Skripsi - Imelda Riani - 1731006 - Fisika [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KAJIAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM KAITAN PEMBELAJARAN ETNOSAINS FISIKA DI KECAMATAN TAMBUSAI



SKRIPSI



Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan



Oleh : IMELDA RIANI NIM. 1731006



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN ROKAN HULU 2021



PERSEMBAHAN Motto : dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui



(QS. Al-Baqarah: 216)



Jangan menjelaskan dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu ( Ali bin Abi Thalib ) Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah engkau hidup selamanya (Mahatma Gandhi) Jika hati senantiasa berniat baik, Allah akan pertemukan ia dengan hal yang baik, tempat-tempat baik, orang-orang baik, atau kesempatan berbuat baik. Tetaplah berbuat baik meskipun orang lain tak menghargai kebaikanmu. Karena setiap kebaikan yang kamu perbuat, yang akan kau dapatkan tidak lain adalah kebaikan itu sendiri Skripsi ini Saya persembahkan kepada :



1. Ayahanda tercinta M. Hadir Daulay dan Ibunda terkasih Erlina yang selalu memberikan doa,



dukungan dan kasih sayang yang tak terbatas 2. Ketiga adikku tersayang yang selalu memberikan semangat, dukungan, doa, perhatian dan



pengertian (Artimah Lena, Ratna Susanti, dan M. Radi Taheran) 3. Sahabat terbaik yang selalu membantu (Akbar Ramanda, Andriani, dan Aisyah), Teman-



teman terkasih (Fisika 2017), PPL SMANSAI, KKN 26 Tambusai Timur, Komunitas Selingkar Tambusai, dan seluruh orang baik yang sudah memberikan dukungan dan doanya 4. Almamater Ku tercinta Universitas Pasir Pengaraian



KAJIAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM KAITAN PEMBELAJARAN ETNOSAINS FISIKA DI KECAMATAN TAMBUSAI



ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kajian permainan tradisional dalam kaitan pembelajaran etnosains fisika di kecamatan Tambusai. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Tambusai pada bulan Februari-Juni 2021. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, kuesioner, observasi, dokumentasi, rekaman audio dan video. Data yang diperoleh kemudian dianalisis, diverifikasi dan direduksi kemudian direkonstruksi ke pengetahuan ilmiah dan diinterpretasikan ke konsep sains yang ada di pembelajaran fisika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan tradisional yang dilakukan masyarakat dapat diinterpretasikan ke dalam pengetahuan sains dan diimplementasikan dalam pembelajaran fisika. Kata kunci: Permainan tradisional, Pembelajaran etnosains, Fisika



i



STUDY OF TRADITIONAL GAMES IN PHYSICS ETHNOSCIENCE LEARNING IN TAMBUSAI DISTRICT ABSTRACT The purpose of this study was to determine the study of traditional games in relation to physics ethnoscience learning in Tambusai sub-district. This research is a survey research using descriptive research method. This research was conducted in Tambusai sub-district in February-June 2021. The sampling technique used was purposive sampling. Data collection techniques using interviews, questionnaires, observation, documentation, audio and video recordings. The data obtained is then analyzed, reduced and reconstructed and then reconstructed into scientific knowledge and interpreted into scientific concepts in physics learning. The result showed that the traditional games played by the community could be interpreted in science knowledge and implemented in physics learning. Keywords: Traditional games, Ethnoscience learning, physics



ii



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia Nya kepada penulis sehingga berhasil menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Pasir Pengaraian dengan judul “Kajian Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Di Kecamatan Tambusai”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, suri tauladan umat Islam. Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. Hardianto, M.Pd selaku Rektor Universitas Pasir Pengaraian 2. Bapak Ria Karno, M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas Pasir Pengaraian 3. Bapak Azmi Asra, S.Si, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan juga sebagai Dosen Pembimbing I penulisan skripsi ini terima kasih atas waktu, bimbingan dan saran yang telah diberikan. 4. Ibu Rindi Genesa Hatika, M.Sc selaku Dosen Pembimbing II penulisan skripsi ini, terima kasih atas waktu, perhatian, saran dan bimbingan yang telah diberikan. 5. Ibu Nurhikmah Sasna Junaidi, M.Pd; Bapak Sohibun, M.Pd; dan Bapak Dr. Dedi Mardiansyah, M.Si; selaku penguji skripsi ini.



iii



6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UPP. Ibu Ika Daruwati, M.Sc yang telah memberikan perhatian kepada penulis. 7. Bapak Hamid Syahropi, M.Pd; Ibu Masliana, S.S; Ibu Julia Eva Ningsih, S.Pd; yang sudah berperan sebagai validator ahli penelitian ini. 8. Bapak Tengku Abdurrahim, S.Pd,I selaku Kepala Lembaga Kerapatan Adat Melayu Tambusai dan Bapak Zulman, S.sos selaku Datuk Bendaharo yang telah memberikan izin dan rekomendasi penelitian. 9. Bapak Muammer Ghadafi, S.sos selaku camat Tambusai yang telah memberikan izin dan rekomendasi penelitian. 10. Bapak Nofirman, S.H selaku Lurah Tambusai Tengah yang telah memberikan izin dan rekomendasi penelitian. 11. Bapak Herman; Bapak Tengku Darmizal; Bapak Bakhtar Yamin; Bapak Manap; dan Bapak Arifin; selaku tokoh adat yang telah membantu dan bersedia menjadi responden wawancara penelitian ini 12. Bapak Syafri Abbas; Bapak Ahmad Darwis; Bapak Navi; Bapak H. Lutfi Efendi; dan Bapak Nasri selaku tokoh masyarakat yang telah membantu dan bersedia menjadi responden wawancara penelitian ini. 13. Bapak Syaukani Addari, S.Kom selaku Ketua Pemuda Kelurahan Tambusai Tengah dan Bang Wawan, Bang Ari, Bang Zuarman dan ulong Zubir yang telah membantu dan bersedia menjadi responden wawancara penelitian ini. 14. Ibu Lina Marni, S.Pd; Ibu Febrilla, M.Pd; Ibu Nurlaini Hasibuan, S.Pd; dan Ibu Bahroini, S.Pd yang telah membantu dan bersedia menjadi responden kuesioner penelitian ini.



iv



15. Ayah dan Ibu tercinta (M. Hadir Daulay dan Erlina) yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, perhatian, nasihat, dan senantiasa mendo’akan penulis. 16. Ketiga adikku tersayang Artimah Lena, Ratna Susanti dan M. Radi Taheran yang selalu memberikan semangat dan mengerti keadaan kakaknya selama menyelesaikan skripsi ini. 17. Sahabat ku (Akbar Ramanda, Andriani, dan Aisyah) yang sudah membantu penulis dalam mengurus izin penelitian dan pengumpulan data, serta selalu meluangkan waktu dan tidak keberatan saat diminta bantuannya juga memberikan dukungan, bersedia mendengarkan keluh kesah dan mengerti perasaan penulis. 18. Seluruh teman-teman Gamak Squad Fisika’17 yang telah memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis (Alda, Umi, Irma, Desi, Lina, Novia, Tipah, Putri, Rinjani, Sherlye, dan Faizah) 19. SSTD Grup (Zulham & Ita ), KKN 26 Tambusai Timur, PPL Check SMANSAI, dan teman-teman Komunitas Selimang Karang Tambusai. Semoga amal baik dan segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga tugas akhir skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan. Aamiin. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Pasir Pengaraian,



Penulis



v



Juli 2021



DAFTAR ISI ABSTRAK ................................................................................................................i ABSTRAC ................................................................................................................ii KATA PENGANTAR ..............................................................................................iii DAFTAR ISI.............................................................................................................vi DAFTAR TABEL ....................................................................................................viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................6 1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................................6 1.4 Batasan Masalah ............................................................................................6 1.5 Manfaat Penelitian .........................................................................................6 1.6 Definisi Istilah ................................................................................................7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian .............................................................................................................10 2.2 Permainan Tradisional ...................................................................................10 2.3 Etnosains ........................................................................................................13 2.4 Pembelajaran Fisika .......................................................................................16 2.4.1 Pembelajaran ..........................................................................................16 2.4.2 Fisika ......................................................................................................18 2.5 Hubungan Permainan Tradisional dan Pembelajaran Fisika .........................21 2.6 Penelitian Relevan .........................................................................................23 2.7 Kerangka Konseptual .....................................................................................27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian...........................................................................28 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................29 3.2.1 Tempat Penelitian ...................................................................................29 3.2.2 Waktu Penelitian ....................................................................................29 3.3 Populasi dan Sampel ......................................................................................29 3.3.1 Populasi ..................................................................................................29 3.3.2 Sampel ....................................................................................................30 3.4 Variabel Penelitian .........................................................................................31 3.4.1 Variabel Bebas .......................................................................................31 3.4.2 Variabel Terikat ......................................................................................31 3.5 Prosedur Penelitian ........................................................................................32 3.6 Instrumen Penelitian ......................................................................................33 Uji Validitas Instrumen ...................................................................................35 3.7 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................36 3.8 Teknik Analisis Data......................................................................................38



vi



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ..............................................................................................40 4.2 Pembahasan....................................................................................................77 4.2.1 Permainan Gasiang .................................................................................81 4.2.2 Permainan Bodie ....................................................................................90 4.2.3 Permainan Setinjau .................................................................................96 4.2.4 Permainan Baliang-Baliang ....................................................................102 4.2.5 Permainan Tarik Upih Pinang ...............................................................108 4.2.6 Permainan Serunai ..................................................................................113 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ........................................................................................................120 5.2 Saran ..............................................................................................................120 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................121 LAMPIRAN..............................................................................................................127



vii



DAFTAR TABEL Tabel



Halaman



3.1



Kisi-Kisi Pedoman Wawancara, Kuesioner Dan Lembar Observasi ................... 33



4.1



Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat Dan Tokoh Pemuda Tentang Permainan Gasiang .............................................................................................. 41



4.2



Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat Dan Tokoh Pemuda Tentang Permainan Bodie ................................................................................................... 46



4.3



Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat Dan Tokoh Pemuda Tentang Permainan Setinjau ............................................................................................... 50



4.4



Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat Dan Tokoh Pemuda Tentang Permainan Baliang-Baliang .................................................................................. 54



4.5



Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat Dan Tokoh Pemuda Tentang Permainan Tarik Upih Pinang............................................................................... 58



4.6



Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat Dan Tokoh Pemuda Tentang Permainan Serunai ................................................................................................ 62



4.7



Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Gasiang.......................... 66



4.8



Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Bodie ............................. 68



4.9



Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Setinjau.......................... 71



4.10 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Baliang-Baliang ............ 73 4.11 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Tarik Upih Pinang ......... 75 4.12 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Serunai........................... 78 4.13 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada Permainan Gasiang ............................................................................................... 82 4.14 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada Permainan Gasiang ............................................................................................... 89 4.15 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada Permainan Bodie ................................................................................................... 91 4.16 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada Permainan Bodie ................................................................................................... 95 4.17 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada Permainan Setinjau ............................................................................................... 98 viii



4.18 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada Permainan Setinjau ............................................................................................... 102 4.19 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada Permainan Baliang-Baliang .................................................................................. 104 4.20 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada Permainan Baliang-Baliang .................................................................................. 107 4.21 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada Permainan Tarik Upih Pinang ............................................................................... 109 4.22 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada Permainan Tarik Upih Pinang ............................................................................... 113 4.23 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada Permainan Serunai ................................................................................................ 114 4.24 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada Permainan Serunai ................................................................................................ 119



ix



DAFTAR GAMBAR Tabel



Halaman



2.1 Kerangka Konseptual ...................................................................................... .... 27 3.1 Komponen Dalam Analisis Data Miles & Huberman .................................... .... 38 4.1 Permainan Gasiang ......................................................................................... .... 81 4.2 Permainan Bodie ............................................................................................. .... 90 4.3 Permainan Setinjau ......................................................................................... .... 97 4.4 Permainan Baliang-Baliang ............................................................................ ....103 4.5 Permainan Tarik Upih Pinang ......................................................................... ....108 4.6 Permainan Serunai .......................................................................................... ....114



x



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran



Halaman



1. Lembar Validasi Pedoman Wawancara .......................................................... .. 127 2. Lembar Validasi Kuesioner Penelitian ........................................................... .. 133 3. Lembar Validasi Lembar Observasi Penelitian ............................................. .. 139 4. Pedoman Wawancara ...................................................................................... .. 145 5. Jawaban Kuesioner Penelitian ........................................................................ .. 149 6. Surat Keterangan Penelitian ............................................................................ .. 160 7. Dokumentasi ................................................................................................... .. 166



xi



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 2 Ayat 34, menyebutkan



bahwa pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah pendidikan yang diselenggarakan setelah memenuhi standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan keunggulan kompetitif dan/atau komparatif daerah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 35 Ayat 2, Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan dan/atau memfasilitasi perintisan program dan/atau satuan pendidikan yang sudah atau hampir memenuhi standar nasional pendidikan untuk dikembangkan menjadi program dan/atau satuan pendidikan bertaraf Internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal. Rokan Hulu merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Riau dengan ibu kota Pasir Pengaraian. Kabupaten Rokan Hulu yang dijuluki dengan Negeri Seribu Suluk ini mayoritasnya merupakan keturunan melayu Rokan yang memiliki kekayaan yang beragam seperti suku, bahasa, budaya dan kearifan lokal. Semua keragaman budaya ini memiliki keunikan dan keunggulan tersendiri dari setiap daerah atau kecamatan yang ada di kabupaten Rokan Hulu. Seperti kecamatan Rokan IV Koto dengan Istana Rokannya, kecamatan Kepenuhan dengan budaya dan kearifan lokal (Komplek Makam Tuan Guru Koto Tangah dan Makam Raja Kepenuhan) nya, serta termasuk juga kecamatan Tambusai dengan Benteng Tujuh Lapis nya. Kecamatan Tambusai merupakan salah satu kecamatan yang ada di Rokan Hulu yang kaya akan kearifan lokal dan potensi lokal. Potensi kearifan lokal yang ada di kecamatan Tambusai ada yang berupa bangunan seperti Benteng Tujuh Lapis, ada yang



2



berbentuk tradisi yakni Silat, Gondang Brogong, Sekapur Sirih, Upah-upah, Menyalai ikan, Sampan, Rebana, Prosesi Adat Pernikahan Tradisional, ada yang berbentuk alat mata pencaharian yaitu Anyaman Tikar, Lesung, Tangguk, Lukah, serta ada yang berbentuk permainan tradisional seperti gasing, sepak raga, layang-layang, dll. Permainan tradisional merupakan permainan yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah (Mulyani, 2016). Tambusai merupakan salah satu kecamatan yang kaya akan permainan tradisional dan sangat berpotensi untuk dikembangkan. Berdasarkan wawancara dengan salah satu tokoh adat di Tambusai yaitu Bapak Syafri Abbas (Tungkek suku kuti) menyebutkan bahwa di kecamatan Tambusai terdapat permainan tradisional seperti sepak agu, gasiang, layang-layang, galah panjang, bobodie, tarik upih pinang, simbang batu, patok lele, bola kasti, guli, yeye, adu buah para, setinjau, tarik tambang, serunai, baliang-baliang dan ketapel. Menurut



penelitian Widyaparamita (2020) menyebutkan bahwa dalam



permainan tradisional ada juga beberapa permainan berkaitan erat dengan konsep pembelajaran fisika salah satunya gasing dan perahu pelepah pisang yang berkaitan dengan konsep fisika yaitu pada konsep rotasi dan tekanan. Kemudian Makhmudah (2019) juga menjelaskan bahwa permainan tradisional Kalimantan Tengah yang dimiliki suku Dayak Ngaju yaitu permainan Balogo dan Habayang, permainan ini mengandung materi fisika momentum dan impuls. Hal yang sama oleh Danang (2020) menyebutkan bahwa tarik tambang adalah permainan tradisional yang mengandung beberapa materi fisika diantaranya materi kinematika, dinamika, usaha dan energi, momentum dan impuls, kesetimbangan benda tegar dan lain-lain. Fisika adalah ilmu yang mempelajari peristiwa alam yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap fenomena yang ada dalam pembelajaran fisika



3



merupakan penjelasan tentang kejadian-kejadian yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Sutrisno (2006) hakikat fisika adalah fisika sebagai produk (“a body of knowledge”), fisika sebagai sikap (“a way of thinking”), dan fisika sebagai proses (“a way of investigating”). Fisika sebagai produk diperoleh melalui kegiatan penyelidikan yang kreatif, diinventarisir dan disusun secara sistematik menjadi sebuah kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus, teori dan model. Fisika sebagai sikap didasari oleh rasa ingin tahu, rasa percaya, sikap objektif, jujur dan terbuka serta mau mendengarkan pendapat orang lain ketika melaksanakan kegiatankegiatan ilmiah. Fisika sebagai proses sangat berkaitan dengan kata-kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan, pengukuran, penyelidikan, dan publikasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa hakikat fisika dalam pembelajaran memiliki aspek produk berupa pengetahuan dan proses yang disertai dengan sikap ilmiah. Dalam era globalisasi saat ini, peserta didik lebih familiar dengan budaya asing dan kurang memahami kebudayaan dan permainan tradisional yang dimiliki masyarakat disekitar tempat tinggalnya, sehingga pengetahuan akan permainan tradisional sangat rendah. Kenyataan yang terjadi dikalangan anak muda saat ini lebih tertarik pada permainan modern berupa playstastion dan game online yang ada pada gadget mereka dan permainan tradisional sudah mulai ditinggalkan. Hal ini tentu bertentangan dengan semangat yang terkandung dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 yang ingin mewujudkan pendidikan berbasis kearifan lokal. Kearifan lokal merupakan identitas atau kepribadian budaya, pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Agar eksistensi budaya dan kearifan lokal berupa permainan tradisional tetap kukuh, maka peserta



4



didik sebagai generasi penerus bangsa perlu ditanamkan rasa cinta terhadap kebudayaan dan kearifan lokal dengan cara mengangkat kembali pengetahuan peserta didik terhadap permainan tradisional serta mengintegrasikan pengetahuan budaya dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran etnosains fisika. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah terobosan pendidikan yang menggabungkan antara budaya dengan sains atau biasa disebut dengan etnosains (Mayasari, 2017). Istilah ethnoscience atau etnosains memiliki arti suatu ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh suatu bangsa atau suku. Sudarmin (2014) mendefinisikan etnosains



sebagai



seperangkat



ilmu



pengetahuan



yang



dimiliki



bahwa oleh



masyarakat/suku/bangsa tertentu yang diperoleh dengan metode tertentu yang merupakan tradisi masyarakat/suku/bangsa tertentu dan secara empiris, kebenarannya dapat diuji dan dipertanggungjawabkan. Menurut Sudarmin (2015) Pendekatan ilmiah yang disarankan dalam pendidikan di Indonesia saat ini adalah etnosains, yaitu pengetahuan asli dalam bentuk bahasa, adat istiadat dan budaya, moral, begitu juga teknologi yang diciptakan oleh masyarakat atau orang tertentu yang mengandung pengetahuan ilmiah. Selanjutnya Shidiq (2016) menjelaskan bahwa etnosains mendorong guru dan juga praktisi pendidikan untuk mengajarkan sains yang berlandaskan kebudayaan, kearifan lokal dan permasalahan yang ada di masyarakat, sehingga peserta didik dapat memahami dan mengetahui sains yang mereka pelajari di dalam kelas dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang mereka temui dalam kehidupan sehari–hari, sehingga menjadikan pembelajaran sains di kelas lebih bermakna. Pada kenyataannya, banyak guru yang belum memanfaatkan budaya daerah sebagai bahan ajar pada pembelajaran fisika. Beberapa faktor yang menyebabkannya yaitu kesulitan dalam menentukan



5



materi pembelajaran yang relevan dengan budaya daerah dan kurangnya pemahaman guru mengenai pembelajaran etnosains. Apabila pembelajaran berbasis etnosains tidak diterapkan sejak dini maka dimasa yang akan datang, di era globalisasi yang mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat menggeser kearifan lokal dalam masyarakat. Pergeseran ini terjadi karena tidak adanya batasan yang signifikan antara budaya lokal dan budaya asing. Kondisi ini menunjukkan bahwa pendidikan perlu menerapkan pembelajaran yang berorientasi pada kearifan lokal yang merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang terus menerus. Beralih dari permasalahan rendahnya pengetahuan peserta didik akan permainan tradisional serta kurangnya pemahaman guru akan pembelajaran etnosains maka perlu dilakukan upaya pengkajian lebih mendalam tentang permainan tradisional yang ada di suatu daerah khususnya kecamatan Tambusai agar pembelajaran berbasis keunggulan lokal dapat diselenggarakan di sekolah. Menurut KBBI, mengkaji artinya belajar, mempelajari, memeriksa, memikirkan, menguji, atau menelaah. Disini dapat dikatakan juga bahwa mengkaji artinya memikirkan sesuatu lebih lanjut yang diharapkan dapat menciptakan suatu kesimpulan yang selanjutnya mengarah untuk melakukan suatu perbuatan. Berdasarkan uraian hal-hal diatas, untuk mengangkat aspek permainan tradisional daerah dan melestarikan nilai-nilai positif yang terkandung dalam budaya masyarakat serta menelaah kandungan pembelajaran etnosains fisika, hingga penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Kajian Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Di Kecamatan Tambusai”.



6



1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam



penelitian ini adalah “Bagaimana kajian permainan tradisional dalam kaitan pembelajaran etnosains fisika di kecamatan Tambusai ? ” 1.3



Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk



mengetahui kajian permainan tradisional dalam kaitan pembelajaran etnosains fisika di kecamatan Tambusai. 1.4



Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini yaitu permainan tradisional Gasiang, Bodie,



Setinjau, Baliang-Baliang, Tarik Upih Pinang, dan Serunai. 1.5



Manfaat Penelitian Penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat : 1. Bagi Siswa Dapat mengenal dan mengetahui permainan tradisional dalam kehidupan sehari-hari yang ada di daerahnya, dan dapat memahami materi atau konsep pembelajaran etnosains fisika yang ada pada permainan tradisional tersebut. Tidak hanya menambah pengetahuan dan wawasan, namun sebagai generasi penerus bangsa siswa diharapkan dapat berperan dalam upaya melestarikan permainan tradisional yang ada didaerahnya. 2. Bagi Guru Dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi atau konsep pada pembelajaran fisika melalui permainan tradisional dalam kehidupan sehari-



7



hari dan dapat dikembangkan sebagai bahan ajar berupa media pembelajaran atau modul fisika yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar. Serta secara tidak langsung guru dapat menanamkan nilai pada siswa tentang kepedulian untuk melestarikan budaya Indonesia salah satunya permainan tradisional. 3. Bagi Sekolah Dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam menanamkan rasa cinta terhadap kebudayaan dan kearifan lokal dengan cara mengangkat kembali pengetahuan peserta didik terhadap permainan tradisional dan sekolah dapat mengintegrasikannya dalam proses pembelajaran etnosains fisika. Sehingga sekolah dapat mengembangkan dan merintis program pembelajaran berbasis keunggulan lokal. 1.6



Definisi Istilah 1. Kajian Kata kajian berasal dari kata “kaji” yang berarti pelajaran, penyelidikan (tentang sesuatu). Kajian berarti proses, cara, perbuatan, mengkaji, penyelidikan (pelajaran yang mendalam), penelaahan (KBBI, 1999). Menurut KBBI, mengkaji artinya belajar, mempelajari, memeriksa, memikirkan, menguji, atau menelaah. Dapat dikatakan juga bahwa mengkaji artinya memikirkan sesuatu lebih lanjut yang diharapkan dapat menciptakan suatu kesimpulan yang selanjutnya mengarah untuk melakukan suatu perbuatan.



8



2. Permainan Tradisional Menurut KBBI permainan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk bermain, barang atau sesuatu yang dipermainkan. Sedangkan tradisional berarti sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun. Permainan tradisional merupakan salah satu budaya masyarakat dari suatu daerah atau wilayah tempat tinggal (Widyaparamita, 2020). Permainan tradisional dimainkan oleh anak-anak dalam lingkungan masyarakat umum untuk menyerap kearifan lokal didaerah tersebut. Permainan tradisional dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran bagi anak sehingga bisa mendukung tumbuh kembang anak dari berbagai aspek. 3. Etnosains Kata ethnoscience (etnosains) berasal dari kata ethnos (bahasa Yunani) yang berarti bangsa, dan scientia (bahasa Latin) artinya pengetahuan. Istilah ethnoscience atau etnosains memiliki arti suatu ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh suatu bangsa atau suku. Sudarmin (2014) mendefinisikan bahwa etnosains sebagai seperangkat ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat/suku/bangsa tertentu yang diperoleh dengan metode tertentu yang merupakan tradisi masyarakat/suku/bangsa tertentu dan secara empiris, kebenarannya dapat diuji dan dipertanggungjawabkan. 4. Fisika Fisika merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang terdiri dari konsep dasar mengenai fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan seharihari. Fisika merupakan ilmu pengetahuan berupa pemahaman konsep,



9



hukum, teori, prinsip serta penerapan kejadian-kejadian alam disekitar kita. Menurut Ibrahim (2017) fisika lahir dan berkembang melalui observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Pada pembelajaran fisika, peserta didik tidak terlepas dari mengkaji gejala atau fenomena yang terjadi di alam semesta, terutama yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.



10



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Kajian berasal dari kata kaji. Dalam KBBI-Online (2021), kata kajian adalah kata yang perlu ditelaah lebih jauh lagi maknanya karena tidak bisa langsung dipahami oleh semua orang. Kata kajian adalah kata yang dipakai untuk suatu pengkajian atau kepentingan keilmuan, kata kajian dipakai oleh para ahli/ilmuan dalam bidangnya atau kaum terpelajar dalam karya-karya ilmiah. Kata kajian memiliki ciri-ciri yaitu hanya dikenal orang tertentu (ilmuwan, cendekia) dan dipakai dalam kegiatan-kegiatan ilmiah. Kata kajian berasal dari kata “kaji” yang berarti pelajaran, penyelidikan (tentang sesuatu). Mengkaji berarti belajar; mempelajari; memeriksa; menyelidiki; memikirkan (mempertimbangkan dan sebagainya); menguji; menelaah. Bermula dari pengertian kata dasar yang demikian, kata kajian berarti proses, cara, perbuatan, mengkaji, penyelidikan (pelajaran yang mendalam), penelaahan (mendalami penelitian pada suatu objek). Disini dapat dikatakan juga bahwa mengkaji artinya memikirkan sesuatu lebih lanjut yang diharapkan dapat menciptakan suatu kesimpulan yang selanjutnya mengarah untuk melakukan suatu perbuatan. 2.2 Permainan Tradisional Istilah permainan berasal dari kata dasar “main” yang mendapat imbuhan “peran”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “main” adalah berbuat sesuatu yang dipergunakan untuk bermain, barang atau sesuatu yang dipermainkan, perbuatan yang dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, biasa saja (Sugono, 2008).



