah responden ibu/bapak yang memiliki anak usia balita yang terdiagnosis ISPA k. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data dan analisis data, hasil pengolahan dan analisis data dirumuskan kesimpulan penelitian, kemudian data disajikan dalam bentuk tabel.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Gambaran Lokasi Penelitian Wilayah Kerja Puskesmas Pulau Panggung berada di kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus Lampung dengan luas wialayah 18.060.4 km2. Puskesmas Pulau Panggung merupakan pelayanan kesehatan primer rawat jalan dan inap. Masyarakat Pulau Panggung berada pada dataran tinggi dan sebagian besar bekerja sebagai petani perkebunan seperti kopi, buahbuahan (papaya, pisang, duren, dukuh), sawah dan perkebunan sayur mayur. Selain petani penduduk setempat bekerja sebagai pedagang, wiraswasta dan aparatur sipil Negara (ASN).



Puskesmas Pulau Panggung setiap bulanya diadakan kegiatan posyandu balita yang tersebar di berbagai posyandu dan setiap posyandu terdiri dari 2-3 kader kesehatan. Selain posyandu balita diaadakan posyandu lansia yang diadakan pada akhir bulan dan kegiatan senam lansia yang dilakukan setiap hari jumat atau minggu, selama masa pandemic-covid 19 senam dilakukan dengan menggunakan protokol kesehatan dan jumlah peserta senam yang dibatasi 1015 orang persesi senam.



B. Hasil Penelitian 1.



Analisis Univariat



Berdasarkan hasil data yang diperoleh berikut ini disajikan data berdasarkan usia, jenis kelamin, perilaku keluarga dan kejadian ISPA diwilayah Kerja Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus. a. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Usia Ibu Tabel 4.1 Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Ibu Dsitribusi 19-21 22-24 25-28 29-31 32-34 35-38 39-41 Total



Frekuensi 4 8 28 19 9 3 5 76



Presentase 5.3 % 10.5 % 36.8% 25.0% 11.8% 3.9% 6.6% 100%



Kelompok usia responden pada table 4.1 diketahui jumlah usia terbanyak pada kelompok 25-28 tahun 28 (36.8%) dan sebagian kecil lainya kelompok usia 35-38 tahun yaitu 3 (3.9%).



b. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Tabel 4.2 Dsitribusi Frekwensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Dsitribusi Laki-Laki Perempuan Total



Frekwensi 70 6 76



Presentase 92,1 % 7.9 % 100%



Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandigkan perempuan yaitu 70 (92,1%).



2. Analisis Bivariat a. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Perilaku Keluarga Tabel 4.3 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Perilaku Keluarga Dsitribusi Baik Tidak Baik Total



Frekuensi 49 27 76



Presentase 64.5 % 35.5 % 100%



Perilaku keluarga pada table 4.3 penelitian diketahui sebagian besar perilaku keluarga kategori baik yaitu 49 (64.5%) dan sebagian kecil lainya kategori tidak baik yaitu 27 (35.5%).



b. Distribusi Frekwensi Berdasarkan Kejadian ISPA Tabel 4.4 Dsitribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Kejadian ISPA Dsitribusi Tidak ISPA ISPA Total



Frekwensi 38 38 76



Presentase 50.0 % 50,0 % 100%



Hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian ISPA dan tidak ISPA, mempunyai presentase yang sama yaitu 38 (50.0%).



3.



Analisis Bivariat



Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis Hubungan Perilaku Keluarga Dalam Menjaga Sanitasi Lingkungan Fisik dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus Tahun 2021. Penyajian data penelitian disajikan pada tabel berikut : Tabel 4.5 Hubungan Perilaku Keluarga Dalam Menjaga Sanitasi Lingkungan Fisik dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus Tahun 2021 Perilaku Keluarga Baik Tidak Baik Total



Kejadian ISPA Total



Tidak ISPA N % 31 63.3



ISPA N % 18 36.7



N 49



% 100



7 38



20 38



27 76



100 100



25.9 50



74.1 50



P Value



Or Ci 95%



0,002



4.921 (1.74213.899)



Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa responden dengan perilaku keluarga kategori tidak baik dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik lebih tinggi mengalami ISPA 74.1% dan 2 kali lipat lebih rendah dengan perilaku keluarga kategori baik 36.7%. Hasil uji statistik dengan menggunakan ChiSquare didapatkan nilai p-value = 0.002 < 0.05 artinya penelitian ini ada hubungan yang signifikan perilaku keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian ISPA dan nilai Odds Ratio 4.921 Confidence Interval (1.742-13.899) artinya perilaku keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik yang buruk memiliki risiko 4.921 dengan kejadian ISPA pada Balita.



C. Pembahasan



1. Analisi Univariat a.



Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Ibu Berdasarkan hasil penelitian diketahui usia responden terbanyak pada kelompok usia 25-28 tahun 28 (36.8%) dan sebagian kecil lainya kelompok usia 35-38 tahun yaitu 3 (3.9%).



Menurut Potter dan Perry dalam Notoatmodjo (2003) umur sangat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku, yaitu seseorang akan berubah seiring dengan perubahan (kematangan) kehidupannya. Perkembangan emosional akan sangat mempengaruhi keyakinan dan tindakan seseorang terhadap status kesehatan dan pelayanan kesehatan.



