Skripsi: Mochamad Wahyudi CAA 114 004 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JAGUNG YANG TERGENANG PADA TANAH GAMBUT



MOCHAMAD WAHYUDI CAA 114 004



FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA 2021



PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JAGUNG YANG TERGENANG PADA TANAH GAMBUT



MOCHAMAD WAHYUDI CAA 114 004



Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Budidaya Pertanian



FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA 2021



PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JAGUNG YANG TERGENANG PADA TANAH GAMBUT



M. WAHYUDI CAA 114 004 Program Studi Agroteknologi Jurusan Budidaya Pertanian



Disetujui oleh: Pembimbing I,



Pembimbing II,



Dr. Ir. Sri Endang A.R, M.P. Tanggal:



Dr. Ir. Susi Kresnatita, M.P. Tanggal:



Mengetahui: Fakultas Partanian Dekan,



Dr. Ir. Sosilawaty, MP. NIP. 19660326 199303 2 008



Jurusan Budidaya Pertanian Ketua,



Ir. Robertho Imanuel M.P NIP. 19640308 198903 1 002



LEMBAR PERNYATAAN



Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya susun sebagai syarat memperoleh gelar sarjana merupakan hasil karya tulis saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya peroleh dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila dikemudian hari ditemukan adanya plagiat dalam skripsi ini.



Palangka Raya,



Juli 2021



MOCHAMAD WAHYUDI CAA 114 004



RINGKASAN MOCHAMAD WAHYUDI CAA 114 004 Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Tanaman Jagung Yang Tergenang Pada Tanah Gambut SRI ENDANG RAHAYU NINGSIH DAN SUSI KRESNATITA Jagung merupakan salah satu tanaman sereal yang menempati poisisi penting dalam perekonomian maupun ketahanan pangan nasional, karena pemanfaatanya yang luas sebagai sumber pangan, pakan ternak, bahan baku industri. Provinsi Kalimatan Tengah memiliki berbagai agroekosistem yang beragam mempunyai potensi untuk pengembangan jagung. Berdasarkan data statistik, produksi jagung Kalimantan Tengah mengalami peningkatan dari 8.189 ton. Pada tahun 2018 menjadi 107.854 ton pada tahun 2018. Kendala utama yang dihadapi oleh petani dalam pengembangan jagung di Provinsi Kalimantan Tengah adalah semakin terbatasnya lahan optimal sebagai akibat konversi lahan pertanian yang subur, untuk kepentingan non pertanian seperti perumahan, industri, bisnis, dan infrastruktur. Konsekuensinya kebutuhan lahan untuk pertanian hanya dapat dipenuhi melalui pemanfaatan lahan sub-optimal sehingga diarahakan untuk melakukan penelitian dengan mengunakan beberapa varietas jagung agar dapat diketahui varietas yang mampu tumbuh dan berkembang dan tentunya mampu berproduksi tinggi pada lahan sub-optimal Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Jurusan Budidaya, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya pada bulan Desember sampai dengan Maret 2021. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 4 x 2 masing-masing tiga ulangan sehingga ada 24 satuan percobaan. Faktor pertama adalah varietas jagung yang terdiri dari 4 jenis yaitu V1 (Varietas JH37), V2 (Varietas Bisi-2), V3 (Varietas Bima-5), dan V4 (Varietas Nakula Sadewa-29). Faktor kedua adalah perlakuan genangan yang terdiri dari T0 (tidak tergenang) dan T1 (tergenang). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji F taraf α =5%. Apabila terdapat pengaruh yang nyata dan sangat nyata pada perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji BNJ. Hasil penelitian, perlakuan varietas dan genangan setelah diberikan perlakuan 10 hari genangan, pada perlakuan varietas tidak memberikan pengaruh nyata terhadap variabel pengamatan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, berat basah,berat kering, berat pipilan dan panjang tongkol dengan klobot, tetapi perlakuan genangan memberikan pengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, berat basah, berat kering, berat pipilam dan panjang klobot dengan tongkol. Hasil penelitian ini menujukan belum ada varietas yang toleran saat kondisi tergenang.



ABSTRACT



Growth And Yield Of Some Varieties Flooded Corn Plant On Peat MOCHAMAD WAHYUDI This study aims to: 1) Study the varieties of corn plants when they are inundated. 2) To see the effect of inundation on the growth and yield of several maize varieties. 3) To obtain potential maize varieties to be developed in inundated peatlands. This research was conducted in the experimental garden of the Department of Cultivation, Faculty of Agriculture, University of Palangka Raya from December to March 2021. This study used a factorial 4 x 2 Randomized Block Design (RAK) with three replications so that there were 24 experimental units. The first factor was corn varieties which consisted of 4 types, namely V1 (JH-37 variety), V2 (Bisi-2 variety), V3 (Bima-5 variety), and V4 (Nakula Sadewa-29 variety). The second factor is the inundation treatment which consists of T0 (not flooded) and T1 (flooded. The results of the research on varieties and inundation treatments show that there is no interaction between the varieties treatment and inundation before the inundation is given. Varieties showed no effect on the observed variables, as well as the inundation treatment gave the same results, while the varieties and inundation treatments after 10 days given the inundation showed that there was no interaction between varieties and inundation, the variety treatment showed no significant effect on the observed variables, but the inundation treatment had a significant effect on the observed variables of plant height, stem diameter, number of leaves, wet weight, dry weight, weight shells and length of the cob with corn husk after 10 days of flooding



Keywords: shelled corn, varieties, and puddles.



ABSTRAK



Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Tanaman Jagung Yang Tergenang Pada Tanah Gambut MOCHAMAD WAHYUDI Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengaji varietas tanaman jagung pada saat digenangi. 2) Untuk melihat pengaruh genangan terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung. 3) Untuk mendapatkan varietas jagung yang potensial untuk dikembangkan di lahan gambut yang tergenang. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Jurusan Budidaya, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya pada bulan Desember sampai dengan Maret 2021. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 4 x 2 masing-masing tiga ulangan sehingga ada 24 satuan percobaan. Faktor pertama adalah varietas jagung yang terdiri dari 4 jenis yaitu V1 (Varietas JH-37), V2 (Varietas Bisi-2), V3 (Varietas Bima-5), dan V4 (Varietas Nakula Sadewa-29). Faktor kedua adalah perlakuan genangan yang terdiri dari T0 (tidak tergenang) dan T1 (tergenang. Hasil penelitian perlakuan varietas dan genangan, menujukan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan varietas dan genangan saat sebelum genangan diberikan. pada perlakuan varietas menujukan tidak ada pengaruh terhadap variabel pengamatan, demikian juga perlakuan genangan memberikan hasil yang sama. sedangakan perlakuan varietas dan genangan setelah 10 hari diberikan genangan menujukan hasil bahwa tidak ada interaksi antara varietas dan genangan, pada perlakuan varietas menujukan tidak ada pengaruh nyata terhadap variabel pengamatan, tetapi perlakuan genangan memberikan pengaruh nyata terhadap variabel pengamatan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, berat basah, berat kering, berat pipilan dan panjang tongkol dengan klobot setelah 10 hari tergenang. Kata kunci: jagung pipilan, varietas, dan genangan.



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Tanaman Jagung Yang Tergenang Pada Tanah Gambut. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan dan menyelesaikan pendidikan di Universitas Palangka Raya. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Dr. Ir. Sosilawaty, M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian. 2. Bapak Ir. Robertho Imanuel.M.P., selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian. 3. Ibu Wahyu Widyawati SP. M.Si., selaku Ketua Kaprodi. 4. Ibu Dr. Ir. Sri Endang Agustina Rahayuningsih, M.P., selaku Dosen Pembimbing I. 5. Ibu Dr. Ir. Susi Kresnatita, M.P., selaku Dosen Pembimbing II. 6. Ayahanda dan ibunda beserta keluarga tercinta yang selalu mendoakan serta memberikan dukungan material selama kegiatan penelitian hingga penulisan laporan. 7. Isteriku Niki Tri Astuti dan Anakku Aleena Raiya Shanum yang memberi semangat dan dukungan dalam menyelesaikan penelitian ini. 8. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu proses kegiatan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang tentunya bersifat membangun. Penulis berharap semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri serta bagi para penelitian periode-periode berikutnya. Palangka Raya, Juli 2021 Penulis,



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...…………………………………………………….. LEMBAR PENGESAHAN…………….......………………………….….. LEMBAR PERNYATAAN........................................................................ RINGKASAN............................................................................................... ABSTRACT...................................................................................................... ABSTRAK...................................................................................................... . KATA PENGANTAR.…………...……………………………………........ DAFTAR ISI................................................................................................ DAFTAR TABEL….................................................................................... DAFTAR GAMBAR…............................................................................... DAFTAR LAMIPRAN.…………………………………………………..... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……………………………………...………..... 1.2 Rumusan Masalah ……………………………….....….....….... 1.3 Tujuan Penelitian.....…….…………………………….…..….... 1.4 Hipotesis............…………………………………….….…........ BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung............................... 2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung...............................................



i ii iii iv v vi vii viii x xi xii 1 3 3 3 4 5



2.3 Varietas Tanaman Jagung......................................................... 2.4. Tanah Gambut............................................................................



6 7



2.5. Genangan...................................................................................



8



a. Pengertian Genangan………….............................................



8



b. Pengaruh Genangan Terhadap Tanah ..................................



9



c. Pengaruh Genangan Terhadap Tanaman...............................



9



BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu.………………………………………......... 3.2 Alat dan Bahan.............................……………………………...... 3.3 Rancangan Penelitian.................................................................. 3.4 Pelaksanaan Penelitian .............……………………………….. a. Penyiapan Media Tanam ....................…………………........ b. Persiapan dan Penanaman Benih Jagung ............................... c. Penggenangan ........................................................................ d. Pemeliharaan .......................................................................... e. Panen ...................................................................................... 3.5 Variabel Pengamatan ................................................................... a. Tinggi Tanaman...................................................................... b. Diameter Batang .................................................................... c. Jumlah Daun .........................................................................



