SKRIPSI Jadi PDF Andam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) SUMATERA BARAT TAHUN 2015



ANDAM DEWI 1104142010192



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes YARSI SUMATERA BARAT BUKITTINGGI 2015



SKRIPSI



HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) SUMATERA BARAT TAHUN 2015 Bidang Ilmu Keperawatan Gerontik



Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program studi S1 Keperawatan STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi



ANDAM DEWI 1104142010192



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI 2015 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS



Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk Telah saya nyatakan dengan benar



Nama



: Andam Dewi



Nim



: 1104142010192



Tanda Tangan : Tanggal



: Juli 2015



PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi ini telah disetujui



Juli 2015



Oleh :



Pembimbing I



Pembimbing II



( Ns. Dewi Kurniawati, S.Kep, MS )



( Ns. Sri Hayulita, S.Kep )



Mengetahui Ketua Program Studi SI Keperawatan



( Ns. Sri Hayulita, S.Kep )



HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh: Nama



: Andam Dewi



NIM



: 1104142010192



Program Studi



: S1 Keperawatan



Judul Skripsi



: Hubungan Status Gizi dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sumatera Barat.



Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi.



DEWAN PENGUJI Pembimbing I : Ns. Dewi Kurniawati, S.Kep, MS (



)



Pembimbing II : Ns. Sri Hayulita, S.Kep



(



)



Penguji I



: Supiyah, S. Kp, M.Kep



(



)



Penguji II



: Ns. Dian Angraini, S.Kep



(



)



Ditetapkan di : STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi Tanggal



: Juli 2015



HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS



Sebagai sivitas akademik STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama



: Andam Dewi



Nim



: 1104142010192



Program Studi : Ilmu Keperawatan Jenis Karya



: Skripsi



Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah yang berjudul: “Hubungan Status Gizi dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sumatera Barat Tahun 2015”. Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengolah dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan skripsi saya selama tercantum nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Bukittinggi Pada Tanggal : Juli 2015 Yang menyatakan



(Andam Dewi)



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI BUKITTINGGI



Andam Dewi Hubungan Status Gizi Dengan Kualitas Hidup Lansia Dipanti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sumatera Barat Tahun 2015 xiv + 76 halaman + 7 tabel + 11 lampiran ABSTRAK Jumlah lansia mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Peningkatan jumlah lansia ini menuntut perhatian lebih terhadap lansia terutama berhubungan dengan masalah gizi dan kualitas hidup mereka. Lansia yang berada di PSTW lebih beriko terjadi malnutrisi, hal ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya pendidikan, riwayat penyakit, kondisi rongga mulut, asupan zat makanan dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kualitas hidup lansia di panti sosial tresna werdha (PSTW) Sumatera Barat tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang berada di PSTW Sumatera Barat yang terdiri dari PSTW Sabai Nan Aluih sicincin dan Kasih Sayang Ibu Batusangkar. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 125 orang, laki-laki 76 (60,8%) dan perempuan 49 (39,2%) dengan teknik multi-stage sampling kemudian di cluster sedangkan pemilihan sampel dengan teknik sample random sampling dengan pengundian. Pengambilan data status gizi dengan Mini Nutritional Assessment (MNA) sedangkan kualitas hidup menggunakan WHOQOL-BREF. Analisis hasil penelitian dengan menggunakan chi-square dilihat pada Pearson Chi-Square dengan α 22 = baik/ normal Cara pengukuran lingkar lengan : a) Lansia diminta untuk berdiri atau duduk b) Tanyakan kepada lansia lengan mana yang aktif digunakan, jika lengan kanan yang aktif digunakan maka lengan kiri yang kita lakukan pengukurannya. c) Kemudian lansia diminta untuk membuka lengan baju mereka yang akan dilakukan pengukuran d) Menentukan titik tengah lengan dengan menekuk tangan membentuk sudut 900 dengan telapak tangan menghadap keatas yang di ukur dari tulang atas bahu sampai siku. e) Memberi tanda pada titik tengah. f) Kemudian diukur pada titik tengah dengan pita lila, tidak boleh terlalu kuat g) Catat pada ketelitian 0,1 (Depkes, 2012). 4) Lingkar Betis Lingkar betis ini merupakan salah satu bagian yang diukur pada penilaian antropometri khusus untuk menilai gambaran status gizi pada lansia.



Cara pengukuran lingkar betis: a) Posisikan kaki membentuk sudut 900 atau berjuntai b) Bebaskan daerah betis dari pakaian c) Pengukuran lingkar betis dilakukan pada daerah betis yang paling tinggi d) Catat hasil pengukuran (Depkes, 2012). Keunggulan menggunakan antropometri 1. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. 2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli 3. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan didaerah setempat 4. Tepat dan akurat karena dapat dibakukan 5. Dapat mendeteksi dan menggambarkan riwayat gizi dimasa lampau 6. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas. 7. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu 8. Dapat digunakan untuk pengelompokan yang rawan gizi (Istiany, 2013). b. Pengkajian Secara Umum



Pengkajian secara umum pada MNA meliputi pengkajian tentang gaya hidup, obat-obatan, mobilisasi dan adanya tanda depresi atau demensia (Guigoz, 2006). c. Pengkajian Asupan Makanan Pengkajian pola makan/diet atau asupan makanan yaitu tentang jumlah makanan, asupan makanan dan cairan serta kemandirian dalam makan (Guigoz, 2006). d. Pengkajian Subjektif Pengkajian subjektif yaitu tentang bagaimana persepsi individu tentang kesehatan dan status gizinya (Guigoz, 2006). 5. Masalah Gizi pada Lansia Menurut Depkes RI (2003), masalah gizi pada lansia merupakan rangkaian proses masalah gizi sejak usia muda yang manifestasinya timbul setelah tua (Oktariani, 2012). Masalah gizi yang sering yang sering terjadi pada lansia adalah obesiras dan malnutrisi. a. Obesitas Menurut Stanley, Blair, dan Beare (2005), obesitas merupakan suatu kondisi kelebihan berat badan yang menempatkan lansia dalam peningkatan resiko, mengalami kondisi kronis, seperti hipertensi, penyakit arteri koroner, diabetes dan stroke. Kondisi ini menyebabkan kelemahan sendi dan pembatasan mobilisasi dan kemandirian pada lansia (Oktariani, 2012). b. Malnutrisi Malnurisis dapat terjadi baik pada lansia dengan berat badan lebih maupun lansia dengan berat badan kurang. Malnutrisi dihubungkan dengan kurangnya vitamin dan mineral, dalam beberapa kasus terjadi pula kekurangan protein dan kalori. Malnutrisi pada lansia jika dalam kondisi



lama akan berdampak pada kelemahan otot dan kelelahan karena energy yang menurun. Oleh karena itu lansia akan beresiko tinggi untuk terjatuh atau mengalami ketidak mampuan dalam mobilisasi yang menyebabkan cedera atau luka tekan (Watson, 2003). Pada kondisi lain, malnutrisi juga dapat dimanifestasikan dengan kurangnya energi kronis. Kurangnya energi kronis pada lansia disebabkan oleh makanan tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan penciuman, banyak gigi yang tanggal sehingga terasa sakit untuk makan dan napsu makan yang kurang akibat aktivitas yang kurang, kesepian, depresi, penyakit kronis, serta efek samping obat (Depkes RI, 2003). Selain itu hilangnya selera makan yang berkepanjangan pada lansia dapat menyebabkan penurunan berat badan yang drastis, sehingga kondisi ini dapat menyebabkan lansia mengalami kekurangan gizi, yang ditandai dengan lansia akan terlihat kurus (Depkes RI, 2003).



C. KUALITAS HIDUP 1. Defenisi Kualitas Hidup The World Health Organization Quality Of Life atau WHOQOL group (1997) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya dimasyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan juga perhatian. Kualitas hidup dalam hal ini merupakan suatu konsep yang sangat luas yang



dipengaruhi oleh kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan. Menurut Ventegodt, Merrick & Andersen (2003), kualitas yang baik itu adalah kualitas hidup yang berkualitas tinggi. Dalam hal ini dapat dikelompokkan dalam 3 bagian yang berpusat pada aspek hidup yang baik yaitu: a. Kualitas hidup subjektif yaitu suatu hidup yang baik yang dirasakan oleh masing-masing individu yang memilikinya. Masing-masing individu



secara



personal



mengevaluasi



bagaimana



mereka



menggambarkan suatu perasaan mereka. b. Kualitas hidup esistensial yaitu seberapa baik hidup seseorang merupakan level yang berhak dihormati dan dimana individu dapat hidup dalam keharmonisan. c. Kualitas hidup objektif yaitu bagaimana hidup seseorang dirasakan oleh dunia luar. Kualitas hidup objektif dinyatakan dalam kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan nila-nilai budaya dan menyatakan tentang kehidupannya (Riyanto, 2011). Menurut Kreitler & Ben (2004) kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian individu didalam bidang kehidupan. Lebih spesifiknya adalah penilaian individu terhadap posisi mereka didalam kehidupan, dalam konteks budaya dan system nilai dimana mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian individu (Nofitri, 2009). 2. Klasifikasi Kualitas Hidup



Menurut Notoadmojo (2007) kualitas hidup diklsifikasikan menjadi : a. Kualitas Hidup Baik Kualitas hidup yang dimiliki seseorang dengan kebiasaan seperti: mengatur pola makan, gaya hidup yang baik, rutin memeriksakan, kesehatan dan rajin mengikuti program penyuluhan dari pemerintah. b. Kualitas Hidup Buruk Kualitas hidup yang dimiliki seseorang dengan kebiasaan yang dapat meningkatakan resiko paparan penyakit (Dasuki dan Astuti, 2012).



3. Dimensi Kualitas Hidup Menurut Power dalam Lopes dan Snyder (2004), kualitas hidup terdiri dari empat dimensi yaitu : a. Dimensi Kesehatan fisik Kesehatan fisik dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam melakukan aktifitas. Aktifitas yang dilakukan individu akan memberikan pengalaman baru yang merupakan modal perkembangan ketahap selanjutnya. Kesehatan fisik mencakup aktifitas sehari-hari, yang menggambarkan kesulitan dan kemudahan yang dirasakan individu ketika melakukan kegiatan sehari-hari. Ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan medis, yang menggambarkan seberapa besar kecenderungan individu dalam menggunakan obat-obatan dan bantuan medis lainnya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.