Semakin



bertambah



usia



maka



semakin



banyak



pengalaman yang diperoleh, sehinggaseseorang dapat meningkatkan kematangan mental dan intelektual sehingga dapat membuat keputusan yang lebih bijaksanan dalam bertindak.



Hasil penelitian Wiko (2013) menyampaikan bahwa usia ibu mempunyai korelasi positif terhadap kematangan dalam bertindak dan pengasuhan anak, dengan pengalaman yang dimiliki sebelumnya dalam pengasuhan anak seorang ibu dapat memberikan pengasuhan yang maksimal kepada anaknya. Selain itu, pencegahan dan penanganan penyakit seperti ISPA akan lebih cepat dilakukan, hal ini dikarenakan pengalaman yang didapat sebelumnya.



Peneliti berpendapat bahwa usia ibu dalam penelitian ini menunjukan adanya kematangan dalam segi pengetahuan pencegahan dan penatalaksanaan ISPA yang terjadi pada anaknya. Meskipun terdapat beberapa responden yang belum mengetahui bagaimana cara pencegahan hingga penatalaksanaan ISPA pada anaknya. Maka dari itu perlunya informasi mengenai ISPA melalui media poster, leaflet ataupun promosi kesehatan kepada para ibu yang mempunyai anak balita mengenai ISPA sehingga pengetahuan para ibu meningkat mengenai pencegahan dan penanganan ISPA pada anak dan keluarga.



b.



Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu 70 (92,1%) dan sebagian kecil lainya perempuan yaitu 7 (7,9%). Hasil penelitian ini sejalan dengan Putu Meitri Nirmala Utami, Putu Siadi Purniti, dan I Made Arimbawa (2019) menunjukan pasien ISPA cenderung lebih tinggi pada laki-laki yaitu sebanyak 87 orang (62,6%) dibandingkan perempuan yaitu sebanyak 52 orang (37,4%) dengan nilai p=0,003. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara penderita ISPA laki-laki dengan perempuan.



Salah satu teori dikemukan oleh Falagas (2007) menjelaskan bahwa jenis kelamin dapat mempengaruhi kejadian ISPA adalah faktor perbedaan hormonal antara laki-laki dan perempuan. Peran genetik



sangat penting dalam mempengaruhi sistem kekebalan tubuh terutama pada usia dini. Dimana jumlah kromosom X yang dapat menentukan jenis kelamin seseorang yaitu perempuan dengan kromosom XX dan lakilaki dengan kromosom XY.



Berdasarkan penelitian yang telah diterbitkan oleh BioEssays, didapakan kromosom X memiliki MikroRNA yang berperan penting dalam kekebalan dan kanker. MikroRNA adalah strain kecil asam ribonukleat, DNA dan protein yang juga memiliki peran penting dalam



pembentukan



makromolekul



untuk



kehidupan.



Jumlah



kromosom X yang lebih banyak terdapat pada perempuan juga menyebabkan perbedaan jumlah MicroRNA yang lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki (Hayati, 2014). Mekanisme lain mengenai hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian ISPA dapat disebabkan oleh faktor anak laki-laki yang cenderung lebih aktif dibandingkan dengan anak perempuan sehingga memungkinkan anak laki-laki lebih sering terpapar agen penyebab ISPA (Iskandar, Tanuwijaya, & Yuniarti, 2013).



Peneliti berpendapat bahwa kejadian ISPA lebih tinggi pada laki-laki dikarenakan aktivitas bermain yang tinggi pada anak dan anak lakilaki cenderung mengabaikan PHBS seperti mencuci tangan sebelum makan disinyalir menjadi salah satu pemicu anak mengalami ISPA



seperti batuk, pilek, tengorokan nyeri, demam dan menurunya nafsu makan. c.



Distribusi Berdasarkan Perilaku Keluarga Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar perilaku keluarga kategori baik yaitu 49 (64.5%) dan sebagian kecil lainya kategori tidak baik yaitu 27 (35.5%). Perilaku anggota keluarga mempunyai andil besar mempengaruhi satu sama lain sehingga terbentuknya suatu perilaku keluarga. Dalam sebuah keluarga perilaku keluarga dapat diciptakan atau disepakati oleh anggota keluarga untuk diterapkan supaya menjadi gaya hidup, salah satunya dalam menerapkan



perilaku



hidup



sehat



seperti



PHBS,



olahraga,



mengkomsumsi makanan sehat dan sebagainya. Perilaku keluarga dapat terbentuk dikarenakan adanya komitmen antara anggota keluarga satu dengan lainya sehingga perilaku ini dapat konsisten dan apabila ada yang tidak patuh maka anggota keluuarga lainya saling mengigatkan (Notoatmodjo, 2010).



Hasil penelitian Dinaravony Krismeandari (2015) menunjukkan bahwa ada hubungan antara perilaku keluarga dalam menjaga lingkungan fisik rumah diantaranya luas ventilasi kamar tidur balita (p=0,001) dan perilaku batuk anggota keluarga balita (p=0,002) dengan kejadian ISPA pada balita. Selain itu menyampaikan bahwa semakin buruk perilaku anggota keluarga dalam menjaga kebersihan



dan merokok dalam rumah menigkatkan risiko anak mengalami gangguan saluran pernafasan seperti ISPA.