Sedangkan



menurut Muliawan (2009) permainan adalah situasi atau konsidi tertentu pada saat



11



seseorang mencari kesenangan atau kepuasan melalui suatu aktivitas yang disebut “main” wujudnya dapat berbentuk benda konkret dan benda abstrak. Sehingga dapat diartikan bahwa permainan adalah situasi bermain yang terkait dengan beberapa aturan dan tujuan tertentu, untuk mencari suatu kesenangan dan kepuasan. Permainan tradisional menurut Mulyani (2016) adalah suatu permainan warisan dari nenek moyang yang wajib dan perlu dilestarikan karena mengandung nilai-nilai kearifan lokal. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Marzoan & Hamidi (2017) menyebutkan bahwa permainan tradisional merupakan kegiatan



yang dilakukan



dengan suka rela dan menimbulkan kesenangan bagi pelakunya, diatur oleh peraturan permainan yang dijalankan berdasar tradisi turun-temurun. Sejalan dengan pernyataan tersebut, permainan tradisional merupakan permainan yang dimainkan secara turun temurun yang bernilai suatu budaya dan biasa dimainkan menggunakan bahasa maupun ciri khas dari daerah tertentu (Putri, 2016). Permainan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran adalah permainan tradisional. Dharmamulya, Sumintarsih & Heddy (2005) mengungkapkan bahwa permainan tradisional dikenal sebagai aktivitas/kegiatan yang reaktif sebagai sarana untuk menjaga hubungan dan kenyamanan sosial. Permainan tradisional merupakan wujud atau aset kebudayaan yang merupakan identitas atau ciri khas suatu masyarakat ditengah masyarakat lain. Sedangkan permainan tradisional menurut Danandjaja (2002) adalah kegiatan yang dilakukan anak-anak yang memiliki aturan permainan yang diwariskan dari generasi terdahulu untuk mendapatkan kegembiraan. Sehingga disimpulkan permainan tradisional adalah aktivitas/kegiatan yang memiliki aturan permainan dan dari generasi ke generasi yang dilakukan untuk memelihara identitas



12



masyarakat dan memelihara kenyamanan sosial serta dapat menimbulkan kesenangan bagi pelakunya. Menurut Mulyani (2016), menuliskan bahwa permainan tradisional adalah permainan yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah. Permainan tradisional dimainkan oleh anak-anak dalam lingkungan masyarakat umum untuk menyerap kearifan lokal di daerah tersebut. Permainan tradisional dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran bagi anak sehingga bisa mendukung tumbuh kembang anak dari berbagai aspek. Tientje, Iskandar & Nurlaila (2004) menyebutkan bahwa permainan tradisional yang berkembang di Indonesia mirip dengan olah raga. Permainan tradisional memiliki aturan main, bertujuan untuk memberi kesenangan, relaksasi, kegembiraan, serta tantangan. Menurut penelitian Kurniati (2011), interaksi yang terjadi pada saat anak melakukan permainan tradisional memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sosial, bahasa, dan emosi. Bahkan permainan tradisional dapat menstimulasi perkembangan anak dalam hal kerja sama, penyesuaian diri, interaksi sosial, kontrol diri, serta sikap empati dan saling menghargai. Kurniati (2011) juga menambahkan bahwa permainan tradisional dapat memberikan dampak positif pada pengembangan potensi anak. Permainan tradisional lebih mengutamakan kerja sama dibandingkan permainan modern, sehingga anak dapat bersosialisasi dan bekerja sama. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan tradisional adalah suatu hasil budaya masyarakat yang telah tumbuh dan hidup hingga sekarang, permainan peninggalan nenek moyang yang dilakukan dengan suka rela dimana permainan tersebut dimainkan menggunakan bahasa maupun ciri khas dari daerah tertentu yang harus dilestarikan guna memperkokoh jati diri bangsa. Permainan



13



tradisional menjadikan orang bersifat terampil, ulet, cekatan, tangkas, dan lain sebagainya serta memiliki manfaat bagi anak. 2.3 Etnosains Kata ethnoscience (etnosains) berasal dari kata ethnos (bahasa Yunani) yang berarti bangsa, dan scientia (bahasa Latin) artinya pengetahuan. Oleh sebab itu etnosains adalah pengetahuan yang dimiliki oleh suatu bangsa atau lebih tepat lagi suatu suku bangsa atau kelompok sosial tertentu sebagai system of knowledge and cognition typical of a givel culture (Parmin, 2017) penekanannya pada sistem atau perangkat pengetahuan yang merupakan pengetahuan yang khas dari suatu masyarakat karena berbeda dengan masyarakat lainnya. Istilah ethnoscience atau etnosains memiliki arti suatu ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh suatu bangsa atau suku. Sudarmin (2014) mendefinisikan etnosains



sebagai



seperangkat



ilmu



pengetahuan



yang



dimiliki



bahwa oleh



masyarakat/suku/bangsa tertentu yang diperoleh dengan metode tertentu yang merupakan tradisi masyarakat/suku/bangsa tertentu dan secara empiris, kebenarannya dapat



diuji



dan



dipertanggungjawabkan.



Ethnoscience



diidentifikasi



oleh



Vlaardingerbroek (1990) sebagai studi pengetahuan dalam konteks budaya sebagai adaptasi budaya terhadap tempat tinggal seseorang dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Budaya lokal yang terdapat dalam masyarakat dapat dimanfaatkan untuk ilmu pendidikan atau pembelajaran (Sudarmin, Febu, Nusnowati & Sumarni, 2016). Sudarmin (2014) menyebutkan ada tiga bidang kajian penelitian etnosains. Ketiga bidang kajian tersebut adalah 1) etnosains yang menekankan pada kebudayaan



14



situasi sosial yang dihadapi. Kajian penelitian ini menunjukkan gejala-gejala tentang materi yang dianggap penting bagi masyarakat dan cara pengorganisasian gejala tersebut dengan pengetahuan yang dimilikinya. 2) etnosains yang menekankan pada penelitian dalam mengungkapkan kebudayaan yang ada di masyarakat yang berupa nilai dan norma yang dilarang maupun diperbolehkan serta pengembangan teknologi. 3) etnosains yang menekankan pada kebudayaan sebagai suatu peristiwa yang dapat menjadikan masyarakat berkumpul dan bersifat mempengaruhi perilaku sehari-hari. Kajian penelitian ketiga merupakan kajian yang paling sering digunakan sebagai bahan kajian penelitian dalam masyarakat sains. Menurut Sardjiyo (2005) pendekatan etnosains merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintregasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran. Pembelajaran sains hendaknya menuntun peserta didik untuk melek tentang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran berpendekatan etnosains menurut Pannen dalam Sardjiyo (2005) salah satu caranya adalah mengkaitkan ilmu pengetahuan yang akan dipelajari dengan budaya dimana peserta didik berasal. Pengetahuan sains asli yang ada di lingkungan masyarakat berbentuk pesan simbol, budaya dan adat istiadat, upacara keagamaan, dan sosial yang terkandung konsep-konsep ilmiah yang secara turun temurun digunakan tetapi belum formal secara ilmiah. Sains asli merupakan pengetahuan, pesan simbol, adat istiadat, dan sosial budaya meliputi bidang sains kimia, biologi, fisika, pertanian, dan sebagainya yang mengandung prinsip dan konsep sains ilmiah yang belum formal (Sudarmin & Asyhar, 2012). Sains formal atau sains ilmiah diajarkan dalam suatu unit pendidikan yang biasa dikenal sebagai sekolah atau perguruan tinggi.



15



Pengetahuan sains asli di masyarakat merupakan persepsi masyarakat terhadap suatu fenomena dan berkembang dengan pola diturunkannya secara terus menerus dari generasi ke generasi yang bersifat tidak terstruktur, tidak formal, dan bersifat lokal. Berkebalikan dengan sains formal atau yang kemudian disebut sebagai sains ilmiah, dapat dipahami secara ilmiah dengan menggunakan metode-metode ilmiah yang terstruktur. Oleh sebab itu, sains ilmiah ini memiliki sifat yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mengubah persepsi masyarakat terhadap sains asli menjadi pengetahuan yang mampu dipertanggungjawabkan maka perlu adanya tindakan dalam merekonstruksi dan/atau mentransformasi sains asli masyarakat menjadi sains ilmiah. Sains asli di lingkungan masyarakat kemudian direkonstruksi dan/atau transformasi menjadi sains ilmiah. Langkah pembentukan sains ilmiah berbasis budaya lokal berawal dari deskripsi pembentukan pengetahuan ilmiah berbasis masyarakat lokal



secara



konseptual



melalui



kegiatan



identifikasi,



verifikasi,



formulasi,



konseptualisasi pengetahuan sains ilmiah melalui proses akomodasi, asimilasi, dan interpretasi. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam pendidikan sains asli dalam konteks budaya lokal adalah: 1) harus ada keterkaitan antara budaya dan sains yang dijadikan objek penelitian, 2) pengetahuan sains asli memiliki manfaat dalam kehidupan seharihari, 3) pengetahuan sains asli memiliki tempat dalam konten pendidikan sains, 4) pengetahuan asli tradisional meliputi pemahaman tentang fenomologis alam semesta, 5) metodologi yang digunakan mampu menjembatani pengetahuan konvensional ke pengetahuan ilmiah. Kelima prinsip ini menjadi panduan dalam merekonstruksi pengetahuan asli ke ilmiah.



16



Sayakti (2003) menyatakan bahwa pentingnya pembelajaran menggunakan pendekatan budaya lokal dan lingkungan sekitar atau pendekatan etnosains sebagai sumber belajar supaya proses belajar lebih bermakna bagi peserta didik. Emdin (2011) menunjukkan bahwa menghubungkan antara sains dan budaya dapat mempengaruhi peningkatan hasil akademik peserta didik. Hasil penelitian Rahayu et al. (2006) tentang efektivitas pembelajaran berbasis budaya lokal memberikan hasil yang lebih baik karena pembelajaran berlangsung lebih bermakna bagi siswa.



Pembelajaran



berpendekatan etnosains dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental (mendasar dan penting) bagi pendidikan sebagai ekspresi dan komunikasi suatu gagasan dan perkembangan pengetahuan (Joseph, 2010). Kajian etnosains salah satunya berkaitan dengan peta kognitif dari suatu masyarakat atau pengetahuan asli masyarakat. Integrasi konsep-konsep sains asli ke dalam pembelajaran sains sekolah dapat memberikan sentuhan rasional ilmiah pada konsep-konsep sains asli tersebut sehingga dapat diterima dengan logis. Kajian berbagai aspek etnosains diperlukan untuk mengungkapkan pengetahuan tradisional suatu kelompok masyarakat. Memahami sains asli diperlukan pengetahuan sains ilmiah yang hanya dapat dipahami secara ilmiah dan berorientasi pada kerja ilmiah, karena itu bersifat objektif, universal dan dapat dipertanggung jawabkan. 2.4 Pembelajaran Fisika 2.4.1 Pembelajaran Menurut Sudjana (2004), belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Sejalan dengan pendapat tersebut Deni dan Permasih (2011) menyebutkan bahwa belajar



17



merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Dari pengertian tersebut, muncul istilah pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik yang membelajarkan peserta didik yang belajar. Belajar dan pembelajaran adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan. Belajar dimaknai sebagai proses perubahan perilaku seseorang sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya (Pane & Dasopang, 2017). Sedangkan pembelajaran adalah proses mengatur dan mengorganisasikan lingkungan sehingga mampu menumbuhkan dan mendorong minat seseorang untuk belajar.



Menurut



Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar. Pada hakikatnya, Trianto (2009) mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar dari guru untuk mengarahkan interaksi antara peserta didiknya dengan sumber belajar. Pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru dengan memberikan pengetahuan kepada siswa sehingga siswa dapat memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap (Dimyati, 2009). Proses belajar mengajar pada hakikatnya merupakan interaksi antara siswa dan guru. Pada interaksi yang terjadi, terdapat proses penyampaian informasi dari sumber informasi yaitu guru melalui media tertentu kepada siswa sebagai penerima informasi kemampuan komunikasi siswa berperan penting terhadap hasil belajar (Setiawan, 2017). Jadi, pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa dengan beberapa komponen pendukung pembelajaran sehingga penyampaian informasi oleh guru dapat berjalan dengan maksimal.



18



2.4.2 Fisika Fisika sebagai bagian dari sains adalah ilmu pengetahuan alam yang menjelaskan fenomena teramati (observable) dengan model-model. Model-model ini didasarkan pada pengalaman manusia, pikiran rasional, dan eksperimen secara detail. Justifikasi model-model (konsep, hukum, teori-teori) didasarkan pada bukti eksperimen dan konsep dalam komunitas penelitian. Selama proses belajar ini, siswa membuat teori, konsep, instrumen, dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata (Suwindra, 2012). Fisika merupakan ilmu pengetahuan berupa pemahaman konsep, hukum, teori, prinsip serta penerapan kejadian-kejadian alam di sekitar kita. Beberapa kemampuan yang terkait dengan fisika adalah kemampuan melakukan proses misalnya pengukuran, percobaan, bernalar, diskusi, sikap ilmiah dan masalah-masalah sains (Bektiarso, 2015). Fisika merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang didasari oleh pengalaman manusia dan memiliki bukti nyata sehingga didasari oleh konsep, hukum, teori, prinsip sekaligus penerapannya. Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah menengah atas yang merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam atau sains. Fisika merupakan pelajaran yang seharusnya tidak hanya mempelajari konsep, tetapi juga mempelajari mengenai penerapannya. Hal ini karena konsep-konsep dasar fisika juga mendukung perkembangan disiplin ilmu lain dan penerapannya dalam teknologi kehidupan sehari-hari karena ilmu fisika menunjang riset murni dan terapan. Menurut Ibrahim (2017) fisika lahir dan berkembang melalui observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.



19



Fisika merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang terdiri dari konsep dasar mengenai fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Mundilarto (2010) menyatakan bahwa fisika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari dan memberi pemahaman baik secara kualitatif maupun kuantitatif tentang berbagai gejala atau proses alam dan sifat zat serta penerapannya. Mundilarto (2002) menyebutkan bahwa pengetahuan fisika memiliki banyak konsep dan prinsip yang abstrak. Sebagian besar peserta didik mengalami kesulitan dalam menginterpretasi konsep dan prinsip fisika tersebut. Tujuan pembelajaran fisika adalah membantu peserta didik memperoleh pengetahuan dasar sehingga dapat digunakan secara fleksibel. Oleh karena itu, aspek keterampilan proses yang harus dikuasai peserta didik meliputi mengobservasi, mengukur, menginferensi, memanipulasi variabel, merumuskan hipotesis, menyusun grafik dan tabel data, mendefinisikan variabel secara operasional dan melaksanakan eksperimen. Pembelajaran fisika memiliki tujuan membentuk sikap positif terhadap fisika, memupuk sikap ilmiah (jujur, obyektif, terbuka, kritis), mengembangkan pengalaman melalui kegiatan merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, menafsirkan, dan mengomunikasikan data, mengembangkan kemampuan bernalar serta menguasai konsep dan prinsip fisika (Suastra, 2013). Menurut Ardiansyah (2014) pembelajaran fisika bertujuan mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh konsep fisika dalam menumbuhkan nilai dan sikap ilmiah siswa. Pembelajaran fisika menghendaki siswa memiliki pengetahuan tentang fisika sebagai produk, proses dan sikap (Parmono, 2013). Dengan hal tersebut hendaknya siswa menggunakan kemampuan berpikir untuk



20



mendapatkan konsep fisika melalui serangkaian pembelajaran, dan menyusun konsepkonsep berdasarkan langkah-langkah metode ilmiah. Sehingga siswa memiliki kompetensi melakukan proses belajar untuk mendapatkan pengetahuan yang diharapkan. Pembelajaran fisika pada hakikatnya merupakan suatu proses belajar fisika dimana pada pembelajaran ini lebih menekankan kepada fisika sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai sikap. Suastra (2006) menjelaskan bahwa fisika sebagai produk merupakan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum mengenai gejala alam. a. Fakta meliputi apa yang mampu kita lihat dan rasakan dengan panca indera. Fakta dalam ilmu pengetahuan mendasari konsep, prinsip, dan teori dalam sains. b. Konsep adalah abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena dan fakta. Konsep memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut tertentu. Menurut Brunner, Goodnow, dan Austrin (1994) menyatakan bahwa konsep memiliki lima elemen utama nama, definisi, atribut, nilai dan contoh. c. Prinsip dan hukum. Prinsip dan hukum sering digunakan secara bergantian karena dianggap sebagai sinonim. Prinsip dan hukum dibentuk oleh fakta atau fakta-fakta dan konsep atau konsep-konsep. Ini sangat perlu dipahami bahwa, hukum dan prinsip fisika tidaklah mengatur kejadian alam (fakta), melainkan kejadian alam (fakta) yang dijelaskan keberadaannya oleh prinsip dan atau hukum.



21



d. Prinsip dan hukum adalah generalisasi konsep. Prinsip dan hukum dibentuk berdasarkan fakta dan konsep. Gejala alam tidaklah tunduk pada prinsip dan hukum, tetapi gejala alam mampu dijelaskan melalui prinsip dan hukum. 2.5



Hubungan Permainan Tradisional dan Pembelajaran Fisika Fisika dan permainan adalah dua hal yang berbeda. Fisika termasuk ke dalam



jenis bahan pelajaran yaitu berupa text book saat dipelajari di sekolah, sehingga membuat siswa kurang berminat untuk membaca dan mempelajarinya. Sedangkan permainan adalah hal yang sangat lazim disukai anak, bahkan setiap anak membutuhkan sebuah permainan sebagai alat hiburan. Apabila kedua hal tersebut dapat dihubungkan, maka akan sangat menarik jika diterapkan kepada siswa saat proses pembelajaran berlangsung (Wiyono, Laili & Syuhendri, 2017). Pada dasarnya kehidupan saat ini kurangnya pengetahuan dalam hubungan pembelajaran fisika dengan suatu permainan tradisional. Namun sesungguhnya permainan tradisional dapat menjelaskan konsep-konsep yang digunakan dalam pembelajaran fisika. Menurut Fiqry (2017) salah satu bentuk indiginasi budaya yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran fisika yaitu permainan tradisional gasing atau kawongga. Kawongga adalah istilah gasing dalam bahasa Bima, permainan ini sangat akrab dengan anak-anak di Bima dan permainan ini dimainkan pada musim tertentu. Gasing sangat unik karena gerakannya yang berputar pada porosnya yang disebut sebagai rotasi. Cara memainkan gasing yaitu dengan memutarnya dengan alat bantu putar yang terbuat dari tali yang dililitkan pada gasing. Saat bermain, cukup menghentakkan dan menarik alat bantu putar tersebut dan membiarkan gasing itu berputar.



22



Tujuan memanfaatkan gasing dalam proses pembelajaran fisika ini untuk menarik perhatian siswa sehingga pembelajaran menyenangkan dan memberikan pengetahuan bahwa pembelajaran fisika sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu konsep fisika terdapat dalam gasing yaitu tentang materi gerak melingkar khususnya kecepatan linier dan kecepatan sudut. Menurut Widyaparamita (2020) Permainan gasing berhubungan dengan materi fisika antara lain berhubungan dengan konsep keseimbangan benda tegar dan konsep tekanan, terutama pada tekanan zat padat. Pada kasus ini gasing menggunakan sebuah kayu yang kuat agar tidak mudah pecah dimana gasing memiliki bentuk bagian bawah yang memiliki permukaan runcing dan bagian atasnya memiliki permukaan yang luas. Disini otot tangan berfungsi sebagai penghasil gaya karena bisa mendorong dan menarik sebuah tali yang sudah dililitkan dibadan gasing. Permainan perahu juga mengandung konsep tekanan, terutama pada tekanan zat cair. Pada kasus ini pemain dapat membuat perahu yang terbuat dari pelepah pisang kemudian diletakkan di atas aur dan ternyata perahu ini tidak tenggelam. Hal ini karena adanya pengaruh hukum Archimedes, dimana suatu benda dapat terapung atau tenggelam tergantung pada besarnya gaya berat dan gaya apung. “Jika gaya apung lebih besar dari pada gaya berat maka benda akan terapung. Sebaliknya, jika gaya apung lebih kecil dari pada gaya berat, maka benda akan tenggelam. Jika gaya apung maksimum sama dengan berat benda maka benda akan melayang”. Menurut Sukma (2019) pada permainan tradisional boy-boyan, tarik tambang dan geredan pelepah pinang menerapkan konsep dinamika partikel. Sejalan dengan pendapat tersebut Agustini (2020) menyebutkan bahwa permainan tradisional tarik tambang adalah permainan tarik menarik yang konsepnya berhubungan dengan materi



23



hukum Newton tentang gerak dan gaya. Metode permainan tarik tambang diaplikasikan dalam materi gerak dan gaya. Melalui permainan tarik tambang dan praktik secara langsung siswa dapat mengenali konsep dalam hukum Newton. Danang (2020) menyebutkan bahwa dari aspek pembelajaran ilmiah, tarik tambang adalah permainan tradisional mengandung beberapa materi fisika diantaranya materi kinematika, dinamika, usaha dan energi, momentum dan impuls, kesetimbangan benda tegar, dan lain-lain. Kemudian Makhmudah (2019) juga menjelaskan bahwa permainan tradisional Kalimantan Tengah yang dimiliki suku Dayak Ngaju yaitu permainan Balogo dan Habayang, permainan ini mengandung materi fisika momentum dan impuls. Selanjutnya Kusumaningsih (2019) menyebutkan bahwa dalam permainan tradisional dapat disesuaikan dengan konsep fisika, salah satunya permainan engklek. Saat melempar gacuk hal ini dapat dihubungkan dengan materi gaya serta kegiatan melompat antara satu kotak dengan kotak lain juga mengajarkan siswa tentang materi gerak. 2.6



Penelitian yang Relevan Sebagai acuan dalam penelitian ini, ada beberapa penelitian terdahulu yang



berhubungan dengan kajian permainan tradisional dalam kaitan pembelajaran etnosains fisika di kecamatan Tambusai, diantaranya: 1.



Sudirman, (2017) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Materi Kalor Berbasis Etnosains Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa XI MAN Baraka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angket memenuhi kriteria sangat valid dengan nilai rata-rata 3,5. Keterlaksanaan



24



pembelajaran memenuhi kriteria sangat valid dengan nilai rata-rata 3,5. Respon peserta didik sangat baik karena memiliki peningkatan sebesar 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa Penerapan model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Berbasis Etnosains Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kls XI MAN Baraka memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Perbedaan dengan penelitian penulis yaitu pada penelitian ini menggunakan penerapan model pembelajaran dan yang dikur adalah minat belajar siswa sedangkan penelitian penulis meneliti tentang kajian permainan tradisional yang diukur adalah tingkat pengetahuan respon/subjek akan kaitan permainan tradisional dalam pembelajaran fisika. 2.



Indrayanti, (2017) yang berjudul Efektivitas Permainan Tradisional Pada Pembelajaran IPA Terpadu Terhadap Karakter Ilmiah Dan Pemahaman Konsep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA menggunakan permainan tradisional berpengaruh terhadap karakter ilmiah dan pemahaman konsep peserta didik pada tema klasifikasi di SMP Kesatrian 1 Semarang. Besarnya pengaruh pembelajaran IPA menggunakan permainan tradisional terhadap karakter ilmiah adalah 78%. Hal ini berarti bahwa permainan tradisional dapat mengembangkan karakter ilmiah peserta didik dengan baik. Sedangkan besarnya pengaruh pembelajaran IPA menggunakan permainan tradisional terhadap pemahaman konsep adalah 78%. Hal ini berarti bahwa permainan tradisional dapat mengembangkan pemahaman konsep peserta didik pada tema klasifikasi di SMP Kesatrian 1 Semarang, sehingga masuk dalam kategori baik. Pada penelitian ini untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional pada pembelajaran IPA Terpadu terhadap karakter ilmiah dan



25



pemahaman konsep peserta didik, sedangkan pada penelitian penulis untuk mengetahui kajian etnosains permainan tradisional dalam kaitan pembelajaran etnosains fisika. 3.



Budi, (2019) dengan judul Pengembangan Modul Metode Permainan Tradisional Anak Untuk Pembelajaran Kelas 1 SD Tema 4 Subtema 1. Hasil penelitiannya adalah dari hasil perhitungan angket peneliti mendapatkan total skor 4,6 yang termasuk dalam klasifikasi sangat baik. Dari perhitungan angket para ahli, model pembelajaran menggunakan permainan tradisional anak untuk siswa kelas 1 SD tema 4 subtema 1 tergolong dalam klasifikasi sangat baik. Maka modul yang dikembangkan memiliki kualitas yang sangat baik dan modul layak digunakan dalam proses pembelajaran. Adapun perbedaannya terletak pada jenis penelitian, penelitian ini menggunakan jenis penelitian Research and Development sedangkan penelitian penulis menggunakan jenis penelitian survei dan menggunakan metode penelitian deskriptif.



4.



Makhmudah, (2019) yang berjudul Pengembangan Modul Fisika Berbasis Kearifan



Lokal



Permainan



Tradisional



Kalimantan



Tengah



Untuk



Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi Momentum Dan Impuls di SMAN 1 Sampit. Hasil penelitiannya adalah hasil validasi modul fisika yang dikembangkan mendapatkan hasil sebesar 4,23 termasuk dalam kategori valid, dengan demikian modul fisika berbasis kearifan lokal layak digunakan sebagai modul pembelajaran untuk



meningkatkan hasil belajar siswa. Kepraktisan



modul fisika yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat terlaksana dengan sangat baik sesuai kegiatan pembelajaran yang direncanakan guru, dengan memiliki



persentase



sebesar



95,95%



sehingga



modul



fisika



yang



26



dikembangkan termasuk dalam kategori praktis



sebagai bahan ajar pada



pembelajaran fisika. Hasil belajar siswa setelah menggunakan modul fisika yang kriteria



dikembangkan menunjukan skor N-gain sebesar 0,65 masuk dalam sedang. Berdasarkan analisis menunjukan adanya perbedaan hasil



belajar sebelum dan sesudah menggunakan modul fisika, sehingga modul fisika yang dikembangkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaannya dengan penelitian penulis adalah penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan sedangkan penulis melakukan jenis penelitian survei metode deskriptif. Penelitian penulis bertujuan untuk melakukan kajian permainan tradisional dalam kaitan pembelajaran etnosains fisika, berbeda dengan penelitian ini yang bertujuan untuk mendeskripsikan validitas modul fisika, kepraktisan dan hasil belajar. 5.



Pratiwi, (2019) dengan judul Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Berbasis Permainan Tradisional Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Dan Kerjasama Peserta Didik SMA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah dihasilkan media pembelajaran fisika berbasis permainan tradisional untuk peningkatan penguasaan materi dan sikap kerjasama peserta didik SMA yang layak digunakan pada materi momentum dan impuls. Peningkatan penguasaan materi dengan media pembelajaran fisika berbasis permainan tradisional dengan hasil skor gain sebesar 0,58 dengan kategori sedang. Sikap kerjasama peserta didik menggunakan media permainan tradisional dundu tercapai sebesar 87 %. Perbedaannya dengan penelitian penulis yaitu penelitian ini menggunakan metode Research and Development sedangkan penulis menggunakan jenis penelitian survei dengan metode penelitian deskriptif.



27



2. 7



Kerangka Konseptual Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan ditemukan



bahwa pengetahuan akan permainan tradisional dan pembelajaran etnosains fisika sangat rendah. Agar eksistensi permainan tradisional tetap kukuh, maka perlu dilakukan integrasi pengetahuan budaya dalam proses pembelajaran. Maka pada penelitian ini peneliti mengajukan alternatif penyelesaian dengan melakukan kajian permainan tradisional dalam kaitan pembelajaran etnosains fisika. Adapun kerangka konseptual pada penelitian ini terlihat pada gambar 2.1 Mulai



Studi Pendahuluan



Rendahnya pengetahuan akan permainan tradisional dan pembelajaran etnosains Membuat Instrumen Tidak Instrumen Valid?



Ya



Pelaksanaan kajian permainan tradisional dalam kaitan pembelajaran etnosains fisika



Pengolahan Data



Pembahasan



Kesimpulan



Selesai



Gambar 2.1 Kerangka Konseptual



28



BAB III METODE PENELITIAN 3.1



Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2013) penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan angket sebagai alat penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel, sosiologis maupun psikologis. Tujuan penelitian survei adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat, serta karakterkarakter yang khas dari kasus atau kejadian suatu hal yang bersifat umum. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Sukmadinata (2006) metode penelitian deskriptif adalah metode yang berusaha mendeskripsikan



serta menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau



hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang berlangsung. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel- variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya, perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara, kuesioner, observasi dan dokumentasi. Di sini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif karena



29



penelitian ini mengkaji permainan tradisional dalam kaitan pembelajaran etnosains fisika di Kecamatan Tambusai. 3.2



Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1



Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan



Hulu. 3.2.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu yang digunakan selama kegiatan penelitian berlangsung. Penelitian dimulai pada Februari 2021- Juni 2021. 3.3



Populasi dan Sampel 3.3.1



Populasi Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada



suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dapat juga didefenisikan sebagai keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti (Martono, 2014). Senada dengan hal tersebut Sugiyono (2008) menyebutkan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Populasi pada penelitian ini adalah 10 orang tokoh masyarakat, 14 orang tokoh adat, 10 orang tokoh pemuda dan 7



30



orang guru fisika di kecamatan Tambusai. Sehingga jumlah populasi pada penelitian ini adalah 41 orang. 3.3.2



Sampel Menurut Arikunto (2010) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian



atau wakil populasi yang diteliti. Sejalan dengan pendapat Martono (2014) menyatakan bahwa sampel dapat didefenisikan sebagai anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Menurut Sugiyono (2016) terdapat dua teknik sampling yang dapat digunakan yaitu probability sampling dan non probability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2016) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Alasan menggunakan teknik purposive sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, peneliti memilih teknik purposive



31



sampling yang menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Sampel pada penelitian ini yaitu 5 orang tokoh masyarakat, 5 orang tokoh adat, 5 orang tokoh pemuda dan 4 orang guru fisika di Kecamatan Tambusai. Sehingga jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 19 orang. 3.4



Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Sugiyono (2009) Menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yaitu : 3.4.1



Variabel Bebas Variabel bebas/independen adalah variabel yang mempengaruhi atau



yang terjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2009). Variabel bebas pada penelitian ini adalah permainan tradisional. 3.4.2



Variabel Terikat Variabel terikat/dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang



menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kaitan pembelajaran etnosains fisika.