10 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12



d. Berat Kering Tanaman ........................................................... e. Berat Basah Tanaman ............................................................ f. Berat Pipilan Tanaman ........................................................... g. Panjang Tongkol (dengan klobot)........................................... 3.6 Analisis Data ................................................................................ BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan.................................................................. 4.1.1 Tinggi Tanaman.................................................................. 4.1.2 Diameter Batang ................................................................ 4.1.3 Jumlah Daun....................................................................... 4.1.4 Berat Basah......................................................................... 4.1.5 Berat Kering....................................................................... 4.1.6 Berat Pipilan Tanaman....................................................... 4.1.7 Panjang Tongkol (dengan klobot)...................................... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan................................................................................... 5.2 Saran ............................................................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



12 12 12 13 13 14 14 17 20 22 23 25 27 29 29



DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3.



Hasil Rata-rata uji BNJ tinggi tanaman akibat perlakuan varietas dan genangan.................................................................. 16 Hasil rata-rata uji BNJ diameter batang akibat perlakuan varietas dan genangan.................................................................. 19 Hasil rata- rata uji BNJ jumlah daun (helai per tanaman) akibat perlakuan varietas dan genangan................................................ 21



Tabel 4.



Hasil rata-rata uji BNJ berat basah per tanaman akibat perlakuan varietas dan genangan................................................



Tabel 5.



Hasil rata-rata uji BNJ berat kering per tanaman akibat perlakuan varietas dan genangan................................................ 24 Hasil rata-rata berat pipilan tanaman akibat perlakuan varietas dan genangan............................................................................... 26 Hasil rata-rata uji BNJ panjang tongkol (dengan klobot) akibat perlakuan varietas dan genangan................................................. 28



Tabel 6. Tabel 7.



23



DAFTAR GAMBAR Gambar 1.



Gambar 2 Gambar 3



Penampakan empat varietas jagung JH 37, Bisi 2, Bima 5, dan Nasa 29 pada fase v4 saat sebelum tergenang dan 10 hari setelah tergenang ....................................................................................... 17 Penampakan berat seluruh pipilan per tanaman jagung (A) perlakuan genangan, (B) perlakuan tidak digenangi...................... 26 Penampakan panjang tongkol empat varietas jagung JH 37, Bisi 2, Bima 5 dan Nasa 29 setelah panen............................................ 28



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14.



Hasil analisis ragam tinggi tanaman sebelum diberikan genangan Hasil analisis ragam tinggi tanaman setelah 10 hari digenangi Hasil analisis ragam diameter batang sebelum diberikan genangan Hasil analisis ragam diameter batang setelah 10 hari digenangi Hasil analisis ragam jumlah daun sebelum diberikan genangan Hasil analisis ragam jumlah daun setelah 10 hari digenangi. Hasil analisis ragam berat basah tanaman sebelum diberikan genangan Hasil analisis ragam berat basah tanaman setelah 10 hari digenangi Hasil analisis ragam berat kering tanaman Hasil analisis ragam berat pipilan tanaman Hasil analisis ragam panjang tongkol dengan klobot Deskripsi varietas jagung BISI-2, JH 37, BIMA, 5 dan NASA 29 Denah tata letak satuan percobaan Deskripsi perhitungan pupuk



I. PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Jagung merupakan salah satu dari tiga tanaman sereal utama di dunia yang



menempati posisi penting dalam perekonomian maupun ketahanan pangan nasional karena pemanfaatannya yang luas sebagai sumber pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri. Di Indonesia jagung merupakan salah satu tanaman pangan penting, ketersediaanya banyak diusahakan oleh berbagai kalangan mulai dari instansi pemerintah, peneliti dan petani. Permintaan jagung dari tahun ke tahun semakin meningkat, namun produksi jagung nasional belum dapat memenuhi permintaan pasar Produksi nasional tanaman jagung pada kurun waktu 2014-2017 sebagai berikut, tahun 2014 adalah 19.008.42600 ton. Pada tahun 2015 mengalami kenaikan 19.612.435.00 ton, pada tahun 2016 meningkat 23.578.41300 ton, tahun 2017 meningkat 28.924.00900 ton, pada tahun 2018 produksi jagung mengalami peningkatan 30,055,62300 ton. (Kementerian Pertanian Republik Indonesia 2018) Kalimantan Tengah sebagai salah satu provinsi dengan agroekosistem yang beragam mempunyai potensi untuk pengembangan jagung. Berdasarkan data statistik, produksi jagung Kalimantan Tengah tahun 2015 adalah 8.189 ton. Pada



tahun 2016 meningkat menjadi 16.308 ton, dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 51.053 ton. Pada tahun 2018 meningkat 107.854 ton



Produktivitas



jagung Kalimantan Tengah pada tahun 2015 adalah 32,66 ku/ha, pada tahun 2016 meningkat menjadi 36,94 ku/ha, dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 55,27 ku/ha. Beberapa wilayah andalan pengembangan jagung diantaranya adalah Kabupaten Kotawaringin Barat, Lamandau, Barito Utara, dan Pulang Pisau (SETDA Kalteng 2019). Pengembangan tanah gambut sebagai lahan pertanian, banyak mengalami kendala terutama yang berkaitan dengan sifat fisik dan kimia yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Kemasaman tanah yang tinggi dan kejenuhan basa yang rendah merupakan faktor penyebab terhambatnya pertumbuhan dan produksi tanaman serta kondisi pH tanah yang rendah yaitu 3,1 – 3,4. Kendala produksi yang dihadapi dalam produksi jagung adalah semakin terbatasnya lahan optimal sebagai akibat konversi lahan pertanian yang subur untuk kepentingan non pertanian terus berlangsung seperti perumahan, industri, bisnis, dan infrastruktur. Konsekuensinya kebutuhan lahan untuk pertanian hanya dapat dipenuhi melalui pemanfaatan lahan-lahan sub-optimal. Selain itu, benih jagung yang digunakan oleh petani umumnya itu benih jagung hibrida impor yang harganya semakin lama semakin meningkat. Hal ini akan berdampak pada semakin lemahnya nilai beli petani yang selanjutkan akan menyebabkan penurunan pemakaian benih hibrida di tingkat petani. Sementara itu, varietas jagung hibrida hasil litbang pertanian (Balitserial) seperti varietas Bima-1 sampai Bima-15 yang lebih sesuai dengan lahan sub-optimal memiliki sifat yang lebih stabil dibandingkan dengan varietas yang hanya sesuai dengan lahan optimal (Azrai et, al., 2006). Di Indonesia tanaman jagung pada umumnya ditanam di daratan rendah baik di tegalan, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi, sebagian juga terdapat di daerah pegunungan pada ketinggian 1000-1800 meter diatas permukaan laut. Jagung tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang khusus karena tanaman ini dapat tumbuh di semua jenis tahan yang subur dan kaya akan humus merupakan syarat pertumbuhan jagung yang baik, keasaman tanah (pH) yang baik untuk



jagung adalah 5,5-7,0. Faktor-faktor iklim yang penting untuk pertumbuhan jagung adalah jumlah dan distribusi sinar matahari, curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Daerah tanaman jagung harus mendapat sinar matahari yang cukup dan tidak terlindung dari pohon dan bangunan dengan suhu optimum 23-27°C. Kelebihan, kekurangan atau kelembaban merupakan faktor penghambat. Jagung merupakan tanaman dengan tingkat penggunaan air sedang. Air berpengaruh terhadap pertumbuhan jagung dan mempengaruhi hasil panen jagung. Jumlah air yang berlebihan yang salah satunya disebabkan oleh genangan air justru akan menyebabkan pertumbuhan jagung tidak optimal menurut Dat et, al., (2006) dalam Ali Hamidy (2019). 1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dapat dirumuskan



permasalahan sebagai berikut. 1. Belum banyak informasi yang spesifik tentang varietas jagung yang potensial untuk lahan gambut tergenang. 2. Belum banyak diketahui pengaruh genangan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung pada lahan gambut tergenang. 1.3



Tujuan Penelitian a. Menguji varietas tanaman jagung pada saat tergenang b. Untuk melihat pengaruh genangan terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung. c. Untuk mendapatkan varietas jagung yang potensial untuk dikembangkan di lahan gambut yang tergenang.



1.4



Hipotesis 1. Tidak ada interaksi antara genangan dan varietas pada lahan gambut tergenang. 2. Terdapat pengaruh genangan pada pertumbuhan dan hasil beberapa varietas tanaman jagung pipilan ditanah gambut.



II. TINJAUAN PUSTAKA



II.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Menurut sejarahnya tanaman jagung berasal dari daerah Amerika Tengah kemudian dibawa ke Amerika Selatan pada pertengahan tahun 1500an. Tanaman jagung di indonesia merupakan bahan pangan suber karbohidrat kedua setelah beras, sebagi bahan pangan komoditi ini juga sebagi bahan pangan ternak dan bahan baku industri (Najiyati & Danarti, 1998). Tanaman jagung merupakan komoditas palawija yang termasuk dalam famili rumput-rumputan (Gramineae) spesies Zea mays L. Klasifikasi ilmiah tanaman jagung sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Sub division: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Gramina, Famili: Gramina, Genus: Zea, Spesies : Zea mays L. (Syukur dan Rifianto, 2014). Tanaman jagung memiliki tinggi batang antara 60-300 cm. Batanganya berbentuk bulat atau agak pipih,beruas-ruas dan umumnya tidak bercabang, sistem akar jagung terdiri atas akar primer,akar lateral, akar horizontal , dan akar udara. Akar primer adalah akar yang pertama kali muncul pada saat biji berkecambah dan tumbuh kebawah. Akar lateral adalah akar yang tumbuh dari bulu – jenis bunga yang bulu diatas permukaan tanah (Najiyati & Danarti, 1998).



Batang jagung tidak bercabang dan berbentuk silinder yang terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang akan berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya bekisar 60-300 cm (Purwono dan Hartono, 2011). Rahayuningsih (2017) melaporkan bahwa 10 hari penggenangan tanaman jagung pada fase V4 dengan empat varietas ternyata menurunkan tinggi tanaman sebesar 35,68% dibanding tidak tergenang. Daun jagung muncul dari buku-buku batang, sedangkan pelepah daun menyelubungi ruas batang untuk memperkuat batang. Panjang daun jagung bervariasi antara 30-150 cm dan lebar 4-15 cm dengan ibu tulang daun yang sangat keras. Tepi helaian daun halus dan kadang-kadang berombak. Terdapat juga lidah daun (ligula) yang transparan dan tidak mempunyai telinga daun (auriculae). Bagian atas epidermis umumnya berbulu dan mempunyai barisan memanjang yang terdiri dari sel-sel bulliform (Muhadjir, 2018). 2.2



Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Tanaman jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat.