Peneliti berpendapat bahwa perilaku keluarga yang beriko tinggi seperti tidak menjaga kebersihan rumah, merokok dalam rumah, membakar sampah disamping rumah dengan asap mengepul dan PHBS rendah dapat memicu terjadinya berbagai masalah kesehatan berkaitan dengan sistem pernafasan seperti ISPA. Oleh sebab itu perlu menigkatkan pengetahuan bagi anggota keluarga dengan anak balita dalam pencegahan ISPA sehingga kejadian ISPA tidak terjadi ataupun terjadi dapat dilakukan tindakan pengobatan dengan cepat.



d.



Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian ISPA Berdasarkan hasil penelitian diketahui kejadian ISPA dan tidak ISPA, mempunyai presentase yang sama yaitu 38 (50.0%). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular. Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan akut (ISPA) mencakup penyakit saluran napas bagian atas (ISPA) dan saluran napas bagian bawah (ISPA) (Summary, 2012).



Menurut Adhasari Agungnisa (2019) penyeybab ISPA salah satunya bersumber dari sanitasi fisik rumah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya ISPA pada balita. Sejalan dengan Ira Putri Lan Lubis, Agnes Ferusgel (2019) mengatakan bahwa penyebab penyakit ISPA pada balita disebabkan oleh faktor kondisi fisik rumah



seperti ventilasi, jenis lantai, kepadatan hunian dan keberadaan perokok dalam rumah dengan kejadian ISPA pada balita.



Peneliti berpendapat bahwa kejadian ISPA pada balita tidak terlepas dari lingkungan fisik rumah dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) anggota keluarga dalam satu rumah. Anak usia balita masih mempunyai imunitas yang lemah, mudah terserang berbagai penyakit sepertihalnya ISPA. Penyakit ini dapat dicegah dengan berperilaku hidup sehat dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang serta bebas dari paparan asap rokok dalam ataupun didalam rumah.



2. Analisis Bivariat Hasil penelitian menunjukan bawa perilaku keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik mempunyai hubungan yang erat dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus Tahun 2021 dengan hasil uji statistik didapatkan nilai p-value = 0.002. Penelitian ini menunjukan bahwa perilaku keluarga negatif dalam menjaga lingkungan fisik rumah lebih tinggi balita mengalami ISPA dibandigkan dengan perilaku keluarga positif. Hal ini menunjukan bahwa keluarga mempunyai peran aktif dalam menjaga dan menurunkan kesehatan antar anggota keluarga. Salah satu anggota keluarga berperilaku negatif seperti tidak menjaga kebersihan rumah dan merokok dalam rumah akan berdampak buruk pada kesehatan anggota keluarga lainya seperti mudah terserang penyakit pernafasan diantaranya asma, PPOK dan ISPA.



ISPA, termasuk pneumonia merupakan penyakit saluran pernapasan yang mudah menular dari seseorang ke orang lain terutama dalam kondisi tubuh yang tidak sehat. Penyakit ini sangat berbahaya dan sering menyerang pada anak balita, sehingga demikian perlu adanya pencegahan terhadap penyebaran, pencegahan yang dapat dilakukan yaitu menerapkan pola hidup sehat dengan rutin berolahraga untuk meningkatkan, vitalitas tubuh dan asupan nutrisi yang baik dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan sehat. Mengenali gejala dan tanda-tanda pneumonia untuk deteksi dini. Pada balita dan anak yang memiliki kondisi tubuh dengan sistem imun yang



masih



rendah



adalah



dengan



memberikan



ASI



eksklusif



(Krismeandari, 2015).



Hasil penelitian ini sejalan dengan Ridia dan Yuliatin



(2020)



menyampaikan ada hubungan kuat antara ventilasi rumah, kelembaban, lantai rumah, dinding rumah dan atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita. Hasil ini menunjukan bahwa semakin berkualitas dan standar lingkungan fisik rumah maka kejadian ISPA pada balita dan anggota keluarga akan terhindarkan. Sejalan dengan Ardhin (2018) mengatakan bahwa ada hubungan antara jenis lantai, jenis dinding, kepadatan hunia, jenis langit-langit rumah, dan anggota keluarga yang merokok dengan kejadian ISPA pada balita.



Penelitian Desy (2018) menunjukkan bahwa kebiasaan merokok memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian pneumonia. Orangtua/anggota keluarga yang merokok dalam rumah akan meningkatkan risiko pneumonia pada anak balita, peluang terkena pneumonia lebih besar dibandingkan dengan anak balita yang dalam rumahnya tidak ada yang merokok. Asap yang terhirup kemudian akan masuk ke dalam paru-paru. Dampak dari merokok berawal dari gangguan saluran pernafasan. Bahan berbahaya dan racun dalam rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan kepada perokok juga kepada orang-orang disekitarnya yang tidak merokok yang sebagian besar adalah bayi, anak-anak, dan ibu yang terpaksa menjadi perokok pasif oleh karena ada anggota mereka yang merokok di dalam rumah.