Energi dan kelelahan, yang



menggambarkan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Mobilitas, yang menggambarkan



tingkat perpindahan yang mampu dilakukan oleh individu dengan mudah dan cepat. Sakit dan ketidaknyamanan, yang menggambarkan sejauh mana perasaan keresahan yang dirasakan individu terhadap hal-hal yang menyebabkan individu merasa sakit. Istirahat dan tidur, meggambarkan sejauh mana kualitas tidur yang dirasakan individu dalam pemenuhan kebutuhan



tubuh



menggambarkan



terhadap



istirahat.



kemampuan



yang



dan



kapasitas



dimiliki



kerja,



individu



yang dalam



menyelesaikan tugas-tugasnya. b. Dimensi Psikologi Aspek psikologis terkait dengan keadaan mental individu. Keadaan mental mengarah pada mampu atau tidaknya individu menyesuaikan diri terhadap tuntutan perkembangan sesuai dengan kemampuannya, baik tuntutan dari diri maupun tuntutan dari luar dirinya. Aspek psikologis juga terkait dengan aspek fisik, dimana individu dapat melakukan suatu aktifitas jika individu itu sehat secara mental. Kesejahteraan psikologis mencakup body image, dan aperence, yang menggambarkan bagaimana individu memandang keadaan tubuh dan penampilannya. Perasaan negatif, yang menggambarka adanya perasaan yang tidak menyenangkan yang dirasakan individu. Self-ekstem yaitu melihat bagaimana individu melihat dan menggambarkan dirinya sendiri. Spiritual/agama, keyakinan, pribadi, berfikir, belajar, memori, dan kosentrasi. c. Dimensi Hubungan Sosial



Hubungan sosial yaitu hubungan antara dua individu atau lebih dimana tingkah laku individu itu akan saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki tingkah laku individu yang lainya. Mengingat manusia adalah mahluk sosial maka dalam hubungan sosial ini manusia dapat merialisasikan kehidupan serta dapat berkembang menjadi manusia seutuhnya. Hubungan sosial mencakup hubungan pribadi/personal, menggambarkan bagaimana hubungan individu dengan orang lain. Dukungan sosial, menggambarkan adanya bantuan yang didapatkan individu yang berasal dari lingkungan sekitar. dan aktivitas seksual yang menggambarkan aktivitas seksual yang dilakukan individu. d. Dimensi Lingkungan Aspek



lingkungan



yaitu



tempat



tinggal



individu



termasuk



didalamnya keadaan, ketersediaan tempat tinggal untuk melakukan aktivitas kehidupan, termasuk didalamnya sarana dan prasarana yang dapat menunjang kehidupan. Hubungan dengan lingkungan mencakup sumber financial, yang menggambarkan keadaan keuangan individu. Freedom, psikologi safety dan security, yaitu menggambarkan tingkat keamanan individu yang dapat mempengaruhi kebebasannya dirinya. Perawatan kesehatan dan social care, yaitu menggambarkan ketersediaan pelayanan kesehatan dan pelindungan sosial yang didapatkan individu, termasuk



aksesbilitas



dan



kualitas.



Lingkungan



rumah,



yang



menggambarkan keadaan tempat tinggal individu. Kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru maupun keterampilan yang



bermanfaat bagi individu. Partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi atau kegiatan yang menyenangkan diwaktu luang. Lingkungan fisik termasuk, iklim, kebisingan, populasi, dan transportasi. 4. Pengukuran Kualitas Hidup Pengukuran kualitas hidup dapat dilakukan dengan kusioner World Health Organization Quality of Life (WHOQOL-BREF). WHOQOL-BREF merupakan pengembangan dari alat ukur WHOQOL-100. WHOQOL-BREF versi Indonesia diterjemahkan oleh Ratna Mardiati dan Satya Joewana, dari universitas Admadja Jakarta, pada tahun 2004. WHOQOL-BREF terdiri dari 24 pertanyaan dan ditambah 2 pertanyaan secara umum yaitu kualitas hidup secara keseluruhan (overall quality of life) dan kesehatan secara umum (general health), yang terdapat pada pertanyaan nomor 1 dan nomor 2. Pertanyan yang 24 mencakup 4 domain yaitu kesehatan fisik yang terdiri dari 7 pertanyaan yang terdapat pada pertanyaan nomor 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18 dengan skor 7 – 35, kesehatan psikologi terdiri dari 6 pertanyaan yang terdapat pada pertanyaan nomor 5, 6, 7, 11, 19, dan 26 dengan skor 6 - 30, hubungan social yang terdiri dari 3 pertanyaan yang terdapat pada pertanyaan nomor 20, 21, dan 22 dengan skor 3 - 15, dan lingkungan yang terdiri dari 8 pertanyaan yang terdapat pada pertanyaan nomor 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, dan 25 dengan skor 8 – 40. WHOQOL-BREF terbukti dapat digunakan untuk mengukur kualitas hidup seseorang. Walaupun WHOQOL-BREF ini sudah digunakan di 23 negara pada usia dewasa namun penggunaan WHOQOL-BREF untuk lansia



masih belum banyak dilakukan, khususnya di Indonesia. Penghitungan untuk menentukan skor dari kualitas hidup seseorang dapat dilakukan dengan penjumlahan dari masing- masing skor domain yaitu semakin tinggi skor yang didapatkan makan semakin baik kualitas hidup seseorang begitupun sebaliknya semakin rendah skor yang didapatkan dari penjumlahan keempat domain tersebut maka semakin rendah kualitas hidup seseorang. Kualitas hidup seseorang dikatakan baik apabila skor yang didapatkan ≥ 51,5 dan kualitas hidup buruk yaitu dengan skor < 51,5. dengan nilai maksimal 120 dan nilai minimal 24. 5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Kualitas hidup secara langsung dipengaruhi oleh pengalaman positif pengasuh, pengalaman negatif pengasuh, dan stress kronis. Sumber daya ekonomi dan sumber daya sosial memilik dampak langsung terhadap kualitas hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup antara lain: a. Umur Pada usia yang lebih tua, penurunan fungsi tubuh semakin menonjol, seperti penurunan sistem pencernaan yang akan berdampak pada asupan nutrisi seseorang, sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup mereka karena angka kesakitan akan meningkat karena gizi yang tidak adekuat. b. Gender / jenis kelamin Menurut Moons (2004), mengatakan bahwa gender adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Menurut Bain (2003),



menemukan adanya perbedaan antara kualitas hidup laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki lebih baik dari perempuan (Fatmah, 2010). c. Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Pendidikan yang semakin tinggi dapat menghasilkan kemandirian yang semakin mantap karena lansia dapat memperoleh kesempatan untuk mendapatkan informasi yang banyak terkait dengan pengaturan aktivitas, sehingga ketergantungan dengan orang lain lebih rendah (Darmojo, 2004). d. Pekerjaan Penduduk yang bestatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan) atau penduduk yang tidak mampu bekerja memiliki perbedaan kualitas hidup (Nofitri, 2009). e. Status pernikahan Moons (2004), mengatakan ada perbedaan antara kualitas hidup antara individu yang menikah, yang duda/cerai dan yang tidak menikah. Dimana individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak menikah (Nofitri, 2009). f. Penghasilan Menurut Safa (2007), mengemukakan bahwa adanya konstribusi yang lumayan antara penghasilan terhadap kualitas hidup. g. Hubungan dengan orang lain



Menurut Safa (2007), mengatakan bahwa faktor hubungan dengan orang lain memiliki konstribusi yang cukup besar dalam menjelaskan kualitas hidup secara subjektif. h. Status gizi Kurangnya nutrisi pada seseorang dapat menyebabkan berbagai macam keluhan dan timbulnya penyakit, selain itu dukungan gizi seringkali diperlukan untuk dipertahankan kondisi kesehatan fisik mereka, karena kesehatan fisik merupakan salah satu dari penilaian dari baik buruknya kualitas hidup seseorang. Semakin baik gizi seseorang makan semakin baik kualitas hidup seseorang dan semakin buruk gizi seseorang makan semakin buruk kualitas hidupnya. D. KERANGKA TEORI MODIFIKASI Kondisi lansia erat kaitannya dengan penurunan berbagai fungsi



indera



seperti menurunnya indera penciuman, indera perasa, dan penurunan dari fungsi fisiologis pada tubuh lainnya. Kehilangan indera perasa dan penciuman menyebabkan turunnya nafsu makan dan juga sensitivitas rasa manis dan asin berkurang. Perubahan fisiologis yang terjadi seperti kehilangan gigi, penurunan sistem pencernaan akan mempengaruhi status gizi lansia. Kebutuhan gizi pada lansia perlu dipenuhi secara adekuat untuk kelangsungan proses penggantian sel dalam tubuh, mengatasi proses penuaan, dan memperlambat terjadinya usia biologis dan gizi yang baik akan memperbaiki kesehatan lansia yang akan meningkatkan kualitas hidup lansia.



Pengukuran status gizi pada lansia dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya yaitu pengukuran antropometri, dan pengkajian menggunakan kuesioner Mini Nutrition Assessment (MNA). Pengukuran dengan antropometri, yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar lengan, dan pengukuran lingkar betis. Selain itu pengukuran MNA merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk meskrining status gizi pada lansia, untuk mengetahui apakah seorang lansia mempunyai resiko mengalami malnutrisi atau malnutrisi yang berat. Status nutrisi pada lansia akan mempengaruhi kualitas hidup lansia, karena salah satu domain dari kualitas hidup adalah kesehatan fisik, yang termasuk didalamnya adalah masalah penyakit, kegelisahan tidur, dan beristirahat, energi dan kelelahan, status gizi, mobilitas, aktivitas sehari-hari, ketergantungan obat dan bantuan medis, serta kapasitas pekerjaan. Penilaian kualitas hidup dapat dilakukan dengan menggunakan kusioner WHOQOL-BREF.



BAB III KERANGKA KONSEP Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat dari bagan dibawah ini dimana variabel dependen yang digunakan adalah kualitas hidup sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup lansia yang berada di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan Kasih Sayang Ibu Batusangkar Sumatera Barat. Status gizi didapatkan setelah dilakukan pengukuran status gizi dengan berbagai cara antara lain: pengukuran antropometri, dan skrining menggunakan alat pengkajian MNA, untuk kualitas hidup digunakan kuesioner WHOQOL-BREF.



Variabel Independen



Status Gizi Lansia



Variabel Dependen



Kualitas Hidup Lansia



Keterangan : : Diteliti



: Hubungan



Skema 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian



BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada suatu saat yang artinya subjek diamati satu kali dan tidak ada perlakuan terhadap responden (Hidayat, 2008). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar Sumatera Barat. Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 9 Juni sampai dengan 20 Juni 2015. C. Polulasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan Kasih Sayang Ibu Batusangkar Sumatera Barat tahun 2015 yang berjumlah 180 orang yang terdiri dari 63 orang lakilaki, 47 perempuan yang berada di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan 70



orang berada di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar dimana laki- laki berjumlah 53 orang dan perempuan 17 orang. 2. Sampel Besar sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus dari Slovin dengan populasi finit atau diketahui jumlahnya, yaitu : N n= 1+ N (d2) Keterangan rumus : N = Jumlah populasi d2 = Presisi absolut/ tingkat ketepatan yaitu sebesar 5% n = Jumlah sampel Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah : N n= 1+ N (d2) 180 n= 1 + 180 (0,05)2 180 n= 1+ 180 (0,0025) 180 n= 1 + 0,45 180 n= 1,45 n = 124,13 Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan yaitu 124.13 yang dibulatkan menjadi 125 orang. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 125 orang lansia



dengan jumlah laki-laki sebanyak 76 orang dan perempuan sebanyak 49 orang. Kekuatan / power analisis yang diuji dengan menggunakan uji G* power yaitu didapatkan kekuatan sebesar 0,86. Mengingat peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi yang ingin dijadikan subjek penelitian karena populasi yang berada di dua tempat maka cara pengambilan sampel dilakukan dengan teknik multi-stage sampling yaitu peneliti menentukan sampel untuk masing-masing PSTW agar seimbang, berupa kelompok cluster. Cara pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut : populasi lansia di 1 PSTW n=



x jumlah sampel yang diinginkan jumlah populasi keseluruhan 110



n=



x 125 = 76,3 dibulatkan menjadi 76 orang 180 70



n=



x 125 = 48,6 dibulatkan menjadi 49 orang 180



Jadi sampel yang di ambil dari masing- masing PSTW yaitu sebanyak 76 orang di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dan 49 orang di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar. Setelah sampel untuk masing-masing PSTW didapatkan, maka selanjutnya untuk menentukan siapa saja responden yang akan dipilih peneliti, dilakukan teknik simple random sampling dengan cara mengundi anggota populasi dengan lotre (lottery techinique).