Namun untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki syarat lingkungan yang harus dipenuhi antara lain, sinar matahari yang penuh ditempat yang teduh pertumbuhan jagung akan merana dan tidak mampu membentuk buah. Tanaman jagung menghendaki suhu optimum 21-34°C di indonesia, suhu semacam ini terdapat di daerah dengan ketinggiam 0-600 mdpl (Najiyati & Danarti, 1998). Sedangkan menurut Ali Hamidy (2019) menjelaskan pada dataran rendah umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi diatas 1000 m dpl berumur 4-5 bulan. Umur panen jagung sangat dipengaruhi oleh suhu, setiap kenaikan tinggi tempat 50 m dari permukaan laut, umur panen jagung akan mundur satu hari. Tanaman jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH 5,5-7.0, tingkat keasaman tanah yang terbaik untuk jagung adalah 6,8 (Rukmana, 2008). Kriteria penilaian sifat kimia tanah pada keadaan sedang atau normal



memiliki kandungan nitrogen sebesar 0,21—0,50% dan kandungan karbon 2,01— 3,00% dengan rasio C/N rasio sebesar 8—12 (Hardjowigeno, 1995). Iklim yang dikehendaki oleh tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis atau tropis yang basah. Pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan atau 3-7 mm/hari dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan dan menjelang musim kemarau. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34oC, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27oC. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30oC. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil. Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian antara 0-600mdpl merupakan ketinggian yang optimum bagi pertumbuhan tanaman jagung (Purwono & Hartono, 2011). 2.3



Varietas Tanaman Jagung Varietas-varietas jagung unggul yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang



Pertanian maupun Balai Penelitian Swasta dari tahun 2015 sampai tahun 2020 ada 68 varietas unggul yang terdiri dari 26 varietas unggul jagung bersari bebas dan 42 jagung hibrida. Sedangkan varietas jagung unggul yang dihasilkan selama kurun waku 4 tahun terakhir untuk yang bersari bebas adalah: Srikandi ungu1, pulut uri 4, pulut uru 1, provit A1, Srikandi Kuning-1, Srikandi Putih-1, dan Anoman-1 (Putih); sedangkan untuk yang hibrida adalah Jhana 1, JH 37, JH 47, NASA (nakula sadewa 29), JH 36, dan Bima-2.



Jenis-jenis jagung yang dikembangkan di Indonesia yaitu jagung hibrida, jagung komposit dan Jagung transgenik. Jagung hibrida merupakan keturunan pertama dari persilangan dua tetua yang memiliki karakter/sifat yang unggul. Shull (1908) merupakan orang yang pertama kali menemukan bahwa hasil persilangan sendiri tanaman jagung mengakibatkan terjadinya depresi inbreeding, dan persilangan dua tetua yang homozigot menghasilkan F1 yang sangat vigor. Jagung komposit atau biasanya disebut jagung lokal adalah jenis jagung yang pada jaman dulu ditanam petani setempat yang menyerbuk sendiri tanpa bantuan manusia. Jagung transgenik merupakan jenis jagung hasil dari penyisipan gen seperti gen tahan penyakit, gen tahan hama maupun gen tahan obat kimia yang berasal dari makhluk hidup atau non-makhluk hidup sehingga tanaman itu menjadi tanaman super (Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan 2018). Keragaman genetik yang tinggi merupakan salah satu faktor penting untuk merakit varietas unggul baru. Sifat-sifat tertentu sering tidak ditemukan pada sumber gen yang ada sehingga teknologi lainnya perlu diterapkan. Guna memperbanyak alternatif varietas unggul jagung berdaya hasil tinggi yang dapat menjadi pilihan petani, dilakukan introduksi varietas unggul jagung hibrida yang bertujuan untuk melihat daya adaptasi melalui penampilan fenotipe pertumbuhan dan produksi pada lingkungan tumbuh di lokasi sentra pengembangan. Kemampuan suatu varietas beradaptasi pada lingkungan tumbuh tertentu terlihat pada komponen pertumbuhan dan komponen hasil yang dicapai. Perbedaan karakter tanaman jagung pada tingkat umur yang berbeda, akan memperlihatkan pertumbuhan yang berbeda, karena selain faktor genetik, dipengaruhi faktor lingkungan tumbuh. Pertumbuhan tanaman jagung yang baik sangat tergantung kepada faktor genetik, lingkungan tumbuh dan tindakan budidaya.Secara genetik, kemampuan tanaman untuk tumbuh dengan baik pada suatu lingkungan ditentukan oleh komposisi gen dalam genotipe yang bersangkutan. Dalam peningkatan sumber keragaman genetik maka perlu dilakukan uji adaptasi pada jagung introduksi untuk mengetahui karakreristik vegetatif dan generatif jagung introduksi dan beberapa jagung varietas (Winani, W., dkk, 2015).



2.4. Tanah Gambut Tanah gambut merupakan tanah yang terbentuk dari timbunan sisa-sisa jaringan tumbuhan alami, pada berbagai tingkat dekomposisi (pelapukan) bahan organiknya. Tanah gambut yang belum terdekomposisi memiliki porositas yang sangat tinggi dengan ruang pori yang cukup besar dan memiliki sifat yang sangat kompresibel. Tanah gambut juga bersifat porous dan sangat ringan . Oleh karena itu, tanah gambut memiliki kemampuan daya dukung yang rendah dan kurang baik jika diperuntukkan bagi pendirian bangunan berskala besar. Daya dukung tanah yang rendah juga dipengaruhi oleh jenis tanah, tingkat kepadatan, kadar air, porositas, dan lain-lain (Nurida, 2011). Karakteristik fisika tanah gambut meliputi ketebalan, kematangan, lapisan di bawahnya (substratum), berat isi (berat isi), porositas, kadar air, dan daya hantar hidrolik. Ketebalan gambut, kematangan, dan substratum di bawahnya sudah disinggung di atas. Karakteristik fisika tanah gambut, antara satu dengan lainnya saling berhubungan dan saling pengaruh, yang semuanya terkait dengan kadar bahan organik atau ketebalan gambutnya. Karakteristik fisika tanah gambut ini menjadi bahan pertimbangan utama dalam penilaian kesesuaian lahan (evaluasi lahan) untuk pertanian (Agus dkk, 2014). Tanah gambut umumnya memiliki tingkat kesuburan yang rendah ditandai dengan pH rendah (masam), ketersediaan sejumlah unsur hara makro (Ca, K, Mg, P) dan mikro (Cu, Zn, Mn, dan B) yang rendah, mengandung asam-asam organik yang beracun. Karateristik kimia tanah gambut sangat bervariasi. Karakter kimia tanah gambut yang utama adalah (1) kemasaman tanah, (2) ketersediaan hara makro dan mikro, (3) kapasitas tukar kation, (4) kadar abu, (5) kadar asam organik, dan (6) kadar pirit (Agus dkk, 2014). 2.5. Genangan a. Pengertian Genangan Genangan merupakan suatu keadaan dimana kelebihan air hanya berada pada pori-pori tanah atau tepat hanya pada bagian tanah saja dan dimungkinkan juga berada sangat tipis di atas permukaan tanah atau bahkan tidak sampai di atas



permukaan tanah sama sekali. Menurut Rahayuningsih (2017) apabila tanaman dalam kondisi tergenang air, hanya sistem perakaran tanaman saja yang berada di bawah kondisi anaerob yang dikarenakan kekurangan oksigen. Sasidharan & Voesenek (2015) dalam Rahayuningsih (2017) membedakan genangan berdasarkan kondisi pertanaman menjadi dua, yaitu: 1) kondisi jenuh air (waterlogging) dimana hanya akar tanaman yang tergenang air, dan 2) kondisi bagian tanaman yang sepenuhnya tergenang air (complete submergence). Genangan dapat terjadi karena adanya lahan yang selalu terluapi air pasang (baik langsung maupun tidak langsung) atau merupakan daerah cekungan yang sistem drainasenya kurang baik menurut Levitt & Lewis (1980) dalam Rahayuningsih (2017).



b. Pengaruh Genangan Terhadap Tanah Tanah tergenang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sifat-sifat kimia tanah yaitu reaksi reduksi yang menjadi lebih dominan dan unsur fosfor menjadi lebih tersedia. Namun apabila genangan air terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan terjadinya reduksi besi yang berdampak pada pengikatan fosfor di dalam tanah sehingga mengakibatkan fosfor tidak tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Genangan menyebabkan penurunan signifikan dari kualitas tanah, yang berpengaruh negatif terhadap kualitas produksi pertanian (Sudaryono, 2009). Nilai pH tanah yang tergenang tidak menunjukan perbedaan tetapi ada kecenderungan bahwa nilai pH tanah yang sedang tergenang lebih tinggi daripada pH tanah yang tidak tergenang (Rahayuningsih, 2017). Penggenangan dapat mempengaruhi terhadap sifat fisika dan kimia tanah. Menurut Sanchez dalam Rahayuningsih (2017) melaporkan bahwa tanah yang digenangi Ph tanah relatif lebih tinggi dari pada ph tanah yang tidak digenangi. Keadaan tanah yang jenuh air atau tergenang kurang menguntungkan bagi sebagian besar tanaman sebab air yang berlebihan akan mengisi tampir seluruh pori tanah dan aerasi tanah menjadi buruk. Dalam keadaan demikian, akar akan



kekurangan oksigen dan kegiatan bakteri dalam berbagai proses seperti nitrifikasi, fiksasi nitrogen dan amonifikasi banyak terganggu menurut Smith et. al., (2010). c. Pengaruh Genangan Terhadap Tanaman Tanaman tergenang dapat menganggu proses sturktur tanaman



yang



berakibat pada proses pertumbuhan. tanaman membutuhkan pertukaran gas untuk fotosintesis dan respirasi. Status oksigen sel dan jaringan bervariasi secara signifikan selama pertumbuhan tanaman dan tergantung pada pasokan oksigen lingkungan. Selama tergenang air atau terendam tanaman terkena penurunan suplai oksigen karena laju difusi oksigen dalam air lambat dan kelarutan terbatas (Sairam, et, al., 2008). Jenuh air akibat banjir bisa menjadi anaerobik (Fitter & Hay, 1992). Pertumbuhan sangat terhambat dalam keadaan kekurangan oksigen (hipoksia) atau tidak ada oksigen (anoksia). III.