Hasil penelitian (Ira & Agnes, 2019) menyampaikan bahwa kejadian ISPA diantaranya ventilasi yang mempunyai fungsi, yaitu menjaga aliran udara di dalam rumah tetap segar dan membebaskan udara ruangan dari bakteribakteri. Ventilasi yang tidak memenuhi syarat akan menyebabkan kelembaban udara dalam ruangan naik, akibatnya bakteri akan cepat berkembang. Lantai rumah sangat penting untuk diperhatikan terutama dari segi kebersihan dan persyaratan. Lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi karena jika musim hujan akan menjadi lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap penghuninya dan merupakan tempat yang baik untuk berkembangbiaknya kuman penyakit, termasuk



bakteri penyebab ISPA. Sebaiknya lantai rumah tersebut dari bahan yang kedap air dan mudah dibersihkan.



Supaya untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai dinaikkan kira-kira 25 cm dari permukaan tanah. Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Penelitian yang dilakukan



oleh



(Lingga,



2014)



menemukan



bahwa faktor



yang



mempengaruhi kejadian ISPA pada balita bukanlah terletak pada jenis lantainya,namun dari kebersihan lantai rumah dan tergantung pada kadar debu yang menempel pada lantai rumah.



Faktor lain mendukung terjadinya ISPA yaitu pencahayaan alami dalam rumah yaitu merupakan penerangan dalam rumah pada pagi, siang, atau sore hari yang berasal dari sinar matahari langsung yang masuk melalui jendela, ventilasi, atau genteng kaca minimal 10 menit perhari. Cahaya matahari penting, karena selain dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah juga mengurangi kelembaban ruangan dalam rumah di pengaruhi oleh luas ventilasi dan jendela rumah yang dibuka setiap hari. Hal ini akan berdampak buruk terhadapkesehatan penghuni rumah tersebut jika jendela kurang luas dan jarang dibuka pada siang hari, tidak memiliki ventilasi rumah, dan kebanyakan rumah menghadap ke arah barat dan utara. Pencahayaan alami dianggap baik jika besarnya antara 60–120 lux dan buruk jika kurang dari 60 lux atau lebih dari 120 lux. Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat jendela, perlu diusahakan agar sinar matahari



dapat langsung masuk ke dalam ruangan, dan tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di samping sebagai ventilasi juga sebagai jalan masuk cahaya (Ira & Agnes, 2019).



Penelitian ini sejalan juga dengan Dongky dan Kadrianti (2016) menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilai p=0,017 (p>0,05). Kepadatan hunian dalam penelitian ini adalah perbandingan luas lantai engan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah. Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan penjubelan (overcrowded). Jika penularan penyakit ISPA terjadi karena adanya kontak antara penderita dengan penghuni rumah yang lain kemungkinan kontak ini menjadi lebih besar pada rumah yang padat penghuninya.



Kepadatan



penghuni rumah



dihubungkan



dengan infeksi



saluran



pernafasan karena kepadatan hunian yang tinggi mempengaruhi inhalasi yang intensif terjadi sehingga memudahkan menular pada anggota keluarga lain. Tingkat kepadatan hunian yang tinggi dapat menyebabkan tingginya tingkat pencemaran lingkungan. Sehingga angka kesakitan semakin meningkat. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi angka kesakitan di lingkungan rumah lebih tinggi (Dongky & Kadrianti, 2016).



Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keluarga yang mempunyai perilaku menjaga lingkungan fisik dalam kategori baik namun anggota keluarga salah satunya balita tetap mengalami ISPA hal ini disebabkan oleh banyak faktor pencetus terjadinya ISPA diantaranya asupan makanan, ketesedian air bersih dan imunitas tubuh yang rentan. Sejalan dengan penelitian Ira dan Agnes (2019) mengatakan bahwa usia balita merupakan individu yang rentang akan berbagai serangan penyakit salah satunya ISPA, dengan asupan makan yang seimbang dan cukup, ketersedian sarana air bersih dan menjaga PHBS maka serangan ISPA pada anak dapat terminimalisir akan tetapi apabila kebutuhan gizi anak dan PHBS tidak dipenuhi maka anak rentan akan serangan ISPA dan berulang.



Peneliti berpendapat bahwa kejadian ISPA pada anak balita dapat dicegah dengan membiasakan hidup sehat dan menjaga lingkungan fisik rumah agat tetap bersih dari debu, asap rokok, pencahayaan dalam rumah dari sinar matahari cukup, setiap pagi dan siang hari membukan ventilasi agar udara dapat bertukar sehingga udara dalam rumah tetap terjaga kesegaranya. Selain itu anggota keluarga lebih menigkatkan perilaku PHBS, tidak mengantung baju disembarang tempat dan apabila mengalami batuk, pilek dan lainya agar menjaga jarak dengan anggota keluarga lainya supaya tidak terjadi transmisi penyakit antar anggota keluarga. Dengan demikian maka ISPA ataupun penyakit sistem pernafasan lainya dapat dicegah penularanya.



BAB V PENUTUP



A.