1.



2.



D. Kriteria Inklusi dan Eklusi Kriteria Inklusi a. Laki-laki dan perempuan yang berusia 60 tahun keatas. b. Lansia yang berada di tempat saat melakukan penelitian c. Lansia yang bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent Kriteria Eklusi a. Lansia yang sedang sakit berat seperti kesadaran yang mulai berkurang ketika penelitian sedang berlangsung. b. Lansia yang mengalami gangguan pendengaran dan mengalami gangguan penglihatan. c. Lansia yang mengalami gangguan jiwa



E. Defenisi Operasional



Defenisi operasional tiap-tiap variabel dijelaskan dalam tabel berikut : Tabel 4.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian Variabel Kualitas hidup



Status gizi



Defenisi operasional Kualitas hidup merupakan suatu persepsi seorang terhadap kehidupanya yang meliputi kesehatan fisik, psikologis, hubungan social dan lingkungan. Keseimbangan antara asupan zat gizi dan kebutuhan akan zat gizi.



Cara ukur



Alat ukur



Hasil ukur



Wawancara



Kuesioner WHOQOLBREF



- Jika skor ≥ 51, 5 berati kualitas hidup baik Jika skornya < 51,5 berarti kualitas hidupnya buruk



Wawancara dan melakukan pengukuran antropometri berupa BB, TB, LLA, LB.



Kuesioner Mini nutritional Assessmant (MNA) Timbangan berat badan, alat ukur tinggi lutut, alat ukur lingkar lengan, dan alat ukur lingkar betis.



Jika skornya ≥ 24 maka dikategorikan gizi normal.



Skala ukur Ordinal



ordinal



Jika skornya 1723 maka dikategorikan resiko malnutrisi. Jika skornya < 17 maka dikategorikan malnutrisi.



F. Instrument penelitian 1. Instrument Status Gizi a) Kuesioner Mini Nutritional Assessment (MNA) yang terdiri dari 18 item yang tebagi dalam 4 komponen yaitu pengukuran antropometri, pengkajian secara umum, pengkajian pola makan/diet, pengkajian subjektif. b) Timbangan injak seca (skala 0,1 kg) untuk mengukur berat badan, alat untuk mengukur tinggi lutut, alat untuk mengukur lingkar lengan, dan



alat untuk mengukur lingkar betis, kemudian kalkulator untuk menghitung IMT supaya cepat, dan untuk memudahkan dalam mengkonversikan antara tinggi lutut dan tinggi badan. 2. Instrument Kualitas Hidup Instrument yang digunakan untuk menilai kualitas hidup adalah kusioner WHOQOL-BREFF. Kuesioner ini terdiri dari 26 item pertanyaan, setiap item pertanyaan memiliki skala 1-5, yang terdiri dari 4 domain. Dari 26 pertanyaan tersebut 2 pertanyaan merupakan pertanyaan secara umum yang tidak diikutkan dalam perhitungan 4 domain yaitu pertanyaan nomor 1 dan 2 tentang pendapat responden mengenai kualitas hidupnya dan kepuasan responden terhadap kesehatannya. Penilaian kualitas hidup yaitu jika skor ≥ 51, 5 berarti kualitas hidup baik, sedangkan jika skor < 51, 5 berarti kualitas hidup buruk. Tabel 4.2 Instrument kualitas hidup No



Variabel



1



Kesehatan fisik



2



Kesehatan psikologis



3



Hubungan sosial



4



Lingkungan Kualitas hidup secara keseluruhan



Item



skor



Item 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18 Item 5, 6, 7, 11, 19, dan 26



7 item Skor 7 - 35 6 item Skor 6 – 30



Item 20, 21, dan 22



3 item Skor 3 – 15



Item 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, dan 25. Total 24 item



8 item Skor 8 – 40 Total skor 20-120



G. Uji validitas dan Reliabilitas Instrument dalam penelitian ini sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh peneliti sebelumnya. Dimana uji validitas dilakukan dengan cara validitas diskriminan. Hasil uji validitas dan reliabilitas yang telah dilakukan oleh Salim



dan Sudharma (2007), terhadap instumen WHOQOL- BREF didapatkan Cronbach’s αkecuali pada domain hubungan social besar Cronbach’s α = 0,41. Penelitian di 23 negara menunjukkan nilai Cronbach’s α sebesar 0, 68 ( range antara 0,51- 0,77).



Instrument WHOQOL-BREF adalah alat ukur yang valid



dengan (r hitung = 0,89 - 0, 95 ), r table = 0,66 - 0, 87). Artinya r hitung > r table. Sehingga instrument WHOQOL-BREF valid dan reliabel untuk mengukur kualitas hidup



seseorang lansia. Insrtumen MNA merupakan instrument yang telah divalidasi secara khusus untuk mengetahui status gizi pada lansia. MNA telah dilakukan uji Validitasnya secara internasional. Namun pada penelitian sebelumnya pada penelitian Oktariani (2012) juga di lakukan uji validitas dan reliabilitas yang didapatkan nilai r hitung > r table ( 0, 74 > 0,30) sehingga instrument ini valid dan reliabel untuk digunakan. Sehingga peneliti tidak lagi melakukan uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini karena peneliti berpatokan pada uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan oleh Salim dan Shudarman tahun 2007 serta Oktariani tahun 2012.



H. Etika penelitian Sebelum responden masuk dalam penelitian ini terlebih dahulu peneliti menjelaskan tentang bagaimana penelitian yang akan dilakukan agar responden mengerti maksud, tujuan dan dampak dari penelitian. Supaya lebih jelas peneliti dapat memberikan informed consent atau persetujuan menjadi responden. Responden berhak untuk bersedia atau menolak menjadi subjek dalam penelitian



tersebut dan peneliti harus menghormati hak responden tersebut. Dalam menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden (anonimity), tetapi pada lembar tersebut diberi kode. Sedangkan pada lembar kuesioner tetapi pada lembar informed consent wajib ditulis nama responden. Selain itu, untuk menjaga kerahasiaan (confidentiality) informasi responden, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian ini. Hanya pihak tertentu dan dalam urusan tertentu informasi tersebut bisa diketahui. I. Metode pengumpulan data Pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai dari peneliti meminta surat izin penelitian dari kampus STIKes Yarsi SUMBAR Bukittinggi. Kemudian peneliti memberikan surat izin penelitian kepada KESBANGPOL Sumatera Barat dan Dinas Sosial Sumatera Barat. Setelah itu peneliti membawa surat izin penelitian untuk diberikan kepada kedua kepala PSTW Sumatera Barat. Kemudian peneliti meminta daftar nama-nama lansia pada pihak kantor untuk melakukan penglotrean pada lansia kemudian baru mendatangi wisma-wisma yang namanama lansianya terpilih. Selanjutnya responden yang terpilih berdasarkan kriteria inklusi dibacakan informed consent, jika lansia bersedia maka diminta untuk menanda tangani persetujuan penelitian. Kemudian dilakukan wawancara kepada responden untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan peneliti serta melakukan penimbangan berat badan, tinggi lutut, lingkar lengan dan lingkar betis. Prosedur pengumpulan data penelitian dapat dilihat dari bagan dibawah ini: Izin penelitian dari STIKes Yarsi Izin dari KESBANGPOL SUMBAR Izin dari Dinas Sosial SUMBAR Izin Kepala PSTW Meminta data lansia untuk menentukan responden dalam penelitian



Melakukan penglotrean pada nama-nama lansia yang didapatkan dengan membuat nama pada kertas kecil Mendatangi wisma-wisma lansia yang menjadi responden Membacakan informed consent kepada responden sebelum penelitiaan untuk ditanda tangani Membacakan kuesioner penelitian kepada responden dan menuliskan jawaban yang diberikan oleh responden pada kuesioner yang Melakukan penimbangan Beratdisediakan. Badan, pengukuran Tinggi Lutut, Lingkar lengan Atas, dan Lingkar Betis



Skema 4.1. Bagan Prosedur pengumpulan data penelitian



J. Teknik Pengolahan Data Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing Tahap ini merupakan tahap mengecek kembali terhadap jawaban pada kuesioner apakah jawaban sudah lengkap, jelas dan sudah relevan dengan pertanyaan yang di ajukan. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk menjaga kualitas data, kebenaran data dan kelengkapan data agar dapat diproses ketahap berikutnya. 2. Coding Tahap ini untuk memberikan kode pada kuesioner sehingga informasi dari data yang terkumpul mudah dilacak dengan tujuan untuk mempermudah mengklasifikasikan jawaban secara teratur. Peberian kode pada karateristik responden dengan cara, member kode pada kolom yang disediakan pada kuesioner, kemudian untuk karakteristik responden peneliti member kode sendiri, mulai dari jenis kelamin ([1 laki-laki, 2 perempuan], agama [1 Islam, 2 selain Islam], suku [1 caniago, 2 piliang, 3 sikumbang, 4 jambak, 5guci, 6



tanjung, 7 koto, 8 pariangan, 9 melayu, 10 simangek], Usia [1 60-70 tahun, 2 > 70 tahun], pendidikan [1 tidak sekolah, 2 SD, 3 SMP, 4 SMA, 5 Perguruan tinggi], pekerjaan [1 petani, 2 ibu rumah tangga, 3 wiraswasta, 4 pedagang, 5 nelayan, 6 buruh], keluarga [1 ya, 2 tidak], status perkawinan [1 kawin, 2 duda/janda, 3 tidak kawin], penyakit [1 memiliki 1 penyakit, 2 memiliki > dari satu penyakit], keluhan yang dirasakan [1 memiliki satu keluhan, 2 memiliki > dari satu keluhan], kondisi rongga mulut [1 hanya satu kelainan pada rongga mulut, 2 lebih dari satu kelainan pada rongga mulut], gaya hidup [1 merokok, 2 memiliki nyeri, 3 tidak ada merokok dan nyeri, 4 merokok dan ada nyeri], pada kuesioner MNA dan WHOQOL-BREF sudah ditentukan kodenya untuk masing-masing jawaban pertanyaan. 3. Entry Tahap ini adalah kegiatan memasukan data dan pengolahannya kedalam bentuk tabel dan selanjutnya di masukan kedalam soft ware yang sesuai. 4. Cleanning Melakukan pengecekan kembali terhadap data yang sudah terkumpul apakan ada kemungkinan terdapat kesalahan data, sehingga data siap untuk dianalisis. K. Analisis data Seluruh data yang telah dikumpulkan akan dianalisa menggunakan program komputerisasi. Analisa univariat bertujuan untuk melihat jumlah atau frekuensi dan persentase masing-masing variabel. Untuk melihat hubungan antara hubungan status gizi dengan kualitas hidup lansia digunakan analisa bivariat dengan uji statistik chi-square dilihat pada Pearson Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95%, pvalue = 0,05. Sehingga, jika pvalue ≤ 0,05 maka hasil statistik



disebut bermakna, artinya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.