32



3.5



Prosedur Penelitian Menurut Sugiyono (2009) metode survei digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, wawancara terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam eksperimen). Penggunaan metode survei akan memudahkan peneliti untuk memperoleh data untuk diolah dengan tujuan memecahkan masalah yang menjadi tujuan akhir suatu penelitian. Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam pelaksanaan survei menurut Singarimbun (2011) adalah: 1) Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survei 2) Menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan 3) Pengambilan sampel 4) Pembuatan kuesioner 5) Pekerjaan lapangan 6) Pengolahan data 7) Analisa dan pelaporan. Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yakni: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. a. Tahap Persiapan 1. Melakukan studi pendahuluan ke kecamatan Tambusai. 2. Memilih sampel dan berkonsultasi dengan Lembaga Kerapatan Adat dan Guru Fisika SMA/Sederajat. 3. Menyusun



instrumen



penelitian



berupa



kuesioner,



wawancara dan lembar observasi. 4. Melakukan validasi instrumen penelitian oleh dosen ahli.



pedoman



33



b. Tahap Pelaksanaan 1. Mengumpulkan data melalui wawancara 2. Menyebarkan kuesioner/angket c. Tahap Akhir 1. Mengolah data yang telah diperoleh dari hasil penelitian 2. Menganalisis data dari wawancara dan kuesioner 3. Menarik kesimpulan dari hasil data yang diperoleh 4. Menyusun laporan penelitian 3.6



Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto, 2010). Tabel 3.1 Kisi-kisi pedoman wawancara, kuesioner dan lembar observasi Variabel



Aspek



Permainan Tradisional Kajian



Pembelajaran Etnosains Fisika



Indikator 1. Sejarah dan asal-usul permainan tradisional 2. Cara bermain dan proses permainan tradisional 3. Aturan dalam permainan tradisional 4. Istilah-istilah yang digunakan dalam permainan tradisional Konsep pembelajaran etnosains fisika dalam permainan tradisional (Taufik, 2018)



34



Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pedoman Wawancara Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2017). Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara tatap muka. Menurut Morissan (2016) menyebutkan bahwa wawancara tatap muka atau disebut juga dengan wawancara personal (personal interview) dapat dilakukan dengan cara mendatangi tempat kerja atau tempat tinggal responden atau mengundang responden ke tempat peneliti. Pada penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur yaitu peneliti menyiapkan beberapa pertanyaan yang disusun sebagai panduan pada saat melakukan wawancara. Data hasil wawancara ini nantinya akan digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil kuesioner. b. Kuesioner Kuesioner menurut Sugiyono (2009) mengungkapkan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Pada penelitian ini menggunakan pertanyaan terbuka. Menurut Morissan (2016) menyebutkan bahwa pertanyaan terbuka (open-ended question) yaitu pertanyaan yang harus dijawab sendiri oleh responden. Respon menjawab berbagai pertanyaan tersebut dengan menuliskan pendapatnya pada bagian yang telah disediakan pada kuesioner (atau menjawabnya secara lisan kepada pewawancara). Pertanyaan terbuka memberikan responden kebebasan



35



dalam memberikan jawaban, dan juga peluang untuk memberikan jawaban yang mendalam. c. Lembar Observasi Observasi adalah kegiatan pengamatan terhadap objek yang akan diteliti secara langsung dengan cara mengumpulkan data berdasarkan pengamatan yang menggunakan mata atau telinga secara langsung. Dengan demikian melalui proses observasi dapat terlihat kemunculan dari aspek yang ingin diamati. Dalam hal ini pengamatan yang dilakukan yaitu meliputi aspek permainan tradisional dan pembelajaran etnosains fisika. Indikator permainan tradisional yang diamati meliputi sejarah dan asal usul permainan tradisional, cara bermain dan proses permainan tradisional, aturan dalam permainan tradisional serta istilah-istilah yang digunakan dalam permainan tradisional. Sedangkan aspek pembelajaran etnosains fisika yang diamati adalah konsep pembelajaran etnosains fisika dalam permainan tradisional. Jawaban dari hasil wawancara akan diamati melalui tabel observasi. Uji Validitas Instrumen Suatu instrumen dinyatakan valid apabila ia mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas instrumen dilakukan untuk menunjukan keabsahan dari instrumen yang akan dipakai pada penelitian. Untuk menguji kevalidan instrumen, maka cara yang ditempuh, yakni dengan uji validitas yang dilakukan berdasarkan pertimbangan dan pendapat ahli (Experts Judgment). Peneliti melakukan uji kevalidan instrumen ini kepada tiga orang ahli atau dosen ahli



36



yang berkompeten di bidangnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang akan digunakan peneliti telah teruji kelayakannya. Kegiatan validasi ini dilakukan dengan validator mengisi lembar validasi masing-masing instrumen. Lembar validasi berisikan pernyataan tentang instrumen yang digunakan oleh peneliti dengan aspek validasi yang dinilai adalah validasi konstruk, validasi isi dan validasi bahasa. Adapun validator pada penelitian ini yaitu, satu orang dosen program studi pendidikan fisika, satu orang guru fisika, dan satu orang guru bahasa Indonesia. 3.7



Teknik Pengumpulan Data Data adalah bagian terpenting dari suatu penelitian, karena dengan data peneliti dapat mengetahui hasil dari penelitian tersebut. Pada penelitian ini, data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Sumber data pada penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Menurut Sugiyono (2017) data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari responden melalui wawancara dan data hasil kuesioner dengan responden. Sedangkan data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari catatan, dokumentasi, buku, artikel, jurnal dan informasi lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.



37



Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Sesuai dengan karakteristik data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah: a. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Menurut Riyanto (2010) wawancara merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subjek/responden. Pada penelitian ini menggunakan wawancara tatap muka. Pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan terstruktur yang sudah disiapkan sebelumnya dan telah diuji kevalidannya. b. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan pertanyaan terbuka. Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang lebih mendalam dari responden tentang kajian permainan tradisional dan kaitannya dalam pembelajaran etnosains fisika di kecamatan Tambusai. c. Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Dalam hal ini pengamatan yang dilakukan yaitu pada proses permainan tradisional itu sendiri dan mencatat istilah-istilah yang ada pada permainan tradisional (sains asli) yang kemudian akan direkonstruksikan ke pengetahuan ilmiah (sains ilmiah).



38



d. Dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki bendabenda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya (Arikunto, 2002). Metode ini berkaitan dengan objek dan subjek penelitian melalui pencatatan dokumen-dokumen dan berkas-berkas dari pihak yang terkait dengan penelitian. e. Rekaman Audio dan Video adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan merekam audio dan video wawancara sehingga dapat digunakan untuk menggali isi wawancara lebih lengkap pada saat pengolahan data. 3.8



Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan model interaktif. Menurut Sugiyono (2009) analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, kuesioner, observasi dan dokumentasi. Dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami. Model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar 3.1 Data collection



Data display



Data Reduction



Conclusions: drawing/verifying



Gambar 3.1 Komponen analisis data Miles & Huberman (1992)



39



Gambar 3.1 menunjukkan langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data sebagai berikut: 1. Data Reduction (Reduksi data) sebagai suatu proses pemilihan, pemusatan, perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan, sehingga data itu memberi gambaran yang lebih jelas tentang hasil wawancara, kuesioner, observasi dan dokumentasi. 2. Data Display (Penyajian data), yaitu sekumpulan informasi tersusun memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, tabel, gambar, dan sejenisnya mengenai permainan tradisional dan kaitannya dalam



pembelajaan etnosains. Melalui



penyajian data tersebut, maka dapat digambarkan kandungan etnosains yang terdapat dalam permainan tradisional sehingga akan semakin mudah dipahami. 3. Conclusion Drawing atau Verifying (Simpulan atau verifikasi), Berdasarkan hasil data yang diperoleh, peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian deskriptif dengan cara merekapitulasi jawaban responden dan mensintesakan semua jawaban tersebut dalam satu kesimpulan yang merangkum permasalahan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.



40



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1



Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tambusai pada bulan Februari sampai Juni 2021. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kajian permainan tradisional dalam kaitan pembelajaran etnosains fisika di Kecamatan Tambusai. Penelitian menggunakan jenis penelitian survei dengan metode penelitian deskriptif. Pada tahap awal proses pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara dengan tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda di Kecamatan Tambusai untuk mengetahui dan mengkaji tentang permainan tradisional yang ada di Kecamatan Tambusai. Kemudian peneliti memberikan kuesioner dengan pertanyaan terbuka kepada guru-guru fisika SMA di Kecamatan Tambusai untuk mengetahui kaitan permainan tradisional dengan pembelajaran etnosains fisika di Kecamatan Tambusai. Tahap awal proses penelitian yaitu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu di Kecamatan Tambusai, lalu memilih sampel dan berkonsultasi dengan Lembaga Kerapatan Adat Melayu Tambusai dan Guru Fisika SMA di Kecamatan Tambusai. Kemudian peneliti menyusun instrumen penelitian berupa pedoman wawancara, kuesioner dan lembar observasi. Instrumen penelitian yang telah dibuat selanjutnya divalidasi terlebih dahulu oleh dosen ahli. Setelah instrumen penelitian dinyatakan valid oleh dosen ahli, maka peneliti melakukan pengumpulan data. Tahap awal pengumpulan data dengan melakukan wawancara. Pada penelitian ini menggunakan wawancara tatap muka dengan pertanyaan



41



terstruktur yang sudah disiapkan sebelumnya dan telah diuji kevalidannya. Adapun jawaban dari narasumber yang merupakan hasil dari wawancara yang telah dilakukan selanjutnya diamati melalui Tabel 4.1, Tabel 4.2, Tabel 4.3, Tabel 4.4, Tabel 4.5, dan Tabel 4.6. Berikut Tabel observasi hasil wawancara dengan tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda di Kecamatan Tambusai. Tabel 4.1 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Tokoh Pemuda Tentang Permainan Gasiang PERMAINAN GASIANG (PERMAINAN GASING) No 1. 2.



3. 4.



Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan gasiang? Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan gasiang? Apa saja alat dan bahan dalam permainan gasiang? Bagaimana bentuk gasiang? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari gasiang?



Jawaban Tokoh Masyarakat Iyu, tau (Iya, tau) Buah nun bupusiang awalnyo dari buah pinang (Buah yang berputar awalnya dari pinang) Tali, kayu, paku Lai yang bontuk lonjong namunyo gasiang jantong, lai yang bontuknyo bundar itu gasiang taka. Bagian-bagiannyo: yang bulek diateh tu kupalu, dibawah itu tompek mulilik tali namunyo lihie, lai bahu untuk bateh mulilik tali, lai badan itu antaru kupalu samu ikuo, yang paling bawah namunyo ikuo untuk tompek paku atau biasu disobuik paci (Ada yang berbentuk lonjong namanya gasing jantung dan ada yang berbentuk bundar itu gasing tempurung. Bagianbagiannya terdiri dari: bagian bulat di atas itu kepala, dibawah itu tempat melilit tali namnaya leher, ada bahu untuk batas melilit tali, ada badan itu antara kepala dan ekor, yang paling bawah namanya ekor tempat paku atau biasa disebut paci)



42



PERMAINAN GASIANG (PERMAINAN GASING) No 5.



Pertanyaan Mengapa pada bagian kaki (paksi) gasiang bawahnya berbentuk runcing?



6.



Apa jenis kayu yang biasa digunakan untuk membuat gasiang?



7.



Bagaimana cara bermain gasiang?



8.



Apakah ada pengaruh jumlah lilitan tali terhadap lama/tidaknya gasiang berputar?



9.



Mengapa gasiang dapat berputar pada porosnya?



10.



Apa saja jenis perlombaan pada permainan gasiang? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya?



11.



Apa saja aturan dalam permainan gasiang?



Jawaban Tokoh Masyarakat Dibuek runciang mak gasiang tu bisa buputa. Kalau indo runciang do, popoh bawahnyo tu indo bisa buputa do (Dibuat runcing agar gasing bisa berputar. Kalau tidak runcing maka gasing tidak bisa berputar) Kayu yang biasu dibuek uyang mo kayu kompeh karena inyo koreh (Kayu yang biasa digunakan orang adalah kayu kempas karena kayunya keras) Putamu lilik tali gasiang tu sampai ku bahu, lah tu lempa ku tanah sambie munyintak talinyo tu gasiang tu pun akan buputa (Pertama lilitkan tali gasing hingga bagian bahu, kemudian lemparkan ke tanah sambil menyentak talinya gasing akan berputar) Lai lah ntong, sumakin banyak lilik nyo sumakin lamu gasiang tu buputa (Tentu ada, semakin banyak lilitan tali maka semakin lama gasing berputar) Sobab gasiang tu seimbangnyo ditambah pulo paku samu buatan gasiang du (Karena gasing itu seimbang ditambah pula paku dan buatan dari gasing itu) Yang diadu lamu gasiang tu buputa samu main tingkah namunyo (Yang diadu yaitu lama gasing berputar dan main tingkah namanya) Yang gasiang nyo lamu puta inyo monang, sedangkan yang copek buronti inyo kalah. Yang monang akan muningkah, dan yang kalah akan munahan (Yang gasing nya lama berputar berarti menang sedangkan yang duluan berhenti berarti kalah. Dan yang menang akan meningkah sedangkan yang kalah akan menahan)



43



PERMAINAN GASIANG (PERMAINAN GASING) No 12.



Pertanyaan Apa saja istilah-istilah dalam permainan gasiang yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menyebutkan dan menjelaskannya?



Jawaban Tokoh Masyarakat Pukul balu (langsung mati), tingkah layang (meningkah dari jauh), tingkah tunduk (meningkah dengan posisi menunduk), tingkah togak (meningkah dengan posisi berdiri), hugai (beradu lama berputar), setingkah (beradu antar gasiang), mauih (tidak cepat datar/habis)



No 1.



Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan gasiang? Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan gasiang?



Jawaban Tokoh Adat Iyu, tau (Iya, tau)



2.



3. 4.



Apa saja alat dan bahan dalam permainan gasiang? Bagaimana bentuk gasiang? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari gasiang?



5.



Mengapa pada bagian kaki (paksi) gasiang bawahnya berbentuk runcing?



6.



Apa jenis kayu yang biasa digunakan untuk membuat gasiang?



Dimainkan waktu musim padi, supayu padi boneh (buisi). supayu anak kemenakan indo bupoian (Dimainkan pada musim padi terbit, supaya padi berisi, supaya anak keponakan tidak bepergian) Kayu, tali, lapangan Yang bontuknyo lagang jantong pisang namunyo gasiang jantong nun subuah le tu bontuknyo buntak lagang tumpurong namunyo gasiang taka. Bagiannyo kupalu gasiang, bahu gasiang, badan gasiang, ikuo gasiang (paci) Yang bentuknya seperti jantung pisang namanya gasing jantung dan satu lagi bentuknya seperti tempurung kelapa. Bagiannya kepala gasiang, bahu gasiang, badan gasiang, ekor gasiang (paci) Supayu bisa buputa, bia suimbang samu lamunyo buputa (Supaya bisa berputar, seimbang dan lama tahan berputarnya) Lai burapu mocom kayu, lai kayu kompeh, kepinih, temutun, marpuyan, punyiu, loban dan seminai.



44



PERMAINAN GASIANG (PERMAINAN GASING) No



Pertanyaan



7.



Bagaimana cara bermain gasiang?



8.



Apakah ada pengaruh jumlah lilitan tali terhadap lama/tidaknya gasiang berputar?



9.



Mengapa gasiang dapat berputar pada porosnya?



10.



Apa saja jenis perlombaan pada permainan gasiang? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya?



11.



Apa saja aturan dalam permainan gasiang?



12.



Apa saja istilah-istilah dalam permainan gasiang yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menyebutkan dan menjelaskannya?



Jawaban Tokoh Adat Topi yang paliang toruih digunukan uyang kayu kompeh karna kuat dan tahan. Atau kayu loban karena inyo indo mudah pocah. (Ada beberapa jenis kayu seperti kompeh, kepinih, temutun, marpuyan, punyiu, loban dan seminai. Tetapi yang paling sering digunakan yaitu kayu kompeh karena kuat dan tahan serta kayu loban karena tidak mudah pecah) Tali dililikkan sampai bagian bahu gasiang, lah tu hompehkan maku inyo pun buputa (Tali dililitkan sampai bagian bahu gasiang, lalu hempaskan maka akan berputar) Lai, gasiang akan sumakin lamu buputa kalau makin banyak lilik talinyo (Ada, gasing akan semakin lama berputar jika semakin banyak lilitan talinya) Karna boreknyo imbang samu gasiang nyo hugai juu (Karena beratnya imbang. Serta dikarenakan gasingnya hugai) Yang dilombakan lai 3 kategori yaitu urieh, pangkah, dan hugai (Yang dilombakan ada 3 kategori yaitu urieh, pangkah, dan hugai.) Aturannyo kalau kulua dai garis lapangan dan dolu mati inyo kalah (Kalau keluar dari garis lapangan dan duluan mati berarti kalah) Hugai (lama berputar), Muniduo (tetap), Monahan (menahan), Moningkah (Memukul), Tingkah cubu (mencoba), Tingkah pinggang (Meningkah Sepinggang), Tingkah Lutuik (Meningkah Selutut)



45



PERMAINAN GASIANG (PERMAINAN GASING) No 1. 2.



3. 4.



5.



6.



Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan gasiang? Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan gasiang? Apa saja alat dan bahan dalam permainan gasiang? Bagaimana bentuk gasiang? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari gasiang? Mengapa pada bagian kaki (paksi) gasiang bawahnya berbentuk runcing? Apa jenis kayu yang biasa digunakan untuk membuat gasiang?



7.



Bagaimana cara bermain gasiang?



8.



Apakah ada pengaruh jumlah lilitan tali terhadap lama/tidaknya gasiang berputar? Mengapa gasiang dapat berputar pada porosnya? Apa saja jenis perlombaan pada permainan gasiang? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya? Apa saja aturan dalam permainan gasiang? Apa saja istilah-istilah dalam permainan gasiang yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menyebutkan dan menjelaskannya?



9. 10.



11. 12.



Jawaban Tokoh Pemuda Iya, tau Tidak tau tentang sejarahnya hanya ikut memainkannya saja Tali dan gasing itu sendiri Ada yang bulat dan pipih, ada juga yang lonjong. Yang lonjong namanya gasiang lonjong, yang pipih namanya gasiang taka Supaya bisa berputarnya lama. Biasanya diberi kacang-kacang dibagian bawahnya Kayu kompeh (kempas) karena keras, kayu loban karena tidak mudah pecah, dan kayu toreh (teras) Lilitkan tali ke ¼ bagian gasing sekitar leher, kemudian lemparkan ke tanah lalu tarik talinya Ada, semakin banyak lilitan semakin lama gasingnya berputar Tidak tau Biasanya dilombakan beregu, kategorinya yaitu adu hugai (lama berputar) Pasti ada, tapi kami kurang paham Hugai (lama berputar)



46



Tabel 4.2 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Tokoh Pemuda Tentang Permainan Bodie PERMAINAN BODIE (PERMAINAN BEDIL) No 1. 2.



3. 4.



Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan bodie? Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan bodie? Apa saja alat dan bahan dalam permainan bodie? Bagaimana bentuk bodie? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari bodie?



5.



Apa jenis bambu yang biasa digunakan untuk membuat bodie?



6.



Apa peluru yang digunakan pada permainan bodie? Apa alasan benda itu dipilih sebagai peluru?



7.



Bagaimana cara bermain bodie?



Jawaban Tokoh Masyarakat Iyu, tau (Iya, tau) Mulunyo dari porang-porangan (Awalnya dari perang-perangan) Buluh samu pluru (Bambu dan peluru) Bodie bontuknyo luruih serueh buluh sukitar 30 cm. Bagiannyo lai lop untuk tompek pluru & bilah untuk mundorong pluru (Bodie berbentuk lurus seruas bambu sekitar 30 cm. Bagiannya yaitu badan (tempat peluru) dan bilah (pendorong peluru) Sadu mocom buluh yang pontiang ukurannyo sonik & tahan. Bontuk buluh aur buduri samu buluh perak (Segala jenis bambu yang penting berukuran kecil dan tahan. Seperti bambu aur berduri dan bambu perak) Buah kopadan, putik jambu, atau koteh yang dibiakkan. Sobab lombuik & sonang ditokok (Buah kopadan, putik jambu, atau kertas yang dibasahkan. Karena lembut, mudah untuk dipukul) Lotakkan pluru diujong buluh, toruih tu tokok & rapikan, baru dorong. Sudah itu masukkan pluru yang ku duu dan tembakkan, maku pluru yang putamu akan klua dan mulotuih (Letakkan peluru dibagian ujung bambu kemudian pukul dan rapikan, lalu dorong. Kemudian masukkan peluru yang kedua dan tembakkan, maka peluru yang pertama akan keluar dan berbunyi)



47



PERMAINAN BODIE (PERMAINAN BEDIL) No 8.



Pertanyaan Apakah ada pengaruh kuat pendorong terhadap laju tembakan peluru?



9.



Mengapa peluru bodie dapat keluar saat ditembakkan?



10.



Apa saja jenis perlombaan pada permainan bodie? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya?



11.



Apa saja aturan dalam permainan bodie? Apa saja istilah-istilah dalam permainan bodie yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menyebutkan dan menjelaskannya? Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan bodie? Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan bodie? Apa saja alat dan bahan dalam permainan bodie? Bagaimana bentuk bodie? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari bodie?



12.



No 1. 2.



3. 4.



Jawaban Tokoh Masyarakat Lai, sumakin kuat ditujah mangkin laju tembakan pluru tapi tugantong samu udara di dalam buluh tu juu (Ada, semakin kuat didorong maka semakin laju tembakan peluru tapi bergantung juga pada (udara didalam bambu itu juga) Karna ditujah samu lai dorongan udara di dalam buluh, kalau bocornyo (lungga) indo mau pluru tu klua do (Karena didorong da nada tekanan udara di dalam bambu, Kalau bocor ditandai dengan longgar maka peluru tidak keluar) Indo dilombakan do, cumu untuk hiburan samiang. Untuk main main miang ditengok dari jauh nyo pluru yang ditembak samu lotupan dari pluru tu kuat atau indo (Tidak dilombakan hanya sebagai hiburan. Untuk main-main saja dilihat dari jauhnya tembakan peluru dan bunyi dari peluru itu kuat atau tidak) Indo lai aturannyo do (Tidak ada aturannya) Lai do (Tidak ada)



Jawaban Tokoh Adat Iyu, tau (Iya, tau) Senjatu (Senjata)



Buluh (Bambu) Surueh buluh kurang 30 cm



ukurannyo



lobih



48



PERMAINAN BODIE (PERMAINAN BEDIL) No



Pertanyaan



5.



Apa jenis bambu yang biasa digunakan untuk membuat bodie?



6.



Apa peluru yang digunakan pada permainan bodie? Apa alasan benda itu dipilih sebagai peluru?



7.



Bagaimana cara bermain bodie?



8.



Apakah ada pengaruh kuat pendorong terhadap laju tembakan peluru?



Jawaban Tokoh Adat Bagian sundak lai yang pipih lai yang bulek tugantong yang punyu (Seruas bambu ukurannya lebih kurang 30 cm. Bagian pendorong ada yang berbentuk pipih dan ada yang berbentuk bulat tergantung keinginan pemain) Buluh yang luruih, sonik dan toba. Bisa dari buluh aur buduri, buluh kuniang atau buluh cinu (Bambu yang lurus, kecil dan tebal. Bisa dari bambu aur berduri, bambu kuning atau bambu cina) Buah kopadan, putik jambu bol, dan daun-daunan. Karna bisa munutupi bagian ujong lubang bia indo bocor dan supayu mudah ditembakkan (Buah kopadan, putik jambu bol, dan daun-daunan. Karena bisa menutupi bagian ujung lubang agar tidak bocor dan supaya mudah ditembakkan) Isi 2 buah pluru, masukkan subuahsubuah dengan munokok pakai ponujah, lalu gosakkan. Pluru yang dimasukkan taden akan kulua (Isi 2 buah peluru, masukkan satu persatu dengan memukulnya menggunakan pendorong, lalu dorong. Maka peluru yang dimasukkan tadi akan keluar) Lai lah, kalau indo kuat digosakkan klua nyo tapi indo mulotuih do. Kalau copek mundorong ponujahnyo maku sumakin jauh tembakan pluru, kalau lambek munggosaknyo maku anginnyo akan kulua indo jauh jadinyo do (Ada lah, kalau tidak kuat didorong peluru keluar tapi tidak meletus. Jika cepat mendorong maka akan semakin jauh tembakan, kalau lambat maka anginnya akan keluar)



49



PERMAINAN BODIE (PERMAINAN BEDIL) No 9.



Pertanyaan Mengapa peluru bodie dapat keluar saat ditembakkan?



10.



Apa saja jenis perlombaan pada permainan bodie? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya? Apa saja aturan dalam permainan bodie? Apa saja istilah-istilah dalam permainan bodie yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menyebutkan dan menjelaskannya? Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan bodie? Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan bodie? Apa saja alat dan bahan dalam permainan bodie? Bagaimana bentuk bodie? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari bodie? Apa jenis bambu yang biasa digunakan untuk membuat bodie? Apa peluru yang digunakan pada permainan bodie? Apa alasan benda itu dipilih sebagai peluru? Bagaimana cara bermain bodie?



11. 12.



No 1. 2.



3. 4.



5. 6.



7.



8.



9. 10.



11.



Apakah ada pengaruh kuat pendorong terhadap laju tembakan peluru? Mengapa peluru bodie dapat keluar saat ditembakkan? Apa saja jenis perlombaan pada permainan bodie? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya? Apa saja aturan dalam permainan bodie?



Jawaban Tokoh Adat Karena dorongan angin yang didalam buluh du (Karena dorongan angina yang di dalam bambu itu) Buradu banyak pluru (Beradu banyak peluru) Lai do (Tidak ada) Mulotuih: (mengeluarkan bunyi/ meletus), Gosak: (dorong) Sundak/ Ponujah: (bagian pendorong)



Jawaban Tokoh Pemuda Iya, tau Tidak pernah diceritakan tentang sejarahnya sehingga hanya ikut memainkannya saja Bambu Panjangnya sekitar 2 jengkal. Ada tempat untuk peluru dan ada bagian untuk mendorong peluru Bambu yang tebal (aur berduri), dan buluh betung Buah kopadan, putik jambu atau kertas. Karena pas dibagian lobang (diameter bambu) Masukkan buah kopadan, tokok 1 buah lalu masukkan buah kedua. Kemudian dorong/ tembakkan Ada, semakin kuat didorong maka semakin jauh tembakan peluru dan meletusnya pun kuat Karena pelurunya pas Tidak dilombakan



Tidak ada



50



PERMAINAN BODIE (PERMAINAN BEDIL) No 12.



Pertanyaan Apa saja istilah-istilah dalam permainan bodie yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menyebutkan dan menjelaskannya?



Jawaban Tokoh Pemuda Tidak ada



Tabel 4.3 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Tokoh Pemuda Tentang Permainan Setinjau PERMAINAN SETINJAU (PERMAINAN ENGRANG) No 1. 2.



3. 4.



Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan setinjau? Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan setinjau?



Apa saja alat dan bahan dalam permainan setinjau? Bagaimana bentuk setinjau? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari setinjau?



5.



Apa jenis kayu/bambu yang biasa digunakan untuk membuat setinjau?



6.



Bagaimana cara bermain setinjau?