Kesimpulan Hasil penelitian Hubungan Perilaku Keluarga Dalam Menjaga Sanitasi Lingkungan Fisik dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus Tahun 2021., dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Diketahui distribusi frekuensi karakteristik reponden berdasarkan usia terbanyak pada kelompok usia 25-28 tahun dan kelamin terbanyak yaitu laki-laki. 2. Diketahui distribusi frekuensi karakteristik reponden berdasarkan Perilaku Keluarga sebagian besar perilaku keluarga kategori baik 3. Diketahui distribusi frekuensi karakteristik reponden berdasarkan ISPA diketahui kejadian ISPA dan tidak ISPA, mempunyai presentase yang sama yaitu 38 (50.0%). 4. Diketahui nilai p-value = 0.002 < 0.05 artinya terdapat hubungan Perilaku Keluarga Dalam Menjaga Sanitasi Lingkungan Fisik dengan Kejadian ISPA Pada Balita dan nilai Odds Ratio 4.921 Confidence Interval (1.742-13.899) artinya perilaku keluarga yang tidak baik memiliki risiko 4.921 kali balita terserang penyakit ISPA.



B.



Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara akademik dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada dibidang keperawatan, maupun secara praktik bagi pelaksanaannya. Manfaat tersebut penulis uraikan sebagai berikut: 4. Aplikasi a. Bagi Responden Hasil penelitian ini dapat dijadikan ilmu pengetahuan bagi responden dan dapat memanagement lingkungan fisik dengan cara rutin membersihkan rumah, mengepel lantai, membuang sarang laba-laba 1 kali seminggu, membuka ventilasi dan menjauhkan balita dari paparan asap rokok dan pembakaran. b. Bagi Keluarga Hasil penelitian ini diharapkan keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan fisik rumah atau menjaga agar tetap bersih dari berbagai polusi, sehingga kejadian ISPA pada balita tidak terulang. 5. Bagi Institusi a. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan bahan evaluasi kejadian ISPA diwilayah kerja puskesmas. Selain itu diharapkan pihak puskesmas dapat memberikan sosialisasi atau pendidikan kesehatan kepada para orang tua dan keluarga balita untuk



menigkatkan



kebersihan



lingkungan



fisik



dengan



rutin



membersihkan lingkungan fisik 2 kali seminggu. b. Bagi Fakultas Kesehatan UMPRI Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian ilmiah oleh dosen dan mahasiswa. Selain itu diharapkan institusi berperan aktif dan berkolaborasi dengan pihak puskesmas untuk melakukan promosi kesehatan atau pelatihan kepada kader kesehatan mengenai perawatan lingkungan fisik rumah untuk mencegah terjadinya ISPA pada anggota keluarga terutama usia balita. 6. Penelitian Hasil penelitian ini dapat dijadikan elaborasi dan kajian ilmiah dan diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan variabel yang berbeda mengenai ISPA yang terjadi pada usia balita.



DAFTAR PUSTAKA



Adhasari Agungnisa.(2019).Physical Sanitation of the House that Influence the Incidence of ARI in Children under Five in Kalianget Timur Village. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 11 No. 1 Januari 2019 (1- 9). Asriati, Zamrud, Kalenggo & Dewi Febrianty. (2012). Analisis Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Anak Balita. Jurnal Keperawatan. Assetya & Zahra. (2018). Kondisi Lingkungan Rumah Dan Kejadian ISPA Pada Balita Di Indonesia. Jurnal Keperawatan. Depkes RI. (2012). Pedoman Pemberantasan Penyakit Saluran Pernafasan Akut. Depkes RI. Jakarta. Depkes RI. (2016). Pedoman Pemberantasan Penyakit Saluran Pernafasan Akut. Depkes RI. Jakarta. Desy Pas. (2018). Hubungan Perilaku Merokok Anggota Keluarga Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang Tahun 2018. Universitas Andalas. Dewi Puji Kadrianti. (2016). Faktor risiko lingkungan fisik rumah dengan kejadian ISPA balita di Kelurahan Takatidung Polewali Mandar. Unnes Journal of Public Health. Dharma, K. K. (2015). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta. CV : Trans Info Media. Dongky P, Kadrianti K. (2016). Faktor Risiko Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Ispa Balita Di Kelurahan Takatidung Polewali Mandar. Unnes J Public Heal. 2016;5(4):324–9. Elmi Nuryati. (2018). Faktor Determinan ISPA Pada Daerah Home Industri. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Volume 7 No 1 Januari 2018. Falagas, M.E., Mourtzoukou, E.G., Vardakas, K.Z. Sex differences in the incidence and severity of respiratory tract infection. Respiratory Medicine. 2007; 101(1):1845-1863. Hartono. (2013). Gangguan Pernafasan Pada Anak ISPA. Yogyakarta : Nuha Medika.