BAB V HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian, pengumpulan data yang dilakukan melalui kuesioner terhadap 125 orang responden dapat digambarkan karakteristik responden secara umum. Karakteristik responden yang diteliti pada penelitian ini diantaranya : umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, memiliki keluarga, status perkawinan, riwayat penyakit, keluhan, kondisi rongga mulut, dan gaya hidup yang akan dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sumatera Barat Tahun 2015 Karakteristik Responden Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Agama Islam Suku Caniago Piliang Sikumbang Jambak Guci Tanjung Usia Lanjut Usia Awal Lanjut Usia Akhir



f



%



76 49



60,8 39,2



125



100,0



38 28 8 12 10 13



30,4 22,4 6,4 9,6 8,0 10,4



37 88



29,6 70,4



Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA PT



55 48 16 5 1



44,0 38,4 12,8 4,0 0,8



50 27 12 26 2 8



40,0 21,6 9,6 20,8 1,6 6,4



88 37



70,4 29,6



4 117 4



3,2 93,6 3,2



48 77



38,4 61,6



76 49



60,8 39,2



69 56



55,2 44,8



39 48 3 35



31,2 38,4 2,4 28,0



Pengukuran BMI/IMT BMI < 18.5 kg/m2 BMI 18.5-25 kg/m2 BMI > 25 kg/m2



26 81 18



20,8 68,8 14,4



Pengukuran Lingkar lengan Atas LILA < 21 LILA 21-22 LILA > 22



24 26 75



19,2 20,8 60,0



Pengukuran Lingkar Betis LB < 31 LB > 31



53 72



42,4 57,6



Pekerjaan Petani IRT Wiraswasta Pedagang Nelayan Buruh Keluarga Ada keluarga Tidak ada keluarga Perkawinan Menikah Duda/Janda Tidak Menikah Penyakit Satu Penyakit Lebih dari satu penyakit Keluhan Satu keluhan Lebih dari satu keluhan Kondisi Mulut Satu kondisi Lebih dari satu kondisi Gaya hidup Merokok Nyeri Merokok dan nyeri Tidak ada



Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh informasi bahwa dari 125 orang responden, lebih dari setengah responden 76 orang responden (60,8%) berjenis kelamin laki-laki dan semua responden 125 (100%) beragama Islam. Hampir sebagian responden 38 (30,4%) memiliki suku Caniago, lebih dari setengah 88 (70,4%) orang responden berada pada kategori lanjut usia akhir. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa hampir sebagian responden yaitu 55 orang responden (44,0%) tidak bersekolah, hampir sebagian dari responden yaitu 50 orang responden (40,0%) bekerja sebagai petani sedangkan lebih dari setengah responden yaitu 88 orang responden (70,4%) yang memiliki keluarga dan sebagian besar responden yaitu 117 orang responden (93,6%) berstatus duda/ janda. Lebih dari setengah responden yaitu 77 orang responden (61,6%) memilki riwayat penyakit lebih dari satu, kemudian lebih dari setengah responden yaitu 76 orang responden (60,8%) memiliki satu keluhan, sedangkan pada kondisi mulut lebih dari setengah responden yaitu 69 orang responden (55,2%) hanya memiliki satu masalah kelainan kondisi mulut, pada gaya hidup hampir sebagian responden yaitu 48 orang responden (38,4%) memiliki keluhan berupa nyeri. Pada pengukuran Body Massa Indeks (BMI) dari 125 orang responden yang dilakukan pengukuran Berat badan dan Tinggi badan yang di prediksi dengan tinggi lutut lansia dimana didapatkan hasil bahwa lebih dari setengah responden dengan BMI normal yaitu sebanyak 81 orang responden (64,8%). Pada pengukuran Lingkar lengan atas didapatkan lebih dari setengah responden yaitu 75 orang responden (60,0%) memiliki lingkar lengan yang dikategorikan



baik yaitu lebih dari 22 cm. Pada pengukuran lingkar betis didapatkan bahwa lebih dari setengah responden yaitu 72 orang responden (57,6%) memiliki lingkar betis lebih dari 31 cm. B. Analisa Univariat 1. Status Gizi Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sumatera Barat Tahun 2015 Status Gizi



f



%



Baik



27



21,6



Resiko Malnutrisi



84



67,2



Malnutrisi



14



11,2



Total



125



100



Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa dari 125 responden, lebih dari setengah responden 84 orang responden (67,2%) beresiko terjadinya malnutrisi. 2. Kualitas Hidup Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Hidup Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Sumatera Barat Tahun 2015 Kualitas Hidup



f



%



Baik



61



48,8



Buruk



64



51,4



Total



125



100



Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 125 orang responden, lebih dari setengah responden yaitu 64 orang responden (51,4%) memiliki kualitas hidup buruk.



C. Analisa Bivariat Tabel 5.4 Hubungan Status Gizi dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sumatera Barat Tahun 2015



Status Gizi Baik Resiko Malnutrisi Malnutrisi Total



Kualitas Hidup Baik



Buruk



f



%



f



%



f



%



20



74,1



7



25,9



27



100



35



41,7



49



58,3



84



100



6



42,9



8



57,1



14



100



61



48,8



64



51,2



125



100



2



x = 0,012



df = 2



Total



P value



0,012



p = 0,012



Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa, dari 27 responden dengan status gizi baik, lebih dari setengah yaitu 20 orang responden (74,1%) memiliki kualitas hidup baik. Dilihat dari 84 orang responden (67,2%) responden dengan status beresiko malnutrisi, lebih dari setengah responden yaitu 49 orang responden (58,3%) responden diantaranya memiliki kualitas hidup buruk. Responden dengan status malnutrisi yaitu sebanyak 14 orang responden, lebih dari setengah yaitu 8 orang (57,1%) orang responden diantaranya memiliki kualitas hidup buruk. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0,012 (p ≤ 0,05) yang berarti adanya hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup lansia dipanti sosial tresna werdha Sumatera Barat tahun 2015.



BAB VI PEMBAHASAN A. Analisa Univariat 1. Status Gizi Lansia Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 yang peneliti lakukan, didapatkan hasil bahwa lebih dari setengah responden beresiko untuk terjadinya malnutrisi. Resiko malnutrisi pada lansia diperkirakan karena lansia mengalami permasalahan penurunan nafsu makan, kehilangan berat badan, penyakit yang diderita, konsumsi obat-obatan, kurangnya asupan makan seperti protein dan vitamin dan asupan cairan. Penurunan nafsu makan pada lansia dapat dikarenakan oleh kondisi dari lansia itu sendiri seperti kondisi dari rongga mulut, berisiko untuk terjadi malnutrisi karena kebutuhan akan zat gizi dalam tubuh mereka tidak terpenuhi dengan adekuat. Akibat dari zat gizi yang tidak adekuat bagi lansia dapat menyebabkan lansia mudah terserang penyakit yang dapat meyebabkan peningkatan angka mortalitas dan morbitas pada lansia. Penelitian yang sejalan dengan penelitian diatas adalah penelitian yang dilakukan oleh Oktariani tahun 2012 tentang gambaran status gizi lansia yang berada di panti sosial tresna werdha (PSTW) Budi Mulya 01 dan 03 di Jakarta didapatkan 52,4% lansia beresiko malnutrisi. Penelitian yang sejalan dengan dua penelitian diatas adalah penelitian yang dilakukan oleh Ismayanti dan Solikhah pada tahun 2012 di panti sosial tresna werdha Yogyakarta,



didapatkan gambaran status gizi dari 53 responden yang diteliti didapatkan sebanyak 33 (62,3%) responden memiliki status gizi yang buruk dan beresiko terjadi malnutrisi. Penelitian yang tidak sejalan dengan penelitian diatas adalah penelitian yang dilakukan Norhasanah (2015) di Makassar, berpendapat bahwa lansia yang tinggal di PSTW lebih beresiko mengalami status gizi overweight dan status gizi sangat gemuk, karena lansia yang berada di PSTW mudah dalam mendapatkan akses makanan karena sudah disediakan oleh pihak panti, lansia yang berada dipanti tidak melakukan aktivitas yang banyak seperti lansia yang berada di komunitas. Jadi aktivitas fisik dan asupan makanan dapat menjadi faktor penyebab status gizi overweight bagi lansia di PSTW. Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk kedalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi tersebut. Perbedaan dari status gizi sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang berasal dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat tersebut setiap hari (Supariasa, 2001). Status gizi lansia pada umumnya dipengaruhi oleh asupan makanan, kurangnya pengetahuan akan pentingnya gizi yang baik. Asupan makanan sangat diperlukan untuk menjalankan berbagai fungsi baik didalam tubuh terkait metabolisme maupun diluar tubuh untuk dapat beraktivitas. Asupan energi dan zat gizi yang sangat kurang dapat menyebabkan meningkatnya kehilangan berat badan tanpa disadari oleh seseorang (Payyet, 2005). Menurut Sharkey (2002), kekurangan zat gizi menunjukkan sebuah ancaman potensial bagi kesehatan pada seluruh populasi lansia karena dapat



mengakibatkan keterbatasan dalam aktivitas fisik yang menyebabkan ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari, menurunkan daya tahan tubuh lansia terhadap penyakit, yang akan memperburuk masalah medis pada lansia (Nugroho, 2008). Oleh karena itu penting dilakukan penghitungan status gizi pada seseorang. Penghitungan status gizi seseorang dapat dilakukan dengan penghitungan indeks massa tubuh (IMT) dan khusus untuk lansia dapat ditentukan dengan form skrining Mini nutritional Assessment untuk menentukan resiko malnutrisi. Penghitungan



IMT memerlukan pengukuran berat badan dan



tinggi badan. Kondisi lansia yang mengalami perubahan pada bentuk tulang atau lansia yang tidak mampu untuk berdiri akan sulit dilakukan pengukuran tinggi badan. Tinggi badan dalam penelitian ini diganti dengan pengukuran tinggi lutut dari lansia karena proses penuaan tidak mempengaruhi panjang tulang pada tangan, kaki (tinggi lutut) (Fatmah, 2010). Semakin tinggi usia seseorang maka semakin beresiko seseorang mengalami masalah pada pemenuhan gizi mereka karena kebutuhan zat gizi berupa karbohidrat dan lemak menurun, sedangkan kebutuhan akan protein, vitamin, dan mineral meningkat (Garrow, 2000). Menurut pendapat peneliti, lansia yang berada di PSTW lebih beresiko terjadinya malnutrisi hal ini dikarenakan bahwa lansia yang berada di PSTW faktor yang mempengaruhi status gizi mereka lebih banyak seperti dari tingkat pendidikan, hampir sebagian responden tidak bersekolah yaitu 55 orang responden (44%) dan SD sebanyak 48 orang responden (38,4%), yang



menyebabkan mereka kurang terpapar dengan informasi bagaimana pentingnya gizi bagi tubuh mereka tanpa memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh tubuh mereka, adapun sebagian lansia yang mendapatkan informasi tentang bagaimana gizi yang baik bagi mereka tetapi karena pendidikan mereka yang dapat dikategorika rendah dapat menjadi faktor dalam menerima informasi yang diberikan oleh orang lain. Faktor lain yaitu pada tabel 5.1 dapa dilihat bahwa dari masalah riwayat penyakit mereka dimana lebih dari setengah lansia yang berada di PSTW yaitu 77 orang responden (61,6%) memiliki multipel penyakit seperti riwayat hipertensi, stroke, rematik, gangguan penglihatan, gangguan pencernaan (maag) dan diabetes mellitus. Akibat proses penyakit yang berada dalam diri lansia akan mempengaruhi penyerapan zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan dapat mempengaruhi status gizi lansia. Faktor lain yang dapat menyebabkan lansia beresiko malnutrisi pada tabel 5.1 pada bagian karakteristik responden dapat dilihat bahwa lansia di PSTW banyak mengeluhkan kondisi mulut dan perawatan rongga mulut. Kondisi rongga mulut dan perawatan mulut yang tidak adekuat yang akan mempengaruhi status gizi seorang lansia. Perawatan mulut yang tidak adekuat biasanya



menjadi



penyebab



masalah



kesehatan



mulut



yang



dapat



mengakibatkan kekurangan nutrisi pada lansia. Pada penelitian ini lebih dari setengah lansia yaitu 69 orag responden (55,2%) yang mengalami masalah pada rongga mulut mereka berupa gigi yang ompong/tanggal rasa sakit saat mengunyah makan.