BAHAN DAN METODE



3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Jurusan Budidaya, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya pada bulan Desember 2020 sampai dengan Maret 2021. 3.2 Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih empat varietas jagung (Bisi-2, JH 37, Bima-5 dan Nakula Sadewa-29), polybag ukuran 40 cm x 50 cm, pupuk kandang ayam, kapur, pupuk SP-36, Urea, KCl dan tanah gambut. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, cangkul, timbangan digital, ember, plastik, meteran, selang plastik, gembor, jangka sorong digital dan grain moisture meter. 3.3. Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 4 x 2 masing-masing tiga ulangan sehingga ada 24 satuan percobaan. Faktor pertama adalah varietas jagung yang terdiri dari 4 jenis yaitu V1 (Varietas JH37), V2 (Varietas Bisi-2), V3 (Varietas Bima-5), dan V4 (Varietas Nakula Sadewa-29). Faktor kedua adalah perlakuan genangan yang terdiri dari T0 (tidak tergenang) dan T1 (tergenang). 3.4 Pelaksanaan Penelitian e. Penyiapan Media Tanam Langkah awal yaitu, tanah gambut diambil sedalam 30 cm dari permukaan tanah, kemudian dimasukkan ke dalam karung yang berukuran 50 kg. Lokasi pengambilan tanah di Kecamatan Sebangau Kelurahan Kelampangan.



f. Persiapan dan Penanaman Benih Jagung Tanah gambut yang telah tersedia dikeringanginkan selama 7 hari. Setelah tanah memiliki kriteria yang dibutuhkan untuk penelitian, tanah diayak dengan ukuran diameter 5 mm. Setelah tanah diayak campurkan dengan pupuk kandang ayam dengan dosis 20 ton/ha. Memasukkan tanah ke dalam polybag ukuran 40 cm x 60 cm dengan berat tanah 10 kg/polybag. Penanaman benih jagung dilakukan setelah polybag terisi tanah. Dalam 1 polybag ditanami 2 benih jagung. g. Penggenangan Pada saat tanaman jagung memasuki fase v4 yaitu berdaun empat dan sudah membuka sempurna dan dilakukan perlakuan genangan selama 10 hari di dalam ember yang memiliki ketinggian 60 cm dengan cara memasukan polybag kedalam ember kemudian memasukan air di sela ember dan polybag cara ini disebut kapiler. Setelah itu air dimasukan sampai dengan ketinggian genangan 5 cm dari permukaan tanah sampai leher akar tanaman tergenang dan dilakukan kontrol setiap hari agar ketinggian air dijaga agar tetap stabil 5 cm meter dari permukaan tanah. h. Pemeliharaan Pemeliharaan



yang



dilakukan



selama



kegiatan



penelitian



membersihkan gulma-gulma yang tumbuh di dalam polybag dan



adalah



pemberian



pupuk non organik, pupuk yamg digunakan yaitu Urea 500kg.ha-1(10g.polybag-1), SP-36 400kg.h-1 (8g.polybag-1) dan KCl 300kg.ha-1 (6g.polybag-1) pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 7-10 hari setelah tanam Urea (3,3g polybag-1), SP-36 (4g.polybag-1) dan KCl (6g.polybag-1) pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 28-30 hst Urea (3,3g polybag -1) dan KCl (3,3g polybag-1) sedangkan pemupukan ketiga diberikan saat tanaman berumur 40-45 hst Urea (3,3g polybag-1) pemupukan dilakukan dengan cara di tugal atau dibuat lubang tanam disamping tanaman dengan jarak 6 cm dari tanaman jagung. e.



Panen Panen dilakukan setelah buah jagung masak fisiologis tergantung dengan



kriteria terbentuknya lapisan hitam di ujung biji dan kulit tongkol (klobot) sudah mengering atau berwarna coklat muda.



3.5. Variabel Pengamatan a.



Tinggi Tanaman (cm) Pengamatan tinggi tanaman dilakukan sebelum digenangi saat tanaman



memasuki fase V4 (berdaun empat) dan 10 hari setelah digenangi tinggi tanaman diamati dengan cara mengukur tinggi tanaman dari leher akar sampai titik tumbuh tanaman dengan meteran atau pengaris. b. Diameter Batang (mm) Pengamatan diameter batang dilakukan sebelum sebelum digenangi saat tanaman memasuki fase V4 (berdaun empat) dan 10 hari setelah digenangi diameter batang diukur menggunakan jangka sorong digital diukur pada bagian batang 10 cm di atas ruas pertama. c. Jumlah Daun (helai/tanaman) Pengamatan jumlah helai daun dilakukan sebelum digenangi saat tanaman memasuki fase V4 (berdaun empat) dan 10 hari setelah digenangi jumlah daun yang dihitung adalah daun yang sudah membuka sempurna. d. Berat Basah Tanamam (g) Pengamatan berat basah tanaman dilakukan saat memasuki fase maksimum dengan cara membongkar tanaman kemudian dibersihkan akarnya dan masingmasing bagian tanaman yaitu daun,akar,batang dengan di potong kecil kemudian di timbang dengan timbangan analitik setelah itu dimasukan ke dalam map kertas. e. Berat Kering Tanamam (g) Pengamatan berat kering tanaman dilakukan saat tanaman memasuki fase maksimum di ukur dengan cara di oven dengan suhu 80° selama 48 jam untuk mengurangi kadar air dalam tanaman, di timbang menggunakan timbangan analitik. f. Berat Pipilan (per tongkol) Pengamatan berat pipilan tanaman diukur dengan memipil seluruh biji jagung dalam 1 tongkol per perlakuan dengan cara dikeringkan di bawah sinar matahari sampai kadar air mencapai 15% kemudian di timbang menggunakan timbangan analitik.



g. Panjang Tongkol (dengan klobot) Pengamatan panjang tongkol dengan klobot di ukur dengan menggunakan pengaris/meteran di ukur dari pangkal tongkol buah jagung sampai ujung klobot. 3.6.



Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh perlakuan maka data dan hasil pengamatan



dilakukam analisis ragam (uji F) pada taraf a =5 %. Apabila hasil analisi ragam berpengaruh nyata atau sangat nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf a=5 % .



IV . HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman merupakan suatu ukuran yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh jenis perlakuan serta sebagai ciri yang menentukan produksi tanaman dan erat hubungannya dengan proses fotosintesis. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (anova) Lampiran 1. menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara varietas dengan genangan terhadap tinggi tanaman sebelum perlakuan genangangan diberikan. Pada perlakuan varietas tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman demikian juga perlakuan genangan tidak berpengaruh. Berdasarkan analisis sidik ragam (anova) Lampiran 2. menunjukan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan empat varietas dan genangan pada perlakuan varietas tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, tetapi perlakuan genangan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman setelah 10 hari tergenang. Data hasil uji BNJ terhadap tinggi tanaman pada fase V4 disajikan pada Tabel 1. Dari tabel satu dapat diketahui bahwa perbedaan varietas menunjukkan rata-rata tinggi tidak berbeda, sedangkan perlakuan genangan antara tidak digenangi dan digenangi menunjukkan hasil yang sama pada saat sebelum perlakuan genangan diberikan. Hasil uji BNJ tinggi tanaman pada fase V4 saat 10 hari tergenang menunjukkan bahwa perbedaan varietas tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, sedangkan perlakuan genangan memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman. Pada saat sebelum perlakuan genangan perbedaan varietas tidak mempengaruhi tinggi tanaman, hal disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik yaitu mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup dimana pada tanaman mempengaruhi bentuk tubuh, warna bunga, dan rasa buah. Gen juga menentukan kemampuan metabolisme sehingga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut,



Sedangkan perlakuan genangan pada saat sebelum perlakuan dilakukan tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan cukupnya kebutuhan air didalam tanah sehingga tidak menggangu proses pertumbuhan tanaman, jika jumlah air berlebihan dapat menyebabkan menutupnya sel penjaga stomata yang berakibat terganggunya transipirasi dan menghambat proses fotosintesis sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Pada saat 10 hari setelah tergenang perbedaan varietas tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, hal ini disebabkan dalam kondisi tergenang. Beberapa varietas jagung  memiliki gen tumbuh yang baik akan tumbuh dan berkembang cepat sesuai dengan periodenya. mampu beradaptasi untuk dapat terus melangsungkan kehidupannya, mekanisme adaptasi varietas pada kondisi tergenang air adalah berkembangnya jaringan aerenkim pada perakaran jagung, selain berkembangnya jaringan aerankim pada jaringan perakaran. Tanaman jagung juga memacu pertumbuhan akar adventif yang memungkinkan perakaran menyerap oksigen dari udara merupakan adaptasi morfologi tanaman dalam menghadapi kondisi tergenang. Sedangkan perlakuan genangan menyebabkan tinggi tanaman jagung lebih rendah dari tanaman jagung yang tidak tergenang. Rahayuningsih (2017) melaporkan genangan dapat menurunkan tinggi tanaman gandum yang tergenang selama 28 hari. Seperti yang dilaporkan oleh Rahayuningsih (2017) bahwa genangan menaikkan kerusakan sistem perakaran. Suwarti et al., (2013) melaporkan bahwa tanaman jagung yang tergenang pada berbagai tahap pertumbuhan, tinggi tanaman pada umur 60 hari akan menurun. Savita et al., (2004) juga melaporkan bahwa tanaman yang tercekam genangan air, akar dari tanaman tersebut akan berinteraksi langsung dengan air dan dengan meningkatnya level air maka akan mengganggu kerja dari sistem akar yang pada akhirnya akan menekan pertumbuhan tinggi tanaman. Penampakan tinggi tanaman empat varietas jagung pada fase V4 pada perlakuan sebelum digenangi dan 10 hari setelah digenangi disajikan pada Gambar 1.



Tabel 1. Hasil Rata-rata uji BNJ tinggi tanaman akibat perlakuan varieras dan genangan. Varietas Sebelum digenangi



JH 37 Bisi 2 Bima 5 Nasa 29 Rata-rata Varietas



Setelah 10 hari digenangi



JH 37 Bisi 2 Bima 5 Nasa 29 Rata-rata BNJ 5%



Tergenang T0 16,21 19,82 18,29 18,00 18,08



T1 17,01 17,33 19,65 17,78 17,94 Tergenang



T0 30,26 32,06 32,61 30,88 31,45 b



T1 19,90 21,20 22,76 21,08 21,23 a 3,00



Rata-rata 16,61 18,58 18,97 17,89 Rata-rata 25,08 26,63 27,68 25,98



Keterangan: Angka di dalam baris dan kolom yang di ikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%.