Jawaban Tokoh Masyarakat Iyu, tau (Iya, tau) Sayembara putri raju bagi jantan yang kakinyo indo kotor sampai ku istana maku akan munjadi jodohnyo putri raju tu (Sayembara putri raja bagi laki-laki yang kakinya tidak kotor sampai ke istana maka akan menjadi jodohnya putri raja itu) Kayu 2 buah dan papan (Kayu 2 buah dan papan) Bontuknyo togak srupu kayu dan bawahnyo dibontuk sogitigu. Bagian-bagiannyo 2 buah kayu untuk pogangan tangan dan aleh togak (tompek kaki) yang dibuek dari kayu, buluh, atau papan (Bentuknya tegak berdiri seperti kayu dan bagian bawahnya berbentuk segitiga siku-siku. Bagian-bagiannya terdiri dari 2 buah kayu sebagai pegangan tangan dan alas berdiri (tempat kaki) yang terbuat dari kayu, bambu, atau papan) Kayu/buluh bulek yang pontiang kuat dan kokoh (Kayu/bambu bulat yang penting kuat dan kokoh) Naik kan kaki subolah ku tompek pijakan,



51



PERMAINAN SETINJAU (PERMAINAN ENGRANG) No



Pertanyaan



7.



Apakah ada pengaruh berat badan saat bermain setinjau?



8.



Mengapa pada saat setinjau dinaiki tidak patah?



9.



Apa saja jenis perlombaan pada permainan setinjau? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya?



10.



Apakah kategori yang menyatakan menang/kalah pada permainan setinjau?



11.



Apa saja aturan dalam permainan setinjau? Apa saja istilah-istilah dalam permainan setinjau yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menyebutkan dan menjelaskannya?



12.



Jawaban Tokoh Masyarakat lah tu naikkan kaki yang subolah le. Timbang badan sambie mulangkah polan-polan & bujalan (Naik kan kaki sebelah ke tempat pijakan, kemudian naikkan lagi kaki yang sebelahnya. Seimbangkan badan lalu melangkah perlahan layaknya sedang berjalan) Lai, sumakin borek sumakin payah mulangkah. Topi tugantong tinggi rondahnyo tompek pijakan dan pandai indonyo munyeimbangkan (Ada, semakin berat semakin sulit melangkah. Tapi tergantung tinggi rendahnya tempat pijakan dan pandai tidaknya mengatur keseimbangan) Karna kayunyo kuat dan koreh dan lai kayu punopangnyo (Karena kayunya kuat dan keras serta ada kayu penopang) Yang dilombakan biasunyo lamu tahan togak samu siapu dolu sampai ku ujong garis (Yang dilombakan biasanya lama tahan berdiri dan siapa yang cepat sampai ke ujung garis) Monang bilu copek sampai ku garis ujong dan yang paliang lamu tahan togak. Sedangkan kalah siapu yang dolu mati (turun dari setinjau) dan lambek sampai ku garis ujong (Menang apabila cepat sampai finish dan paling lama tahan berdiri. Sedangkan kalah yaitu yang duluan mati/turun dari setinjau dan lambat sampai garis finish) Lai do (Tidak ada) Indo lai do(Tidak ada)



52



PERMAINAN SETINJAU (PERMAINAN ENGRANG) No 1. 2.



3. 4.



Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan setinjau? Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan setinjau?



Apa saja alat dan bahan dalam permainan setinjau? Bagaimana bentuk setinjau? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari setinjau?



5.



Apa jenis kayu/bambu yang biasa digunakan untuk membuat setinjau?



6.



Bagaimana cara bermain setinjau?



7.



Apakah ada pengaruh berat badan saat bermain setinjau?



8.



Mengapa pada saat setinjau dinaiki tidak patah?



Jawaban Tokoh Adat Iyu, tau (Iya, tau) Muambik bondu yang tinggi dan digunukan untuk mengintai imau (Mengambil benda yang tinggi dan digunakan untuk mengintai harimau) Kayu Kayu luruih untuk pogangan dan papan/kayu tompek mulicak. Panjangnyo kalau potang 6/7 etu. Topi untuk panjangnyo ko bisa dibuek sesuai dengan kumampuan dan tinggi pumain (Kayu lurus untuk pegangan dan papan/kayu tempat pijakan. Panjangnya kalau dulu 6/7 hasta. Tetapi untuk panjangnya bisa disesuaikan dengan kemampuan dan tinggi pemain) Biasunyu dibuek dari kayu Nilu (Andilo), karna kuat dan ringan (Biasanya terbuat dari kayu Nila, karena kuat dan ringan) Lotakkan ku duu kaki ditompek mulicak, baru langkahkan kaki mocom bujalan (Letakkan kedua kaki ditempat pijakan, kemudian langkahkan kaki seperti berjalan) Bupungaruh atau indonyo tugantong keseimbangan, samu munyusuaikan posisi togak masu nak mulangkah dan masu bujalan (Berpengaruh atau tidaknya tergantung keseimbangan, dengan menyesuaikan posisi berdiri saat akan melangkah dan ketika berjalan) Karna kayunyo olah dijomuo jadi kayunya sumakin kuat (Karena kayunya sudah dijemur terlebih dahulu jadi kayunya semakin kuat)



53



PERMAINAN SETINJAU (PERMAINAN ENGRANG) No 9.



Pertanyaan Apa saja jenis perlombaan pada permainan setinjau? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya?



10.



Apakah kategori yang menyatakan menang/kalah pada permainan setinjau?



11.



Apa saja aturan dalam permainan setinjau? Apa saja istilah-istilah dalam permainan setinjau yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menyebutkan dan menjelaskannya? Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan setinjau? Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan setinjau? Apa saja alat dan bahan dalam permainan setinjau? Bagaimana bentuk setinjau? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari setinjau? Apa jenis kayu/bambu yang biasa digunakan untuk membuat setinjau? Bagaimana cara bermain setinjau?



12.



No 1. 2.



3. 4.



5. 6.



7. 8. 9.



Apakah ada pengaruh berat badan saat bermain setinjau? Mengapa pada saat setinjau dinaiki tidak patah? Apa saja jenis perlombaan pada permainan setinjau? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya?



Jawaban Tokoh Adat Butahan indo jatuh ku tanah samu buradu copek sampai ku garis yang olah ditontukan (Bertahan dan tidak jatuh ke tanah atau beradu cepat sampai garis yang ditentukan) Monang bilu indo jatuh dan paliang copek sampai ku garis ujong (Dinyatakan menang saat tidak jatuh dan paling cepat sampai finish) Indo lai do (Tidak ada) Lai do (Tidak ada)



Jawaban Tokoh Pemuda Iya, tau Tidak tau tentang sejarahnya hanya ikut memainkannya saja karena permainan ini turun-temurun Kayu/bambu Panjang setinjau menyesuaikan ketinggian/ keinginan pemain



Kayu yang kuat Posisi kaki diatas tempat pijakan, naikkan kaki satu per satu, bisa menggunakan bantuan teman, seimbangkan badan saat melangkah Pasti ada, kalau badan berat maka susah menyeimbangkannya Karena pengaruh dari kayunya yang kuat dan penopang Jenisnya beradu cepat Biasanya dilombakan terutama 17 Agustus



54



PERMAINAN SETINJAU (PERMAINAN ENGRANG) No 10.



11. 12.



Pertanyaan Apakah kategori yang menyatakan menang/kalah pada permainan setinjau? Apa saja aturan dalam permainan setinjau? Apa saja istilah-istilah dalam permainan setinjau yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menyebutkan dan menjelaskannya?



Jawaban Tokoh Pemuda Kategorinya kecepatan. Bagi pemain yang cepat sampai garis finish maka dia lah pemenangnya Tidak ada Tidak ada



Tabel 4.4 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Tokoh Pemuda Tentang Permainan Baliang-Baliang PERMAINAN BALIANG-BALIANG (PERMAINAN BALING-BALING) No 1. 2.



3. 4.



Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan baliang-baliang? Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan baliang-baliang?



Apa saja alat dan bahan dalam permainan baliang-baliang? Bagaimana bentuk baliang-baliang? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari baliang-baliang?



Jawaban Tokoh Masyarakat Iyu, tau (Iya, tau) Untuk munontukan arah angin, munjagu ladang padi dari burong, munirukan bungu kayu yang jatuh (Untuk menentukan arah angin, menjaga ladang padi dari burung, serta menirukan bunga kayu yang jatuh) Buah para, tali dan kayu (Biji karet/getah, tali dan kayu) Bontuknyo lagang baling-baling. Bagiannyo buah para yang dilubangi untuk tompek munarik tali dan lubang kayu tompek baling-baling, kayu untuk tompek muililik tali dan disubolah ujong kayu lai baling-baling nyo (Bentuknya seperti baling-baling. Bagiannya yaitu biji karet yang dilubangi sebagai tempat tarikan tali dan lubang kayu tempat balingbaling, kemudian kayu sebagai tempat meililit tali dan dibagian ujung kayu ada baling-baling)



55



PERMAINAN BALIANG-BALIANG (PERMAINAN BALING-BALING) No 5.



Pertanyaan Apa jenis kayu yang biasa digunakan untuk membuat baliangbaliang?



6.



Bagaimana cara bermain baliangbaliang?



7.



Mengapa berputar?



8.



Apakah ada pengaruh kekuatan tarikan terhadap putaran baliangbaliang dan lama berputar?



9.



Apa saja jenis perlombaan pada permainan baliang-baliang? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya?



10.



Apakah ketentuan yang menyatakan menang/kalah pada permainan baliang-baliang?



11.



Apa saja aturan dalam permainan baliang-baliang? Apa saja istilah-istilah dalam permainan baliang-baliang yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menjelaskannya?



12.



baliang-baliang



dapat



Jawaban Tokoh Masyarakat Kayu sumbarangan yang pontiang bulek untuk tiangnyo & baliangbaliang nyo dibuek dari buluh (Kayu sembarangan yang penting bulat sebagai tiangnya. Sedangkan baliang-baliang nya terbuat dari bambu) Subolumnyo tali olah dililikkan ku kayu, waktu onak mumainkannyo tingga munarik tali tu, baliangbaliang nyo pun buputa (Sebelumnya tali sudah dililitkan pada kayu, saat bermain hanya menarik tali itu, baling-baling nya pun akan berputar) Karena pongaruh dari tarikan tali yang olah mulilik dikayu tu (Karena pengaruh dari tarikan tali yang sudah dililitkan dikayu itu) Lai, sumakin laju munarik tali maku sumakin lamu baliangbaliang buputa. Topi jan kuat amek munariknyo do, beko putuih talinyo (Ada, semakin laju tarikan tali maka semakin lama baling-baling berputar. Tapi jangan terlalu kuat menariknya, bisa putus talinya. Indo dilombakan do. Topi waktu dimainkan bisa ditengok dari lamu atau indonyo baling-baling buputa (Tidak dilombakan, tapi waktu dimainkan bisa dilihat dari lama /tidaknya baling-baling berputar) Monang yang paliang lamu buputa, kalah yang duluan buronti puta (Menang yang paling lama berputar, kalah yang duluan berhenti berputar) Lai do (Tidak ada) Lai do (Tidak ada)



56



PERMAINAN BALIANG-BALIANG (PERMAINAN BALING-BALING) No 1. 2.



3. 4.



Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan baliang-baliang? Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan baliang-baliang? Apa saja alat dan bahan dalam permainan baliang-baliang? Bagaimana bentuk baliang-baliang? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari baliang-baliang?



5.



Apa jenis kayu yang biasa digunakan untuk membuat baliangbaliang?



6.



Bagaimana cara bermain baliangbaliang?



7.



Mengapa berputar?



baliang-baliang



dapat



Jawaban Tokoh Adat Iyu, tau (Iya, tau) Munjagu olang dari tanaman padi di kobun/ladang (Menjaga elang dari tanaman padi di kebun/ladang) Buah para, tali, dan kayu/buluh (Biji karet, tali, dan kayu/bambu) Bontuknyo harus suimbang kiri dan kanan supayu bisa buputa. Bagianbagiannyo tompek munarik, tompek mulilik tali, dan tompek balingbaling. Bagian lubang untuk munarik tali dibuek dari buah para atau buluh yang dikorek (Bentuknya harus seimbang kiri dan kanan agar bisa berputar. Bagianbagiannya terdiri dari tempat tarikan, tempat lilitan tali, dan tempat baling-baling. Bagian lobang untuk menarik tali terbuat dari biji karet atau bambu yang dipotong) Kayu/buluh yang bulek atau bisa juu dari lidi untuk tompek mulilik tali. Dan baliang-baliangnyo dibuek dari buluh atau stik es krim yang indo gunu (Kayu/bambu yang bulat atau bisa juga untuk tempat melilit tali. Dan baling-balingnya dibuat dari bambu atau stik es krim yang tidak dipakai) Carunyo tingga munarik tali yang olah tulilik di tiang. Waktu tali ditarik baling-baling pun akan buputa (Caranya tinggal menarik tali yang sudah terlilit di tiang. Saat tali ditarik baling-baling pun akan berputar) Karena baliang-baliang nyo suimbang, kalau timpang indo onak nyo puta do (Karena balingbalingnya seimbang, kalau berat sebelah tidak bisa berputar)



57



PERMAINAN BALIANG-BALIANG (PERMAINAN BALING-BALING) No 8.



Pertanyaan Apakah ada pengaruh kekuatan tarikan terhadap putaran baliangbaliang dan lama berputar?



9.



Apa saja jenis perlombaan pada permainan baliang-baliang? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya?



10.



Apakah ketentuan yang menyatakan menang/kalah pada permainan baliang-baliang?



11.



Apa saja aturan dalam permainan baliang-baliang? Apa saja istilah-istilah dalam permainan baliang-baliang yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menjelaskannya? Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan baliang-baliang? Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan baliang-baliang? Apa saja alat dan bahan dalam permainan baliang-baliang? Bagaimana bentuk baliang-baliang? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari baliang-baliang? Apa jenis kayu yang biasa digunakan untuk membuat baliangbaliang? Bagaimana cara bermain baliangbaliang?



12.



No 1. 2.



3. 4.



5.



6.



Jawaban Tokoh Adat Lai, sumakin banyak jumlah lilik tali atau sumakin panjang talinyo maku sumakin lamu baliangbaliang buputa (Ada, semakin banyak jumlah lilitan tali atau semakin panjang talinya maka semakin lama baling-baling berputar) Indo dilombakan do. Topi bisa ditengok dari lamu baliang-baliang buputa (Tidak dilombakan. Tapi bisa di lihat dari lama baling-baling berputar) Kalah : Paliang copek buronti puta, Monang : Paliang lamu buputa (Kalah : Paling cepat berhenti berputar, Menang : Paling lama berputar) Indo lai do (Tidak ada) Indo lai do (Tidak ada)



Jawaban Tokoh Pemuda Iya, tau Tidak tau tentang asal usulnya hanya ikut memainkannya saja Buah para, kayu/bambu dan tali Bentuknya ada 3 lobang, 2 dibagian atas bawah dan 1 samping. Bagiannya ada kayu tempat lilitan tali, diatasnya ada baling-baling Kayu yang bulat bisa untuk tempat melilitkan tali Ditarik talinya, maka baling-baling akan berputar



58



PERMAINAN BALIANG-BALIANG (PERMAINAN BALING-BALING) No 7. 8.



9.



10.



11. 12.



Pertanyaan baliang-baliang



Mengapa dapat berputar? Apakah ada pengaruh kekuatan tarikan terhadap putaran baliangbaliang dan lama berputar? Apa saja jenis perlombaan pada permainan baliang-baliang? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya? Apakah ketentuan yang menyatakan menang/kalah pada permainan baliang-baliang? Apa saja aturan dalam permainan baliang-baliang? Apa saja istilah-istilah dalam permainan baliang-baliang yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menjelaskannya?



Jawaban Tokoh Pemuda Karena lilitan tali yang ditarik Ada, pengaruhnya yaitu balingbaling akan lama berputar jika talinya panjang dan lilitannya banyak Tidak dilombakan, hanya hiburan



Biasanya dilihat dari lama balingbaling berputar Tidak ada Tidak ada



Tabel 4.5 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Tokoh Pemuda Tentang Permainan Tarik Upih Pinang PERMAINAN TARIK UPIH PINANG (TARIK PELEPAH PINANG) No 1. 2.



3. 4.



5.



Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan tarik upih pinang? Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan tarik upih pinang? Apa saja alat dan bahan dalam permainan tarik upih pinang? Bagaimana bentuk upih pinang? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari upih pinang yang digunakan dalam permainan serta fungsinya?



Apakah jenis upih yang biasa digunakan dalam permainan tarik upih pinang? Mengapa upih jenis tersebut yang dipilih?



Jawaban Tokoh Masyarakat Iyu, tau (Iya, tau) Mumbaok boban yang banyak (Membawa barang yang banyak) Upieh pinang (Pelepah pinang) Upieh pinang yang olah tuu/jatuh ku tanah. Bagian klupak untuk tompek duduk pumain & daun upieh untuk munarik (Upih pinang yang sudah tua/jatuh ke tanah. Bagian pelepah untuk tempat duduk pemain sedangkan daun upih untuk menarik) Upieh yang olah tuu dan jatuh sobab kombangnyo elok dan tahan, indo polu dipanjik do



59



PERMAINAN TARIK UPIH PINANG (TARIK PELEPAH PINANG) No



Pertanyaan



6.



Bagaimana cara bermain tarik upih pinang?



7.



Mengapa upih pinang dapat menahan orang dengan berat badan tertentu dan bisa ditarik pada jarak tertentu? Apakah ada pengaruh gesekan terhadap kecepatan upih bergerak/berpindah? Bagaimana pengaruhnya?



8.



9.



Apa saja jenis perlombaan pada permainan tarik upih pinang? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya?



10.



Apakah ketentuan yang menyatakan menang/kalah pada permainan tarik upih pinang?



11.



Apa saja aturan dalam permainan tarik upih pinang? Apa saja istilah-istilah dalam permainan tarik upih pinang yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menyebutkan dan menjelaskannya? Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan tarik upih pinang?



12.



No 1.



Jawaban Tokoh Masyarakat (Upih yang sudah tua dan jatuh karena kembangnya bagus dan tahan, tidak perlu dipanjat) Surang duduk dibagian klupak dan surang le munarik bagian daun. Tingga ditarik dan diseret sampai garis yang olah ditontukan (Satu orang duduk dibagian daun dan satu orang lagi menarik bagian daun. Tinggal ditarik dan diseret sampai garis yang sudah ditentukan) Karna upieh yang olah tuu tu kuat (Karena upih yang sudah tua itu kuat) Lai, kalau banyak gesekan upiehnyo copek mauih (habih) dan payah bugorak (lambek sampai) (Ada, kalau banyak gesekan upihnya cepat habis dan payah bergerak /lama sampai) Bupacu (buradu copek sampai). Ditontukan garis mulai dan garis ujong) nyo (Berpacu/beradu cepat sampai. Ditentukan garis start dan garis finish nya) Siapu yang paling copek sampai maku itulah yang akan monang dan subaliknyo (Siapa yang paling cepat sampai maka itulah yang akan menang dan sebaliknya) Suai kusupokatan (Sesuai kesepakatan) Indo lai do (Tidak ada)



Jawaban Tokoh Adat Iyu, tau (Iya,tau)



60



PERMAINAN TARIK UPIH PINANG (TARIK PELEPAH PINANG) No 2.



Pertanyaan Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan tarik upih pinang?



3.



Apa saja alat dan bahan dalam permainan tarik upih pinang? Bagaimana bentuk upih pinang? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari upih pinang yang digunakan dalam permainan serta fungsinya? Apakah jenis upih yang biasa digunakan dalam permainan tarik upih pinang? Mengapa upih jenis tersebut yang dipilih?



4.



5.



6. 7.



8.



9.



10.



11. 12.



Bagaimana cara bermain tarik upih pinang? Mengapa upih pinang dapat menahan orang dengan berat badan tertentu dan bisa ditarik pada jarak tertentu? Apakah ada pengaruh gesekan terhadap kecepatan upih bergerak/berpindah? Bagaimana pengaruhnya?



Apa saja jenis perlombaan pada permainan tarik upih pinang? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya? Apakah ketentuan yang menyatakan menang/kalah pada permainan tarik upih pinang? Apa saja aturan dalam permainan tarik upih pinang? Apa saja istilah-istilah dalam permainan tarik upih pinang yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menjelaskannya?



Jawaban Tokoh Adat Potang upieh ko dibuek uyang untuk pombungkuih nasi bilu makan ku rantau (Dahulu upih ini dibuat orang untuk membungkus nasi saat makan bersama) Upieh (Pelepah) Daun : Tompek munarik Upieh : Tompek duduk uyang yang ditarik (Daun : Tempat menarik Upih : Tempat duduk orang yang ditarik) Upieh yang olah jatuh karna mudah diambik dan indo polu dipanjik do (Upih yang sudah jatuh karena mudah diambil dan tidak perlu dipanjat) Ditarik daunnyo (Ditarik daunnya) Karna upieh yang olah tuu tu kuat (Karena upih yag sudah tua itu kuat) Lai, kalau ditompek yang banyak batu upiehnya payah bugorak. Makunyo dimainkan di tompek yang agak miring/turunan (Ada, kalau ditempat yang banyak batu upihnya susah bergerak. Makanya dimainkan di tempat yang agak miring/turunan) Pacu sampai (Berpacu sampai)



Sampai diujong garis dolu buarti monang (Sampai diujung garis duluan berarti menang) Indo lai ku tau do (Tidak ada saya tau) Setau aku indo lai do (Setau saya tidak ada)



61



PERMAINAN TARIK UPIH PINANG (TARIK PELEPAH PINANG) No 1. 2.



3. 4.



5.



6.



7.



8.



9.



10.



11. 12.



Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan tarik upih pinang? Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan tarik upih pinang? Apa saja alat dan bahan dalam permainan tarik upih pinang? Bagaimana bentuk upih pinang? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari upih pinang yang digunakan dalam permainan serta fungsinya? Apakah jenis upih yang biasa digunakan dalam permainan tarik upih pinang? Mengapa upih jenis tersebut yang dipilih? Bagaimana cara bermain tarik upih pinang?



Mengapa upih pinang dapat menahan orang dengan berat badan tertentu dan bisa ditarik pada jarak tertentu? Apakah ada pengaruh gesekan terhadap kecepatan upih bergerak/berpindah? Bagaimana pengaruhnya? Apa saja jenis perlombaan pada permainan tarik upih pinang? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya? Apakah ketentuan yang menyatakan menang/kalah pada permainan tarik upih pinang? Apa saja aturan dalam permainan tarik upih pinang? Apa saja istilah-istilah dalam permainan tarik upih pinang yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menyebutkan dan menjelaskannya?



Jawaban Tokoh Pemuda Iya, tau Tidak tau tentang sejarahnya hanya ikut memainkannya saja Pelepah pinang Upih yang sudah tua. Tempat dudukan dan tempat menarik



Upih yang sudah jatuh dan tua



1 orang pemain menarik dan 1 orang lagi ditarik (duduk). Caranya tinggal ditarik. Biasanya dimainkan di tanah/ rumput Karena upihnya kuat



Ada, upih cepat habis Karena banyak gesekan



Cepat sampai finish



Menang apabila paling cepat sampai garis finish yang sudah ditentukan. Biasanya rute yang dimainkan secara bolak-balik Tidak ada Tidak ada



62



Tabel 4.6 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Tokoh Pemuda Tentang Permainan Serunai PERMAINAN SERUNAI No 1. 2.



3. 4.



Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan serunai? Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan serunai?



Apa saja alat dan bahan dalam permainan serunai? Bagaimana bentuk serunai? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari serunai?



5.



Apa jenis batang padi yang biasa digunakan untuk membuat serunai?



6.



Bagaimana cara bermain serunai?



7.



Mengapa serunai mengeluarkan bunyi?



dapat



Jawaban Tokoh Masyarakat Iyu, tau (Iya, tau) Uyang tuu yang onak munghibur anaknyo yang munangih kotu di ladang. Bia Uyang tuunyo ko taden bisa bukoju dan anaknyo ontok bumain, indo mungganggu uyang tuunyo yang bukoju tu do (Orang tua yang ingin menghibur anaknya yang menangis saat diladang. Agar orang tuanya bisa kembali bekerja dan anaknya bisa bermain dan tidak mengganggu orang tuanya yang bekerja) Batang padi dan daun tobu (Batang padi dan daun tebu) Bontuknyo lagang terompet. Bagian buku/rueh padi dipocahkan/ dibolah, bagian ujungnyo dililik daun tobu, dan bagian pangka nyo untuk muhombuih (Bentuknya seperti terompet. Bagian buku/ ruas padi dipecahkan/ dibelah, bagian ujungnya dililit daun tebu, dan bagian pangkal untuk meniup) Batang padi yang olah dituai/dipanen (Batang padi yang sudah dituai/dipanen) Bagian yang dipocahkan dimasukkan ku muluik lalu dihombuihkan (Bagian yang dipecahkan dimasukkan ke mulut lalu ditiup/dihembuskan) Karna pungaruh dari getaran bagian batang padi yang dipocahkan dan dibrosihkan udara di dalam batang padi indo tumpek/sumbek (Karena pengaruh dari getaran bagian batang padi yang dipecahkan dan dibersihkan udara di dalam batang padi tidak tidak tersumbat)



63



PERMAINAN SERUNAI No 8.



Pertanyaan Apakah ada pengaruh kekuatan meniup terhadap kekuatan bunyi serunai yang dihasilkan?



9.



Apa saja jenis perlombaan pada permainan serunai? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya?



10.



Apakah ketentuan yang menyatakan menang/kalah pada permainan serunai?



11.



Apa saja aturan dalam permainan serunai? Apa saja istilah-istilah dalam permainan serunai yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menyebutkan dan menjelaskannya? Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan serunai? Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan serunai? Apa saja alat dan bahan dalam permainan serunai?



12.



No 1. 2.



3.



4.



Bagaimana bentuk serunai? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari serunai?



Jawaban Tokoh Masyarakat Lai, sumakin kuat dihombuih maku sumakin godang suarunyo dan lobih godang bunyinyo le kalau dibaluik dengan daun tobu (Ada, semakin kuat ditiup maka semakin besar bunyinya dan akan lebih besar lagi bunyinya kalau dibalutkan daun tebu) Indo dilombakan do, topi bisa dinilai dari kuat/polannya bunyi surunai (Tidak dilombakan, tapi bisa dinilai dari kuat/pelannya bunyi seruna) Yang godang bunyi serunainyo inyo monang dan subaliknyo (Yang besar bunyi serunainya akan menang dan sebaliknya) Lai do (Tidak ada) Lai do (Tidak ada)



Jawaban Tokoh Adat Iyu, tau (Iya, tau) Hiburan pupaja untuk uyang munuai padi (Hiburan anak-anak untuk orang menuai padi) Batang padi yang olah dipanen dan daun tobu (Batang padi yang sudah dipanen dan daun tebu) Panjangnyo lobih kurang 20 cm, lai bagian untuk muhombuih dan lai bagian bontuk corong/ terompet. Bagian yang dibolah atau dipocahkan bisa juu disayat munyurupai bolahan soruling (Panjangnya lebih kurang 20 cm, ada bagian untuk menghembus dan ada bagian seperti corong/ terompet.



64



PERMAINAN SERUNAI No



Pertanyaan



5.



Apa jenis batang padi yang biasa digunakan untuk membuat serunai?



6. 7.



Bagaimana cara bermain serunai? Mengapa serunai dapat mengeluarkan bunyi?



8.



Apakah ada pengaruh kekuatan meniup terhadap kekuatan bunyi serunai yang dihasilkan?



9.



Apa saja jenis perlombaan pada permainan serunai? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya?



10.



Apakah ketentuan yang menyatakan menang/kalah pada permainan serunai?



11.



Apa saja aturan dalam permainan serunai? Apa saja istilah-istilah dalam permainan serunai yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menyebutkan dan menjelaskannya?



12.



Jawaban Tokoh Adat Bagian yang dibelah atau dipecahkan bisa juga disayat menyerupai belahan seruling) Batang padi yang olah dituai ukuran sodang (Batang padi yang sudah dituai berukuran sedang) Dihombuih (Dihembus) Karna dihombuih dari muluik dan pungaruh pocahan batang padi taden (Karena ditiup dari mulut dan pengaruh pecahan batang padi tadi) Lai, pungaruhnyo subanding. Sumakin kuat muniup sumakin kuat bunyinyo, sumakin banyak pocahan batang padi sumakin mulongking bunyinyo. Akan lobih kuat le bunyinya kalau dibaluik daun tobu supu terompet (Ada, pengaruhnya sebanding. Semakin kuat meniup semakin kuat bunyinya, semakin banyak pecahan batang padi semakin melengking bunyinya. Akan lebih kuat lagi bunyinya kalau dililit daun tebu menyerupai terompet) Indo dilombakan do. Topi bisa ditengok dari kuat atau polannyo bunyi surunai (Tidak dilombakan. Tetapi bisa dilihat dari kuat atau pelannya bunyi serunai) Monang yang paling godang suarunyo samu mantap bunyi nyo (bunada) (Menang yang paling besar suaranya dan mantap nada bunyinya) Indo lai do (Tidak ada) Indo lai do (Tidak ada)



65



PERMAINAN SERUNAI No 1. 2.