Beberapa faktor dalam pengkajian MNA yang dapat mempengaruhi lansia beresiko terjadinya malnutrisi. Faktor tersebut adalah lingkungan tempat tinggal, terapi pengobatan, adanya luka tekan, frekuensi makanan setiap hari, jenis asupan protein setiap hari, konsumsi sayur dan buah, asupan cairan, cara makan, persepsi lansia tentang status gizi dan kesehatan mereka, serta pengukuran lingkar lengan dan lingkar betis mereka. Lingkungan tempat tinggal lansia dapat mempengaruhi status gizi pada lansia. Lansia yang tinggal dipanti berisiko untuk terjadi malnutrisi dibandingkan dengan lansia yang tinggal secara mandiri. Selain faktor lingkungan, asupan cairan juga merupakan faktor yang menyebabkan lansia berisiko terjadinya malnutrisi. Berdasarkan penelitian ini hampir sebagian mereka mengatakan mereka minum dalam sehari antara 1-5 gelas sehari. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar lansia kekurangan asupan cairan dan kebutuhan cairan perhari kurang sehingga lansia beresiko untuk terjadinya malnutrisi. Faktor lain yang bisa mendukung lansia berisiko malnutrisi adalah pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dan lingkar betis (LB). pengukuran LILA adalah cara untuk mengetahui resiko kekurangan energi protein pada seseorang. Ambang batas LILA dengan resiko kekurangan energi kronik di Indonesia adalah 23.5 cm. berdasarkan data yang diperoleh LILA lansia di PSTW yaitu besar dari 22 cm. Lingkar betis lansia yang berada di PSTW hampir sebagian besar responden didapatkan LB > 31 cm.



Faktor frekuensi makan lansia, jenis asupan protein, sayur dan buah pada sebagian lansia tidak mempengaruhi nutrisi pada lansia yang berada dipanti. Hal ini disebabkan karena lansia yang berada dipanti mendapatkan jumlah dan jenis makanan yang sama setiap hari, namun karena tidak ada pengawasan pada lansia saat makan menyebabkan asupan makanan yang masuk kedalam tubuh tidak sama. Hal ini dapat menjadi pembeda status gizi lansia yang berada di PSTW. 2. Kualitas Hidup Pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa kualitas hidup lansia yang berada di PSTW Sumatera Barat didapatkan lebih dari setengah responden memiliki kualitas hidup yang dikategorikan buruk. Kualitas hidup yang buruk dapat dilihat pada domain kesehatan fisik berupa lansia yang mengalami rasa sakit fisik yang dapat mengganggu aktivitas mereka, rasa tidak puas mereka terhadap tidur mereka yang terganggu serta kemampuan mereka dalam bekerja yang mulai berkurang. Pada psikologi juga dapat dilihat berupa perasaan negatif seperti kesepian, putus asa dan cemas. Penelitian Yani (2010), mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimana gambaran kualitas hidup lansia yang berada di panti sosial tresna werdha (PSTW) Jawa Baru Kabupaten Garut, diperoleh sebanyak 62% lansia yang tinggal di panti menunjukkan kualitas hidup yang rendah sedangkan hanya 38% lansia dengan kualitas hidup yang baik.



Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian Yuniarti (2013) di



Makassar, diperoleh gambaran kualitas hidup lansia yaitu 80 % lansia



memiliki kualitas hidup buruk dan hanya 20% lansia yang memiliki kualitas hidup yang baik. Menurut Kreitler & Ben (2004), kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian individu didalam bidang kehidupan. Lebih spesifiknya adalah penilaian individu terhadap posisi mereka didalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian individu (Nofitri, 2009). Kualitas hidup lansia yang terbaik merupakan salah satu indikator penting bagi kesejahteraan dan kesehatan lansia di Indonesia karena kualita hidup merupakan salah satu hal yang dapat melihat suatu negara berhasil dalam pembangunannya



baik



dari



kesehatan



maupun



dari



kesejahteraan



masyarakatnya. Kualitas hidup yang baik akan menjadikan masyarakat memiliki usia harapan hidup yang panjang. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia diantaranya masalah penyakit yang mereka derita, kegelisahan dalam tidur dan istirahat mereka, ketergantungan obat dan bantuan medis (Dasuki&candrasari, 2013). Pendapat lain yang dikemukakan oleh Rosyid tahun 2009, bahwa faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seorang lansia adalah berupa pendidikan, pekerjaan, status perkawinan yang dapat mencerminkan fungsi keluarga mereka. Pendidikan dalam hal ini adalah pendidikan formal menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup dari seorang lansia karena dengan tingginya jenjang pendidikan seseorang menyebabkan



seseorang dengan mudah mendapatkan pekerjaan dengan tingkat penghasilan yang berbeda (Rinajumita, 2011). Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan hampir sebagian responden yang berada di PSTW memiliki kualitas hidup yang buruk, hal ini dapat di karenakan salah satu faktor yang dapat mepengaruhi kualitas hidup lansia adalah status perkawinan. Sebagian besar lansia yang berada di PSTW yaitu 117 responden (93,6%) berstatus duda/janda. Nofitri (2009) mengungkapkan tidak memiliki pasangan dalam hidup akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang, hal ini dikarenakan lansia merasa kesepian dihari-hari tua mereka. Selain itu, kualitas hidup yang buruk juga dipengaruhi oleh keberadaan keluarga. Lansia yang berada di PSTW lebih dari setengah mereka yaitu sebanyak 88 orang responden (70,4%) masih memiliki keluarga, namun karena keluarga tidak mau merawat lansia sehingga lansia merasa tidak diperhatikan oleh keluarga mereka. Selain itu gangguan psikologis juga menjadi faktor yang bisa menyebabkan lansia memiliki kualitas hidup yang buruk. Pada kesehatan fisik seperti lansia yang memiliki penyakit yang lebih dari satu dapat menjadi penyebab rendahnya kualitas hidup lansia kemudian rasa nyeri yang diderita oleh lansia juga bisa menjadi penyebab rendahnya kualitas hidup lansia. lingkungan tempat tinggal lansia juga menjadi faktor pendukung yang dapat menyebabkan rendahnya kualitas hidup lansia. Hal lain yang dapat menjadi penyebab rendahnya kualitas hidup lansia pada penelitian ini adalah hubungan lansia di PSTW, bagi lansia yang bisa berhubungan baik dengan teman-teman / besosialisasi dengan baik



di PSTW mereka akan dapat



terhindar dari kesepiaan karena jauh dari sanak keluarga mereka. Jadi kualitas hidup lansia dapat meningkat jika faktor-faktor diatas dapat diatasi. B. Analisa Bivariat Berdasarkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kualitas hidup lansia dipanti sosial tresna werdha Sumatera Barat tahun 2015. Pada hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.4 bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kualitas hidup lansia. Penelitian oleh Dasuki, Candrasari & Astuti (2013), di Surakarta dari 30 orang responden didapatkan ada hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup lansia. Penelitian Aliabadi (2008) di Iran menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya bahwa status gizi lansia berpengaruh terhadap kualitas hidup, diketahui bahwa lansia yang mengalami gangguan nutrisi mengakibatkan terjadinya peningkatan morbiditas, mortalitas, dan penurunan kualitas hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Burhan (2013), di Makassar tentang status gizi dan kualitas hidup, kualitas hidup yang diukur dengan WHOQOL-BREF, dari 71 orang responden yang dilakukan penelitian didapatkan status gizi lansia yang dikategorikan kurang dengan IMT sebanyak 86,7% dan 54,8% memiliki kualitas hidup buruk. Fatmah (2010), mengungkapkan semakin baik gizi seseorang maka akan semakin baik pula kualitas hidup mereka. Status gizi pada lansia memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup lansia, dimana seorang lansia yang memiliki status gizi yang dikategorikan buruk memiliki kualitas hidup yang buruk dan



sebaliknya lansia yang dikategorikan status gizi yang baik akan memiliki kualitas hidup yang baik. Usia lanjut seringkali dikaitkan dengan masalah malnutrisi, hal ini disebabkan karena pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi tubuh mulai dari menurunnya kemampuan alat indra seperti indra penciuman, penurunan indra pengecapan dalam hal ini cita rasa sampai pada penurunan fungsi gastrointerstinal dan fungsi usus



yang



semuanya



menyebabkan



penurunan



nafsu



makan



sehingga



mempengaruhi status gizi yang dapat berdampak pada kualitas hidup karena dengan status gizi yang buruk dapat mengakibatkan keterbatasan dalam aktivitas fisik sehingga menyebabkan ketidak mampuan dalam melakukan aktivitas seharihari (Oktariani, 2012). Menurut pendapat peneliti, terdapatnya hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup lansia dapat disebabkan oleh lansia yang berada di PSTW yaitu faktor yang mempengaruhi status gizi dan kualitas hidup mereka seperti dari kesehatan fisik mereka, kesehatan psikologis, hubungan sosial, dan kesehatan lingkungan. Kesehatan fisik yang terganggu berupa keluhan-keluhan kesehatan akan mempengaruhi kesehatan fisik dan mental lansia. Gangguan kesehatan fisik yang dialami lansia berupa fungsi tubuh secara fisik dan fisiologis, nyeri dan kesehatan umum, dimana pada lansia terjadi penurunan fungsi tubuh berupa penurunan pada organ pencernaan yang dimulai dari mulut, pada mulut banyak terjadi gangguan berupa gigi yang ompong, sakit saat mengunyah makanan, sehingga makanan tidak dikunyah dengan sempurna yang dapat memperlambat penyerapan pada



sari-sari makanan oleh tubuh. Pada esophagus, terjadi juga gangguan berupa sulit menelan makanan. Selain dari faktor diatas, faktor yang dapat menyebabkan rendahnya kualitas hidup lansia lansia berupa tingginya angka kesakitan serta lansia memiliki keluhan-keluhan kesehatan yang tinggi. Hal ini dikarenakan lansia sering menyempelekan kesehatan mereka maupun dari asupan nutrisi mereka. Pada penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa ada sebagian responden yang tergolong dalam kategori nutrisi baik tetapi memiliki kualitas hidup yang buruk. Hal ini terjadi karena nutrisi bukan satu-satunya yang menjadi indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas



hidup. Ada



banyak faktor



yang



mempengaruhi kualitas hidup lansia berupa adanya keluhan dan penyakit, usia yang sangat tua, tidak berpendidikan, tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan



.