A



B



JH 37



BISI 2



BIMA 5



NASA29



C



JH 37



BISI 2



BIMA 5



NASA 29



BISI 2



BIMA5



NASA 29



D



JH 37



BISI 2



BIMA 5



NASA 29



JH 37



Gambar 1. Penampakan empat varietas jagung (A) perlakuan tidak digenangi



sebelum digenangi (B) perlakuan genangan sebelum diberikan genangan (C) perlakuan tidak tergenang setelah diberikan 10 hari genangan (D) perlakuan genangan setelah 10 hari genangan. Genangan mengakibatkan turunnya pasokan oksigen sehingga aktifitas metabolisme tanaman menjadi terhambat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ferreira et al,. (2007) melaporkan selain terjadinya penurunan tinggi tanaman, genangan juga menurunkan jumlah tongkol sisipan pada tanaman. 4.1.2 Diameter Batang Diameter batang adalah dimensi tanaman yang paling mudah diperoleh atau diukur terutama pada batang bagian bawah tetapi oleh karena bentuk batang yang umumnya semakin mengecil ke ujung atas maka dari sebuah diameter batang akan banyak diperoleh nilai diameter batang sesuai dari banyaknya titik dari pangkal batang hingga ke ujung batang tanaman.



Hasil analisis sidik ragam (anova) menunjukan sebelum perlakuan genangan diberikan tidak ada interaksi antara perlakuan varietas dan genangan terhadap diameter batang. Pada perlakuan vareitas tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang demikian juga pada perlakuan genangan tidak berpengaruh nyata. Data analisis sidik ragam (anova) disajikan pada Lampiran 3. Sedangkan hasil analisis sidik ragam (anova) pada perlakuan varietas dan genangan setelah 10 hari digenangi menujukan hasil yang sama tidak ada interaksi antara perlakuan varietas dan genangan terhadap diameter batang. Perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata, tetapi perlakuan genangan berpengaruh nyata terhadap diameter batang setelah 10 hari tergenang, data pengamatan sidik ragam disajikan pada Lampiran 4. Hasil rata-rata pengamatan uji BNJ ditunjukan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perbedaan varietas dan genangan menujukan hasil yang sama tidak berbeda nyata pada saat sebelum perlakuan genangan diberikan. Sedangkan data pengamatan uji BNJ pada diameter batang setelah 10 hari tergenang perbedaan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang, tetapi perlakuan genangan berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Saat perlakuan sebelum digenangi dan setelah 10 hari digenangi perbedaan varietas tidak berbeda nyata terhadap diameter batang hal ini disebabkan beberapa kultivar memiliki perakaran baik, tinggi dan tegap saat sebelum tergenang pasokan oksigen dalam tanah mampu diserap baik oleh akar tanaman sehingga proses metabolisme tanaman tidak terganggu. Sedangkan Perlakuan genangan berpengaruh nyata terhadap diameter batang. saat perlakuan 10 hari tergenang dapat menyebabkan akar dalam tanah tidak mampu menyerap oksigen dengan baik sehingga proses pertumbuhan tanaman akan terhambat, sehingga tanaman membentuk jaringan aerankim dan berkembangnya jaringan perakaran sehingga memicu munculnya akar adventif yang berfungis menyerap oksigen dari udara. Rahayuningsih (2017) melaporkan bahwa genangan menurunkan kadar air nisbi, indeks stabilitas membran, laju transpirasi, kadar klorofil a, b dan klorofil total, laju fotosintesis, meningkatkan kerapatan stomata, menurunkan lebar bukaan stomata, meningkatkan kadar etilen, menurunkan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, total



panjang akar. Hasil uji rata-rata BNJ dari variabel diameter batang tanaman akibat perlakuan empat varietas dan genangan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil rata-rata uji BNJ diameter batang akibat perlakuan varietas dan genangan. Varietas Sebelum digenangi



JH 37 Bisi 2 Bima 5 Nasa 29 Rata-rata Varietas



Setelah 10 hari digenangi



JH 37 Bisi 2 Bima 5 Nasa 29 Rata-rata BNJ 5%



Tergenang T0 11,83 12,39 14,47 18,07 14,19



T1 12,36 12,24 18,34 15,02 14,49



Rata-rata 12,10 12,32 16,41 16,55  



Tergenang T0 22,23   22,88   19,61   22,08   21,70 a



T1 21,73 24,31 21,68 23,13 22,71 2,36



Rata-rata         b



21,98 23,59 20,64 22,61  



Keterangan: Angka di dalam baris dan kolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%. (Smith et al., 2010) melaporkan tanaman yang tergenang dalam waktu singkat akan mengalami kondisi hipoksia (kekurangan O2). Hipoksia biasanya terjadi jika hanya bagian akar tanaman yang tergenang (bagian tajuk tidak tergenang) atau tanaman tergenang dalam periode yang panjang tetapi akar berada dekat permukaan tanah. 4.1.3 Jumlah Daun Daun adalah organ tanaman yang digunakan untuk mensintesis makanan. Daun memiliki klorofil yang berfungsi untuk fotosintesis. Daun bagi tanaman merupakan organ fotosintesis yang menangkap energi cahaya dan digunakan untuk mendorong terjadinya reaksi kimia yang sangat penting bagi kehidupan tanaman.



Semakin banyak daun maka semakin banyak tempat fotosintsesis makanan sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman daun dihitung untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif daun yang sudah membuka sempurna dan masih hijau yang dapat dihitung agar bisa dilihat pertumbuhan vegetatifnya. Pada Lampiran 5 menujukan bahwa sebelum perlakuan genangan diberikan tidak ada interaksi antara perlakuan varietas dan genangan terhadap jumlah daun. Pada perlakuan vareitas tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun demikian juga pada perlakuan genangan tidak berpengaruh, Sedangkan hasil analisis sidik ragam (anova) pada Lampiran 6 menujukan perlakuan varietas dan genangan setelah 10 hari digenangi menujukan hasil yang sama tidak ada interaksi antara perlakuan varietas dan genangan terhadap pertumbuhan jumlah daun. Perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata, tetapi perlakuan genangan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun setelah 10 hari tergenang. Data rata-rata pengamatan uji BNJ ditunjukan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perbedaan varietas dan genangan menujukan hasil yang sama tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun pada saat sebelum perlakuan genangan diberikan. Sedangkan data pengamatan uji BNJ pada jumlah daun setelah perlakuan 10 hari tergenang perbedaan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, tetapi perlakuan genangan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun. Saat perlakuan sebelum digenangi dan setelah 10 hari digenangi perbedaan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun hal ini dikarenakan.sebelum perlakuan genangan. Penyerapan air dan hara mampu sepenuhnya diserap oleh akar tanaman jagung dan masih terpenuhinya oksigen dalam tanah sehingga penyebaran akar dalam tanah berkembang sangat cepat dan menunjang proses pertumbuhan pada tanaman. Setelah 10 hari tergenang perbedaan vareietas menujukan hasil yang sama yaitu tidak berpengaruh terhadap jumlah daun hal ini dikarenakan dalam kondisi tergenang air, akar membentuk jaringan aerankim dan berkembangnya jaringan perakaran sehingga memicu munculnya akar adventif yang berfungsi membantu penyerapan air dan hara serta menyerap oksigen dari udara. Rahayuningsih (2017) melaporkan bahwa tanaman jagung yang tergenang dapat menurunkan jumlah daun hijau dan menaikkan



jumlah daun kering pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Dong et al,. (1983) yang disebutkan bahwa dengan meningkatnya jumlah air (tercekam genangan) maka dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya dapat mengurangi jumlah daun.. Hapsari & Adie, (2010) melaporkan respon lain pada tanaman yang tergenang adalah penutupan stomata dan pengurangan aliran air dari akar menuju tajuk. Respon tanaman terhadap genangan sering kali meningkatkan asam absisat pada daun yang berperan dalam penutupan stomata sehingga menghambat pertumbuhan daun. Hasil uji rata-rata BNJ dari variabel jumlah daun akibat perlakuan empat varietas dan genangan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil rata- rata uji BNJ Jumlah daun (helai per tanaman) akibat perlakuan varietas dan genangan. Varietas Sebelum digenangi



JH 37 Bisi 2 Bima 5 Nasa 29 Rata-rata



Varietas Setelah 10 hari digenangi



JH 37 Bisi 2 Bima 5 Nasa 29 Rata-rata BNJ 5%



Tergenang T0 4,00 3,58 3,83 3,75 3,79



Rata-rata



T1 3,33 3,58 3,50 4,08 3,62



3,67 3,58 3,67 3,92



Tergenang T0 8,09 4,78 5,44 4,56 5,72



b



T1 3,22 2,78 3,11 2,22 2,83 1,49



Rata-rata 5,66 3,78 4,28 3,39 a



Keterangan: Angka di dalam baris dan kolom yang di ikuti oleh huruf yang sama tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%.



4.1.4 Berat Basah Berat basah tanaman merupakan berat tanaman pada saat tanaman masih hidup dan ditimbang secara langsung setelah panen, sebelum layu karena kehilangan kadar air agar dapat mengetahui hasil berat segar tanaman, daun, bunga, batang, buah dan akar tanaman. Hasil analisis sidik ragam (anova) perlakuan empat varietas dan genangan disajikan pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara varietas dengan genangan terhadap berat basah tanaman sebelum perlakuan genangan diberikan. Pada perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman demikian juga perlakuan genangan tidak berpengaruh nyata, Sedangkan hasil analisis sidik ragam (anova) perlakuan empat varietas dan genangan setelah diberikan 10 hari genangan juga menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan empat varietas dan genangan pada perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah tanaman, tetapi perlakuan genangan berpengaruh nyata terhadap berat basah tanaman, Tabel pengamatan (anova) perlakuan empat varietas dan genangan setelah diberikan perlakuan 10 hari digenangi disajikan pada Lampiran 8. Hasil pengamatan uji BNJ terhadap berat basah tanaman pada fase V4 disajikan pada Tabel 4. Dari hasil tabel dapat diketahuai bahwa perbedaan varietas menunjukkan rata-rata berat basah tidak berbeda, sedangkan perlakuan genangan antara tidak digenangi dan digenangi menujukan hasil yang sama pada saat sebelum perlakuan genangan diberikan. Hasil uji BNJ tinggi tanaman pada fase V4 saat 10 hari tergenang menujukan bahwa perbedaan varietas tidak berpengaruh terhadap berat basah tanaman. Sedangkan perlakuan genangan memberikan pengaruh nyata terhadap berat basah tanaman. Hal ini sejalan dengan yang dilaporkan Suardi (2000) perlakuan lama penggenangan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun segar. semakin lama perlakuan genangan maka menurunkan jumlah daun segar, penggenangan juga mengakibatkan penurunan jumlah klorofil daun, meningkatkan jumlah daun menguning dan jumlah daun yang gugur. Hasil uji rata-rata BNJ dari variabel berat basah akibat perlakuan empat varietas dan genangan disajikan pada Tabel 4.