Imaniyah Noviyanti. (2012). Determinan kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita. Artikel Penelitian. Jurnal Kesehatan. Vol. 9, No. 1, Maret 2019. Ira Putri Lan Lubis, Agnes Ferusgel. (2019). Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Keberadaan Perokok dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Desa Silo Bonto, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Volume 11 Edisi 2, 2019. Kadafi Gunawan. (2010). ISPA Pencegahan dan Penanggulangannya. Semarang. Dinkes Provinsi Jawa Tengah Kemenkes RI. (2011). Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia no. 1077/MENKES/PER/V/2011 tentan



pedoman penyehatan udara dalam



ruang rumah. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kemenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999. Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal. Lingga RN. (2014). Hubungan Karakteristik Rumah dengan Kejadian Ispa pada Balita dalam Keluarga Perokok di Kelurahan Gundaling I Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2014. Lingkung dan Keselam Kerja. 2014;3(3). Marni. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Pernapasan. Yogyakarta : Gosyen Publishing. Muhammad Irwan. (2017). Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Gangguan Pernafasan Pada Balita Di Kawasan Pesisir Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Karawang, Jawa Barat. Jurnal Nasional Kesehatan Lingkungan Global Volume 1, Issue 1. Mumpuni & Yekti. (2016). Penyakit yang Sering Hinggap pada Anak. Jurnal Keperawatan. Nadia Aulia Julia & Arum Siwiendrayanti. (2017). Hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dan kebiasaan orang tua dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Traji Kabupaten Temanggung. Jurnal Kesehatan Pena Medika, Vol 7 (1) Juni 2017. Najmah. (2016). Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta Timur : CV Trans Info Media.



Notoadmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan : Jakarta. Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Notoadmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoadmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Novri Salindra. (2018). Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Kabupaten Pringsewu. STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung. Skripsi Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Oktarika Dianing Pratiwi & Agustina Rahmawati. (2018). Hubungan perilaku kesehatan dan kebersihan lingkungan dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bambanglipuro Bantul Yogyakarta. Naskah Publikasi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Oktaviani, Irma, Hayati, Sri, & Supriyatin. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Puskesmas Garuda Kota Bandung. Jurnal Keperawatan. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang. Putu Meitri Nirmala Utami, Putu Siadi Purniti, & I Made Arimbawa. (2016). Hubungan jenis kelamin, status gizi dan berat badan lahir dengan angka kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Banjarangkan II tahun 2016. | Intisari Sains Medis 2018; 9(3): 135-139 | doi: 10.1556/ism.v9i3.216. Ridia Utami Kasih, Yuliatin Lamatungga. (2020). The Relationship Between House Physical Sanitation With The Event of Acute Channel InfectionIn Children in The Working Area of Wua-Wua District Anawai Subdistrict. MIRACLE Journal of Public Health, Vol 3. No.1 Juni 2020. Saryono & Anggraeni. (2013). Metode Penelitian Kwantitatif Dan Kwalitatif Dalam Bidang Kesehatan. Journal kesehatan.



Susilo Pangaribuan. (2017). Hubungan kondisi lingkungan rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Remu Kota Sorong. Glonal Health Science, Volume 2 Issue 1, Maret 2017. Yanti & Novita Sari (2018). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Anak Balita Usia 1-5 Tahun DiWilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Nuban Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Dunia Kemas, 7, No 4. Yuliya, & Rahmawati Intan. (2015). Hubungan Faktor Lingkungan Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Desa Wonosari Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. STIKes Muhammadiyah Pringsewu. Skripsi



L A M P I R A N



INFORMED CONSENT Pulau Panggung……….



Kepada Yth, Calon Responden Di Tempat Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Anggun Oktarina NIM



: 142012017006



Akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Perilaku Keluarga Dalam Menjaga Sanitasi Lingkungan Fisik dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Kabupaten Tanggamus Tahun 2021”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku keluarga dalam menjaga sanitasi lingkungan fisik yang dapat memicu penyebab terjadinya ISPA pada anak balita. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi saudara, kerahasian informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. jika saudara tidak bersedia menjadi responden, maka tidak menjadi ancaman bagi saudara. Apa bila saudara menyetujui, maka kami mohon kesedianaan saudara untuk menandatangani lembar yang kami sertakan ini. Atas perhatian dan kesediaan saudara, saya ucapkan terima kasih.



(Anggun Oktarina)



(............................)



LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN



Yang bertanda tangan dibawah ini saya selaku responden penelitian :



Nama



:



Jenis kelamin : Umur



:



Dengan ini saya menyatakan bersedia guna berperan serta dalam penelitian ini dan bersedia memberikan jawaban kuesioner/pertanyaan yang diajukan, tidak ada yang diberitahukan kepada siapapun atau dijamin kerahasiaannya dan saya bersedia mengikuti penelitian ini.



Demikian surat permohonan ini saya buat, semoga penelitian ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.



Pulau Panggung,…………………2021 Hormat saya



(………………………………..)