BAB VII PENUTUP



A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan status gizi dengan kualitas hidup lansia dipanti sosial tresna werdha Sumatera Barat tahun 2015, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Gambaran status gizi lansia yang berada dipanti sosial Sumatera Barat tahun 2015, menunjukkan bahwa dari 125 responden, lebih dari setengah responden 67,2% beresiko terjadinya malnutrisi. 2. Gambaran kualitas hidup lansia yang berada dipanti sosial Sumatera Barat tahun 2015, bahwa dari 125 orang responden, hampir sebagian responden 51,4% memiliki kualitas hidup buruk 3. Ada hubungan antara status gizi dan kualitas hidup lansia dipanti sosial Sumatera Barat tahun 2015,denga nilai p value 0,012 (p< 0,05) B. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup lansia dipanti sosial Sumatera Barat tahun 2015, beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut : 1. Bagi Pihak PSTW Bagi institusi terkait dalam hal ini adalah PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar dan PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin agar lebih memperhatikan keadaan lansia yang berisiko untuk terjadi malnutrisi dengan cara pengawasan saat pemberian makanan dan asupan cairan pada lansia agar dapat memastikan asupan makanan dan asupan cairan lansia. Sebaiknya diadakan pengukuran dan pencatatan status gizi lansia. sebaiknya makanan yang diberikan pada lansia disesuaikan dengan jenis kelamin lansia dan sesuai dengan kemampuan lansia dalam mengunyah makanan agar lansia dapat memakan semua makanan yang disediakan oleh pihak PSTW. 2. Bagi Institusi Pendidikan



Diharapkan pada institusi pendidikan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi kepustakaan sehingga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan pada akhirnya untuk kesejahteraaan umat manusia. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengakji lebih dalam terhadap faktor- faktor yang dapat mempengaruhi status gizi lansia dan kualitas hidup lansia dan perbandingan mengenai pengukuran status gizi lansia dengan menggunakan Mini Nutritional Assessment (MNA) lansia yang tinggal dikomunitas dengan lansia yang tinggal di PSTW. C. KETERBATASAN PENELITIAN 1. Kondisi lansia yang tidak memungkinkan untuk diberikan kuesioner untuk diisi dengan mandiri. 2. Peneliti melakukan wawancara disaat lansia terlihat santai, kadang-kadang



lansia menjanjikan untuk melakukan penelitian setelah mereka istirahat. DAFTAR PUSTAKA Abikusno, N., Turana, Y., & Santika, A. (2013). Buletin jendela data dan informasi kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Aliabadi, M. & Kimiagar, M. (2008). Prevalence of malnutrition in free living elderly people in Iran: a cross-sectional study. The Asia Pacific Journal Clinical Nutrition,17 (2), 285-289. Almatsier, S. (2004). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Amarantos, E., Martinez, A. & Dwiyer, J. (2001). Nutritional and quality of life in older adults. The Journal of gerontology, 56A (2), 54- 64.



Arisman. (2010). Buku ajar ilmu gizi obesitas, diabetes mellitus & dislipidemia. Jakarta: EGC Beard, J. & Zusman, R. (2012). Global health and aging. U.S.A : WHO. Burhan, I.N., Taslim, N. A. & Bahar, B. (2013). Hubungan care giver terhadap status gizi dan kualitas hidup lansia pada Etnis Bugis. Jurnal Gizi, 3 (3), 264-273 Darmojo, B. & Martono, H. (2004). Geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). Jakarta: Balai penerbit Fakultas universitas Indonesia Darmojo, B. (2010). Buku ajar geriatrik (ilmu kesehatan lanjut usia). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dasuki, M.S., Candrasari, A & Astuti, F. (2013). Hubungan status gizi dengan kualitas hidup geriatric di posyandu lansia ngudi sehat bibis baru nasukan Banjarsari Surakarta. Jurnal kedokteran, 1 (1), 1-10 Fatmah. (2010). Gizi usia lanjut. Jakarta: Erlangga. Guigoz, Y. (2006). The mini nutritional asssessment (mna) review of the literaturewhat does it tell us. The journal of nutritional, health & aging.10 (6), 466487 Hidayat, A. A. (2008). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta: Salemba Medika Ismayanti, N. & Solikhah. (2012). Hubungan antara konsumsi dan aktivitas fisik dengan status gizi lansia di panti sosial tresna werdha unit Abiyoso Yogyakarta. Jurnal kesehatan masyarakat. 6 (3), 144-211 Istiany, A. & Rusilanti. (2013). Gizi terapan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Norhasanah. (2015). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan lansia perempuan pada panti social dan lembaga social masyarakat di Banjarmasin (Tesis, Institut Pertanian Bogor). Diakses dari. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/74292, tanggal 20 maret 2015, jam 20.00



Nugroho. (2008). Keperawatan gerontik&geriatrik. Jakarta: EGC Oktariani. (2012). Gambaran status gizi lansia di PSTW Budi mulya 01 dan 03 Jakarta Timur (Skripsi, Universitas Indonesia). Diakses dari http:// www. lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20301303-S42017-Oktariyani.pdf, tanggal 28 Februari 2015, jam 09.00 Oliveira, M., Fogaca, K. & Leandro-Merhi, V. (2009). Nutritional status and functional capacity of hospitalized elderly. Nutrition Journal, 8 (54), 1-8 Reno, R.B. (2012). Hubungan status interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di Panti Werdha Dharma Bhakti Surakarta. Jurnal kesehatan masyarakat. Rinajumita. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kemandirian lansia di wilayah kerja puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara tahun 2011. Jurnal kesehatan masyarakat, 1(1), 1-12 Salim, O., Sudharma, N., Kusumaratna, R.K. & Hidayat. (2007). Validitas dan reliabilitas world health organization quality of life-bref untuk mengukur kualitas hidup lanjut usia. 26 (1), 27-38 Sharkey, J. R., Branch, L.G., Zohoori, N., Busby, J. & Haines, P.S. (2002). Inadequate nutrient intakes among homebound elderly and their correlation with individual characteristics and health-related factors. American Journal Clinical Nutrition. 76, 1435-1445 Stanley, M. & Beare,G.P. (2006). Buku ajar keperawatan gerontik edisi 2. Jakarta: EGC. Sunartyaningsih, R. (2012). Hubungan kendala pelaksanaan posbindu dengan kehadiran lansia di posbindu RW 08 keluarahan Palasari kecamatan Cibiru kota Bandung. Jurnal keperawatan,1 (2), 19-21. Supariasa, I.D.N.,Bakri, B. & Fajar, I. (2002). Penilaian status gizi. Jakarta: EGC WHOQOL group (1997). WHOQOL- BREF introduction, administration, scoring, and generic version of the assessment. WHO: Geneva. Diakses dari, http://www.who.int/mental health/media/en/76pdf/



tanggal 17 maret 2015, jam 09.15 Yani, D. (2010). Perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di komunitas dengan kualitas hidup lansia di PSTW Jawa Barat Kabupaten Garut. Jurnal keperawatan, 1 (1), 35-46. Yuniarti, A., Said, S. & Saleh, A. (2013). Nutritional stataus related to quality of life of elderly people in rappokalling Makasar. Journal gerontology nursing. 1(1), 1-15



CURRICULUM VITAE A. Identitas Nama Tempat/ Tgl Lahir Agama Jumlah Saudara Anak Ke Alamat No. Telp/HP



: Andam Dewi : Paninggahan, 01 Agustus 1993 : Islam : 5 Orang :4 : Jln. Banda Guci, Jorong Koto Baru Tambak, Nagari Paninggahan, Kec. Junjung Sirih, Kab. Solok : 085355222925



Nama Orang Tua Ayah Pekerjaan



: Jaharudin : Petani



Ibu Pekerjaan



: Ita Sofia : Ibu Rumah Tangga



B. RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SD N 05 Koto Baru Paninggahan, tamat tahun 2005 2. SMP N 1 Junjung Sirih, tamat tahun 2008 3. SMA N 1 Junjung Sirih, tamat tahun 2011 4. Perguruan Tinggi Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi 2011- sekarang



LEMBAR KONSULTASI HASIL PENELITIAN Nama



: Andam Dewi



Nim



: 1104142010192



Judul Skripsi



: Hubungan Status Gizi Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Dipanti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sumatera Barat



Pembimbing



: Ns. Dewi Kurniawati S.Kep, MS



No Hari/Tanggal



1



Kegiatan Bimbingan



Tanda Tangan



......../................../ 2015 (Ns. Dewi Kurniawati



S.Kep, MS)



2



......../................../ 2015 (Ns. Dewi Kurniawati



S.Kep, MS)



3



......../................../ 2015 (Ns. Dewi Kurniawati



S.Kep, MS)



4



......../................../ 2015 (Ns. Dewi Kurniawati



S.Kep, MS)



5



......../................../ 2015



(Ns. Dewi Kurniawati



S.Kep, MS)



6



......../................../



2015



(Ns. Dewi Kurniawati



S.Kep, MS)



7



......../................../ 2015 (Ns. Dewi Kurniawati



S.Kep, MS)



8



......../................../ 2015 (Ns. Dewi Kurniawati



S.Kep, MS)



9



......../................../ 2015 (Ns. Dewi Kurniawati



S.Kep, MS)



10



......../................../ 2015



(Ns. Dewi Kurniawati



S.Kep, MS) 11 ......../................../ 2015 (Ns. Dewi Kurniawati



S.Kep, MS) ......../................../ 12



2015



13



......../................../ 2015



LEMBAR KONSULTASI HASIL PENELITIAN Nama



: Andam Dewi



Nim



: 1104142010192



Judul proposal



:Hubungan Status Gizi Dengan Kualitas Hidup Lansia Dipanti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sumatera Barat 2015



Pembimbing



: Ns. Sri Hayulita, S.Kep



No Hari/Tanggal



Kegiatan Bimbingan



Tanda Tangan



......../................../ 1



2015



(Ns. Sri Hayulita, S.Kep)



2



......../................../ 2015



(Ns.



Sri



Hayulita,



Sri



Hayulita,



Sri



Hayulita,



Sri



Hayulita,



Sri



Hayulita,



S.Kep)



3 ......../................../ 2015



(Ns. S.Kep)



4 ......../................../ 2015



(Ns. S.Kep)



5



......../................../ 2015



(Ns. S.Kep)



6 ......../................../ 2015



(Ns. S.Kep)



......../................../ 7



2015



(Ns.



Sri



Hayulita,



S.Kep)



PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth : Bapak/Ibu calon responden Di tempat Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : ANDAM DEWI NIM : 1104142010192 Alamat : Solok Adalah mahasiswa program studi Ilmu keperawatan STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi yang akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Status Gizi Dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sumatera Barat Tahun 2015”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat buruk pada Bapak/Ibu sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan digunakan hanya untuk tujuan penelitian ini. Apabila bapak/ibu menyetujui maka dengan ini saya mohon ketersediaan Bapak/Ibu untuk menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan dalam lembar kuesioner dan melakukan pengukuran Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB), Lingkar Lengan Atas



(LLA), dan Lingkar Betis (LB) untuk mengetahui gambaran status gizi pada Bapak/Ibu. Atas kebersediaan Bapak/Ibu menjadi responden saya ucapkan terima kasih.