Tabel 4. Hasil rata-rata uji BNJ berat basah per tanaman akibat perlakuan varietas dan genangan. Varietas Sebelum digenangi



JH 37 Bisi 2 Bima 5 Nasa 29 Rata-rata Varietas



Setelah 10 hari digenangi



JH 37 Bisi 2 Bima 5 Nasa 29 Rata-rata BNJ 5%



Tergenang T0 T1 18,64 16,56 25,37 19,52 26,11 23,09 22,62 15,17 23,19 18,59 Tergenang T0 T1 62,95 30,22 72,00 36,76 70,23 40,94 56,68 33,40 65,46 b 35,33 19,08



Rata-rata 17,60 22,44 24,60 18,90 Rata-rata 46,58 54,38 55,58 45,04 a



Keterangan: Angka di dalam baris dan kolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%.



4.1.5 Berat Kering Berat kering merupakan hasil penimbunan hasil bersih asimilasi CO2 yang dilakukan selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berat kering menunjukkan jumlah biomassa yang di serap oleh tanaman. Pada tumbuhan itu sendiri dapat dianggap sebagai suatu peningkatan berat segar dan penimbunan bahan kering. Jadi semakin baik pertumbuhan tanaman maka berat kering juga semakin meningkat. Hasil analisis sidik ragam (anova) berat kering tanaman akibat perlakuan varietas dan genangan disajikan pada Lampiran 9 dari hasil pengamatan perlakuan varietas dan genangan menujukan bahwa tidak ada interaksi antara varietas dan genangan. Pada perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata, tetapi pada perlakuan genangan berpengaruh terhadap berat kering tanaman.



Hasil uji BNJ terhadap berat kering tanaman disajikan pada Tabel 5 dari hasil tabel dibawah dapat diketahuai bahwa perlakuan empat varietas tidak berpengaruh nyata pada berat kering tanaman, sedangkan perlakuan genangan memberikan pengaruh nyata terhadap berat kering tanaman jagung saat 10 hari tergenang. Hal ini sejalan dengan yang dilaporkan oleh Susilawati et al., (2012) tanaman yang tergenang, terganggu transfer unsur haranya, berakibat pada proses biokimia yang dicerminkan dari bobot kering tanaman yang rendah. Menurut Gardner et al,. (1991) berat kering pada varietas tanaman cenderung menurun saat diberi perlakuan genangan. Menurunnya berat kering disebabkan oleh kondisi akar yang mengalami kerusakan akibat genangan air mempengaruhi berat kering akar pada kelima varietas tanaman tembakau. Berat kering akar yang rendah terjadi karena pada tanaman yang tergenangan. Hasil uji rata-rata BNJ dari variabel berat kering tanaman akibat perlakuan empat varietas dan genangan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil rata-rata uji BNJ berat kering per tanaman akibat perlakuan varietas dan genangan Varietas JH 37 Bisi 2 Bima 5 Nasa 29 Rata-rata BNJ 5%



Tergenang T0 35,19 35,36 33,69 35,20 34,86



Rata-rata



T1



b



20,04 17,40 18,52 19,99 18,99 1,55



27,61 26,38 26,10 27,60 a



Keterangan: Angka di dalam baris dan kolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5% Dalam kondisi tergenang beberapa tanaman dapat bertahan hidup atau bahkan mengalami sedikit pertumbuhand engan beberapa atau semua organ mereka dalam keadaan lingkungan anoksia (tanpa oksigen). Kebanyakan spesies tanaman toleran terhadap kondisi hipoksia (sedikit oksigen) jangka pendek. Pretreatment atau aklimatisasi tanaman dalam keadaan hipoksia dapat menyebabkan tanaman tersebut toleran/tahan untuk berada dalam keadaan



hipoksia, tetapi tidak toleran apabila berada dalam kondisi anoksia (Smith et al., 2010). Rendahnya oksigen dalam tanah dapat mempengaruhi perubahan proses metabolisme tanaman dari keadaan aerob menjadi anaerob (Hodson & Bryant, 2012). 4.1.6 Berat Pipilan Tanaman Bobot kering biji per tanaman merupakan bobot biji yang diperoleh saat panen dan dikeringkan dengan panas matahari sampai kadar airnya 15% kemudian dilakukan pemipilan seluruh biji jagung pada tongkol untuk ditimbang agar mengetahui hasil bobot per tanaman. Hasil analisis sidik ragam (anova) akibat perlakuan empat varietas dan genangan terhadap berat pipilan menunjukkan bawah tidak ada interaksi antara perlakuan varietas dan genangan, pada perlakuan varietas tidak memberikan pengaruh sedangankan perlakuan genangan berpengaruh terhadap berat pipilan tanaman jagung. Hasil analisis sidik ragam (anova) disajikan pada Lampiran 10. Data analisis uji BNJ pada Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan varietas dan genangan terhadap berat pipilan agung. Pada perlakuan vareitas tidak memberikan pengaruh nyata,tetapi pada perlakuan genangan memberikan pengaruh nyata. Hal ini sejalan dengan yang dilaporkan oleh Rahayuningsih (2017) bahwa tanaman tahan terhadap genangan mengalami penurunan hasil yang rendah ketika terjadi genangan. Potensi hasil merupakan hasil maksimum pada kondisi tidak tergenang. Tanaman dengan potensi hasil tinggi belum tentu tahan terhadap genangan. Penampakan berat pipilan empat varietas jagung pada perlakuan empat varietas dan genangan disajikan pada Gambar 2.



Tabel 6. Hasil rata-rata berat pipilan tanaman akibat perlakuan varietas dan genangan. Varietas JH 37 Bisi 2 Bima 5 Nasa 29 Rata-rata BNJ 5%



Tergenang T0 21,82 21,04 23,43 23,95 22,56



Rata-rata



T1



b



19,47 17,95 17,36 16,61 17,85 10,13



20,65 19,50 20,40 20,28 a



Keterangan: Angka di dalam baris dan kolom yang di ikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%.



A



B



Gambar 2. Penampakan berat seluruh pipilan per tanaman jagung (A) perlakuan genangan, (B) perlakuan tidak digenangi. Zaidi et al,. (2008) melaporkan dalam kondisi genangan air menurunkan hasil bobot kering biji per tongkol dan bobot 100 biji jagung varietas Pioneer 21, Bima 3, dan Brazil. Rata-rata persentase penurunan bobot kering biji per tongkol pada semua varietas mencapai hingga 82% jika digenangi air pada fase 42-52 HST yang merupakan fase tasseling tanaman jagung. Berdasarkan bobot 100 biji, penurunan hasil terbesar 53% diperoleh pada perlakuan cekaman genangan air pada fase pengisian biji (52-62 HST). Genotip toleran genangan masih dapat mencapai hasil 68,2% hasil optimal pada kondisi normal saat diperlakukan



dengan cekaman genangan, sedangkan genotip tidak toleran cekaman genangan, hanya mencapai hasil 18,7% Tabel 3 persentase penurunan hasil sebagai akibat cekaman genangan. 4.1.7 Panjang Tongkol (dengan klobot) Tongkol adalah bagian dalam organ betina tempat bulir duduk menempel. Istilah ini juga dipakai untuk menyebut seluruh bagian jagung betina (buah jagung). Hasil pengamatan panjang tongkol (dengan klobot) akibat perlakuan empat varietas dan genangan hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 11. Dari hasil pengamatan perlakuan empat vareitas dan genangan menujukkan bahwa tidak ada interaksi antara varietas dan genangan. Pada perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata, tetapi pada perlakuan genangan berpengaruh terhadap panajang tongkol (dengan klobot). Data pengamatan analisis uji BNJ Tabel 7 menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan empat varietas dan genangan pada panjang tongkol (dengan klobot). Pada perlakuan varietas tidak memberikan pengaruh nyata pada panjang tongkol, tetapi pada perlakuan genangan memberikan pengaruh nyata, Thamrim dan Hanafi melaporkan (1992) dengan curah hujan yang lebih tinggi akan mengakibatkan terjadinya pergeseran unsur hara yang dibawa oleh air pada masa pertumbuhan awal. Sedangkan peningkatan produksi jagung akan mengalami penurunan disebabkan, genangan air dalam tanah yang berlebihan dan drainase yang kurang baik bagi tanaman. Wibawa (1988) juga menambahkan bahwa pertumbuhan tanaman yang baik dapat tercapai apabila unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan berada dalam bentuk tersedia, seimbang dan dalam dosis yang optimum serta didukung oleh faktor lingkungan. penampakan panjang tongkol jagung (dengan klobot) pada perlakuan empat varietas dan genangan disajikan pada Gambar 3.



Tabel 7. Hasil rata-rata uji BNJ Panjang tongkol (dengan klobot) akibat perlakuan varietas dan genangan. Varietas JH 37 Bisi 2 Bima 5 Nasa 29 Rata-rata BNJ 5%



Tergenang T0 21,20   19,83 21,20 22,30   21,13 a



T1 21,33   26,20 22,67 27,93   24,53 b 3,21



Rata-rata 21,27 23,02 21,94 25,12  



Keterangan: Angka di dalam baris dan kolom yang di ikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5.



A



B



Gambar 3. Penampakan panjang tongkol empat varietas jagung JH 37, Bisi 2, Bima 5, dan Nasa 29. Gambar A panjang tongkol (dengan klobot) perlakuan tidak digenangi, gambar B panjang tongkol (dengan klobot) dengan perlakuan genangan.