3. 4.



5. 6.



Pertanyaan Apakah bapak/saudara mengetahui permainan serunai? Apa yang bapak/saudara ketahui tentang sejarah dan asal-usul permainan serunai? Apa saja alat dan bahan dalam permainan serunai? Bagaimana bentuk serunai? Dapatkah bapak/saudara menjelaskan tentang bagian-bagian dari serunai? Apa jenis batang padi yang biasa digunakan untuk membuat serunai? Bagaimana cara bermain serunai?



7.



Mengapa serunai mengeluarkan bunyi?



8.



Apakah ada pengaruh kekuatan meniup terhadap kekuatan bunyi serunai yang dihasilkan? Apa saja jenis perlombaan pada permainan serunai? Bisakah bapak/saudara menjelaskannya? Apakah ketentuan yang menyatakan menang/kalah pada permainan serunai? Apa saja aturan dalam permainan serunai? Apa saja istilah-istilah dalam permainan serunai yang bapak/saudara ketahui? Apakah bapak/saudara bisa menyebutkan dan menjelaskannya?



9.



10.



11. 12.



dapat



Jawaban Tokoh Pemuda Iya, tau Tidak tau tentang sejarahnya hanya ikut memainkannya saja Batang padi Panjangnya lebih kurang satu jengkal, terbuat dari pangkal batang padi Batang padi yang sudah dituai, kalau belum dituai tidak boleh Batang padi yang dipecahkan, ditiup dibagian pangkalnya Karena lobang yang dipangkal tadi, ada tekanan udara dibagian yang dipecahkan Ada, semakin keras ditiup semakin keras suaranya Tidak dilombakan



Tidak ada



Tidak ada Tidak ada



Pengumpulan data berikutnya peneliti menyebarkan kuesioner kepada guru fisika SMA di kecamatan Tambusai untuk mengetahui konsep fisika yang terdapat pada permainan tradisional yang ada di kecamatan Tambusai. Kuesioner yang digunakan



66



pada penelitian ini adalah menggunakan kuesioner dengan pertanyaan terbuka. Responden pada kuesioner penelitian ini adalah guru-guru fisika SMA yang ada di kecamatan Tambusai. Terdiri dari 2 orang guru fisika SMA Negeri 1 Tambusai, 1 orang guru fisika SMA Negeri 2 Tambusai, dan 1 orang guru fisika SMA Negeri 3 Tambusai. Adapun hasil dari kuesioner tersebut akan diamati melaui Tabel 4.7, Tabel 4.8, Tabel 4.9, Tabel 4.10, Tabel 4.11, dan tabel 4.12. Tabel 4.7 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Gasiang PERMAINAN GASIANG No 1.



Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan gasiang?



2.



Apakah konsep fisika yang terdapat pada cara bermain gasiang? Berikan penjelasan!



3.



Jelaskan pengaruh jumlah lilitan tali terhadap lama/tidaknya putaran gasiang! Mengapa gasiang dapat berputar pada porosnya? Mengapa kaki gasiang berbentuk runcing dan diberi mimis?



4. 5.



6.



No 1.



2.



Pada proses lomba gasiang pangkah, mengapa gasiang yang dipangkah bisa terbang jauh, berhenti berputar atau bisa pecah serta gasiang pemangkah bisa memantul saat memangkah gasiang lawan? Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan gasiang? Apakah konsep fisika yang terdapat pada cara bermain gasiang?



Jawaban Guru Fisika 1 Tumbukan, Impuls, Momentum, Gerak Melingkar, Keseimbangan, Tekanan Konsep gaya, kecepatan sudut dan keseimbangan. Gaya pada saat dilemparkan (memberikan gaya). Kecepatan sudut ketika akan berputar. Keseimbangan pada saat tidak stabil gasiang akan jatuh. Tumbukan pada saat dilemparkan ke tanah Semakin banyak kumparan atau lilitan tali terhadap gasing maka semakin besar periodenya (T) Karena pada gasing berlaku konsep kesetimbangan benda tegar Karena untuk memperkecil gesekan. Semakin runcing maka semakin lama perputaran gasing Karena berlaku konsep tumbukan (tergantung banyaknya lilitan dan gaya yang diberikan). Terjadi tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian, dan tumbukan tidak lenting sama sekali Jawaban Guru Fisika 2 Tumbukan, Impuls, Momentum, Gerak Melingkar, Keseimbangan, Tekanan Konsep gaya, kecepatan sudut dan keseimbangan.



67



PERMAINAN GASIANG No



Pertanyaan



3.



Jelaskan pengaruh jumlah lilitan tali terhadap lama/tidaknya putaran gasiang! Mengapa gasiang dapat berputar pada porosnya? Mengapa kaki gasiang berbentuk runcing dan diberi mimis?



4. 5.



6.



No 1.



2.



3.



4.



5.



Pada proses lomba gasiang pangkah, mengapa gasiang yang dipangkah bisa terbang jauh, berhenti berputar atau bisa pecah serta gasiang pemangkah bisa memantul saat memangkah gasiang lawan? Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan gasiang?



Apakah konsep fisika yang terdapat pada cara bermain gasiang? Berikan penjelasan! Jelaskan pengaruh jumlah lilitan tali terhadap lama/tidaknya putaran gasiang! Mengapa gasiang dapat berputar pada porosnya?



Mengapa kaki gasiang berbentuk runcing dan diberi mimis?



Jawaban Guru Fisika 2 Gaya pada saat dilemparkan (memberikan gaya). Kecepatan sudut ketika akan berputar. Keseimbangan pada saat tidak stabil gasiang akan jatuh. Tumbukan pada saat dilemparkan ke tanah Semakin banyak kumparan atau lilitan tali terhadap gasing maka semakin besar periodenya (T) Karena pada gasing berlaku konsep kesetimbangan benda tegar Karena untuk memperkecil gesekan. Semakin runcing maka semakin lama perputaran gasing Karena berlaku konsep tumbukan (tergantung banyaknya lilitan dan gaya yang diberikan). Terjadi tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian, dan tumbukan tidak lenting sama sekali Jawaban Guru Fisika 3 Konsep tekanan terutama pada zat padat (tekanan zat padat), hukum newton baik hukum I Newton dan hukum II Newton Gerak Melingkar



Semakin banyak jumlah lilitan pada gasing maka gasiang akan berputar semakin lama Gasiang dapat berputar pada porosnya diakibatkan karena adanya gaya gesek dan tekanan atau gaya luar yang berupa tarikan tali yang membuat gasing tersebut bergerak Kaki gasiang diberi runcing karena gerakan gasing itu merupakan gerak melingkar



68



PERMAINAN GASIANG No



Pertanyaan



6.



Pada proses lomba gasiang pangkah, mengapa gasiang yang dipangkah bisa terbang jauh, berhenti berputar atau bisa pecah serta gasiang pemangkah bisa memantul saat memangkah gasiang lawan? Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan gasiang? Apakah konsep fisika yang terdapat pada cara bermain gasiang? Berikan penjelasan! Jelaskan pengaruh jumlah lilitan tali terhadap lama/tidaknya putaran gasiang! Mengapa gasiang dapat berputar pada porosnya? Mengapa kaki gasiang berbentuk runcing dan diberi mimis?



No 1. 2.



3.



4. 5.



6.



Pada proses lomba gasiang pangkah, mengapa gasiang yang dipangkah bisa terbang jauh, berhenti berputar atau bisa pecah serta gasiang pemangkah bisa memantul saat memangkah gasiang lawan?



Jawaban Guru Fisika 3 Gasiang diberi mimis karena mimis dapat menjaga keseimbangan ketika melakukan gerak melingkar -



Jawaban Guru Fisika 4 Tekanan, Gerak Melingkar, Hukum Newton Konsep gaya. Pada saat melemparkan gasing dan menarik tali itu artinya memberikan gaya Pengaruhnya adalah semakin banyak jumlah lilitan tali maka semakin lama gasing berputar Karena adanya dinamika rotasi Kaki gasing runcing untuk memperkecil bidang sentuh antara lantai dengan gasing. Sedangkan diberi mimis untuk memperkecil gesekan agar gasing dapat berputar lama Karena pada proses ini berlaku konsep tumbukan



Tabel 4.8 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Bodie PERMAINAN BODIE No 1. 2.



Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan bodie? Apakah konsep fisika yang terdapat pada cara bermain bodie? Berikan penjelasan!



Jawaban Guru Fisika 1 Konsep Tekanan Gaya (semakin besar gaya yang diberikan semakin jauh tembakan peluru



69



PERMAINAN BODIE No 3.



4. 5.



6.



No 1. 2.



3.



4. 5.



6.



No 1.



Pertanyaan Jelaskan pengaruh kuat pendorong terhadap laju tembakan peluru bodie sesuai konsep fisika yang berlaku! Mengapa peluru bodie dapat keluar saat ditembakkan? Apakah terdapat hubungan jenis bambu dan peluru bodie terhadap konsep fisika? Berikan penjelasan!



Apakah ada pengaruh luas lubang bodie terhadap laju peluru bodie saat ditembakkan dan konsep apa yang berlaku pada hal tersebut? Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan bodie? Apakah konsep fisika yang terdapat pada cara bermain bodie? Berikan penjelasan! Jelaskan pengaruh kuat pendorong terhadap laju tembakan peluru bodie sesuai konsep fisika yang berlaku! Mengapa peluru bodie dapat keluar saat ditembakkan? Apakah terdapat hubungan jenis bambu dan peluru bodie terhadap konsep fisika? Berikan penjelasan!



Apakah ada pengaruh luas lubang bodie terhadap laju peluru bodie saat ditembakkan dan konsep apa yang berlaku pada hal tersebut? Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan bodie?



Jawaban Guru Fisika 1 Berbanding lurus. Semakin besar tekanan/gaya maka semakin jauh jarak peluru Karena peluru diberikan tekanan dan gaya yang besar Terdapat hubungan. Jenis bambu berbanding lurus dengan peluru bodie. Semakin kecil diameter bambu, semakin kecil diameter peluru dan semakin jauh gerak peluru Berbanding lurus. Semakin kecil lubang bambu semakin jauh tembakan peluru Jawaban Guru Fisika 2 Konsep Tekanan Gaya (semakin besar gaya yang diberikan semakin jauh tembakan peluru Berbanding lurus. Semakin besar tekanan/gaya maka semakin jauh jarak peluru Karena peluru diberikan tekanan dan gaya yang besar Terdapat hubungan. Jenis bambu berbanding lurus dengan peluru bodie. Semakin kecil diameter bambu, semakin kecil diameter peluru dan semakin jauh gerak peluru Berbanding lurus. Semakin kecil lubang bambu semakin jauh tembakan peluru Jawaban Guru Fisika 3 Konsep yang digunakan adalah dorongan dan volume pada ruang tertutup



70



PERMAINAN BODIE No 2.



Pertanyaan Apakah konsep fisika yang terdapat pada cara bermain bodie? Berikan penjelasan!



3.



Jelaskan pengaruh kuat pendorong terhadap laju tembakan peluru bodie sesuai konsep fisika yang berlaku! Mengapa peluru bodie dapat keluar saat ditembakkan?



4.



5.



Apakah terdapat hubungan jenis bambu dan peluru bodie terhadap konsep fisika? Berikan penjelasan!



6.



Apakah ada pengaruh luas lubang bodie terhadap laju peluru bodie saat ditembakkan dan konsep apa yang berlaku pada hal tersebut? Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan bodie? Apakah konsep fisika yang terdapat pada cara bermain bodie? Berikan penjelasan!



No 1. 2.



3.



Jelaskan pengaruh kuat pendorong terhadap laju tembakan peluru bodie sesuai konsep fisika yang berlaku!



Jawaban Guru Fisika 3 Dorongan yang cepat akan menghasilkan pemampatan ruang dalam ruang bambu, mengakibatkan tekanan dalam ruang bambu naik. Ketika terus didorong maka volume di dalam bambu semakin kecil, tekanan inilah yang akan memaksa peluru gumpalan kertas yang berada di ujung terlontar keluar dengan cepat dengan menghasilkan bunyi Semakin kuat tekanan yang diberikan pendorong maka peluru bodie semakin cepat keluar Peluru bodie keluar saat ditembakkan karena adanya tekanan yang memaksa peluru keluar Jenis bambu yang digunakan bambu dengan garis tengah kecil, ukuran cukup panjang, dipilih dinding tebal, karena dinding tebal sangat berpengaruh untuk menahan tekanan Luas lubang bodie sangat berpengaruh terhadap laju peluru bodie ditembakkan Jawaban Guru Fisika 4 Konsep Tekanan Dorongan atau gaya yang diberikan akan mengakibatkan tekanan dalam ruang bambu besar, dan volume dalam bambu kecil. Apabila diberikan gaya yang semakin besar, maka peluru yang diujung bambu akan keluar Pengaruhnya adalah semkain besar/kuat tekanan yang diberikan maka semakin laju tembakan peluru



71



PERMAINAN BODIE No 4. 5.



6.



Pertanyaan Mengapa peluru bodie dapat keluar saat ditembakkan? Apakah terdapat hubungan jenis bambu dan peluru bodie terhadap konsep fisika? Berikan penjelasan! Apakah ada pengaruh luas lubang bodie terhadap laju peluru bodie saat ditembakkan dan konsep apa yang berlaku pada hal tersebut?



Jawaban Guru Fisika 4 Karena peluru diberikan tekanan dan gaya yang besar Jenis bambu berpengaruh terhadap tekanan Luas lubang bodie berpengaruh terhadap laju peluru bodie. Semakin kecil luas lubang bodie semakin laju peluru bodie saat ditembakkan



Tabel 4.9 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Setinjau PERMAINAN SETINJAU No 1. 2.



Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan setinjau? Apakah konsep fisika yang terdapat pada cara bermain setinjau? Berikan penjelasan!



3.



Jelaskan pengaruh berat badan saat bermain setinjau!



4.



Mengapa pada saat setinjau dinaiki tidak patah?



5.



Apakah ada konsep fisika yang bisa dijelaskan dari bentuk setinjau?



6.



No 1.



Mengapa saat bermain setinjau, para pemain tetap bisa mempertahankan posisi stabil dan tidak jatuh? Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan setinjau?



Jawaban Guru Fisika 1 Konsep kesetimbangan Kemiringan tiang setinjau (sudut). Jika menginginkan setinjau berjalan cepat dan lama posisi sudut tiang setinjau sangat mempengaruhi Berat badan sangat mempengaruhi, semakin berat badan pemain setinjau semakin susah mempertahankan kesetimbangan. Semakin kecil berat badan maka semakin lama durasi bermain setinjau Karena posisi sudut penopang harus membentuk sudut 90º terhadap tiang, kekuatan tiang, massa pemain setinjau terhadap papan pijakan (karena tekanan yang diberikan terhadap pijakan sebanding Ada. Kekuatan setinjau. Saat diam (posisi tiang tegak lurus) saat telah berjalan (posisi tiang maju kedepan) Karena pemain setinjau mampu mempertahankan posisi kesetimbangan dan jarak langkah Jawaban Guru Fisika 2 Konsep kesetimbangan



72



PERMAINAN SETINJAU No 2.



Pertanyaan Apakah konsep fisika yang terdapat pada cara bermain setinjau? Berikan penjelasan!



3.



Jelaskan pengaruh berat badan saat bermain setinjau!



4.



Mengapa pada saat setinjau dinaiki tidak patah?



5.



Apakah ada konsep fisika yang bisa dijelaskan dari bentuk setinjau?



6.



Mengapa saat bermain setinjau, para pemain tetap bisa mempertahankan posisi stabil dan tidak jatuh? Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan setinjau? Apakah konsep fisika yang terdapat pada cara bermain setinjau? Berikan penjelasan!



No 1. 2.



3.



Jelaskan pengaruh berat badan saat bermain setinjau!



Jawaban Guru Fisika 2 Kemiringan tiang setinjau (sudut). Jika menginginkan setinjau berjalan cepat dan lama posisi sudut tiang setinjau sangat mempengaruhi Berat badan sangat mempengaruhi, semakin berat badan pemain setinjau semakin susah mempertahankan kesetimbangan. Semakin kecil berat badan maka semakin lama durasi bermain setinjau Karena posisi sudut penopang harus membentuk sudut 90º terhadap tiang, kekuatan tiang, massa pemain setinjau terhadap papan pijakan (karena tekanan yang diberikan terhadap pijakan sebanding Ada. Kekuatan setinjau. Saat diam (posisi tiang tegak lurus) saat telah berjalan (posisi tiang maju kedepan) Karena pemain setinjau mampu mempertahankan posisi kesetimbangan dan jarak langkah Jawaban Guru Fisika 3 Konsep gaya gesek statis Konsep fisika yang terdapat pada cara bermain setinjau adalah gaya gesek, besar gaya gesek tergantung pada kekasaran permukaan kedua benda yang bergesekan. Semakin kasar lintasan yang digunakan akan berpengaruh pada kecepatan setinjau Berat badan sangat berpengaruh saat bermain setinjau, hal ini disebabkan pada saat bermain para pemain membutuhkan kesetimbangan/ menyeimbangkan berat badan serta tinggi tubuh dalam pijakan dua batang bambu



73



PERMAINAN SETINJAU No 4. 5. 6.



No 1. 2.



3.



4. 5. 6.



Pertanyaan Mengapa pada saat setinjau dinaiki tidak patah? Apakah ada konsep fisika yang bisa dijelaskan dari bentuk setinjau? Mengapa saat bermain setinjau, para pemain tetap bisa mempertahankan posisi stabil dan tidak jatuh? Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan setinjau? Apakah konsep fisika yang terdapat pada cara bermain setinjau? Berikan penjelasan! Jelaskan pengaruh berat badan saat bermain setinjau! Mengapa pada saat setinjau dinaiki tidak patah? Apakah ada konsep fisika yang bisa dijelaskan dari bentuk setinjau? Mengapa saat bermain setinjau, para pemain tetap bisa mempertahankan posisi stabil dan tidak jatuh?



Jawaban Guru Fisika 3 Karena adanya keseimbangan Konsep keseimbangan benda tegar Karena adanya gaya gravitasi bumi



Jawaban Guru Fisika 4 Gaya, Perpindahan & kecepatan, dan Kesetimbangan Konsep kesetimbangan



Pengaruh berat badan yaitu untuk mempertahankan posisi kesetimbangan Karena kekuatan dari tiang setinjau dan penopang papan pijakan Konsep kesetimbangan benda tegar Karena pemain mempertahankan kesetimbangan saat setinjau



dapat posisi bermain



Tabel 4.10 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Baliang-Baliang PERMAINAN BALIANG-BALIANG No 1.



2.



3.



Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan baliangbaliang? Apakah konsep fisika yang bisa dijelaskan dari cara bermain baliang-baliang?



Mengapa berputar?



baliang-baliang



dapat



Jawaban Guru Fisika 1 Gaya, kecepatan dan percepatan



Konsep gaya. Gaya adalah tarikan atau dorongan. Semakin panjang tali dan semakin besar tarikan (gaya) maka semakin lama baling-baling berputar Karena diberikan lilitan tali pada penyangga baling-baling kemudian ditarik talinya sehingga penyangga berputar dan baling-baling dapat berputar



74



PERMAINAN BALIANG-BALIANG No 4.



5.



6.



No 1.



2.



Pertanyaan Apakah ada pengaruh kekuatan gesekan terhadap putaran baliangbaliang dan lama berputar? Berikan penjelasan! Apa saja yang memengaruhi putaran baliang-baliang terbang dan konsep yang berlaku? Jelaskan contoh lain dalam kehidupan sehari hari sesuai konsep fisika yang terdapat pada permainan baliang-baliang! Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan baliangbaliang? Apakah konsep fisika yang bisa dijelaskan dari cara bermain baliang-baliang?



3.



Mengapa berputar?



4.



Apakah ada pengaruh kekuatan gesekan terhadap putaran baliangbaliang dan lama berputar? Berikan penjelasan! Apa saja yang memengaruhi putaran baliang-baliang terbang dan konsep yang berlaku? Jelaskan contoh lain dalam kehidupan sehari hari sesuai konsep fisika yang terdapat pada permainan baliang-baliang! Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan baliangbaliang? Apakah konsep fisika yang bisa dijelaskan dari cara bermain baliang-baliang?



5.



6.



No 1.



2.



baliang-baliang



dapat



Jawaban Guru Fisika 1 Ada. Tarikan berbanding lurus dengan putaran baling-baling. Panjang tali sebanding dengan lama berputar Panjang tali dan besar gaya (tarikan). Konsep gaya dan kecepatan Penerapan di alat masak dan permainan sederhana anak-anak



Jawaban Guru Fisika 2 Gaya, kecepatan dan percepatan



Konsep gaya. Gaya adalah tarikan atau dorongan. Semakin panjang tali dan semakin besar tarikan (gaya) maka semakin lama baling-baling berputar Karena diberikan lilitan tali pada penyangga baling-baling kemudian ditarik talinya sehingga penyangga berputar dan baling-baling dapat berputar Ada. Tarikan berbanding lurus dengan putaran baling-baling. Panjang tali sebanding dengan lama berputar Panjang tali dan besar gaya (tarikan). Konsep gaya dan kecepatan Penerapan di alat masak dan permainan sederhana anak-anak



Jawaban Guru Fisika 3 -



-



75



PERMAINAN BALIANG-BALIANG No 3. 4.



5.



6.



No 1.



2.



3. 4.



5.



6.



Pertanyaan Mengapa baliang-baliang dapat berputar? Apakah ada pengaruh kekuatan gesekan terhadap putaran baliangbaliang dan lama berputar? Berikan penjelasan! Apa saja yang memengaruhi putaran baliang-baliang terbang dan konsep yang berlaku? Jelaskan contoh lain dalam kehidupan sehari hari sesuai konsep fisika yang terdapat pada permainan baliang-baliang! Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan baliangbaliang? Apakah konsep fisika yang bisa dijelaskan dari cara bermain baliang-baliang? Mengapa baliang-baliang dapat berputar? Apakah ada pengaruh kekuatan gesekan terhadap putaran baliangbaliang dan lama berputar? Berikan penjelasan! Apa saja yang memengaruhi putaran baliang-baliang terbang dan konsep yang berlaku? Jelaskan contoh lain dalam kehidupan sehari hari sesuai konsep fisika yang terdapat pada permainan baliang-baliang!



Jawaban Guru Fisika 3 -



-



-



Jawaban Guru Fisika 4 -



-



-



-



-



Tabel 4.11 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Tarik Upih Pinang PERMAINAN TARIK UPIH PINANG No 1.



Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan tarik upih pinang?



Jawaban Guru Fisika 1 Gaya, gesekan dan elastisitas



76



PERMAINAN TARIK UPIH PINANG No 2.



3.



4. 5.



6.



No 1.



2.



3.



4. 5.



6.



Pertanyaan Jelaskan pengaruh jenis upih pinang terhadap proses bermain tarik upih pinang serta konsep yang berlaku! Apakah konsep yang berlaku pada cara bermain tarik upih pinang?



Mengapa upih pinang dapat bergerak saat ditarik? Apakah ada pengaruh gesekan terhadap kecepatan upih bergerak? Bagaimana pengaruhnya? Bagaimana pengaruh berat tubuh orang yang ditarik dengan jarak yang ditempuh upih? Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan tarik upih pinang? Jelaskan pengaruh jenis upih pinang terhadap proses bermain tarik upih pinang serta konsep yang berlaku! Apakah konsep yang berlaku pada cara bermain tarik upih pinang?



Mengapa upih pinang dapat bergerak saat ditarik? Apakah ada pengaruh gesekan terhadap kecepatan upih bergerak? Bagaimana pengaruhnya? Bagaimana pengaruh berat tubuh orang yang ditarik dengan jarak yang ditempuh upih?



Jawaban Guru Fisika 1 Elastisitas pada upih muda kecil dan cepat habis sedangkan elastisitas pada upih tua besar dan lama habis Hukum Newton. Hukum Newton I (mempertahankan posisi diam), Hukum Newton II (Gaya dan massa berbanding lurus), Hukum Newton III (orang yang menarik dan yang ditarik berlawanan) Karena ada gaya yang diberikan Ada, semakin kasar permukaan lantai dan permukaan upih semakin kecil perpindahan Berbanding lurus. Berat badan berbanding lurus dengan gaya, sedangkan dengan perpindahan berbanding terbalik Jawaban Guru Fisika 2 Gaya, gesekan dan elastisitas



Elastisitas pada upih muda kecil dan cepat habis sedangkan elastisitas pada upih tua besar dan lama habis Hukum Newton. Hukum Newton I (mempertahankan posisi diam), Hukum Newton II (Gaya dan massa berbanding lurus), Hukum Newton III (orang yang menarik dan yang ditarik berlawanan) Karena ada gaya yang diberikan Ada, semakin kasar permukaan lantai dan permukaan upih semakin kecil perpindahan Berbanding lurus. Berat badan berbanding lurus dengan gaya, sedangkan dengan perpindahan berbanding terbalik



77



PERMAINAN TARIK UPIH PINANG No 1.



2.



3. 4. 5.



6.



No 1.



2.



3. 4. 5.



6.



Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan tarik upih pinang? Jelaskan pengaruh jenis upih pinang terhadap proses bermain tarik upih pinang serta konsep yang berlaku!



Apakah konsep yang berlaku pada cara bermain tarik upih pinang? Mengapa upih pinang dapat bergerak saat ditarik? Apakah ada pengaruh gesekan terhadap kecepatan upih bergerak? Bagaimana pengaruhnya? Bagaimana pengaruh berat tubuh orang yang ditarik dengan jarak yang ditempuh upih?



Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan tarik upih pinang? Jelaskan pengaruh jenis upih pinang terhadap proses bermain tarik upih pinang serta konsep yang berlaku! Apakah konsep yang berlaku pada cara bermain tarik upih pinang? Mengapa upih pinang dapat bergerak saat ditarik? Apakah ada pengaruh gesekan terhadap kecepatan upih bergerak? Bagaimana pengaruhnya? Bagaimana pengaruh berat tubuh orang yang ditarik dengan jarak yang ditempuh upih?



Jawaban Guru Fisika 3 Gaya



Jenis upih pinang sangat berpengaruh, biasanya upih yang digunakan adalah upih yang sudah tua. Karena upih yang sudah tua massanya lebih kecil dari upih yang masih muda Hukum Newton, Gaya gesek, keseimbangan statis dan dinamis Karena adanya tarikan Ada, semakin kecil gesekan maka upih pinang akan bergerak dengan cepat Semakin besar berat tubuh yang ditarik dengan cepat maka jarak yang ditempuh semakin besar, namun jika ditarik dengan lambat jarak yang ditempuh juga kecil Jawaban Guru Fisika 4 Gaya



Jenis upih pinang berpengaruh terhadap gesekan. Upih yang sudah tua lebih tahan terhadap gesekan karena permukaannya keras jadi tidak cepat habis Hukum Newton dan Gaya Karena ada gaya yang bekerja pada upih Ada. Semakin kecil gesekan maka semakin cepat upih bergerak Berat tubuh (massa) berbanding lurus dnegan gaya dan berbanding terbalik dengan perpindahan



78



Tabel 4.12 Hasil Observasi Kuesioner Penelitian Pada Permainan Serunai PERMAINAN SERUNAI No 1. 2.



3.



Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan serunai? Apakah konsep fisika yang dapat dijelaskan dari cara bermain serunai? Mengapa serunai dapat mengeluarkan bunyi?



4.



Apakah ada pengaruh kekuatan meniup terhadap kekuatan bunyi serunai? Berikan penjelasan!



5.



Bagaimana pengaruh panjang serunai terhadap frekuensi serunai terdengar?



6.



Jelaskan contoh lain dalam kehidupan sehari hari sesuai konsep fisika yang terdapat pada permainan serunai! Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan serunai? Apakah konsep fisika yang dapat dijelaskan dari cara bermain serunai? Mengapa serunai dapat mengeluarkan bunyi?



No 1. 2.



3.



4.



Apakah ada pengaruh kekuatan meniup terhadap kekuatan bunyi serunai? Berikan penjelasan!