Bukittinggi, Juni 2015 Andam dewi INFORMED CONSENT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YARSI SUMBAR BUKITTINGGI Judul



:Hubungan Status Gizi Dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sumatera Barat Tahun 2015



Pembiayaan



: Individu



Penanggung Jawab



: - Nama Mahasiswa : Andam Dewi -



1. Data Demografi Nama Responden TTL JK Nomor MR Telpon Alamat



Telpon e-mail Alamat : : : : : :



: 085355222925 : [email protected] : Jln. Paninggahan, Kabupaten Solok



2. Tujuan penulisan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada Hubungan Status Gizi dengan Kualitas Hidup Lansia di PSTW Sumatera Barat tahun 2015 3. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 125 orang lansia. Kriteria inklusi lansia yang berumur lebih dari 60 tahun, bersedia menjadi responden, lansia yang berada di tempat saat dilakukan penelitian sedangkan kriteria ekslusinya adalah lansia yang mengalami sakit keras dan tidak ikut berpartisipasi dalam penelitian, lansia yang mengalami gangguan pendengaran maupun gangguan penglihatan. 4. Pengambilan data di mulai dari 09 Juni sampai 19 Juni 2015 5. Prosedur penelitian ini dimulai dengan peneliti meminta surat pengantar dari 09-06-2015 bagian program studi S1 keperawatan, kemudian diberikan kepada Ketua Kantor Kesatuan Bangsa Dan Politik (Kesbangpol) Sumbar untuk meminta izin melakukan penelitian, dari Kesbangpol Sumbar kemudian ke Dinas sosial Sumatera Barat. Setelah semua izin didapatkan barulah peneliti menentukan jumlah sampel penelitian dengan menentukan kriteria inklusi yang bisa di jadikan sampel dalam penelitian. Selanjutnya peneliti memeberikan Informed Consent kepada responden yang bersedia menjadi responden untuk ditanda tangani. Pengumpulan data dilakukan lebih kurang selama 15 menit. 6. Dalam penelitian ini resiko yang ditimbulkan sangat minimal karena hanya melakukan pembagian kuesioner untuk diisi oleh lansia dan melakukan pengukuran Berat badan (BB), Tinggi Badan (TB) atau diganti dengan Pengukuran Tinggi Lutut (TL), Linggkar Lengan Atas (LLA), dan Lingkar Betis (LB). Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah lansia dapat mengetahui gambaran status gizi mereka dan bagaimana kualitas hidup mereka sedangkan bagi pihak



panti dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam merawat lansia yang mengalami masalah gizi dan kualitas hidup. 7. Data Preserving (Penggunaan Data) Berisi :  Saya (responden) bersedia memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini, dan memberikan izin untuk menggunakan informasi 09-06-2015 tersebut untuk penelitian yang akan datang.  Jika informasi yang saya berikan ini akan digunakan untuk penelitian selanjutnya, maka peneliti harus meminta izin terlebih dahulu, kecuali jika data yang digunakan tidak berhubungan dengan informasi pribadi saya (responden)  Saya (responden) bersedia memberikan informasi hanya dalam penelitian ini saja. Jika setelah penelitian (19 Juli 2015) maka semua informasi yang diberikan akan di musnahkan (baik dalam bentuk kertas dan elektronik data) 8. Confidentiality/Kerahasiaan a. Data dari responden akan dijamin kerahasiaannya dari pihak luar b. Data dari responden akan disimpan dalam bentuk : berkas dan soft copy. c. Data dari responden akan disimpan dalam 5 tahun ke depan yaitu mulai tanggal 09 Juni 2015 sampai tanggal 09 Juni 2020 setelah 5 tahun maka data akan dimusnahkan untuk menjaga kerahasiaannya. d. Data dari responden tidak akan menyebutkan nama responden tapi hanya akan dituliskan dalam bentuk nomor kode 9. Selama penelitian ini berlangsung maka responden berhak untuk mengundurkan diri kapanpun jika responden merasa tidak nyaman selama penelitian, dan data yang didapatkan berhak juga untuk tidak digunakan dalam penelitian ini. Jika responden mempunyai keluhan atau merasa dipaksa maka responden dapat



mengajukan komplain atau menghubungi Ibu Ns. Dewi Kurniawati, S.Kep, M.S atau Ibu Ns. Sri Hayulita, S. Kep sebagai pembimbing saya dalam penelitian ini. 10. Jika dalam penelitian ini ada kerusakan atau kerugian yang dirasakan responden, maka Stikes Yarsi Sumbar akan bertanggung jawab secara penuh. 11. Tidak ada konflik kepentingan selama penelitian dilakukan 12.09– Penelitian ini akan dilakukan di bawah bimbingan Ibu Ns. Dewi Kurniawati, 06 – 2015 S.Kep, MS dengan e-mail [email protected] dan Ibu Ns. Sri Hayulita, S.Kep, dengan email [email protected] dalam lingkup dosen STIKes YARSI Sumbar Bukittinggi yang beralamat di Jalan Tan Malaka Belakang Balok Bukittinggi, nomor telpon (0752) 21160. 13. Dengan ini saya (responden) menyatakan bahwa saya sudah mengerti dengan isi Informed Consent dan bersedia dimasukkan sebagai salah satu partisipasi dalam penelitian ini. Nama Responden : Tempat tgl lahir : Jika responden berhalangan (tidak mampu/tidak bisa secara fisik dan mental) untuk menandatangi Informed Consent ini, maka wali dari partisipasi/respnden dapat memberikan persetujuan. Nama Responden : TTL : Nama Wali TTL Hubungan dengan Responden 09-06-2015 TTD Saksi;



(Nama Jelas)



: : : Bukittinggi, Juni 2015 TTD Responden;



(Nama Jelas)



LEMBAR KUESIONER HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) SUMATERA BARAT 2015 Petunjuk pengisian: 1. Berilah tanda cheklis (v) pada jawaban yang tersedia sesuai jawaban yang saudara pilih



2. Tulislah jawaban secara singkat dan jelas pada tempat yang telah disediakan 3. Mohon TIDAK mengosongkan jawaban pada setiap pertanyaan Kode: Tanggal pengisian : Nama Panti : Nama Wisma : 1. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN Beri tanda (x) pada jawaban yang dipilih Inisial : Jenis kelamin : ( ) laki-laki Agama : Suku : Usia : Pendidikan: ( ) tidak sekolah ( ) SMP Pekerjaan : Punya Keluarga : ( ) Ya Status Perkawinan : ( ) kawin 2. RIWAYAT KESEHATAN No 1.



2.



3.



4.



Data riwayat kesehatan Riwayat penyakit  Hipertensi  Rematik  Stroke  Katarak  Diabetes Militus  Gangguan pernafasan  lainnya Keluhan yang dirasakan saat ini  Tidak nafsu makan  Sulit menelan dan mengunyah  Sulit buang air besar  lainnya Kondisi rongga mulut  Menggunakan gigi palsu  Mukosa mulut kering  Terdapat gigi yang tanggal dan ompong  Ada luka atau sariawan pada mulut  lainnya Gaya hidup  Apakah anda merokok  Apakah ada nyeri



(Diisi oleh peneliti)



( ) perempuan



( ) SD ( ) SMA



( ) PT



( ) Tidak ( ) duda/janda Ya



Tidak



3. PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI Anda akan diminta kebersediaannya untuk dilakukan pengukuran tinggi lutut dan berat badan. Setelah hasil pengukuran tinggi lutut dilakukan maka hasilnya akan dikonversikan kedalam tinggi badan. a. Berat Badan : kg b. Tinggi Lutut : cm  Tinggi badan prediksi pria : 59,01 + (2,08 x tinggi lutut )  Tinggi badan prediksi wanita : 75,00 + ( 1,9 x tinggi lutut ) c. IMT : kg/m2 Pilih salah satu berdasarkan hasil diatas : ( ) IMT < 18,5 kg/ m2 : Gizi Kurang ( ) IMT 18,5 – 25 kg/ m2 : Gizi Normal ( ) IMT >25 kg/ m2 : Gizi Lebih



PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER MNA 1. Bacalah pertanyaan dengan seksama 2. Semua pertanyaan dalam kuesioner ini mohon anda isi dengan kondisi yang anda alami dengan cara menuliskan angka pada kolom skor untuk kuesioner MNA 3. Jika anda salah dalam mengisi jawaban, coret tersebut dan ulang kembali membuat angka yang baru 4. Dalam hal ini tidak ada penelitian yang benar atau salah, baik atau buruk, sehingga tidak ada jawaban yang dianggap salah. Semua jawaban adalah benar, jika anda mengisi kuesioner ini sesuai dengan kondisi yang anda alami 5. Anda dapat bertanya langsung pada peneliti jika ada kesulitan dalam menjawab pertanyaan 6. Pertanyaan no 6, 17, dan 18 pada kuesioner MNA diisi oleh peneliti KUESIONER MINI NUTRITIONAL ASSESSMENT NO



PERTANYAAN



1



Apakah



KETERANGAN SCERENING



SKOR NILAI



anda



mengalami



penurunan



0: mengalami penurunan asupan



2



asupan makanan dalam 3 bulan terakir



makanan yang parah



dikarenakan hilangnya selera makan,



1: mengalami penurunan asupan



masalah



makanan yang sedang



pencernaan,



kesulitan



mengunyah dan menelan ?



2: tidak mengalami penurunan



Apakah anda kehilangan berat badan



asupan makan 0: kehilangan berat badan lebih



selama tiga bulan terakir?



dari 3 kg 1: tidak tahu 2: Kehilangan antara 1-3 kg 3: tidak ada kehilangan berat



3



Bagaimana mobilisasi atau pergerakan



badan 0: hanya ditempat tidur dan



anda ?



kursi roda 1: dapat turun dari tempat tidur namun tidak bisa jalan jalan



4



5



Apakah anda mengalami stress psikologi



2: dapat keluar dan jalan-jalan 0: ya



atau penyakit akut selama 3 bulan



2: tidak



terakir ? Apakah



0: demensia atau depresi berat



anda



mengalami



masalah



neuropsikologi ?



1: demensia ringan 2: tidak mengalami masalah



Bagaimana hasil dari BMI (Body Mass



neuropsikolog 0: BMI < 18,5



Indeks) anda? Berat badan/tinggi badan



1: BMI 18,5 - 25



Apakah anda hidup secara mandiri?



2: BMI > 25 0: tidak



(tidak dirumah perawatan, panti atau



1: ya



8



rumah sakit) Apakah anda diberi obat lebih dari 3



0: ya



9



macam setiap hari? Apakah anda memiliki luka tekan atau



1: tidak 0: ya



10



ulserasi kulit ? Berapa kali anda makan sehari?