V. KESIMPULAN DAN SARAN



5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Perlakuan varietas dan genangan pada tanah gambut menunjukan rata-rata hasil yang sama baik sebelum digenangi maupun sesudah digenangi yaitu tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, berat basah, dan berat kering. 2. Perlakuan genangan selama 10 hari dapat menghambat pertumbuhan tinggi tanaman, berkurangnya jumlah daun, memperkecil diameter batang, berkurangnya berat basah, berat kering, berat pipilan per tanaman, tetapi perlakuan genangan membuat panjang tongkol dengan klobot menjadi lebih tinggi 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan sebagai berikut: Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya perlu menambahkan jenis-jenis varietas ungul yang terbaru dan menggunakan varietas lokal yang banyak digunakan petani Kalimantan Tengah, dan disarankan untuk penelitian selanjutnya saat memberikan perlakuan genangan. dilakukan pada saat tanaman memasuki fase V6 sampai V10 dan menambahkan waktu lama genangan pada tanaman jagung selama 15 sampai 20 hari tergenang sehingga dapat diketahui varietas yang toleran saat kondisi tergenang.



DAFTAR PUSTAKA



Agus, F. dan I.G. M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi Untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor, Indonesia. Ali, H. Pengaruh Genangan Air Terhadap Produksi Jagung Di Kelompok Tani “Tani Makmur” Desa Kaliwungu Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus. 2019. Aqil, M. Rapar, C & Zubachtirodin. 2012. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pertanian. Kementerian Pertanian. Artikel



Dinas Pangan Pertanian Dan Perikanan. 2018. Https://Pertanian.Pontianakkota.Go.Id/Artikel/47-Mengenal-Jagung-DiIndonesia.Html, 22 Juni 2021



Anonim, 2011d. Peta Digital sawah Rawan Kekeringan dan Banjir: Penting untuk Pembuatan Crop Modeling. http://www. Litbang.Deptan.go.id, 24 Oktober 2011. Anonim, 2019. Jagung Hibrida Nakula Sadewa 29 Unggul Pada Musim Kemarau. https://www. Balitbang.Deptan.go.id,24 Oktober 2011. Azrai. 2006. Teknik Produksi Benih Jagung Hibrida, Makalah disampaikan dalam Lokakarya Pembanihan Jagung di Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros 20- 30 November 2006. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2019. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. https://www.litbang.pertanian.go.id/varietas/1241/ Dinas TPHP Provinsi Kalimatan Tengah, 2019. Sekretariat Provinsi Kalteng. Https://setda.kalteng.go.id/data-informasi/detail/produksi-jagung-provinsikalimantan-tengah, 22 Juni 2021 Fitter, A. H., and R.K.M Hay, 1992. Fisiologi Tanaman. Edisi Terjemahan. S. Andani dan Purbayanti. Ed. B. Srigandono. Gajah Mada University Press. 421h. Gardner, F.P., Pearce, R.B., dan Mitchell, R.L. 1991. Physiology of Crop Plants. Diterjemakan oleh Herawati Susilo. Jakarta : Universitas Indonesia Press.



Hapsari, R.T., dan M.M. Adie. 2010. Peluang Perakitan dan Pengembangan Kedelai Toleran Genangan. Jurnal Litbang Pertanian, Vol. 29 (2) : 50-57. Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Mediyatma Sarana Perkasa. Jakarta. Hodson, M.J. dan J.A. Bryant. 2012. Functional Biology of Plants. USA : Willey Blackwell, A John Willey & Sons, Ltd., Publication. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2019. https://www.pertanian.go.id/Data5tahun/TPATAP-201723ProdJagung.pdf Lee, Y.H., K.S. Kim, Y.S. Jang, J.H. Hwang, D.H. Lee, I.H. Choi. 2014. Global gene expression responses to waterlogging in leaves of rape seedlings. Plant Cell Rep. 33:289-99. Muhadjir. 2018. Karakteristik Tanaman Jagung. http://balitsereal.litbang. pertanian.go.id/wpcontent/uploads/2018/08/3karaker.pdf. Najiyati, S. dan Danarti. 1998. Budidaya dan Analisis Usahatani. 116hal. Tim Redaksi: Wisma Hijau Bina Swadaya. Jakarta. Nurida, N. L., Anny, M., Fahmuddin Agus. 2011. Pengolahan Lahan Gambut Berkelanjutan. Bogor :Balai Penelitian Tanah. Purwonodan R. Hartono. 2011. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Rahayuningsih. 2017. Kajian Fisiologis dan Agronomis Ketahanan Tanaman Jagung Pada Cekaman Genangan. Disertasi. Progam Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. 144 hal. Rakhman, Y. R. 2013. Respon Cekaman Genangan Periodik Pada Beberapa Varietas (Nicotiana Tabacum). Skripsi. Program Sarjana Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya Rosman, R., Emmyzar, dan P. Wahid. 1998. Karakteristik Lahan Dan Iklim Untuk Pewilayahan Pengembangan.Monograf Nilam. hal. 47-55.. Savita, U.S., Rathore, T.K., dan Mishra, H.S. 2004. Response of Some Maize Genotypes to Temporary Waterlogging. Journal of Plant Biol., 31.



Scott,



H.D., Angulo, J.D., Daniels, M.B., dan Wood, L.S. 1989. Flood Duration Effect on Soybean Growth and Yield. Journal of Agronomy, 81: 631-636. Serres, J. B. dan L. A. C. J. Voesenek. 2008. Flooding Stress: Acclimations and Genetic Diversity. Center for Plant Cell Biology.University of California.California. Smith, A.M., Coupland, G., Dolan, L., Harberd, N., Jones, J., Martin, C., Sablowski, R., danAmey, A. 2010.Plant Biology.Francis : Garland Science, Taylor and Francis Group. Suardi, D. 2000. Kajian Metode Skrining Pada Toleran Genangan.Buletin Agro Bio. 3 (2) : 67-73. Suardi, D. 2000. Perakaran Padi Dalam Hubungannya Dengan Toleransi Terhadap Genangan Dan Hasil. Jurnal Badan Litbang Pertanian. 21(3) : 100-108.



Subekti, N.A., Syafruddin, R. Effendi Dan S. Sunarti. 2012. Jagung Teknik Produksi Dan Pengembangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros Sudaryono. 2009. Tingkat Kesuburan Tanah Ultisol Pada Lahan Pertambangan Batu Bara Sangatta, Kalimantan Timur. Jurnal Teknik Lingkungan. Surwati; Iriani, N; Pabbage M.S. 2013. Seleksi Plasma Nutfah Jagung Terhadap Cekaman Genangan Air. http://kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/13%20suwa rti.pdf Susilawati, Suwignyo, R.A., Munandar, dan Hasmeda, M. 2012. Karakter Agronomi dan Toleransi Varietas Cabai Merah Akibat Genangan pada Fase Generatif. Jurnal Lahan Suboptimal, Vol. 1 No.1 : 22-30. Syukur, M. dan A. Rifianto.2014. Jagung .Penebar Swadaya. Jakarta. 124hal. Tim Pedoman Bertanam Jagung. Cv. Nuansa Aulia. Bandung Thamrin, M. H. Hanafi. 1992. Peranan Mulsa Sisa Tanaman Terhadap Konservasi Lengsa Tanah pada Sistem Budidaya Tanaman Semusim di Lahan Kering. Wibawa , A. 1998. Intesifikasi Pertanaman Kopi dan Kakao Melalaui Pemupukan. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.14 (3): 245-262.



Winani, W., Setiado, H., dan Lubis. K. 2015. Studi Karakteristik Jagung Introduksi Dan Beberapa Varietas Jagung Lokal. https://2593Article./Karakteristik-Jagung-Introduksi-Dan-BeberapaVarietas-Jagung-Lokal.html, 22 Juni 2021 LAMPIRAN Lampiran 1. Data tinggi (cm) tanaman jagung sebelum diberikan genangan.  



  SK



  Db  



  Kelompok Perlakuan V T VT Galat Percobaan Total



  JK



  2 7 3 1 3 14 23



  KT



 



  F hit.



 



3,32 32,39 19,33 0,11 12,94



1,66 4,63 6,44 0,11 4,31



32,85 68,56  



2,35    



 



  F Tabel 5% 1% 3,74 6,51 2,76 4,28 3,34 5,56 4,60 8,86 3,34 5,56



   



   



 



  F Tabel 5% 1% 3,74 6,51 2,76 4,28 3,34 5,56 4,60 8,86 3,34 5,56



   



   



   



0,71 1,97 2,75 0,05 1,84



  tn tn tn tn    



Lampiran 2. Data tinggi (cm) tanaman jagung setelah 10 hari digenangi.  



  SK



  Db  



  Kelompok Perlakuan V T VT Galat Percobaan Total



  JK



  2 7 3 1 3



  21,48 649,05 21,67 626,28 1,10



14 23



  KT



  F hit.



  10,74 92,72 7,22 626,28 0,37



   



0,91 7,87 0,61 53,19 0,03



164,84 11,77   835,36    



  ** tn ** tn    



Lampiran 3. Diameter batang tanaman jagung sebelum diberikan genangan.   SK   Kelompok Perlakuan V T VT Galat



 



  Db  



  JK



  2 7 3 1 3 14



KT  



16,23 146,52 109,59 0,54 36,38 155,48



 



  F hit.



  8,11 20,93 36,53 0,54 12,13 11,11  



   



  0,73 1,88 3,29 0,05 1,09



  tn tn tn tn  



  F Tabel 5% 1% 3,74 6,51 2,76 4,28 3,34 5,56 4,60 8,86 3,34 5,56    



Percobaan Total



23



318,22  



 



 



 



 



Lampiran 4. Diameter batang tanaman jagung setelah 10 hari digenangi.  



  SK



  Db  



  Kelompok Perlakuan V T VT Galat Percobaan Total



  JK



  2 7 3 1 3



KT  



0,56 71,53 18,56 43,11 9,86



14 23



  F hit.   0,28 10,22 6,19 43,11 3,29



101,68 173,77  



 



 



  F Tabel 5% 1% 3,74 6,51 2,76 4,28 3,34 5,56 4,60 8,86 3,34 5,56



   



   



   



0,04 1,41 0,85 5,94 0,45



7,26    



  tn tn * tn    



Lampiran 5. Jumlah daun tanaman jagung sebelum diberikan genangan.  



  SK



  Db  



  Kelompok Perlakuan V T VT Galat Percobaan Total



  JK



  2 7 3 1 3 14 23



  KT



 



  F hit.