KUISIONER PERILAKU KELUARGA



MENJAGA SANITASI LINGKUNGSN Identitas Responden No Responden



:



Nama Insial Responden



:



Tanggal Pengisian



:



Umur



:



Jenis Kelamin



:



No Pernyataan 1 Apakah ventilasi rumah anda sering dibuka 2 Apakah anda 1 minggu sekali membersihkan sarag laba3



laba dalam rumah Apakah dalam setiap hari anda membersihkan lantai



4



rumah anda (menyapu,mengepel) Sebelum menyuapi anak anda apakah mencuci tanggan



5



dengan sabun Saat anak anda mengali batuk,pilek dan nyeri tengorokan langsung memberikan obat atau berobat ke pelayanan



6



kesehatan Apakah anda memasak menggunakan tugku dan kayu



7 8



bakar Apakah anda membakar sampah disamping rumah Apakah anda memberikan makanan kepada anak anda



9 10



setiap hari makanan bergizi seimbang Apakah anda menyimpan makanan ditempat tertutup Apakah anggota keluarga anda merokok didalam rumah



11



dan didekat anak Apakah anda rutin membersihkan debu dirumah seperti di



12



disela-sela jendela, pintu, dan sebagainya Apakah anda menjauhkan anak anda saat anggota



13



keluarga anda merokok Apakah anda mengantung baju kotor di pintu kamar atau



14



disampiran sembarang tempat Apakah kamar mandi dan kamar cuci anda kedap air dan mudah dibersihkan



Ya



Tidak



LEMBAR CEKLIS TANDA DAN GELAJA ISPA No 1



Peryataan Suhu badan lebih dari 37°C



2



Batuk



3



Hidung berair atau pilek



4



Nyeri atau radang tenggorokan



Ya



Tidak



5



Nafas cepat (fast breathing)



6



Tenggorokan berwarna merah



7



Timbul bercak merah pada kulit seperti campak



8



Telinga sakit atau nyeri



9



Nafas berbunyi seperti mendengkur



10



Apakah semua tanda gejala diatas berlangsung lebih dari 1 minggu



ISPA



TIDAK ISPA



DATASET ACTIVATE DataSet1.



SAVE OUTFILE='C:\Users\asus\Documents\\Untitled2.sav hasil data.sav' /COMPRESSED. EXAMINE VARIABLES=PerilakuKeluarga



/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT /COMPARE GROUPS /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE /NOTOTAL. Explore



Notes Output Created



17-AUG-2021 06:10:58



Comments Input



Data



C:\Users\asus\Documents\Novi\Untit led2.sav hasil data.sav



Active Dataset



DataSet1



Filter



Weight



Split File



N of Rows in Working Data File Missing Value Handling



76



Definition of Missing



User-defined missing values for dependent variables are treated as missing.



Cases Used



Statistics are based on cases with no missing values for any dependent variable or factor used.



Syntax



EXAMINE VARIABLES=PerilakuKeluarga /PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT /COMPARE GROUPS /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE /NOTOTAL.



Resources



Processor Time



00:00:01.11



Elapsed Time



00:00:00.92



Case Processing Summary Cases Valid N PerilakuKeluarga



Missing



Percent 76



N



100.0%



Total



Percent 0



N



0.0%



Percent 76



100.0%



Descriptives Statistic PerilakuKeluarga



Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean



9.42 Lower Bound



8.97



Upper Bound



9.87 9.45



Std. Error .226



Median



10.00



Variance



3.874



Std. Deviation



1.968



Minimum



6



Maximum



13



Range



7



Interquartile Range



4



Skewness



-.526



.276



Kurtosis



-.970



.545



Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic PerilakuKeluarga



.260



a. Lilliefors Significance Correction



PerilakuKeluarga PerilakuKeluarga Stem-and-Leaf Plot



Frequency Stem & Leaf



9.00



6 . 000000000



12.00



7 . 000000000000



1.00



8. 0



5.00



9 . 00000



df



Shapiro-Wilk



Sig. 76



.000



Statistic .877



df



Sig. 76



.000



23.00



10 . 00000000000000000000000



18.00



11 . 000000000000000000



7.00



12 . 0000000



1.00



13 . 0



Stem width: Each leaf:



1 1 case(s)



FREQUENCIES VARIABLES=Usia Jenis_Kelamin Kejadian_ISPA Perilaku_Keluarga /ORDER=ANALYSIS. Frequencies



Notes Output Created



17-AUG-2021 06:11:03



Comments Input



Data



C:\Users\asus\Documents\\Untitled2 .sav hasil data.sav



Active Dataset



DataSet1



Filter



Weight



Split File



N of Rows in Working Data File Missing Value Handling



76



Definition of Missing



User-defined missing values are treated as missing.



Cases Used



Statistics are based on all cases with valid data.



Syntax



FREQUENCIES VARIABLES=Usia Jenis_Kelamin Kejadian_ISPA Perilaku_Keluarga /ORDER=ANALYSIS.



Resources



Processor Time



00:00:00.00



Elapsed Time



00:00:00.33



Statistics



Usia N



Valid Missing



Frequency Table



Jenis_Kelamin Kejadian_ISPA



Perilaku_Kelua rga



76



76



76



76



0



0



0



0



Usia



Frequency Valid



Percent



Cumulative Percent



Valid Percent



19-21



4



5.3



5.3



5.3



22-24



8



10.5



10.5



15.8



25-28



28



36.8



36.8



52.6



29-31



19



25.0



25.0



77.6



32-35



9



11.8



11.8



89.5



36-38



3



3.9



3.9



93.4



36-38



5



6.6



6.6



100.0



Total



76



100.0



100.0



Jenis_Kelamin



Frequency Valid



Laki-Laki



Valid Percent



Cumulative Percent



70



92.1



92.1



92.1



6



7.9



7.9



100.0



76



100.0



100.0



Perempuan Total



Percent



Kejadian_ISPA



Frequency Valid



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



Tidak Ispa



38



50.0



50.0



50.0



Ispa



38



50.0



50.0



100.0



Total



76



100.0



100.0



Perilaku_Keluarga



Frequency Valid



Baik



49



Percent 64.5



Valid Percent 64.5



Cumulative Percent 64.5



Tidak Baik



27



35.5



35.5



Total



76



100.0



100.0



100.0



CROSSTABS /TABLES=Perilaku_Keluarga BY Kejadian_ISPA /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT ROW /COUNT ROUND CELL.