Jawaban Guru Fisika 1 Gelombang bunyi dan pipa organa terbuka Gelombang bunyi



Tiupan (usikan)-udara bergetarrenggang melalui lobang-keluar bunyi ( karena ada tiupan dari pemain terhadap udara yang berada didalam serunai menimbulkan getaran yang mengakibatkan gelombang bunyi Ada, kekuatan meniup berbanding lurus dengan kekuatan bunyi pada serunai. Semakin besar frekuensi / kekuatan meniup maka semakin nyaring bunyi yang dihasilkan Panjang serunai berbanding terbalik dengan frekuensi serunai. Semakin panjang gelombang maka semakin kecil frekuensi yang dihasilkan Seruling



Jawaban Guru Fisika 2 Gelombang bunyi dan pipa organa terbuka Gelombang bunyi



Tiupan (usikan)-udara bergetarrenggang melalui lobang-keluar bunyi (karena ada tiupan dari pemain terhadap udara yang berada didalam serunai menimbulkan getaran yang mengakibatkan gelombang bunyi Ada, kekuatan meniup berbanding lurus dengan kekuatan bunyi pada serunai. Semakin besar frekuensi / kekuatan meniup maka semakin nyaring bunyi yang dihasilkan



79



PERMAINAN SERUNAI No 5.



Pertanyaan Bagaimana pengaruh panjang serunai terhadap frekuensi serunai terdengar?



6.



Jelaskan contoh lain dalam kehidupan sehari hari sesuai konsep fisika yang terdapat pada permainan serunai! Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan serunai? Apakah konsep fisika yang dapat dijelaskan dari cara bermain serunai? Mengapa serunai dapat mengeluarkan bunyi?



No 1. 2.



3.



4.



Apakah ada pengaruh kekuatan meniup terhadap kekuatan bunyi serunai? Berikan penjelasan!



5.



Bagaimana pengaruh panjang serunai terhadap frekuensi serunai terdengar?



6.



Jelaskan contoh lain dalam kehidupan sehari hari sesuai konsep fisika yang terdapat pada permainan serunai! Pertanyaan Apa sajakah konsep fisika yang terdapat pada permainan serunai? Apakah konsep fisika yang dapat dijelaskan dari cara bermain serunai? Mengapa serunai dapat mengeluarkan bunyi?



No 1. 2.



3.



Jawaban Guru Fisika 2 Panjang serunai berbanding terbalik dengan frekuensi serunai. Semakin panjang gelombang maka semakin kecil frekuensi yang dihasilkan Seruling



Jawaban Guru Fisika 3 Gelombang bunyi Tinggi rendah bunyi dan kuat lemahnya bunyi Karena ada sumber suara yang berasal dari sisi yang ditiup pada batang Kekuatan meniup berpengaruh pada kekuatan bunyi, yang mempengaruhinya adalah cara membuka dan menutup lobang Panjang serunai mempengaruhi cepat rambat bunyi yang dihasilkan, semakin panjang serunai maka cepat rambat bunyi akan semakin besar pula Seruling dan Saluang



Jawaban Guru Fisika 4 Gelombang bunyi Tinggi rendahnya bunyi



Karena ada sumber bunyi dan getaran pada bagian batang padi yang dipecahkan sehingga sesuai dapat mengeluarkan bunyi



80



PERMAINAN SERUNAI No 4.



5.



6.



4.2



Pertanyaan Apakah ada pengaruh kekuatan meniup terhadap kekuatan bunyi serunai? Berikan penjelasan! Bagaimana pengaruh panjang serunai terhadap frekuensi serunai terdengar? Jelaskan contoh lain dalam kehidupan sehari hari sesuai konsep fisika yang terdapat pada permainan serunai!



Jawaban Guru Fisika 4 Ada, semakin kuat meniup serunai maka semakin tinggi (nyaring) bunyi yang dihasilkan Semakin panjang serunai maka semakin besar cepat rambat bunyinya dan semakin kecil frekuensi bunyi yang dihasilkan Serunai



Pembahasan Sesuai dengan teknik analisis data yang penulis gunakan yaitu setelah data



terkumpul maka tahapan selanjutnya yaitu reduksi data. Reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pemusatan, perhatian penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan, sehingga data itu memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengumpulan data. Kemudian sekumpulan informasi yang tersusun memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pada penelitian ini penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel. Melalui penyajian data ini, maka dapat digambarkan rekonstruksi pengetahuan masyarakat menjadi pengetahuan ilmiah, serta kaitan permainan tradisional dengan konsep pembelajaran etnosains fisika. Dalam hal ini setiap permainan tradisional akan direkonstruksi dari pengetahuan masyarakat menjadi pengetahuan ilmiah, sedangkan konsep pembelajaran etnosains fisika nya dilihat dari keterkaitan kompetensi dasar dengan konsep yang ada pada permainan tradisional tersebut. Berikut hasil rekonstruksi



81



pengetahuan masyarakat menjadi pengetahuan ilmiah pada masing-masing permainan tradisional dibawah ini: 4.2.1



Permainan Gasiang Gasiang adalah mainan yang dibuat dari kayu yang dibulatkan sedemikian rupa.



Disebut gasiang karena benda ini mengeluarkan bunyi desingan sing berasal dari pusingannya yang sangat kencang. Bunyi putaran ini disebut dosiang (desing). Gasiang dibuat dengan cara ditarah menggunakan pisau, atau dilarik menggunakan gorejoh (pembubut). Bahan yang biasa dijadikan gasiang adalah pangkal kayu yang ada di dalam tanah dari jenis pohon; toreh jua, kayu rukom, kayu tomutun, kayu bongkuang, kayu cocang, kayu potai, dll. Bahan gasiang yang paling bagus adalah banie kompeh (kayu kempas), kayu mato koliang (mata keling), kayu kasai, dan kayu keranji. Bentuk gasiang selalu sama. Ada badannya, jambulnya dan paksinya, bawahnya yang runcing. Hanya rupanya yang selalu berbeda-beda sedikit antara daerah satu dengan daerah lainnya. Ada yang bulat lonjong, kerucut, silinder, juga ada yang berbentuk seperti piring terbang. Di Kecamatan Tambusai terdapat dua jenis gasiang yang menjadi ciri khas dari daerah ini yaitu gasiang jantong dan gasiang taka. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 4.1



Gambar 4.1 Permainan Gasiang (Sumber: Dokumentasi FORMI Rokan Hulu, 2013)



82



Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda di Kecamatan Tambusai serta hasil jawaban kuesioner penelitian diperoleh hasil rekonstruksi pengetahuan masyarakat menjadi pengetahuan ilmiah seperti pada Tabel 4.13. Tabel 4.13 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada Permainan Gasiang No Pertanyaan 1. Mengapa pada bagian kaki (paksi) gasing bawahnya berbentuk runcing dan diberi paci (mimis)? 2. Bagaimana pengaruh jumlah lilitan tali terhadap lama/ tidaknya putaran gasing? 3. Mengapa gasing dapat berputar pada porosnya?



4.



Bagaimana pengaruh lemparan yang diberikan terhadap putaran gasing?



Sains Masyarakat Sains Ilmiah Agar dapat berputar Untuk memperkecil dan supaya lama gesekan agar gasing gasiang berputar bisa berputar lebih lama Semakin banyak lilitan tali maka semakin lama gasing berputar



Jumlah lilitan tali untuk memberikan gaya optimum saat gasing lepas dari tali



Karena beratnya imbang serta gasingnya hugai dan buatan dari gasing itu sendiri Semakin kuat dilempar, semakin cepat dan lama putaran gasing



Karena pada gasing berlaku konsep dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar Percepatan gasing saat jatuh ke tanah sebanding dengan besar gaya yang diberikan (lemparan)



Pada Tabel 4.13 diatas diperoleh informasi bahwa menurut pendapat masyarakat kaki gasiang dibuat runcing dan diberi paci agar gasiang dapat berputar lama. Secara ilmiah hal ini dilakukan untuk memperkecil gesekan. Lama/tidaknya putaran gasiang juga dipengaruhi oleh jumlah lilitan tali dan pengaruh lemparan. Menurut pengetahuan masyarakat, semakin banyak lilitan tali maka semakin lama gasiang berputar. Sedangkan secara fisika hal ini dapat terjadi karena pengaruh momen gaya yang bekerja pada gasiang tersebut. Menurut sains masyarakat semakin kuat



83



gasiang dilempar, semakin cepat dan lama gasiang berputar, hal ini secara fisika dapat dibuktikan dengan hukum II Newton yaitu percepatan gasing saat jatuh ke tanah sebanding dengan besar gaya yang diberikan (lemparan). Selanjutnya menurut pendapat masyarakat gasiang dapat berputar pada porosnya karena beratnya imbang serta gasiangnya hugai sedangkan secara ilmiah pada gasiang berlaku konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar. Berdasarkan Tabel 4.1 hasil wawancara tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda ditemukan bahwa gasiang berawal dari buah nun bupusiang. Menurut tokoh adat permainan gasiang ini dimainkan saat musim padi, agar padi berisi dan anak-anak tidak bepergian. Istilah bupusiang artinya berputar. Menurut pengetahuan tokoh masyarakat dan tokoh adat gasiang dapat berputar pada porosnya karena gasiang itu seimbang ditambah dengan paku dan buatan dari gasiang itu sendiri. Sedangkan tokoh pemuda tidak mengetahui hal tersebut. Secara fisika bupusiang (berputar) disebut dengan istilah rotasi. Rotasi adalah perputaran sesuatu terhadap porosnya. Gasiang dapat berputar pada porosnya karena pada gasiang berlaku konsep dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar. Adapun cara untuk bermain gasiang ini menurut pengetahuan masyarakat yaitu dengan melilitkan tali gasiang hingga bagian bahu kemudian lempa ke tanah sambil munyintak talinya. Secara fisika lempa (lempar) dan munyintak (menarik) dapat dikaitkan dengan konsep gaya. Gaya adalah tarikan atau dorongan yang dilakukan pada suatu benda. Secara ilmiah saat gasiang dilemparkan artinya pemain memberikan gaya terhadap gasiang tersebut sehingga gasiang dapat berputar dengan kecepatan tertentu. Hal ini sejalan dengan hukum I Newton yang menyatakan bahwa “Jika sebuah benda



84



dalam keadaan diam, benda tersebut tetap diam kecuali ada gaya resultan yang bekerja pada benda itu”. Gasiang yang diam akan tetap diam jika tidak ada pengaruh gaya luar. Untuk membuat gasiang dari keadaan diam agar bergerak dengan kecepatan tertentu maka harus ada gaya luar yang membuat gasiang tersebut bergerak. Gaya luar tersebut bisa berupa hentakan atau tarikan tali pada gasiang (pada saat mulai memutar gasiang). Menurut pengetahuan masyarakat semakin kuat gasiang dilempar, semakin cepat dan lama putaran gasiang. Hal ini secara ilmiah dapat dijelaskan dengan konsep hukum II Newton yang berbunyi “percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada sebuah benda sebanding dengan besar gaya, searah dengan gaya itu dan berbanding terbalik dengan massa kelembaman benda tersebut”. Pada gasiang saat kita memberikan gaya yang besar (melempar gasiang dengan kuat) maka semakin besar percepatan gasiang sampai ke tanah, sedangkan jika kita memberikan gaya yang kecil (melempar gasiang dengan pelan) maka semakin kecil percepatan gasiang sampai ke tanah. Pada saat gasiang berputar akan mengalami kecepatan sudut yang dipengaruhi oleh besarnya gaya yang diberikan. Semakin besar gaya tarikan tali yang diberikan, semakin besar torsi gasiang yang pada akhirnya semakin besar kecepatan sudut yang dihasillkan gasiang. Hal ini juga dipengaruhi oleh jumlah lilitan tali pada gasiang. Jumlah lilitan tali berpengaruh terhadap putaran gasiang. Menurut pengetahuan tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh pemuda semakin banyak lilitan tali maka semakin lama gasiang berputar. Sejalan dengan pendapat tersebut berdasarkan hasil observasi jawaban kuesioner penelitian diperoleh informasi bahwa semakin banyak kumparan atau lilitan tali terhadap gasiang maka semakin besar periodenya (T). Artinya jumlah lilitan tali berbanding lurus dengan lama gasiang berputar. Secara ilmiah jumlah



85



lilitan tali ini untuk memberikan gaya optimum saat gasiang lepas dari tali. Ketika ditarik, lilitan akan berkurang seiring dengan timbulnya gaya yang memberikan torsi (momen gaya) pada gasiang. Momen gaya (torsi) adalah sesuatu yang menyebabkan benda berputar atau berotasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda menyebutkan bahwa pada gasiang terdapat beberapa bagian-bagian gasiang. Terdiri dari kupalu (bulat diatas), lihie (leher untuk tempat melilit tali), bahu untuk batas lilitan tali, badan (antara kepala dan ekor), ikuo (ekor) atau biasa disebut paci yaitu tempat paku/mimis. Berdasarkan kepala gasiang yang berbentuk bulat dan perputaran gasiang yang lintasannya berbentuk lingkaran, maka dapat dikaitkan dengan konsep gerak melingkar. Pada permainan ini gasiang akan berputar dengan kecepatan yang memiliki arah tegak lurus terhadap jari-jari lingkaran, maka pada gasiang berlaku konsep kecepatan linear. Kemudian saat gasiang berputar gasiang akan membentuk sudut untuk melakukan perpindahan tiap satuan waktu/detik. Dalam hal ini berlaku persamaan kecepatan sudut, karena selama benda bergerak melingkar, jari-jari arah mempunyai kecepatan sudut sebesar ω sebab tiap satuan waktu menempuh sudut tertentu. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa bagian bawah gasiang bentuknya dibuat runcing dan diberi paci (mimis). Menurut pendapat tokoh, masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda



hal ini bertujuan agar gasiang dapat



berputar, kalau tidak runcing (popoh) maka gasiang tidak bisa berputar. Sedangkan menurut hasil observasi jawaban kuesioner penelitian ditemukan bahwa bagian bawah gasiang dibuat runcing untuk memperkecil bidang sentuh antara lantai dengan gasiang dan diberi mimis untuk memperkecil gesekan agar gasiang dapat berputar lama. Akan



86



tetapi memperkecil ujung gasiang artinya memperkecil luas bidang sentuh sehingga tekanannya menjadi besar sesuai dengan persamaan tekanan. Menurut pendapat para responden bahwa di kecamatan Tambusai terdapat dua jenis gasiang, yaitu gasiang jantong dan gasiang taka. Menurut tokoh masyarakat gasiang jantong adalah gasiang yang bentuknya lonjong dan menurut tokoh adat gasiang jantong adalah gasiang yang bentuknya menyerupai jantung pisang. Sedangkan gasiang taka adalah gasiang yang bentuknya buntak (pipih) menyerupai tempurung kelapa. Berdasarkan hasil observasi salah seorang maestro gasiang menyebutkan bahwa gasiang taka lebih kencang dan hugai daripada gasiang jantong. Istilah hugai berarti lama berputar. Beliau berpendapat bahwa semakin pipih suatu gasiang maka semakin kencang dan lama gasiang itu berputar. Hal ini secara ilmiah dapat dijelaskan melalui hukum torsi. Menurut hukum torsi, besarnya jarak sumbu putar gasing dengan bagian terluar gasing akan mempengaruhi kecepatan putar gasing tersebut. Semakin besar jaraknya semakin lambat gasing berputar, semakin kecil jaraknya semakin kencang gasiang berputar. Diantara kedua gasiang tersebut yang lebih lama berputar adalah gasiang taka, karena jarak sumbu putar dengan bagian terluar gasing tersebut cukup kecil sehingga gasiang ini dapat berputar kencang dan lama. Selain faktor jarak antara sumbu putar dengan jarak terluar gasiang, torsi dipengaruhi oleh besarnya gaya yang arahnya tegak lurus terhadap sumbu putar. Pada permainan gasiang besarnya gaya tersebut diterjemahkan sebagai besarnya gaya tolakan awal ketika melepas gasing. Semakin besar gaya tolakan yang kita berikan, semakin besar torsi gasing yang pada akhirnya semakin besar kecepatan yang akan



87



dihasilkan begitupun sebaliknya, semakin lemah kita memutar gasing semakin lambat pula kecepatan yang dihasilkan. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa pada permainan gasiang ini terdapat aturan permainan yang dilombakan yaitu lomba gasiang urieh dan gasiang pangkah. Lomba gasiang urieh di kecamatan Tambusai lebih dikenal dengan istilah busuhugai (adu lama berputar). Pada lomba ini yang gasiang nya paling lama berputar akan dinyatakan menang, sebaliknya yang gasiang nya mati (berhenti berputar) lebih dahulu akan kalah. Lomba gasiang berikutnya yaitu lomba gasiang pangkah atau di kecamatan Tambusai lebih dikenal dengan istilah setingkah (adu antar gasiang). Pada lomba gasiang ini gasiang yang menang pada adu busuhugai akan muningkah (menumbuk) sedangkan yang kalah akan munahan (ditumbuk). Pada lomba gasiang setingkah ini akan diadu dengan cara moningkah (menumbuk) gasiang lawan. Apabila gasiang yang ditingkah terbang jauh atau pecah (berhenti berputar) maka gasiang pemangkah dinyatakan menang. Apabila gasiang yang menumbuk yang terbang jauh dan berhenti berputar maka dinyatakan kalah. Berdasarkan hasil observasi kuesioner penelitian diperoleh informasi bahwa pada permainan gasiang ini berlaku konsep fisika momentum, impuls dan tumbukan. Momentum pada permainan gasiang ini terdapat pada tali, semakin kencang melepaskan tali pada gasiang maka gasiang akan melaju dengan cepat dan akan sukar dihentikan. Sedangkan impuls pada permainan gasiang ini tedapat di kecepatan gasiang memutar, karena pada saat gasiang dilepaskan oleh tali terdapat selang waktu yang singkat saat gasiang diluncurkan. Pada lomba gasiang setingkah dapat dikaitkan dengan konsep tumbukan. Berlaku tumbukan lenting sempurna apabila jumlah energi kinetik kedua gasiang yang main setingkah sesudah di tingkah (tumbukan) sama dengan jumlah energi kinetik



88



kedua gasiang sebelum ditingkah (tumbukan). Konsep ini berlaku apabila setelah moningkah kecepatan putaran gasiang yang di tingkah sama dengan kecepatan gasiang yang moningkah. Sedangkan apabila setelah di tingkah kecepatan putaran gasiang menjadi lebih kecil atau energi kinetiknya berkurang maka berlaku konsep tumbukan lenting sebagian. Berdasarkan hasil observasi jawaban kuesioner penelitian diperoleh bahwa menurut responden 1 dan responden 2 pada permainan gasiang terdapat konsep fisika tumbukan, impuls, momentum, gerak melingkar, keseimbangan, dan tekanan. Menurut responden 3 konsep fisika yang terdapat pada permainan gasiang ini adalah konsep tekanan terutama pada zat padat (tekanan zat padat), dan hukum Newton baik hukum I Newton dan hukum II Newton. Sedangkan menurut responden 4 pada permainan gasiang ini terdapat konsep fisika yaitu tekanan, gerak melingkar, dan hukum Newton. Menurut responden konsep gaya terdapat pada saat gasiang dilemparkan dan menarik tali gasiang, sedangkan konsep kecepatan sudut ketika gasiang akan berputar. Konsep kesetimbangan pada gasiang pada saat gasiang tidak stabil maka gasiang akan jatuh, dan konsep tumbukan pada saat gasiang menumbuk gasiang lainnya. Pada permainan tradisional gasiang ini setelah dilakukan kajian terhadap permainan tradisional nya maka selanjutnya dikaitkan dengan konsep pembelajaran etnosains fisika. Dalam hal ini konsep sains pada permainan gasiang ini dikaitkan dengan kompetensi dasar yang berhubungan dengan konsep yang dapat dijelaskan pada permainan tradisional gasiang tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.14.



89



Tabel 4.14 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada Permainan Gasiang No 1.



2.



3. 4.



Kompetensi Dasar Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan (tetap) dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Menerapkan konsep torsi, momen inersia, titik berat dan momentum sudut pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan seharihari misalnya dalam olahraga Menerapkan hukum-hukum fluida statik dalam kehidupan sehari-hari Menganalisis interaksi pada gaya serta hubungan antara gaya,



Konsep Sains Pada Permainan Gasiang Lintasan gasing berbentuk lingkaran



Pada putaran gasing



Kaki gasing dibentuk runcing Gasing dapat bergerak dan memiliki percepatan tertentu



massa dan gerak lurus benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Pada permainan gasiang terdapat konsep pembelajaran etnosains fisika materi gerak melingkar yaitu dapat dijelaskan dari lintasan gasiang yang berbentuk lingkaran, materi dinamika rotasi & kesetimbangan benda tegar terdapat pada putaran gasiang, materi gaya dapat dijelaskan dari gasiang yang bergerak dan memiliki percepatan tertentu, materi hukum fluida (tekanan) dapat dijelaskan dari kaki gasiang yang dibentuk runcing.



Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyaparamita



(2020) yang menyatakan bahwa permainan gasing berhubungan dengan materi fisika antara lain konsep kesetimbangan benda tegar dan konsep tekanan terutama pada tekanan zat padat.



90



4.2.2



Permainan Bodie Bodie adalah senjata laras panjang, berpeluru tabur, diledakkan dengan



menggunakan mesiu, disebut juga dengan nama lain sonapang lantak, sonapang polocok, sonapang ompak. Bodie adalah senjata api atau alat perang untuk menembak musuh atau binatang. Bobodie atau bedil-bedil adalah pelontar peluru mainan, terbuat dari buluh cinu yang dipotong lebih kurang satu jengkal setengah, kemudian ruas bukunya dibuang, lalu diambil lagi bambu yang besarnya seukuran lobang bambu tadi untuk dijadikan ponujah (pendorong). Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah ini:



Gambar 4.2 Permainan Bodie (Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2021) Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda di Kecamatan Tambusai serta hasil jawaban kuesioner penelitian diperoleh hasil rekonstruksi pengetahuan masyarakat menjadi pengetahuan ilmiah seperti pada Tabel 4.15.



91



Tabel 4.15 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada Permainan Bodie No Pertanyaan 1. Mengapa peluru bodie dapat keluar saat ditembakkan?



Sains Masyarakat Karena pelurunya pas dan pengaruh dari dorongan angin



2.



Bagaimana pengaruh kuat pendorong terhadap tembakan peluru bodie?



Semakin kuat didorong maka semakin cepat tembakan peluru



3.



Bagaimana hubungan jenis bambu dan peluru bodie?



Jenis bambu yang digunakan yang penting kecil dan tahan seperti bambu aur berduri, sedangkan peluru yang digunakan yaitu yang pas dengan ukuran bambu seperti buah kopadan Lintasannya lurus, karena akan mengenai teman sasaran



4.



Bagaimana bentuk lintasan peluru bodie saat ditembakkan?



Sains Ilmiah Karena ketika pendorong peluru bodie menekan peluru, maka akan timbul tekanan di dalam rongga bodie sehingga peluru bodie bergerak keluar F= m.a Besar gaya yang diberikan sebanding atau berbanding lurus dengan percepatan yang diterima



Jika suhu suatu gas dijaga konstan, maka tekanan gas akan berbanding terbalik dengan volumenya



Ketika peluru bodie ditembakkan dari ketinggian tertentu dari permukaan tanah, maka lintasan peluru bodie yang dihasilkan tidak membentuk garis lurus, tetapi membentuk lintasan parabola



92



Pada Tabel 4.15 diatas diperoleh informasi bahwa terdapat hubungan antara jenis bambu dan peluru bodie, yaitu semakin kecil diameter bambu semakin jauh tembakan peluru. Kemudian pengaruh kuat pendorong terhadap tembakan peluru bodie sebanding atau berbanding lurus. Peluru bodie dapat keluar saat ditembakkkan karena timbul tekanan di dalam rongga bodie. Lintasan peluru bodie saat mengenai sasaran tidak berbentuk lintasan lurus tetapi membentuk lintasan parabola. Berdasarkan Tabel 4.2 hasil wawancara tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda ditemukan bahwa menurut tokoh masyarakat permainan bodie berawal dari perang-perangan. Sedangkan menurut tokoh adat bodie adalah senjata. Alat dan bahan pada permainan bodie ini adalah bambu berukuran lebih kurang 30 cm yang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian badan (tempat peluru) biasa disebut dengan lop dan bagian ponujah (pendorong peluru) yang biasa disebut bilah atau sundak. Menurut pengetahuan masyarakat bambu yang biasa digunakan adalah segala jenis bambu yang penting bambunya lurus, kecil, dan tebal. Di kecamatan Tambusai permainan ini lebih dikenal dengan nama sundak kopadan. Karena peluru yang digunakan terbuat dari buah kopadan. Menurut tokoh pemuda buah ini dipilih karena pas dibagian lobang (diameter) bambu. Berdasarkan hasil rekonstruksi pengetahuan masyarakat tentang pemilihan bambu dan peluru bodie ini ternyata terdapat hubungan antara jenis bambu dan peluru bodie. Secara ilmiah hubungan antara volume bambu dan peluru bodie dapat dikaitkan dengan hukum gas ideal. Berdasarkan Hukum Boyle jika suhu suatu gas dijaga konstan, maka tekanan gas akan berbanding terbalik dengan volumenya. Tekanan gas bergantung pada seberapa sering partikel gas menumbuk dinding wadahnya. Jika ukuran wadah dipersempit atau volumenya dikurangi, partikel gas akan lebih sering



93



munumbuk sehingga tekanan akan bertambah besar. Sebaliknya jika volume wadah diperbesar, partikel-partikelnya akan jarang menumbuk dinding wadah sehingga tekanan gas berkurang. Artinya semakin kecil diameter atau volume bambu yang digunakan pada permainan bodie ini maka semakin besar tekanan dalam ruang bambu dan semakin jauh tembakan peluru bodie. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengatakan bahwa faktor lain yang memengaruhi tembakan peluru yaitu pengaruh kuat pendorong (sundak). Menurut tokoh masyarakat semakin kuat didorong maka semakin laju tembakan peluru tetapi bergantung juga pada tekanan udara di dalam bambu. Sedangkan menurut tokoh adat kalau tidak kuat digosak maka peluru keluar tetapi peluru tidak mulotuih (meletus). Senada dengan hal tersebut tokoh pemuda berpendapat bunyi letusan peluru akan kuat apabila bodie kuat didorong. Secara fisika pengaruh kuat pendorong terhadap tembakan peluru dapat dikaitkan dengan hukum II Newton yaitu F = m.a besar gaya yang diberikan sebanding atau berbanding lurus dengan percepatan yang diterima. Pada permainan bodie ini, semakin kuat sundak mendorong peluru maka semakin cepat/laju tembakan peluru. Menurut pengetahuan masyarakat peluru bodie dapat keluar saat ditembakkan karena adanya tekanan angin/dorongan udara. Kalau bodie bocor (ditandai dengan longgar) maka peluru tidak keluar. Sedangkan menurut pendapat tokoh adat peluru dapat keluar karena dorongan angin. Berbeda dengan pendapat tokoh pemuda yang mengatakan bahwa peluru dapat keluar karena pelurunya pas. Berdasarkan Tabel 4.8 hasil observasi jawaban kuesioner penelitian ditemukan bahwa respon berpendapat karena peluru diberikan tekanan dan gaya yang besar yang memaksa peluru keluar. Menurut sains ilmiah peluru bodie dapat keluar saat ditembakkan karena dorongan



94



yang cepat akan menghasilkan pemampatan dalam ruang bambu, mengakibatkan tekanan dalam ruang bambu naik. Ketika terus didorong maka volume di dalam bambu semakin kecil, tekanan inilah yang memaksa peluru keluar dan mengeluarkan bunyi. Cara bermain bodie menurut tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda yaitu isi 2 buah peluru, masukkan satu persatu dengan memukulnya menggunakan ponujah (pendorong). Lalu gosakkan (beri dorongan), maka peluru pertama akan keluar dan mengeluarkan bunyi. Secara ilmiah dorongan atau gaya yang diberikan akan mengakibatkan tekanan dalam ruang bambu besar dan volume dalam bambu kecil. Apabila diberikan gaya yang semakin besar, maka peluru bodie yang berada diujung bambu akan keluar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putranta (2019) yang mengatakan bahwa pada permainan tulup (nama lain bodie) terdapat konsep impuls yang digunakan yaitu ketika pendorong peluru tulup menekan peluru tulup, maka akan timbul tekanan di dalam rongga tulup sehingga peluru tulup bergerak keluar. Selain itu dalam permainan bodie juga terdapat konsep momentum, yaitu ketika peluru bodie dikenai gaya tekan maka peluru bodie akan bergerak dengan kecepatan tertentu dan mengenai sasaran pada waktu tertentu pula. Pada permainan bodie ini sasaran yang ditembak adalah sesama teman yang ikut bermain. Adapun lintasan yang dilalui peluru bodie untuk mengenai sasaram menurut pengetahuan masyarakat berbentuk lintasan lurus, sedangkan secara ilmiah ketika peluru bodie ditembakkan dari ketinggian tertentu dari permukaan tanah, maka lintasan peluru bodie yang dihasilkan tidak membentuk garis lurus tetapi membentuk lintasan parabola. Hal ini disebabkan karena gesekan udara dan gaya gravitasi.