 



0,13 1,38 0,38 0,17 0,83



0,07 0,20 0,13 0,17 0,28



4,08 5,58  



0,29    



 



  F Tabel 5% 1% 3,74 6,51 2,76 4,28 3,34 5,56 4,60 8,86 3,34 5,56



   



   



   



0,22 0,67 0,43 0,57 0,95



  tn tn tn tn    



Lampiran 6. Jumlah daun tanaman jagung setelah 10 hari digenangi.   SK   Kelompok Perlakuan V T VT Galat Percobaan



 



  Db  



  JK



 



  KT



 



2 7 3 1 3



9,36 75,55 17,65 49,91 7,99



14



40,41



  F hit.



  4,68 10,79 5,88 49,91 2,66 2,89  



 



  F Tabel 5% 1% 3,74 6,51 2,76 4,28 3,34 5,56 4,60 8,86 3,34 5,56



 



 



   



1,62 3,74 2,04 17,29 0,92



  ** tn ** tn  



Total



23



125,32  



 



 



 



 



 



  F Tabel 5% 1% 3,74 6,51 2,76 4,28 3,34 5,56 4,60 8,86 3,34 5,56



   



   



 



  F Tabel 5% 1% 3,74 6,51 2,76 4,28 3,34 5,56 4,60 8,86 3,34 5,56



 



 



 



 



 



 



 



 



  F Tabel 5% 1% 3,74 6,51 2,76 4,28 3,34 5,56 4,60 8,86 3,34 5,56



Lampiran 7. Berat basah tanaman jagung pada vase maksimum  



  SK



  Db  



  Kelompok Perlakuan V T VT Galat Percobaan Total



 



 



JK   2 7 3 1 3



KT  



F hit.  



65,78 340,46 185,63 127,04 27,78



14 23



 



32,89 48,64 61,88 127,04 9,26



   



0,52 0,76 0,97 1,99 0,15



893,15 63,80   1299,39    



  tn tn tn tn    



Lampiran 8. Berat basah tanaman jagung pada vase maksimum  



  SK



  Db  



  Kelompok Perlakuan V T VT Galat Percobaan



  JK



 



KT  



2 7 3 1 3



968,10 6085,40 515,99 5448,41 121,00



14



Total



 



  F hit.



 



484,05 869,34 172,00 5448,41 40,33



  1,02 1,83 0,36 11,45 0,08



6664,29 476,02   13717,8 0    



23



    tn tn ** tn



Lampiran 9. Berat kering tanaman jagung.  



  SK



  Kelompok Perlakuan V T VT



  Db  



  JK



2 7 3 1 3



  KT



 



 



20,62 1532,26 11,36 1512,20 8,70



10,31 218,89 3,79 1512,20 2,90



F hit.  



   



0,48 10,23 0,18 70,65 0,14



  ** tn ** tn



Galat Percobaan Total



14 23



299,66 21,40   1852,53    



   



   



   



 



 



  F Tabel 5% 1% 3,74 6,51 2,76 4,28 3,34 5,56 4,60 8,86 3,34 5,56



   



   



   



 



 



  F Tabel 5% 1% 3,74 6,51 2,76 4,28 3,34 5,56 4,60 8,86 3,34 5,56



   



   



Lampiran 10. Berat pipilan tanaman jagung.  



  SK



  Db  



  Kelompok Perlakuan V T VT Galat Percobaan Total



  JK



  2 7 3 1 3 14 23



  KT



 



111,24 2637,89 1101,64 909,59 626,67



F hit.  



55,62 376,84 367,21 909,59 208,89



   



0,39 2,63 2,57 6,36 1,46



2003,47 143,11   4752,60    



  tn tn * tn



Lampiran 11. Panjang tongkol (dengan klobot) tanaman.  



  SK



  Kelompok Perlakuan V T VT Galat Percobaan Total



  Db  



  JK



  2 7 3 1 3 14 23



  KT



  5,75 162,73 51,07 69,36 42,30



F hit.  



2,88 23,25 17,02 69,36 14,10



188,14 13,44   356,61    



   



0,21 1,73 1,27 5,16 1,05



  tn tn * tn    



Lampiran 12 Varietas Jagung BISI-2 Tahun dilepas : 1995 Asal : F1 dari silang tunggal antara FS 4 dengan FS 9. FS 4 dan FS 9 merupakan tropical inbred yang dikembangkan Oleh CharoenSeed Co., Ltd. Thailand dan Dekal b Plant Genetic, USA. Umur : 50% keluar rambut : + 56 hari Panen : + 103 hari Batang : Tinggi dan tegap Warna batang : Hijau Tinggi tanaman : + 232 cm Daun : Panjang, lebar, dan terkulai Warna daun : Hijau cerah Keragaman tanaman : Seragam Perakaran : Baik Kerebahan : Tahan Tongkol : Sedang, silindris, dan seragam Kedudukan tongkol : Di tengah-tengah batang Kelobot : Menutup tongkol dengan baik Tipe biji : Setengah mutiara (semi flint) Warna biji : Kuning oranye Jumlah baris/tongkol : 12 - 14 baris Bobot 1000 biji : + 265 g Rata-rata hasil : 8,9 t/ha pipilan kering Potensi hasil : 13 t/ha pipilan kering Ketahanan : Toleran terhadap penyakit bulai dan karat daun Keterangan : Baik ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000 mdpl. Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2019. Varietas Jagung JH 37 Asal : Persilangan antara galur murni CLY231sebagai tetua Betina dengan galur murni MAL03 sebagai tetua jantan Umur : 50% keluar rambut : + 54 hari Masak fisiologis : 99 hari Tinggi tanaman : 219 cm Tongkol : Panjang dan silindris Tinggi tongkol : 106 cm



Kelobot Bentuk/Warnabiji Jumlah baris/tongkol Bobot 1000 biji Rata-rata hasil Potensi Hasil Ketahanan Daerah sebaran Pemulia Sumber



: Tertutup baik (+ 95%) : Kuning : 12-14 baris : 319 gram pada KA 15 % : 7,2 t/ha : 12,5 t/ha : Agak tahan penyakit bulai, dan sangat tahan terhadap Karat daun : Dataran rendah sampai 1.200 m dpl. : Muhammad Azrai, Roy Efendi, Aviv Andriani, A. Takdir Makkulawu, R. Reni Iriany. : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2019.



Varieatas Jagung BIMA – 5 Tahun dilepas : 31 Oktober 2008 Asal : G193/Mr-14, G193 dikembangkan dari populasi P5/GM25, Umur : 50% keluar rambut : + 60 hari Masak fisiologis : + 103 hari Tinggi tanaman : + 204 cm Bentuk/Warnabiji : Mutiara (flint) jingga Jumlah baris/tongkol : 12-14 baris Bobot 1000 biji : + 270 g Rata-rata hasil : 9,3 t/ha pipilan kering Potensi Hasil : 11,4 t/ha pipilan kering Ketahanan : Peka penyakit bulai, tahan penyakit karat dan bercak daun Daerah sebaran : Adaptasi luas Pemulia : A. Takdir M., R.Neni I, Muh. Azrai,b Muzdalifah, Sigit B, Sri S Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2019. Varieatas Jagung NASA (Nakula Sadewa) 29 Komoditas : Jagung Hibrida Tahun dilepas : 2017 SK Mentan : 820/Kpts/TP.010/12/2017 Umur : Umur masak tanaman 103 hst. Masak fisiologis : + 103hst Tinggi tanaman : + 219cm Tinggi tongkol : + 113cm Bentuk/Warna biji : Tipe semi mutiara-semi gigi kuda/warna kuning orange Jumlah baris/tongkol : 14-18baris Bobot 1000 biji : + 340.5 gram Rata-rata hasil : 11,9 t/ha pipilan kering Potensi Hasil : 13,7 t/ha pipilan kering Ketahanan : Tahan terharap penyakit bulai, hawar daun dataran rendah,



dan karat daun : Adaptasi luas : Muhammad Azrai, Roy Efendi, Andi Takdir, R. Neni Iriany, Muzdalifah Isnaini, Nining Nurini, Amin Nur, Nurini Andayani, Hasbullah dan Abd. Hafid. : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2019.



Daerah sebaran Pemulia Sumber Lampiran 13 Denah Tata Letak



Jalan Ulangan II



Ulangan I



Ulangan III



V4T0



V2T1



V3T0



V3T1



V1T0



V3T1



V4T0



V2T1



V3T0



V3T1



V1T0



V3T1



V4T0



V2T1



V3T0



V3T1



V1T0



V3T1



V1T1



VIT0



V2T0



V1T0



V2T1



V1T1



V1T1



V1TO



V2T0



V1T0



V2T1



V1T1



VIT1



V1T0



V2T0



V1T0



V2T1



V1T1



V3TO



V2T0



V1T1



V2T1



V4T0



V2T0



V3T0



V2T0



V1T1



V2T1



V4T0



V2T0



V3T0



V2T0



V1T1



V2T1



V4T0



V2T0



V3T1



V4T1



V4T0



V4T1



V3T0



V4T1



V3T1



V4T1



V4T0



V4T1



V3T0



V4T1



U



V3T1



V4T1



V4T0



V4T1



V3T0



V4T1



Keterangan: V1T0 V2T0 V3T0 V4T0 V1T1 V2T1 V3T1 V4T1



: Kombinasi antara Varietas JH-37 dengan media yang tidak tergenang : Kombinasi antaraVarietas BIMA-5 dengan media yang tidak tergenang : Kombinasi antaraVarietas BISI-2 dengan media yang tidak tergenang : Kombinasi antara Varietas NASA 29 dengan media yang tidak tergenang : Kombinasi antara Varietas JH-37 dengan media yang tergenang : Kombinasi antara Varietas BIMA-5 dengan media yang tergenang : Kombinasi antara Varietas BISI-2 dengan media yang tergenang : Kombinasi antara Varietas NASA 29 dengan media yang tergenang.



Lampiran 14 Perhitungan Kebutuhan Pupuk Pada Tanaman 



Perhitungan dosis pupuk kandang ayam 3000 kg = 0,06 kg = 60 g.polybag-1 50000







Perhitungan dosis pupuk urea 500 kg = 0,01 kg = 10 g.polybag-1 50000







Perhitungan dosis pupuk SP-36 400 kg = 0,008 kg = 8 g.polybag-1 50000







Perhitungan dosis kapur KCL 300 kg = 0,006 kg = 6 g.polybag-1 50000