Crosstabs Notes Output Created



17-AUG-2021 06:11:51



Comments Input



Data



C:\Users\asus\Documents\\Untitled2 .sav hasil data.sav



Active Dataset



DataSet1



Filter



Weight



Split File



N of Rows in Working Data File Missing Value Handling



76



Definition of Missing



User-defined missing values are treated as missing.



Cases Used



Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.



Syntax



CROSSTABS /TABLES=Perilaku_Keluarga BY Kejadian_ISPA /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT ROW /COUNT ROUND CELL.



Resources



Processor Time



00:00:00.02



Elapsed Time



00:00:00.03



Dimensions Requested



2



Cells Available



349496



Case Processing Summary Cases Valid N Perilaku_Keluarga * Kejadian_ISPA



Missing



Percent 76



100.0%



N



Total



Percent 0



N



0.0%



Percent 76



100.0%



Perilaku_Keluarga * Kejadian_ISPA Crosstabulation Kejadian_ISPA Tidak Ispa Perilaku_Keluarga



Baik



Count % within Perilaku_Keluarga



Tidak Baik



Count % within Perilaku_Keluarga



Ispa



Total



31



18



49



63.3%



36.7%



100.0%



7



20



27



25.9%



74.1%



100.0%



Total



Count % within Perilaku_Keluarga



38



38



76



50.0%



50.0%



100.0%



Chi-Square Tests



Value Pearson Chi-Square



df



9.708a



1



.002



8.272



1



.004



10.017



1



.002



Continuity Correctionb Likelihood Ratio



Asymptotic Significance (2-sided)



Fisher's Exact Test



Exact Sig. (2sided)



Exact Sig. (1sided)



.004



Linear-by-Linear Association



9.580



N of Valid Cases



76



1



.002



a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.50. b. Computed only for a 2x2 table



Risk Estimate 95% Confidence Interval Value



Lower



Upper



Odds Ratio for Perilaku_Keluarga (Baik / Tidak Baik)



4.921



1.742



13.899



For cohort Kejadian_ISPA = Tidak Ispa



2.440



1.246



4.780



For cohort Kejadian_ISPA = Ispa



.496



.323



.762



N of Valid Cases



76



.002



GET FILE='D:\ \anggun O\Untitled1 Kusioner anggun.sav'. DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT. RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.



Reliability Notes



Output Created



22-AUG-2021 19:07:10



Comments Input



Data



D:\\anggun O\Untitled1 Kusioner anggun.sav



Active Dataset



DataSet1



Filter



Weight



Split File



N of Rows in Working Data



20



File Matrix Input



D:\\anggun O\Untitled1 Kusioner anggun.sav



Missing Value Handling



Definition of Missing



User-defined missing values are treated as missing.



Cases Used



Statistics are based on all cases with valid data for all variables in the procedure.



Syntax



RELIABILITY /VARIABLES=p1 p2 p3 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.



Resources



Processor Time



00:00:00.05



Elapsed Time



00:00:00.06



[DataSet1] D:\JOKI\anggun O\Untitled1 Kusioner anggun.sav



Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases



Valid Excludeda Total



% 20



100.0



0



.0



20



100.0



a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.



Reliability Statistics Cronbach's Alpha



N of Items .943



15



Item Statistics Mean



Std. Deviation



N



p1



1.80



.410



20



p2



1.80



.410



20



p3



1.80



.410



20



p5



1.75



.444



20



p6



1.85



.366



20



p7



1.85



.366



20



p8



1.85



.366



20



p9



1.90



.308



20



p10



1.85



.366



20



p11



1.90



.308



20



p12



1.90



.308



20



p13



1.95



.224



20



p14



1.95



.224



20



p15



1.90



.308



20



p16



1.80



.410



20



Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if



Scale Variance if



Corrected Item-



Alpha if Item



Item Deleted



Item Deleted



Total Correlation



Deleted



p1



26.05



12.997



.861



.935



p2



26.05



12.997



.861



.935



p3



26.05



12.997



.861



.935



p5



26.10



13.042



.771



.937



p6



26.00



13.263



.868



.935



p7



26.00



13.263



.868



.935



p8



26.00



13.263



.868



.935



p9



25.95



13.734



.826



.936



p10



26.00



14.211



.495



.944



p11



25.95



14.576



.443



.945



p12



25.95



14.471



.490



.944



p13



25.90



14.411



.738



.940



p14



25.90



14.411



.738



.940



p15



25.95



13.734



.826



.936



p16



26.05



14.787



.240



.952



Scale Statistics Mean 27.85



Variance 15.713



Std. Deviation 3.964



N of Items 15