95



Pada permainan bodie ini antara peluru yang satu dengan peluru yang lain yang berada didalam ruang bambu terjadi tumbukan. Secara fisika tumbukan yang terjadi pada peluru bodie ini adalah tumbukan lenting sebagian. Karena ketika dua buah peluru bodie bertumbukan dan setelah tumbukan kedua peluru tersebut tidak saling menempel, tetapi beberapa energi kinetik kedua peluru berubah menjadi energi panas ataupun suara. Saat peluru keluar dari ruang bambu, peluru akan mengeluarkan bunyi letupan (mulotuih). Hal ini muncul ketika ponujah mendorong peluru bodie menuju sasaran, maka di dalam rongga bodie terjadi getaran dan memiliki tekanan udara yang jauh lebih besar daripada di luar. Getaran dan udara yang tertekan tersebut diteruskan keluar mengenai ujung rongga bodie dan mengeluarkan bunyi. Berdasarkan hasil observasi jawaban kuesioner penelitian pada Tabel 4.8 diperoleh bahwa menurut responden 1, responden 2, dan responden 4 pada permainan bodie terdapat konsep fisika yaitu tekanan. Sedangkan menurut responden 3 konsep fisika yang terdapat pada permainan bodie ini adalah konsep dorongan dan volume pada ruang tertutup. Pada permainan tradisional bodie ini setelah dilakukan kajian terhadap permainan tradisionalnya maka selanjutnya dikaitkan dengan konsep pembelajaran etnosains fisika. Dalam hal ini konsep sains pada permainan bodie ini dikaitkan dengan kompetensi dasar yang berhubungan dengan konsep yang dapat dijelaskan pada permainan tradisional bodie tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.16. Tabel 4.16 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada Permainan Bodie No



Kompetensi Dasar



1.



Menjelaskan teori kinetik gas dan karakteristik gas pada ruang tertutup



Konsep Sains Pada Permainan Bodie Volume dan tekanan udara di dalam rongga bodie



96



No 2.



3.



Kompetensi Dasar Menerapkan konsep momentum dan impuls, serta hukum kekekalan momentum dalam kehidupan sehari-hari



Menganalisis gerak parabola dengan menggunakan vektor, berikut makna fisisnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari



Konsep Sains Pada Permainan Bodie Peluru bodie bergerak dengan kecepatan tertentu (momentum). Peluru bodie bergerak keluar (Impuls), peluru bodie mengeluarkan bunyi (tumbukan lenting sebagian) Lintasan peluru bodie membentuk lintasan parabola



Pada permainan bodie ini dapat dikaitkan dengan konsep pembelajaran fisika materi teori kinetik gas, momentum & impuls, gerak parabola dan tekanan. Konsep teori kinetik gas terdapat pada volume dan tekanan udara di dalam rongga bodie, sedangkan konsep momentum, impuls dan tumbukan pada saat peluru bodie keluar dan memiliki kecepatan tertentu serta dapat mengeluarkan bunyi. Adapun konsep gerak parabola yaitu lintasan yang dibentuk peluru bodie berbentuk lintasan parabola. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Octana (2020) yang menyatakan bahwa pada permainan bedil locok terdapat konsep fisika berupa tekanan dan Putranta (2019) menyebutkan bahwa pada permainan tulup ini terdapat konsep fisika impuls, momentum, bunyi, getaran dan tekanan, gerak parabola, dan teori kinetik gas. 4.2.3



Permainan Setinjau Setinjau terbuat dari kayu atau bambu berukuran 2,5 meter dengan besar



lingkaran ± 5 cm sebanyak dua batang. Kayu/bambu tersebut masing-masing dipasang tempat pemijak kaki setinggi 40-50 cm, dilubangi untuk bisa dimasukkan bambu



97



sebagai pijakannya. Cara main setinjau yaitu rute permainan setinjau berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, tegakkan kedua setinjau tersebut dan pegang erat, pemain berada sejajar dengan setinjau tersebut lalu letakkan kedua kaki ditempat pemijak, kemudian langkahkan kaki sebagaimana kita berjalan menuju rute yang sudah ditentukan. Aturan permainan setinjau dapat dibagi menjadi dua, yaitu perlombaan lari dan pertandingan untuk saling menjatuhkan dengan cara saling memukulkan kaki-kaki bambu. Perlombaan adu kecepatan biasanya dilakukan oleh anak-anak berusia antara 711 tahun dengan jumlah 2-5 orang. Sedangkan, permainan untuk saling menjatuhkan lawan biasanya dilakukan oleh anak-anak yang berusia 11-13 tahun dengan menggunakan sistem kompetisi. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 4.3.



Gambar 4.3 Permainan Setinjau (Sumber: Dokumentasi Kegiatan SMA N 1 Tambusai ) Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda di Kecamatan Tambusai serta hasil jawaban kuesioner penelitian diperoleh hasil rekonstruksi pengetahuan masyarakat menjadi pengetahuan ilmiah seperti pada Tabel 4.17.



98



Tabel 4.17 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada Permainan Setinjau No 1.



Pertanyaan Apakah yang dimaksud dengan perpindahan?



Sains Masyarakat Perpindahan adalah tidak lagi berada diposisi semula



Sains Ilmiah Perpindahan adalah perubahan posisi benda. Perpindahan adalah sebuah besaran yang memiliki nilai dan arah



2.



Mengapa pemain setinjau bisa jatuh?



3.



Bagaimana pengaruh kemiringan bambu saat bermain setinjau?



4.



Apa yang harus dilakukan saat salah satu bambu berubah sudut (sisi kiri dan



Karena tidak bisa menyeimbangkan berat badan Sebelum melangkah posisi bambu tegak, setelah setinjau berjalan posisi bambu menjadi miring/condong ke depan agar pemain tidak jatuh ke belakang Sesuaikan kembali jarak antar langkah



kanan tidak sama lagi)?



Karena resultan gaya ≠ 0 Jika dua bambu memiliki kemiringan yang berbeda maka pemain harus memberikan gaya dalam arah yang sama. Artinya satu bambu ditarik dan satu bambu didorong Mengembalikan sudut tersebut, mengubah sudut bambu yang lainnya, mengubah nilai atau arah gaya, melakukan kombinasi cara tersebut sehingga sisi kiri dan kanan sama



Pada Tabel 4.17 diatas diperoleh informasi bahwa perubahan posisi



benda. Permainan setinjau ini



sangat



perpindahan adalah tergantung kepada



keseimbangan. Pemain setinjau bisa jatuh kalau tidak bisa menyeimbangkan berat badan. Faktor lain yang berpengaruh saat bermain setinjau yaitu posisi kemiringan



99



bambu ketika sebelum melangkah posisi bambu tegak, sedangkan saat telah berjalan posisi bambu menjadi condong ke depan. Saat salah satu bambu berubah sudut maka sudut tersebut harus segera dikembalikan dengan menyesuaikan kembali jarak antar langkah sehingga sisi kiri dan kanan setinjau kembali sama. Berdasarkan Tabel 4.3 hasil wawancara dengan tokoh masyarakat diperoleh informasi bahwa permainan setinjau ini berawal dari sayembara putri raja bagi laki-laki yang kakinya tidak kotor sampai ke istana maka akan menjadi jodohnya. Berseberangan dengan pendapat tersebut, menurut tokoh adat permainan setinjau ini salah satu permainan yang dilarang karena cukup berbahaya. Karena dahulu kala permainan ini digunakan untuk mengintai harimau. Namun seiring berjalannya waktu maka permainan setinjau ini menjadi familiar dan menurut tokoh pemuda permainan ini biasanya dilombakan terutama pada acara 17 Agustus. Permainan setinjau atau yang biasa dikenal dengan nama enggrang ini terbuat dari kayu atau bambu. Menurut tokoh adat panjangnya 6/7 etu (hasta). Kayu yang biasa digunakan terbuat dari kayu nilu karena kuat dan ringan. Sedangkan menurut pendapat tokoh masyarakat kayu yang digunakan untuk membuat setinjau yaitu kayu atau bambu bulat yang penting kuat dan kokoh. Adapun cara untuk bermain setinjau ini adalah dengan menaikkan kaki satu persatu ke tempat pijakan, seimbangkan badan lalu melangkah perlahan layaknya sedang berjalan. Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa aturan permainan setinjau dapat dibagi menjadi dua, yaitu perlombaan lari dan pertandingan untuk saling menjatuhkan dengan cara saling memukulkan kaki-kaki bambu. Apabila permainan hanya berupa adu kecepatan (lomba lari), maka diawali dengan berdirinya 3-4 pemain di garis start sambil menaiki bambu masing-masing. Para pemain akan menaiki setinjau



100



nya dari garis start sampai garis finish. Dalam hal ini dapat dijelaskan konsep perpindahan. Menurut pendapat masyarakat perpindahan adalah tidak lagi berada diposisi semula. Sedangkan menurut sains ilmiah perpindahan adalah perubahan posisi benda. Perpindahan adalah sebuah besaran yang memiliki nilai dan arah. Pada peristiwa ini posisi pemain akan berubah dari garis start ke garis finish sehingga pemain berarti telah melakukan perpindahan. Sedangkan, apabila permainan bertujuan untuk mengadu bambu masingmasing pemain, maka diawali dengan pemilihan dua orang pemain yang dilakukan secara musyawarah/mufakat. Setelah itu, mereka akan berdiri berhadapan. Apabila telah siap, peserta lain yang belum mendapat giliran bermain akan memberikan aba-aba untuk segera memulai permainan. Mendengar aba-aba itu, kedua pemain akan mulai mengadukan bambu-bambu yang mereka naiki. Pemain yang dapat menjatuhkan lawan dari bambu yang dinaikinya dinyatakan sebagai pemenangnya. Pada lomba ini pemain harus bisa mempertahankan posisi setimbangnya agar tidak terjatuh. Menurut pengetahuan masyarakat faktor yang memengaruhi kesetimbangan yaitu berat badan, tinggi rendah papan pijakan dan pandai tidaknya mengatur kesetimbangan. Berat badan berpengaruh saat bermain setinjau. Menurut tokoh masyarakat semakin berat badan seseorang semakin sulit untuk melangkah saat bermain setinjau. Sedangkan menurut tokoh adat berpengaruh atau tidaknya tergantung kesetimbangan, dengan menyesuaikan posisi berdiri saat akan bermain dan ketika bermain. Menurut hasil observasi jawaban kuesioner penelitian diperoleh informasi bahwa berat badan sangat berpengaruh saat bermain setinjau, hal ini disebabkan pada saat bermain para pemain membutuhkan kesetimbangan atau menyeimbangkan berat badan.



101



Secara fisika dua syarat yang diperlukan agar benda tegar seimbang dan stabil adalah gaya yang bekerja pada benda tersebut adalah nol dan jumlah torsi yang bekerja pada benda tersebut adalah nol. Jika sebuah benda berada dalam kesetimbangan statis karena pengaruh tiga gaya non paralel, maka garis kerja gaya-gaya tersebut harus berpotongan di satu titik. Kesetimbangan sebuah benda dapat diklasifikasi menurut tiga kategori: stabil, tak stabil, dan netral. Sebuah benda yang berada



diatas suatu



permukaan akan berada dalam kesetimbangan bila pusat beratnya berada di atas dasar penopangnya. Stabilitas kesetimbangan sebuah benda dapat ditingkatkan dengan merendahkan pusat beratnya atau dengan menambah ukuran dasar penopangnya. Pada permainan setinjau agar setinjau setimbang maka resultan gaya harus memiliki nilai yang sama dengan 0, jika gaya yang bekerja pada suatu benda memiliki arah yang berlawanan, maka besar gaya di setiap arahnya harus memiliki nilai yang sama. Jika tiba-tiba salah satu bambu berubah sudut maka sisi kiri dan kanan menjadi tidak sama lagi. Agar kembali sama maka pemain melakukan aksi dengan cara: 1.



Mengembalikan sudut tersebut



2.



Mengubah sudut bambu yang lainnya



3.



Mengubah nilai atau arah gaya yang bekerja



4.



Melakukan kombinasi cara tersebut sehingga sisi kiri dan kanan kembali sama Pada permainan tradisional setinjau ini setelah dilakukan kajian terhadap



permainan tradisional nya maka selanjutnya dikaitkan dengan konsep pembelajaran etnosains fisika. Dalam hal ini konsep sains pada permainan setinjau ini dikaitkan dengan kompetensi dasar yang berhubungan dengan konsep yang dapat dijelaskan pada permainan tradisional setinjau tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.18.



102



Tabel 4.18 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada Permainan Setinjau No



Kompetensi Dasar



1.



Menganalisis besaran-besaran fisis



2.



pada gerak lurus dengan kecepatan konstan (tetap) dan gerak lurus dengan percepatan konstan (tetap) berikut penerapannya dalam kehidupan sehari-hari misalnya keselamatan lalu lintas Menerapkan konsep torsi, momen inersia, titik berat, dan momentum sudut pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan seharihari misalnya dalam olahraga



Konsep Sains Pada Permainan Setinjau Perpindahan, kecepatan dan percepatan pada setinjau (besaran pada gerak lurus)



Kemiringan bambu saat bermain setinjau agar setimbang dan tidak jatuh (kesetimbangan benda tegar)



Pada permainan setinjau ini dapat dikaitkan dengan pembelajaran etnosains fisika materi besaran pada gerak lurus dan kesetimbangan benda tegar. Besaran pada gerak lurus yang dapat dijelaskan dari permainan setinjau ini yaitu perpindahan, kecepatan dan percepatan. Sedangkan materi kesetimbangan yang dapat dijelaskan dari permainan setinjau ini yaitu posisi sudut kemiringan bambu agar tidak terjatuh saat memainkan setinjau. Sejalan dengan penelitian yang telah



dilakukan oleh Octana



(2020) yang menjelaskan bahwa pada permainan enggrang menerapkan konsep fisika berupa perpindahan, percepatan, dan kecepatan serta kesetimbangan. 4.2.4



Permainan Baliang-Baliang Baliang adalah tidak bulat, tidak bundar. Baliang-baliang (Baling-baling) yaitu



sesuatu yang diputar menghasilkan tenaga angin, air, dsb. Permainan baliang-baliang



103



adalah permainan yang terbuat dari buah para, tali dan kayu/bambu. Awalnya permainan ini terinspirasi dari baling-baling yang berputar di ladang untuk mengusir elang dari tanaman padi. Baling-baling juga biasanya digunakan untuk menentukan arah angin untuk berlayar. Permainan baliang-baliang ini bentuknya seperti balingbaling. Bagiannya terdiri dari buah para yang dilubangi sebagai tempat tarikan tali dan lubang kayu tempat baling-baling, kemudian kayu sebagai tempat melilit tali dan dibagian ujung kayu ada baling-baling. Untuk bagian lobang untuk tarikan tali bisa terbuat dari buah para. Bentuk baling-balingnya harus seimbang antara sisi kiri dan sisi kanan agar dapat berputar ketika talinya ditarik. Berikut gambar permainan baliangbaliang:



Gambar 4.4 Permainan Baliang-Baliang (Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2021) Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda di Kecamatan Tambusai serta hasil jawaban kuesioner penelitian diperoleh hasil rekonstruksi pengetahuan masyarakat menjadi pengetahuan ilmiah seperti pada Tabel 4.19.



104



Tabel 4.19 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada Permainan Baliang-Baliang No 1.



Pertanyaan



Sains Masyarakat



Sains Ilmiah



Mengapa baliangbaliang dapat berputar? Bagaimana pengaruh panjang tali terhadap lama baling-baling berputar?



Karena pengaruh dari tali yang sudah dililitkan Semakin panjang tali, maka semakin lama baling-baling berputar



3.



Bagaimana hubungan kecepatan menarik tali dengan jumlah putaran baling-baling?



Semakin cepat ditarik maka semakin lama baling-baling berputar



4.



Bagaimana



Tali yang sudah dililit



hubungan putaran tali dengan putaran baling-baling?



berputar sepusat. Kecepatan mengakibatkan sudut sama ω1 = ω2 dan baling-baling berputar arah putar sama



2.



Karena ada perubahan gaya gesek menjadi gaya gerak T = 2π Panjang tali mempengaruhi periode karena hubungan panjang tali dengan periode berbanding lurus, semakin panjang tali maka periode semakin besar v = 2π r f kecepatan linier berbanding lurus dengan frekuensi (semakin cepat ditarik talinya, maka semakin banyak putaran yang dihasilkan) Hubungan roda-roda



Pada Tabel 4.19 diatas diperoleh informasi bahwa baliang-baliang dapat berputar karena pengaruh dari tali yang sudah dililitkan, sedangkan menurut sains ilmiah karena ada perubahan gaya. Baliang-baliang dapat berputar lama karena pengaruh dari panjang tali, semakin panjang tali maka semkain lama baliang-baliang berputar. Kemudian terdapat hubungan antara kecepatan menarik tali dengan jumlah



105



putaran baliang-baliang, sesuai dengan persamaan kecepatan linier berbanding lurus dengan frekuensi. Tali yang sudah dililit pada tiang akan berputar bersamaan dengan putaran baliang-baliang, hal ini sesuai dengan hubungan roda-roda sepusat. Berdasarkan Tabel 4.4 hasil wawancara tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda ditemukan bahwa sejarah permainan baliang-baliang ini untuk menentukan arah angin serta menjaga burung/elang dari tanaman padi di kebun. Permainan baliangbaliang adalah permainan yang terbuat dari buah para, tali dan kayu/bambu. Menurut pendapat tokoh masyarakat permainan ini bentuknya seperti baling-baling. Bagiannya terdiri dari buah para yang dilubangi sebagai tempat tarikan tali dan lubang kayu tempat baling-baling, kemudian kayu sebagai tempat melilit tali dan dibagian ujung kayu ada baling-baling. Untuk bagian lobang untuk tarikan tali bisa terbuat dari buah para. Bentuk baling-balingnya harus seimbang antara sisi kiri dan sisi kanan agar dapat berputar ketika talinya ditarik. Adapun cara untuk bermain baliang-baliang ini yaitu dengan cara menarik tali yang sudah terlilit dikayu/bambu. Menurut tokoh masyarakat baliang-baliang dapat berputar karena pengaruh dari tali yang sudah dililitkan. Sebelumnya tali sudah dililitkan pada kayu/lidi saat bermain hanya menarik tali yang sudah disiapkan dari bolongan buah para kemudian baliang-baliang akan berputar. Secara ilmiah baliangbaliang dapat berputar karena ada perubahan gaya gesek menjadi gaya gerak. Secara fisika pada permainan baliang-baliang ini terdapat konsep yaitu gaya. Gaya adalah tarikan atau dorongan pada suatu benda. Pada permainan baliang-baliang ini konsep gaya yaitu pada cara bermain. Cara bermainnya dengan menarik tali yang sudah terlilit pada tiang penyangga, ini artinya terjadi konsep gaya pada proses cara bermain baliang-baliang tersebut. Kemudian terjadi perubahan gaya, yaitu gaya gesek



106



menjadi gaya gerak. Gaya gesek terjadi antara tali dengan tiang penyangga. Saat tali ditarik terjadi gesekan antara tali dengan tiang yang mengakibatkan baling-baling berputar (gerak). Sehingga karena terjadi perubahan gaya gesek menjadi gaya gerak tersebut mengakibatkan baliang-baliang dapat berputar. Adapun hal-hal yang memengaruhi putaran baliang-baliang ini yaitu panjang tali dan kecepatan menarik. Menurut pendapat tokoh masyarakat semakin panjang tali maka semakin lama baliang-baliang berputar dan semakin cepat menarik tali maka semakin lama baliang-baliang berputar. Secara fisika pada permainan baling-baling ini dapat dijelaskan semakin besar tarikan (gaya) semakin cepat baling-baling berputar. Tarikan tali berbanding lurus dengan putaran baling-baling. Sedangkan panjang tali mempengaruhi periode karena hubungan panjang tali dengan periode berbanding lurus, semakin panjang tali maka periode semakin besar. Artinya semakin panjang tali baliang-baliang, maka semakin lama baliang-baliang berputar. Pada permainan baliang-baliang ini lintasannya berbentuk lingkaran, oleh karena itu dapat dijelaskan konsep fisika gerak melingkar. Gerak melingkar adalah gerak suatu benda yang membentuk lintasan berupa lingkaran mengelilingi suatu titik tetap. Agar suatu benda dapat bergerak melingkar ia membutuhkan adanya gaya yang selalu membelokkannya menuju pusat lintasan lingkaran. Pada permainan baliangbaliang ini lilitan tali dan baling-baling berada pada satu pusat yang sama oleh karena itu berlaku hubungan roda-roda sepusat. Jika poros roda sepusat, roda akan memiliki kecepatan sudut yang sama. Jika roda pertama berputar satu putaran penuh, roda kedua pun akan berputar satu putaran penuh. Kedua roda berputar searah, kecepatan sudut kedua roda sama (ω1 = ω2). Pada permainan ini baliang-baliang ini putaran tali akan memengaruhi putaran baliang-baliang. Apabila tali ditarik cepat, maka baliang-baliang



107



juga akan berputar cepat. Sehingga tarikan tali sama sama berputar dengan balingbaling. Pada permainan tradisional baliang-baliang ini setelah dilakukan kajian terhadap permainan tradisional nya maka selanjutnya dikaitkan dengan konsep pembelajaran etnosains fisika. Dalam hal ini konsep sains pada permainan baliangbaliang ini dikaitkan dengan kompetensi dasar yang berhubungan dengan konsep yang dapat dijelaskan pada permainan tradisional baliang-baliang tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.20 berikut: Tabel 4.20 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada Permainan Baliang-Baliang No



Kompetensi Dasar



1.



Menganalisis interaksi pada gaya



2.



serta hubungan antara gaya, massa dan gerak lurus benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan (tetap) dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari



Konsep Sains Pada Permainan Baliang-Baliang Perubahan gaya gesek menjadi gaya gerak



Periode, frekuensi dan hubungan roda-roda sepusat



Pada permainan baliang-baliang ini dapat dapat dikaitkan dengan pembelajaran etnosains fisika materi gaya yaitu peubahan gaya gesek menjadi gaya gerak. Kemudian materi gerak melingkar yaitu menjelaskan periode, frekuensi dan hubungan roda-roda sepusat. Periode dapat dibuktikan dengan semakin panjang tali, maka semakin lama baling-baling berputar, sedangkan frekuensi terbukti saat semakin cepat menarik tali baling-baling, maka semakin banyak putaran yang dihasilkan baling-baling tersebut.



108



Kemudian hubungan roda-roda sepusat dapat dijelaskan dari putaran tali dan putaran baling-baling memiliki kecepatan yang sama. 4.2.5



Permainan Tarik Upih Pinang Upih adalah pelepah pinang yang sudah tua bisa digunakan untuk pembungkus



nasi dan itak. Upih pinang adalah pangkal pelepah daun pinang yang sudah kering. Bila sudah tua pelepah ini mengering dan jatuh ke tanah. Bagi ibu-ibu daun upih pinang ini digunakan untuk membungkus makanan yang diawetkan atau tahan lama, seperti dodol labu atau lempuk durian. Bagi bapak-bapak upih ini bisa juga dijadikan semacam pelana yang ditempelkan pada ambong atau keranjang rotan yang dipanggul, atau alas antara punggung dengan ambong/keranjang. Selain itu bisa dijadikan cupak atau gantangan atau juga sukatan untuk anak-anak ikan, udang, beras, dan bahan pangan lainnya. Bagi anak-anak melayu upih pinang ini djadikan bahan permainan. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah ini:



Gambar 4.5 Permainan Tarik Upih Pinang (Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2021) Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda di Kecamatan Tambusai serta hasil jawaban kuesioner penelitian diperoleh



109



hasil rekonstruksi pengetahuan masyarakat menjadi pengetahuan ilmiah seperti pada Tabel 4.21. Tabel 4.21 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada Permainan Tarik Upih Pinang No



Pertanyaan



1.



Mengapa upih yang digunakan pada permainan tarik upih pinang yaitu upih yang sudah tua? Mengapa upih pinang dapat bergerak saat ditarik?



2.



Sains Masyarakat



Sains Ilmiah



Karena sudah jatuh mudah diambil tidak perlu dipanjat



Karena upih yang sudah tua massa nya lebih kecil daripada upih yang masih muda Karena gaya luar yang bekerja pada upih tersebut lebih besar daripada gaya



Karena orang ditarik ringan



yang



3.



Bagaimana pengaruh gesekan terhadap kecepatan upih bergerak?



Cepat habis dan susah bergerak



4.



Bagaimana hubungan kelajuan menarik upih dengan jarak yang ditempuh upih?



Semakin laju menarik upih semakin cepat sampai ke garis finish



geseknya Semakin kasar permukaan lantai, maka semakin besar gaya geseknya. Semakin besar gaya gesek maka semakin lambat upih bergerak. Kelajuan berbanding lurus dengan jarak yang ditempuh, dan berbanding terbalik dengan selang waktu.