1: tidak 0: 1 kali dalam sehari



6



7



1: 2 kali dalam sehari 11



Pilih salah satu asupan protein yang biasa



2: 3 kali dalam sehari 0: jika tidak ada atau hanya



anda konsumsi?



salah 1 dari jawaban diatas.



a)



Setidaknya salah satu produk dari



0,5: jika terdapat 2 jawaban ya



12



13



14



susu ( susu, yoghurt per hari ) b) Dua porsi atau lebih kacang kacangan / telur perminggu c) Daging ikan atau unggas setiap hari Apakah anda mengkonsumsi sayur atau



1: jika semua jawaban ya



buah 2 porsi atau lebih setipa hari ?



1: ya



Seberapa banyak asupan cairan yang



0: kurang dari 3 gelas



anda minum per hari (air putih, jus, kopi,



1: 3-5 gelas



teh, susu, dsb) Bagaimana cara anda makan ?



2: lebih dari 5 gelas 0: tidak dapat makan tanpa



0: tidak



dibantu 1: dapat makan sendiri namun mengalami kesulitan 2: dapat makan sendiri tanpa 15



Bagaimana persepsi anda tentang status



masalah 0: ada masalah gizi pada pada



gizi anda ?



dirinya 1: ragu atau tidak tahu terhadap masalah gizi dirinya 2: tidak ada masalah terhadap



16



Jika dibandingkan dengan orang lain,



status gizinya 0: tidak lebih baik dari orang



bagaimana pandangan anda tentang status



lain



kesehatan anda ?



1: tidak tahu 2: sama baiknya dengan orang lain 3: lebih baik dari orang lain



17



Bagaimana hasil lingkar lengan atas



0: LLA kurang dari 21 cm



(LLA) anda (cm)?



0,5 : LLA antara 21-22 cm 1: LLA lebih dari 22 cm



18



Bagaimana hasil lingkar betis (LB) anda?



0: jika LB kurang dari 31 cm 1: jika LB lebih dari 31 cm



PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER WHOQOL-BERF 1. Bacalah pertanyaan dengan seksama 2. Semua pertanyaan dalam kuesioner ini mohon anda isi dengan kondisi yang anda alami dengan cara member tanda silang (X) pada kolom angka yang tersedia 3. Jika anda salah dalam mengisi jawaban, coret tersebut dan ulang kembali membuat tanda silang (X) yang baru 4. Dalam hal ini tidak ada penelitian yang benar atau salah, baik atau buruk, sehingga tidak ada jawaban yang dianggap salah. Semua jawaban adalah benar, jika anda mengisi kuesioner ini sesuai dengan kondisi yang anda alami 5. Anda dapat bertanya langsung pada peneliti jika ada kesulitan dalam menjawab pertanyaan. KUESIONER KUALITAS HIDUP WHOQOL-BREF NO



Sangat



buruk



Biasa-



buruk 1



Bagaimana



menurut



1



Baik



Sangat baik



4



5



biasa saja 3



2



anda kualitas hidup anda ?



2



Seberapa puas anda terhadap kesehatan anda ?



Sangat tidak



Tidak



Biasa-



memuaskan



memuaskan



biasa



1



2



saja 3



memuaskan



Sangat memuaskan



4



5



Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal berikut ini dalam satu bulan terakhir. Tidak



sama



sedikit



sekali 3



Seberapa jauh rasa sakit fisik



Dalam



Sangat sering



jumlah



Dalam jumlah berlebihan



5



4



sedang 3



2



1



5



4



3



2



1



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



anda mencegah anda dalam beraktivitas sesuai kebutuhan 4



anda? Seberapa sering anda membutuhkan terapi medis untuk dpt berfungsi dlm kehidupan



5



sehari-hari anda? Seberapa jauh



6



menikmati hidup anda? Seberapa jauh anda merasa



anda



hidup anda 7



berarti? Seberapa jauh anda mampu



1



2



3



4



5



8



berkonsentrasi? Secara umum, seberapa aman



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



anda rasakan dlm kehidupan anda sehari9



hari? Seberapa sehat lingkungan dimana anda tinggal (berkaitan dgn sarana dan prasarana)



Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut ini dalam satu bulan terakhir:



10



Apakah anda memiliki



Tdk sama



Sedikit



Sedang



Seringkali



Sepenuhnya



sekali 1



2



3



4



dialami 5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



vitalitas yg cukup untuk beraktivitas 11



sehari2? Apakah anda dapat menerima



12



penampilan tubuh anda? Apakah anda memiliki cukup uang utk



13



memenuhi



kebutuhan anda? Seberapa jauh ketersediaan informasi bagi kehidupan anda dari



14



hari ke hari? Seberapa sering anda memiliki kesempatan untuk bersenangsenang /rekreasi?



15



Seberapa baik



Sangat buruk



Buruk



Biasa-biasa



Baik



Sangat baik



1



2



saja 3



4



5



kemampuan anda dalam bergaul?



16



Seberapa puaskah anda dg tidur anda?



Sangat tdk



Tdk



Biasa-biasa



Memuaskan



Sangat



memuaskan 1



memuaskan 2



saja 3



4



memuaskan 5



17



Seberapa puaskah



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



1



2



3



4



5



anda dg kemampuan anda untuk menampilkan aktivitas kehidupan 18



anda sehari-hari? Seberapa puaskah anda dengan kemampuan



19



anda



untuk bekerja? Seberapa puaskah anda terhadap



20



diri anda? Seberapa puaskah anda dengan hubungan personal /



21



sosial anda? Seberapa puaskah anda dengan kehidupan



22



seksual



anda? Seberapa puaskah anda dengan dukungan yg anda peroleh dr teman anda?



23



Seberapa puaskah anda dengan kondisi tempat anda tinggal saat



24



ini? Seberapa puaskah anda dgn akses anda



25



pd



layanan



kesehatan? Seberapa puaskah



anda dengan transportasi yg hrs anda jalani?



Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami hal- hal berikut dalam satu bulan terakir ? 26



Seberapa sering anda



Tdk pernah 5



Jarang 4



Cukup sering 3



Sangat sering 2



memiliki perasaan negatif seperti ‘feeling blue’ (kesepian), putus asa, cemas dan depresi?



ANALISA UNIVARIAT



FREQUENCY TABLE Jenis_Kelamin



Valid



Laki-Laki Perempuan Total



Frequency 76 49 125



Percent 60,8 39,2 100,0



Valid Percent 60,8 39,2 100,0



Cumulative Percent 60,8 100,0



Selalu 1



Agama



Valid



Islam



Frequency 125



Percent 100,0



Valid Percent 100,0



Cumulative Percent 100,0



Suku



Valid



Caniago Piliang Sikumbang Jambak Guci Tanjung Koto Pariangan Melayu Simagek Total



Frequency 38 28 8 12 10 13 9 4 1 2 125



Percent 30,4 22,4 6,4 9,6 8,0 10,4 7,2 3,2 ,8 1,6 100,0



Valid Percent 30,4 22,4 6,4 9,6 8,0 10,4 7,2 3,2 ,8 1,6 100,0



Cumulative Percent 30,4 52,8 59,2 68,8 76,8 87,2 94,4 97,6 98,4 100,0



Usia



Valid



Frequency Lanjut Usia Awal 37 Lanjut Usia Akhir 88 Total 125



Percent 29,6 70,4 100,0



Valid Percent 29,6 70,4 100,0



Cumulative Percent 29,6 100,0



Pendidikan



Valid



Tidak Sekolah SD SMP SMA PT Total



Frequency 55 48 16 5 1 125



Percent 44,0 38,4 12,8 4,0 ,8 100,0



Valid Percent 44,0 38,4 12,8 4,0 ,8 100,0



Cumulative Percent 44,0 82,4 95,2 99,2 100,0



Pekerjaan



Valid



Petani IRT Wiraswasta Pedagang Nelayan Buruh Total



Frequency 50 27 12 26 2 8 125



Percent 40,0 21,6 9,6 20,8 1,6 6,4 100,0



Valid Percent 40,0 21,6 9,6 20,8 1,6 6,4 100,0



Cumulative Percent 40,0 61,6 71,2 92,0 93,6 100,0



Keluarga



Valid



Frequency Ada keluarga 88 Tidak Ada Keluarga 37 Total 125



Percent 70,4 29,6 100,0



Valid Percent 70,4 29,6 100,0



Cumulative Percent 70,4 100,0



Perkawinan



Valid



Frequency Menikah 4 Duda/Janda 117 Tidak Menikah 4 Total 125



Percent 3,2 93,6 3,2 100,0



Valid Percent 3,2 93,6 3,2 100,0



Cumulative Percent 3,2 96,8 100,0



Penyakit



Valid



Frequency Satu Penyakit 48 Lebih Dari Satu Penyakit 77 Total 125



Percent 38,4 61,6 100,0



Valid Percent 38,4 61,6 100,0



Cumulative Percent 38,4 100,0



Keluhan



Valid



Frequency Satu Keluhan 76 Lebih Dari Satu Keluhan 49 Total 125



Percent 60,8 39,2 100,0



Valid Percent 60,8 39,2 100,0



Cumulative Percent 60,8 100,0



Kondisi_Mulut



Valid



Frequency Satu Kondisi 69 Lebih Dari Satu Kondisi 56 Total 125



Percent 55,2 44,8 100,0



Valid Percent 55,2 44,8 100,0



Cumulative Percent 55,2 100,0



Gaya_Hidup



Valid



Frequency Merokok 39 Nyeri 48 Merokok dan Nyeri 3 Tidak Ada 35 Total 125



Percent 31,2 38,4 2,4 28,0 100,0



Cumulative Percent 31,2 69,6 72,0 100,0



Valid Percent 31,2 38,4 2,4 28,0 100,0



Status_gizi



Valid



Frequency Gizi Baik 27 Resiko Malnutrisi 84 Malnutrisi 14 Total 125



Percent 21,6 67,2 11,2 100,0



Valid Percent 21,6 67,2 11,2 100,0



Cumulative Percent 21,6 88,8 100,0



Kualiatas_Hidup



Valid



Baik Buruk Total



Frequency 61 64 125



Percent 48,8 51,2 100,0



Valid Percent 48,8 51,2 100,0



Cumulative Percent 48,8 100,0



ANALISA BIVARIAT



Crosstabs [DataSet0] Case Processing Summary



N Status_gizi * Kualiatas_Hidup



Valid Percent 125



100,0%



Cases Missing N Percent 0



,0%



Total N



Percent 125



100,0%



Status_gizi * Kualiatas_Hidup Crosstabulation



Status_gizi



Gizi Baik



Resiko Malnutrisi



Malnutrisi



Total



Count Expected Count % within Status_gizi % of Total Count Expected Count % within Status_gizi % of Total Count Expected Count % within Status_gizi % of Total Count Expected Count % within Status_gizi % of Total



Kualiatas_Hidup Baik Buruk 20 7 13,2 13,8 74,1% 25,9% 16,0% 5,6% 35 49 41,0 43,0 41,7% 58,3% 28,0% 39,2% 6 8 6,8 7,2 42,9% 57,1% 4,8% 6,4% 61 64 61,0 64,0 48,8% 51,2% 48,8% 51,2%



Chi-Square Tests



Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases



Value 8,811a 9,086 5,870



2 2



Asymp. Sig. (2-sided) ,012 ,011



1



,015



df



125



a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,83.



Total 27 27,0 100,0% 21,6% 84 84,0 100,0% 67,2% 14 14,0 100,0% 11,2% 125 125,0 100,0% 100,0%



Hasil Power Analisis