110



Pada Tabel 4.21 diatas diperoleh informasi bahwa pada permainan tarik upih pinang, upieh yang digunakan adalah upieh yang sudah tua. Alasan pemilihan upieh yang sudah tua ini menurut pengetahuan masyarakat karena sudah jatuh mudah diambil dan tidak perlu dipanjat. Sedangkan secara ilmiah berkaitan dengan massa upieh itu sendiri. Upieh dapat bergerak karena ada gaya luar yang bekerja pada upieh tersebut. Kemudian terdapat pengaruh antara gesekan terhadap kecepatan upieh bergerak yaitu menurut masyarakat upieh akan cepat habis dan susah bergerak. Sedangkan secara fisika hal ini bisa dijelaskan dengan gaya gesek yang berlaku pada upieh. Berikutnya terdapat hubungan antara kelajuan menarik upieh dengan jarak yang ditempuh upieh, yaitu kelajuan berbanding lurus dengan jarak yang ditempuh dan berbanding terbalik dengan selang waktu. Berdasarkan Tabel 4.5



hasil wawancara dengan tokoh masyarakat



menyebutkan bahwa permainan tarik upih pinang ini berawal dari pemikiran masyarakat untuk membawa barang yang banyak. Sedangkan menurut tokoh adat upieh ini biasa digunakan untuk pembungkus nasi. Bagi anak-anak melayu upieh pinang ini dijadikan bahan permainan. Upieh yang digunakan untuk permainan tarik upih pinang ini yaitu upieh yang sudah tua atau jatuh ke tanah. Menurut pengetahuan masyarakat karena upieh yang sudah tua dan jatuh ini kembangnya bagus dan tahan, tidak perlu dipanjat. Sedangkan menurut tokoh adat karena upieh yang sudah tua dan jatuh mudah diambil. Secara ilmiah massa upieh yang sudah tua lebih kecil daripada massa upieh yang masih muda. Menurut jawaban responden kuesioner penelitian mengemukakan bahwa elastisitas pada upih muda kecil dan cepat habis, sedangkan elastisitas pada upieh yang tua besar dan lama habis. Sedangkan menurut responden lain berpendapat



111



bahwa jenis upieh pinang berpengaruh terhadap gesekan. Upieh yang sudah tua lebih tahan terhadap gesekan karena permukannnya keras jadi tidak cepat habis. Cara bermain tarik upih pinang ini yaitu satu orang duduk dibagian klupak (pelepah) dan satu orang lagi menarik bagian daun. Menurut masyarakat cara bermainnya tinggal ditarik dan diseret sampai garis yang ditentukan. Secara ilmiah pada permainan tarik upih pinang ini upieh dapat bergerak karena adanya gaya (tarikan). Hal ini sejalan dengan hukum I Newton yang berbunyi “Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, benda yang mula-mula diam akan terus diam, sedangkan benda yang mula-mula bergerak akan terus bergerak dengan kecepatan tetap”. Artinya jika upieh tidak diberikan gaya (tarikan), maka upieh akan tetap diam. Sedangkan saat upieh ditarik, maka upieh akan bergerak dengan kecepatan tertentu. Ada beberapa hal yang memengaruhi upieh bergerak yaitu massa tubuh dan gaya yang diberikan. Menurut pengetahuan masyarakat, jika orang yang ditarik berat badannnya lebih besar daripada orang yang menarik maka orang yang menarik akan kesusahan untuk menariknya dan upieh akan susah bergerak. Secara fisika suatu benda akan cenderung mempertahankan posisi diam atau keadaan bergeraknya. Sifat benda ini disebut sebagai hukum kelembaman atau hukum inersia. Makin besar massa benda, makin besar kelembaman benda (makin sukar digerakkan). Pada permainan tarik upih pinang ini semakin besar massa orang yang ditarik maka semakin susah upih bergerak. Hal lain yang memengaruhi perpindahan upieh yaitu tarikan yang diberikan pada upieh tersebut. Menurut pengetahuan masyarakat semakin laju menarik upieh maka semakin cepat upieh sampai ke garis finish. Sedangkan secara ilmiah kelajuan berbanding lurus



112



dengan jarak yang ditempuh dan berbanding terbalik dengan selang waktu. Artinya semakin laju menarik upieh maka semakin jauh jarak yang ditempuh upieh dan semakin sedikit waktu tempuh yang dibutuhkan untuk sampai ke garis finish. Pada peristiwa ini gesekan berpengaruh terhadap kecepatan upieh bergerak. Menurut pengetahuan masyarakat semakin banyak gesekan terhadap upih maka upieh akan cepat mauih (habis) dan semakin sulit upieh bergerak. Sedangkan menurut pendapat tokoh adat jika upieh ditarik di tempat yang banyak batunya maka upieh payah bergerak, Oleh karena itu upieh dimainkan di tempat yang agak miring/turunan. Secara ilmiah semakin kasar permukaan lantai, maka semakin besar gaya geseknya. Semakin besar gaya gesek maka semakin lambat upieh bergerak. Hal ini terjadi karena gerakan upieh semakin terhambat karena gaya gesekannya semakin besar. Secara fisika arah gaya gesekan searah dengan permukaan bidang sentuh dan berlawanan dengan kecenderungan arah gerak. Gaya gesek yang terjadi pada permainan tarik upih pinang ini yang utama adalah dengan lantai atau dasar dimana upieh dimainkan. Gaya gesek yang terjadi pada upieh akan berlawanan dengan arah gerak upieh. Jadi, apabila upieh bergerak ke kanan, maka gaya gesek akan bergerak ke kiri berlawanan dengan arah gerak upieh. Upieh yang dimainkan pada lantai yang kasar akan mempengaruhi perpindahan upieh. Semakin kasar permukaan lantai dan permukaan upieh maka semakin kecil perpindahan upieh. Sedangkan apabila upieh dimainkan pada permukaan lantai yang halus atau licin, maka semakin kecil gesekan yang terjadi sehingga upieh akan bergerak/berpindah dengan cepat. Pada permainan tradisional tarik upih pinang ini setelah dilakukan kajian terhadap permainan tradisional nya maka selanjutnya dikaitkan dengan konsep pembelajaran etnosains fisika. Dalam hal ini konsep sains pada permainan tarik upih



113



pinang ini dikaitkan dengan kompetensi dasar yang berhubungan dengan konsep yang dapat dijelaskan pada permainan tradisional tarik upih pinang tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.22. Tabel 4.22 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada Permainan Tarik Upih Pinang No



Kompetensi Dasar



Konsep Sains Pada Permainan Tarik Upih Pinang



1.



2.



Menganalisis interaksi pada gaya serta hubungan antara gaya, massa dan gerak lurus benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus dengan kecepatan konstan (tetap) dan gerak lurus dengan percepatan konstan (tetap) berikut penerapannya dalam kehidupan sehari-hari misalnya keselamatan lalu lintas



Upih dapat bergerak dan memiliki percepatan tertentu karena pengaruh gaya. Kecepatan upih bergerak dipengaruhi oleh gesekan Kelajuan upih berbanding lurus dengan jarak dan berbanding terbalik dengan selang waktu



Pada permainan tarik upih pinang ini dapat dikaitkan dengan pembelajaran etnosains fisika materi gaya dan gerak lurus. Materi gaya dapat dijelaskan dari upih dapat bergerak karena gaya luar yang bekerja pada upih lebih besar daripada gaya geseknya, dan kecepatan upih bergerak dipengaruhi oleh gesekan. Sedangkan materi gerak lurus dapat dijelaskan dari kelajuan upih saat ditarik. Sejalan dengan penelitian Sukma (2019) yang menyatakan bahwa pada permainan tradisional geredan pelepah pinang menerapkan konsep dinamika partikel. 4.2.6



Permainan Serunai Permainan serunai adalah permainan yang terbuat dari batang padi. Batang



padi yang biasa digunakan untuk membuat serunai adalah batang padi yang sudah



114



dituai/dipanen. Panjangnya lebih kurang satu jengkal atau ± 20 cm. Bagian buku/ruas batang padi dipecahkan atau dibelah, bagian yang dibelah atau dipecahkan ini bisa juga disayat meyerupai belahan seruling. Kemudian bagian ujungnya dililit daun tebu, bagian pangkal untuk meniup. Cara bermainnya yaitu bagian batang padi yang dipecahkan dimasukkan ke mulut lalu ditiup/dihembuskan. Jika tidak ada udara bebas yang tersumbat didalam batang padi, maka serunai akan mengeluarkan bunyi saat ditiup. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini:



Gambar 4.6 Permainan Serunai (Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2021) Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda di Kecamatan Tambusai serta hasil jawaban kuesioner penelitian diperoleh hasil rekonstruksi pengetahuan masyarakat menjadi pengetahuan ilmiah seperti pada Tabel 4.23. Tabel 4.23 Rekonstruksi Pengetahuan Masyarakat Menjadi Pengetahuan Ilmiah Pada Permainan Serunai No



Pertanyaan



1.



Mengapa serunai dapat mengeluarkan bunyi?



Sains Masyarakat Karena ditiup



Sains Ilmiah Karena adanya sumber bunyi. Bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar. Serunai



115



dapat mengeluarkan bunyi karena ada tiupan yang bersaal dari mulut pemain mengakibatkan bagian batang padi yang dipecahkan



2.



3.



4.



Apa yang memengaruhi tinggi rendahnya bunyi pada serunai?



Bagaimana pengaruh panjang serunai terhadap frekuensi bunyi serunai terdengar? Mengapa serunai dililit dengan daun tebu?



Kekuatan meniup. Semakin kuat ditiup semakin keras bunyinya



Semakin pendek serunai semakin besar suaranya



Agar bunyinya lebih kuat keras



bergetar dan mengakibatkan keluarnya bunyi Tinggi rendahnya bunyi dipengaruhi oleh frekuensi. Semakin besar frekuensi, maka nada bunyi semakin tinggi Tinggi rendahnya nada bunyi berbanding terbalik dengan panjang serunai Memperbesar amplitudo. Semakin besar amplitudo semakin besar bunyi yang didengar



Pada Tabel 4.23 diatas diperoleh informasi bahwa menurut pengetahuan masyarakat serunai dapat mengeluarkan bunyi karena ditiup. Sedangkan menurut sains ilmiah karena adanya sumber bunyi dan getaran pada serunai. Menurut masyarakat tinggi rendahnya bunyi serunai dipengaruhi oleh kekuatan meniup. Sedangkan secara fisika tinggi rendahnya bunyi dipengaruhi oleh frekuensi. Adapun yang memengaruhi



116



frekuensi bunyi serunai yaitu panjang serunai. Menurut sains masyarakat semakin pendek serunai maka semakin besar suaranya, sejalan dengan sains ilmiah bahwa tinggi rendanya nada bunyi berbanding terbalik dengan panjang serunai. Untuk membuat bunyi serunai semakin keras, menurut masyarakat hal ini dapat dilakukan dengan melilitkan daun tebu pada serunai. Secara ilmiah lilitan daun tebu ini digunakan untuk memperbesar amplitudo, semakin besar amplitude maka semakin besar bunyi yang didengar. Berdasarkan hasil wawancara pada Tabel 4.6 menurut pendapat masyarakat ditemukan bahwa permainan serunai ini bermula dari orang tua yang ingin menghibur anaknya yang menagis di ladang. Agar orang tua nya bisa bekerja dan anak nya tidak menggangu maka diberikanlah batang padi yang mengeluarkan bunyi saat ditiup. Sehingga menurut tokoh adat, lama kelamaan ini menjadi suatu permainan yang menjadi hiburan anak-anak untuk orang yang menuai padi. Permainan serunai ini terbuat dari batang padi dan daun tebu. Batang padi yang digunakan adalah batang padi yang sudah dituai. Menurut tokoh pemuda kalau padi belum dituai, maka tidak boleh memainkan serunai. Adapun bentuk dari serunai ini, menurut pengetahuan masyarakat bentuknya seperti terompet. Terdiri dari bagian buku/rueh (ruas) padi yang dipecahkan atau dibelah, bagian ujungnya dililit daun tebu dan bagian pangkalnya untuk muhombuih (meniup). Sedangkan menurut tokoh adat serunai ini panjnagnya lebih kurang 20 cm, ada bagian untuk meniup dan ada bagian untuk corong. Bagian yang dipecahkan atau dibelah bisa disayat menyerupai bolahan (lubang) seruling. Menurut tokoh adat batang padi yang digunakan untuk permainan serunai ini yaitu batang padi yang berukuran sedang.



117



Cara bermain serunai yaitu bagian batang padi yang dipecahkan dimasukkan ke mulut lalu ditiup/dihembuskan. Jika tidak ada udara bebas yang tersumbat didalam batang padi, maka serunai akan mengeluarkan bunyi saat ditiup. Menurut tokoh masyarakat serunai dapat mnegeluarkan bunyi karena pengaruh dari getaran bagian batang padi yang dipecahkan, dan dibersihkan agar udara didalam batang padi tidak tumpek/sumbek



(tersumbat).



Sedangkan



menurut



tokoh



adat



serunai



dapat



mengeluarkan bunyi karena dihombuih (dihembus) dari mulut dan pengaruh dari pecahan batang padi. Senada dengan hal tersebut tokoh pemuda mengemukakan serunai dapat berbunyi karena ada tekanan udara dibagian yang dipecahkan. Secara ilmiah serunai dapat mengeluarkan bunyi karena adanya sumber bunyi. Bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar. Serunai dapat mengeluarkan bunyi karena ada tiupan yang berasal dari mulut pemain, yang menyebabkan bagian batang padi yang dipecahkan bergetar dan mengakibatkan keluarnya bunyi. Adapun yang memengaruhi kuat atau pelannya bunyi serunai yaitu tergantung kekuatan meniup dan lilitan daun tebu. Menurut tokoh masyarakat Semakin kuat dihombuih (ditiup) maka semakin besar suaranya dan akan lebih besar lagi bunyinya kalau dibaluik (dililit) daun tebu. Sependapat dengan hal tersebut tokoh adat menambahkan semakin banyak pecahan batang padi semakin melengking bunyinya. Tokoh pemuda memiliki pendapat semakin keras serunai ditiup maka semakin keras suaranya. Menurut pendapat tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda besar kecilnya suara serunai juga dipengaruhi oleh panjang serunai. Tokoh-tokoh tersebut mengungkapkan bahwa semakin pendek serunai, maka semakin besar suaranya. Secara ilmiah tinggi rendahnya bunyi dipengaruhi oleh frekuensi, semakin besar frekuensi, maka nada bunyi semakin tinggi. Artinya semakin kuat meniup, maka semakin tinggi



118



nada yang dihasilkan. Sedangkan tinggi rendahnya nada bunyi berbanding terbalik dengan panjang serunai. Pada permainan serunai ini, serunai dililit dengan daun tebu. Menurut pengetahuan masyarakat hal ini dilakukan agar suara yang dihasilkan serunai semakin besar. Secara fisika kuat lemah bunyi dipengaruhi oleh amplitudonya. Lilitan daun tebu ini bertujuan untuk memperbesar amplitudonya, agar bunyi yang dihasilkan dari serunai semakin kuat. Karena semakin besar amplitudonya maka semakin kuat nadanya dan sebaliknya semakin rendah amplitudo maka semakin lemah nadanya. Ketika meniup serunai kita bisa mengatur bunyi serunai supaya terdengar pelan atau keras. Pelan dan kerasnya suatu bunyi berhubungan dnegan intensitas. Intensitas adalah energi yang ditransmisikan pada suatu luasan tiap detiknya. Suatu bunyi dapat didengar apabila intensitasnya berada pada jangkauan pendengaran. Intensitas bunyi yang terdengar dipengaruhi oleh jarak antara pendengar dan sumber bunyi. Nilai intensitas berbanding terbalik dengan jarak, sehingga apabila jarak pendengar semakin jauh maka intensitas yang terdengar semakin kecil. Kemudian pada serunai terdapat konsep fisika efek Doppler. Efek Doppler adalah peristiwa dimana adanya perubahan frekuensi yang di dengar oleh pendengar terhadap sumber sebagai akibat dari adanya pergerakan dan kecepatan. Serunai yang dibunyikan sambil bergerak juga akan mengalami efek Doppler, yang mana frekuensi bunyinya berubah sesuai pergerakan dan kecepatannya. Pada keadaan normal (diam) maka energi akan tersebar ke segala arah dengan sama besar, berbeda dengan kondisi ketika sumber bunyi bergerak. Pada permainan tradisional serunai ini setelah dilakukan kajian terhadap permainan tradisional nya maka selanjutnya dikaitkan dengan konsep pembelajaran



119



etnosains fisika. Dalam hal ini konsep sains pada permainan serunai ini dikaitkan dengan kompetensi dasar yang berhubungan dengan konsep yang dapat dijelaskan pada permainan tradisional serunai tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.24 berikut: Tabel 4.24 Kaitan Permainan Tradisional Dalam Kaitan Pembelajaran Etnosains Fisika Pada Permainan Serunai Kompetensi Dasar Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam teknologi



Konsep Sains Pada Permainan Serunai Karakteristik gelombang bunyi, frekuensi bunyi, tinggi rendah bunyi, intensitas bunyi, efek Doppler dan pipa organa terbuka



Pada permainan serunai dapat dikaitkan dengan pembelajaran etnosains fisika materi gelombang bunyi. Permainan serunai ini dapat menjelaskan tentang karakteristik bunyi, tinggi rendah bunyi, intensitas bunyi, efek Doppler dan pipa organa terbuka. Konsep fisika materi gelombang bunyi dan pipa organa terbuka pada serunai ini sama dengan penerapan pipa organa organa terbuka pada alat musik seruling. Menurut penelitian Sulastriningsih (2020) yang menyatakan bahwa pada seruling bambu terdapat materi fisika gelombang bunyi terkait pipa organa, intensitas, dan efek Doppler.



120



BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1



Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa



permainan tradisional yang dilakukan masyarakat dapat diinterpretasikan ke dalam pengetahuan sains dan diimplementasikan dalam pembelajaran fisika. Pada permainan gasiang dapat dikaitkan dengan materi pokok gerak melingkar, tekanan, hukum Newton, keseimbangan dan dinamika rotasi. Permainan bodie tedapat konsep fisika materi teori kinetik gas, gerak parabola, momentum dan impuls. Permainan setinjau dapat dihubungkan dengan materi fisika gerak lurus, keseimbangan dan dinamika rotasi. Sedangkan pada permainan baliang-baliang terdapat konsep fisika hukum Newton dan gerak melingkar. Kemudian permainan tarik upih pinang dapat dikaitkan dengan materi pokok hukum Newton dan gerak lurus. Sedangkan permainan serunai dapat dikaitkan dengan gelombang bunyi. 5.2



Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, adapun saran dan



rekomendasi peneliti yaitu sebagai berikut: 1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengembangkan kajian permainan tradisional dalam kaitan pembelajaran etnosains fisika ini dengan permainan tradisional lain yang berbeda dan lebih variatif serta dapat mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis etnosains. 2. Bagi guru dan sekolah agar dapat mengintegrasikan pembelajaran berbasis etnosains permainan tradisional ke dalam proses belajar mengajar agar tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan dan dekat dengan kehidupan seharihari serta menjadi salah satu cara untuk melestarikan kearifan lokal yang ada di daerah sekitar.



DAFTAR PUSTAKA Agustini, F. 2020. Integrasi Nilai Karakter Melalui Permainan Tradisional Tarik Tambang Dalam Pembelajaran IPA. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar. 4 (2) : 114-120 Ardiansyah, D. 2014. Studi Komparasi Hasil Belajar Antara Kelompok Belajar Berdasarkan Kecerdasan Majemuk Dengan Kelompok Belajar Bebas Pada Pembelajaran Fisika Kelas XI IPA Di MA Unggulan Tlasih Sidoarjo. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. 3 (3): 36-39. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Asdi Mahasatya. Arikunto,S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bektiarso, S. 2015. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo. Budi, A.,S. 2019. “Pengembangan Modul Metode Permainan Tradisional Anak Untuk Pembelajaran Kelas 1 SD Tema 4 Subtema 1”. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Danandjaja, J. 2002. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Danang & Setiabudi. 2020. Analisis Matematis Fenomena Fisik Permainan Tarik Tambang. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi. 6 (2) : 138-145. Deni & Permasih. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo. Depdikbud. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas. 2010. Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 Tahun 2010, tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Kemendiknas. Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV Mitra Karya. Dharmamulya, dkk. 2005. Permainan Tradisional Jawa. Yogyakarta: Kepel Press. Dimyati dan Modjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Emdin, C. 2011. Droppin’ science and dropping science: African American males and urban science education. JAAME, 2 (1): 1-15.



122



Fiqry, R. 2017. Studi Kepustakaan Perancangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Indiginasi Budaya: Permainan Tradisional Gasing “Kawaongga” untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Logis di Era Pembelajaran Abad 21. Seminar Nasional Fisika dan Aplikaisnya. 349-356 Ibrahim, dkk. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) Berbantuan LKPD Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi. III (1): 14-23. Indrayanti, I. 2017. “Efektivitas Permainan Tradisional Pada Pembelajaran IPA Terpadu Terhadap Karakter Ilmiah Dan Pemahaman Konsep”. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPA Terpadu, Universitas Negeri Semarang. Jasa Unggah Muliawan, Tips Jitu Memilih Mainan Positif dan Kreatif untuk Anak Anda, Yogyakarta: 2009. Hal.16. Joseph, M.R. 2010. Ethnosciences and Problems of Method in the Social Scientific Study of Religion. Oxfordjournals. 39 (3): 241-249. KBBI. 2021. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (KBBI). Online Available at: http://kbbi.web.id/kaji.html- diakses pada 6 Januari, jam 20.00 WIB. Kurniati, E. 2011. Program bimbingan untuk mengembangkan keterampilan sosial anak melalui permainan tradisional. Surakarta: Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kusumaningsih, A. & Suryanti. 2019. Efektivitas Penerapan Permainan Tradisional Engklek Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Di SDN Lidah Wetan II/462 Surabaya. JPGSD. 7 (4) : 3218-3227 Makhmudah, dkk. 2019. Pengembangan Modul Fisika Berbasis Kearifan Lokal Permainan Tradisional Kalimantan Tengah Pada Materi Momentum dan Impuls. Jurnal Pembelajaran Fisika. 8 (3): 181-186. Makhmudah, N.,L. 2019. “Pengembangan Modul Fisika Berbasis Kearifan Lokal Permainan Tradisional Kalimantan Tengah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi Momentum Dan Impuls di SMAN 1 Sampit”. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Pendidikan MIPA, Universitas Jember. Martono, N. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Marzoan & Hamidi. 2017. Permainan Tradisional Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler untuk Meningkatkan Kompetensi Sosial Siswa. Journal An-nafs. 2 (1): 62-82.



123



Mayasari, T. 2017. Integrasi Budaya Indonesia dengan Pendidikan Sains. Seminar Nasional Pendidikan Fisika III 2017. “Etnosains dan Peranannya dalam Menguatkan Karakter bangsa“. Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas PGRI Madiun. Miles, M. B. & Huberman, M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Morissan. 2016. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana. Mulyani, N. 2016. Super Asyik Permainan Tradisional. Yogyakarta: Diva Press. Mundilarto. 2002. Kapita Selekta Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Fisika UNY. Mundilarto. 2010. Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta: UNY Press. Octana.I.,N. 2020. “Pengembangan Modul Pengayaan Fisika SMA Bermuatan Keterampilan Abad 21 Berbasis Kearifan Lokal Pada Etnis Lampung” . Thesis. Pendidikan Fisika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Raden Intan Lampung. Pane, A., & Dasopang, M.D. 2017. Belajar Dan Pembelajaran Aprida Pane Muhammad Darwis Dasopang. Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 3 (2), 333-352. Parmin. 2017. Ethnosains. Semarang: Swadaya Manunggal. Parmono. 2013. Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan CTL Melalui Metode Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kreativitas Dan Gaya Belajar Siswa. Jurnal inkuiri. 2(1): 33-42. Pratiwi, M.,R. 2019. “Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Berbasis Permainan Tradisional Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Dan Kerjasama Peserta Didik SMA”. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Yogyakarta. Putri, dkk. 2016. Pengaruh Permainan Tradisional Goak Maling Pitik Terhadap Kemampuan Memahami Lambang Bilangan Pada Anak. e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha. 4 (2). Putranta, H. 2019. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Guided Inquiry Berbantuan Simulasi Android Permainan Tulup Untuk Meningkatkan Literasi Sains Dan Higher Order Thinking Skills (HOTS) Peserta Didik SMA. Thesis. Program Studi Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta.



124



Rahayu, U., Yumiati, Paulina Pannen. 2006. Instructional Quality Improvement in Science Though The Implementation Of Culture-Based Teaching Strateg, Presented at the 10th International Conference Learning Together for Tomorrow Education for Sustainable Development, Bangkok Thailand. Riyanto. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC Sardjiyo. 2005. Pembelajaran Berbasis Budaya Model Inovasi Pembelajaran Dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Pendidikan. 6 (2): 83-98. Sardjiyo & Pannen, P. 2005. Pembelajaran Berbasis Budaya: Model Inovasi Pembelajaran Dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Pendidikan, 6 (2): 83-98. Sayakti, L. 2003. Implementasi Konsep Lingkungan Hidup Sebagai Sumber Belajar Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar. Tesis S2 PS PIPS SPs UPI, Bandung. Setiawan, dkk. 2017. The Develpomnet Of Local Wisdom Based Natural Science Module To Improve Ccience Literation Of Students. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. 6(1): 49-54. Shidiq, A. S. 2016. Pembelajaran Sains Kimia Berbasis Etnosains untuk Meningkatkan Minat & Prestasi Belajar Siswa. Seminar Nasional Kimia & Pendidikan Kimia VIII (SN KPK UNS). Singarimbun, M & Effendi, S. 2011. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3S. Suastra, I. W. 2006. Belajar dan Pembelajaran Sains. Buku Ajar Jurusan Pendidikan Fisika: Universitas Pendidikan Genesha. Suastra, I.W., & L.P.B.Yasmini. 2013. Model Pembelajaran Fisika Untuk Mengembangkan Kreativitas dan Karakter Bangsa Berbasis Kearifan Lokal Bali. Jurnal Pendidikan Indonesia. 2 (2): 221-235. Sudarmin & Asyhar, R. 2012. Transformasi Pengetahuan Sains Tradisional Menjadi Sains Ilmiah Dalam Proses Produksi Jamu Tradisional. Edu-Sains. 1 (1): 1-7. Sudarmin. 2014. Pendidikan Karakter Etnosains dan Kearifan Lokal. Semarang: FMIPA Unnes. Sudarmin. 2015. Pengembangan Modul IPA Terpadu Bermuatan Etnosains Tema Energi Dalam Kehidupan untuk Menanamkan Jiwa Konservasi Siswa. Unnes Sciences Education Journal, 4(2): 8-17.



125



Sudarmin, dkk. 2016. Development of Ethnoscience Approach in The Module Theme Substance Additives to Improve the Cognitive Learning Outcome and Student’s entrepreneurship. IOP Conf. Series: Journal of Physics: Conf. Series 824 (2017) 012024. Sudirman,F. 2017. “Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL) Materi Kalor Berbasis Etnosains Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa XI MAN Baraka”. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Pendidikan Fisika, UIN Alauddin Makassar. Sudjana, N. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: CV. Alfabeta. __________2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. __________2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. __________2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. __________2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sugono, Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008) hal. 968. Sukma, T . A & Putri, N. D. 2019. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fiska Al-Biruni. Local wisdom-Based Electronic Book on Newtons’ Law. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fiska Al-Biruni. 8 (2): 197-206. Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sulastriningsih,N.,M. 2020. “Pengembangan E-Book Berbasis Local Wisdom Pada Pembelajaran Outdoor Learning Melalui Project Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Keterampilan Proses Peserta Didik SMA”. Thesis. Prodi Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta. Sutrisno. 2006. Fisika dan Pembelajarannya. Modul Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.



126



Suwindra, I.N.P., R. Sujanem, dan I. Suswandi. 2012. Pengembangan Modul Software Multimedia Interaktif Dengan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XII SMA. Jurnal Pendidikan Indonesia. 1(1): 13-27. Taufik. 2018. Budaya Melayu Riau. Pekanbaru: Lembaga Adat Melayu Riau. Tientje, dkk. 2004. Pendidikan Anak Usia Dini Untuk Mengembangkan Multiple Inteligensi. Jakarta: Drama Graha Group. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Vlaardingerbroek. 1990. Ethnoscience and science Teacher Training in Papua New Guinea. Journal of Education for Teaching: International Research and Pedagogy. 16 (3): 217-224. Widyaparamita, dkk. 2020. Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Media Permainan Gasing dan Permainan Perahu terhadap Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 2 Sigi. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online (JPFT). 8 (2) : 45-48. Wiyono, dkk. 2017. Pengembangan Multimedia Interaktif pada Materi Gerak Parabola Berbasis Permainan Tradisional untuk Mata Pelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA 2017.125-138



127



LAMPIRAN 1



128



129



130



131



132



133



LAMPIRAN 2



134



135



136



137



138



139



LAMPIRAN 3



140



141



142



143



144



145



LAMPIRAN 4



146



147



148



149



LAMPIRAN 5



150



151



152



153



154



155



156



157



158



159



160



LAMPIRAN 6



161



162



163



164



165



166



LAMPIRAN 7



Meminta Rekomendasi Penelitian



Meminta Rekomendasi Penelitian



Lurah Tambusai Tengah



LKAM Tambusai



Wawancara Tokoh Adat



Wawancara Tokoh Adat



Wawancara Tokoh Adat



Wawancara Tokoh Adat



167



Wawancara Pemain Gasiang



Wawancara Tokoh Masyarakat



Wawancara Tokoh Masyarakat



Wawancara Tokoh Masyarakat



Wawancara Tokoh Masyarakat



168



Wawancara Tokoh Masyarakat



Wawancara Tokoh Pemuda



Responden Kuesioner Penelitian



Responden Kuesioner Penelitian



Guru Fisika SMA Negeri 1 Tambusai



Guru Fisika SMA Negeri 2 Tambusai



Responden Kuesioner Penelitian



Mencari Referensi Buku



Guru Fisika SMA Negeri 3 Tambusai



Di LKAM Pasir Pengaraian



169



Mencari Referensi Buku



Diskusi Dengan Kabid Kebudayaan



Di Dinas Pariwisata Rokan Hulu



Dinas Pariwisata Rokan Hulu



Diskusi Dengan Staf Kebudayaan



Mencari Referensi Buku



Dinas Pariwisata Rokan Hulu



Di Perpustakaan Daerah Rokan Hulu



170 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Imelda Riani. Bertempat tanggal lahir di Tanjung Medan, 23 Maret 1999. Anak dari ayah M.Hadir Daulay dan Ibu Erlina. Penulis merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Berkewarganegaraan Indonesia. Bertempat tinggal di Jl. Lintas Tambusai Timur, Desa Rantau Panjang, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu. Alamat email: [email protected]. Penulis memulai pendidikan dasar di SD Negeri 011 Tambusai pada tahun 2005 dan tamat pada tahun 2011. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 dan tamat pada tahun 2014. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Tambusai dan tamat pada tahun 2017. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Pasir Pengaraian pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika, dan menyelesaikan studi pada tanggal 13 Juli 2021. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Fisika. (1) Anggota Divisi Pendidikan Himpunan Mahasiswa Fisika 2018-2019. (2) Bupati Himpunan Mahasiswa Fisika Universitas Pasir Pengaraian 2019-2020. (3) Anggota Divisi Kaderisasi Himpunan Mahasiswa Fisika 2020-2021. (4) Bendahara Sobat Bumi Universitas Pasir Pengaraian 2020-sekarang.